askep empiema
DESCRIPTION
KEPERAWATANTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaiakan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Empiema”.
“Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam mengerjakan tugas
makalah ini.
2. Kepada teman-teman yang sudah memberi kontribusi baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan, agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi kita semua.
Batusangkar, 26 September 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system respirasi yang menuntut asuhan
keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat usia. Bila salah satu organ
tersebut mengalami ganguan maka akan mengganggu semua system tubuh. Empiema masih
merupakan masalah dalam bidang penyakit paru karena secara signifikan masih
menyebabkan kecacatan dan kematian walaupun sudah ditunjang dengan kemajuan terapi
antibiotik dan drainase rongga pleura maupun dengan tindakan operasi dekortikasi.
Penyakit tersebut dapat pula disebabkan oleh :
a. Trauma pada dada (sekitar 1 – 5 % kasus mendorong ke arah empiema)
b. Pecahnya abses dari paru-paru kedalam rongga pleura
Untuk itu Penulis berharap makalah asuhan keperawatan pada pasien empiema ini
dapat membantu mahasiswa atau masyarakat dalam menangani pasien empiema
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum yaitu untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian dari empiema
2. Untuk menngetahui penyebab dari empiema
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari empiema
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari empiema
5. Untuk mempelajari asuhan keperawatan empiema
1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode literatur yaitu
dengan cara mempelajari buku-buku sumber / internet yang berhubungan dengan judul Buku
ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Empiema
Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) di dalam rongga pleura. Awalnya
rongga pleura adalah cairan encer dengan jumlah leukosit rendah, tetapi sering kali berlanjut
menjadi yang kental. Hal ini dapat terjadi jika abses paru-paru meluas sampai rongga pleura.
Empiema juga di artikan,akumulasi pus diantara paru dan membran yang menyelimutinya
(ruang pleura) yang dapat terjadi bilamana suatu paru terinfeksi. Pus ini berisi sel sel darah
putih yang berperan untuk melawan agen infeksi (sel sel polimorfonuklear) dan juga berisi
protein darah yang berperan dalam pembekuan (fibrin). ).
Ketika pus terkumpul dalam ruang pleura maka terjadi peningkatan tekanan pada paru
sehingga pernapasan menjadi sulit dan terasa nyeri. Seiring dengan berlanjutnya perjalanan
penyakit maka fibrin-fibrin tersebut akan memisahkan pleura menjadi kantong kantong
(lokulasi). Pembentukan jaringan parut dapat membuat sebagian paru tertarik dan akhirnya
mengakibatkan kerusakan yang permanen. Empiema biasanya merupakan komplikasi dari
infeksi paru (pneumonia) atau kantong kantong pus yang terlokalisasi (abses) dalam paru.
Meskipun empiema sering kali merupakan dari infeksi pulmonal, tetapi dapat juga terjadi jika
pengobatan yang terlambat.
2.2 Etiologia) Berasal dari Paru
Pneumonia Abses Paru Adanya Fistel pada paru Bronchiektasis TB Infeksi fungidal paru
b) Infeksi Diluar Paru Trauma dari tumor Pembedahan otak Thorakocentesis Subdfrenic abces Abses hati karena amuba
c) Bakteriologi Stapilococcus
Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal sebagai
Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit-penyakit sebagai akibat dari infeksi
beragam jaringan-jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak
hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung
dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan dan
toxic shock syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari
ringan dan tidak memerlukan perawatan sampa berat/parah dan berpotensi fatal.
