credit union info

47
Koperasi kredit atau Credit Union atau biasa disingkat CU adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak di bidang simpan pinjam yang dimiliki dan dikelola oleh anggotanya, dan yang bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya sendiri. Koperasi kredit memiliki tiga prinsip utama yaitu: 1) azas swadaya (tabungan hanya diperoleh dari anggotanya); 2) azas setia kawan (pinjaman hanya diberikan kepada anggota) dan 3) azas pendidikan dan penyadaran (membangun watak adalah yang utama; hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman) Sejarah Sejarah koperasi kredit dimulai pada abad ke-19. Ketika Jerman dilanda krisis ekonomi karena badai salju yang melanda seluruh negeri. Para petani tak dapat bekerja karena banyak tanaman tak menghasilkan. Penduduk pun kelaparan. Situasi ini dimanfaatkan oleh orang-orang berduit. Mereka memberikan pinjaman kepada penduduk dengan bunga yang sangat tinggi. Sehingga banyak orang terjerat hutang. Oleh karena

Upload: independent

Post on 26-Jan-2023

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Koperasi kredit atau Credit Union atau biasa

disingkat CU adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak di

bidang simpan pinjam yang dimiliki dan dikelola oleh anggotanya,

dan yang bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya sendiri.

Koperasi kredit memiliki tiga prinsip utama yaitu: 1) azas

swadaya (tabungan hanya diperoleh dari anggotanya); 2) azas setia

kawan (pinjaman hanya diberikan kepada anggota) dan 3) azas

pendidikan dan penyadaran (membangun watak adalah yang

utama; hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman)

Sejarah

Sejarah koperasi kredit dimulai pada abad ke-19.

Ketika Jerman dilanda krisis ekonomi karena badai salju yang

melanda seluruh negeri. Para petani tak dapat bekerja karena

banyak tanaman tak menghasilkan. Penduduk pun kelaparan.

Situasi ini dimanfaatkan oleh orang-orang berduit. Mereka

memberikan pinjaman kepada penduduk dengan bunga yang

sangat tinggi. Sehingga banyak orang terjerat hutang. Oleh karena

tidak mampu membayar hutang, maka sisa harta benda mereka

pun disita oleh lintah darat.

Kemudian tidak lama berselang, terjadi Revolusi Industri.

Pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia diambil alih oleh

mesin-mesin. Banyak pekerja terkena PHK. Jerman dilanda masalah

pengangguran secara besar-besaran.

Melihat kondisi ini wali kota Flammersfield, Friedrich Wilhelm

Raiffeisen (May 3, 1818, Hamm (Sieg) - March 11, 1888,

Heddesdorf, now in Neuwied, Germanymerasa prihatin dan ingin

menolong kaum miskin. Ia mengundang orang-orang kaya untuk

menggalang bantuan. Ia berhasil mengumpulkan uang dan roti,

kemudian dibagikan kepada kaum miskin.

Ternyata derma tak memecahkan masalah kemiskinan. Sebab

kemiskinan adalah akibat dari cara berpikir yang keliru.

Penggunaan uang tak terkontrol dan tak sedikit penerima derma

memboroskan uangnya agar dapat segera minta derma lagi.

Akhirnya, para dermawan tak lagi berminat membantu kaum

miskin.

Raiffeisen tak putus asa. Ia mengambil cara lain untuk

menjawab soal kemiskinan ini. Ia mengumpulkan roti dari pabrik-

pabrik roti di Jerman untuk dibagi-bagikan kepada para buruh dan

petani miskin. Namun usaha ini pun tak menyelesaikan masalah.

Hari ini diberi roti, besok sudah habis, begitu seterusnya.

Berdasar pengalaman itu, Raiffeisen berkesimpulan: “kesulitan

si miskin hanya dapat diatasi oleh si miskin itu sendiri. Si miskin

harus mengumpulkan uang secara bersama-sama dan kemudian

meminjamkan kepada sesama mereka juga. Pinjaman harus

digunakan untuk tujuan yang produktif yang memberikan

penghasilan. Jaminan pinjaman adalah watak si peminjam.”

Untuk mewujudkan impian tersebutlah Raiffeisen bersama

kaum buruh dan petani miskin akhirnya membentuk koperasi

bernama Credit Union (CU) artinya, kumpulan orang-orang yang

saling percaya.

Credit Union yang dibangun oleh Raiffeisen, petani miskin dan

kaum buruh berkembang pesat di Jerman, bahkan kini telah

menyebar ke seluruh dunia.

Credit union berasal dari bahasa latin. Credit dari kata

latin credere yang berarti percaya. Union –unus (satu) berarti

perkumpulan. Sesuai dengan sejarah dan perkembangannya, maka

credit union dapat diartikan sebagai “badan usaha yang dimiliki

oleh sekumpulan orang dalam suatu ikatan pemersatu, yang

bersepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga

menciptakan modal bersama guna dipinjamkan di antara sesama

mereka dengan bunga yang layak serta untuk tujuan produktif dan

kesejahteraan”. Credit union sekarang sering disingkat dengan CU.

Gerakan CU disinyalir muncul sekitar abad XIX (1849) di

Flammersfield, Jerman. Pada masa itu muncul revolusi industri di

sana. Banyak rakyat sederhana yang menderita, terutama kaum

buruh. Tenaga mereka diganti dengan mesin sehingga mereka

tidak mendapat pekerjaan lagi. Selain itu, alam juga tidak

bersahabat, para petani banyak yang mengalami gagal panen.

Banyak anggota masyarakat yang jatuh ketangan lintah darat.

Masyarakat mengalami krisis ekonomi besar-besaran. Akibatnya

kelaparan terjadi di mana-mana.

Menyadari situasi yang demikian, Frederich Wilhelm Raiffeisen,

Walikota Flammersfield pada waktu itu, tidak bisa tinggal diam.

