gabungan final ringkasan kosmologi.doc

24
BAB IV HAKEKAT ADA FISIK Perbedaan konsepsi tentang materi, ada fisik atau ada material antara filsof dan para ilmuan empiris-positivis. Cara pandang filsof materia merujuk pada segala sesuatu yang tercerap oleh panca indera entah secara langsung (lewat alat-alat dan pengalaman) maupun secara tidak langsung. Materi adalah segala sesuatu yang menghadirkan diri melalui suatu ukuran atau aktivitas. Karena itu gagasan mengenai materi dalam filsafat memiliki makna yang lebih luas dan mendalam daripada konsepsi dan gagasan para ilmuan empiris-positivis. Aristoteles menemukan prinsip-prinsip universal dan stabil untk menjelaskan perubahan subtansial dari segala sesuatu. Pencaharian prinsip-prinsip universal nan stabil memiliki alasan dan tujuan untuk memecahkan persoalan klasik ada tetap dan ada berubah, melainkan juga membangun sebuah teoritis bagi filsafat dan ilmu pengetahuan. Perubahan substansial memiliki peranan penting dalam doktrin Aristoteles sudah tidak memadai. Karena itu pertanyaan utama adalah hakekat ada fisik dan ada material. 1. Materi dan Forma Penggandaan atau pembiakan individu-individu sejenis berada dalam struktur spesies atau generis yang sama. Artinya menusia mengenal dan mengerti suatu entitas, intelek berhadapan dengan dua hal yang saling mengandaikan dan terkait. 1

Upload: stftws

Post on 11-Dec-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IVHAKEKAT ADA FISIK

Perbedaan konsepsi tentang materi, ada fisik atau ada material antara filsof dan para ilmuan empiris-positivis. Cara pandang filsof materia merujuk pada segala sesuatu yang tercerap oleh panca indera entah secara langsung (lewat alat-alat dan pengalaman) maupun secara tidak langsung.

Materi adalah segala sesuatu yang menghadirkan diri melalui suatu ukuran atau aktivitas. Karena itu gagasan mengenai materi dalam filsafat memiliki makna yang lebih luas dan mendalam daripada konsepsi dan gagasan para ilmuan empiris-positivis.

Aristoteles menemukan prinsip-prinsip universal dan stabil untk menjelaskan perubahan subtansial dari segala sesuatu. Pencaharian prinsip-prinsip universal nan stabil memiliki alasan dan tujuan untuk memecahkan persoalan klasik ada tetap dan ada berubah, melainkan juga membangun sebuah teoritis bagi filsafat dan ilmu pengetahuan.

Perubahan substansial memiliki peranan penting dalam doktrin Aristoteles sudah tidak memadai. Karena itu pertanyaan utama adalah hakekat ada fisik dan ada material.

1. Materi dan FormaPenggandaan atau pembiakan individu-individu sejenis berada

dalam struktur spesies atau generis yang sama. Artinya menusia mengenal dan mengerti suatu entitas, intelek berhadapan dengan dua hal yang saling mengandaikan dan terkait.

1

a. Setiap hal atau setiap peristiwa selalu terbalut dalam suatu struktur tertentu dan terinci (warna, bentuk, massa, energi dan relasi dengan hal atau peristiwa lainya) dan tidak pernah berbeda. Ketentuan suatu itensitas bersifat khas dan pas namun terkait dengan genus dan species sehingga dimungkinkan klasifikasi.

b. Ketertentuan struktural sama sekali tidak identik dengan individu yang menghidupinya. Determinasi struktural mengatasi setiap individu dan dapat mewujudkan diri dalam individu-individu. Setiap entitas memiliki kesamaan dengan entitas lain (sejauh menghidupi salah satu aspek umum bagi genus dan spesies, aspek yang membuatnya dapat didefinisikan dan dipahami) dan ia juga terisolir dan berdiri sendiri dalam keindividualnya. Setiap entitas fisik memuat suatu spesies dwinilai atau gabungan dari prinsip universal dan individual dan kedua prinsip ini berpadu seturut struktur asali yang saling mempengaruhi dan memasuki satu sama lain.

Keberadaan entitas material dalam struktur dwinilai berpengaruh dalam pemunculannya. Setiap material selalu tampak dalam bentuk yang berbeda-beda dan universal. Artinya bentuk-bentuk tersebut menampilkan kekhasan atau individualitas dan keumuman atau univesalitasnya. Keberadaan bentuk singular dan universal memperlihatkan bahwa entitas memiliki suatu karakter obyektif.

Obyektivitasnya mengungkapkan diri dalam struktur inderawi maupun struktur rasional entitas fisik. Yang real menghadirkan pada

2

alat pencerap dan menyiarkan kepada kita pesan-pesan dunia dan semesta lewat warna, suara, bau dan aneka bentuk lainya.

