credit union info
TRANSCRIPT
Koperasi kredit atau Credit Union atau biasa
disingkat CU adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak di
bidang simpan pinjam yang dimiliki dan dikelola oleh anggotanya,
dan yang bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya sendiri.
Koperasi kredit memiliki tiga prinsip utama yaitu: 1) azas
swadaya (tabungan hanya diperoleh dari anggotanya); 2) azas setia
kawan (pinjaman hanya diberikan kepada anggota) dan 3) azas
pendidikan dan penyadaran (membangun watak adalah yang
utama; hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman)
Sejarah
Sejarah koperasi kredit dimulai pada abad ke-19.
Ketika Jerman dilanda krisis ekonomi karena badai salju yang
melanda seluruh negeri. Para petani tak dapat bekerja karena
banyak tanaman tak menghasilkan. Penduduk pun kelaparan.
Situasi ini dimanfaatkan oleh orang-orang berduit. Mereka
memberikan pinjaman kepada penduduk dengan bunga yang
sangat tinggi. Sehingga banyak orang terjerat hutang. Oleh karena
tidak mampu membayar hutang, maka sisa harta benda mereka
pun disita oleh lintah darat.
Kemudian tidak lama berselang, terjadi Revolusi Industri.
Pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia diambil alih oleh
mesin-mesin. Banyak pekerja terkena PHK. Jerman dilanda masalah
pengangguran secara besar-besaran.
Melihat kondisi ini wali kota Flammersfield, Friedrich Wilhelm
Raiffeisen (May 3, 1818, Hamm (Sieg) - March 11, 1888,
Heddesdorf, now in Neuwied, Germanymerasa prihatin dan ingin
menolong kaum miskin. Ia mengundang orang-orang kaya untuk
menggalang bantuan. Ia berhasil mengumpulkan uang dan roti,
kemudian dibagikan kepada kaum miskin.
Ternyata derma tak memecahkan masalah kemiskinan. Sebab
kemiskinan adalah akibat dari cara berpikir yang keliru.
Penggunaan uang tak terkontrol dan tak sedikit penerima derma
memboroskan uangnya agar dapat segera minta derma lagi.
Akhirnya, para dermawan tak lagi berminat membantu kaum
miskin.
Raiffeisen tak putus asa. Ia mengambil cara lain untuk
menjawab soal kemiskinan ini. Ia mengumpulkan roti dari pabrik-
pabrik roti di Jerman untuk dibagi-bagikan kepada para buruh dan
petani miskin. Namun usaha ini pun tak menyelesaikan masalah.
Hari ini diberi roti, besok sudah habis, begitu seterusnya.
Berdasar pengalaman itu, Raiffeisen berkesimpulan: “kesulitan
si miskin hanya dapat diatasi oleh si miskin itu sendiri. Si miskin
harus mengumpulkan uang secara bersama-sama dan kemudian
meminjamkan kepada sesama mereka juga. Pinjaman harus
digunakan untuk tujuan yang produktif yang memberikan
penghasilan. Jaminan pinjaman adalah watak si peminjam.”
Untuk mewujudkan impian tersebutlah Raiffeisen bersama
kaum buruh dan petani miskin akhirnya membentuk koperasi
bernama Credit Union (CU) artinya, kumpulan orang-orang yang
saling percaya.
Credit Union yang dibangun oleh Raiffeisen, petani miskin dan
kaum buruh berkembang pesat di Jerman, bahkan kini telah
menyebar ke seluruh dunia.
Credit union berasal dari bahasa latin. Credit dari kata
latin credere yang berarti percaya. Union –unus (satu) berarti
perkumpulan. Sesuai dengan sejarah dan perkembangannya, maka
credit union dapat diartikan sebagai “badan usaha yang dimiliki
oleh sekumpulan orang dalam suatu ikatan pemersatu, yang
bersepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga
menciptakan modal bersama guna dipinjamkan di antara sesama
mereka dengan bunga yang layak serta untuk tujuan produktif dan
kesejahteraan”. Credit union sekarang sering disingkat dengan CU.
Gerakan CU disinyalir muncul sekitar abad XIX (1849) di
Flammersfield, Jerman. Pada masa itu muncul revolusi industri di
sana. Banyak rakyat sederhana yang menderita, terutama kaum
buruh. Tenaga mereka diganti dengan mesin sehingga mereka
tidak mendapat pekerjaan lagi. Selain itu, alam juga tidak
bersahabat, para petani banyak yang mengalami gagal panen.
Banyak anggota masyarakat yang jatuh ketangan lintah darat.
Masyarakat mengalami krisis ekonomi besar-besaran. Akibatnya
kelaparan terjadi di mana-mana.
Menyadari situasi yang demikian, Frederich Wilhelm Raiffeisen,
Walikota Flammersfield pada waktu itu, tidak bisa tinggal diam.
Raiffeisen berpikir keras bagaimana mengatasi situasi yang
demikian. Ia mencoba beberapa cara supaya rakyatnya tidak
menderita. Cara pertama, Raiffeisen mengumpulkan para
dermawan dan meminta mereka memberi sumbangan modal bagi
rakyat miskin yang membutuhkan guna modal usaha. Namun cara
ini tidak berhasil karena mereka yang menerima bantuan itu selalu
merasa kurang dan gagal menjalankan usahanya.
Gagal dengan cara pertama, Raiffeisen mengunakan cara lain
yang tidak memberikan bantuan dalam bentuk uang. Dari
sumbangan yang ada, ia membelikan roti. Ia juga meminta bantuan
dari pabrik roti. Roti-roti tersebut dibagikan kepada masyarakat
yang membutuhkan. Senasib dengan cara pertama, cara kedua ini
pun gagal karena rakyat menjadi malas untuk berusaha
menghidupi dirinya sendiri.
