artikel pendidikan lingkungan hidup

Upload: rebu-ni-dinur

Post on 11-Oct-2015

105 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Artikel

TRANSCRIPT

Membumikan Pendidikan Lingkungan HidupJakarta Green Monster :: Sabtu, 10/11/2007, 11:12 WIB

Seakan tak ada yang peduli dengan nasib hutan Indonesia yang terus menyusut luasannya dari hari ke hari. Bahkan hanya dalam kurun sepuluh tahun (1995-2005), pabrik olahan kayu juga menyusut jumlahnya: dari 120 menjadi 30 pabrik.

Sekolah pun jadi bagian terpenting untuk turut andil dalam upaya penyelamatan bumi. Sebuah konsep pendidikan tematik sebenarnya telah mulai diperkenalkan dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah (umum dan kejuruan) di Indonesia sejak tahun 1984. Secara terintegrasi, mata ajar tentang kependudukan dan lingkungan hidup mulai dimasukkan ke dalam setiap mata pelajaran sekolah sejak tahun 1989/1990.

Berkaitan dengan hal ini, Kementrian Negara dan Lingkungan Hidup (KNLH) bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional mengambil peranan konkrit dengan menandatangani kesepakatan bersama KEP.07/MENLH/06/2005 dan Nomor 05/VI/KB/2005 tentang Pembinaan dan pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup pada bulan Juni 2005 lalu. Semenjak itu, mulai dicanangkanlah program adiwiyata.

Secara teknis, KNLH dan berbagai lembaga di bidang Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), turut terlibat dalam proses penyusunan panduan Garis Besar Isi Materi (GBIM) PLH. Program ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, murid, dan pekerja lainnya), sehingga di kemudian hari dapat turut bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan. Kesempatan pun telah dibuka luas bagi semua sekolah yang ingin mengikuti program ini dengan cara mendaftarkan sekolah ke KNLH. Sekolah yang memenuhi indikator program, akan ditetapkan sebagai sekolah model adiwiyata.

Keberhasilan program adiwiyata ditentukan oleh 4 indikator. Indikator tersebut meliptui pengembangan kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan berbasis partisipatif, dan pengembangan serta pengelolaan sarana pendukung sekolah.

Secara riil, program adiwiyata baru berjalan pada tahun 2006 lalu. Sampai kini program adiwiyata hanya menjangkau beberapa sekolah yang tahun lalu dinyatakan sebagai calon model sekolah adiwiyata. SDN Kp. Dalem I Tulungagung, SDN Ungaran I Yogyakarta, SDN Paku Jajar Cipta Bina Mandiri Sukabumi, SD Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan, SMPN 2 Ciamis, SMPN I Kedamaian dan SMPN IV Gresik, SMAN I Mandi Rancan Kuningan, dan SMAN IV Pandeglang.

Antusiasme terhadap pentingnya PLH, terlihat menjadi tak imbang. Karena sekolah-sekolah yang dianggap memenuhi kriteria justru sekolah-sekolah yang sudah menjalankan program peduli lingkungan sebelumnya. Jadi program adiwiyata terkesan lebih sebagai penghargaan saja dan bukan sebagai program pembinaan yang berkelanjutan. Menurut pengakuan Tety Suryati, guru SMAN 12 Jakarta yang sekolahnya kini sedang menerapkan dan mengembangkan PLH sebagai muatan lokal, ternyata sampai sekarang masih mengalami kesulitan untuk mengajukan sekolahnya sebagai calon model sekolah adiwiyata. Selain itu, ia juga mengeluhkan tidak adanya kurikulum khusus untuk pendidikan lingkungan hidup. Hingga sekolah mereka memutuskan untuk memasukkannya sebagai muatan lokal, yang berdurasi 2 jam pelajaran setiap minggunya.

Novita, seorang praktisi PLH, menyatakan bahwa PLH layak menjadi muatan lokal karena nantinya bisa menjadi modal awal untuk menyusun indikator yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan lokal di lingkungan sekitar sekolah itu sendiri. Sebagai contohnya, ia memaparkan pengalamannya sebagai tenaga yang diperbantukan untuk menyusun muatan lokal materi PLH di beberapa sekolah dasar di Kecamatan Terawas, Mojokerto, Jawa Timur. Sampai kini belum ada yang setaraf dengan SD-SD di Terawas. Kendala terbesarnya ada pada proses koordinasi masing-masing sekolah bermuatan lokal PLH dalam satu wilayah yang sama, katanya.

Program Adiwiyata jelas butuh sosialisasi dan strategi yang lebih baik lagi.PENDIDIKAN DAN KESADARAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP Isu pemanasan global tidak asing lagi kita dengar, bahkan telah membuat bosan telinga untuk mendengarkan dan mengaburkan mata untuk melihat tayangan-tayangan beritanya. Pengaruh pemanasan global tersebut dapat kita rasakan, salah satunya peralihan musim dan cuaca yang tidak menentu (Bangka Pos, Selasa 4/12 2007).

Pendidikan merupakan suatu hal yang lumrah, yang selalu berhubungan erat dengan bidang apapun, termasuk dalam hal ini kesadaran terhadap lingkungan hidup. Dapat dilihat bahwa tantangan lingkungan yang paling berat yang akan dialami umat manusia di muka bumi ke depan terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Terjadinya pemanasan global yang terlampau ektrim akibat pembakaran bahan baker fosil, terutama batubara, minyak bumi, dan gas alam yang berlebihan, ditambah dengan kerusakan lingkungan yang menyebabkan pengurangan penyerapan emisi karbon dari hutan. Dengan inilah pentingnya menumbuhkan kesadaran pada diri akan lingkungan hidup, berupa pemanfaatan dan pengembangannya.