Struktur rasional atau forma ditangkap oleh intelek dan entitas fisik adalah obyektif. Perspektif pengenalan manusai kiranya mengatasi rapresentasi mental. Pengenalan bersifat intensional, akal budi menangkap forma intensional oleh entitas konkrit. Ada konkret menghadirkan diri dalam dua cara berbeda yaitu:

a. Secara intensional dan abstrak dalam intelek.b. Secara eksistensial dan konkrit

Secara intensional dan abstrak berarti agen menerangi apa yang disodorkan oleh panca indera. Sehingga tampak struktur dan bentuk ada konkrit yang berada secara laten-potensial dalam intelek posibilis. Kehadiran secara eksistensial dan konkret merujuk pada kontak antara panca indera dengan benda tertentu. Struktur dan bentuk merupakan sesuatu yang dapat ditemukan

oleh nalar dari setiap pembedaan atas realitas konkrit. Struktur dan bentuk terdiri dari dua karakter:

Struktur dan intelegibilis bersifat universal atau umum yang tidak pernah berada begitu saja tetapi mengungkapkan diri dalam individu konkrit berada dalam ruang dan waktu. Dengan demikian ada fisik atau fenomen memiliki dua rupa yaitu sruktur sebuah intelegibilitas dan individu konkrit yg membawa struktur yang mengatasinya.

Dua rupa ini memperlihatkan bahwa ada fisik merupakan ada majemuk yaitu yang memiliki specifikasi struktural-formal dan individualitas

3

Kedua prinsip ada majemuk sama sekali tidak merusak atau meniadakan kesatuan atau keutuhan ada fisik, malah memberikan ciri khas dan eksistensi nyata.

Relasi ada fisik bisa dijelaskan dalam rumusan hubungan yang ditentukan dan yang menentukan. Artinya ada pertanyaan, pengenalan, pencaharian, pengenalan, pemahaman, penelitian, individu hadir tanpa specifikasi.

Kedua prinsip ada majemuk berada dalam relasi potensi-aktus. Potensi adalah sinonim dari potensialitas atau kemampuan untuk mengungkapkan suatu hal. Sedangkan aktus menunjuk pada determinasi terstruktur dan inteligibel.

Kedua prinsip tersebut menemukan diri dalam komposisi materia dan forma.

Materi merupakan prinsip individuasi yang memungkinkan semua perwujudan ada untuk menjadi sebuah individu.

Forma merupakan prinsip determinasi atau prinsip yang membentuk dan menguraikan hakekat ada material. Forma juga merupakan prinsip specifikasi dan prinsip dinamis aksi, karena menjelaskan intisari dan kencenderungan khas ada.

2. Substansi dan AksidenGagasan umum yang mendominasikan seluruh debat adalah

konsepsi mengenai aneka tingkatan ada baik ditinjau dari sudut muatan atau isi maupun kepadatan ontologis. Terdapat pula ada-ada yang berada sebagai turunan atau modalitas, kwantitas atau hubungan, posisi dalam ruang dan kwalitas. Realitas substansi merujuk pada kategori metafisik artinya gagasan substansi bermaksud mengatakan bahwa ada sutau tingkatan radikal ada yang mustahil disangkal.

4

Makna Transendental SubstansiSecara hakiki substansi (fondasi-dasar) bukan merupakan hal

yang terpisah dari aksiden-aksiden yang mengungkapkan bukan realitas baru yang ditambahkan pada suatu fenomen yang dicerap. Istilah tersembunyi atau gaib digunakan untuk mencirikan substansi. Ketersembunyian dan kegaiban dimengerti bahwa

substansi hanya dapat dikenal, diraih, ditemukan oleh intelek semata dalam realitas yang diungkapkan oleh panca indera.

Substansi bermaksud menghadirkan suatu formalitas baru, pemaknaan baru ada sejauh tercerap dalam realitas.

Konsepsi substansi diterapkan pada suatu realitas misalnya manusia, binatang atau ada absolut yang memiliki analog. Substansi merupakan realitas analogis.

Gagasan substansi tidak harus dipahami sebagai substratum (subjek dan predikat atau tambahan) menghidari penyamaan makna bila diterapkan pada ada absolute maupun kekeliruan mengenai aksiden misalnya kwantitas merupakan tambahan kwalitas inderawi:p Badan bisa dicat warna-warni karena memiliki kepadatan dan kwantitas, namun kwantitas tak dapat dipahami sebagai substansi. Aristoteles menegaskan bahwa ada bergerak merupakan

obyek filsafat alam. Subtansi material-badani mengalami modifikasi secara

aksidental maupun esensial. Dengan demikian penolakan atau penyangkalan ats substansi bersumber dari kesalahpahaman tentang pengidentikan substansi dengan substratum dan ens immobilis.