Dari kedua cara yang gagal ini, Raiffeisen menarik dua
kesimpulan. Pertama, kesulitan kaum miskin hanya dapat diatasi
oleh kaum miskin itu sendiri dengan Jalan mengumpulkan
modal dan kemudian meminjamkan modal tersebut kepada
sesamanya. Kedua, Sumbangan tidak akan menolong untuk dirinya
sendiri, tetapi sebaliknya merendahkan martabat manusia yang
menerimanya.
Dengan latar belakang dari kedua kesimpulan
tersebut, Raiffeisen dengan kelompok kaum buruh membuat
kelompok dan menetapkan tiga prinsip:
1. Tabungan hanya diperoleh dari anggota
2. Pinjaman hanya diberikan kepada anggota
3. Jaminan terbaik bagi pinjaman adalah watak si peminjam itu
sendiri.
Ketiga prinsip tersebut dipilih karena mencerminkan adanya
usaha swadaya dari kelompok masyarakat yang senasib
sepenanggungan berdasarkan pada naluri kerjasama. Dengan
demikian muncullah azas “DARI, OLEH DAN UNTUK
ANGGOTA”. Caranya adalah melalui simpan-pinjam berdasarkan
kerjasama dan saling percaya. Inilah yang menjadi modal untuk
memperbaiki situasi yang ada pada masa itu.
Luar biasa, dengan cara ini pelan-pelan tapi pasti, masyarakat
yang sebelumnya miskin mulai hidup lebih baik. Lama kelamaan
semakin nampak perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.
Perkembangan yang muncul bukan hanya dari segi materi, tetapi
watak, kerjasama dan kebersamaan masyarakat pun semakin
meningkat.
Dari Jerman gerakan Credit Union menyebar ke Canada
yang dipelopori oleh Alphonse Desjardin seorang wartawan. Tahun
1955 beberapa Credit Union sudah tampak terbentuk di berbagai
negara. CU juga masuk ke Amerika Serikat, dipelopori oleh Edward
Filline. Ketika masa pemerintahan Presiden FD Rosevelt, tahun 1934
gerakan ini mendapatkan legalitas perundang-undangan yang
akhirnya membentuk Biro Pengembangan Credit Union Sedunia
dengan nama WOCCU (World Council Of Credit Union). Tahun
1971 diresmikan menjadi Dewan Credit Union Sedunia
yangberanggotakan 70 negara dengan 7 konfederasi besar
yang berpusat di Madison, Wisconsin, Amerika Serikat (USA).
Tahun 1967 WOCCU diundang ke Indonesia yang diwakili oleh
Mr.A.A.Baily untuk memperkenalkan gagasan Credit Union. Tahun
1970 dibentuk Credit Union Conceling Office (CUCO) yang disebut
BK3I (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia/INKOPDIT) di
Jakarta yang dipelopori oleh seorang misionaris,
yaitu Pater Karl Albrecth, SJ (Karim Arbei). Beliau meninggal karena
dibunuh oleh milisi Timor Timur, di Dili pada tanggal 11 September
1999.
Fungsi Credit Union Conseling Office/BK3I/INKOPDIT adalah:
1. Memberikan konsultasi
2. Menyediakan bahan dan program pelatihan
3. Menyelenggarakan kursus-kursus dan pelatihan
4. Menyebarkan informasi tentang gerakan Credit Union
5. Merintis pembentukan Badan Koordinasi Koperasi Kridit
Daerah (BK3D)
Sejak terbentuknya BK3I, CU mulai terbentuk di beberapa
daerah. Tahun 1975 BK3I menyelenggarakan kursus dasar CU
di Nyarumkop dan Sanggau, Kalimantan Barat. Kegiatan ini
melahirkan CU Lantang Tipo di Pusat Damai yang sampai saat ini
semakin berkembang pesat. Ada juga CU di Batang Tarang, dan
Kuala Dua.
Dalam perkembangannya di Indonesia, CU terkesan lambat.
Berbagai macam usaha mulai dilakukan. Misalnya Tahun 1976
diadakan Konfrensi Nasional CU di Ambarawa, Jawa Tengah.
Konfrensi ini dihadiri oleh Ir. Ibnu Soejono Direktur Jenderal
Koperasi pada saat itu. Tahun 1981 Konferensi Nasional Credit
Union yang akhirnya melahirkan BK3D Kalimantan dengan
ketuanya Drs.Robby Tulus. Namun, baru tahun 1990-an, CU di
Kalbar mulai tampak kemajuannya.
Menyadari perkembangan dan keunggulan Credit Union,
Keuskupan Pangkalpinang melalui yayasan yang dimilikinya,
Yayasan Tunas Karya, berkehendak baik untuk membantu
masyarakat miskin melalui CU. Maka diutuslah 12 orang (5 imam, 7
awam) untuk mendalami CU di Kalimantan Barat selama dua bulan
(Oktober-November 2008). Kemudian dari 12 orang perintis ini CU
di bawah naungan Yayasan Tunas Karya, Keuskupan Pangkalpinang
mulai dirancang, dibentuk, diberi nama Jembatan Kasih. Setelah
diadakan lokakarya selama tiga hari (12-14 Januari 2009, akhirnya
CU Jembatan Kasih diresmikan berdirinya pada tanggal 15 Januari
2009 di Kompleks Sekolah Yos Sudarso, Batam.
CREDIT UNION
SEGERA JADI TREND
ANAK MUDA
INDONESIA.
Written by AD
Thursday, 07 January 2010 10:48
CREDIT UNION - TREND ANAK MUDA INDONESIA.
Bintaro, 1 Desember 2009.
“Kejujuran adalah bagian pertama dari buku
kebijaksanaan.” – Thomas Jefferson.
