askep empiema

26
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaiakan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Empiema”. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam mengerjakan tugas makalah ini. 2. Kepada teman-teman yang sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan, agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi kita semua. Batusangkar, 26 September 2014 Penulis

Upload: riko-saputra

Post on 10-Apr-2016

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

KEPERAWATAN

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Empiema

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-

Nya penulis dapat menyelesaiakan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Empiema”.

“Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam mengerjakan tugas

makalah ini.

2. Kepada teman-teman yang sudah memberi kontribusi baik langsung maupun

tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu kritik dan

saran dari semua pihak sangat penulis harapkan, agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi kita semua.

Batusangkar, 26 September 2014

Penulis

                                                                                                           

Page 2: Askep Empiema

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system respirasi yang menuntut asuhan

keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat usia. Bila salah satu organ

tersebut mengalami ganguan maka akan mengganggu semua system tubuh. Empiema masih

merupakan masalah dalam bidang penyakit paru karena secara signifikan masih

menyebabkan kecacatan dan kematian walaupun sudah ditunjang dengan kemajuan terapi

antibiotik dan drainase rongga pleura maupun dengan tindakan operasi dekortikasi. 

Penyakit tersebut dapat pula disebabkan oleh :

a.  Trauma pada dada (sekitar 1 – 5 % kasus mendorong ke arah empiema)

b.  Pecahnya abses dari paru-paru kedalam rongga pleura

          Untuk itu Penulis berharap makalah asuhan keperawatan pada pasien empiema ini

dapat membantu mahasiswa atau masyarakat dalam menangani pasien empiema

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum yaitu untuk :

1.    Untuk mengetahui pengertian dari empiema

2.    Untuk menngetahui penyebab dari empiema

3.    Untuk mengetahui tanda dan gejala dari empiema

4.    Untuk mengetahui klasifikasi dari empiema

5.    Untuk mempelajari asuhan keperawatan empiema

1.3    Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode literatur yaitu

dengan cara mempelajari buku-buku sumber / internet yang berhubungan dengan judul Buku

ini.

Page 3: Askep Empiema

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Empiema

Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) di dalam rongga pleura. Awalnya

rongga pleura adalah cairan encer dengan jumlah leukosit rendah, tetapi sering kali berlanjut

menjadi  yang kental. Hal ini dapat terjadi jika abses paru-paru meluas sampai rongga pleura.

Empiema juga di artikan,akumulasi pus diantara paru dan membran yang menyelimutinya

(ruang pleura) yang dapat terjadi bilamana suatu paru terinfeksi. Pus ini berisi sel sel darah

putih yang berperan untuk melawan agen infeksi (sel sel polimorfonuklear) dan juga berisi

protein darah yang berperan dalam pembekuan (fibrin). ).

Ketika pus terkumpul dalam ruang pleura maka terjadi peningkatan tekanan pada paru

sehingga pernapasan menjadi sulit dan terasa nyeri. Seiring dengan berlanjutnya perjalanan

penyakit maka fibrin-fibrin tersebut akan memisahkan pleura menjadi kantong kantong

(lokulasi). Pembentukan jaringan parut dapat membuat sebagian paru tertarik dan akhirnya

mengakibatkan kerusakan yang permanen. Empiema biasanya merupakan komplikasi dari

infeksi paru (pneumonia) atau kantong kantong pus yang terlokalisasi (abses) dalam paru.

Meskipun empiema sering kali merupakan dari infeksi pulmonal, tetapi dapat juga terjadi jika

pengobatan yang terlambat.

2.2 Etiologia) Berasal dari Paru

Pneumonia Abses Paru Adanya Fistel pada paru Bronchiektasis TB Infeksi fungidal paru

b) Infeksi Diluar Paru Trauma dari tumor Pembedahan otak Thorakocentesis Subdfrenic abces Abses hati karena amuba

c) Bakteriologi Stapilococcus

Page 4: Askep Empiema

Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal  sebagai

Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit-penyakit sebagai akibat dari infeksi

beragam jaringan-jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak

hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung

dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan dan

toxic shock syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari

ringan dan tidak memerlukan perawatan sampa berat/parah dan berpotensi fatal.

