uji toksisitas akut ekstrak etanolik rimpang temu …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/skripsi...

137
i UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) TERHADAP MENCIT PUTIH BETINA Oleh: Harun Indah Mufidah 18123686A Kepada FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2016

Upload: others

Post on 06-Dec-2020

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

i

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU

PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) TERHADAP

MENCIT PUTIH BETINA

Oleh:

Harun Indah Mufidah

18123686A

Kepada

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2016

Page 2: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

i

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU

PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) TERHADAP

MENCIT PUTIH BETINA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

derajat Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi

Oleh:

Harun Indah Mufidah

18123686 A

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2016

Page 3: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria
Page 4: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Katakanlah :“Seandainya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis

ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula” (Al Kahf:109)

“Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya, kecuali tiga perkara, yaitu : (1) Shadaqah

jariyah,dan (2) ilmu yang bermanfaat, dan (3) anak yang shalih yang mendoakannya.” (H.R. Muslim).

“Keridhan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua”

(H.R. Al Hakim)

Kupersembahkan karya ini untuk:

Rabb-ku Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukurku

Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu mengarahkan dalam ketidakberdayaanku menjalani

hidup ini dan mengerti arti hidup yang sesungguhnya

Kakak, adik, dan keponakanku yang aku sayangi

Para pendidik dan pengajar dalam hidupku

Sahabat-sahabat tercinta, dan penghuni kost An-nur

Terimakasih sudah mendoakan, dan menyemangatiku

Agama, almamater, bangsa dan negeriku tercinta

Page 5: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

iv

Page 6: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar

Sarjana Farmasi (S. Farm) dalam ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas

Setia Budi.

Skripsi ini berjudul UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK

ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe)

TERHADAP MENCIT PUTIH BETINA dengan harapan dapat bermanfaat

bagi pembaca dan dapat memberikan sumbangan pengetahuan di bidang Farmasi

terutama dalam pengobatan tradisional.

Di dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Ir. Djoni Tarigan, MBA.,. selaku Rektor Universitas Setia Budi Surakarta.

2. Prof. Dr. RA. Oetari, SU. MM., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi Surakarta, yang telah memberikan kesempatan dan

fasilitas dalam pelaksanaan penilitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Inaratul Rizkhy Hanifah, M.Sc., Apt., selaku pembimbing utama yang telah

memberikan nasehat dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

4. Opstaria Saptarini, M.Si, Apt., selaku pembimbing pendamping yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

5. Tim penguji yang telah menyediakan waktu untuk menguji dan memberikan

masukan untuk penyusunan skripsi ini.

Page 7: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

vi

6. Segenap Dosen, Karyawan dan Staf Laboratorium Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi yang telah banyak membantu bagi kelancaran

pelaksanaan skripsi ini.

7. Orang tua dan saudara-saudaraku yang selalu ku cintai terima kasih atas doa

dan kasih sayangnya, serta dorongannya baik dalam hal moril dan materiil.

8. Sahabat-sahabatku (Depridar, Efti, Bertha, Ajeng, Santi, dkk) terima kasih

atas doa, dorongan semangat,dan bantuan yang berupa pikiran, informasi

maupun bahan-bahan yang penulis perlukan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, meskipun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin di dalam

menyajikannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun

dari para pembaca akan penulis terima dengan tangan terbuka dan senang hati.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya

bagi Fakultas Farmasi dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2016

Penulis

Page 8: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR PERSAMAAN ................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

INTISARI ......................................................................................................... xv

ABSTRACT ..................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Perumusan Masalah .................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

D. Kegunaan Penelitian.................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6

A. Tanaman Temu Putih .................................................................. 6

1. Tanaman temu putih ............................................................ 6

2. Sistematika tanaman temu putih .......................................... 6

3. Nama daerah ........................................................................ 7

4. Morfologi tanaman ............................................................... 7

5. Kandungan kimia ................................................................. 8

6. Kegunaan Temu Putih ......................................................... 9

B. Simplisia ..................................................................................... 10

1. Pengertian simplisia ............................................................. 10

1.1. Simplisia nabati ........................................................... 10

1.2. Simplisia hewani ......................................................... 11

Page 9: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

viii

1.3. Simplisia pelikan atau mineral .................................... 11

2. Pengumpulan ....................................................................... 11

3. Perajangan ........................................................................... 11

4. Pengeringan .......................................................................... 12

5. Penyimpanan ....................................................................... 13

C. Penyarian ..................................................................................... 13

1. Pengertian penyarian ............................................................ 13

2. Ekstraksi .............................................................................. 14

2.1. Perkolasi ...................................................................... 15

2.2. Refluks ........................................................................ 15

2.3. Soxhlet ........................................................................ 15

2.4. Digesti ......................................................................... 15

2.5. Infus ............................................................................ 15

2.6. Dekok .......................................................................... 15

2.7. Maserasi ...................................................................... 15

3. Pelarut ................................................................................. 16

D. Uji toksisitas ............................................................................... 17

1. Pengertian toksisitas ............................................................. 17

1.1. Uji toksisitas akut ........................................................ 18

1.2. Uji toksisitas subkronis ............................................... 18

1.3. Uji toksisitas kronis ..................................................... 19

2. Toksisitas akut ...................................................................... 19

E. Organ Sasaran .............................................................................. 24

1. Hati ....................................................................................... 24

2. Jantung .................................................................................. 25

3. Ginjal .................................................................................... 25

4. Lambung ............................................................................... 26

5. Usus ...................................................................................... 27

F. Hewan uji..................................................................................... 28

1. Mencit .................................................................................... 28

2. Sistematika Hewan Uji .......................................................... 29

3. Karateristik hewan uji............................................................ 29

4. Kondisi ruang dan pemeliharaan hewan uji .......................... 30

5. Cara dan lama pemberian zat uji ........................................... 30

6. Mengorbankan hewan uji ...................................................... 30

G. Landasan Teori ............................................................................ 31

H. Hipotesis ..................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 35

A. Populasi dan Sampel ................................................................... 35

B. Variabel Penelitian ..................................................................... 35

1. Identifikasi variabel utama ..................................................... 35

2. Klasifikasi variabel utama ...................................................... 36

3. Definisi operasional variabel utama ....................................... 36

C. Bahan dan Alat ............................................................................ 37

1. Alat ........................................................................................ 37

Page 10: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

ix

2. Bahan ..................................................................................... 38

D. Jalannya Penelitian ...................................................................... 38

1. Determinasi tanaman .............................................................. 38

2. Pengambilan bahan ................................................................. 38

3. Penetapan kadar air serbuk ..................................................... 39

4. Pembuatan ekstrak etanolik rimpang temu putih ................... 39

5. Uji bebas etanol ...................................................................... 40

6. Identifikasi senyawa ekstrak etanolik rimpang temu putih .... 40

6.1. Identifikasi flavonoid .................................................... 41

6.2. Identifikasi tanin ............................................................ 41

6.3. Identifikasi saponin ....................................................... 41

6.4. Identifikasi alkaloid ....................................................... 41

6.5. Identifikasi minyak atsiri ............................................... 41

7. Prosedur kerja ......................................................................... 42

7.1. Persiapan hewan uji ....................................................... 42

7.2. Penetapa dosis ............................................................... 42

7.3. Perlakuan hewan uji ...................................................... 42

8. Pengamatan dan pemeriksaan ................................................ 43

8.1. Perubahan perilaku (behavioral profile) ....................... 43

8.2. Perubahan pada neurological profile. ........................... 44

8.3. Perubahan pada autonomic ............................................ 44

E. Analisis Data ............................................................................... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rimpang temu putih ....................................................................... 47

1. Hasil identifikasi tanaman rimpang temu putih ...................... 47

2. Pengambilan bahan dan pembuatan serbuk ............................ 47

3. Hasil penetapan kadar air serbuk ............................................ 48

4. Hasil pembuatan ekstrak etanolik rimpang temu putih ........... 49

5. Hasil uji bebas etanol .............................................................. 50

6. Hasil identifikasi kandungan kimia ......................................... 50

B. Hasil uji toksisitas akut .................................................................. 52

1. Hasil uji efek toksistas akut ekstrak rimpang temu putih ..... 53

2. Hasil perhitungan berat badan mencit putih betina ................ 54

3. Hasil perhitungan LD50 .......................................................... 55

4. Hasil penimbangan berat organ .............................................. 56

5. Hasil pemeriksaan organ secara makroskopis ........................ 58

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.................................................................................... 59

B. Saran ............................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 60

Page 11: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Skema pembuatan ekstrak etanol temu putih .......................................... 40

2. Skema pengujian ekstrak etanol rimpang temu putih. ............................ 45

Page 12: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xi

DAFTAR TABEL

1. Hubungan tanda-tanda keracunan dengan organ beserta sistem urat

saraf (Harmita &Radji 2004). ..................................................................... 21

2. Klasifikasi zat kimia berdasarkan toksisitas relatif (Lu 1995). .................... 22

3. Kriteria hewan uji ......................................................................................... 29

4. Hasil penetapan kadar air dalam serbuk rimpang temu putih ...................... 48

5. Hasil pembuatan ekstrak etanolik rimpang temu putih ................................ 50

6. Hasil uji bebas etanol ekstrak rimpang temu putih ...................................... 50

7. Hasil identifikasi kandungan senyawa kimia ekstrak etanolik rimpang temu

putih secara kualitatif .................................................................................. 51

8. Gejala toksik yang teramti ........................................................................... 53

9. Hasil rata-rata berat badan .......................................................................... 55

10. Hasil jumlah kematian................................................................................ 56

11. Hasil rata-rata indeks massa organ hewan uji ............................................ 56

Page 13: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xii

DAFTAR PERSAMAAN

Halaman

1. Metode Weil,CS . ............................................................................................ 22

2. Metode Farmakope III..................................................................................... 22

3. Metode grafik probit ....................................................................................... 23

4. Penentuan nilai LD50 ....................................................................................... 43

Page 14: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil determinasi tanaman rimpang temu putih........................................... 63

2. Surat keterangan hewan uji .......................................................................... 64

3. Gambar rimpang temu putih ........................................................................ 65

4. Alat sterling bidwel dan mesin penggiling .................................................. 66

5. Ekstrak rimpang temu putih dan uji bebas etanol ........................................ 67

6. Uji identifikasi ekstrak rimpang temu putih ............................................... 67

7. Perlakuan hewan uji ..................................................................................... 70

8. Gambar organ hewan uji .............................................................................. 71

9. Hasil persentase rendemen berat kering terhadap berat basah rimpang

temu putih .................................................................................................... 74