Ada subsisten adalah ada yang tidak memerlukan yang lain untuk berada. Artinya substansi adalah otonom dan memadai

5

yang menyangkut ada sejauh berada semata dan bukan mengenai asal mula atau bukan berarti ada tidak memerlukan ada lain untuk lahir. Misalnya seorang anak bergantung pada orang tuanya sejauh sebagai pengasal keberadaannya, namun ketika sudah menjadi seorang manusia sang anak memperoleh kemandirian substansial

Substansi ditemukan, dikenal dan dipahami hanya oleh daya intelektual yang tercerap oleh panca indera. Gagasan ini mengatakan bahwa panca indera tidak mengungkapkan dan tidak mampu menampilkan formalitas substansi. Namun dalam realitas yang tercerap oleh panca indera dalam pengertian substansi mengandung dalam dirinya yang bersifat transendental.

Ada konkrit dan partikular dan ada semacam ini adalah ada atau berada dari dirinya sendiri tanpa memerlukan ada lain atau ada atau berada dalam ketergantungan dan merujuk pada realitas agar dapat berada dan diuraikan.

Pengandaian mempunyai titik temu dalam konsep substansi. Dalam ada in se ipso ada mewujudkan substansi dalam ada yang tidak otonom. Keberadaannya memerlukan ada lain.

Gagasan substansi membawa konsekwensi pada penyangkalan atas ada dan kemampuan berpikir nalar. Substansi dimengerti tanpa harus membutuhkan hal lain.

Karakter hakiki substansi terungkap secara gamblang ketika hubungan konsepsi fenomen fisik ditegaskan. Fenomen fisik bukan merupakan penampakan atau tampilan dari segala sesuatu yang tergantung pada kemampuan manusia. Fenomen fisik bukanlah penyataan dari realitas maupun suatu hal yang dapat diakses oleh panca indera. Fenomen fisik merupakan realitas menyatakan diri secara dua tingkatan pengetahuan:

6

pengetahuan langsung dan melalui panca indera dan pengetahuan akal budi.

Setiap pengalaman biasa atau ilmiah adalah realitas global eksistensial dan konkrit yakni ens simpliciter bahwa gagasan substansi merupakan persoalan ilmiah yang memperjelaskan sebuah realitas niscaya/substansi

Dari perspektif ini bahwa gagasan substansi diterapkan pada dunia fisik yang tidak bertentangan dengan rioh dan pengajaran pengetahuan.

Substansi dan Temporalitas dalam Dunia Fisik Bagaimana ide transendental substansi berada secara

otonom dalam eksistensi menghadirkan diri dalam semesta?Substansi badaniah mengabaikan realitas substansi spritual atau

jiwa manusia. Substansi badaniah secara hakiki berada dalam ruang dan waktu dalam lingkungan fisik dan geografis. Ciri dasar ada badaniah adalah geraknya atau

kemampuan berubah. Ada badaniah adalah ada yang bergerak, ens mobilis. Gerak ini disebut temporal karena ada badaniah tunduk pada perubahan, mewujudkan adanya struktur keterpahaman. Ada badaniah mewujudkan diri dalam pergantian waktu dan dalam perubahan.

Ada badaniah tidak memiliki kemampuan dalam menguasai diri secara total dan berada dalam aktus diluar proses temporal seperti ada spritual.

Ada badaniah memiliki kesatuan temporal dalam artian menjewantahkan diri, mencapai kepenuhan diri melalui perubahan. Sehingga perubahan tersebut mampu ditangkap oleh akal budi.

7

Perubahan dalam waktu mengungkapkan reaksi ada dalam lingkungan misalnya peruabahan suhu dan warna, perkembangan dan kehancuran mahluk hidup.

Pemahaman Aristoteles dan Thomas Aquinas mengenai substansi sebagai realitas tersembunyi yang membawa akibat bahwa substansi dan aksiden dilihat sebagai dua realitas yg berbeda. Dimana substansi bersifat tersembunyi dan kasat mata sementara aksiden adalah inderawi dan berubah.

Substansi dan aksiden ditempatkan dalam hubungan dinamis antara potensi dan aktus. Aksiden dan substansi membentuk satu realitas dan dibedakan dalam cara berada semata.

Aksiden2 merupakan ada-ada yg tidak memiliki kemandirian karena terarah pada perubahan.

Aksiden2 dalam diri substansi tiada lain adalah sebagai penyataan atau penampakan/ perwujudan dalam waktu. Mengaktualisasi substansi dalam potensi aktif.

Aksiden adalah ada sejauh berpartisipasi dalam substansi dan eksistensi partisipatif. Dalam terminologi aristo-tomistik aksiden adalah ada sekunder, ens entis dan bukan ada primer.

Perubahan dan mutasi aksiden berkisar pada perubahan warna dan temperatur dan tidak kelihatan. Sebaliknya perubahan tempat bersangkut paut dengan substansi yang terungkap secara supersial dan aksidental.