Nilailah diri Anda dan segala sesuatu yang Anda lakukan
dengan kejujuran. Itulah kunci kemurnian dan
keberhasilan…..dalam apapun yang Anda lakukan.
Tidak berapa lama lagi, dalam pergaulan sehari-hari orang-
orang muda di Indonesia, akan muncul pembicaraan-
pembicaraan sebagai berikut: Anda sudah ikut Credit
Union? Credit Union dimana yang anda ikuti? Apa yang anda
rasakan setelah sekian lama ikut Credit Union? Mengapa anda
memilih Credit Union? Apa yang anda ketahui tentang kemajuan
Credit Union anda & sebagainya?
“Setiap kali Anda jujur dan memimpin diri sendiri
dengan kejujuran, daya kesuksesan akan mendorong Anda
menuju keberhasilan yang lebih besar. Setiap Anda
berdusta, walaupun dengan dusta putih yang kecil, akan
muncul daya kuat yang mendorong Anda kepada
kegagalan.” – JOSEPH SUGARMAN.
Menjadi murni dengan setiap orang dimulai dengan
kebenaran dalam segala hal, terutama hal-hal yang kecil. Jagalah
diri Anda dari tindakan kompromi kecil dalam integritas
Anda. Keretakan kecil akan membuat kegagalan yang besar.
Anda sudah ikut Credit Union?
Pertanyaan ini kelak pasti akan menjadi trend dikalangan
anak muda Indonesia. Mengapa? Hal ini sangat diperkuat,
karena beberapa hal tentunya.
Bermula dengan munculnya ajakan kepada anak-anak
remaja, pelajar & mahasiswa dari orang-tua mereka agar mereka
ikut Credit Union. Walaupun mereka pada awalnya tidak tertarik
dengan ajakan orang-tua mereka, apalagi kebanyakan dari
mereka belum memiliki penghasilan yang tetap. Selain itu
mereka sudah terlanjur menganggap remeh dengan sesuatu
yang mirip dengan koperasi. Tapi pandangan ini berangsur-
angsur berubah sesuai dengan perkembangan zaman sulit saat
ini yang dialami langsung oleh kaum muda Indonesia.
Anak-anak & remaja yang dibawa oleh orang-tua mereka
untuk didaftarkan menjadi anggota khusus atau anggota
istimewa, mengingat mereka pada umumnya belum memiliki
Kartu Tanda Penduduk (KTP) karena masih dibawah umur 17
tahun. Tentu saja orang-tua mereka mempunyai maksud &
tujuan yakni membiasakan putra-putri mereka untuk belajar
menabung sejak anak-anak & tidak bersikap boros. Walaupun
untuk hal ini mereka harus rela berkorban mengeluarkan dana
esktra, demi perkembangan pendidikan pribadi putra-putri
mereka kelak, mereka bertekad mendukungnya.
Merekapun diikut-sertakan dalam pendidikan dasar I yang
diberikan oleh para Fasilitator Credit Union bersama-sama para
anggota dewasa lainnya. Sedikit banyak mereka mulai mengerti
tujuan & maksud menjadi anggota Credit Union. Dari
pendidikan inipun, dapat mulai mereka rasakan betapa mulianya
tindakan yang diambil para orang-tua mereka. Merekapun
menjadi tidak canggung untuk datang setiap bulannya kekantor
Credit Union untuk menabung, ya betul …mereka mulai mandiri
menyisihkan uang jajan mereka untuk menabung. Inter aksi
dengan pengurus Credit Union inipun menjadikan mereka lebih
cepat maju daripada belajar dikelas saja. Sedikit demi sedikit
kepercayaan diripun tumbuh & mereka merasakan kebanggaan
atas apa yang telah mereka lakukan. Itulah sebabnya, merekapun
tidak segan untuk menyampaikan pertanyaan kepada teman-
teman mereka dalam pergaulan sehari-hari, sebagai kabar baik,
“Sudah ikut Credit Union?”
Maka kalau saja diandaikan anak-anak & remaja itu saat ini
berusia rata-rata antara 10 s/d 15 tahun maka, 5 tahun
mendatang apabila mereka terus menjadi penabung aktip,
mereka segera akan menjadi Generasi Baru yakni Generasi Credit
Union pada usia 15 s/d 20 tahun. Tentu saja mereka akan
menjadi kelompok muda yang mempunyai wawasan yang lebih
luas tentang bagaimana mengelola keuangan yang lebih baik &
berakar pada masyarakat disekitar mereka.
Tentunya hal ini jauh berbeda dengan bagi anggota yang
berstatus diatas 18 Tahun yang pada umumnya berstatus
mahasiswa / baru bekerja diperusahaan, yang walaupun
dijeburkan oleh keluarga mereka untuk menjadi anggota Credit
Union atau terbawa oleh temannya. Mereka yang pada
umumnya masih fokus pada pendidikan mereka di perguruan
tinggi, pekerjaan & pergaulan, sehingga belum memiliki dana
yang cukup untuk disisihkan dalam menjadi anggota Credit
Union aktip, apabila mereka tidak didukung sejak awal.
Selain itu kebanyakan mereka sudah tercemar dengan
pendidikan Kartu Kredit/ KTA (Kredit Tanpa Anggunan yang
memudahkan mereka mendapatkan sesuatu, tanpa berpikir
bagaimana penyelesaian hutang-hutang pada kartu kredit/ KTA
mereka). Hal ini juga banyak terjadi pada mereka yang bangga
karena baru bekerja diperusahaan & lupa akan pengelolaan uang
pribadi mereka. Mereka yang lebih pantas disebutkan Generasi
Kartu kredit, gampang pakai, bayar belakangan.