Pnemococcus
Pneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius
seperti radang paru-paru (pneumonia), ,meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah
(sepsis). Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus, tetapi hanya sedikit yang bisa
menyebabkan penyakit gawat. Bentuk kumannya bulat-bulat dan memiliki bungkus atau
kapsul. Bungkus inilah yang menentukan apakah si kuman akan berbahaya atau tidak
2.3 Patofisiologi
Akibat invasi basil piogenik ke pleura, maka akan timbul peradangan akut yang
diikuti dengan pembentukan eksudat serous. Dengan banyaknya sel polimorphonucleus
(PMN) baik yang hidup maupun yang mati dan meningkatnya kadar protein, maka cairan
menjadi keruh dan kental. Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantung-kantung
yang melokalisasi nanah tersebut. Apabila nanah menembus bronkus maka timbul fistel
bronkopleura, atau apabila menembus dinding toraks dan keluar melalui kulit maka disebut
empiema nessensiatis. Stadium ini masih disebut empiema akut yang lama kelamaan akan
menjadi kronis
2.4 Manifestasi klinis
Empiema dibagi menjadi dua stadium yaitu :
1) Empiema Akut
Terjadi sekunder akibat infeksi tempat lain, bukan primer dari pleura. Pada permulaan,
gejala-gejalanya mirip dengan pneumonia, yaitu panas tinggi dan nyeri pada dada pleuritik.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura. Bila
stadium ini dibiarkan sampai beberapa minggu maka akan timbul toksemia, anemia, dan
clubbing finger. Jika nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleura. Adanya
fistel ditandai dengan batuk yang makin produktif, bercampur nanah dan darah masif, serta
kadang-kadang bisa timbul sufokasi (mati lemas).
Pada kasus empiema karena pneumotoraks pneumonia, timbulnya cairan adalah setelah
keadaan pneumonianya membaik. Sebaliknya pada Streptococcus pneumonia, empiema
timbul sewaktu masih akut. Pneumonia karena baksil gram negatif seperti E. coli atau
Bakterioids sering kali menimbulkan empiema.
2) Empiema Kronis
Batas yang tegas antara empiema akut dan kronis sukar ditentukan. Disebut kronis jika
empiema berlangsung selama lebih dari tiga bulan. Penderita mengeluh badannya terasa
lemas, kesehatan makin menurun, pucat, clubbing fingers, dada datar, dan adanya tanda-tanda
cairan pleura. Bila terjadi fibrotoraks, trakea , dan jantung akan tertarik ke sisi yang sakit.
Tanda-tanda empiema :
Demam dan keluar keringat malam. Nyeri pleura. Dispnea. Anoreksia dan penurunan berat badan. Pada auskultasi dada ditemukan penurunan suara napas. Pada perkusi dada ditemukan suara flatness. Pada palpasi ditemukan penurunan fremitus.
2.5 Penatalaksanaan a) Pengosongan Nanah
Prinsip ini seperti umumnya yang dilakukan pada abses, untuk mencegah efek
toksisnya.
b) Closed drainage – toracostomy water sealed drainage dengan indikasi : Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi Nanah terus terbentuk setelah dua minggu Terjadinya piopneumotoraks
Upaya WSD juga dapat dibantu dengan pengisapan negative sebesar 10-20 cmH2O. Jika setelah 3-4 minggu tidak ada kemajuan, harus ditempuh cara lain seperti pada empiema kronis.
c) Drainase terbuka (open drainage)
Karena menggunakan kateter karet yang besar, maka perlu disertai juga dengan
reseksi tulang iga. Open drainage ini dikerjakan pada empiema kronis, hal ini bisa terjadi
akibat pengobatan yang terlambat atau tidak adekuat misalnya aspirasi yang terlambat atau
tidak adekuat, drainase tidak adekuat sehingga harus seing mengganti atau membersihkan
drain.
d) Antibiotic
Mengingat kematian sebagai akibat utama dari sepsis, maka antibiotic memegang
peranan penting. Antibiotic harus segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan dan dosisnya
harus tepat. Pemilihan antibiotic didasarkan pada hasil pengecatan gram dan apusan nanah.
Pengobatan selanjutnya tergantung pada hasil kultur dan sensitivitasnya. Antibiotic dapat
diberikan secara sistematik atau tropical. Biasanya diberikan penisilin.
e) Penutupan Rongga Empiema
Pada empiema menahun sering kali rongga empiema tidak menutup karena penebalan
dan kekakuan pleura. Pada keadaan demikian dilkukan pembedahan (dekortikasi) atau
torakoplasti.
f) Dekortikasi
Tindakan ini termasuk operasi besar, dengan indikasi :
Drain tidak berjalan baik karena banyak kantung-kantung. Letak empiema sukar dicapai oleh drain. Empiema totalis yang mengalami organisasi pada pleura visceralis.g) Torakoplasti
Jika empiema tidak mau sembuh karena adanya fistel bronkopleura atau tidak
mungkin dilakukan dekortikasi. Pada pembedahan ini, segmen dari tulang iga dipotong
subperiosteal, dengan demikian dinding toraks jatuh ke dalam rongga pleura karena tekanan
atmosfer.