Raiffeisen berpikir keras bagaimana mengatasi situasi yang

demikian. Ia mencoba beberapa cara supaya rakyatnya tidak

menderita. Cara pertama, Raiffeisen mengumpulkan para

dermawan dan meminta mereka memberi sumbangan modal bagi

rakyat miskin yang membutuhkan guna modal usaha. Namun cara

ini tidak berhasil karena mereka yang menerima bantuan itu selalu

merasa kurang dan gagal menjalankan usahanya.

Gagal dengan cara pertama, Raiffeisen mengunakan cara lain

yang tidak memberikan bantuan dalam bentuk uang. Dari

sumbangan yang ada, ia membelikan roti. Ia juga meminta bantuan

dari pabrik roti. Roti-roti tersebut dibagikan kepada masyarakat

yang membutuhkan. Senasib dengan cara pertama, cara kedua ini

pun gagal karena rakyat menjadi malas untuk berusaha

menghidupi dirinya sendiri.

Dari kedua cara yang gagal ini, Raiffeisen menarik dua

kesimpulan. Pertama, kesulitan kaum miskin hanya dapat diatasi

oleh kaum miskin itu sendiri dengan Jalan mengumpulkan

modal dan kemudian meminjamkan modal tersebut kepada

sesamanya. Kedua, Sumbangan tidak akan menolong untuk dirinya

sendiri, tetapi sebaliknya merendahkan martabat manusia yang

menerimanya.

Dengan latar belakang dari kedua kesimpulan

tersebut, Raiffeisen dengan kelompok kaum buruh membuat

kelompok dan menetapkan tiga prinsip:

1. Tabungan hanya diperoleh dari anggota

2. Pinjaman hanya diberikan kepada anggota

3. Jaminan terbaik bagi pinjaman adalah watak si peminjam itu

sendiri.

Ketiga prinsip tersebut dipilih karena mencerminkan adanya

usaha swadaya dari kelompok masyarakat yang senasib

sepenanggungan berdasarkan pada naluri kerjasama. Dengan

demikian muncullah azas “DARI, OLEH DAN UNTUK

ANGGOTA”. Caranya adalah melalui simpan-pinjam berdasarkan

kerjasama dan saling percaya. Inilah yang menjadi modal untuk

memperbaiki situasi yang ada pada masa itu.

Luar biasa, dengan cara ini pelan-pelan tapi pasti, masyarakat

yang sebelumnya miskin mulai hidup lebih baik. Lama kelamaan

semakin nampak perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.

Perkembangan yang muncul bukan hanya dari segi materi, tetapi

watak, kerjasama dan kebersamaan masyarakat pun semakin

meningkat.

Dari Jerman gerakan Credit Union menyebar ke Canada

yang dipelopori oleh Alphonse Desjardin seorang wartawan. Tahun

1955 beberapa Credit Union sudah tampak terbentuk di berbagai

negara. CU juga masuk ke Amerika Serikat, dipelopori oleh Edward

Filline. Ketika masa pemerintahan Presiden FD Rosevelt, tahun 1934

gerakan ini mendapatkan legalitas perundang-undangan yang

akhirnya membentuk Biro Pengembangan Credit Union Sedunia

dengan nama WOCCU (World Council Of Credit Union). Tahun

1971 diresmikan menjadi Dewan Credit Union Sedunia

yangberanggotakan 70 negara dengan 7 konfederasi besar

yang berpusat di Madison, Wisconsin, Amerika Serikat (USA).

Tahun 1967 WOCCU diundang ke Indonesia yang diwakili oleh

Mr.A.A.Baily untuk memperkenalkan gagasan Credit Union. Tahun

1970 dibentuk Credit Union Conceling Office (CUCO) yang disebut

BK3I (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia/INKOPDIT) di

Jakarta yang dipelopori oleh seorang misionaris,

yaitu Pater Karl Albrecth, SJ (Karim Arbei). Beliau meninggal karena

dibunuh oleh milisi Timor Timur, di Dili pada tanggal 11 September

1999.

Fungsi Credit Union Conseling Office/BK3I/INKOPDIT adalah:

1. Memberikan konsultasi

2. Menyediakan bahan dan program pelatihan

3. Menyelenggarakan kursus-kursus dan pelatihan

4. Menyebarkan informasi tentang gerakan Credit Union

5. Merintis pembentukan Badan Koordinasi Koperasi Kridit

Daerah (BK3D)

Sejak terbentuknya BK3I, CU mulai terbentuk di beberapa

daerah. Tahun 1975 BK3I menyelenggarakan kursus dasar CU

di Nyarumkop dan Sanggau, Kalimantan Barat. Kegiatan ini

melahirkan CU Lantang Tipo di Pusat Damai yang sampai saat ini

semakin berkembang pesat. Ada juga CU di Batang Tarang, dan

Kuala Dua.

Dalam perkembangannya di Indonesia, CU terkesan lambat.

Berbagai macam usaha mulai dilakukan. Misalnya Tahun 1976

diadakan Konfrensi Nasional CU di Ambarawa, Jawa Tengah.

Konfrensi ini dihadiri oleh Ir. Ibnu Soejono Direktur Jenderal

Koperasi pada saat itu. Tahun 1981 Konferensi Nasional Credit

Union yang akhirnya melahirkan BK3D Kalimantan dengan

ketuanya Drs.Robby Tulus. Namun, baru tahun 1990-an, CU di

Kalbar mulai tampak kemajuannya.

Menyadari perkembangan dan keunggulan Credit Union,

Keuskupan Pangkalpinang melalui yayasan yang dimilikinya,

Yayasan Tunas Karya, berkehendak baik untuk membantu

masyarakat miskin melalui CU. Maka diutuslah 12 orang (5 imam, 7

awam) untuk mendalami CU di Kalimantan Barat selama dua bulan

(Oktober-November 2008). Kemudian dari 12 orang perintis ini CU

di bawah naungan Yayasan Tunas Karya, Keuskupan Pangkalpinang

mulai dirancang, dibentuk, diberi nama Jembatan Kasih. Setelah

diadakan lokakarya selama tiga hari (12-14 Januari 2009, akhirnya

CU Jembatan Kasih diresmikan berdirinya pada tanggal 15 Januari

2009 di Kompleks Sekolah Yos Sudarso, Batam.