Namun beruntung dari beberapa anggota Credit Union yang
berhasil keluar dari jeratan diatas, merekapun mulai disadarkan
sejak mengikuti pendidikan dasar Credit Union. Mereka pun
mulai bertindak untuk mengatakan No kepada Kartu Kredit atau
minimal mulai belajar membatasi hawa nafsu mereka. Bahkan
yang lebih pintar, malah langsung bertindak lebih jauh dengan
mulai mengadakan pengakuan dosa di bangku kredit Credit
Union alias meminjam untuk memindahkan hutang mereka di
kartu kredit ke Credit Union yang memang lebih fleksibel & lebih
kecil bunganya serta lebih kekeluargaan
pelayanannya. Merekapun sadar bahwa Credit Union salah satu
cara penyelamatan dari kekangan. Kebebasan yang mereka
rasakan tentunya kelak akan mengundang mereka sendiri untuk
menyampaikan kepada teman-teman & keluarga mereka: ”Anda
sudah ikut Credit Union?” & pertanyaan-pertanyaan berikutnya
meluncur dari mulut orang-orang muda di Indonesia & layak
apabila Credit Union jadi TREND anak muda Indonesia.
Rangkuman:
Mendidik sikap tidak boros sejak masa kanak-kanak.
Berusaha menjadi penabung aktip.
Pandai mengelola keuangan mereka yang ada dengan baik
sajak dini.
Karyawan muda yang baru bekerja mulai merancang masa
depan dengan menghindari sikap konsumtip.
Dengan dana mereka yang terkumpul di Credit Union, akan
mendukung mereka pindah dari seorang Karyawan menuju
kewiraswastaan.
”Anda tidak pernah diberikan keinginan tanpa kuasa
untuk mewujudkannya. Anda harus bekerja untuk meraih
itu.” – RICHARD BACH.
Jalan menuju potensi terbuka lebar dan sedang menantikan
Anda. Dia menawarkan kesempatan bagi Anda untuk berkelana
kemana saja. Namun, sama seperti perjalanan, ia tidak akan
ditempuh sampai Anda mengambil langkah pertama. Impian
hanya dapat terwujud bila Anda mulai mengerjakannya. Jangan
biarkan impian Anda tinggal menjadi impian. Bekerjalah
sekarang. Lakukan apa yang dapat Anda lakukan saat ini. Jangan
khawatir dengan apa yang belum dapat Anda lakukan. Hari esok
tidaklah terlalu lama.
Credit Union dimana yang anda ikuti?
Bung Hatta – Proklamator kita bahkan telah memulai
koperasi sejak zaman kemerdekaan dahulu. Tetapi anehnya
banyak orang Indonesia justru mencemoohkan koperasi, paling
tidak mereka bersikap mengecilkan arti koperasi. Hal ini juga
mungkin terjadi pada diri kita sendiri. Credit Union memang
kelihatannya sama dengan koperasi, tetapi sebenarnya jauh
berbeda apabila kita mengikutinya. Walaupun d Indonesia
semua aturannya disamakan dengan pengaturan berdirinya
sebuah Koperasi.
Begitu pula sebenarnya perkembangan Credit Union di
Indonesia sebenarnya sudah cukup lama. Hal ini dibuktikan
adanya beberapa Credit Union contohnya saja credit union-credit
union di Kalimantan. Namun salah satu salah satu dari Credit
Union yang memiliki Visi & Misi bagi perkembangan keuangan &
usaha para anggotanya adalah Credit Union Bererod Gratia &
yang juga perkembangannya mendapat bimbingan dari salah
satu Credit Union di Kalimantan.
Rangkuman:
Banyak Credit Union bertumbuhan & Credit Union Bererod
Gratia harus menjadi yang terbaik bagi masyarakat Indonesia
didalam mencapai kesejahteraan bersama sesuai dengan Visi &
Misi para pendirinya.
”Seseorang tidak akan mau merangkak saat ia sedang
mengaum.” – HELEN KELLER.
Tuhan memberikan masing-masing hasrat untuk
mengaum. Kita diciptakan sesuai dengan gambaranNya; berarti
kita seharusnya tidak merangkak. Capailah cita-cita tertinggi dan
hasrat Anda terbesar yang diberikan Tuhan, dan biarkan mereka
memiliki sayap. Anda dirancang untuk berada dipuncak yang
tertinggi.
Apa yang anda rasakan setelah sekian lama ikut Credit
Union ?
Perasaan hati lebih baik karena ada dana yang disimpan di
Credit Union yang bertambah dari bulan ke bulan yang
memungkinkan untuk menjadi dana pensiun dihari tua.
Dana pensiun tersebut juga bisa menjadi jaminan dalam
jaminan pinjaman untuk memulai usaha baru ataupun yang
mengembangngkan usaha-usaha yang ada.
Dengan aktif menjadi anggota Credit Union tersebut
juga telah mengarahkan para anggotanya untuk berinventasi dan
mendapatkan penghasilan pasif ( Pasif Income) sesuai besaran
jumlah dana yang ditabungkan / disimpankannya
Rasa khawatir tidak dapat mengembalikan pinjaman
karena meninggal dunia dan akan menjadi tanggungan ahli
waris kelak, menjadi hilang karena meminjam di Credit
Union.
Rangkuman:
Secara kejiwaan & kepercayaan diri Credit Union akan
membantu para anggota dalam mengarungi masa depan mereka
secara bersama-sama. Mereka menjadi suatu kelompok yang
lebih baik dalam mengelola keuangan mereka pribadi &
sekaligus juga telah diarahkan menjadi Pengusaha & Investor.
“Kita semua hidup dibawah langit yang sama, namun
tidak semuanya memiliki horizon yang sama.” – KONRAD
ADENAUER.