h) Pengobatan Kausal
Misalnya subfrenik abses dengan drainase subdiafragmatika, terapi spesifik pada
amoeboiasis, dan sebagainya.
i) Pengobatan Tambahan
Perbaiki keadaan umum lalu fisioterapi untuk membebaskan jalan napas.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Cairan pleura bebas dapat terlihat sebagai gambaran tumpul di sudut kostofrenikus pada posisi posteroanterior atau lateral.
2. Dijumpai gambaran yang homogen pada daerah posterolateral dengan gambaran opak yang konveks pada bagian anterior yang disebut denganD-shaped shadow yang mungkin disebabkan oleh obliterasi sudut kostofrenikus ipsilateral pada gambaran posteroanterior.
3. Organ-organ mediastinum terlihat terdorong ke sisi yang berlawanan dengan efusi. 4. Air-fluid level dapat dijumpai jika disertai dengan pneumotoraks, fistula
bronkopleural
5. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) :Pemeriksaan dapat menunjukkan adanya septa atau sekat pada suatu empiema yang terlokalisir. Pemeriksaan ini juga dapat membantu untuk menentukan letak empiema yang perlu dilakukan aspirasi atau pemasangan pipa drain.
6. Pemeriksaan CT scan : Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan adanya suatu penebalan dari pleura. Kadang dijumpai limfadenopati inflamatori intratoraks pada CT scn.
BAB III
TINJAUAN KASUS (ASKEP)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN EMPIEMA
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi kasus kesehatan klien.
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem respirasi akibat empiema
1. Anamnesa
Biodata/identitas Klien
Meliputi data tentang:
Nama Umur ( Terjadi pada segala umur, sering pada anak umur 2-9 tahun) Suku/ bangsa Agama Alamat Pendidikan Pekerjaan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama :
Nyeri pada dada pleuritik
b. Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu panas tinggi dan nyeri pada dada pleuritik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura. Bila stadium ini dibiarkan sampai beberapa
minggu maka akan timbul toksemia, anemia, dan clubbing finger.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Pernah mengalami radang paru-paru (pneumonia), ,meningitis (radang selaput otak)
dan infeksi darah (sepsis).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pernah terinfeksi bakteri Staphylococcus atau Pneumococcus
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan sistem tubuh secara menyeluruh dengan
menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1. Keadaan umum : demam, berkeringat, pucat, compos mentis, ketakutan, gelisah, penurunan BB, dispnea, lemah.
2. TTV
TD : >120/70 nmHg
S : >36,5 oCN : >100 x/menit P : >24 x/menit
3. Pemeriksaan kepala dan leher : batuk produktif, pernafasan cuping hidung4. Pemeriksaan dada : nyeri pleuritik, penggunaan otot bantu pernafasan, perkusi dada
ditemukan suara flatness, palpasi ditemukan penurunan fremitus, auskultasi dada ditemukan penurunan suara napas, funnel chest.
5. Pemeriksaan abdomen : peristaltic usus < 8 x/mnt6. Pemeriksaan ekstremitas : clubbing finger
Pemeriksaan penunjang
foto thorak kultur darah USG Sampel sputum Torakosenstesis Pemeriksaan cairan Pleura Hitung sel darah dan deferensias Protein, LDH, glucose, dan pH Kultur bakteri aerob dan an aerob, mikobakteri, fungi dan mikoplasma
3.2 Analisa Data
Data Fokus Etiologi Problem
DS :
Pasien mengeluhkan sesak napas.
Pasien mengeluh rasa berat di dada yang disertai dengan nyeri dan disertai batuk
DO:
Pemeriksaan fisik :
Penurunan fremitus Saat di perkusi terdengar
suara pekak Auskultasi terdengar
Sesak napas Ketidakefektifan pola
napas
suara napas melemah / menghilang.