10. Hasil rendemen ekstrak etanolik rimpang temu putih .............................. 74

11. Hasil penetapan kadar air serbuk rimpang temu putih ............................... 75

12. Perhitungan volume pemberian.................................................................. 75

13. Hasil penimbangan berat badan mencit putih betina ................................. 77

14. Hasil penimbangan berat organ mencit putih betina .................................. 78

15. Hasil perhitungan indeks organ mencit putih betina .................................. 79

16. Contoh perhitungan indeks massa organ mencit ........................................ 80

17. Pengamatan gejala toksisitas ...................................................................... 81

18. Hasil uji statistik berat badan hari ke-1 ...................................................... 85

19. Hasil uji statistik berat badan hari ke-7 ...................................................... 87

20. Hasil uji statistik berat badan hari ke-14 .................................................... 88

Page 15: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xiv

21. Hasil uji statistik indeks berat organ ginjal ................................................ 90

22. Hasil uji statistik indeks berat organ hati ................................................... 92

23. Hasil uji statistik indeks berat organ jantung ............................................. 93

24. Hasil uji statistik indeks berat organ limfa ................................................. 95

25. Hasil uji statistik indeks berat organ paru .................................................. 97

26. Hasil uji statistik indeks berat organ usus .................................................. 98

27. Hasil uji statistik indeks berat organ lambung ........................................... 100

Page 16: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xv

INTISARI

MUFIDAH, H.I., 2016. UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK

RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) TERHADAP

MENCIT PUTIH BETINA, SKRIPSI, FAKULTAS FARMASI,

UNIVERSITAS SETIA BUDI, SURAKARTA.

Tanaman rimpang temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe)

mengandung beberapa senyawa yang berkhasiat, salah satunya sebgai obat

kanker, namun belum ada penelitian untuk meneliti standart keamanan ekstrak

rimpang temu putih. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek toksisitas akut

terhadap mencit betina.

Uji toksisitas akut dilakukan dengan metode fixed dose dengan

menggunakan hewan uji mencit betina sebanyak 30 ekor yang dibagi menjadi 6

kelompok, yaitu kontrol negatif (CMC 0,5%), dosis I (5 mg/kgBB), dosis II (50

mg/kgBB), dosis III (300 mg/kgBB), dosis IV (2000 mg/kgBB), dosis V (5000

mg/kgBB) selama 14 hari. Uji toksisitas akut ekstrak etanolik rimpang temu

putih dilakukan pada mencit dengan mengamati pengaruh ekstrak terhadap

perilaku hewan setelah pemberian dosis tunggal sediaan uji, perkembangan berat

badan, serta berat organ pada hari ke-14.

Hasil pengamatan menunjukkan setelah pemberian ekstrak pada mencit

betina sampai dosis 5000 mg/kgBB hewan uji tidak ada kematian dan efek

toksik yang bermakna, sehingga ekstrak rimpang temu putih dapat dinyatakan

aman. Dengan demikian LD50 ekstrak rimpang temu putih pada mencit lebih

besar dari 5000 mg/kgBB.

Kata kunci : toksisitas akut, Curcuma zedoaria, metode fixed dose, LD50

Page 17: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xvi

ABSTRACT

MUFIDAH, H.I., 2016. ACUTE TOXICITY TEST OF WHITE RHIZOME

(Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) ETHANOLIC EXTRACT ON FEMALE

WHITE MICE, THESIS, FACULTY OF PHARMACY, SETIA BUDI

UNIVERSITY, SURAKARTA.

White rhizome (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) plant contains several

efficacious substances, one of which as the cancer drug, but there has been no

research to examine the security standard of rhizome extract . This study was

aimed to know the effects of acute toxicity on female mice.

Acute toxicity tests conducted with fixed dose method using 30 female

mice divided into six groups, the negative control (CMC 0.5%), the first dose (5

mg/kgBW), the second dose (50 mg/kgBW), the third dose (300 mg/kgBW), the

fourth doses (2000 mg/kgBW), and the fifth doses (5000 mg/kgBW) for 14 days.

Acute toxicity test of ethanolik rhizome extract performed on mice by observing

the influence of extract on animal behavior after single-dose administration,

weight loss, and weight of organs on the 14th day.

The result showed after the administration of extracts on female mice to

doses of 5000 mg/kgBW no mortality and significant toxic effects so rhizome

extract could be declared safe. Thus Rhizome extract LD50 in mice is greater than

5000 mg/kgBW.

Keywords: acute toxicity, Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe , fixed dose method,

LD50

Page 18: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman

hayati cukup luas, dari 40.000 jenis flora yang tumbuh di dunia, 30.000

diantaranya tumbuh di Indonesia, akan tetapi baru sekitar 26% yang telah

dibudidayakan dan 74% masih tumbuh liar di hutan. Dari 26 % yang telah

dibudidayakan, sebanyak 940 jenis tanaman telah digunakan sebagai obat

tradisional (Verawati 2003). Obat tradisional adalah obat yang didapat dari bahan

alami (mineral, tumbuhan, atau hewan), yang diolah secara sederhana berdasarkan

pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional (Syamsuni 2006)

Pengobatan secara tradisional sebagian besar menggunakan ramuan yang

berasal dari tumbuh-tumbuhan baik berupa kulit, batang, kayu, daun, bunga, atau

bijinya. Agar pengobatan secara tradisional dapat dipertanggung jawabkan maka

diperlukan penelitian secara ilmiah, seperti penelitian di bidang farmakologi,

toksikologi, identifikasi, dan isolasi zat kimia aktif yang terdapat pada tumbuhan

(Dede dkk 2007).

Hakikatnya obat tradisional diteliti dan dikembangkan adalah untuk

dimanfaatkan sebagai obat untuk manusia, sehingga penggunaan obat tradisional

perlu diperhatikan dosis atau takaran saat pemberian, karena apabila dikonsumsi

secara berlebihan akan menimbulkan toksik atau racun.Keracunan bahan kimia

toksik dapat akut dan kronis.Pada keracunan akut, dapat timbul secara mendadak

Page 19: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

2

2

dan berlangsung sangat cepat.Sehingga dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu

jangka pendek. Sedangkan pada keracunan kronis, zat toksik akan masuk ke

dalam tubuh sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama. Waktu tersebut

tidak dapat ditentukan karena tergantung dari zat toksik yang masuk ke dalam

tubuh (Sumardjo 2009).

Salah satu tanaman yang banyak digunakan sebagai obat tradisional adalah

rimpang temu putih. Rimpang temu putih merupakan salah satu tanaman temu-

temuan yang mempunyai tinggi mencapai 100 cm, dan memiliki rasa tajam dan

pahit (Supriadi dkk 2001). Sedangkan menurut Muhlisah (1999) temu putih

merupakan tanaman semak yang berumur tahunan, tidak merumpun, tetapi hanya

beberapa pokok batang yang tumbuh jarang.

Rimpang temu putih berkhasiat untuk mengobati pembengkakan ginjal,

dapat merangsang pengeluaran gas dari perut, mengurangi rasa sakit saat haid, dan

dapat digunakan sebagi obat asma. Untuk pengobatan luar rimpang temu putih

dapat bermanfaat untuk mengobati mematangkan bisul, mengobati memar, dan

sebagai bahan baku untuk kosmetika (Mursito 2001).

Peningkatan penggunaan temu putih pada masyarakat terjadi akibat

adanya informasi pemasaran ekstrak atau bubuk rimpang temu putih untuk

pengobatan maupun pencegahan berbagai macam penyakit terutama untuk kasus

tumor dan kanker. Selain harganya relatif murah, masyarakat menganggap temu

putih tidak akan menimbulkan efek samping negatif, sehingga lebih aman

dibandingkan menggunakan obat-obatan dari senyawa kimia murni (Handajani

2003).

Page 20: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

3

3

Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa senyawa

(curzerenone dan alismol) yang terdapat pada rimpang temu putih mampu

menginduksi apoptosis pada sel MCF-7, Ca Ski, dan HCT-116 dengan aktivasi

caspase-3 (Rahman dkk 2013). Subfraksi rimpang temu putih pada konsentrasi

0.5, 1, 2, 4, 8 ppm dapat menghambat pertumbuhan sel lestari tumor HeLa, dan K-

562, dan aktivitas antiproliferasi terbesar pada kedua jenis sel tumor terjadi pada

pemberian subfraksi pada konsentrasi 8 ppm, yaitu sel HeLa mempunyai aktivitas

penghambatan 62,45% sedangkan sel K-562 60,93% (Pinilih 2006). Salah satu

kandungan dalam rimpang temu putih adalah minyak atsiri yang memiliki

densitas sebesar 0,88 g/ml, kadar minyak sebesar 0,067 % b/b, dan bersifat toksik

terhadap larva udang Artemia salina Leach dengan niali LC50 sebesar 19,96 ppm

(Rita dkk 2011). Selain itu, minyak atsiri rimpang temu putih efektif sebagai

larvasida dalam membunuh larva nyamuk Aedes Aegypti instar IV awal. Besar

konsentrasi minyak atsiri rimpang temu putih yang efektif membunuh 50%

populasi larva uji (LC50) adalah 54,5 ppm (Sembiring & Suarnella 2012).

Penelitian diatas membuktikan bahwa rimpang temu putih memiliki

kandungan yang berkhasiat dan dapat digunakan sebagai salah satu obat alternatif.

Sebelum rimpang temu putih diedarkan secara luas sebaiknya diperlukan bukti

secara ilmiah mengenai khasiat dan keamanannya agar dapat dikonsumsi dan

tidak menimbulkan efek berbahaya bagi masyarakat, serta kedepannya dapat

dikembangkan menjadi sebuh produk yang praktis dapat dikonsumsi oleh

masyarakat.

Page 21: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

4

4

Berdasarkan hal diatas, maka diperlukan penelitian uji toksisitas ekstrak

etanolik rimpang temu putih.Uji toksisitas terdiri atas 2 jenis yaitu uji toksisitas

non spesifik (akut, subakut/subkronis, kronis), dan uji toksisitas spesifik

(teratogenik, mutagenik, dan karsinogenik) (Loomis 1978).Pada penelitian ini uji

toksisitas yang dilakukan adalah salah satu dari uji toksisitas non spesifik yaitu

toksisitas akut. Uji toksisitas akut adalah uji toksisitas suatu senyawa yang

diberikan dalam dosis tunggal pada hewan percobaan, yang diamati selama 24

jam dan dilanjutkan selama 7-14 hari. Tujuan utama dari uji toksisitas akut adalah

untuk menentukan LD50.LD50 merupakan suatu dosis yang dapat menimbulkan

kematian pada 50% hewan uji (Lu 1995).