Hubungan aksiden2 dan substansi memiliki tugas penunjang atau penyangga secara ontologis. Karena ada terdiri dari substansi dan aksiden yang mengungkapkan suatu keberbedaan dalam

8

tingkatan ada dan mengungkapkan komposisinya seturut struktural real.

Aksiden adalah banyak dan berada dalam suatu tataran yang bervariasi dengan mempresentasikan kemungkinan cara berada aksidental. Aristoteles menyebutkan 9 aksiden yang paling

penting adalah kwantitas (materia), kwalitas (inderawi, suara, warna, kwalitas mahluk hidup, aneka kecenderungan, cacat cela, relasi (bapak dan anak) aksi dan menderita.

Secara khusus kwantitas memainkan peran perincian misalnya kodrat manusia sebagai substansi dirinci aksidental dan individual seperti berat, rupa ukuran, ras, kebudayaan, karakter dll. Dengan demikian aksiden memberikan kemungkinan bagi suatu ukuran dan pengetahuan mengenai ada badaniah. Sebab aksiden adalah ada dan ada itu sendiri ditemukan dalam aksiden.

Persoalan berikutnya adalah membedakan substansi secara numeris dan spesifik. Karena substansi merupakan ada badani sebagai hasil dari komposisi dari forma dan materia, substansi semacam itu mempunyai suatu kesatuan material yang memungkinkan untuk membuat suatu pembedaan numeris dari substansi lain dan menjadi tidak dapat dikomunikasikan.

Setiap mahluk hidup mewujudkan kesatuan dengan membentuk diri dari bahan-bahan lingkungan dan menjaga kesatuan melawan daya internal dan aksi penghancuran lingkungan.

Hudup merupakan sebuah pertarungan abadi melawan maut, hal itu disebabkan oleh karakter spektakuler mahluk hidup dalam keutuhan hidup. Pada tataran benda mati berlangsung secara lain.

3. Aktus dan Potensi

9

(Belum diberi diktatnya padahal hari minggu tanggal 16 udah kumpul ini)

4. KWANTITAS DAN KWALITASSemua aksiden yang mengejewatahkan pada subtansi badani

(fisik) terdapat 2 aksiden yang sangat penting dan memiliki 2 prinsip “ada” fisik. 2 aksiden itu adalah kwantitas dan kwalitas. Kwantitas berarti keluasan, bobot dsb. Kwantitas ini bersumber pada materi yang menampakan potensialitas. Sedangkan kwalitas merupakan intensitas dan bersumber pada forma, sehingga orang bisa mengatakan penyempurnaan dan perwujudan subtansi baru.

4.1 Kwantitas Kwantitas bearti kebesaran, ukuran, bilangan dan pembagian.

Dalam filsafat alam kwantitas bearti berelasi dengan subtansi, aksiden-aksiden lain dan sifat-sifat yang melekat padanya. Setiap benda fisik dapat diukur dan memiliki keluasan. Keluasan dapat memliki 2 makna yang berbeda dan hal ini dapat disalah artikan. Dalam pembahasan filsafat alam yang dibahas adalah “ada” fisik maka keluasan yang digarap adalah keluasan yang terjemah dalam materi, keluasan kongkrit, sifat dasar intern “ada” real (PENTING DIINGAT). Pengertian keluasan yang lain di luar “ada” fisik, keluasaan bearti gagasan murni dalam matematika atau “ada” abstrak yang dibutikan secara tidak real dalam pengertian tentang ruang kosong.

Dalam “ada” fisik dan abstrak terdapat 2 wilayah penting. Wilayah pertama berkenaan dengan cara berada “ada” real. Wilayah kedua yakni menyangkut keluasaan ruang, “ada” nalariah (rasio).

10

Maka dari kedua wilayah itu kwantitas dapat dibedakan menjadi 2 jenis:

1) Kwantitas DimensionalSemua material (benda) memiliki dimensi atau bobot (berat)

sehingga dapat dapat terbagi, bertambah atau berkurang dalam ukuran serta keluasan dan dapat berpindah tempat (bergerak). Setiap “ada fisik memiliki bagian demi bagian yang saling berbeda dan bagian ini berpadu seturut prinsip dan tata aturan tertentu serta cara berada substansi. Secara garis besar “ada” fisik ini memiliki bagian-bagian yang berbeda dan orang mengatakan yang ini (benda X) adalah ini (mis. A) dan pada bagian ini (benda yg sama X) adalah ini (mis. B). Maka daripada itu “ada” fisik memiliki keluasaan atau dimensional.