Seperti di kemukakan Dr. M Bahri Ghazali (1996:32); bahwa "kesadaran lingkungan merupakan syarat mutlak bagi pengembangan lingkungan seara efektif. Artinya tanpa adanya kesadaran tentang lingkungan hidup bagi manusia maka tentu pengembangan lingkungan kearah yang bermanfaat tidak akan tercapai." Syarat penunjang untuk pencapaian tujuan tersebut adalah dengan pendidikan. Pendidikan akan mengajarkan kepada manusia bagaimana cara mengolah dan memberdayakan alam. Firman Allah SWT; "Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata: Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)," (Al-Anbiya (21):64).

Dilihat dari kacamata sosial, penyebab kerusakan lingkungan yang secara lansung maupun tidak langsung ikut berperan menyebabkan terjadinya ketidakstabilan lingkungan, ada beberapa hal yang menjadi penyebab utama;

Pertama, masalah kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ekonomi, sehingga menyebabkan kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya kurang memungkinkan, kemelaratan membuat masyarakat cenderung mendorong untuk mengambil jalan pintas guna melepaskan diri dari tuntutan tersebut. Salah satu jalannya dengan memanfaatkan lingkungan sekitar untuk memenuhi kebutuhan, sehingga lingkungan jadi tercemar dan tidak asri lagi.

Kedua, keterbelakangan, dalam artian ketinggalan dibidang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (keunggulan dalam bidang pendidikan). Seperti dikemukakn oleh Danyl Paul Evans (1983), "tiga elemen pokok suatu masyarakat atau seorang dapat disebut secara mental ketinggalan atau terbelakang; berpendidikan rendah, minimnya informasi, dan tidak mampu berfikir secara abstrak dengan baik. Tiga karakter tersebut bisa melahirkan sikap yang tidak menguntungkan baik terhadap masyarakat maupun lingkungan.

Ketiga, kepadatan penduduk, yang sekarang penduduk dunia kurang lebih sekitar 6 milyaran jiwa, yang berakibat mempengaruhi perubahan habitat lingkungan hidup baik fisik, biologi maupun sosial budaya.

Menurut hasil penelitian, bahwa terjadinya kemerosotan tingkat prestasi pendidikan erat hubungannya dengan tingkat kesumpekan rumah tangga, begitu juga sangat menentukan ketentraman dalam rumah tangga antara anggota keluarga (Ancok dalam Zawiyah, 1990:24).

Keempat, perkembangan teknologi, yang secara real dalam kehidupan sosial, poilitik, ekonomi, budaya, pendidikan, dan keilmuan adalah untuk menunjukkan bagaimana memejukan bidang tersebut untuk tercapainya suasana yang lebih efesien dan efektif. M.T Zen, mengemukakan bahwa teknologi dapat membawa kepada kesejahteraan, tetapi dapat pula membawa bencana. Walaupun memberikan kemanfaatan bagi manusia, ia juga lebih banyak menyebabkan kerusakan terjadi, seperti limbah-limbah yang dilahirkan oleh pabrik-pabrik, hingga udara jadi tercemar, khususnya di Kepulauan Bangka Belitung, akibat menjamurnya Tambang Inkonvensional (TI), banyak hutan menjadi gundul yang kemudian berdampak pada lingkungan hidup. Sumber penyakit mudah tumbuh dan berkembang, hal ini dapat dibuktikan dengan bertambanhya angka penderita Demam Berdarah (DB) yang kemudian menyebabkan angka kematian menigkat dalam setiap tahunnya.

Dalam Al-Quran telah diperingatkan dalam surat Al-Araaf ayat 56 "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya, dan dan berdoalah kepda-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orangh-orang yang berbuat baik."

Pelestarian Lingkungan Hidup

Dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup pasal 3, pelestarian mengandung makna tercapainya kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang serta peningkatan kemampuan tersebut. Dalam pelestarian, mempunyai dua penekanan; 1) Pelestarian dalam wujud peningkatan kualitas lingkungan, yaitu dengan menjaga kestabilan serta tanpa mengurangi kebutuhan makhluk lain. 2) Pelestarian dalam wujud memperbaiki lingkungan kepada wujudnya semula, dengan cara menghilangkan dan menjauhkanbentuk-bentuk pencemaran akan lingkungan hidup.

Hal di atas juga dijelaskan dalam UU LH Bab I pasal 1: "pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan berubahnya tatanan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkunngan menjadi kurang atau tidak dapat difungsikan lagi sesuai dengan peruntukannya." Juga sebagaimana firman Allah yang termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 220: "Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkas lagi Maha Bijaksana."

Hal ini akan terkendalikan apabila manusia mau berusaha menekankan segi kemanfaatan dari lingkungan alam. Dijelaskan juga dalam UU LH Nomor 4 Tahun 1982 Bab I pasal 1 ayat 2; empat sumber daya yang dapat dikelola sehingga kemanfatannya dapat dinikamati manusi; adalah manusia (sebagai manusia sosial), sumber daya hayati, sumber daya alam non hayati dan sumber daya buatan. Dengan demikian, SDM dan SDA yang ada harus dikembangkan, sehingga fenomena dan permasalahan yang ada dapat teratasi dengan bijak dan santun, tanpa adanya ketergesa-gesaan dan ceroboh. Selain itu, kualitas pendidikanlag yang sangat menjamin tertatanya lingkungan serta pemanfaatan dan pengembangnnya. (2008).

PENGHIJAUAN SEBAGAI SALAH SATU CARA MENGATASI PERMASALAHAN KOTA

Pendahuluan

Permasalahan lingkungan hidup di kota begitu kompleks. Permasalahan tidak terbatas pada kondisi sosialnya, namun juga pada komponen lingkungan lainnya. Permasalahan yang ada mulai dari ketersedian air bersih, sanitasi, polusi, kemacetan, sampai kepada berkurangnya ruang terbuka hijau.

