bab ii abses mandibula

28
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Abses 1. Pengertian Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004). Abses adalah kumpulan tertutup jaringan cair, yang dikenal sebagai nanah, di suatu tempat di dalam tubuh. Ini adalah hasil dari reaksi pertahanan tubuh terhadap benda asing (Mansjoer A, 2005) Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali dengan proses yang disebut peradangan (Bambang, 2005). Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004).

Upload: emil-darmiza

Post on 15-Feb-2016

278 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

text

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Abses Mandibula

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Abses

1. Pengertian

Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi

nanah. (Siregar, 2004). Abses adalah kumpulan tertutup jaringan cair, yang dikenal

sebagai nanah, di suatu tempat di dalam tubuh. Ini adalah hasil dari reaksi pertahanan

tubuh terhadap benda asing (Mansjoer A, 2005)

Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali dengan

proses yang disebut peradangan (Bambang, 2005). Abses adalah infeksi kulit dan

subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004).

Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula. Abses dapat

terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi

dari daerah leher. (Smeltzer dan Bare, 2001).

Page 2: BAB II Abses Mandibula

2. Anatomi dan fisiologis menurut (Brunner & Suddarth, 2001)

a. Mulut (oris)

Proses pencernaan pertama kali terjadi di dalam rongga mulut. Rongga mulut

dibatasi oleh beberapa bagian, yaitu sebelah atas oleh tulang rahang dan langit-langit

(palatum), sebelah kiri dan kanan oleh otot-otot pipi, serta sebelah bawah oleh rahang

bawah.

1) Rongga Mulut (Cavum Oris)

Rongga mulut merupakan awal dari saluran pencernaan makanan. Pada rongga

mulut, dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu

pencernaan makanan, yaitu:

a) Gigi (dentis)

Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan

menjadi partikel yang kecil-kecil. Gigi tertanam pada rahang dan diperkuat

oleh gusi. Bagian-bagian gigi adalah sebagai berikut:

(1) Mahkota Gigi

Bagian ini dilapisi oleh email dan di dalamnya terdapat dentin (tulang

gigi). Lapisan email mengandung zat yang sangat keras, berwarna putih

kekuningan, dan mengilap. Email mengandung banyak garam kalsium.

(2) Tulang Gigi

Tulang gigi terletak di bawah lapisan email. Tulang gigi meliputi dua

bagian, yaitu leher gigi dan akar gigi. Bagian tulang gigi yang dikelilingi

gusi disebut leher gigi, sedangkan tulang gigi yang tertanam dalam tulang

rahang disebut akar gigi. Akar gigi melekat pada dinding tulang rahang

dengan perantara semen.

Page 3: BAB II Abses Mandibula

(3) Rongga gigi

Rongga gigi berada di bagian dalam gigi. Di dalam rongga gigi

terdapat pembuluh darah, jaringan ikat, dan jaringan saraf.oleh karena itu,

rongga gigi sangat peka terhadap rangsangan panas dan dingin. Menurut

bentuknya, gigi dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

(a) Gigi seri (incisivus/I), berfungsi untuk memotong-motong makanan.

(b) Gigi taring (caninus/ C), berfungsi untuk merobek-robek makanan.

(c) Gigi geraham depan (Premolare/ P), berfungsi untuk menghaluskan

makanan.

(d) Gigi geraham belakang (Molare/ M), berfungsi untuk menghaluskan

makanan.

Pada manusia, ada dua generasi gigi sehingga dinamakan

bersifat diphydont. Generasi gigi tersebut adalah gigi susu dan gigi

permanen. Gigi susu adalah gigi yang dimiliki oleh anak berusia 1-6

tahun. Jumlahnya 20 buah. Sedangkan gigi permanen dimiliki oleh

anak di atas 6 tahun, jumlahnya 32 buah.

b) Lidah (lingua)

Lidah membentuk lantai dari rongga mulut. Bagian belakang otot-otot

lidah melekat pada tulang hyoid. Lidah tersiri dari 2 jenis otot, yaiyu:

(1) Otot ekstrinsik yang berorigo di luar lidah, insersi di lidah.