Perubahan gerakan dada. Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi. Penurunan kapasitas
vital. Peningkatan diameter
anterior-posterior. Napas cupping hidung. Fase ekspirasi yang lama. Kecepatan respirasi. Penggunaan otot Bantu
untuk bernapas
DS :
Mengungkapakan secara verbal / melaporkan dengan isyarat.
DO :
Ekspresi wajah meringis Gelisah
Nyeri dada Gangguan rasa nyaman
DS :
Pasien mengatakan batuk berdahak
DO :
Terdengar bunyi nafas ronchi
Peningkatan produksi
sekret
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
3.3 Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola napas b/d dispnoe, ansietas, posisi tubuhBersihan jalan nafas tidak efektif b/d dengan peningkatan produksi sekretGangguan rasa nyaman nyeri b/d infeksi bakteri
3.4 Intervensi
DiagnosaTujuan Dan
Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Ketidakefektif
an pola napas
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1.Kaji frekuensi atau
kedalaman pernapasan
1.Takipnea,
pernapasan dangkal,
b/d dispnoe,
ansietas, posisi
tubuh
selama 3x24 jam
diharapkan pasien
dapat:
a).Menunjukkan pola
pernapasan efektif,
dibuktikan dengan
status pernapasan
yang tidak berbahaya :
ventilasi dan status
tanda vital.
b).Menunjukkan
status pernapasan :
ventilasi tidak
terganggu,
c).Kedalaman
inspirasi dan
kemudahan bernapas.
d).Ekspansi dada
simetris.
e).Tidak adanya
penggunaan otot bantú
f).Bunyi napas
tambahan tidak ada.
dan gerakan dada
2.Auskultasi area
paru, catat area
penurunan/tak ada
aliran udara dan bunyi
napas adventisius,
missal krekels mengi.
3.Penghisapan sesuai
dengan indikasi
dan gerakan dada tak
simetris sering
terjadi karena
ketidaknyamanan
gerakan.
Gerakan dinding
dada dan atau cairan
paru.
Penurunan aliran
darah terjadi pada
area konsolidasi
dengan cairan.
Bunyi napas
bronchial (normal
pada bronkus) dapat
terjadi juga pada
area konsolidasi.
2. Krekels, ronckhi,
dan mengi terdengar
pada inspirasi dan
atau ekspirasi pada
respon terhadap
pengumpulan cairan,
secret kental, dan
spasme jalan
napas/obstruksi
3. Merangsang batuk
atau pembersihan
jalan napas secara
mekanik pada pasien
yang tak mampu
melakukan karena
batuk tak efektif atau
penurunan tingkat
4.Berikan cairan
sedikitnya 2.500
ml/hari, tawarkan air
hangat.
5.Ajarakan metode
batuk efektif dan
terkontrol
Kolaborasi
Pemeriksaan sputum
pasien di laboratorium
kesadaran.
4. Cairan (khususnya
yang hangat)
memobilisasi dan
mengeluarkan sekre
5. Batuk tidak
terkontrol akan
melelahkan klien.
Sputum yang di
periksa guna untuk
mengetahui adanya
penyakit lain
Bersihan
jalan nafas
tidak efektif
b/d dengan
peningkatan
produksi
sekret
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
2x24 jam bersihan
jalan nafas menjadi
efektif
KH :
1.Menunjukkan
perilaku untuk
memperbaiki bersihan
jalan nafas, misal
batuk efektif dan
mengeluarkan sekret.
2.Tidak ada bunyi
ronchi
3.Tidak ada bunyi
wheezing
1.Auskultasi adanya
bunyi nafas dan catat
adanya bunyi nafas
seperti wheezing,
ronchi.
2.Kaji/pantau
frekuensi pernapasan.
Catat rasio
inspirasi/ekspirasi
Bantu klien latihan
nafas dalam dengan
keadaan semifowler.
3.Tunjukkan cara
batuk efektif dengan
cara menekan dada
1.Bunyi nafas
menurun atau tak
ada bila jalan nafas
obstruksi terhadap
kolaps jalan nafas
kecil. ronchi dan
wheezing menyertai
obstruksi jalan nafas
2.Takipnea biasanya
ada pada beberapa
derajat dan dapat
ditemukan pada
penerimaan atau
selama stress/
adanya proses
infeksi akut.