Prinsip dari uji toksisitas akut yaitu pemberian secara oral suatu zat dalam

beberapa tingkatan dosis kepada beberapa kelompok hewan uji.Hewan uji yang

digunakan adalah mencit betina, dipilih mencit betina karena sedikit lebih sensitif

dibandingkan mencit jantan.Penilaian uji toksisitas akut yang ditentukan adalah

dari kematian hewan uji sebagai parameter akhir, serta hewan yang mati dan

hidup selama percobaan diotopsi untuk dievaluasi gejala toksisitas dan

selanjutnya dilakukan pengamatan secara makropatologi pada setiap organ

(BPOM 2014).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, didapatkan permasalahan

sebagai berikut: pertama, apakah ekstrak etanolik rimpang temu putih mempunyai

efek toksik terhadap mencit putih betina?

Page 22: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

5

5

Kedua,berapakah harga lethal dose (LD50) pada mencit putih betina setelah

pemberian ekstrak etanolik rimpang temu putih?

Ketiga, bagaimana pengaruh ekstrak etanolik rimpang temu putih terhadap

berat badan dan indeks organ mencit putih betina?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan, pertama, untuk mengetahui ada tidaknya efek

toksik akut pada ekstrak etanolik rimpang temu putih terhadap mencit putih

betina.

Kedua, untuk mengetahui hargalethal dose (LD50) pada mencit putih

betina setelah pemberian ekstrak etanolik rimpang temu putih.

Ketiga, untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanolik rimpang temu putih

terhadap berat badan dan indeks organ pada mencit putih betina

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta

pengetahuan bagi masyarakat bahwa rimpang temu putih dapat digunakan

sebagai obat tradisional secara aman. Dapat digunakan sebagai acuan untuk

penelitian selanjutnya.Dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan di

bidang farmasi, khususnya obat tradisional.

Page 23: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Rimpang Temu Putih

1. Tanaman rimpang temu putih

Kunyit (Curcuma domstica Roxb.) merupakan salah satu kerabat dekat dari

temu putih (Handajani 2003).Temu putih merupakan tanaman semak yang

berumur tahunan, tidak tumbuh merumpun, tetapi hanya memiliki beberapa pokok

batang yang tumbuh jarang.Rimpang temu putih merupakan salah satu tanaman

temu-temuan yang mempunyai tinggi mencapai 100 cm, dan memiliki rasa tajam

dan pahit (Supriadi dkk 2001).Temu putih hampir sama dengan temulawak

bedanya adalah pada rimpang temu putih berwarna putih, dan helaian daun

berwarna merah gelap (Muhlisah 1999).

2. Sistematika tanaman temu putih

Kedudukan dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), tanaman temu putih

mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Bangsa : Zinguberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Curcuma

Jenis : Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe (Depkes 1993).

Page 24: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

7

7

3. Nama daerah

Tanaman temu putih memiliki nama lain yaitu kunyit putih, koneng bodas

(Jawa). Sinonim dari tanaman temu putih adalah C. zerumbet Roxb., Costus

nigricans Blanco., Co. luteus Blanco., Amomum zedoaria Berg., Roscoea lutea

Hassk., R. nigro-cillita Hassk (Dalimartha 2003). Selain itu terdapat nama lain

dari temu putih yaitu kunirputih (Sunda), temu putri (Jakarta), konyek pote, konce

pet atau konce pete (Madura), temu rapet (Pantai Sumatra Timur) (Muhlisah

1999).

4. Morfologi tanaman

Temu putih dapat ditemukan tumbuh liar pada tempat terbuka yang

tanahnya lembab dengan ketinggian 0-1.000 m dpl.Tanaman banyak di temukan

di daerah Jawa barat, Jawa Tengah, Sumatera, Ambon, hingga Irian. Selain itu

juga dibudidayakan di India, Cina, Madagaskar, Filiphina, dan Malaysia

(Dalimartha 2003).

Tinggi tanaman ini dapat mencapai 2 meter.Batang dari temu putih

merupakan batang semu yang dibentuk dari pelepah daun yang tumbuh dari

rimpang, bentuknya silindris, lunak, dan berwarna hijau pucat. Daun tunggal,

bertangkai panjang, lonjong, ujung meruncing, pangkal daun tumpul, panjang 1,6-

1 m, lebar 10-20 cm, pertulangan menyirip, tipis, berbulu halus, berwarna hijau

bergaris ungu. Bunga majemuk berbentuk tabung, berada diketiak daun, panjang

7-15 cm, benang sari melekat pada makhkota, berwarna putih, bunga mekar

secara bergiliran (Dalimartha 2003, Depkes 1993). Buahnya berbentuk kotak,

bulat memiliki diameter 2-4 mm, dan berwarna hijau.Biji pada temu putih

Page 25: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

8

8

berbentuk bulat, dan berwarna hitam.Temu putih memiliki akar serabut, dan

berwarna putih (Depkes 1993).

Rimpang induk pada temu putih berbentuk jorong membulat dan

mengeluarkan rimpang cabang yang cukup banyak dan tumbuh ke arah samping,

ukurannya kecil, bentuknya memanjang, dan mudah dipatahkan.Warna rimpang

adalah putih dengan hati yang berwarna kuning muda.Bentuk buah bundar,

berserat, segitiga, kulit lunak dan tipis (Dalimartha 2003).

5. Kandungan kimia

Rimpang temu putih mengandung 1-2,5 % minyak menguap dengan

komposisi utama sesquiterpen. Minyak menguap tersebut seperti curzerenone,

cuzerene, pyrocuruzerenone, curcumin, curcumemone, epicurcumol,curcumol,

isocurcumol, procurcumenol, dehydrocurdione, furanodienone, isofuranodiene,

zederone, dan curdione.Selain itu juga mengandung flavonoid, sulfur, resin,

tepung, dan sedikit lemak, serta curcumol dan curdine yang berkhasiat antikanker

(Dalimartha 2003).Menurut Depkes (1993) rimpang dan daun temu putih

mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol.

Berdasarkan penelitian Rita, dkk. (2010) tentang isolasi, identifikasi, dan

uji aktivitas antibakteri senyawa golongan triterpenoid pada rimpang temu putih

didapatkan hasil bahwa komponen senyawa didalam ekstrak kental klorofrom

rimpang temu putih adalah senyawa golongan triterpenoid asam karboksilat

dengan karakteristik gugus fungsi: -OH terikat, -CH, C=O asam karboksilat, -

C=C, -CH2, -CH3, dan C-O alkohol. Sedangkan hasil analisis dengan GC-MS

menunjukkan isolat aktif ekstrak n-heksana temu putih mengandung asam

Page 26: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

9

9

benzoat, tetradekana, heksadekana, 3-metilheptadekana, oktadekana, 2-

metileikosan, normal-dokosan, dan heneikosan (Rita dkk 2012). Selain itu, pada

minyak atsiri terdiri dari 19 senyawa dengan 8 senyawa mayor antara lain kamfer,

beta pinen, 1,3,3-trimetil-sineol, kamfor, 1-etenil-1-metil-2,4-bis (1-metiletenil)

sikloheksana, kurzeren, germakron, dan velleral (Rita dkk 2011). Pada penelitian

Parampoin & Gritsanapan (2009) menunjukkan bahwa dengan metode HPLC

menggunakan ekstrak rimpang temu putih dengan pelarut etanol 70%

mengandung kurkumin, demethoxycurcumin, dan bisdemethoxycurcumin, akan

tetapi dilihat dengan metode TLC dan HPLC menunjukkan komponen utama dari

rimpang temu putih adalah demethoxycurcumin, dan unsur utama kedua adalah

kurkumin.

6. Kegunaan Temu Putih

Rimpang temu putih bermanfaat sebagai antikanker, antiradang,

melancarkan aliran darah, peluruh haid, peluruh kentut (Dalimartha 2003).Selain

itu temu putih juga bermanfaat untuk merangsang gerakan usus (karminatif),

menghangatkan badan, merangsang nafsu makan, dapat sebagai stimultan,

memperbaiki saluran pencernaan, tumor, wasir, perut kembung, dll (Rukmana

2004).Untuk pengobatan luar rimpang temu putih dapat bermanfaat untuk

mengobati mematangkan bisul, mengobati memar, dan sebagai bahan baku untuk

kosmetika (Mursito 2001).

Peningkatan penggunaan temu putih pada masyarakat terjadi akibat

adanya informasi pemasaran ekstrak atau bubuk rimpang temu putih untuk

pengobatan maupun pencegahan berbagai macam penyakit terutama untuk kasus

Page 27: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

10

10

tumor dan kanker (Handajani 2003).Melalui uji klinis terbukti bahwa rimpang

temu putih mampu mengurangi asma dan sebagai obat anti kanker (Mursito

2007).Menurut Rahman dkk (2013) senyawa (curzerenone dan alismol)

menginduksi apoptosis pada sel MCF-7, Ca Ski, dan HCT-116 dengan aktivasi

caspase-3. Selain itu, beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa kurkumin

merupakan bahan aktif dalam rimpang temu putih yang bersifat sitotoksik

terhadap sel kanker, dan pada ekstrak etanol temu putih dapat menghambat

pertumbuhan tumor paru pada mencit (Murwanti dkk 2004), dan juga mampu

menghambat sel kanker ovarium manusia (Syu dkk 1998).

B. Simplisia

1. Pengertian simplisia

Simplisia adalah bahan alami yang dapat digunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain (Depkes

1995).Istilah simplisia dipakai untuk menyebutkan bahan-bahan obat alam yang

masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan (Gunawan &

Mulyani 2004).Berdasarkan hal tersebut simplisia dibagi menjadi tiga golongan

yaitu berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau

mineral.

1.1 Simplisia nabati. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa

tanaman utuh, pada bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman

adalah isi sel yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu

Page 28: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

11

11

dikeluarkan dari selnya atau zat nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan

dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni (Depkes 1995).

1.2 Simplisia hewani. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa

hewan utuh bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan

belum berupa zat kimia murni (Depkes1995). Misalnya adalah minyak ikan

(Oleum iecoris asseli), dan madu (Mel depuratum) (Gunawan & Mulyani 2004).

1.3 Simplisia pelikan atau mineral. Simplisia pelikan atau mineral

adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelikan (mineral) yang belum diolah

atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni

(Depkes 1995). Misalnya adalah serbuk seng dan serbuk tembaga (Gunawan &

Mulyani 2004).