Pertanyaan penting, “Apa hakekat kwantitas?”. Hakekat kwantitas adalah memiliki keluasan dan dapat dibagi-bagi, punya bobot. Menurut Aristoteles, kwantitas bearti sesuatu yang dapat dipilah-pilah atau dibagi-bagi dalam setiap bagian instrinsik dan tiap-tiap bagian dapat dipisahkan lagi. Akan tetapi dalam perspektif filsafat kwantitas merupakan aksiden pertama dari “ada” material yang bermuasal dari materialitasnya (PENTING…). Contohnya, jika bicara soal manusia, manusia itu semuanya sama, sederajat tetapi kemampuan intelektualnya berbeda dan ini bukan menjadi sebuah ukuran dari hakekat manusia yakni kemanusiannya.

Kwantitas dimensional merupakan salah satu dari aksiden substansi dan kwantitas “ada” tidak berdiri sendiri tetapi meupakan salah satu perwujudan dari substansi. Kwantitas

11

merupakan bagian dari suatu subjek yang berwujud seperti manusia, hewan, pohon dsb. Dalam hubungan dengan substansi dan dibandingkan dengan aksiden lainnya, kwalitas memiliki kedudukan yg penting karena olehnya substansi memiliki hubungan tertentu dengan ada fisik yg lainnya. Kwantitas merupakan sifat dasar yg memungkinkan adanya “ada” fisik yg memiliki keterkaitan dgn forma substasnisal dan kwalitas-kwalitas (bukan kwantitatif, bedakan) inheren yg lainnya dan memberikan diposisi a/ proposisi material tertentu. Dalam proposisi kuantitatif dpt menyebabkan perubahan aksidental atau kwalitatif semata. Seperti manusia mati menjadi mayat atau kayu yang dibakar jadi abu.

Kwantitas merupakan aksiden pertama pada substansi material-badaniah dan aksiden-aksiden lain serta sifat dasar lainnya itu yg mewujudkan dan merinci substansi melalui kwantitas. Benda materia itu berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain karena dia punya dimensi kongkrit atau materi kwantitatif. Kwalitas itu melekat pada substansi badani sejauh ia sebagai materi (ingat penjelasan di atas bahwa kwantitas bersumber pada materi). Dalam subtansi individual terdiri dari materi dan forma, sedangkan kwantitas mengungkapkan diposisi dasar dari materi. Setiap benda materi adalah benda yg berbobot dan berkeluasan (ingat sifat kwantitas). Kwantitas selalu mengungkapkan materi dalam bentuk nyata (real) dan bukan dalam alam pikiran (rasio). Relasi antara kwantitas dengan realitas dapat digambarkan dengan sebuah contoh; seorang manusia lahir dengan kulit dan daging bukan dalam dengan sebuah konsep. Maksudnya manusia itu punya bobot, masa (ciri kwantitas). Manusia yg lahir dalm bentuk kwantitas

12

selalu nyata bukan sebuah ide karena tidak ada manusia lahir dgn ide bukan daging. Nyata berati daapt dilihat secara inderawi.

Dalam kwantitas dimensional kita tahu bahwa kwantitas itu terdiri dari bagian-bagain yg tersusun secara kesatuan yg terungkap dlm satu substansi. Kesatuan semacam ini mengandaikan adanya keberlanjutan antara bagian-bagian tersebut. Dalam kwantitas keberlanjutan itu dikarenakan berpadu dengan aktus, meskipun dpt dipisahkan dlm potensi. Artinya suatu benda yg terdiri dari berbagai bagian sama sekali tidak tercerai berai karena adanya kontinuitas. Kontinuitas itu tdak dpat diuraikan dan dibuktikan melainkan hanya dipikirkan. Kontinuitas dimensional selaras dengan keanekaragaman kwantitatif sebg contoh; manusia merupakan 1 substansi dgn dimensi tertentu, tp ia jg memliki organ-organ yg berbeda dgn kwantitas yg berbeda pula. Dalam bagian kwantitatis murni dimensional tidak dpat kta sebut 1 per 1atau dijumlahkan karena tdk ada dlam aktus. Kita dapt menghitung karena menyamarkan, mengespresikan secara implisit keberadaan kwantitas dimensional itu dalm rasio. Sebagai contoh; ketika ada bayi kembar siam lahir dengan dempet atau menyatu hal itu dikatakan dokter sebagai kegagalan (karena dihitung 1 per 1) tetapi secara filsafat hal itu dikatakan berhasil a/ “tuntas” karena bayi itu “ada” secara eksistensinya ada. Dalam filsafat dikatakan tuntas karena tidak diperhitungkan secara matematis a/ jumlah bilangan dari materi. Bilangan yg dpat dijumlahkan hnya ada dalam rasio (akal), secara realitas bayi itu punya kwantitas.