Pnemococcus

Pneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius

seperti radang paru-paru (pneumonia), ,meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah

(sepsis). Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus, tetapi hanya sedikit yang bisa

menyebabkan penyakit gawat. Bentuk kumannya bulat-bulat dan memiliki bungkus atau

kapsul. Bungkus inilah yang menentukan apakah si kuman akan berbahaya atau tidak

2.3     Patofisiologi

Akibat invasi basil piogenik ke pleura, maka akan timbul peradangan akut yang

diikuti dengan pembentukan eksudat serous. Dengan banyaknya sel polimorphonucleus

(PMN) baik yang hidup maupun yang mati dan meningkatnya kadar protein, maka cairan

menjadi keruh dan kental. Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantung-kantung

yang melokalisasi nanah tersebut. Apabila nanah menembus bronkus maka timbul fistel

bronkopleura, atau apabila menembus dinding toraks dan keluar melalui kulit maka disebut

empiema nessensiatis. Stadium ini masih disebut empiema akut yang lama kelamaan akan

menjadi kronis

2.4 Manifestasi klinis

Empiema dibagi menjadi dua stadium yaitu :

1) Empiema Akut

Terjadi sekunder akibat infeksi tempat lain, bukan primer dari pleura. Pada permulaan,

gejala-gejalanya mirip dengan pneumonia, yaitu panas tinggi dan nyeri pada dada pleuritik.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura. Bila

stadium ini dibiarkan sampai beberapa minggu maka akan timbul toksemia, anemia, dan

clubbing finger. Jika nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleura. Adanya

fistel ditandai dengan batuk yang makin produktif, bercampur nanah dan darah masif, serta

kadang-kadang bisa timbul sufokasi (mati lemas).

Page 5: Askep Empiema

Pada kasus empiema karena pneumotoraks pneumonia, timbulnya cairan adalah setelah

keadaan pneumonianya membaik. Sebaliknya pada Streptococcus pneumonia, empiema

timbul sewaktu masih akut. Pneumonia karena baksil gram negatif seperti E. coli atau

Bakterioids sering kali menimbulkan empiema.

2) Empiema Kronis

Batas yang tegas antara empiema akut dan kronis sukar ditentukan. Disebut kronis jika

empiema berlangsung selama lebih dari tiga bulan. Penderita mengeluh badannya terasa

lemas, kesehatan makin menurun, pucat, clubbing fingers, dada datar, dan adanya tanda-tanda

cairan pleura. Bila terjadi fibrotoraks, trakea , dan jantung akan tertarik ke sisi yang sakit.

Tanda-tanda empiema :

Demam dan keluar keringat malam. Nyeri pleura. Dispnea. Anoreksia dan penurunan berat badan. Pada auskultasi dada ditemukan penurunan suara napas. Pada perkusi dada ditemukan suara flatness. Pada palpasi ditemukan penurunan fremitus.

2.5 Penatalaksanaan a) Pengosongan Nanah

Prinsip ini seperti umumnya yang dilakukan pada abses, untuk mencegah efek

toksisnya.

b) Closed drainage – toracostomy water sealed drainage dengan indikasi : Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi   Nanah terus terbentuk setelah dua minggu Terjadinya piopneumotoraks

Upaya WSD juga dapat dibantu dengan pengisapan negative sebesar 10-20 cmH2O. Jika setelah 3-4 minggu tidak ada kemajuan, harus ditempuh cara lain seperti pada empiema kronis.

c) Drainase terbuka (open drainage)

Karena menggunakan kateter karet yang besar, maka perlu disertai juga dengan

reseksi tulang iga. Open drainage ini dikerjakan pada empiema kronis, hal ini bisa terjadi

akibat pengobatan yang terlambat atau tidak adekuat misalnya aspirasi yang terlambat atau

tidak adekuat, drainase tidak adekuat sehingga harus seing mengganti atau membersihkan

drain.

Page 6: Askep Empiema

d) Antibiotic

Mengingat kematian sebagai akibat utama dari sepsis, maka antibiotic memegang

peranan penting. Antibiotic harus segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan dan dosisnya

harus tepat. Pemilihan antibiotic didasarkan  pada hasil pengecatan gram dan apusan nanah.