Perhatikan setengah lusin manusia yang lahir ke dalam situasi
serupa dan memiliki kesempatan yang sama dalam hidup. Anda
mungkin merasa bahwa tidak ada dua orang yang mengakhiri
sesuatu pada arah yang sama. Impian Anda memiliki pengaruh
yang besar terhadap apa yang dapat Anda capai. Pandanglah
kepada horizon yang terjauh dan harapkan hal-hal besar terjadi.
Mengapa anda memilih Credit Union?
1. Dengan tingginya rata-rata angka inflasi di Indonesia
dari tahun ke tahun yakni sekitar 5 s/d 7 % maka sulit bagi kita
untuk menabung dan menggunakan tabungannya di masa
depan dengan nilai yang paling sedikit menyamai pada waktu
mereka mulai menabung. Sehingga credit Union yang
memberikan bunga 14 % per tahun (Berubah sesuai Pol-Jak) atau
7 s/d 9 % lebih besar dari nilai rata-rata inflasi di Indonesia akan
sangat membantu para anggotanya mencapai kesejahteraan
kelak, karena mereka menabung dengan bunga diatas rata-rata
inflasi.
2. Menabung untuk hari tua semakin diperlukan dengan
fakta atas kemajuan teknologi yang begitu cepat, yang telah
membuat banyak perusahaan mengalami perubahan yang
cepat juga. Sehingga banyak perusahaanpun telah cukup lama
memulai menghilangkan penyediaan dana pensiun bagi para
pekerjanya. Hal ini juga diperjelas di Indonesia dengan adanya
sistim kontrak pekerja di Indonesia & dikurangkan bahkan
dihilangkannya karyawan tetap.
3. Kenyataan suku bunga didunia perbankan yakni berkisar
dibawah 5% pertahun juga telah mendukung para anggota
Credit Union atau peminatnya untuk memilih credit Union
sebagai alternative dalam menginvestasikan atau menabung
dana mereka di Credit Union dari pada di sebuah bank, juga
tidak adanya biaya administrasi serta pemotongan pajak atas
bunga yang mereka dapatkan semakin membuat Credit Union
menjadi pilihan utama di Indonesia.
4. Kebobrokan di dunia perbankan di Indonesia yang
terjadi pada tahun 1997-1998 juga telah meruntuhkan
kepercayaan masyarakat kepada dunia perbankan. Hal itu telah
semakin membuat menebalnya keyakinan masyarakat untuk
mencari institusi keuangan yang lebih bisa dipercaya dan
terkontrol oleh mereka secara langsung serta peredaran dananya
diberikan kepada kelompok masyarakat mereka sendiri, telah ikut
membuat pilihan mereka jatuh kepada Credit Union.
Rangkuman:
Kita memang memerlukan institusi yang memberikan bunga
yang lebih tinggi dari angka inflasi yang terjadi di Indonesia,
dalam mempersiapkan dana pensiun kita. Kenyataan tidak
adanya institusi yang menyediakan dana pensiun, menjadikan
setiap anggota masyarakat memikirkannya sendiri atau secara
bersama-sama seperti di Credit Union. Kepercayaan pada Credit
Union, kendati masih harus terus diperjuangkan & dibuktikan.
“Pemikiran besar menghasilkan prestasi besar.” –
Wilfred A. Peterson.
Tiada seorang pun yang melakukan perkara besar tanpa
memimpikan impian besar, Biarkan pikiran Anda
melayang. Berpikirlah diluar garis! Jangan biarkan orang
menganjurkan Anda berpikiran sempit. Pergilah kearah yang
baru. Kalau tidak, Anda tidak akan berhasil mencapai
impian…….kecuali Anda memiliki sejumlah impian yang indah.
Apa yang anda ketahui tentang kemajuan Credit Union
anda & sebagainya?
Credit Union Bererod Gratia (CUBG) memang terhitung masih
sangat muda sekali & masih harus diperjuangkan oleh baik
pengurusnya maupun oleh para anggotanya. Namun melihat
perkembangan jumlah anggotanya dari tahun ke tahun rasanya
cukup untuk kita menyimpulkan bahwa hal ini juga merupakan
salah satu kemajuannya. Belum lagi bermunculannya anggota
yang masih berusia muda, telah menyakinkan kita bahwa Credit
Union Bererod Gratia ini tidak takut kehilangan Generasi Muda
atau Generasi penerus sepanjang jalannya kedepan.
Belum lagi bertambahnya kantor-kantor Tempat Pelayanan &
Pangkalan Kolektor telah juga menjadi keyakinan tersendiri bagi
anggotanya bahwa kedepan adalah jalan yang cerah.
Pemilihan Ketua & Pengurus Credit Union Bererod Gratia
yang terus didesak untuk menjadi pemilihan yang demokratis,
juga akan terus menjadikan akar pelopor yang kokoh bagi
penerusnya kedepan. Belum lagi semakin banyak para pemuda
& pemudi yang kelak mau memulai aktip didalam kepengurusan,
akan menjadi ranting-ranting baru yang terus
tumbuh. Walaupun masih perlu diedarkannya rasa nasionalisme
dalam memperjuangkan kemerdekaan & kebebasan keuangan
para anggota yang lebih cepat & lebih nyata serta harus menjadi
bukti yang hidup dimasyarakat.
Dan terakhir tentunya adalah masalah jumlah asset yang
terus berkembang dari tahun ke tahun adalah juga merupakan
salah satu ciri kemajuan Credit Union ini. Sampai saat ini, jumlah
asset yang dikumpulkan oleh para anggotanya tersebut telah
berjumlah sangat luar biasa & sangat mendukung para
anggotanya yang memerlukan dana. Dana tersebut juga
beredar di para anggota yang berupa pinjaman & masih terus
akan berkembang yang tentunya dapat menjadikan Credit Union
Bererod Gratia ini menjadi salah satu Institusi Keuangan yang
bisa diandalkan masyarakat Indonesia.