Keterbatasan lahan dan peningkatan jumlah penduduk setiap tahun menyebabkan kota menjadi padat. Akhirnya, kedua faktor tersebut dapat menimbulkan kekumuhan kota. Aktivitas kota akan mempengaruhi kualitas lingkungan perkotaan. Kota dengan kegiatan industri, perdagangan, dan jasa yang intensif akan menimbulkan permasalahan lingkungan. Kompetisi penggunaan lahan yang terjadi antara guna lahan dengan fungsi ekonomis, seperti perdagangan dan jasa, industri serta pemukiman, mendesak keberadaan ruang terbuka bervegetasi.

Pertambahan Penduduk

Saat ini Kota Yogyakarta dapat dikatakan sebagai kota yang padat. Kepadatan kota dikarenakan adanya pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya. Peningkatan ini, walaupun diiringi dengan pemekaran luas kota, namun tidak mampu mencegah permasalahan yang muncul akibat dari pertambahan penduduk. Tabel berikut menunjukkan pertambahan penduduk Kota Yogyakarta mulai tahun 1969 sampai dengan tahun 2006.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta.

Sumber: Suryo, 2004; BPS DIY terdapat di: http://www.bps.go.id.

Tabel di atas memperlihatkan jumlah penduduk yang semakin meningkat mulai tahun 1972 sampai tahun 2006. Pertambahan penduduk yang tinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sekitar 100.000 penduduk. Peningkatan penduduk akan menyebabkan kondisi kota semakin padat. Kepadatan penduduk juga dipengaruhi oleh jumlah wisatawan yang datang ke kota. Yogyakarta sebagai kota budaya memiliki angka kunjungan wisatawan yang cukup tinggi. Berikut adalah jumlah kunjungan wisatawan di Provinsi DI Yogyakarta tahun 2001 sampai 2005.

Tabel 2. Jumlah Wisatawan di Provinsi DI Yogyakarta.

Sumber: BPS Provinsi DIY terdapat di http://www.bps.go.id.

Berdasarkan data di atas jumlah wisatawan di Provinsi DIY setiap tahun semakin meningkat. Yogyakarta sebagai daerah budaya tampaknya menjadi tujuan wisata baik dari wisatawan mancanegara maupun dalam negeri. Jumlah wisatawan yang tinggi ini akan menambah jumlah kendaraan bermotor yang masuk ke Yogyakarta.

Pertambahan Kendaraan Bermotor

Pertambahan penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah sarana untuk memenuhi dan memudahkan kegiatan sehari-hari. Sarana yang semakin bertambah adalah kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor sangat dibutuhkan sebagai kendaraan yang dapat mempersingkat waktu.

Tahun 2001 sampai dengan 2005, perkembangan kendaraan bermotor di DIY rata-rata 11,9 % per tahun. Pertambahan kendaraan bermotor baru setiap tahun mencapai 83.761 unit dan lebih dari 90 % diantaranya kendaraan roda dua. Pertambahan kendaraan roda empat hanya 7.853 unit per tahun (Kompas 2006a).

Secara umum, pertambahan sepeda motor lebih pesat dibandingkan kendaraan roda empat. Setiap tahun jumlah kendaraan roda dua bertambah sekitar 11,8 %, sementara kendaraan roda empat hanya 6,9 %. Pada tahun 2002, jumlah motor di DIY sebanyak 597.143 unit, kemudian bertambah menjadi 843.077 unit pada tahun 2005 (Kompas 2006b). Jumlah kendaraan bermotor tahun 2005 terbanyak berada di Kota Yogyakarta, yaitu 275.590 unit atau 28,23 % dari total jumlah kendaraan bermotor. Padahal, panjang jalan di kota hanya 224,86 kilometer (Kompas 2006a). Keadaaan ini menyebabkan sejumlah jalan di Kota Yogyakarta sering mengalami kemacetan seperti di Jalan Malioboro dan Jalan Dipenogoro dan sekitarnya.

Kurangnya Ruang Terbuka Hijau

Daerah perkotaan dengan jumlah penduduk yang padat menyebabkan berkurangnya lahan untuk vegetasi. Lahan bervegetasi diganti dengan permukiman, gedung-gedung, dan industri untuk memenuhi kebutuhan penduduk kota. Penggunaan lahan Kota Yogyakarta pada tahun 2005, dominasi penggunaan lahan adalah lahan bukan sawah yaitu seluas 3.250 Ha (96,25%), sedangkan untuk lahan sawah hanya seluas 123 Ha (3,75%). Kecamatan yang masih mempunyai lahan sawah adalah Kecamatan Mantrijeron sebesar 4 Ha (3,28%), Mergangsan 5 Ha (4,10%), Umbulharjo 61 Ha (50%), Kotagede 26 Ha (21,31%) dan Tegalrejo 26 Ha (21,31%) (Lampiran Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Yogyakarta 2005-2025).

Ruang terbuka hijau yang sempit menyebabkan radiasi panas dari sinar matahari tidak dipantulkan, namun langsung diserap oleh gedung-gedung, dinding, dan atap. Sarana dan prasarana seperti fasilitas gedung, jalan, pertokoan, permukiman, pabrik menyebabkan berkurangnya jumlah ruang vegetasi di kota. Sarana transportasi yang semakin meningkat menyebabkan naiknya kuantitas gas CO2. Sedikit ruang vegetasi yang ada menyebabkan berkurangnya penyerapan CO2, akibatnya terjadi ketidakseimbangan komposisi udara. Hal ini mengakibatkan suhu permukaan meningkat 10 s.d. 20oC dari suhu udara ambient (Heidt dan Neef 2006).