CREDIT UNION

SEGERA JADI TREND

ANAK MUDA

INDONESIA.

Written by AD

Thursday, 07 January 2010 10:48

CREDIT UNION - TREND ANAK MUDA INDONESIA.

Bintaro, 1 Desember 2009.

“Kejujuran adalah bagian pertama dari buku

kebijaksanaan.” – Thomas Jefferson.

Nilailah diri Anda dan segala sesuatu yang Anda lakukan

dengan kejujuran. Itulah kunci kemurnian dan

keberhasilan…..dalam apapun yang Anda lakukan.

Tidak berapa lama lagi, dalam pergaulan sehari-hari orang-

orang muda di Indonesia, akan muncul pembicaraan-

pembicaraan sebagai berikut: Anda sudah ikut Credit

Union? Credit Union dimana yang anda ikuti? Apa yang anda

rasakan setelah sekian lama ikut Credit Union? Mengapa anda

memilih Credit Union? Apa yang anda ketahui tentang kemajuan

Credit Union anda & sebagainya?

“Setiap kali Anda jujur dan memimpin diri sendiri

dengan kejujuran, daya kesuksesan akan mendorong Anda

menuju keberhasilan yang lebih besar. Setiap Anda

berdusta, walaupun dengan dusta putih yang kecil, akan

muncul daya kuat yang mendorong Anda kepada

kegagalan.” – JOSEPH SUGARMAN.

Menjadi murni dengan setiap orang dimulai dengan

kebenaran dalam segala hal, terutama hal-hal yang kecil. Jagalah

diri Anda dari tindakan kompromi kecil dalam integritas

Anda. Keretakan kecil akan membuat kegagalan yang besar.

Anda sudah ikut Credit Union?

Pertanyaan ini kelak pasti akan menjadi trend dikalangan

anak muda Indonesia. Mengapa? Hal ini sangat diperkuat,

karena beberapa hal tentunya.

Bermula dengan munculnya ajakan kepada anak-anak

remaja, pelajar & mahasiswa dari orang-tua mereka agar mereka

ikut Credit Union. Walaupun mereka pada awalnya tidak tertarik

dengan ajakan orang-tua mereka, apalagi kebanyakan dari

mereka belum memiliki penghasilan yang tetap. Selain itu

mereka sudah terlanjur menganggap remeh dengan sesuatu

yang mirip dengan koperasi. Tapi pandangan ini berangsur-

angsur berubah sesuai dengan perkembangan zaman sulit saat

ini yang dialami langsung oleh kaum muda Indonesia.

Anak-anak & remaja yang dibawa oleh orang-tua mereka

untuk didaftarkan menjadi anggota khusus atau anggota

istimewa, mengingat mereka pada umumnya belum memiliki

Kartu Tanda Penduduk (KTP) karena masih dibawah umur 17

tahun. Tentu saja orang-tua mereka mempunyai maksud &

tujuan yakni membiasakan putra-putri mereka untuk belajar

menabung sejak anak-anak & tidak bersikap boros. Walaupun

untuk hal ini mereka harus rela berkorban mengeluarkan dana

esktra, demi perkembangan pendidikan pribadi putra-putri

mereka kelak, mereka bertekad mendukungnya.

Merekapun diikut-sertakan dalam pendidikan dasar I yang

diberikan oleh para Fasilitator Credit Union bersama-sama para

anggota dewasa lainnya. Sedikit banyak mereka mulai mengerti

tujuan & maksud menjadi anggota Credit Union. Dari

pendidikan inipun, dapat mulai mereka rasakan betapa mulianya

tindakan yang diambil para orang-tua mereka. Merekapun

menjadi tidak canggung untuk datang setiap bulannya kekantor

Credit Union untuk menabung, ya betul …mereka mulai mandiri

menyisihkan uang jajan mereka untuk menabung. Inter aksi

dengan pengurus Credit Union inipun menjadikan mereka lebih

cepat maju daripada belajar dikelas saja. Sedikit demi sedikit

kepercayaan diripun tumbuh & mereka merasakan kebanggaan

atas apa yang telah mereka lakukan. Itulah sebabnya, merekapun

tidak segan untuk menyampaikan pertanyaan kepada teman-

teman mereka dalam pergaulan sehari-hari, sebagai kabar baik,

“Sudah ikut Credit Union?”

Maka kalau saja diandaikan anak-anak & remaja itu saat ini

berusia rata-rata antara 10 s/d 15 tahun maka, 5 tahun

mendatang apabila mereka terus menjadi penabung aktip,

mereka segera akan menjadi Generasi Baru yakni Generasi Credit

Union pada usia 15 s/d 20 tahun. Tentu saja mereka akan

menjadi kelompok muda yang mempunyai wawasan yang lebih

luas tentang bagaimana mengelola keuangan yang lebih baik &

berakar pada masyarakat disekitar mereka.

Tentunya hal ini jauh berbeda dengan bagi anggota yang

berstatus diatas 18 Tahun yang pada umumnya berstatus

mahasiswa / baru bekerja diperusahaan, yang walaupun

dijeburkan oleh keluarga mereka untuk menjadi anggota Credit

Union atau terbawa oleh temannya. Mereka yang pada

umumnya masih fokus pada pendidikan mereka di perguruan

tinggi, pekerjaan & pergaulan, sehingga belum memiliki dana

yang cukup untuk disisihkan dalam menjadi anggota Credit

Union aktip, apabila mereka tidak didukung sejak awal.