2. Pengumpulan

Simplisia yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia nabati

yang menggunakan rimpang.Pemanenan rimpang dilakukan pada awal musim

kemarau (Gunawan & Mulyani 2004). Karena pada suasana basah akan

menurunkan mutu dan warnanya akan hilang serta saat pengeringan warnanya

akan berubah (Depkes 1985b).

3. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan,

perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,

pengepakan, dan penggilingan. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, atau

alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan

ukuran yang dikehendaki (Depkes 1986). Tujuan dari perajangan adalah untuk

Page 29: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

12

12

memperluas permukaan bahan baku karena semakin luas permukaan maka bahan

baku akan cepat kering (Gunawan & Mulyani 2004).

4. Pengeringan

Pengeringan simplisia bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak

mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama, dan untuk

mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik untuk mencegah

penurunan mutu atau perusakan simplisia. Pengeringan simplisia dapat dilakukan

dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-

hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengeringan adalah suhu pengeringan,

kelembapan udara, aliran udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan

(Depkes 1985b).

Proses pengeringan pada simplisia bertujuan untuk menurunkan kadar air

sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri,

menghilangkan aktivitas enzim yang dapat menguraikan lebih lanjut kandungan

aktif yang terdapat pada bahan, memudahkan dalam hal pengelolaan proses

selanjutnya (ringkas, mudah disimpan, tahan lama, dan sebagainya).Terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam pengeringan yaitu waktu

pengeringan, suhu pengeringan, kelembapan udara, ketebalan bahan yang

dikeringkan, sirkulasi udara, dan luas permukaan bahan (Gunawan & Mulyani

2004).

Cara pengeringan ditempat teduh adalah dengan cara bahan disebarkan

rata diatas nampan lemari atau kotak kemudian dimasukkan kedalam oven dengan

suhu yang telah ditentukan atau dengan cara meletakkan dibawah atap rumah agar

Page 30: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

13

13

terlindung dari cahaya matahari secara langsung. Untuk bahan berupa rimpang

sebelum dijemur dibawah matahari harus dirajang terlebih dahulu untuk

memperluas luas permukaan (Gunawan & Mulyani 2004).

5. Penyimpanan

Proses penyimpanan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal, seperti cara

pengepakan, pembungkusan, dan pewadahan, persyaratan tempat gudang

simplisia, cara sortasi, cara pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya.

Penyebab utama kerusakan dari simplisia adalah air dan kelembaban.Kadar air

simplisia yang disimpan perlu diperhatikan dan dijaga. Karena apabila kadar air

pada simplisia tinggi akan mengakibatkan tumbuhnya kapang atau

mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan perubahan kimia pada senyawa

aktif dan menurunnya mutu simplisia tersebut (Depkes 1985b). Apabila tidak

dinyatakan lain, simplisia disimpan di tempat terlindung dari sinar matahari dan

pada suhu kamar. Untuk simplisia yang mudah menyerap air harus disimpan

dalam wadah tertutup rapat yang berisi kapur tohor (Depkes 1995).

C. Penyarian

1. Pengertian penyarian

Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang berada

dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif akan berada dalam cairan

penyari tersebut. Dalam proses penyarian dipengaruhi oleh derajat kehalusan

serbuk, perbedaan konsentrasi yang terdapat mulai dari pusat butir serbuk

simplisia sampai ke permukaannya (Gunawan & Mulyani 2004).

Page 31: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

14

14

Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan beberapa faktor

diantaranya adalah murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia,

bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yaitu

hanya menarik zat yang berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat

berkhasiat, dan diperbolehkan dalam peraturan (Gunawan & Mulyani 2004).

2. Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan serbuk

yang tersisa diperlukan sedemikian sampai memenuhi baku yang ditetapkan

(Depkes 1985a). Ekstrasi adalahpenarikan zatpokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang

diinginkan larut. Bahan mentah obat berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan

tidakperlu diproses lebihlanjut kecuali dikumpulkan dan dikeringkan. Zat aktif

dari tanaman obat yang secara umum mempunyai sifat kimia yang sama,

mempunyai sifat kelarutan yang sama dan dapat diekstraksi secara simultan

dengan pelarut tunggal atau campuran.Proses ekstraksi mengumpulkan zat

aktifdari bahan mentah obatdan mengeluarkannya dari bahan sampingan yang

tidak diperlukan. Metode ekstraksi dilakukan berdasarkan persamaan faktor sifat

dari suatu bahan mentah atau simplisia yang disesuaikan dengan macam metode

ekstraksi yang digunakan untuk memperoleh ekstrak yang sempurna atau

mendekati sempurna (Ansel 1989).

Page 32: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

15

15

2.1. Perkolasi. Perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan

dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi

terus menerus dilakukan sampai diperoleh ekstrak. Umunya menggunakan

temperatur ruangan dan pelarut yang digunakan selalu baru (Depkes 1986).

2.2. Refluks. Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada

temperatur titik didihnya selama waktu tertentu, dan jumlah pelarut terbatas yang

relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan

proses pada residu pertama sampai 3-5 kali.

2.3. Soxhlet. Soxklet merupakan ekstraksi menggunakan pelarut yang

selalu baru dengan menggunakan alat khusus, sehingga terjadi ekstraksi kontinu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2.4. Digesti. Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan

kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu

secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.

2.5. Infus. Infus merupakan sediaan cair yang dibuat dengan menyari

simplisia dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. Infudasi adalah proses

penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang

larut dalam air dari bahan-bahan nabati (Depkes 1986).

2.6. Dekok. Dekok merupakan infus pada waktu yang lebih lama ≥ 30°C

dengan temperatur sampai titik didih air (Depkes 1986).

2.7. Maserasi. Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi cair

padat dengan cara yang sederhana. Metode maserasi digunakan untuk penyarian

simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari.

Page 33: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

16

16

Keuntungan dari metode ini adalah carapengerjaan dan peralatan yang digunakan

sederhana dan peralatannya sederhana, sedangkan kerugiaannya adalah

pengerjaan yang lama dan penyarian yang kurang sempurna (Depkes 1986).

Pada penelitian ini metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi.

Maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang

cocok dimasukkan kedalam sebuah bejana ditambahkan 75 bagian penyari

kemudian ditutup (Anief 2000). Rendeman sebaiknya dikocok berulang-ulang

minimal 3 kali sehari hal ini bertujuan untuk mempercepat konsentrasi bahan

ekstraksi menjadi seimbang.Waktu lamanya maserasi ± 4-10 hari agar bahan

kandungan simplisia dari sel yang rusak yang terbentuk saat penghalusan dapat

larut dan bahan kandungan dalam sel masih tetap utuh.Setelah maserasi selesai

dilanjutkan dengan memeras rendaman menggunakan kain peras.Cairan maserasi

dan cairan yang diperoleh dari pemerasan disatukan dengan mencuci sisa perasaan

dengan bahan ekstraksi diberikan pada kandungan atau jumlah yang telah

diperoleh. Proses pencucian tersebut dilakukan untuk memperoleh sisa bahan

ekstraktif dan untuk menyeimbangkan kembali kehilangan saat penguapan yang

terjadi pada penyarian dan pengepresan, dan hasil ekstraksi disimpan dalam

kondisi dingin kemudian cairannya dituang dan disaring (Voigt 1994).

3. Pelarut

Penggunaan pelarut untuk ekstraksi harus disesuaikan dengan kelarutan

dari kandungan bahan simplisia.Pelarut harus masuk ke dalam simplisia, dan

membran simplisia yang kondisinya harus diubah terlebih dahulu menjadi kering

dan mengkerut, sehingga bahan pelarut dapat masuk ke dalam simplisia.Stabilitas

Page 34: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

17

17

zat aktif tumbuhan merupakan sifat yang penting untuk memperoleh sediaan obat

yang tepat, sehingga banyak zat aktif tumbuhan yang larut dalam air atau alkohol

karena kepolarannya (Voigt 1994).

Pelarut organik jarang digunakan dalam penyarian, kecuali dalam proses

penyarian tertentu. Dalam proses penyarian menurut Farmakope Indonesia

menetapkan cairan penyari adalah air, etanol, air, etanol-air, atau eter (Gunawan

& Mulyani 2004).

Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70%, karena

pelarut etanol 70% bersifat universal, sehingga dapat menarik hampir semua

golongan senyawa pada rimpang temu putih. bab dapat melarutkan alkaloid basa,

minyak menguap, glikosida saponin, glikosida flavonoid, kurkumin, mukarin,

antrakuinon, steroid, damar, dan klorofil, sedangkan lemak, saponin, dan tanin

hanya sedikit yang larut (Depkes 1986).

D. Uji toksisitas

1. Pengertian toksisitas

Uji toksisitas merupakan suatu uji yang dilakukan untuk mendeteksi efek

toksik suatu zat pada sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon

yang khas dari sediaan uji (BPOM 2014). Sebelum uji toksisitas dilakukan,

sebaiknya telah ada data tentang identifikasi, sifat obat, dan rencana

penggunaannya karena data ini dapat digunakan untuk mengarahkan percobaan

toksisitas yang akan dilakukan untuk meneliti berbagai efek yang berhubungan

dengan cara dan masa pemberian suatu sediaan obat (Harmita & Radji 2004).

Page 35: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

18

18

Uji toksisitas terdiri atas dua jenis, yaitu uji toksisitas spesifik, dan uji

toksisitas non spesifik.Uji toksisitas spesifik dirancang untuk mengevaluasi

dengan rinci tipe toksisitas secara khusus melalui uji teratogenik, uji mutagenik,

dan uji karsinogenik. Sedangkan uji toksisitas non spesifik dirancang untuk

mengevaluasi keseluruhan efek umum suatu obat pada hewan uji melalui uji

toksisitas akut, sub akut/ sub kronis, dan kronis.(Loomis 1978).

1.1 Uji toksisitas akut. Ketoksikan akut merupakan derajat efek toksik

suatu senyawa yang terjadi dalam waktu singkat (7-14 hari) setelah pemberian

dalam dosis tunggal. Tujuan dari uji ketoksikan akut adalah untuk mendeteksi

toksisitas intrinsik suatu zat, menentukan organ sasaran, kepekaan spesies,

memperoleh informasi bahaya setelah pemaparan suatu zat secara akut,

memperoleh informasi awal yang dapat digunakan untuk menetapkan dosis,

merancang uji toksisitas selanjutnya, dan memperoleh nilai LD50 (LD50

merupakan besar dosis yang dapat menyebabkan kematian (letal dose) pada 50%

hewan uji (BPOM 2014). Evaluasi yang dilakukan tidak hanya mengenai LD50,

tetapi juga terhadap kelainan tingkah laku, stimulasi atau depresi sistem saraf

pusat (SSP), aktivitas motorik, dan pernafasan pada tikus untuk mendapatkan

gambaran tentang sebab kematian (Ganiswara 1995).