Besarnya jumlah penduduk, banyaknya bangunan-bangunan, kendaraan bermotor yang memacetkan jalan, dan kebisingan menyebabkan Kota Yogyakarta terasa semakin sesak dan tidak nyaman. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari, suatu hal yang sangat diperhatikan adalah kenyamanan dalam melakukan suatu kegiatan, apalagi jika berhubungan dengan kegiatan kesenangan atau bermain maka faktor kenyamanan merupakan prioritas yang sangat penting. Sebagian besar kota di Indonesia saat ini dirasakan tidak nyaman, penuh kebisingan, panas waktu siang hari, polusi udara, banjir jika musim penghujan. Salah satu penyebabnya adalah hilangnya salah satu daya dukung lingkungan.

Peningkatan suhu udara di perkotaan terjadi akibat meluasnya areal terbangun sebagai hasil dari proses urbanisasi yang intensif. Kota akan menyimpan dan melepaskan panas di siang hari dan malam hari. Pada malam hari kota menjadi lebih panas dibanding daerah sekitarnya dan terjadi efek pulau bahang atau urban heat island.

Manfaat Penghijauan

Jalur hijau vegetasi berguna untuk mengurangi efek pulau bahang. Tumbuhan dan air akan mengurangi panas melalui evapotranspirasi yang dilakukan. Penambahan luas permukaan untuk vegetasi dapat menurunkan suhu maksium udara.

Intruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 mengemukakan bahwa ruang terbuka hijau mempunyai manfaat sebagai berikut:1. Memberikan kesegaran, kenyamanan, dan keindahan lingkungan2. Memberikan lingkungan bersih dan sehat3. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga, biji, serta buah atau hasil lainnya.

Manfaat dari segi fisik

Manfaat dari segi ini dapat langsung dirasakan. Manfaat yang dapat langsung dirasakan adalah menciptakan iklim mikro di dalam perkotaan. Rumput-rumputan walaupun tergolong tanaman bawah, namun memiliki peranan untuk merubah komposisi CO2 udara sekitar, presipitasi, dan suhu sekitar dalam kisaran kecil (Dukes et al. 2005).

Contah lain adalah Kota Guangzhou, Cina. Kota Guangzhou adalah kota yang terletak di Selatan Cina yang mengalami pertumbuhan kota yang pesat sejak tahun 1980an. Pertumbuhan kota ini menyebabkan ruang terbuka dimanfaatkan sebagai sarana pendukung kegiatan penduduk seperti permukiman atau gedung-gedung. Hal ini menciptakan perubahan iklim mikro dalam kota sehingga kota menjadi panas (urban heat islands).

Pemerintah daerah Guangzhou telah melakukan usaha dan menerapkan berbagai macam tipe penghijauan dan kebijakan bentanglahan terkait penghijauan sejak tahun 1949. Diperkirakan total wilayah taman dan ruang hijau lainnya meningkat dari 37,36 km2 tahun 1978 menjadi 83.5 km2 tahun 1999. Telah diukur dan disimpulkan bahwa pada jalan yang memiliki vegetasi menurunkan temperatur di siang hari dibandingkan dengan jalan yang tidak memiliki vegetasi. Pohon di dalam taman, dapat menurunkan temperatur di bawah kanopi sebesar 2,1 oC, sedangkan jalan dan area permukiman sebesar 0,5 sampai dengan 0,9 oC. Penghijauan juga dapat meningkatkan kelembaban sebesar 9% sampai 25% (Weng dan Yang 2003).

Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan kota, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah debu yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting.

Tabel 6. Kemampuan Tanaman Menyerap Debu.

Sumber: Tandjung 2003.

Daun yang berbulu dan berlekuk seperti halnya daun Bunga Matahari dan Kersen mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menjerap partikel dari pada daun yang mempunyai permukaan yang halus. Manfaat dari adanya tajuk hutan kota ini adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan kota (Dahlan dan Endes 1992).

Penghijauan atau hutan kota dapat mengurangi efek pulau bahang. Vegetasi mengurangi efek ini melalui penyerapan sumber-sumber pencemar. Penelitian di Toronto tahun 2005 membuktikan bahwa vegetasi dapat mengurangi sumber-sumber pencemar NO2, S02, CO, PM10 and ozon. Rumput di atap dapat menyerap CO 0,14 - 0,35 Mg, menyerap NO2 0,65 - 1,60 Mg, menyerap ozon 1,27 - 3,1 Mg, menyerap PM10 0,88 - 2,17 Mg, menyerap SO2 0,25 - 0,61 Mg. Pohon mampu menyerap CO 0,06 - 0,57 Mg, NO2 0,62 - 3,74 Mg, ozon 1,09 - 7,4 Mg, PM10 1,37 - 5,57 Mg, dan SO2 0,23 - 1,37 Mg (Currie dan Bass 2005).

Ruang terbuka hijau berupa hutan kota mampu mereduksi kebisingan, tergantung dari jenis spesies, tinggi tanaman, kerapatan dan jarak tumbuh, dan faktor iklim yaitu suhu, kecepatan angin, dan kelembaban. Penelitian di hutan kota Sabilal Muhtadin Banjarmasin (luas 2,5 ha) menunjukkan bahwa hutan kota mampu menurunkan kebisingan. dengan luas areal penghijauan. Penurunan kebisingan dari titik 1 (di luar areal hutan kota) dengan kebisingan dititik ukur 2 ( di dalam hutan kota) sebesar 7,51 dB atau 12,74 %, penurunan kebisingan titik ukur 1 dan titik ukur 3 adalah sebesar 10,58 dB atau 17,95 %, dan penurunan kebisingan dari titik ukur 2 ke titik ukur 3 sebesar 3,07 dB atau 5,96 %, berarti penurunan rata rata kebisingan di luar hutan kota dengan kebisingan di dalam hutan kota sebesar 12,07 % (Zulfahani et.al. 2005).