13

Substansi meiliki kesatuan substansial artinya “ada” kongkrit ditentukan secara hakiki oleh forma substansial dan secara aksidental oleh forma aksidental (ingat lagi materi kuliah kosmologi bagian aristoles). Semakin sempurna substansinya semakin tinggi partisipasinya pd kesatuan. Metafisika mempelajari ini sebagi kesatuan ada kongkrit. Kesatuan substansial adalah syarat hakiki dari kesatuan keluasan dalam kesatuan dimensional. Kontinuitas merupkn suatu kesatuan dlm keberagaman dan berkaitan dgan “ada” material. Ada material adalah tunggal dalm aktus dan jamak dlm potensi. Contohnya; manusia itu tunggal tetapi secara potensialnya jamak. (ingat lagi materi aktus dan potensial). Kita thu bahwa ada dampak yg dimunculkan dari kwantitas keluasan ykni substansi terungkap sebgai perpaduan dari bgian2 intergal eksterior a/ sesuatu yg membuatnya dpt dibagikan.

Secara garis besar tentang kwantitas kongkrit atau real adalah dalam bilangan rial atau kongkrit kita bisa melihat materi secara realitas. Benda dpt dibagi sampai batas terkecil contoh. Roti yg dibagi2, roti tetap sebagai materi atau substansi bukan sebuah konsep karena konsep abstraksi dan matematis bersifat tidak terbatas. Ada real itu terbatas.

Kwantitas dari “ada” material itu terbatas dan tuntas secara eksternal. Karena itu benda dapat dipisah satu sama lain. Pemisahan inilah yang menjadi asal muasal dari keanekaragaman kwantitatif atau kwantitatif numeris. Prinsip individualitas adalah materi bukan forma.

14

2) Kwantitas Bilangan(numeris)- kwantitas tak berlanjutSelain keluasaan dimensional ada juga yang namanya

kwantitas numeris (bilangan). dalam kwantitas ini orang dapat menghitung berapa jumlah benda yang bersangkutan.

Ketika kita berbicara soal kwantitas ini, hal yg harus dihindarkan adalah mengasosiasikannya dgn angka abstrak atau angka matematis. Untuk selanjutnya baca sendiri diktat karena mudah dimengerti…...

Bagian penting lainnya…Karekter –karakter “ada” kongkrit kwantitif (hafalkan!) nb: keterangan baca diktat

a) Divisibilitas atau keterbagianb) Misurabilitas atau keterukuranc) Individualitasd) Keterbatasane) Figurabilitas-kerangkaf) Additiveg) Totus-Partesh) Tatanan Ruangi) Dimensij) Ciri-ciri fisik

1) Bobot, massa2) Kekedapan3) Berhubungan dengan nyata4) Kepadaatan atau densitas5) Keliahatan atau durezza

4.2 Kwalitas

15

Jika kwantitas merupakan sutu-satunya aksiden dalam setiap substansi, sebaliknya kwalitas dpt menghadirkan diri secara jamak. Kejamakan ini mengungkapkan kareakter kwalitas yg beragam. Dlm hubgan dgan substansi ada kwalitas berada secara inheren tp ada pula yg secara sekunder.

Beberapa aspek dari kwalitas: (hafalkan dan penjelasan baca diktat)

1) Cara berada aksiden2) Aksiden intrinsik3) Kwalitas menentukan substansi dlam huban dgn

formanya.

Mengingat bahwa ada substansi spiritual tanpa materi yg memiliki kwalitas, kiranya dpat disimpulkan bahwa secara hakiki kwalitas merupakan aktus aksidental intrinsik yg menentukan substansi dlam hubungan dengan formanya atau cara berada aktual dan pasif. Kwalitas tidak merujuk pada ‘ada’ kongkrit tetapi merujuk pada cara berada ‘ada’ kongkrit. Keberadaan kwalitas selalu melekat pada substansi dan mewujudkannya secara rinci lewat bobot, warna, cahaya temperatur dan densitasnya.

Beberapa bentuk kwalitas: (hafalkan! Penjelasan baca diktat)1) Kwalitas kontigen2) Kwalitas individualKatagori lain yg termasuk dlm pengertian kwalitas adalah

disposisi atau potensialitas untuk beraksi dan menampung aksi. Contohnya; kayu berpotensi menjadi abu, ia dapat demikian jika ia beraksi dengan api. Pengenalan manusia akan materi dan dunia bermula dan berdasar dari peran panca indra secara

16

langsung dan penghadiran itu secara implisit menghadirkan kwalitas indrawi. Dalam pandangan dan gagasan dalam mengenal kwlitas jg dipengaruhi oleh cara mengenal dan memahami.

Ada beberapa gagasaan yg saling bersebrangan: (hafalkan, penjelasan baca diktat!)