1.2 Uji toksisitas subkronis. Ketoksikan subkronis merupakan uji

ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji

tertentu, selama kurang lebih tiga bulan. Tujuan dari toksisitas subkronis adalah

mengevaluasi dan menggolongkan segala efek senyawa apabila senyawa

diberikan berulang terhadap hewan uji, uji toksisitas sub kronis dapat memberikan

Page 36: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

19

19

informasi tambahan yang dapat digunakan dalam merancang uji toksisitas

kronis(Loomis 1978).

1.3 Uji toksisitas kronis. Ketoksikan kronis disebut juga dengan

ketoksikan jangka panjang karena penelitiannya dilakukan secara berulang-ulang

selama masa hidup hewan uji, misalnya adalah 18 bukan untuk mencit, 24 bulan

untuk tikus, dan 7-10 tahun untuk anjing dan monyet. Hewan uji yang digunakan

adalah hewan uji yang memiliki satu spesies atau lebih, kecuali dinyatakan lain,

akan tetapi dalam penelitian mencit tidak digunakan karena ukurannya yang

sangat kecil.Tujuan dari uji toksisitas kronis adalah untuk menilai keamanan atau

resiko ketoksikan pada tingkat dosis lazim, dan untuk mengetahui potensial

karsinogenik suatu senyawa (Loomis 1978).

2. Toksisitas akut

Toksisitas akut merupakan keadaan dimana terdapat efek toksik/racun

yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian zat dalam dosis tunggal atau

berulang.Tujuan utama dari uji toksisitas akut adalah untuk menentukan

LD50.Selain itu uji toksisitas akut dapat menunjukkan organ sasaran yang

mungkin dirusak dan efek toksik spesifiknya, serta memberikan petunjuk tentang

dosis yang sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama.Prinsip dari uji

ketoksikan akut yaitu pemberian secara oral suatu zat dalam beberapa tingkatan

dosis kepada beberapa kelompok hewan uji, penilaian ditentukan dari kematian

hewan uji sebagai parameter akhir, serta hewan yang mati dan hidup selama

percobaan diotopsi untuk dievaluasi gejala toksisitas dan selanjutnya dilakukan

Page 37: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

20

20

pengamatan secara makropatologi pada setiap organ (BPOM 2014, Harmita &

Radji 2004 ).

Salah satu faktor yang dapat berpengaruh dalam pengujian toksisitas akut

yaitu faktor lingkungan.Faktor lingkungan tersebut diantaranya adalah tempat

pemeliharaan hewan uji yang dapat mempengaruhi LD50 suatu bahan kimia, suhu

lingkungan yang dapat mempengaruhi efek toksik, dan tingginya kelambapan

relatif yang dapat meningkatkan toksisitas akut, sehingga LD50 lebih rendah (Lu

1995).Hal-hal tersebut berpengaruh pada faktor-faktor terhadap LD50, sehingga

kondisi saat percobaan dilaksanakan harus dicatat dan dilaporkan (Harmita &

Radji 2004).

Data kualitatif dari uji toksisitas akut adalah gejala klinis dan efek toksik

dari senyawa uji.Dalam pengamatan dan pemeriksaan uji ketoksikan akut yang

perlu diperhatikan adalah tanda-tanda ketoksikan harus dicatat, jumlah hewan

yang mati dan waktu kematian harus diamati untuk memperkirakan LD50, jangka

waktu pengamatan harus cukup panjang karena untuk mengetahui efek yang

muncul lambat.Jangka waktu pengamatan yang biasa dilakukan adalah 7-14 hari

(Lu 1995).Otopsi menyeluruh harus dilaksanakan pada setiap hewan yang mati

dan beberapa hewan yang tetap hidup.Otopsi digunakan sebagai informasi tentang

organ sasaran terutama ketika hewan uji tidak mengalami kematian setelah

pemberian dosis. Gejala klinis yang timbul selama masa uji pada hewan uji secara

luas dapat berupa gangguan pada syaraf otonom, syaraf otot, perilaku, perasa,

urat, darah pada jantung, mata, saluran pencernaan, dan kulit yang secara rinci

dijelaskan dalam tabel 2. (Harmita & Radji 2004).

Page 38: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

21

21

Tabel 1. Hubungan tanda-tanda keracunan dengan organ beserta sistem urat saraf

(Harmita &Radji 2004).

Sistem Tanda-tanda ketoksikan

Syaraf Otonom Exopthalmos (mata memerah), hidung berlendir, liur keluar,

mencret, sering kencing, piloereksi dan relaxed nictating

membrane.

Perilaku Kurang tenang, gelisah, posisi duduk kepala mendongak,

memandang kosong ke depan, kepala menunduk, depresi

berat, kaki menggaruk-garuk, terengah-engah, mudah

terganggu, sikap bermusuhan agresif maupun defensif,

ketakutan, bingung, aktivitas aneh.

Perasa / Sensory Sensitif terhadap rasa sakit, righting, kornea labirin (rongga

telingga), refleks setempat dan kiki belakang, sensitif terhadap

suara dan sentuhan, nigtamus, ponation.

Syaraf otot Aktivitas meningkat atau menurun, fasciculation, gemetar,

kejang-kejang, tidak bias digerakkan, prostation, ekor

membengkok ke bawah kemuka, kaki belakang lemah, refleks

jelek ophisthonus, kedutan, kematian.

Urat darah jantung Detak jantung naik atau turun, sianosis,

penyumbatan/gangguan urat darah jantung, pelebaran urat

jantung, pelebaran urat darah jantung, perdarahan.

Respiratory / Pernafasan Hypopnea, dyspenia, megap-megap, apnea.

Ocular / Mata Midriasis, misis, lakrimasi,, ptosis, nistagmus, siklopedia,

pulpillary light refleks.

Gastrointestinal /

Gastrourinary

Air liur keluar terus, mencret, kotoran dan air seni berdarah,

sembelit, rhinorrhea, kencing dan buang air besar tidak

terkontrol.

Cutaneous (kulit) Alopesia, piloereksi, gemetar seperti anjing badannya basah,

eritema, edema, nekrosis, (bercak-bercak), bengkak.

Data kuantitatif yang diperoleh dari uji ketoksikan akut adalah LD50.LD50

berguna untuk mengevaluasi dampak keracunan yang tidak disengaja, sebagai

perencanaan penelitian selanjutnya seperti pengujian toksisitas kronik, dan

toksisitas sub kronik, serta memberikan informasi tentang mekanisme toksisitas

Page 39: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

22

22

(Lu 1995). Serta untuk menetapkan dosis yang akan membunuh 50% binatang dan

menentukan “slope” (kemiringan) dari kurva dosis vs respon (Harmita & Radji

2004). Berikut klasifikasi zat kimia berdasarkan toksisitas relatif (Lu 1995).

Tabel 2.Klasifikasi zat kimia berdasarkan toksisitas relatif (Lu 1995).

Kategori LD50

Super toksik 5 mg/kg atau kurang

Sangat toksik 5-50 mg/kg

Toksik 50-500 mg/kg

Cukup toksik 0,5-5 g/kg

Sedikit toksik 5-15 g/kg

Praktis tidak toksik >15 g/kg

Besaran LD50 dapat ditentukan selama uji toksisitas berlangsung

tergantung dari lama pemberian senyawa uji kepada hewan uji, waktu pemberian

senyawa uji, serta frekuensi respon pada masing-masing hewan uji.Nilai dari

LD50dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa rumus, diantaranya sebagai

berikut:

Metode Weil, CS (Harmita & Radji 2004)

…………… (Persamaan 1)

Keterangan :

m : harga LD50

D : dosis terkecil yang digunakan

d : log r (kelipatan dosis)

f : faktor

Metode Farmakope III (Depkes 1979)

∑ ……………..……..(Persamaan 2)

Page 40: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

23

23

Keterangan :

m : log LD50

: logaritma dosis terendah yang dapat menyebabkan jumlah kematian

100% tiap kelompok

b : beda logaritma dosis yang berurutan

pi : jumlah hean yang mati menerima dosis, i dibagi dengan jumlah hewan

seluruhnya yang menerima dosis i.

Metode grafik probit (Harmita &Radji 2004)

………………………..(Persamaan 3)

Keterangan :

y : probit = 5 (50% kematian = LD50)

bx : log dosis

Menentukan dosis dalam uji toksisitas akut menurut BPOM (2014)

terdapat dua metode, yaitu metode konvensional, dan metode fixed dose. Metode

konvensional merupakan metode yang menggunakan minimal 3 dosis yang

berbeda.Dosis terendah adalah dosis yang tertinggi tidak menimbulkan kematian,

dan dosis tertinggi adalah dosis terendah yang dapat menimbulkan kematian

100%. Bila dosis telah mencapai 5000 mg/kgBB hewan uji(pada tikus) tidak

menimbulkan kematian, maka uji tidak perlu dilanjutkan dengan menggunkan

dosis bahan uji yang lebih tinggi. Sedangkan metode fixed dose adalah metode

yang menggunakan dosis bertingkat antara lain 5, 50, 300, 2000 mg/kgBB hewan

uji (dosis dapat ditambah hingga 5000 mg/kgBB hewan uji) (BPOM 2014).

Page 41: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

24

24

Penelitian ini dosis ditentukan menggunakan metode fixed dose.

Perhitungan dari metode ini berupa nilai perkiraan (cut off) karena tidak

memungkinkan perhitungan dari LD50yang tepat. Dalam penentuan LD50perlu

dipilih setidaknya dua kelompok dosis yang mampu menyebabkan kematian lebih

tinggi dari 0% dan lebih rendah dari 100%.Pada metode ini penggunaan jumlah

hewan uji dan dosis telah ditetapkan.Metode ini tidak hanya memperhatikan

jumlah kematian hewan uji tetapi juga memperhatikan gejala-gejala klinis

keracunan yang terjadi pada hewan uji.

E. Organ Sasaran

Pada pemeriksaan pascamati, dilakukan pada semua hewan yang mati, dan

beberapa hewan yang hidup, terutama hewan yang tampak sakit pada akhir

percobaan, hal ini dilihat secara makroskopis dengan menimbang berat

organ.Penimbangan berat organ dilakukan untuk mengetahui bila kematian tidak

segera terjadi setelah pemberian zat kimia, serta berat organ juga merupakan salah

satu indikator yang berguna untuk toksisitas.Organ yang biasa ditimbang adalah

hati, ginjal, jantung, lambung, usus (Lu 1995).

1. Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, yang memiliki berat rata-

rata sekitar 1500 gram atau 2,5 % berat badan pada orang dewasa normal. Secara

anatomi, hati terletak di tulang rusuk ke tiga anterior di dalam rongga

abdominal.Bagian anterior pada permukaan hati dibatasi oleh lengkungan

diafragma, sedangkan posteriornya dibatasi oleh perut dan duodenum (Green

1996).

Page 42: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

25

25

Hati berfungsi penting untuk mmpertahankan hidup dan berperan hampir

di setiap fungsi metabolik tubuh.Fungsi utama hati adalah pembentukan dan

ekskresi empedu yang meliputi metabolism garam empedu, dan metabolisme

pigmen empedu.Selain itu hatu juga berperan penting dalam metabolisme

karbohidrat, protein, lemak, penyimpanan vitamin dan mineral, metabolisme

steroid, dan detoksifikasi (Price & Wilson 2006).Pemeriksaan hati dapat

dilakukan secara makroskopik, yaitu dengan melihat warna dan penampilan,

seperti perlemakan hati atau sirosis, dan berat organ merupakan salah satu kriteria

paling peka untuk toksisitas (Lu 1995).

2. Jantung

Jantung berfungsi sebagai pompa yang mengalirkan darah ke

jaringan.Jantung memiliki empat ruangan utama yaitu atrium kiri, dan atrium

kanan, serta ventrikel kiri, dan kanan.Atrium kanan berfungsi sebagai tempat

penyimpanan darah dan sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik

ke dalam ventrikel kanan, dan kemudian ke paru-paru.Atrium kiri berfungsi untuk

menerima darah yang mengandung oksigen dari paru-paru melalui ke empat vena

pulmonalis.Ventrikel kanan menghasilkan kontraksi bertekanan rendah yang

cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteria pulmonalis.Ventrikel kiri

menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi

sistemik, dan mempertahankan aliran darah ke jaringan-jaringan perifer (Price &

Wilson 2006).

3. Ginjal

Page 43: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

26

26

Ginjal merupakan organ vital yang berperan penting dalam

mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur

keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam basa dengan cara filtrasi darah,

reabsorpsi selektif air, elektrolit, dan non elektrolit, serta mengekskresi kelebihan

sebagai urin. Ginjal juga mengeluarkan sampah metabolisme (seperti urea,

kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia asing, mengskresi renin (untuk mengatur

tekanan darah), mengsekresi bentuk aktif vitamin D (untuk mengatur kalsium),

serta mengsekresi eritroprotein (untuk sintesis eritrosit) (Price & Wilson 2006).

Pemeriksaan ginjal dapat dilakukan secara makroskopik dapat dilakukan dengan

cara menimbang berat ginjal dan ditentukan pada akhir penelitian toksisitas akut

dan subkronis. Peebedaan berat ginjal hewan uji dengan berat ginjal hewan

pembanding akan menunjukkan lesi ginjal (Lu 1995).

4. Lambung

Secara anatomis lambung terletak pada oblik kiri ke kanan menyilang di

abdomen atas tepat di bawah diafragma.Lambung terbagi atas fundus, korpus, dan

antrum pilorikum atau pilorus.Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu tunika

serosa atau lapisan luar, muskularis, submukosa, mukosa (Price & Wilson 2006).

Tunika serosa atau lapisan luar merupakan bagian peritoneum viseralis.Dua

lapisan peritoneum viseralis menyatu pada kurvatura minorlambung dan

duodenum dan terus memanjang ke hati membentuk omentum minus (Price &

Wilson 2006).

Muskularis yang tersusun dari tiga lapis yaitu lapisan longitudinal di bagian

luar, lapisan sirkulasi di bagian tengah, dan lapisan oblik di bagian di bagian

Page 44: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

27

27

dalam. Berbagai macam kombinasi susunan serabut otot akan berkontraksi untuk

memcah makanan menjadi partikel-partikel yang kecil, mengaduk, dan

mencampur makanan dengan cairan lambung, kemudian mendoring kea rah

duodenum (Price & Wilson 2006).

Submukosa tersusun atas jaringan areolar longgar yang menghubungkan

lapisan mukosa dan lapisan muskularis.Jaringan ini memungkinkan mukosa

bergerak dengan gerakan peristaltic.Mukosa merupakan bagian dalam lambung

yang tersusun dari lipatan-lipatan longitudinal yang disebut rugae, sehingga

memungkinkan terjadi distensi lambung saat diisi makanan (Price & Wilson

2006)

5. Usus

Usus halus merupakan suatu tabung yang kompleks, berlipat-lipat, dan

membentang dari piloris hingga katup ileosekal.Usus halus dibagi menjadi

duodenum, jejunum, dan ileum.Panjang duodenum sekitar 25 cm mulai dari

pilorus sampai jejunum.Pemisahan duodenum dengan jejunum ditandai dengan

adanya ligamentum yang berperan sebagai ligamentum suspensorium

(penggantung).Jejunum terletak di regio midabdominalis sinistra, sedangkan

ileum terletak di region abdominalis dekstra sebelah bawah (Price & Wilson

2006).

Dinding usus halus terdiri dari 4 lapisan dasar.Peritoneum mempunyai

lapisan viseral, parietal, dan ruang yang terletak diantara lapisan-lapisan tersebut

yang dinamakan sebagai rongga peritoneum.Mesentrium merupakan bagian yang

menyongkong pembuluh darah dam limfe untuk menyuplai ke usus. Omentum

Page 45: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

28

28

majus merupakan lapisan ganda peritoneum yang menggantung dari kurvatura

major lambung dan berjalan turun di depan visera abdomen. Omentum minus

merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dari kurvatura minor lambung dan

bagian atas duodenum menuju hati membentuk ligamentum suspensorium

hepatogastrika dan ligamentum hepatoduodenale.Omentum biasanya mengandung

banyak lemak dan kelenjar limfe yang membantu melindungi rongga peritoneum

terhadap infeksi (Price & Wilson 2006).

F. Hewan uji

1. Mencit

Mencit (Mus musculus L.) termasuk mamalia pengerat (rodensia) yang

cepat berkembangbiak, mudah dipelahara dalam jumlah banyak, variasi

genetiknya cukup besar, serta sifat anataomi dan fisiologinya terkarateristik

dengan baik.Mencit memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh kecil, berwarna putih,

memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari (Akbar 2010).

2. Sistematika Hewan Uji

Sistematika mencit (Mus musculus L.) menurut Akbar (2010) adalah

sebagai berikut:

Phylum : Chordota

Sub phylum : Vertebrata

Class : Mammalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Page 46: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

29

29

Genus : Mus

Species : Mus musculus

3. Karateristik hewan uji

Hewan uji yang biasa digunakan dalam penelitian adalah tikus dan

mencit.Karena kedua hewan tersebut mudah didapat, ukurannya yang kecil,

harganya murah, mudah ditangani, dan data toksikologinya relatif banyak (Lu

1995). Prinsip dari hewan uji yang akan digunakan adalah harus dipertimbangkan

sensitivitas, cara metabolisme sediaan uji yang serupa dengan manusia. Berikut

adalah kriteria hewan uji yang digunakan dalam uji toksisitas menurut BPOM

2014 :

Tabel 3. Kriteria hewan uji (BPOM 2014)

No Jenis hewan Bobot minimal Rentang umur

1 Mencit 20 g 6-8 minggu

2 Tikus 120 g 6-8 minggu

3 Marmut 250 g 4-5 minggu

4 Kelinci 1800 g 8-9 bulan

Pada penelitian ini hewan uji yang digunakan adalah mencit betina karena

sedikit lebih sensitif dibandingkan mencit betina.Sehingga sangat cocok untuk

menggunakan mencit betina dalam uji toksisitas, tetapi apabila bahan uji (menurut

literatur) secara toksikologi menunjukkan bahwa mencit jantan lebih sensitif,

maka jenis kelamin jantan digunakan untuk uji (BPOM 2014).

4. Kondisi ruang dan pemeliharaan hewan uji

Page 47: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

30

30

Ruangan yang digunakan sebaiknya memiliki suhu sekitar 22°C, dengan

kelembapan relatif 30-70%, penerangan 12 jam terang 12 jam gelap, ruangan

harus bersih, untuk mencit memiliki luas kandang 77,4 cm², tinggi 12,7 cm²

(BPOM 2014).

5. Cara dan lama pemberian zat uji

Secara umum pemberian obat pada hewan uji dapat digunakan jalur oral

karena jalur ini merupakan jalur yang sering dipakai manusia dalam

mengkonsumsi obat. Selain itu pemberian senyawa melalui oral secara cepat akan

diabsorbsi dari saluran cerna dan akan didistribusikan keseluruh organ dalam

tubuh sehingga apabila senyawa uji diberikan secara berulang-ulang maka pada

organ tertentu akan mengakibatkan toksik (Loomis1978). Dalam pemberian

peroral pada hewan uji diberikan dengan menggunakan sonde (Harmita & Radji

2004).

6. Mengorbankan hewan uji

Pembunuhan dilakukan sedemikian rupa sehingga hewan mengalami

seminimal mungkin.Dapat dilakukan dengan pemberian anestesi dengan dosis

berlebih.Secara intravena untuk mencit, marmot, dan tikus dengan menggunakan

klorofrom, CO2, N2, dan inhalasi.Dapat juga secara fisik atau disembelih (Lu

1995).

G. Landasan Teori

Tanaman rimpang temu putih dapat dimanfaatkan sebagai salah satu

tanaman obat tradisional, yang mengandung senyawa minyak atsiri, flavonoid,

Page 48: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

31

31

saponin.Kandungan kimia yang terdapat dalam rimpang dan daun temu putih

mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol (Depkes 1993).Flavonoid

bertindak sebagai penampung radikal hidroksi dan superoksida serta melindungi

membran lipid terhadap reaksi yang merusak (Robinson 1995).Saponin adalah

senyawa aktif permukaan yang kuat dan dapat menimbulkan busa jika dikocok

dalam air, sehingga pada konsentrasi yang rendah saponin dapat menyebabkan

hemolisis sel darah merah dan sangat beracun untuk ikan (Robibson

1995).Minyak atsiri memiliki bau yang khas yang berbeda-beda dari setiap

tanaman.Minyak atsiri mudah menguap dalam suhu kamar, tidak stabil terhadap

pengaruh lingkungan baik pengaruh udara maupun sinar matahari (Gunawan&

Mulyani 2004).