Manfaat dari segi sosial

Keuntungan sosial dari penghijauan dapat dirasakan oleh individual, sebuah organisasi, atau seluruh penduduk. Pemandangan ruang hijau dapat meningkatkan produktivitas kerja, mengurangi kekerasan rumah tangga, dapat mempercepat penyembuhan. Keuntungan ruang hijau juga dirasakan oleh organisasi. Pekerja yang di ruangan sekitanya terdapat pemandangan hijau vegetasi memiliki produktivitas kerja yang lebih tinggi, dan supervisor menyatakan bahwa pekerjanya lebih produktif.

Sebagian besar keuntungan penghijauan/lingkungan hijau terukur pada tingkat individu. Pemandangan vegetasi dan air telah dibuktikan mengurangi stres, meningkatkan penyembuhan, dan mengurangi penderita frustasi dan agresi. Pemandangan ruang hijau di rumah juga terkait dengan rasa kasih sayang yang tinggi dan kepuasan tetangga.

Tinggal dan bermain di tempat hijau/bervegetasi dapat sangat bermanfaat bagi anak-anak. Bermain di tempat hijau dengan pohon dan vegetasi dapat mendukung perkembangan kemampuan dan kognitif anak. Hidup dalam lingkungan bervegetasi dapat memperbaiki prestasi sekolah siswa dan mengurangi laporan kekerasan dalam rumahtangga (Westphal 2003).

Kualitas lingkungan fisik permukiman seperti lingkungan bervegetasi atau tanaman, banyaknya penyinaran matahari, dan sedikitnya kebisingan memiliki kaitan erat dengan umur panjang penduduk. Faktor ruang hijau dan jalan bervegetasi dekat permukiman secara signifikan mempengaruhi kelangsungan hidup 5 tahun penduduk dan ini tidak tergantung pada usia penduduk, jenis kelamin, status perkawinan, prilaku terhadap komunitasnya, dan status sosial ekonomi (Takano et al. 2002).

Persentase ruang hijau vegetasi di permukiman penduduk menunjukkan hubungan positif terhadap kesehatan penduduk secara umum. Penduduk yang memiliki ruang hijau vegetasi dengan radius 1 km sampai 3 km di sekeliling permukiman memiliki perasaan sehat yang tinggi dibandingkan dengan penduduk yang tinggal tanpa vegetasi (Maas et al. 2006). Gambar 2 menunjukkan hubungan antara ruang terbuka hijau vegetasi dengan kesehatan penduduk.

Gambar 3. Hubungan antara jumlah ruang terbuka hijau (dalam radius 3 km) dengan kesehatan pribadi secara umum (Maas et al. 2006).

Kaitan segala aspek penghijauan di atas terhadap kehidupan masyarakat menjadikan masyarakat kota berwawasan ekologi. Tujuan dari masyarakat kota berwawasan ekologis adalah menyampaikan permasalahan lingkungan perkotaan yang tanpa dirasa cenderung memburuk, menjadikan kota tempat yang aman dan nyaman untuk bekerja, hidup, dan membesarkan anak tanpa merusak kemampuan generasi depan untuk berbuat hal yang sama. Tujuan masyarakat berwawasan ekologi terletak pada umat manusia yang hidup berdampingan dengan siklus alam pada prioritas kepedulian lingkungan dalam penyelenggarakan perkotaan (Inoguchi et.al. 2003).

Kesimpulan

Permasalahan yang selalu ada di kota adalah pertambahan penduduk setiap tahun. Pertambahan ini menyebabkan peningkatan sarana penunjang berupa kendaraan bermotor dan gedung/bangunan. Sarana ini menyebabkan masalah pada kondisi fisik kota. Masalah yang muncul adalah terciptanya efek pulau bahang, udara kota yang tidak sehat, kebisingan, dan ketidaknyamanan hidup di kota. Penghijauan mampu mengembalikan iklim mikro kota sehingga menghilangkan efek pulau bahang. Vegetasi juga mampu menyerap debu dan polutan yang dihasilkan kendaraan bermotor. Manfaat lain adalah vegetasi mampu meredam kebisingan dan meningkatkan kenyamanan hidup di kota.BENTUK KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN CARA MENGATASINYAMasalah lingkunngan hidup telah menjadi perhatian dunia secara global. Hal tersebut dikarenakan oleh berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai negara yang semakin parah, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan hidup, di antaranya disebabkan oleh berbagai kegiatan industri modern yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan serta disebabkan dampak negatif dari kemiskinan. Berbagai masalah kerusakan lingkungan yang banyak terjadi antara lain, kerusakan hutan, erosi tanah, kepunahan satwa liar, kepunahan tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain.

Untuk lebih mendalami tentang bentuk-bentuk kerusakan lingkungan beserta faktor penyebabnya, perhatikan uraian berikut ini.

1. Kerusakan Lingkungan Hidup oleh Faktor AlamBentuk kerusakan lingkungan yang disebabkan faktor alam pada umumnya merupakan bencana alam, seperti letusan gunung api, banjir, abrasi, angin puting beliung, gempa bumi, tsunami, dan sebagainya. Letusan gunung api sering terjadi di berbagai belahan bumi yang merupakan jalur gunung api, seperti Indonesia. Peletusan gunung api ada yang lemah dan ada yang kuat. Makin kuat letusan gunung api, makin besar kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya.