Pengobatan selanjutnya tergantung pada hasil kultur dan sensitivitasnya. Antibiotic dapat

diberikan secara sistematik atau tropical. Biasanya diberikan penisilin.

e) Penutupan Rongga Empiema

Pada empiema menahun sering kali rongga empiema tidak menutup karena penebalan

dan kekakuan pleura. Pada keadaan demikian dilkukan pembedahan (dekortikasi) atau

torakoplasti.

f) Dekortikasi

Tindakan ini termasuk operasi besar, dengan indikasi :

Drain tidak berjalan baik karena banyak kantung-kantung. Letak empiema sukar dicapai oleh drain. Empiema totalis yang mengalami organisasi pada pleura visceralis.g) Torakoplasti

Jika empiema tidak mau sembuh karena adanya fistel bronkopleura atau tidak

mungkin dilakukan dekortikasi. Pada pembedahan ini, segmen dari tulang iga dipotong

subperiosteal, dengan demikian dinding toraks jatuh ke dalam rongga pleura karena tekanan

atmosfer.

h) Pengobatan Kausal

Misalnya subfrenik abses dengan drainase subdiafragmatika, terapi spesifik pada

amoeboiasis, dan sebagainya.

i) Pengobatan Tambahan

Perbaiki keadaan umum lalu fisioterapi untuk membebaskan jalan napas.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Cairan pleura bebas dapat terlihat sebagai gambaran tumpul di sudut kostofrenikus pada posisi posteroanterior atau lateral.

2. Dijumpai gambaran yang homogen pada daerah posterolateral dengan gambaran opak yang konveks pada bagian anterior yang disebut denganD-shaped shadow yang mungkin disebabkan oleh obliterasi sudut kostofrenikus ipsilateral pada gambaran posteroanterior.

3. Organ-organ mediastinum terlihat terdorong ke sisi yang berlawanan dengan efusi. 4. Air-fluid level dapat dijumpai jika disertai dengan pneumotoraks, fistula

bronkopleural

Page 7: Askep Empiema

5. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) :Pemeriksaan dapat menunjukkan adanya septa atau sekat pada suatu empiema yang terlokalisir. Pemeriksaan ini juga dapat membantu untuk menentukan letak empiema yang perlu dilakukan aspirasi atau pemasangan pipa drain.

6. Pemeriksaan CT scan : Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan adanya suatu penebalan dari pleura. Kadang dijumpai limfadenopati inflamatori intratoraks pada CT scn.

BAB III

TINJAUAN KASUS (ASKEP)

Page 8: Askep Empiema

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN EMPIEMA

3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi kasus kesehatan klien.

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem respirasi akibat empiema

1. Anamnesa

Biodata/identitas Klien

Meliputi data tentang:

Nama Umur ( Terjadi pada segala umur, sering pada anak umur 2-9 tahun) Suku/ bangsa Agama Alamat Pendidikan Pekerjaan

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama :

Nyeri pada dada pleuritik

b. Riwayat kesehatan sekarang

Yaitu panas tinggi dan nyeri pada dada pleuritik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura. Bila stadium ini dibiarkan sampai beberapa

minggu maka akan timbul toksemia, anemia, dan clubbing finger.

c. Riwayat kesehatan masa lalu

Pernah mengalami radang paru-paru (pneumonia), ,meningitis (radang selaput otak)

dan infeksi darah (sepsis).

d. Riwayat kesehatan keluarga

Pernah terinfeksi bakteri Staphylococcus atau Pneumococcus

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan sistem tubuh secara menyeluruh dengan

menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Page 9: Askep Empiema

1. Keadaan umum : demam, berkeringat, pucat, compos mentis, ketakutan, gelisah, penurunan BB, dispnea, lemah.

2. TTV

TD : >120/70 nmHg      

S : >36,5 oCN : >100 x/menit      P : >24 x/menit

3. Pemeriksaan kepala dan leher : batuk produktif, pernafasan cuping hidung4. Pemeriksaan dada : nyeri pleuritik, penggunaan otot bantu pernafasan, perkusi dada

ditemukan suara flatness, palpasi ditemukan penurunan fremitus, auskultasi dada ditemukan penurunan suara napas, funnel chest.

5. Pemeriksaan abdomen : peristaltic usus < 8 x/mnt6. Pemeriksaan ekstremitas : clubbing finger

Pemeriksaan penunjang

foto thorak kultur darah USG Sampel sputum Torakosenstesis Pemeriksaan cairan Pleura Hitung sel darah dan deferensias Protein, LDH, glucose, dan pH Kultur bakteri aerob dan an aerob, mikobakteri, fungi dan mikoplasma

3.2 Analisa Data

Data Fokus Etiologi Problem

DS :

Pasien mengeluhkan sesak napas.

Pasien mengeluh rasa berat di dada yang disertai dengan nyeri dan disertai batuk

DO:

Pemeriksaan fisik  :

Penurunan fremitus Saat di perkusi terdengar

suara pekak Auskultasi terdengar

Sesak napas Ketidakefektifan pola

napas

Page 10: Askep Empiema

suara napas melemah / menghilang.