Berdasarkan penelitian Rita dkk (2012) isolasi ekstrak etanolik temu putih

menggunakan metode GC-MS didapatkan 8 komponen senyawa utama yaitu asam

benzoat, tetradekana, heksadekana, 3-metilheptadekana, oktadekana, 2-

metileikosan, normal-dokosan, dan heneikosan. Dalam minyak atsiri terdiri dari

19 senyawa dengan 8 senyawa mayor antara lain kamfen (4,77%), beta pinen

(4,16%), 1,3,3-trimetil sineol (7,27%), kamfor (8,27%), 1-etenil-1-metil-2,4 bis

(1-metiletenil) sikloheksana (4,35%), kurkuzen (7,72%), germakron (21,85%),

dan velleral (24,29%) (Rita dkk 2011).

Paramapojn&Gritsanapan (2009) mengidentitikasi senyawa ekstrak temu

putih menggunakan metode HPLC, dan menunjukkan terdapat senyawa

kurkumin, demethoxycurcumin, bisdemethoxycurcumin, akan tetapi pada metode

TLC dan HPLC menunjukkan bahwa komponen utama pada temu putih adalah

Page 49: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

32

32

demethoxycurcumin, dan komponen utama kedua adalah kurkumin. Akar, dan

rimpang pada temu putih mengandung senyawa terpenoid aktif, yaitu

sesquiterpenes curcumenol, dan dihydrocurdione yang dianalisis menggunakan

metode TLC dan HRCG. Diantara senyawa tersebut curcumenol memiliki

konsentrasi nilai hambat 64%, sedangkan dihydrocurdione memiliki konsentrasi

hambat 46% hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa tersebut mampu bertindak

sebagai analgesik (Pamplona dkk 2006).

Menurut Alexander dkk (2001) pengaruh ekstrak rimpang temu putih

terhadap kadar asam urat pada kelinci dapat menghasilkan dosis 0,9-3,6 g/1,5

kgBB untuk menurunkan kadar asam urat yang sangat nyata dibandingkan dengan

kontrol negatif, dan dengan dosis 3,6 g/1,5 kgBB memiliki efek yang jauh lebih

besar daripada kontrol positif. Sedangkan pada penelitian Aditianingrum (2015)

uji toksisitas ekstrak etanol rimpang temu putih terhadap larva udang dan embrio

ikan zebra dapat menghasilkan dosis 588.29 ppm, dan 215.21 ppm membuktikan

terjadinya toksisitas baik dengan metode BSLT maupun dengan metode ZFET.

Penelitian lain menunjukkan bahwa kurkumin merupakan bahan aktif

dalam rimpang temu putih yang bersifat sitotoksik terhadap sel kanker, dan pada

ekstrak etanol temu putih dapat menghambat pertumbuhan tumor paru pada

mencit (Murwanti dkk 2004), dan juga mampu menghabat sel kanker ovarium

manusia (Syu dkk 1998). Menurut Huang dkk (1995) temu putih dapat

menghambat pembentukan sel tumor (berefek sitostatis pada sel kanker), akan

tetapi dari penelitian ini dapat diketahui pula bahwa ekstrak metanol temu putih

Page 50: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

33

33

mempunyai efek sitotastik pada sel-sel normal yang aktif mengadakan proliferasi

yang dalam penelitian ini adalah spermatogenik testis.

Metode yang digunakan untuk ekstraksi pada rimpang temu putih adalah

maserasi menggunakan pelarut etanol 70%.Etanol 70% berfungsi sebagai pelarut

yang digunakan untuk melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida,

kurkumin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar, dan klorofil (Depkes 1986).

Keterpaparan toksikan merupakan suatu efek yang tidak diinginkan yang

menyebabkan informasi tentang mekanisme biologi dan dalam kondisi zat kimia

tersebut berbahaya (Loomis 1978).Uji toksisitas akut merupakan derajat efek

toksik suatu senyawa yang terjadi dalam waktu singkat (7-14 hari) setelah

pemberian dalam dosis tunggal.Salah satu tujuan dari uji toksisitas akut yaitu

untuk memperoleh nilai LD50 (LD50 merupakan besar dosis yang dapat

menyebabkan kematian (letal dose) pada 50% hewan uji.LD50merupakan dosis

tunggal suatu zat yang secara statistik diharapkan akan membunuh 50% hewan

uji. Kegunaan nilai LD50salah satunya adalah dapat mengklasifikasikan zat kimia

yang sesuai dengan toksisitas relatifnya. Berdasarkan klasifikasinya suatu zat

dikatakan praktis tidak toksik apabila memiliki nilai LD50>15 g/kgBB, dan zat

dikatakan super toksik apabila nilai LD505 mg/kgBB hewan uji atau kurang. Nilai

dari LD50dapat dihitung dengan metode Thompson & Weil, Litchfield &

Wilcoxon, Miller & Trainer, regresi linier/probit atau dengan menggunakan

metode statistik lainnya (BPOM 2014).

Penentuan dosis toksik menurut BPOM (2014) terdapat dua metode, yaitu

metode konvensional, dan metode fixed dose. Metode konvensional merupakan

Page 51: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

34

34

metode yang menggunakan minimal tiga dosis berbeda. Dosis terendah adalah

dosis tertinggi yang sama sekali tidak menimbulkan kematian, sedangkan dosis

tertinggi adalah dosis terendah yang mampu menimbulkan kematian 100%, serta

batas uji dosis yang digunakan adalah 5000 mg/kgBB hewan uji. Metode fixed

dose merupakan metode yang menggunakan dosis bertingkat, antara lain : 5, 50,

300, 2000 mg/kgBB hewan uji (dosis dapat ditambah hingga 5000 mg/kgBB

hewan uji).

Tujuan dari uji toksisitas akut adalah untuk mengetahui besaran nilai LD50,

dapat mengetahui organ sasaran yang mungkin dirusak dan melihat efek toksik

secara spesifik, serta dapat memberikan petunjuk tentang dosis yang sebaiknya

digunakan dalam pengujian yang lebih lama (Harmita& Radji 2004).

H. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disusun suatu hipotesis dalam

penelitian ini, yaitu pertama, pemberian ekstrak etanolik temu putih dengan dosis

lebih dari 5000 mg/kgBB hewan ujimenunjukkan efek toksik terhadap mencit

putih betina.

Kedua, nilai LD50 dari ekstrak etanolik temu putih lebih dari 5000

mg/kgBB hewan ujitermasuk dalam klasifikasi cukup toksik.

Ketiga, ekstrak etanolik rimpang temu putih berpengaruh terhadap berat

badan dan indeks organ pada mencit putih betina.

Page 52: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua objek yang menjadi sasaran penelitian.Populasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang temu putih yang diperoleh

dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu, Jawa Tengah.

Sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang dilakukan dalam

melakukan penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rimpang temu putih yang diambil secara acak, dipilih yang bersih, dan segar

diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu, Jawa Tengah pada bulan Januari 2016.

B. Variabel Penelitian

1. Identifikasi variabel utama

Variabel utama dalam penelitian ini adalah ekstrak etanolik dari rimpang

temu putih dalam berbagai variasi dosis.Variabel utama kedua dalam penelitian

ini adalah besaran kisaran dosis lethal tengah (LD50), dan gejala toksik pada

mencit.Variabel ketiga dalam penelitian ini adalah hewan uji dan kondisi

percobaan.

Page 53: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

36

36

2. Klasifikasi variabel utama

Variabel utama dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai variabel yaitu

variabel bebas, variabel tergantung, dan variabel terkendali.Variabel bebas dalam

adalah variabel yang sengaja direncanakan untuk diteliti pengaruhnya terhadap

variabel tergantung.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak etanolik

rimpang temu putih yang diberikan pada mencit dalam berbagai variasi dosis

toksik.

Variabel tergantung adalah variabel akibat dari variabel utama.Variabel

tergantung dalam penelitian ini adalah efek toksisitas akut ekstrak etanolik

rimpang temu putih terhadap mencit dengan melihat gejala atau efek toksik, serta

nilai LD50.

Variabel terkendali adalah variabel yang mempengaruhi variabel

tergantung, agar hasil yang didapat tidak tersebar dan dapat diulang dalam

penelitian lain secara tepat. Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah berat

badan, usia, lingkungan tempat hidup, dan perlakuan oleh peneliti.

3. Definisi operasional variabel utama

Pertama, rimpang temu putihmerupakan tanaman segar yang diperoleh

dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

tradisional(B2P2TOOT) Tawangmangu, Jawa Tengah.

Kedua, serbuk rimpang temu putih merupakan rimpang temu putih yang

diambil, dan dicuci dengan air mengalir dilanjutkan pengeringan dengan cara

dioven pada suhu 40-50°C setelah kering dibuat serbuk dengan cara diblender

kemudian diayak menggunakan ayakan no. 40.

Page 54: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

37

37

Ketiga, ekstrak etanolik rimpang temu putih merupakan hasil maserasi

ekstrak etanolik rimpang temu putih menggunakan pelarut etanol 70%, dan

diuapkan hingga didapat ekstrak kental.

Keempat, dosis ekstrak etanolik rimpang temu putih di dapat dari metode

fixed dose , yaitu 5, 50, 300, 2000, 5000 mg/kgBB hewan ujiyang diberikan pada

hewan uji

Kelima, hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah mencit putih

betina yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Universitas Setia Budi

Surakarta.

Keenam, efek toksik yang diamati pada mencitputih betina yaitu gejala

toksik meliputi tremor, kejang, grooming, dll, yaitu pada 30 menit setelah

pemberian ekstrak etanolik rimpang temu putih, dan dilanjutkan pengamatan

selama 24 jam.

Ketujuh, pengamatan terhadap hewan uji dilanjutkan sampai 14 hari untuk

menentukan nilai LD50. LD50ditentukan dengan cara menghitung jumlah hewan

uji yang mengalami kematian, apabila hewan uji selama 14 hari tidak mengalami

kematian, maka hewan uji dikorbankan dengan cara dibedah, kemudian ditimbang

organ hati, usus, jantung, ginjal, lambung, limfa, dan paru-paru.

C. Bahan dan Alat

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat yang digunakan

untuk membuat simplisia yaitu oven, blender, dan ayakan no. 40.Alat yang

Page 55: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

38

38

digunakan untuk membuat ekstraksi maserasi yaitu gelas piala, batang pengaduk,

penangas air, kain flannel, kertas saring, corong gelas, beaker glass, corong

Buncher, vakum rotary evaporator.