(2) Otot instrinsik yang berorigo dan insersi di dalam lidah.

Kerja otot lidah ini dapat digerakkan atas 3 bagian, yaitu: radiks lingua

(pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah), apeks lingua (ujung lidah).

Lidah berfungsi untuk membantu mengunyah makanan yakni dalam hal

Page 4: BAB II Abses Mandibula

membolak-balikkan makanan dalam rongga mulut, membantu dalam menelan

makanan, sebagai indera pengecap, dan membantu dalam berbicara.

Sebagai indera pengecap,pada permukaan lidah terdapat badan sel

saraf perasa (papila). Ada tiga bentuk papila, yaitu:

(1)     Papila fungiformis, berbentuk seperti jamur, terletak di bagian sisi lidah

dan ujung lidah.

(2)     Papila filiformis, berbentuk benang-benang halus, terletak di 2/3 bagian

depan lidah.

(3)     Papila serkumvalata, berbentuk bundar, terletak menyusun seperti huruf V

terbalik di bagian belakang lidah.

Lidah memiliki 10.000 saraf perasa, tapi hanya dapat mendeteksi 4

sensasi rasa: manis, asam, pahit, dan asin.

c) Kelenjar Ludah

Makanan dicerna secara mekanis dengan bantuan gigi, secara kimiawi

dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar ludah. Kelenjar

ludah mengandung menghasilkan saliva. Saliva mengandung enzim ptyalin

atu amylase yang berfungsi mengubah zat tepung atau amilum menjadi zat

gula atau maltosa.

Kelenjar ludah terdiri atas tiga pasang sebagai berikut:

(1)     Kelenjar parotis, terletak di bawah telinga. Kelenjar ini menghasilkan

saliva berbentuk cair yang disebut serosa. Kelenjar paotis merupakan

kelenjar terbesar bermuara di pipi sebelah dalam berhadapan dengan

geraham kedua.

(2)    Kelenjar submandibularis / submaksilaris, terletak di bawah rahang

bawah.

Page 5: BAB II Abses Mandibula

(3)    Kelenjar sublingualis, terletak di bawah lidah.

Kelenjar submandibularis dan sublingualis menghasilkan air dan lender

yang disebut Iseromucus. Kedua kelenjar tersebut bermuara di tepi lidah.

3. Anatomi Leher

Anatomi leher menurut ballenger jj, 1994:

Pada daerah leher terdapat beberapa ruang potesial yang dibatasi oleh fasia

servikalis. Fasia servikalis terdiri dari lapisan jaringan ikat fibrous yang membungkus

organ, otot, saraf dan pembuluh darah serta membagi leher menjadi beberapa ruang

potensial. Fasia servikalis terbagi menjadi dua bagian yaitu fasia servikalis superfisialis

dan fasia servikalis profunda.

Fasia servikalis superfisialis terletak tepat dibawah kulit leher berjalan dari

perlekatannya di prosesus zigomatikus pada bagian superior dan berjalan ke bawah ke

arah toraks dan aksila yang terdiri dari jaringan lemak subkutan. Ruang antara fasia

servikalis superfisialis dan fasia servikalis profunda berisi kelenjar limfe superfisial, saraf

dan pembuluh darah termasuk vena jugularis eksterna.

Fasia servikalis profunda terdiri dari tiga lapisan yaitu (gambar 1):

a. Lapisan superfisial

Lapisan ini membungkus leher secara lengkap, dimulai dari dasar tengkorak sampai

daerah toraks dan aksila. Pada bagian anterior menyebar ke daerah wajah dan melekat

pada klavikula serta membungkus musculus sternokleidomastoideus, musculus

trapezius, musculus masseter, kelenjar parotis dan submaksila. Lapisan ini disebut juga

lapisan eksternal, investing layer, lapisan pembungkus dan lapisan anterior.