Tentu saja pengawasan & analisa pemberian kredit yang
masih harus terus menerus diperhatikan & dikembangkan agar
semua pinjaman dapat kembali atau mampu dikembalikan para
anggotanya yang meminjam dengan kesadaran, rasa tanggung
jawab yang tinggi & rasa memiliki yang diajarkan pada
Pendidikan Dasar.
Pendidikan Usaha & Motivasi juga perlu menjadikan bahan
pemikiran sebagai pendidikan lanjutan kedepannya. Juga perlu
dipikirkannya Pendidikan Dasar bagi Anak & Remaja secara
terpisah dari orang dewasa. Lebih jauh lagi keberanian Credit
Union sebagai Lembaga untuk juga masuk dalam usaha-usaha
Lembaga, yang kelak memungkinkan menjadi asset yang
mendatangkan pendapatan pasif sekaligus membuka lapangan
kerja baru, serta tentunya keuntungan para anggotanya sebagai
pemegang saham atas Credit Union tersebut.
Hal ini semuanya bukan saja menjadi kemajuan-kemajuan
Credit Union kita, tetapi sekaligus juga akan menjadi tantangan
nyata dalam mensejahterakan para anggota secara bersama-
sama. Lebih luas lagi kesejahteraan masyarakat & bangsa
Indonesia.
Rangkunan:
Bertambahnya anggota menjadi tanda akan kebutuhan
masyarakat akan suatu institusi keuangan yang dapat dipercaya
saat ini. Ternyata masyarakat Indonesia masih cinta akan cara
hidup Gotong-Royong dalam mencapai cita-cita mereka. Iklim
demokrasi & rasa cinta pada Bangsa sendiri harus terus
dikembangkan & dibuktikan terus dengan tumbuhnya asset
Credit Union & kemakmuran anggotanya serta muncul para
pengusaha yang didukung oleh Instutisi Keuangan terpercaya,
dari kelompok ini, kelompok Credit Union dimasa yang akan
datang.
“Ada dua jenis manusia didunia ini …..seorang realis dan
pemimpi. Mereka yang realis tahu kemana mereka akan
pergi. Mereka yang pemimpi telah tiba disana.” – ROBERT
ORBEN.
Sudah sejauh mana Anda beranjak dari impian Anda? Masa
depan Anda hanyalah segairah jawaban Anda atas pertanyaan
tersebut. Jelajahilah kemungkinan dalam pikiran Anda. Ambil
perjalanan dalam impian Anda. Lalu, bangun dan bersiaplah
mewujudkannya.
KAJIAN SELAYANG CREDIT UNION INDONESIA
PENGERTIAN CREDIT UNION
Riza dalam wawancaranya dengan Tony Kusmiran menyatakan
bahwa Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin “credere” yang
artinya percaya dan “union” atau “unus” berarti kumpulan.
Sehingga “Credit Union” memiliki makna kumpulan orang yang
saling percaya, dalam suatu ikatan pemersatu dan sepakat untuk
menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama
untuk dipinjamkan kepada anggota dengan tujuan produktif dan
kesejahteraan.
Menurut Sarvianus Mimi, Credit Union ialah “kumpulan orang”
(disebut anggota) yang bersepakat membentuk sebuah
perusahaan atau lembaga keuangan sebagai sumber modal
bersama. Dengan modal dari kekurangannya, orang-orang tersebut
menginvestasikan, meminjamkan dan mengembangkan uang
diantara sesama mereka, dengan bunga yang layak untuk
kepentingan produktif demi mencapai kesejahteran dan kebebasan
finansial (keuangan) secara bersama-sama. Credit Union berasal
dari bahasa latin “Credere” yang berarti saling percaya, dan “Unus”
yang berarti komunitas/kumpulan, jadi Credit Union adalah
Sekumpulan orang yang saling percaya.
SEJARAH SINGKAT LAHIRNYA CREDIT UNION
Menurut sejarahnya, CU lahir pertama kali pada pertengahan abad
19 di Jerman yang dilatarbelakangi keprihatinan terhadap kondisi
sosial ekonomi yang suram. Lembaga ini digagas seorang walikota
Flammersersfield, Jerman Barat, bernama Friedrich Wilhem
Raiffeisien.
Pada abad ke-19, Jerman dilanda krisis karena badai salju yang
melanda seluruh negeri. Para petani tak dapat bekerja dan banyak
tanaman tak menghasilkan. Penduduk pun kelaparan. Situasi ini
dimanfaatkan oleh orang-orang berduit. Mereka memberikan
pinjaman kepada penduduk dengan bunga yang tinggi. Banyak
orang terjerat hutang. Karena tak punya penghasilan dan dibebani
bunga yang sangat tinggi, akhirnya mereka tak mampu membayar
hutang. Sisa harta benda mereka pun disita oleh lintah darat.
Karena kehidupan di desa sangat sulit, banyak orang pergi ke kota.
Tak lama berselang, terjadi Revolusi Industri. Pekerjaan yang
sebelumnya dilakukan manusia iambil alih oleh mesin-mesin.
Banyak pekerja terkena PHK. Jerman dilanda masalah
pengangguran secara besar-besaran. Melihat kondisi ini wali kota
Flammersfield prihatin dan ingin menolong kaum miskin. Nama
wali kota itu F.W. RAIFFEISEN. Ia mengundang orang-orang kaya
untuk menggalang bantuan. Ia berhasil mengumpulkan uang dan
roti, kemudian dibagikan kepada kaum miskin. Ternyata derma tak
memecahkan masalah kemiskinan. Sebab kemiskinan adalah akibat
dari cara berpikir yang keliru. Penggunaan uang tak terkontrol dan
tak sedikit penerima derma memboroskan uangnya agar dapat
segera minta derma lagi. Akhirnya, para dermawan tak lagi
berminat membantu kaum miskin.