Perubahan gerakan dada. Penurunan tekanan

inspirasi/ekspirasi. Penurunan kapasitas

vital. Peningkatan diameter

anterior-posterior. Napas cupping hidung. Fase ekspirasi yang lama. Kecepatan respirasi. Penggunaan otot Bantu

untuk bernapas

DS :

Mengungkapakan secara verbal / melaporkan dengan isyarat.

DO :

Ekspresi wajah meringis Gelisah

Nyeri dada Gangguan rasa nyaman

DS :

Pasien mengatakan batuk berdahak

DO :

Terdengar bunyi nafas ronchi

Peningkatan produksi

sekret

                                         

Bersihan jalan nafas tidak

efektif

3.3 Diagnosa Keperawatan

Ketidakefektifan pola napas b/d dispnoe, ansietas, posisi tubuhBersihan  jalan  nafas  tidak efektif  b/d dengan peningkatan produksi  sekretGangguan rasa nyaman nyeri b/d infeksi bakteri

3.4 Intervensi

DiagnosaTujuan Dan

Kriteria Hasil

Intervensi Keperawatan

Intervensi Rasional

Ketidakefektif

an pola napas

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

1.Kaji frekuensi atau

kedalaman pernapasan

1.Takipnea,

pernapasan dangkal,

Page 11: Askep Empiema

b/d dispnoe,

ansietas, posisi

tubuh

selama 3x24 jam

diharapkan pasien

dapat:

a).Menunjukkan pola

pernapasan efektif,

dibuktikan dengan

status pernapasan

yang tidak berbahaya :

ventilasi dan status

tanda vital.

b).Menunjukkan

status pernapasan :

ventilasi tidak

terganggu,

c).Kedalaman

inspirasi dan

kemudahan bernapas.

d).Ekspansi dada

simetris.

e).Tidak adanya

penggunaan otot bantú

f).Bunyi napas

tambahan tidak ada.

dan gerakan dada

2.Auskultasi area

paru, catat area

penurunan/tak ada

aliran udara dan bunyi

napas adventisius,

missal krekels mengi.

3.Penghisapan sesuai

dengan indikasi

dan gerakan dada tak

simetris sering

terjadi karena

ketidaknyamanan

gerakan.

Gerakan dinding

dada dan atau cairan

paru.

Penurunan aliran

darah terjadi pada

area konsolidasi

dengan cairan.

Bunyi napas

bronchial (normal

pada bronkus) dapat

terjadi juga pada

area konsolidasi.

2. Krekels, ronckhi,

dan mengi terdengar

pada inspirasi dan

atau ekspirasi pada

respon terhadap

pengumpulan cairan,

secret kental, dan

spasme jalan

napas/obstruksi

3. Merangsang batuk

atau pembersihan

jalan napas secara

mekanik pada pasien

yang tak mampu

melakukan karena

batuk tak efektif atau

penurunan tingkat

Page 12: Askep Empiema

4.Berikan cairan

sedikitnya 2.500

ml/hari, tawarkan air

hangat.

5.Ajarakan metode

batuk efektif dan

terkontrol

Kolaborasi

Pemeriksaan sputum

pasien di laboratorium

kesadaran.

4. Cairan (khususnya

yang hangat)

memobilisasi dan

mengeluarkan sekre

5. Batuk tidak

terkontrol akan

melelahkan klien.

Sputum yang di

periksa guna untuk

mengetahui adanya

penyakit lain

Bersihan 

jalan  nafas 

tidak efektif 

b/d dengan

peningkatan

produksi 

sekret

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

2x24 jam bersihan

jalan nafas menjadi

efektif

KH :

1.Menunjukkan

perilaku untuk

memperbaiki bersihan

jalan nafas, misal

batuk efektif  dan

mengeluarkan sekret.

2.Tidak ada bunyi

ronchi

3.Tidak ada bunyi

wheezing

1.Auskultasi adanya

bunyi nafas dan catat

adanya bunyi nafas

seperti wheezing,

ronchi.

2.Kaji/pantau

frekuensi pernapasan.

Catat rasio

inspirasi/ekspirasi

Bantu klien latihan

nafas dalam dengan

keadaan semifowler.

3.Tunjukkan cara

batuk efektif dengan

cara menekan dada

1.Bunyi nafas

menurun atau tak

ada bila jalan nafas

obstruksi terhadap

kolaps jalan nafas

kecil. ronchi  dan

wheezing menyertai

obstruksi jalan nafas

2.Takipnea biasanya

ada pada beberapa

derajat dan dapat

ditemukan pada

penerimaan atau

selama stress/

adanya proses

infeksi akut.