b. Lapisan media

Lapisan ini dibagi atas dua divisi yaitu divisi muskular dan viscera. Divisi

muskular terletak dibawah lapisan superfisial fasia servikalis profunda dan

Page 6: BAB II Abses Mandibula

membungkus musculus sternohioid, musculus sternotiroid, musculus tirohioid dan

musculus omohioid. Dibagian superior melekat pada os hioid dan kartilago tiroid serta

dibagian inferior melekat pada sternum, klavikula dan skapula. Divisi viscera

membungkus organ-organ anterior leher yaitu kelenjar tiroid, trakea dan esofagus. Di

sebelah posterosuperior berawal dari dasar tengkorak bagian posterior sampai ke

esofagus sedangkan bagian anterosuperior melekat pada kartilago tiroid dan os hioid.

Lapisan ini berjalan ke bawah sampai ke toraks, menutupi trakea dan esofagus serta

bersatu dengan perikardium. Fasia bukkofaringeal adalah bagian dari divisi viscera

yang berada pada bagian posterior faring dan menutupi musculus konstriktor dan

musculus buccinator.

c. Lapisan profunda

Lapisan ini dibagi menjadi dua divisi yaitu divisi alar dan prevertebra. Divisi alar

terletak diantara lapisan media fasia servikalis profunda dan divisi prevertebra, yang

berjalan dari dasar tengkorak sampai vertebra torakal II dan bersatu dengan divisi

viscera lapisan media fasia servikalis profunda. Divisi alar melengkapi bagian

posterolateral ruang retrofaring dan merupakan dinding anterior dari danger space.

Divisi prevertebra berada pada bagian anterior korpus vertebra dan ke lateral meluas ke

prosesus tranversus serta menutupi otot-otot didaerah tersebut. Berjalan dari dasar

tengkorak sampai ke os koksigeus serta merupakan dinding posterior dari danger space

dan dinding anterior dari korpus vertebra. Ketiga lapisan fasia servikalis profunda ini

membentuk selubung karotis (carotid sheath) yang berjalan dari dasar tengkorak

melalui ruang faringomaksilaris sampai ke toraks.

Page 7: BAB II Abses Mandibula

GAMBAR 1. Potongan obliq leher

Ruang potensial leher dalam dibagi menjadi ruang yang melibatkan daerah sepanjang

leher, ruang suprahioid dan ruang infrahioid (gambar 2 ). (Pulungan MR, 2010)

1. Ruang yang melibatkan sepanjang leher terdiri dari:

a. ruang retrofaring

b. ruang bahaya (danger space)

c. ruang prevertebra.

2. Ruang suprahioid terdiri dari:

a. ruang submandibula

b. ruang parafaring

c. ruang parotis

d. ruang mastikor

e. ruang peritonsil

f. ruang temporalis.

Page 8: BAB II Abses Mandibula

3. Ruang infrahioid

a. ruang pretrakeal.

Gambar 2. Potongan sagital leher

Ruang Submandibula

Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila. Ruang

sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot miohioid. Ruang submaksila

selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot

digastrikus anterior. (Calhoun KH, 2001) Ruang mandibular dibatasi pada bagian lateral oleh

garis inferior dari badan mandibula, medial oleh perut anterior musculus digastricus,

posterior oleh ligament stylohyoid dan perut posterior dari musculus digastricus, superior

oleh musculus mylohyoid dan hyoglossus, dan inferior oleh lapisan superficial dari deep

servikal fascia. Ruang ini mengandung glandula saliva sub mandibular dan sub mandibular

lymphanodes. (Calhoun KH, 2001).

Namun ada pembagian lain yang tidak menyertakan ruang submandibula dan membagi

ruang submandibula atas ruang submental dan ruang submaksila saja. Abses dapat terbentuk

Page 9: BAB II Abses Mandibula

di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah

kepala leher. (Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus paranasal, 2007)

Ruang submandibula berhubungan dengan beberapa struktur didekatnya (gambar 4),

oleh karena itu abses submandibula dapat menyebar ke struktur didekatnya. (Ariji Y, Gotoh

M, Kimura Y, Naitoh K, Kurita K, Natsume N, et all, 2002)