Kejadian banjir sering pula disertai dengan tanah longsor telah mengakibatkan kerusakan terhadap lingkungan kehidupan. Banjir telah mengakibatkan daerah permukiman dan pertanian terendam sehingga banyak tanaman-tanaman mati, jalan-jalan longsor, jembatan hancur, dan sebagainya. Adapun kerusakan lingkungan hidup di tepi pantai disebabkan oleh adanya abrasi, yaitu pengikisan pantai oleh air laut yang terjadi secara alami. Peristiwa gempa bumi merupakan kekuatan alam yang berasal dari dalam bumi dan dapat menyebabkan getaran di permukaan bumi. Gempa bumi sering terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia sehingga menimbulkan kerusakan pada lingkungan.

2. Kerusakan Lingkungan Hidup yang Disebabkan oleh Kegiatan ManusiaProporsi kerusakan lingkungan yang disebabkan kegiatan manusia sebetulnya jauh lebih besar dibandingkan dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh alam. Bentuk keruskan lingkungan yang disebabkan oleh manusia di antaranya pencemaran sungai oleh limbah industri, penebangan hutan secara massal dan ilegal, dan sebagainya. Penebangan-penebangan hutan untuk keperluan industri, lahan pertanian, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya telah menimbulkan kerusakan lingkungan hidup yang luar biasa. Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi menyebabkan timbulnya lahan kritis, ancaman terhadap kehidupan flora dan fauna, dan kekeringan. Pencemaran lingkungan dapat terjadi terhadap air, tanah, dan udara. Pada umumnya, pencemaran air dan tanah terjadi karena pembuangan limbah-limbah industri dan biasanya terjadi di perkotaan. Adapun pencemaran terhadap udara terjadi karena hasil pembakaran bahan bakar.

Kasus-kasus pencemaran perairan telah sering terjadi karena pembuangan limbah industri ke dalam tanah, sungai, danau, dan laut. Kebocoran-kebocoran pada kapal-kapal tanker dan pipa-pipa minyak yang menyebabkan tumpahan minyak ke dalam perairan menyebabkan kehidupan di tempat itu terganggu, banyak ikan-ikan yang mati, tumbuh-tumbuhan yang terkena genangan minyak pun akan musnah pula. Masyarakat yang mempunyai mata pencarian menangkap ikan seperti nelayan terimbas pula dampak negatifnya, yaitu berkurangnya jumlah tangkapan ikan yang mereka peroleh. Masalah lain yang muncul adalah perladangan hutan secara liar oleh penduduk. Akibatnya keanekaan flora dan fauna hutan menurun drastik, serta manfaat hutan bagi manusia pun terganggu bahkan hilang sama sekali.

Sumber :

Firmansyah, Herlan dan Ramdani, Dani, 2009, Ilmu Pengetahuan Sosial 2 : untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII /Semester 1 dan 2, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 49 51.

DAMPAK DAN UPAYA PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA

Oleh : Indah Kastiyowati, ST. Staf Puslitbang Tek Balitbang Dephan.PENDAHULUANUdara dimana di dalamnya terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara merupakan campuran dari gas, yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20 % Oksigen; 0,93 % Argon; 0,03 % Karbon Dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4) dan Hidrogen (H2). Udara dikatakan "Normal" dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti tersebut diatas. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar/terpolusi.Akibat aktifitas perubahan manusia udara seringkali menurun kualitasnya. Perubahan kualitas ini dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi. Perubahan kimiawi, dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Kemungkinan disuatu tempat dijumpai debu yang bertebaran dimana-mana dan berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga suatu kota yang terpolusi oleh asap kendaraan bermotor atau angkutan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.Penulisan ini kami susun sebagai berikut : Pencemaran udara

Dampak pencemaran udara

Penanggulangan pencemaran udara

PENCEMARAN UDARAPencemaran Udara adalah kondisi udara yang tercemar de-ngan adanya bahan, zat-zat asing atau komponen lain di udara yang menyebabkan berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Pencemaran udara mempengaruhi sistem kehidupan makhluk hidup seperti gangguan kesehatan, ekosistem yang berkaitan dengan manusiaJenis-jenis pencemaran udara Menurut bentuk : Gas, Pertikel

Menurut tempat : Ruangan (indoor), udara bebas (outdoor)

Gangguan kesehatan : Iritansia, asfiksia, anetesia, toksis Menurut asal : Primer, sekunder

Bahan atau Zat pencemaran udara dapat berbentuk gas dan partikel :Pencemaran udara berbentuk gas dapat dibedakan menjadi : Golongan belerang terdiri dari Sulfur Dioksida (SO2), Hidrogen Sulfida (H2S) dan Sulfat Aerosol. Golongan Nitrogen terdiri dari Nitrogen Oksida (N2O), Nitrogen Monoksida (NO), Amoniak (NH3) dan Nitrogen Dioksida (NO2).

Golongan Karbon terdiri dari Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), Hidrokarbon . Golongan gas yang berbahaya terdiri dari Benzen, Vinyl Klorida, air raksa uap.

Pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi : Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah.

Bahan organik terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, Benzen.

Makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.

Pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua :Pencemaran udara bebas (Out door air pollution), Sumber Pen-cemaran udara bebas : Alamiah, berasal dari letusan gunung berapi, pembusukan, dll.

Kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, asap kendaraan, dll.