Raiffeisen tak putusasa. Ia mengambil cara lain untuk menjawab
soal kemiskinan ini. Ia mengumpulkan roti dari pabrik-pabrik roti di
Jerman untuk bagi-bagikan kepada para buruh dan petani miskin.
Namun usaha ini pun tak menyelesaikan masalah. Hari ini diberi
roti, besok sudah habis, begitu seterusnya. Berdasar pengalaman
itu, Raiffeisen berkesimpulan: “kesulitan si miskin hanya dapat
diatasi oleh si miskin itu sendiri. Si miskin harus mengumpulkan
uang secara bersama-sama dan kemudian meminjamkan kepada
sesama mereka juga. Pinjaman harus digunakan untuk tujuan yang
produktif yang memberikan penghasilan. Jaminan pinjaman adalah
watak si peminjam.”
Untuk mewujudkan impian tersebut, Raiffeisen bersama kaum
buruh dan petani miskin membentuk lembaga bernama Credit
Union (CU) – artinya, kumpulan orang-orang yang saling percaya.
Mereka mencetuskan 3 prinsip utama CU yaitu, azas swadaya
(tabungan hanya diperoleh dari anggotanya), azas setia kawan
(pinjaman hanya diberikan kepada anggota) dan azas pendidikan
dan penyadaran (membangun watak adalah yang utama; hanya
yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman).
CU yang dibangun oleh Raiffeisen, petani miskin dan kaum buruh
berkembang pesat di Jerman, bahkan menyebar ke seluruh dunia.
Ke Canada, CU dibawa oleh seorang wartawan bernama Alphonse
Desjardin pada awal abad ke-20. Ke Amerika Serikat, CU dibawa
oleh seorang saudagar kaya bernama Edward Fillene. Suster Mary
Gabriella Mulherim membawa CU ke Korea, sementara Pastor Karl
Albrecth Karim Arbi, SJ memperkenalkan CU di Indonesia pada
tahun 1970-an.
GERAKAN CREDIT UNION DI INDONESIA
Credit Union, pertama kali muncul di Indonesia pada 1960-an yang
mulai dikembangkan dari barat. Seorang pastor Katolik asal Jerman
bertugas di Indonesia dan membawa konsep tersebut. Kemudian
CU mulai diperkenalkan ke Kalimantan Barat pada 1975.
Pada tahun 1975 oleh gereja Katolik. diadakan pelatihan
pembentukan CU sehingga lahir 40 kelompok. CU tertua di Kalbar
ada di Kecamatan Parindu, Kabupaten Sangkau. CU pertama berdiri
tahun 1976, yaitu CU Lantang Tipo di Sangkau Namun dalam
perkembangannya, CU tersebut "menghilang". Pada sekitar tahun
1985, diadakan sosialisasi ulang yang diikuti oleh sejumlah anggota
lembaga swadaya masyarakat, salah satunya dari Pancur Kasih.
Gagasan pendirian CU kembali muncul sehingga terbentuklah CU
Khatulistiwa Bhakti pada 12 Mei 1985 disusul CU Pancur Kasih pada
28 Mei 1987. Seiring dengan perjalanan waktu, CU-CU terus
bermunculan hingga Desember tahun 2006, sehingga CU yang
dinaungi Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah Kalimantan kini
telah beranggota 48 CU primer.
Dalam rangka menjawab masalah kemiskinan dan situasi umat
berkenaan dengan persoalan sosial ekonomi, maka disepakati
bersama bahwa CU menjadi salah satu prioritas gerakan Seksos
paroki selama 5 tahun, merupakan komitmen pengurus Seksos
paroki seKeuskupan Surabaya, demikia dinyatakan dalam acara
alam pertemuan di Puhsarang 10-12 November 2006 tiga tahun
lalu. Dikatakan oleh PSE keuskupan Surabaya bahwa CU memberi
kesaksian dan tanda bahwa orang Katolik hadir sebagai perintis
gerakan yang tujuannya demi kesejahteraan umum, bahkan orang
Katolik terpercaya dalam mengelola keuangan.
Sedang Di Makasar Uskup Agung Makassar Mgr Yohanes Liku
mengatakan pada rapat tahunan CU Mekar Kasih, yang berbasis di
gereja St. Fransiskus Assisi 24 Januari yang lalu, bahwa CU itu
cocok untuk masyarakat kecil sehingga keuskupan agung memulai
CU untuk mengembangkan keadaan ekonomi umat. “CU
mengemban misi solidaritas dan kebersamaan yang dasarnya
adalah cinta kasih,” katanya.
VESTED INTEREST BERKENDARAAN AGAMA
Perkembangan gerakan credit union di Indonesia menjadi
gambaran suram bagaimana kepentingan kapital menyelinap
melalui institusi agama dan rohaniawan. Kelihaian para petualang
bisnis yang terdidik dalam merebut hati institusi agama, untuk
menggunakan posisi dan citra mereka di mata masyarakat dalam
menterjemahkan kepentingan bisnis kapitalis ke dalam nilai-nilai
luhur agama.