Gambar 3Ruang potensial leher dalam (A) Potongan aksial, (B) potongan sagital.Ket : SMS: submandibular space; SLS: sublingual space; PPS: parapharyngeal space; CS: carotid space; MS: masticatory space. SMG: submandibular gland; GGM: genioglossus muscle; MHM: mylohyoid muscle; MM: masseter muscle; MPM: medial pterygoid muscle; LPM: lateral pterygoid muscle; TM: temporal muscle. (Ariji Y, Gotoh M, Kimura Y, Naitoh K, Kurita K, Natsume N, et all, 2002)

Page 10: BAB II Abses Mandibula

4. Etiologi

Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui

beberapa cara antara lain:

a. Bakteri masuk kebawah kuit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak

steril

b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain

c. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak

menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

Lebih lanjut Siregar (2004) menjelaskan peluang terbentuknya suatu abses akan

meningkat jika :

a. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi

b. Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang

c. Terdapat gangguan sisitem kekebalan.

Menurut Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, (2001), abses

mandibula sering disebabkan oleh infeksi didaerah rongga mulut atau gigi. Peradangan ini

menyebabkan adanya pembengkakan didaerah submandibula yang pada perabaan sangat

keras biasanya tidak teraba adanya fluktuasi. Sering mendorong lidah keatas dan

kebelakang dapat menyebabkan trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan jalan

napas. Bila ada tanda-tanda sumbatan jalan napas maka jalan napas hasur segera dilakukan

trakceostomi yang dilanjutkan dengan insisi digaris tengah dan eksplorasi dilakukan

secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tanda- tanda sumbatan jalan

napas dapat segera dilakukan  eksplorasi tidak ditemukan nanah, kelainan ini disebutkan

Angina ludoviva (Selulitis submandibula). Setelah dilakukan eksplorasi diberikan

antibiotika dsis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob.

Page 11: BAB II Abses Mandibula

Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum,

dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama

jika timbul diwajah.

4. Patofisiologi

Menurut Price, (2006) jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka

akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi

jaringan dan se-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh

dalam melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri.sel

darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang

mengisis rongga tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong jaringan

pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses hal ini

merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut jika suatu abses

pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah

permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses (www.medicastre.com.2004).

5. Tanda dan Gejala

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan

pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa :

a.    Nyeri

b.    Nyeri tekan

c.    Teraba hangat

d.   Pembengakakan

e.    Kemerahan

f.     Demam

Page 12: BAB II Abses Mandibula

Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan.

Adapun lokasi abses antar lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah,

maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses

di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar.

Abses dalam lebih mungkin menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.

Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai pembengkakan

pembengkakan di bawah dagu atau di bawah lidah baik unilateral atau bilateral, disertai

rasa demam, nyeri tenggorok dan trismus. Mungkin didapatkan riwayat infeksi atau cabut

gigi. Pembengkakan dapat berfluktuasi atau tidak.

6. Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik)

Pemeriksaan penunjang sangat berperan dalam menegakkan diagnosis. Pada foto

polos jaringan lunak leher anteroposterior dan lateral didapatkan gambaran

pembengkakan jaringan lunak, cairan di dalam jaringan lunak, udara di subkutis dan

pendorongan trakea. Pada foto polos toraks, jika sudah terdapat komplikasi dapat

dijumpai gambaran pneumotoraks dan juga dapat ditemukan gambaran

pneumomediastinum. Jika hasil pemeriksaan foto polos jaringan lunak menunjukkan

kecurigaan abses leher dalam, maka pemeriksaan tomografi komputer idealnya dilakukan.

Tomografi Komputer (TK) dengan kontras merupakan standar untuk evaluasi infeksi

leher dalam. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara selulitis dengan abses,

menentukan lokasi dan perluasan abses. Pada gambaran TK dengan kontras akan terlihat

abses berupa daerah hipodens yang berkapsul, dapat disertai udara di dalamnya, dan

edema jaringan sekitar. TK dapat menentukan waktu dan perlu tidaknya operasi.