Pencemaran udara ruangan (In door air pollution), berupa pencemaran udara didalam ru-a-ngan yang berasal dari pemukiman, perkantoran ataupun gedung tinggi.Pencemaran udara berdasarkan pengaruhnya terhadap gangguan kesehatan dibedakan menjadi 3 jenis :Irintasia. Biasanya polutan ini bersifat korosif. Merangsang proses peradangan hanya pada saluran pernapasan bagian atas, yaitu saluran pernapasan mulaidari hidung hingga tenggorokkan. Misalnya Sulfur Dioksida, Sulfur Trioksida, Amoniak, debu. Iritasi terjadi pada saluran pernapasan bagian atas dan juga dapat mengenai paru-paru sendiri.Asfiksia. Disebabkan oleh ber-kurangnya kemampuan tubuh dalam menangkap oksigen atau mengakibatkan kadar O2 menjadi berkurang. Keracunan gas Karbon Monoksida mengakibatkan CO akan mengikat hemoglobin sehingga kemampuan hemoglobin mengikat O2 berkurang terjadilah Asfiksia. Yang termasuk golongan ini adalah gas Nitrogen, Oksida, Metan, Gas Hidrogen dan Helium.Anestesia. Bersifat menekan susunan syaraf pusat sehingga kehilangan kesadaran, misalnya aeter, aetilene, propane dan alkohol alifatis.Toksis. Titik tangkap terjadinya berbagai jenis, yaitu : Menimbulkan gangguan pada sistem pembuatan darah, mi-salnya benzene, fenol, toluen dan xylene.

Keracunan terhadap susunan syaraf, misalnya karbon disulfid, metil alkohol. Pencemaran udara dapat pula dikelompokkan kedalam :Pencemar primer. Polutan yang bentuk dan komposisinya sama dengan ketika dipancarkan, lazim disebut sebagai pencemar primer, antara lain CO, CO2, hidrokarbon, SO, Nitrogen Oksida, Ozon serta berbagai partikel.Pencemar Sekunder. Berbagai bahan pencemar kadangkala bereaksi satu sama lain menghasilkan jenis pencemar baru, yang justru lebih membahayakan kehidupan. Reaksi ini dapat terjadi secara otomatis ataupun dengan cara bantuan katalisator, seperti sinar matahari. Pencemar hasil reaksi disebut sebagai pencemar sekunder. Contoh pencemar sekunder adalah Ozon, formal dehida, dan Peroxy Acyl Nitrate (PAN).DAMPAK/PENGARUH PEN-CEMARAN UDARADampak/pengaruh pencemaran udara bisa mempengaruhi terhadap makhluk hidup baik secara langsung maupun tidak langsungdapat di ihat Tabel 1 dan Tabel 2Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan secara tidak langsung.Pencemaran udara disamping berdampak langsung bagi kesehatan manusia/individu, juga berdampak tidak langsung bagi kesehatan. Efek SO2 terhadap vegetasi dikenal dapat menimbulkan pemucatan pada bagian antara tulang atau tepi daun. Emisi oleh Fluor (F), Sulfur Dioksida (SO2) dan Ozon (O3) mengakibatkan gangguan proses asimilasi pada tumbuhan. Pada tanaman sayuran yang terkena/mengandung pencemar Pb yang pada akhirnya me-miliki potensi bahaya kesehatan masyarakat apabila tanaman sa-yuran tersebut di konsumsi oleh manusia.PENANGGULANGAN PEN-CEMARAN UDARAPenanggulangan pencemaran udara dapat dilakukan dengan cara mengurangi polutan dengan alat-alat, mengubah polutan, melarutkan polutan dan mendispersikan polutan, Penang-gulangan pencemaran udara berbentuk gas di lihat pada tabel 3Penanggulangan Polusi udara dari ruanganSumber dari pencemaran udara ruangan berasal dari asap rokok, pembakaran asap dapur, bahan baku ruangan, kendaraan bermotor dan lain-lain yang dibatasi oleh ruangan. Pencegahan pen-cemaran udara yang berasal dari ruangan bisa dipergunakan :Ventilasi yang sesuai, yaitu : Usahakan polutan yang masuk ruangan seminimum mungkin.

Tempatkan alat pengeluaran udara dekat dengan sumber pencemaran.

Usahakan menggantikan udara yang keluar dari ruangan sehingga udara yang masuk ke-ruangan sesuai dengan kebutuhan.

Filtrasi. Memasang filter dipergunakan dalam ruangan dimaksudkan untuk menangkap polutan dari sumbernya dan polutan dari udara luar ruangan.Pembersihan udara secara elektronik. Udara yang mengan-dung polutan dilewatkan melalui alat ini sehingga udara dalam ruangan sudah berkurang polutan-nya atau disebut bebas polutan.PENUTUPUpaya penanggulangan terhadap pencemaran udara diberitahukan tentang berbagai cara untuk penanggulangan dan pencegahan Pencemaraan udara yang tergantung pada sifat dan sumber polutan udara, seperti mengurangi polutan, mengubah polutan, melarutkan polutan dan mendisfersikan polutan. Diharapkan agar keadaan lingkungan tetap sehat dan bersih dari pencemaran udara.DAFTAR PUSTAKA Fuad Amsyari.

Prinsip-prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan.

Fardiaz, S. 1992.

Polusi Air & Udara. Yogyakarta : Kanisius.

Ryadi, A.S.1982.

Pencemaran Udara. Penerbit Usaha Nasional Surabaya Indonesia.

Tabel 1 Dampak pencemaran udara berupa gasNOBAHAN PENCEMARSUMBERDAMPAK/AKIBAT PADA INDIVIDU/MASYARAKAT

1.

Sulfur Dioksida (SO2)

Batu bara atau bahan bakar minyak yang mengandung Sulfur.

Pembakaran limbah pertanah.

Proses dalam industri. Menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas sehingga menimbulkan gejala batuk dan sesak nafas.