Selain itu kebanyakan mereka sudah tercemar dengan

pendidikan Kartu Kredit/ KTA (Kredit Tanpa Anggunan yang

memudahkan mereka mendapatkan sesuatu, tanpa berpikir

bagaimana penyelesaian hutang-hutang pada kartu kredit/ KTA

mereka). Hal ini juga banyak terjadi pada mereka yang bangga

karena baru bekerja diperusahaan & lupa akan pengelolaan uang

pribadi mereka. Mereka yang lebih pantas disebutkan Generasi

Kartu kredit, gampang pakai, bayar belakangan.

Namun beruntung dari beberapa anggota Credit Union yang

berhasil keluar dari jeratan diatas, merekapun mulai disadarkan

sejak mengikuti pendidikan dasar Credit Union. Mereka pun

mulai bertindak untuk mengatakan No kepada Kartu Kredit atau

minimal mulai belajar membatasi hawa nafsu mereka. Bahkan

yang lebih pintar, malah langsung bertindak lebih jauh dengan

mulai mengadakan pengakuan dosa di bangku kredit Credit

Union alias meminjam untuk memindahkan hutang mereka di

kartu kredit ke Credit Union yang memang lebih fleksibel & lebih

kecil bunganya serta lebih kekeluargaan

pelayanannya. Merekapun sadar bahwa Credit Union salah satu

cara penyelamatan dari kekangan. Kebebasan yang mereka

rasakan tentunya kelak akan mengundang mereka sendiri untuk

menyampaikan kepada teman-teman & keluarga mereka: ”Anda

sudah ikut Credit Union?” & pertanyaan-pertanyaan berikutnya

meluncur dari mulut orang-orang muda di Indonesia & layak

apabila Credit Union jadi TREND anak muda Indonesia.

Rangkuman:

Mendidik sikap tidak boros sejak masa kanak-kanak.

Berusaha menjadi penabung aktip.

Pandai mengelola keuangan mereka yang ada dengan baik

sajak dini.

Karyawan muda yang baru bekerja mulai merancang masa

depan dengan menghindari sikap konsumtip.

Dengan dana mereka yang terkumpul di Credit Union, akan

mendukung mereka pindah dari seorang Karyawan menuju

kewiraswastaan.

”Anda tidak pernah diberikan keinginan tanpa kuasa

untuk mewujudkannya. Anda harus bekerja untuk meraih

itu.” – RICHARD BACH.

Jalan menuju potensi terbuka lebar dan sedang menantikan

Anda. Dia menawarkan kesempatan bagi Anda untuk berkelana

kemana saja. Namun, sama seperti perjalanan, ia tidak akan

ditempuh sampai Anda mengambil langkah pertama. Impian

hanya dapat terwujud bila Anda mulai mengerjakannya. Jangan

biarkan impian Anda tinggal menjadi impian. Bekerjalah

sekarang. Lakukan apa yang dapat Anda lakukan saat ini. Jangan

khawatir dengan apa yang belum dapat Anda lakukan. Hari esok

tidaklah terlalu lama.

Credit Union dimana yang anda ikuti?

Bung Hatta – Proklamator kita bahkan telah memulai

koperasi sejak zaman kemerdekaan dahulu. Tetapi anehnya

banyak orang Indonesia justru mencemoohkan koperasi, paling

tidak mereka bersikap mengecilkan arti koperasi. Hal ini juga

mungkin terjadi pada diri kita sendiri. Credit Union memang

kelihatannya sama dengan koperasi, tetapi sebenarnya jauh

berbeda apabila kita mengikutinya. Walaupun d Indonesia

semua aturannya disamakan dengan pengaturan berdirinya

sebuah Koperasi.

Begitu pula sebenarnya perkembangan Credit Union di

Indonesia sebenarnya sudah cukup lama. Hal ini dibuktikan

adanya beberapa Credit Union contohnya saja credit union-credit

union di Kalimantan. Namun salah satu salah satu dari Credit

Union yang memiliki Visi & Misi bagi perkembangan keuangan &

usaha para anggotanya adalah Credit Union Bererod Gratia &

yang juga perkembangannya mendapat bimbingan dari salah

satu Credit Union di Kalimantan.

Rangkuman:

Banyak Credit Union bertumbuhan & Credit Union Bererod

Gratia harus menjadi yang terbaik bagi masyarakat Indonesia

didalam mencapai kesejahteraan bersama sesuai dengan Visi &

Misi para pendirinya.

”Seseorang tidak akan mau merangkak saat ia sedang

mengaum.” – HELEN KELLER.

Tuhan memberikan masing-masing hasrat untuk

mengaum. Kita diciptakan sesuai dengan gambaranNya; berarti

kita seharusnya tidak merangkak. Capailah cita-cita tertinggi dan

hasrat Anda terbesar yang diberikan Tuhan, dan biarkan mereka

memiliki sayap. Anda dirancang untuk berada dipuncak yang

tertinggi.

Apa yang anda rasakan setelah sekian lama ikut Credit

Union ?

Perasaan hati lebih baik karena ada dana yang disimpan di

Credit Union yang bertambah dari bulan ke bulan yang

memungkinkan untuk menjadi dana pensiun dihari tua.

Dana pensiun tersebut juga bisa menjadi jaminan dalam

jaminan pinjaman untuk memulai usaha baru ataupun yang

mengembangngkan usaha-usaha yang ada.

Dengan aktif menjadi anggota Credit Union tersebut

juga telah mengarahkan para anggotanya untuk berinventasi dan

mendapatkan penghasilan pasif ( Pasif Income) sesuai besaran

jumlah dana yang ditabungkan / disimpankannya

Rasa khawatir tidak dapat mengembalikan pinjaman

karena meninggal dunia dan akan menjadi tanggungan ahli

waris kelak, menjadi hilang karena meminjam di Credit

Union.

Rangkuman:

Secara kejiwaan & kepercayaan diri Credit Union akan

membantu para anggota dalam mengarungi masa depan mereka

secara bersama-sama. Mereka menjadi suatu kelompok yang

lebih baik dalam mengelola keuangan mereka pribadi &

sekaligus juga telah diarahkan menjadi Pengusaha & Investor.