3.Nafas dalam
memudahkan
ekspansi maksimum
dan batuk.
4. Observasi batuk
dan sekret.
Kolaborasi
5.Berikan obat sesuai
indikasi ( Mukolitik,
ekspektoran,
bronkodilator).
paru atau jalan lebih
kecil. Batuk adalah
mekanisme
pembersihan jalan
nafas yang alami,
membantu silia
untuk
mempertahankan
jalan nafas paten.
Penekanan
menurunkan
ketidaknyamanan
dada dan posisi
duduk
memungkinkan
upaya nafas lebih
dalam dan lebih
kuat.
4.Kongesti alveolar
mengakibatkan
batuk kering.
Sputum darah dapat
diakibatkan oleh
kerusakan jaringan.
5.Merilekskan otot
halus dan
menurnkan kongesti
local, menurunkan
spasme jalan napas,
mengi, dan produksi
mucus
Gangguan rasa Setelah dilakukan 1.Pantau TTV 1.Perubahan
nyaman nyeri
b/d infeksi
bakteri
tindakan keperawatan
2x24 jam nyeri
berkurang
KH :
1. Klien menyatakan
nyeri hilang/
terkontrol
2. Skala nyeri
menurun
3. Klien rileks,
istirahat/tidur, dan
peningkatan aktivitas
dengan tepat.
P: 16-20 x/mnt,
Nadi : 60- 100 x/mnt,
TD : 120/70
mmHg
Suhu : 36,5 oC
2..Berikan tindakan
nyaman mis, pijatan
punggung, perubahan
posisi, music tenang/
perbincangan,
relaksasi/latihan napas
Kolaborasi
Be3.Berikan analgesic
dan antitusif sesuai
indikasi
frekuensi jantung
atau TD
menunjukkan bahwa
pasien mengalami
nyeri
2.Tindakan non
analgesic diberikan
dengan sentuhan
lembut dapat
menghilangkan
ketidaknyamanan
dan memperbesar
efekterapi analgesic
3. Obat ini dapat
digunakan untuk
menekan batuk non
produktif/
paroksismal atau
menurunkan mucus
nerlebihan,
meningkatkan
kenyamanan/
istirahat umum.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Empiema adalah suatu efusi pleura eksudat yang disebabkan oleh infeksi langsung
pada rongga pleura yang menyebabkan cairan pleura menjadi purulen atau keruh. Pleura dan
rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan yang dapat menghambat
pengembangan paru atau alveolus atau keduanya.
Pemberian asuhan keperawatan empiema difokuskan pada upaya pencegahan
terhadap terjadinya komplikasi yang berlanjut selama proses pemulihan fisik klien.
Penentuan diagnosa harus akurat agar pelaksanaan asuhan keperawatan dapat diberikan
secara maksimal dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Pemberian asuhan keperawatan
kepada klien penderita empiema secara umum bertujuan untuk memperlancar pernapasannya.
Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan keahlian dalam pemberian asuhan keperawatan
dan kolaborasikan dengan tim medis lainnya yang bersangkutan.
4.2 Saran
Hindari atau ubah gaya hidup yang tidak sehat menjadi lebih sehat dan teratur.
Kita sebagai perawat yang profesional harus memiliki keterampilan yang cukup tinggi selain
adanya ilmu yang mendasari dan sikap yang mendukung terhadap terwujudnya suatu bentuk
pelayanan kesehatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC
Somantri Irman.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
http://hayato31.blogspot.com/2009/04/askep-empiema.html
http://zieshila.wordpress.com/ibu-dan-anak/asuhan-keperawatan-empiema/
http://sely-biru.blogspot.com/2009/01/asuhan-keperawatan-empiema.html
http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/01/empiema.html
TUGAS MAKALAH
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
RESPIRASI AKIBAT EMPIEMA”
OLEH
KELOMPOK 4
RIO PRANA PUTRA
SISKA FITRI YENI
SUCI LESTARI
YULIA SRI YUDARSIH
DOSEN:
NS. TETI YUNIARTI, S.Kep
AKADEMI KEPERAWATAN PURNA BHAKTI HUSADA
BATUSANGKAR
TP: 2013/2014