Pemeriksaan penunjang lainnya adalah pemeriksaan pencitraan resonansi magnetik

(Magnetic resonance Imaging / MRI) yang dapat mengetahui lokasi abses, perluasan dan

sumber infeksi. Sedangkan Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan penunjang

Page 13: BAB II Abses Mandibula

diagnostik yang tidak invasif dan relatif lebih murah dibandingkan TK, cepat dan dapat

menilai lokasi dan perluasan abses.

Foto panoramik digunakan untuk menilai posisi gigi dan adanya abses pada gigi.

Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada kasus abses leher dalam yang diduga sumber

infeksinya berasal dari gigi.

Pemeriksaan darah rutin dapat melihat adanya peningkatan leukosit yang merupakan

tanda infeksi. Analisis gas darah dapat menilai adanya sumbatan jalan nafas. Pemeriksaan

kultur dan resistensi kuman harus dilakukan untuk mengetahui jenis kuman dan antibiotik

yang sesuai.

7. Penatalaksanaan

Antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan secara

parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses yang dangkal

dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi

dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi 0,5 tiroid, tergantung letak dan

luas abses. Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.

Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah dengan

sendirinya dan mengeluarkan isinya, kadang abses menghilang secara perlahan karena

tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi, abses pecah dan

bisa meninggalkan benjolan yang keras.

Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk

dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah, sehingga pemberian

antibiotik biasanya sia-sia antibiotik biasanya diberikan setelah abses mengering dan hal

ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses

menyebarkan infeksi kebagian tubuh lainnya.

Page 14: BAB II Abses Mandibula

8.    Komplikasi

Komplikasi/dampak yang mungkin terjadi akibat dari Abses mandibula menurut

Siregar (2004) adalah:

a. Kehilangan gigi

b. Penyebaran infeksi pada jaringan lunak dapat mengakibatkan selulitis wajah dan

Ludwig’s angina

c. Penyebaran infeksi pada tulang rahang dapat mengakibatkan osteomyelitis

mandibula atau maksila

d. Penyebaran infeksi pada daerah tubuh yang lain, menghasilkan abses serebral,

endokarditis, pneumonia, atau gangguan lainnya.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Abses Mandibula

Konsep asuhan keperawatan teoritis diadaptasi dari Doenges (2001) :

1. PENGKAJIAN

Tanggal masuk :

Tanggal pengkajian :

a) Identitas Klien

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Diagnosa medis :

Status perkawinan :

Page 15: BAB II Abses Mandibula

Nomor register :

b) Identitas penanggng jawab

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Hubungan dengan pasien :

c) Keluhan utama

Keluhan utama yang timbul hampir disetiap kasus adalah rasa nyeri dan

mengeluhkan mulut bengkak.

d) Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Pada pengkajian biasanya akan ditemukan pada kondisi sebelum operasi

pasien akan mengatakan mulut bengkak, terasa panas, nyeri, mulut membuka

bisanya sedikit, susah untuk menelan dan mengunyah. Pada pasien setelah

operasi biasanya akan mengeluhkan nyeri pada bekas operasi.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Berisi tentang apakah pasien pernah sakit seperti ini dan apakah pasien pernah

dirawat di rumah sakit dengan keluhan atau penyakit yang sama. Dan apakah

pasien mempunyai riwayat penyakit yang dapat memperberat penyakit pasien

saat ini, seperti Diabetes Mellitus dll.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya pada pasien dengan Abses Mandibula akan mengatakan tidak

adanya anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Karena, abses

Page 16: BAB II Abses Mandibula

mandibula bukan termasuk penyakit Genetik (keturunan) melainkan penyakit

yang disebabkan oleh bakteri.

4) Kebutuhan dasar manusia

(a) Pola Aktifitas/istirahat

Biasanya pasien akan mengeluhkan pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.

(b) Pola Sirkulasi 

Biasanya ditemukan kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas

(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).

(c) Pola Integritas ego

Biasanya ditemukan perubahan pada tingkah laku/ kepribadian (tenang atau

dramatis)

(d) Pola Eliminasi

Biasanya terjadi inkontinensia kandung kemih/usus mengalami gangguan

fungsi.