3.Nafas dalam

memudahkan

ekspansi maksimum

Page 13: Askep Empiema

dan batuk.

4. Observasi batuk

dan sekret.

Kolaborasi

5.Berikan obat sesuai

indikasi ( Mukolitik,

ekspektoran,

bronkodilator).

paru atau jalan lebih

kecil. Batuk adalah

mekanisme

pembersihan jalan

nafas yang alami,

membantu silia

untuk

mempertahankan

jalan nafas paten.

Penekanan

menurunkan

ketidaknyamanan

dada dan posisi

duduk

memungkinkan

upaya nafas lebih

dalam dan lebih

kuat.

4.Kongesti alveolar

mengakibatkan

batuk kering.

Sputum darah dapat

diakibatkan oleh

kerusakan jaringan.

5.Merilekskan otot

halus dan

menurnkan kongesti

local, menurunkan

spasme jalan napas,

mengi, dan produksi

mucus

Gangguan rasa Setelah dilakukan 1.Pantau TTV 1.Perubahan

Page 14: Askep Empiema

nyaman nyeri

b/d infeksi

bakteri

tindakan keperawatan

2x24 jam nyeri

berkurang

KH :

      1. Klien menyatakan

nyeri hilang/

terkontrol

      2. Skala nyeri

menurun

     3. Klien rileks,

istirahat/tidur, dan

peningkatan aktivitas

dengan tepat.

     P: 16-20 x/mnt,

Nadi : 60- 100 x/mnt,  

TD : 120/70

mmHg        

Suhu : 36,5 oC

     2..Berikan tindakan

nyaman mis, pijatan

punggung, perubahan

posisi, music tenang/

perbincangan,

relaksasi/latihan napas

Kolaborasi

Be3.Berikan analgesic

dan antitusif sesuai

indikasi

frekuensi jantung

atau TD

menunjukkan bahwa

pasien mengalami

nyeri

2.Tindakan non

analgesic diberikan

dengan sentuhan

lembut dapat

menghilangkan

ketidaknyamanan

dan memperbesar

efekterapi analgesic

3. Obat ini dapat

digunakan untuk

menekan batuk non

produktif/

paroksismal atau

menurunkan mucus

nerlebihan,

meningkatkan

kenyamanan/

istirahat umum.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

            Empiema adalah suatu efusi pleura eksudat yang disebabkan oleh infeksi langsung

pada rongga pleura yang menyebabkan cairan pleura menjadi purulen atau keruh. Pleura dan

Page 15: Askep Empiema

rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan yang dapat menghambat

pengembangan paru atau alveolus atau keduanya.

            Pemberian asuhan keperawatan empiema difokuskan pada upaya pencegahan

terhadap terjadinya komplikasi yang berlanjut selama proses pemulihan fisik klien.

Penentuan diagnosa harus akurat agar pelaksanaan asuhan keperawatan dapat diberikan

secara maksimal dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Pemberian asuhan keperawatan

kepada klien penderita empiema secara umum bertujuan untuk memperlancar pernapasannya.

Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan keahlian dalam pemberian asuhan keperawatan

dan kolaborasikan dengan tim medis lainnya yang bersangkutan.

4.2 Saran

Hindari atau ubah gaya hidup yang tidak sehat menjadi lebih sehat dan teratur.

Kita sebagai perawat yang profesional harus memiliki keterampilan yang cukup tinggi selain

adanya ilmu yang mendasari dan sikap yang mendukung terhadap terwujudnya suatu bentuk

pelayanan kesehatan yang optimal.

Page 16: Askep Empiema

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

Somantri Irman.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

http://hayato31.blogspot.com/2009/04/askep-empiema.html

http://zieshila.wordpress.com/ibu-dan-anak/asuhan-keperawatan-empiema/

http://sely-biru.blogspot.com/2009/01/asuhan-keperawatan-empiema.html

http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/01/empiema.html

Page 17: Askep Empiema

TUGAS MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

RESPIRASI AKIBAT EMPIEMA”

OLEH

KELOMPOK 4

RIO PRANA PUTRA

SISKA FITRI YENI

SUCI LESTARI

YULIA SRI YUDARSIH

DOSEN:

NS. TETI YUNIARTI, S.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN PURNA BHAKTI HUSADA

BATUSANGKAR

TP: 2013/2014