Dengan mengusung tema-tema yang sejajar dan selaras dengan
apa yang sekiranya menjadi concern institusi agama, kapitalis
berhasil memperleh dukungan luar dalam dari institusi gerja dan
para pastor. Dukungan para pastor dan dewan paroki ada beragam
bentuk, ada pastor yang mendorong kehadiran CU di Parokinya,
memberi teladan dengan menjadi anggota CU, mempromosikan
CU dalam kotbah dan renungan atau selalu mengingatkan para
pengurus untuk mengadakan pertemuan. Ada pula yang
mendukung dengan cara meminjamkan fasilitas seperti meja, kursi,
komputer hingga penyediaan ruangan. Pula dukungan dewan
paroki yang memberi modal awal untuk CU rintisan dari dana
paroki, yang kelak harus dikembalikan. Hal demikian telah
membutakan sebagian umat awam tentang lemahnya sistem CU
sehingga rentan terhadap manipulasi dan tindak korup
Para petualang bisnis yang jeli tentu melihat keuntungan potensial
dari adanya dukungan institusi dan tokoh agama. Setidaknya,
situasi tersebut dapat menciptakan ruang untuk menyembunyikan
kepentingan ego pebisnis di balik citra mulia institusi agama dan
para pemukanya. Sejarah menunjukkan, bahwa tempat paling
aman untuk menyembunyikan kepentingan ego pribadi adalah
simbol-simbol agama. Pebisnis licin paham betul bahwa ada
setidaknya dua hal yang harus dikuasai untuk melancarkan bisnis
yakni agamawan dan politisi.
Akumulasi dana masyarakat yang terkumpul dari persuasi paham
kepercayaan yang ditaburkan oleh institusi agama dan para
rohaniawan merupakan keuntungan potensial yang lain. Lebih jauh,
sifat-sifat produk/ janji yang ditawarkan oleh credit union
mnegindikasikan bahwa credit union hanyalah baju dari sebuah
kekuatan kapitalis besar yang memanfaatkan isu-isu kemiskinan.
(bagian ini akan dikaji tersendiri). Lain dari itu, masih lemahnya
pengaturan dan pengawasan pemerintah terhadap operasi credit
union melengkapkan kemudahan bagi para petualang untuk
engartikulasikan sifat dasarnya yang bersifat manipulatif dan korup.
Kejelian dan kemampuan untuk melihat peluang-peluang bisnis
yang bakal memberi keuntungan besar bagi kepentingan diri
tentunya tidak dimiliki oleh semua umat. Kemampuan demikian
sangat terkait dengan hal-hal yang bersifat matematis keuangan,
politis organisasi dan ketersedian akses informasi teknis detail
operasional keuangan CU. Makin kritis dan tidak materialis
masyarakat di suatu daerah, maka makin sulit CU berkembang di
daerah tersebut.
Bagaimanapun, operasi CU di indonesia diawali dengan
mengusung tema yang menawan dan kontekstual yakni melawan
kemiskinan untuk menutupi maksud maipulatif yang
sesungguhnya. Dengan memberi 70 kepada satu orang rakyat
miskin yang menilai tinggi 25, untuk mengeruk 720 dari akumulasi
4 orang miskin. Menggandeng institusi agama dan para
pemukanya untuk mengesankan bahwa CU adalah bagian dari
pelaksanaan nilai-nilai agama.
Untuk menghindari jatuhnya korban atas kotbah-kotbah yang
bersifat deceptive dan memanipulasi keawaman kalangan umat,
menjadi perlu adanya perluasan penyebaran second opinion, yang
bukan berasal dari mereka-mereka yang terlihat kuat memiliki
kepentingan atas credit union. Kajian-kajian alternatif akan
memberikan kesadaran yang mampu menjadi filter penyelipan
kepentingan kapitalis melalui gereja. Selebihnya adalah
peningkatan daya kritis masyarakat. Hal demikian akan dapat
menjadi perisai bagi masyarakat untuk tidak mudah di-CU-kan,
sekalipun hal tersebut mungkin bakal menjadi syarat mendapatkan
"pencucian dosa"
SYIAR AGAMA BERKENDARAAN CU
Dukungan institusi agama terhadap CU, tentunya tidak bebas
kepentingan. Setidaknya, bila dilihat dari situasi perpolitikan dan
rivalitas yang sedang berkembang akhir-akhir ini di Indonesia. Lain
dari itu, CU juga berpotensi untuk dapat digunakan langsung atau
tidak langsung sebagai counter atas menguatnya institusi ekonomi
dari kelompok agama lain yang juga semakin mewarnai sistem
perekonomian di Indonesia seperti bank syariat, BMT dan institusi
pengelola zakat yang pada awalnya juga menggunakan ketokohan
agama dan menjadikan kisah-kisah sukses dari institusi ekonomi
yang dibangun sebagai bagian dari dakwah (kesaksian). Lebih dari
itu gereja sebagai organisasi jelas membutuhkan masa dan dana.
Dua hal itu pulalah yang dalam sejarah gereja, telah
menjerumuskan gereja ke dalam perkara-perkara yang menggerus
kewibawaan moral gereja
Karenanya pula, menjadi wajar bila tidak mudah bagi awam untuk
menemukan publikasi luas tentang kajian-kajian kritis alternatif
terkait CU, kisah-kisah kegagalan, penyelewengan dari
operasionalisasi lembaga CU di lapangan sehubungan dengan
kelemahan-kelemahan sistemik dan perilaku para petualang.Setiap
periode anggota memang diberi laporan keuangan cu. Akan tetapi
apalah artinya laporan keuangan bagi seseorang yang awam. Yang
mereka tahu aset meningkat?
Bagaimanapun, publikasi tentang hal-hal tersebut akan membuka
kelemahan dari suatu sistem yang didukung oleh gereja. Hal ini
tentunya sangat tidak menguntungkan. bagi gereja. Konsep
pengampunan dan pentingnya menutup aib sendiri sebagai bagian
dari pelaksanaan nilai-nilai agama dapat menjadi sarana
pembelokan perkara untuk menghindari sentuhan negatif dari sisi
gelap fakta penyelewengan-penyelewengan CU terhadap upaya-
upaya positioning politik kaum minoritas di Indonesia. Hasilnya,
hanya kisah-kisah sukses sebagai bagian dari kesaksian yang bisa
dan boleh didengar oleh publik. Selebihnya hanya konsumsi
internal para kapitalis yang menjadikan gereja sebagai tempat
menyembunyikan keserakahannya.