(e) Pola Makanan dan cairan/Nutrisi

Biasanya terjadi mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.

(f) Neurosensori.

Biasanya pada pasien abses mandibula akan kehilangan kesadaran sementara,

vertigo.

(g) Nyeri dan kenyamanan

Nyeri pada rahang dan bengkak

(h) Pola Keamanan

Biasanya terjadi trauma baru akibat gelisah.

(i) Pola konsep diri

Page 17: BAB II Abses Mandibula

Terdiri adari :

- Body image :

- Ideal diri :

- Peran :

- Identitas diri :

(j) Pola nilai dan keyakinan

e) Pemeriksaan Fisik

WAJAH

1. Inspkesi Wajah biasanya tampak pucat, biasanya ditemukan wajah

simetris, tidak ada ditemukan bell palsy, moun face juga tidak

ditemukan

MATA fungsi mata biasanya tidak ada gangguan

1. Inspeksi biasanya didapatkan simetris kiri dan kanan, reflek kedip biasanya

baik (+), gerakan bola mata biasanya ditemukan normal (+)

2. Palpasi konjungtiva biasanya ditemukan anemis

Sklera biasanya normal, tidak ikterik

Edema palpebra biasanya (-)

HIDUNG

1. Inspkesi biasanya simetris kiri dan kanan, deviasi tulang hidung biasanya

tidak ditemukan

2. Palpasi biasanya tidak teraba massa (polip)

nyeri tekan biasanya tidak ada ditemukan

MULUT

1. Inspeksi Biasanya ditemukan mulut kurang bersih, keadaan gigi kurang

bersih, biasanya terlihat karies pada gigi, gigi berlubang (+)

didapatkan oral hygiene yang kurang baik, membran mukosa bibir

biasanya kering.

TELINGA

1. Inspkesi biasanya normal, simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga

biasanya baik

Page 18: BAB II Abses Mandibula

2. Palpasi biasanya tidak ditemukan edema/ massa

LEHER

1. Inspeksi biasanya terdapat pembengkakan pada leher, leher biasanya

tampak memerah dan terdapat push (+)

2. Palpasi biasanya terdapat nyeri tekan pada leher, edema (+), pembesaran

kelenjar tyroid biasanya tidak ditemukan

PARU- PARU

1. Inspeksi biasanya didapatkan dada simetris kiri dan kanan, retraksi

biasanya tidak ditemukan, tidak ada penggunaan otot bantu nafas

2. Palpasi Taktil fremitus biasanya sama kiri dan kanan

3. Perkusi Biasanya terdengar sonor

4. Auskultrasi biasanya didapatkan suara vesikuler kiri dan kanan, vheezing

biasanya tidak ada

JANTUNG

1. Inspkesi Iktus kordis biasanya tidak terlihat

2. Palpasi Iktus kordis biasanya teraba

3. Perkusi Biasnya terdengar redup, tidak ada pembesaran jantung

4. Auskultrasi Biasanya irama jantung regular

ABDOMENT

1. Inspeksi biasanya didapat perut simetris kiri dan kanan, tidak terdapat

massa, tidak terdapat kemerahan, lesi(-)

2. Palpasi biasanya tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen

3. Perkusi biasanya ditemukan suara timpani

4. Auskultrasi bising usus biasanya terdengar bisa melemah atau menguat

EKSTREMITAS

1. Inspeksi mobilisasi biasanya normal, edema biasanya tidak ditemukan

2. Palpasi CRT < dari 3 detik

GENETALIA

1. Inspkesi kelengkapan genitalia, biasanya tidak ditemukan kelainan

2. Palpasi biasanya tidak ditemukan nyeri tekan

Page 19: BAB II Abses Mandibula

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan Abses Mandibula (NANDA,

NIC DAN NOC, 2010) :

1) Nyeri akut b/d agen cidera biologis

2) Hipertermi b/d proses penyakit

3) Kerusakan integritas kulit b/d trauma mekanik

4) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat

5) Infeksi b/d proses penyakit