bab iv kancane novi
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang telah dilakukan di
BPS Ny. Indri Ari Desa Pabian Kecamatan Kota Sumenep pada tanggal 18
Juni sampai dengan 15 Juli 2007 dengan responden sebanyak 48
responden.
IV.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
BPS Ny. Indri Ari terletak di Desa Pabian Kecamatan Kota
Sumenep, Kabupaten Sumenep dimana + 50 m masuk ke arah barat dari
jalan raya. Adapun fasilitas yang dimiliki yaitu: 1 ruang pemeriksaan, 1
ruang kamar bersalin dan 2 ruang rawat inap dengan kapasitas 1 ruang
rawat inap 1 tempat tidur dan bok bayi, tenaga kesehatan yang ada adalah 1
bidan dan 1 asisten. Jarak antara tempat penelitian dengan RSUD dr. Cipto
Sumenep + 2 km, sedangkan batas-batas tempat penelitian yaitu: sebelah
barat berbatasan dengan Desa Pangarangan, sebelah timur berbatasan
dengan Desa Marengan, sebelah utara berbatasan dengan desa Kacongan,
dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kalor.
Pada hasil akan ditampilkan data mengenai pemberian MP-ASI
dini dan ASI, kejadian diare dan pengaruh pemberian MP-ASI dini
terhadap kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan.
37
IV.1.2 Pemberian MP-ASI dan ASI
Tabel 4.1 Distribusi pemberian MP-ASI dini dan ASI pada bayi usia 0-6 bulan yang diberikan di BPS Ny. Indri Ari Desa Pabian Kecamatan Kota Sumenep Kabupaten Sumenep pada tanggal 18 Juni – 15 Juli 2007
No. MP-ASI / ASI Jumlah Prosentase 1
2
MP-ASI
ASI
30
18
62,5
37,5
Jumlah 48 100
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pemberian MP-ASI
dini pada bayi usia 0-6 bulan lebih banyak yaitu 30 bayi (62,5%)
dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI sebanyak 18 bayi (37,5%).
IV.1.3 Kejadian Diare
Tabel 4.2 Distribusi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di BPS Ny. Indri Ari Desa Pabian Kecamatan Kota Sumenep Kabupaten Sumenep pada tanggal 18 Juni – 15 Juli 2007
No. Kejadian diare Jumlah Prosentase 1
2
Pernah diare
Tidak pernah
31
17
64,6
35,4
Jumlah 48 100
Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa sebagian besar bayi
usia 0-6 bulan mengalami diare dengan jumlah 31 bayi (64,6%) dan hanya
sebagian kecil yang tidak pernah mengalami diare sebanyak 17 bayi
(35,4%).
38
IV.1.4 Pemberian MP-ASI dini dengan kejadian diare
Tabel 4.3 Tabulasi silang pemberian MP-ASI dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di BPS Ny. Indri Ari Desa Pabian Kecamatan Kota Sumenep Kabupaten Sumenep pada tanggal 18 Juni – 15 Juli 2007
No PemberianKejadian diare
Total %Pernah % Tidak %
1 MP-ASI 23 76,6 7 23,4 30 62,52 ASI 8 44,4 10 55,5 18 37,5
Jumlah 31 64,6 17 35,4 48 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kejadian diare pada
bayi usia 0-6 bulan menunjukkan sebagian besar bayi yang diberi MP-ASI
dini mengalami diare lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang diberi
ASI.
Dari data di atas kemudian dilakukan analisis menggunakan chi-
square dengan derajat signifikan 5% (0,05) didapatkan nilai 2 = 5,107.
Dengan 2 tabel pada derajat kebebasan 1 dan derajat signifikan (
= 5%) adalah 3,841 maka 2 hitung > 2 tabel maka H0 ditolak yang berarti
ada pengaruh antara pemberian MP-ASI dini terhadap kejadian diare pada
bayi usia 0-6 bulan (HA diterima).
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Gambaran Bayi Usia 0-6 Bulan Yang Diberi MP-ASI Dini
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 48 responden,
terdapat 30 bayi (62,5%) yang diberi MP-ASI dini dari seluruh responden,
sebagian besar bayi yang diberi MP-ASI dini yaitu pada usia 3, 4 dan 5
bulan dengan jumlah yang sama dan sebagian berumur 3 minggu sampai 2
39
bulan sedangkan yang diberi ASI hanya 18 bayi (37,5%) dari seluruh
jumlah responden. Hal tersebut disebabkan karena kebudayaan masyarakat
setempat yang belum mendukung bahkan menghambat seperti: banyak
para ibu-ibu yang mengikuti anjuran dari orang tua yang memperbolehkan
bayi usia di bawah 6 bulan diberi makanan pendamping dengan alasan
bahwa dengan susu ibu saja bayi tidak menjadi kenyang dan akan
menyebabkan bayi menjadi kurus dan lebih rewel, serta kebudayaan yang
masih melekat sampai sekarang bahwa banyak bayi usia 23 hari sudah
diberi makanan yang berupa pisang yang dihaluskan dengan alasan untuk
melatih bayi agar mau makan karena jika tidak dilatih sejak usia dini
setelah besar anak akan sulit untuk makan dan akibatnya bayi akan kurus
dan sakit-sakitan. Di samping itu meningkatnya ibu-ibu yang bekerja
menyebabkan perubahan pola asuh, bayi lebih sering diasuh oleh neneknya
dengan mengganti ASI dengan susu formula bahkan mengganti ASI
dengan makanan pendamping maka sebaiknya MP-ASI diberikan kepada
bayi setelah berusia 6 bulan sampai berusia 24 bulan. Jadi selain MP-ASI,
ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi paling tidak sampai usia 24
bulan (Krisnatuti, 2003: 14).