“Kita semua hidup dibawah langit yang sama, namun

tidak semuanya memiliki horizon yang sama.” – KONRAD

ADENAUER.

Perhatikan setengah lusin manusia yang lahir ke dalam situasi

serupa dan memiliki kesempatan yang sama dalam hidup. Anda

mungkin merasa bahwa tidak ada dua orang yang mengakhiri

sesuatu pada arah yang sama. Impian Anda memiliki pengaruh

yang besar terhadap apa yang dapat Anda capai. Pandanglah

kepada horizon yang terjauh dan harapkan hal-hal besar terjadi.

Mengapa anda memilih Credit Union?

1. Dengan tingginya rata-rata angka inflasi di Indonesia

dari tahun ke tahun yakni sekitar 5 s/d 7 % maka sulit bagi kita

untuk menabung dan menggunakan tabungannya di masa

depan dengan nilai yang paling sedikit menyamai pada waktu

mereka mulai menabung. Sehingga credit Union yang

memberikan bunga 14 % per tahun (Berubah sesuai Pol-Jak) atau

7 s/d 9 % lebih besar dari nilai rata-rata inflasi di Indonesia akan

sangat membantu para anggotanya mencapai kesejahteraan

kelak, karena mereka menabung dengan bunga diatas rata-rata

inflasi.

2. Menabung untuk hari tua semakin diperlukan dengan

fakta atas kemajuan teknologi yang begitu cepat, yang telah

membuat banyak perusahaan mengalami perubahan yang

cepat juga. Sehingga banyak perusahaanpun telah cukup lama

memulai menghilangkan penyediaan dana pensiun bagi para

pekerjanya. Hal ini juga diperjelas di Indonesia dengan adanya

sistim kontrak pekerja di Indonesia & dikurangkan bahkan

dihilangkannya karyawan tetap.

3. Kenyataan suku bunga didunia perbankan yakni berkisar

dibawah 5% pertahun juga telah mendukung para anggota

Credit Union atau peminatnya untuk memilih credit Union

sebagai alternative dalam menginvestasikan atau menabung

dana mereka di Credit Union dari pada di sebuah bank, juga

tidak adanya biaya administrasi serta pemotongan pajak atas

bunga yang mereka dapatkan semakin membuat Credit Union

menjadi pilihan utama di Indonesia.

4. Kebobrokan di dunia perbankan di Indonesia yang

terjadi pada tahun 1997-1998 juga telah meruntuhkan

kepercayaan masyarakat kepada dunia perbankan. Hal itu telah

semakin membuat menebalnya keyakinan masyarakat untuk

mencari institusi keuangan yang lebih bisa dipercaya dan

terkontrol oleh mereka secara langsung serta peredaran dananya

diberikan kepada kelompok masyarakat mereka sendiri, telah ikut

membuat pilihan mereka jatuh kepada Credit Union.

Rangkuman:

Kita memang memerlukan institusi yang memberikan bunga

yang lebih tinggi dari angka inflasi yang terjadi di Indonesia,

dalam mempersiapkan dana pensiun kita. Kenyataan tidak

adanya institusi yang menyediakan dana pensiun, menjadikan

setiap anggota masyarakat memikirkannya sendiri atau secara

bersama-sama seperti di Credit Union. Kepercayaan pada Credit

Union, kendati masih harus terus diperjuangkan & dibuktikan.

“Pemikiran besar menghasilkan prestasi besar.” –

Wilfred A. Peterson.

Tiada seorang pun yang melakukan perkara besar tanpa

memimpikan impian besar, Biarkan pikiran Anda

melayang. Berpikirlah diluar garis! Jangan biarkan orang

menganjurkan Anda berpikiran sempit. Pergilah kearah yang

baru. Kalau tidak, Anda tidak akan berhasil mencapai

impian…….kecuali Anda memiliki sejumlah impian yang indah.

Apa yang anda ketahui tentang kemajuan Credit Union

anda & sebagainya?

Credit Union Bererod Gratia (CUBG) memang terhitung masih

sangat muda sekali & masih harus diperjuangkan oleh baik

pengurusnya maupun oleh para anggotanya. Namun melihat

perkembangan jumlah anggotanya dari tahun ke tahun rasanya

cukup untuk kita menyimpulkan bahwa hal ini juga merupakan

salah satu kemajuannya. Belum lagi bermunculannya anggota

yang masih berusia muda, telah menyakinkan kita bahwa Credit

Union Bererod Gratia ini tidak takut kehilangan Generasi Muda

atau Generasi penerus sepanjang jalannya kedepan.

Belum lagi bertambahnya kantor-kantor Tempat Pelayanan &

Pangkalan Kolektor telah juga menjadi keyakinan tersendiri bagi

anggotanya bahwa kedepan adalah jalan yang cerah.

Pemilihan Ketua & Pengurus Credit Union Bererod Gratia

yang terus didesak untuk menjadi pemilihan yang demokratis,

juga akan terus menjadikan akar pelopor yang kokoh bagi

penerusnya kedepan. Belum lagi semakin banyak para pemuda

& pemudi yang kelak mau memulai aktip didalam kepengurusan,

akan menjadi ranting-ranting baru yang terus

tumbuh. Walaupun masih perlu diedarkannya rasa nasionalisme

dalam memperjuangkan kemerdekaan & kebebasan keuangan

para anggota yang lebih cepat & lebih nyata serta harus menjadi

bukti yang hidup dimasyarakat.