1) Subyektivistis2) Persepsionisme3) Interpretasionisme

Hubungan antara kwantitas dan kwalitas yakni keduanya merupakan 2 aksiden sejati dalm substansinya. Keduanya melekat erat pada substansi. Dlm hubungannya dgn substansi aksiden kwantitas memiliki posisi quasi substansi karena menentukan substansi secara material dan memungkinkan aksiden lain melekat pada substansi fisik. Sedangkan relasi antara kwantitas dan kwalitas yakni saling membutuhkan. Setiap kwalitas badani dpt diterima dlm suatu realitas kwantitatif dan dalam kwantitas dan pada saat yg sama kwantitas dari suatu benda ditentukan oleh kwalitas. Maksudnya, kwalitas berada dlm kwantitas spt aktus dalam potensi, di mana kwalitas diterima dan dibatasi oleh dimensi badani dan lewat dimensi itu melekat pada substansi.

Kwalitas dalam dirinya sendiri tidak memiliki bagian-bagian, bukan kesempurnaan kwantitatif dan tidak dapat dibagi-bagi dan diukur. Kwalitas mempunyai intensitas sendiri. Cara ukurnya hanya dilakukan scara tidak langsung dengan menilai dari efek-efeknya. Pengukuran dapat dilakukan dgan

17

mempertimbangkan partisipasi per accidens kwalitas badani pada kwalitas dimensional.

5. TEMPAT DAN WAKTU Ruang dan waktu merupakan parameter universal bagi dunia

dan manusia. Ruang mengungkapkan kondisi niscaya eksistensial dan

koeksistensial dari bagian–bagian atau sebuah perinsip universal dan real yang diiyaratkan agar setiap benda bagainbagian eksterior masing-masing.

5.1.Tempat Gagasan mengenai keberadaan dalam tempat merujuk pada

kedudukan posisional dalam semesta, sehingga kehadiran semacam ini merujuk pada kehadiran di suatu tempat atau kehadiran lokal.

Kehadiran lokal merujuk pada tempat di mana kita berada yang berhubungan dengan ada fisik dan ada-ada yang lainnya.

Ditegaskan bahwa hubungan ini bukan berdasarkan pada kedekatan dan jarak melainkan pada ciri-ciri berikut ini

Menyangkut kesegeraan atau ada langsung di suatu tempat

Kontak dimensional Berkenaan dengan karakter memuat atau mengitari

Gagasan mengenai tempat mempuyai arti pengting bagi manusia nilai penting tersebut terletak pada makan dan peran tempat

18

dalam keseluruhan hidupnya. Di sini ditegaskan juga makna tanggung jawab terhadap lingkungan di mana kita berada dengan melestarikannya. Persoalan mengenai hakikat tempat dan bagaimana jenis tempat kita dihadapkan pada beberapa persoalan berikut ini.Pertama : Jika kehadiran lokal benda-benda badani adalah riil, maka tempat mempunyai karakter riil

pula. Kedua : Tempat yang diduduki oleh suatu benda harus didefinisikan dalam hubungannya dengan benda-

benda lain yang melingkupinya,namun pada saat yang sama benda-benda tersebut dapat

berubah-ubah sedangkan tempatnya tidak mengalami perubahan. Ketiga : Tempat merupakan sesuatu yang riil.

Menurut pandangan Aristoteles tempat merupakan permukaaan tetap suatu benda termuat, berdekatan erat dengan benda tertempati. Gagagsan mengenai perubahan mengandung secara implisit pengertian mengenai gerak lokal. Benda-benda disebut menetap bila tetap tinggal pada posisinya dan berpndah menuju ke tempat lainnya. Tetap dan berpindah selalau berkaitan dengan benda-benda lainnya gerak semacam ini disebut per acidens.

GeraK lokal adalah sebuah pelintasan atau gerak berlanjut dari petensi menuju aktus dalam tatanan keluasan dimensional.

Gerak lokal merupakan aktus yang mengalir dan kesatuannya berasal dari kelanjutan terus menerus.

5.2. Waktu

19

Semua makhluk di semesta raya ini berada dalam pengaruh waktu, waktu sama seperti ruang merupakan “realitas ‘’ hidup seluruh semesta. Realitas waktu merupakan pengalaman harian hidup kita.

Aristoteles memandang waktu sebagai ukuran gerak seturut sebelum dan sesudah (numerous motus secundum prius et posteris )

a. Sebelum dan sesudah merupakan dua bagian gerak dan perubahan sejauh yang satu mengikuti yang lain.

b. Waktu sebgai ukuran gerak oleh karena pergantian memiliki atuu kwalitas tertentu

c. Pengukuran ini terjadi secara tidak langsung artinya waktu mengukur juga tenang dan tetap

5.2.1. Waktu Dan Aksiden Kapan (Aquando) Kapan merupakan sebuah ciri dari semua ada badani

dan ciri ini memungkinkan kita menguraikan keberadaan dan aksi ada badani dalam kategori dan ketentuan waktu

Kapan merupakan kategori aksidental yang menjadi rujukan determinasi temporal, dulu kini dan nati

Kapan adalah aksiden benda konkrit yang tunduk pada sebuah perubahan suksesif

Aksiden quando berhubungan hanya dengan ada-ada fisik badani semata

20

Pengertian tentang waktu mengandung dalam dirinya sebuah gagasan mengenai tetap, stabilitas, permanensi.