2.Hidrogen Sulfa (H2S)Dari kawah gunung yang masih aktif.Menimbulkan bau yang tidak sedap, dapat merusak indera penciuman (nervus olfactory)

3.

Nitrogen Oksida (N2O)

Nitrogen Monoksida (NO)

Nitrogen Dioksida (NO2)Berbagai jenis pembakaran.

Gas buang kendaran bermotor.

Peledak, pabrik pupuk. Menggangu sistem pernapasan.

Melemahkan sistem pernapasan paru dan saluran nafas sehingga paru mudah terserang infeksi.

4. Amoniak (NH3) Proses Industri Menimbulkan bau yang tidak sedap/menyengat.

Menyebabkan sistem pernapasan, Bronchitis, merusak indera penciuman.

5. Karbon Dioksida (CO2)Karbon Monoksida (CO)Hidrokarbon Semua hasil pembakaran.Proses Industri

. Menimbulkan efek sistematik, karena meracuni tubuh dengan cara pengikatan hemoglobin yang amat vital bagi oksigenasi jaringan tubuh akaibatnya apabila otak kekurangan oksigen dapat menimbulkan kematian.

Dalam jumlah kecil dapat menimbulkan gangguan berfikir, gerakan otot, gangguan jantung.

Tabel 2 Penanggulangan pencemaran udara benbentuk gasNOBAHAN PENCEMARPENANGGULANGANKETERANGAN

1.Sulfur Dioksida (SO2)Hidrogen Suldfida (H2S)Nitrogen Oksida (N2O)Nitrogen Monoksida (NO)Nitrogen Dioksida (NO2)Amoniak (NH3)Karbondioksidak (CO2)Karbon Monoksida (CO)HidrokarbonAbsorbsi Dalam proses adsorbsi dipergunakan bahan padat yang dapat menyerap polutan. Berbagai tipe adsorben yang dipergunakan antara lain karbon aktif dan silikat. Adsorben mempunyai daya kejenuhan sehingga selalu diperlukan pergantian, bersifat disposal (sekali pakai buang) atau dibersihkan kemudian dipakai kembali.

Pembakaran Mempergunakan proses oksidasi panas untuk menghancurkan gas hidrokarbon yang terdapat didalam polutan. Hasil pembakaran berupa (CO2) dan (H2O). Alat pembakarannya adalah Burner dengan berbagai tipe dan temperaturnya adalah 1200o1400o F

Reaksi Kimia Banyak dipergunakan pada emisi golongan Nitrogen dan golongan Be-lerang. Biasanya cara kerja ini merupakan kombinasi dengan cara - cara lain, hanya dalam pembersihan polutan udara dengan reaksi kimia yang dominan. Membersihkan gas golongan nitrogen , caranya dengan diinjeksikan Amoniak (NH3) yang akan bereaksi kimia dengan Nox dan membentuk bahan padat yang mengendap. Untuk menjernihkan golongan belerang dipergunakan Copper Oksid atau kapur dicampur arang.

Tabel 3 Dampak Pencemaran udara berupa partikelNOBAHAN PENCEMARSUMBERDAMPAK/AKIBAT PADA INDIVIDU/MASYARAKAT

1.

Debu - partikel

Debu domestik maupun dari industri

Gas buang kendaraan bermotor

Peleburan timah hitamPabrik battere Menimbulkan iritasi mukosa, Bronchitis, menimbulkan fibrosis paru.

Dampak yang di timbulkan amat membahayakan, karena dapat meracuni sistem pembentukan darah merah .

Menimbulkan gangguan pembentukan sel darah merahPada anak kecil menimbulkan penurunan kemampuan otakPada orang dewasa menimbulkan anemia dan gangguan tekanan darah tinggi.

2BenzenKendaraan bermotor.Daerah industri. Menimbulkan gangguan syaraf pusat.

3Partikel polutan bersifat biologis berupa : Bakteri, jamur, virus, telur cacing.Daerah yang kurang bersih lingkungannyaPada pencemaran udara ruangan yang ber AC dijumpai beberapa jenis bakteri yang mengakibatkan penyakit pernapasan.

Tabel 4 Penanggulangan pencemaran udara berbentuk partikelNOBAHAN PENCEMARPENANG-GULANGANKETERANGAN

1.Debu - partikelTimah hitam (Pb)BenzenPartikel polutan bersifat biologis berupa :Bakteri, jamur, virus, telur cacing.Membersihkan(Scrubbing)Menggunakan filterMempergunakan Kolektor MekanisProgram langit biruMenggalakkan penanaman Tumbuhan Mempergunakan cairan untuk memisahkan polutan, dalam keadaan alamiah (turun hujan) maka polutan partikel dapat turut dibawa bersama air hujan. Alat scrubbing ada berbagai jenis, yaitu berbentuk plat, masif, fibrous dan spray.Dengan filtrasi dimaksudkan menangkap polutan partikel pada permukaan flter. Filter yang digunakan berukuran sekecil mungkin.Dengan menggunakan tenaga gravitasi dan tenaga kinetis atau kombinasi untuk mengendapkan polutan partikel. Sebagai kolektor dipergunakan gaya sentripetal yang memakai silikon. Semakin besar partikel secepat mungkin proses pembersihanProgram langit biru yang dikumandangkan oleh pemerintah Indonesia adalah mengurangi pencemaran udara, khususnya dari akibat transportasi. Ada 3 tindakan yang dilakukan terhadap pencemaran udara akibat transportasi yaitu mengganti bahan bakar, mengubah mesin kendaraan, memasang alat-alat pembersih polutan pada kendaraan.Mempertahankan paru-paru kota dengan memperluas pertamanan dan penanaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan sebagai penangkal pencemaran udara.