Dan terakhir tentunya adalah masalah jumlah asset yang

terus berkembang dari tahun ke tahun adalah juga merupakan

salah satu ciri kemajuan Credit Union ini. Sampai saat ini, jumlah

asset yang dikumpulkan oleh para anggotanya tersebut telah

berjumlah sangat luar biasa & sangat mendukung para

anggotanya yang memerlukan dana. Dana tersebut juga

beredar di para anggota yang berupa pinjaman & masih terus

akan berkembang yang tentunya dapat menjadikan Credit Union

Bererod Gratia ini menjadi salah satu Institusi Keuangan yang

bisa diandalkan masyarakat Indonesia.

Tentu saja pengawasan & analisa pemberian kredit yang

masih harus terus menerus diperhatikan & dikembangkan agar

semua pinjaman dapat kembali atau mampu dikembalikan para

anggotanya yang meminjam dengan kesadaran, rasa tanggung

jawab yang tinggi & rasa memiliki yang diajarkan pada

Pendidikan Dasar.

Pendidikan Usaha & Motivasi juga perlu menjadikan bahan

pemikiran sebagai pendidikan lanjutan kedepannya. Juga perlu

dipikirkannya Pendidikan Dasar bagi Anak & Remaja secara

terpisah dari orang dewasa. Lebih jauh lagi keberanian Credit

Union sebagai Lembaga untuk juga masuk dalam usaha-usaha

Lembaga, yang kelak memungkinkan menjadi asset yang

mendatangkan pendapatan pasif sekaligus membuka lapangan

kerja baru, serta tentunya keuntungan para anggotanya sebagai

pemegang saham atas Credit Union tersebut.

Hal ini semuanya bukan saja menjadi kemajuan-kemajuan

Credit Union kita, tetapi sekaligus juga akan menjadi tantangan

nyata dalam mensejahterakan para anggota secara bersama-

sama. Lebih luas lagi kesejahteraan masyarakat & bangsa

Indonesia.

Rangkunan:

Bertambahnya anggota menjadi tanda akan kebutuhan

masyarakat akan suatu institusi keuangan yang dapat dipercaya

saat ini. Ternyata masyarakat Indonesia masih cinta akan cara

hidup Gotong-Royong dalam mencapai cita-cita mereka. Iklim

demokrasi & rasa cinta pada Bangsa sendiri harus terus

dikembangkan & dibuktikan terus dengan tumbuhnya asset

Credit Union & kemakmuran anggotanya serta muncul para

pengusaha yang didukung oleh Instutisi Keuangan terpercaya,

dari kelompok ini, kelompok Credit Union dimasa yang akan

datang.

“Ada dua jenis manusia didunia ini …..seorang realis dan

pemimpi. Mereka yang realis tahu kemana mereka akan

pergi. Mereka yang pemimpi telah tiba disana.” – ROBERT

ORBEN.

Sudah sejauh mana Anda beranjak dari impian Anda? Masa

depan Anda hanyalah segairah jawaban Anda atas pertanyaan

tersebut. Jelajahilah kemungkinan dalam pikiran Anda. Ambil

perjalanan dalam impian Anda. Lalu, bangun dan bersiaplah

mewujudkannya.

KAJIAN SELAYANG CREDIT UNION INDONESIA

PENGERTIAN CREDIT UNION

Riza dalam wawancaranya dengan Tony Kusmiran menyatakan

bahwa Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin “credere” yang

artinya percaya dan “union” atau “unus” berarti kumpulan.

Sehingga “Credit Union” memiliki makna kumpulan orang yang

saling percaya, dalam suatu ikatan pemersatu dan sepakat untuk

menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama

untuk dipinjamkan kepada anggota dengan tujuan produktif dan

kesejahteraan.

Menurut Sarvianus Mimi, Credit Union ialah “kumpulan orang”

(disebut anggota) yang bersepakat membentuk sebuah

perusahaan atau lembaga keuangan sebagai sumber modal

bersama. Dengan modal dari kekurangannya, orang-orang tersebut

menginvestasikan, meminjamkan dan mengembangkan uang

diantara sesama mereka, dengan bunga yang layak untuk

kepentingan produktif demi mencapai kesejahteran dan kebebasan

finansial (keuangan) secara bersama-sama. Credit Union berasal

dari bahasa latin “Credere” yang berarti saling percaya, dan “Unus”

yang berarti komunitas/kumpulan, jadi Credit Union adalah

Sekumpulan orang yang saling percaya.

SEJARAH SINGKAT LAHIRNYA CREDIT UNION

Menurut sejarahnya, CU lahir pertama kali pada pertengahan abad

19 di Jerman yang dilatarbelakangi keprihatinan terhadap kondisi

sosial ekonomi yang suram. Lembaga ini digagas seorang walikota

Flammersersfield, Jerman Barat, bernama Friedrich Wilhem

Raiffeisien.

Pada abad ke-19, Jerman dilanda krisis karena badai salju yang

melanda seluruh negeri. Para petani tak dapat bekerja dan banyak

tanaman tak menghasilkan. Penduduk pun kelaparan. Situasi ini

dimanfaatkan oleh orang-orang berduit. Mereka memberikan

pinjaman kepada penduduk dengan bunga yang tinggi. Banyak

orang terjerat hutang. Karena tak punya penghasilan dan dibebani

bunga yang sangat tinggi, akhirnya mereka tak mampu membayar

hutang. Sisa harta benda mereka pun disita oleh lintah darat.

Karena kehidupan di desa sangat sulit, banyak orang pergi ke kota.

Tak lama berselang, terjadi Revolusi Industri. Pekerjaan yang

sebelumnya dilakukan manusia iambil alih oleh mesin-mesin.

Banyak pekerja terkena PHK. Jerman dilanda masalah

pengangguran secara besar-besaran. Melihat kondisi ini wali kota

Flammersfield prihatin dan ingin menolong kaum miskin. Nama

wali kota itu F.W. RAIFFEISEN. Ia mengundang orang-orang kaya

untuk menggalang bantuan. Ia berhasil mengumpulkan uang dan

roti, kemudian dibagikan kepada kaum miskin. Ternyata derma tak

memecahkan masalah kemiskinan. Sebab kemiskinan adalah akibat

dari cara berpikir yang keliru. Penggunaan uang tak terkontrol dan

tak sedikit penerima derma memboroskan uangnya agar dapat

segera minta derma lagi. Akhirnya, para dermawan tak lagi

berminat membantu kaum miskin.