Gagasan permanensi merujuk pada durasi atau sejumlah waktu yang dilakoni oleh ada konkrit

Durasi dapat diterapkan secara anolog pada semua ada fisik dan spiritual Allah dan ada hubungan antara tingkatan berada dan tingkatan berdurasi, ketika diterapkan pada Allah, durasi Allah tiada lain adalah keabadianNya

Pada tingkatan makhluk durasi yang sempurna di miliki oleh makhluk spiritual

Durasi yang tidak sempurna hanya dimiliki oleh makhluk badani dan substansi materil

Ada materil tunduk pada perubahan kodrati yang dapat binasa

5.2.2. Waktu Riil Dan Waktu Abstrako Waktu adalah ukuran gerak riil o Waktu dapat diukur dan dicerap oleh indera-indera dalam,

kejadian dan pengalaman lewat ingatan o Fakta dan peristiwa yang kemudian mengkristal menjadi

pengalaman kiranya bukan suatu hal yang direka dan dikarya oleh nalar, artinya keberadaan benda-benda dan makhluk hidup terlepas dari nalar dan durasi hidup

o Dipikirkan atau tidak, panjang umur atau pendek umur ada materil tetap hidup dan eksis in se

o Eksistensi adalah ke-ada-an riil, ada sebagai aktus

21

Aristoteles berpendapat bahwa waktu dapat didekati dari dua sudut pandang yaitu sebagaibilangan abstrak (numerus numerante)atau bilangan konkrit (numerus numerato) jika dilihat dari sudut kekongkritannya, waktu merupakan bilangan yang dapat dihitung sebagai mana terungkap dalam suksesi temporal. Namun dapat dilihat sebagai suatu keseluruhan, waktu hanya berada dalam pikiran, artinya seluruh peristiwa dan pengalaman manusia dalam semesta raya dan dalam waktu dilihat dan dinilai sebagai suatu hal yang saling berkaitan dan keterikatan semacam ini mengungkapkan bahwa peristiwa-peristiwa dapat dipilah-pilah dan dikelompokkan berdasarkan periode waktu secara terinci seturut sebelum dan sesudah. Pikiran hanya dapat mengingat masa lalu dan merekonstruksi masa depan di luar ingatan dan merekonstruksi hanya ada kekinian saja.

Beberapa karakter waktu sejauh sebagai kwantitas gerak: Waktu memuat pengertian tentang kurang dan lebih Sebagai kwantitas berlanjut (kesatuan), waktu dapat dibeda-

bedakan dalam bagian-bagian tak menentu (bukan keterbatasan) dan tidak pernah dpt diurai dalam bagian-bagian yang tertutup

Ukuran waktu nyata tergantung pada waktu gerak yang diukur

Hal lain yang harus diungkapkan adalah irreversibilitas waktu, waktu tidak pernah terulang kembali

22

5.3. Aksi dan DeritaKita mengenal ada empat sebab utama yang digagas oleh Aristoteles

Sebab material Sebab formal Sebab pelaku Sebab tujuan akhir

Ada fisik badani adalah ada yang menjadi sehingga proses menjadi aktus mensyaratkan adanya penyebab

Aksi memperlihatkan sebuah aktivitas yang dilakukan oleh suatu benda terhadap benda lain, sedangkan derita merujuk pada “Akibat” yang diterima oleh suatu benda dari benda lainnya

Aksi merupakan sebuah kegiatan, keativitas, gerakan, pekerjaan suatu substansi terhadap substansi lain, sehingga substansi demikian dapat beralih dari potensi menjadi aktus

Derita adalah suatu aksiden dari suatu substansi yang mengalami aksi perwujudan dan penyempurnaan oleh suatu sebab pelaku, sehingga dapat beralih dari potensi pasif semata menjadi sebuah aksi atau aktusAda dua jenis aksi

Aksi transitif Aksi imanen

Kemampuan bertindak atau berreaksi merupakan salah satu cara berada dan beraksi merupakan konsekwensi atau akibat dari keberadaannya (opreri sequitur esse).

23

Soal-soal kosmologi:1. Apa yang dimaksudkan dengan ”kedua prinsip majemuk

berada dalam relasi potensi – aktus?2. Jelaskan apa yg dimaksud dgn makna transendental substansi?3. Uraikan hakekat kwalitas, fungsinya dlm ada substansial dan

sebutkan 3 karakter ada kongkrit kwantitif (singkat saja)!4. Jelaskan hakekat kwalitas, fungsi dalam ada substansial dan

tiga cara berada kwalitatif5. Jelaskan apa hakekat berada secara temporal menurut

aristoteles dan kareakter waktu sebagai kwantitas gerak.

24