Adapun syarat-syarat dalam memberikan MP-ASI adalah: memiliki
nilai energi dan kandungan protein yang tinggi, memiliki suplementasi
yang baik serta mengandung vitamin dan mineral yang cocok, dapat
diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik, harganya relatif murah,
sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal,
40
bersifat pada gizi, kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar
diterima dalam jumlah yang sedikit, kandungan serat kasar yang terlalu
banyak justru akan mengganggu pencernaan bayi, memperhatikan jenis,
waktu (usia) dan frekuensi (Krisnatuti 2003 : 18).
IV.2.2 Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Yang Diberi MP-ASI Dini
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 48 responden
terdapat 23 bayi (76,6%) yang mengalami diare akibat pemberian MP-ASI
dini dari seluruh jumlah responden, 30 bayi diantaranya diberi MP-ASI
dini berupa pisang yang dihaluskan. Sebagian besar bayi yang mengalami
diare akibat pemberian MP-ASI dini berusia 3 bulan dengan frekuensi
BAB 4 kali perhari dengan konsistensi lembek. Dari hasil tersebut
dibandingkan dengan teori yang dikemukakan oleh Krisnatuti (2003:14)
bahwa sebaiknya bayi diberikan makanan tambahan setelah usia 6 bulan
dengan memperhatikan syarat, jenis, waktu dan frekuensinya.
Selain itu ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya diare, yaitu tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan
pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak
pada suhu kamar, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci
tangan sesudah buang air besar, dan sebelum mengambil makanan (Sri
Utami; 2005: 169).
Aspek sosial dan budaya juga mempengaruhi terjadinya diare, yaitu
meningkatnya ibu yang bekerja yang akan berdampak pada pola
pengasuhan bayi dan anak, terutama dalam pemberian ASI pola asuh
tersebut, maka kebanyakan orang tua mengganti ASI dengan susu formula
41
atau bahkan MP-ASI, sehingga menyebabkan diare, budaya masyarakat
yang belum mendukung, bahkan menghambat seperti rendahnya tingkat
pengetahuan dan pendidikan orang tua terutama ibu tentang pentingnya
ASI, pemukiman yang padat dan tempat tinggal yang kotor yang
menyebabkan kebersihan kurang dan pencemaran makanan oleh bakteri
penyebab diare (Soetjiningsih 1995 : 160).
Kejadian diare ini terjadi karena bayi di bawah usia 6 bulan di
daerah penelitian sudah diberi makanan pendamping, kurangnya
pengetahuan dan pengaruh kebudayaan dikalangan masyarakat juga
mempengaruhi terjadinya diare.
IV.2.3 Pengaruh Pemberian MP-ASI Dini Terhadap Kejadian Diare Pada
Bayi Usia 0-6 Bulan
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa dari 48 responden terdapat
30 bayi (62,5%) yang diberi MP-ASI dini dari seluruh jumlah responden
dan yang mengalami diare akibat MP-ASI dini sebanyak 23 bayi (76,6%)
sedangkan yang diberi ASI sebanyak 18 bayi (37,5%) dari jumlah
responden dan yang mengalami diare sebanyak 8 bayi (44,4%).
Dari data-data tersebut yang kemudian dilakukan analisis dengan
menggunakan uji chi-square dengan derajat signifikan 5% (0,05) dan 2tabel
= 3,841 didapatkan 2hitung = 5,107 maka 2
tabel < 2hitung dengan arti bahwa
H0 ditolak dengan kesimpulan ada pengaruh antara pemberian MP-ASI
dini terhadap kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan. Hasil tersebut sama
dengan teori yang dikemukakan oleh Akre (1994:172) bahwa bayi yang
mendapat ASI eksklusif mempunyai resiko terhadap penyakit diare lebih
42
rendah dibandingkan dengan bayi yang mendapat MP-ASI dini, walaupun
demikian bayi yang diberi ASI eksklusif tetap dapat terkena diare terutama
diare yang disebabkan oleh infeksi virus.
Bayi yang mendapat MP-ASI dini juga dapat terjadi diare, ini
disebabkan karena dalam makanan terdapat lemak yang disebut
trigliserida. Trigliserida dengan bantuan kelenjar lifase dapat mengubah
lemak menjadi micelles yang siap diabsorbsi usus, jika tidak ada lifase
maka terjadi diare karena lemak tidak dapat diserap dengan baik
(Ngastiyah, 1997:143).
Insiden penyakit infeksi, terutama diare lebih tinggi pada saat ini
daripada periode lain kehidupan. Hal ini disebabkan karena perubahan pola
makan pada bayi, dari ASI yang bersih dan mengandung zat-zat anti
infeksi (IGA, Lactoferin) berubah menjadi makanan yang disiapkan,
disimpan, dan dimakan tanpa memperhatikan syarat kebersihan
(kesehatan) serta kebudayaan masyarakat urban yang memberikan
makanan tambahan pada bayinya beberapa hari setelah lahir atau terlalu
dini (Arisman, 2004: 49).
Maka dari itu dalam pemberian MP-ASI harus memperhatikan
syarat, waktu (usia), frekuensi, jenis dan cara pemberiannya.
43