Raiffeisen tak putusasa. Ia mengambil cara lain untuk menjawab

soal kemiskinan ini. Ia mengumpulkan roti dari pabrik-pabrik roti di

Jerman untuk bagi-bagikan kepada para buruh dan petani miskin.

Namun usaha ini pun tak menyelesaikan masalah. Hari ini diberi

roti, besok sudah habis, begitu seterusnya. Berdasar pengalaman

itu, Raiffeisen berkesimpulan: “kesulitan si miskin hanya dapat

diatasi oleh si miskin itu sendiri. Si miskin harus mengumpulkan

uang secara bersama-sama dan kemudian meminjamkan kepada

sesama mereka juga. Pinjaman harus digunakan untuk tujuan yang

produktif yang memberikan penghasilan. Jaminan pinjaman adalah

watak si peminjam.”

Untuk mewujudkan impian tersebut, Raiffeisen bersama kaum

buruh dan petani miskin membentuk lembaga bernama Credit

Union (CU) – artinya, kumpulan orang-orang yang saling percaya.

Mereka mencetuskan 3 prinsip utama CU yaitu, azas swadaya

(tabungan hanya diperoleh dari anggotanya), azas setia kawan

(pinjaman hanya diberikan kepada anggota) dan azas pendidikan

dan penyadaran (membangun watak adalah yang utama; hanya

yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman).

CU yang dibangun oleh Raiffeisen, petani miskin dan kaum buruh

berkembang pesat di Jerman, bahkan menyebar ke seluruh dunia.

Ke Canada, CU dibawa oleh seorang wartawan bernama Alphonse

Desjardin pada awal abad ke-20. Ke Amerika Serikat, CU dibawa

oleh seorang saudagar kaya bernama Edward Fillene. Suster Mary

Gabriella Mulherim membawa CU ke Korea, sementara Pastor Karl

Albrecth Karim Arbi, SJ memperkenalkan CU di Indonesia pada

tahun 1970-an.

GERAKAN CREDIT UNION DI INDONESIA

Credit Union, pertama kali muncul di Indonesia pada 1960-an yang

mulai dikembangkan dari barat. Seorang pastor Katolik asal Jerman

bertugas di Indonesia dan membawa konsep tersebut. Kemudian

CU mulai diperkenalkan ke Kalimantan Barat pada 1975.

Pada tahun 1975 oleh gereja Katolik. diadakan pelatihan

pembentukan CU sehingga lahir 40 kelompok. CU tertua di Kalbar

ada di Kecamatan Parindu, Kabupaten Sangkau. CU pertama berdiri

tahun 1976, yaitu CU Lantang Tipo di Sangkau Namun dalam

perkembangannya, CU tersebut "menghilang". Pada sekitar tahun

1985, diadakan sosialisasi ulang yang diikuti oleh sejumlah anggota

lembaga swadaya masyarakat, salah satunya dari Pancur Kasih.

Gagasan pendirian CU kembali muncul sehingga terbentuklah CU

Khatulistiwa Bhakti pada 12 Mei 1985 disusul CU Pancur Kasih pada

28 Mei 1987. Seiring dengan perjalanan waktu, CU-CU terus

bermunculan hingga Desember tahun 2006, sehingga CU yang

dinaungi Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah Kalimantan kini

telah beranggota 48 CU primer.

Dalam rangka menjawab masalah kemiskinan dan situasi umat

berkenaan dengan persoalan sosial ekonomi, maka disepakati

bersama bahwa CU menjadi salah satu prioritas gerakan Seksos

paroki selama 5 tahun, merupakan komitmen pengurus Seksos

paroki seKeuskupan Surabaya, demikia dinyatakan dalam acara

alam pertemuan di Puhsarang 10-12 November 2006 tiga tahun

lalu. Dikatakan oleh PSE keuskupan Surabaya bahwa CU memberi

kesaksian dan tanda bahwa orang Katolik hadir sebagai perintis

gerakan yang tujuannya demi kesejahteraan umum, bahkan orang

Katolik terpercaya dalam mengelola keuangan.

Sedang Di Makasar Uskup Agung Makassar Mgr Yohanes Liku

mengatakan pada rapat tahunan CU Mekar Kasih, yang berbasis di

gereja St. Fransiskus Assisi 24 Januari yang lalu, bahwa CU itu

cocok untuk masyarakat kecil sehingga keuskupan agung memulai

CU untuk mengembangkan keadaan ekonomi umat. “CU

mengemban misi solidaritas dan kebersamaan yang dasarnya

adalah cinta kasih,” katanya.

VESTED INTEREST BERKENDARAAN AGAMA

Perkembangan gerakan credit union di Indonesia menjadi

gambaran suram bagaimana kepentingan kapital menyelinap

melalui institusi agama dan rohaniawan. Kelihaian para petualang

bisnis yang terdidik dalam merebut hati institusi agama, untuk

menggunakan posisi dan citra mereka di mata masyarakat dalam

menterjemahkan kepentingan bisnis kapitalis ke dalam nilai-nilai

luhur agama.

Dengan mengusung tema-tema yang sejajar dan selaras dengan

apa yang sekiranya menjadi concern institusi agama, kapitalis

berhasil memperleh dukungan luar dalam dari institusi gerja dan

para pastor. Dukungan para pastor dan dewan paroki ada beragam

bentuk, ada pastor yang mendorong kehadiran CU di Parokinya,

memberi teladan dengan menjadi anggota CU, mempromosikan

CU dalam kotbah dan renungan atau selalu mengingatkan para

pengurus untuk mengadakan pertemuan. Ada pula yang

mendukung dengan cara meminjamkan fasilitas seperti meja, kursi,

komputer hingga penyediaan ruangan. Pula dukungan dewan

paroki yang memberi modal awal untuk CU rintisan dari dana

paroki, yang kelak harus dikembalikan. Hal demikian telah

membutakan sebagian umat awam tentang lemahnya sistem CU

sehingga rentan terhadap manipulasi dan tindak korup

Para petualang bisnis yang jeli tentu melihat keuntungan potensial

dari adanya dukungan institusi dan tokoh agama. Setidaknya,

situasi tersebut dapat menciptakan ruang untuk menyembunyikan

kepentingan ego pebisnis di balik citra mulia institusi agama dan

para pemukanya. Sejarah menunjukkan, bahwa tempat paling

aman untuk menyembunyikan kepentingan ego pribadi adalah

simbol-simbol agama. Pebisnis licin paham betul bahwa ada

setidaknya dua hal yang harus dikuasai untuk melancarkan bisnis

yakni agamawan dan politisi.

Akumulasi dana masyarakat yang terkumpul dari persuasi paham

kepercayaan yang ditaburkan oleh institusi agama dan para

rohaniawan merupakan keuntungan potensial yang lain. Lebih jauh,

sifat-sifat produk/ janji yang ditawarkan oleh credit union

mnegindikasikan bahwa credit union hanyalah baju dari sebuah

kekuatan kapitalis besar yang memanfaatkan isu-isu kemiskinan.

(bagian ini akan dikaji tersendiri). Lain dari itu, masih lemahnya

pengaturan dan pengawasan pemerintah terhadap operasi credit

union melengkapkan kemudahan bagi para petualang untuk

engartikulasikan sifat dasarnya yang bersifat manipulatif dan korup.

Kejelian dan kemampuan untuk melihat peluang-peluang bisnis

yang bakal memberi keuntungan besar bagi kepentingan diri

tentunya tidak dimiliki oleh semua umat. Kemampuan demikian

sangat terkait dengan hal-hal yang bersifat matematis keuangan,

politis organisasi dan ketersedian akses informasi teknis detail

operasional keuangan CU. Makin kritis dan tidak materialis

masyarakat di suatu daerah, maka makin sulit CU berkembang di

daerah tersebut.

Bagaimanapun, operasi CU di indonesia diawali dengan

mengusung tema yang menawan dan kontekstual yakni melawan

kemiskinan untuk menutupi maksud maipulatif yang

sesungguhnya. Dengan memberi 70 kepada satu orang rakyat

miskin yang menilai tinggi 25, untuk mengeruk 720 dari akumulasi

4 orang miskin. Menggandeng institusi agama dan para

pemukanya untuk mengesankan bahwa CU adalah bagian dari

pelaksanaan nilai-nilai agama.

Untuk menghindari jatuhnya korban atas kotbah-kotbah yang

bersifat deceptive dan memanipulasi keawaman kalangan umat,

menjadi perlu adanya perluasan penyebaran second opinion, yang

bukan berasal dari mereka-mereka yang terlihat kuat memiliki

kepentingan atas credit union. Kajian-kajian alternatif akan

memberikan kesadaran yang mampu menjadi filter penyelipan

kepentingan kapitalis melalui gereja. Selebihnya adalah

peningkatan daya kritis masyarakat. Hal demikian akan dapat

menjadi perisai bagi masyarakat untuk tidak mudah di-CU-kan,

sekalipun hal tersebut mungkin bakal menjadi syarat mendapatkan

"pencucian dosa"

SYIAR AGAMA BERKENDARAAN CU

Dukungan institusi agama terhadap CU, tentunya tidak bebas

kepentingan. Setidaknya, bila dilihat dari situasi perpolitikan dan

rivalitas yang sedang berkembang akhir-akhir ini di Indonesia. Lain

dari itu, CU juga berpotensi untuk dapat digunakan langsung atau

tidak langsung sebagai counter atas menguatnya institusi ekonomi

dari kelompok agama lain yang juga semakin mewarnai sistem

perekonomian di Indonesia seperti bank syariat, BMT dan institusi

pengelola zakat yang pada awalnya juga menggunakan ketokohan

agama dan menjadikan kisah-kisah sukses dari institusi ekonomi

yang dibangun sebagai bagian dari dakwah (kesaksian). Lebih dari

itu gereja sebagai organisasi jelas membutuhkan masa dan dana.

Dua hal itu pulalah yang dalam sejarah gereja, telah

menjerumuskan gereja ke dalam perkara-perkara yang menggerus

kewibawaan moral gereja

Karenanya pula, menjadi wajar bila tidak mudah bagi awam untuk

menemukan publikasi luas tentang kajian-kajian kritis alternatif

terkait CU, kisah-kisah kegagalan, penyelewengan dari

operasionalisasi lembaga CU di lapangan sehubungan dengan

kelemahan-kelemahan sistemik dan perilaku para petualang.Setiap

periode anggota memang diberi laporan keuangan cu. Akan tetapi

apalah artinya laporan keuangan bagi seseorang yang awam. Yang

mereka tahu aset meningkat?

Bagaimanapun, publikasi tentang hal-hal tersebut akan membuka

kelemahan dari suatu sistem yang didukung oleh gereja. Hal ini

tentunya sangat tidak menguntungkan. bagi gereja. Konsep

pengampunan dan pentingnya menutup aib sendiri sebagai bagian

dari pelaksanaan nilai-nilai agama dapat menjadi sarana

pembelokan perkara untuk menghindari sentuhan negatif dari sisi

gelap fakta penyelewengan-penyelewengan CU terhadap upaya-

upaya positioning politik kaum minoritas di Indonesia. Hasilnya,

hanya kisah-kisah sukses sebagai bagian dari kesaksian yang bisa

dan boleh didengar oleh publik. Selebihnya hanya konsumsi

internal para kapitalis yang menjadikan gereja sebagai tempat

menyembunyikan keserakahannya.