Alat yang digunakan untuk pelakuan pada hewan uji antara lain adalah

kandang mencit, neraca elektrik digunakan untuk perlakuan pada hewan uji, spuit

injeksi 1,0 ml, jarum oral (kanul), dan seperangkat alat bedah (scalpel, pinset,

gunting, jarum, dan meja lilin).

2. Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang temu

putih yang diambil di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat

dan Obat tradisional(B2P2TOOT) Tawangmangu, Jawa Tengah yang masih segar.

Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih betina umur 6-8 minggu.Pelarut

yang digunakan untuk maserasi adalah etanol 70%. Kontrol negatif yang

digunakan adalah Na CMC 0,5%.

D. Jalannya Penelitian

1. Determinasi tanaman

Tahap pertama dalam penelitian adalah menetapkan kebenaran rimpang

temu putihyang berkaitan dengan ciri-ciri makroskopis dan mikroskopis yang

dilakukan determinasi di Universitas Setia Budi Surakarta, Jawa Tengah.

2. Pengambilan bahan

Rimpang temu putih diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Obat dan Obat tradisional(B2P2TOOT) Tawangmangu,

Jawa Tengah dalam keadaan segar. Pengambilan rimpang temu putih

Page 56: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

39

39

dilakukansaat rimpang masih segar. Rimpang yang telah dipanen kemudian

dilakukan pencucian menggunakan air bersih dan ditiriskan.Rimpang dirajang

halus, dikeringkan dengan oven pada suhu 40-50°C.Pembuatan serbuk

menggunakan ayakan no 40.Hasil penyerbukan yang berupa serbuk kering

disimpan dalam wadah kering dan tertutup rapat yang selanjutnya digunakan

untuk penelitian.

3. Penetapan kadar air serbuk

Penetapan kadar air pada serbuk menggunakan alat Steriling-Bidwell.

Caa kerja dari alat tersebut adalah serbuk ditimbang sebanyak 20 gram kemudian

dimasukkan kedalam labu alas bulat pada alat Sterling-Bidwell, kemudian

ditambahkan xylen sebanyak 100 ml dan dipanaskan sampai tidak ada tetesan air

lagi. Selanjutnya dilihat volume tetesan dan dihitung kadarnya dalam satuan

persen (Sudarmadji et al. 2003). Penetapan kadar air digunakan untuk menjaga

mutu dan khasiat serbuk tetap terjaga, serta untuk mengetahui kelayakan sampel

dalam pengujian. Kadar air yang ditentukan kurang dari 10%.

4. Pembuatan ekstrak etanolik rimpang temu putih

Ekstraksi pada penelitian ini adalah menggunakan metode maserasi, yaitu

dengan cara serbuk rimpang temu putih sebanyak 500 gram dimasukkan ke dalam

bejana kemudian ditambahkan pelarut etanol 70% sebanyak 3750 ml. Maserasi

dilakukan selama ± 5 hari dengan penggojokkan 3-5 kali sehari. Campuran

tersebut lalu disaring dengan menggunakan kain flanel sehingga didapatkan

filtrat.Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator

sehingga diperoleh ekstrak kental.

Page 57: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

40

40

Gambar 1.Skema pembuatan ekstrak etanol temu putih.

5. Uji bebas etanol

Ekstrak yang telah pekat diuji sudah bebas etanol atau belum dengan cara

uji esterifikasi yaitu ekstrak ditambah asam asetat dan asam sulfat pekat kemudian

dipanaskan, uji positif bebas etanol jika tidak terbentuk bau ester yang khas dari

etanol (Praeparandi 1978).

6. Identifikasi senyawa ekstrak etanolik rimpang temu putih

Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan dalam ekstrak

rimpang temu putih.Identifikasi kandungan senyawa kimia bertujuan untuk

menetapkan keberadaan senyawa kimiadalam ekstrak rimpang temu

Dicuci dan dikeringkan di bawah sinar matahari

Diblender dan diayak dengan ayakan no.40

Maserasi dengan pelarut etanol 70%, selama 5-7

hari.

Ampas

Dipekatkan dengan oven pada suhu 40°C

Ekstrak kental

Simplisia Rimpang temu putih

Ekstrak cair

Serbuk

Dipekatkan dengan oven pada suhu 40°C

Page 58: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

41

41

putih.Identifikasi kandungan senyawa kimia dalam ekstrak etanolik meliputi

senyawa flavonoid, saponin, dan tanin.

6.1. Identifikasi flavonoid. Serbuk dan ekstrak rimpang temu putih

ditambah serbuk Mg dan ditambahkan 2 ml larutan etanol. Dicampur dan dikocok

kuat-kuat kemudian dibiarkan memisah. Reaksi positif ditandai adanya warna

merah atau jingga pada lapisan amil alkohol (Robinson 1995).

6.2. Identifikasi tanin. Serbuk dan ekstrak rimpang temu putih

ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 1%. Reaksi positif akan terbentuk warna hijau

violet (Depkes 1995).

6.3. Identifikasi saponin. Masukkan serbuk dan ekstrak rimpang temu

putih dalam tabung reaksi, tambahkan air panas, dinginkan dan kemudian kocok

kuat-kuat selama 10 detik terbentuk buih yang mantab selama tidak kurang dari

10 detik, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Buih yang timbul tidak akan hilang jika

ditambah asam klorida (Depkes 1978).

6.4. Identifikasi alkaloid.Dua ml serbuk dan ekstrak rimpang temu putih

masing-masing ditambahkan dengan 1ml HCl 2%, kemudian larutan dibagi tiga

sama banyak dalam tabung reaksi lain. Tabung reaksi I sebagai pembanding,

tabung reaksi II ditambah 2 tetes reagen dragendroff, hasil positif ditunjukkan

dengan adanya kekeruhan atau endapan coklat. Tabung reaksi III adalah serbuk

dan ekstrak masing-masing ditambahkan 1 ml HCl 2% dan reagen mayer, hasil

positif ditunjukkan dengan adanya endapan putih kekuningan (Robinson 1995).

Page 59: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

42

42

6.5. Identifikasi minyak atsiri. Larutan ekstrak ± 2 ml dimasukkan ke

dalam tabung reaksi, ditambahkan dua tetes asam sulfat pekat. Positif jika

menunjukkan warna ungu (Gunawan & Mulyani 2004).

7. Prosedur kerja

7.1. Persiapan hewan uji. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian

ini adalah mencit putih betina dengan berat badan ± 20 gram, berumur 6-8 minggu

sebanyak 30 ekor. Masing-masing mencit ditimbang dan diberi tanda pengenal,

kemudian dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari

5 ekor mencit. Hewan uji mencit didapat dari Laboratorium Farmakologi

Universitas Setia Budi. Hewan yang diperoleh dalam keadaan sehat dan sudah

diadaptasikan dalam lingkungan Universitas Setia Budi selama ± 1 minggu.

Sebelum diberi perlakuan hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 14-18 jam

dan hanya diberikan minum. Setelah semua dipersiapkan, mencit dapat segera

dilakukan penelitian dengan pemberian sediaan zat uji.

7.2. Penetapan dosis. Penetapan dosis dalam penelitian ini , mengacu

pada metode fixed dose dengan menggunakan dosis bertingkat, yaitu :5, 50, 300,

2000, dan 5000 mg/kgBBhewan uji, dan kelompok kontrol negatif diberikan Na

CMC 0,5%.(BPOM 2014).

7.3. Perlakuan hewan uji. Mencit putih betina yang telah dipuasakan,

dikelompokkan secara acak menjadi 6 kelompok. Masing-masing kelompok

terdapat 5 ekor hewan uji pembagian sebagai berikut :

Kontrol negatif : diberi Na CMC 0,5%

Page 60: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

43

43

Kelompok I : diberi dosis tunggal ekstrak etanol rimpang temu

putih sebanyak 5 mg/kgBB hewan uji.

Kelompok II : diberi dosis tunggal ekstrak etanol rimpang temu

putih sebanyak 50 mg/kgBB hewan uji.

Kelompok III : diberi dosis tunggal ekstrak etanol rimpang temu

putih sebanyak 300 mg/kgBB hewan uji.

Kelompok IV : diberi dosis tunggal ekstrak etanol rimpang temu

putihsebanyak 2000 mg/kgBB hewan uji.

Kelompok V : diberi dosis tunggal ekstrak etanol rimpang temu

putihsebanyak 5000 mg/kgBB hewan uji.

Hewan uji yang telah ditimbang dan dikelompokkan kemudian diberikan

sediaan uji sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, diamati selama 24 jam

gejala klinis yang timbul jika tidak ada kematian dilanjutkan sampai 7-14 hari

untuk memperoleh data berat badan mencit.

Penentuan nilai LD50:

Nilai LD50 dihitung menggunakan rumus Probit, yaitu :

Y= a+ b.x ………………. (Persamaan 4)

Dimana : y = probit = 5 (50% kematian = LD50)

bx = log dosis

8. Pengamatan dan pemeriksaan

Pengamatan hewan uji dilakukan pada 30 menit pertama setelah

pemberian sediaan uji, dan dilanjutkan selama 24 jam pertama, apabila hewan uji

tidak ada yang mati pengamatan dilanjutkan sehari sekali setelah itu selama 14

Page 61: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

44

44

hari. Hal-hal yang perlu diamati adalah gejala klinis diamati dari perilaku hewan

uji yang abnormal dari biasanya, seperti:

8.1. Perubahan perilaku (behavioral profile). Uji grooming yaitu melihat

kebiasaan mencit menjilat tubuhnya bila frekuensi meningkat menunjukkan

adanya stimulasi SSP atau saraf simpatik dan bila terjadi penurunan adanya

depresi, gerakan spontan terjadi bila mencit bergerak dengan cepat dan berlari

adanya stimulasi SSP, dan bila mencit sampai tertidur , reaksi sentuh apabila

mencit disentuh dengan pensil bila mencit tidak merespon menunjukkan adanya

anastesi, serta reaksi sakit yaitu saat ekor mencit dijepit sampai mencicit bila tidak

ada respon maka menunjukkan adanya analgesik sedasi.

8.2 Perubahan pada neurological profile. Perubahan central excitasi

terdiri dari penilaian respon ketegangan terlihat pada ekor yang tegang terlihat

kaku, dan tegak lurus dengan lantai karena stimulasi SSP khususnya gemetar

(tremor), kejang (convulsion). Perubahan pada motor incoordinator yang dapat

terlihat dari kaki hewan uji yang terbuka menunjukkan adanya depresi SSP atau

fungsi neuromuscular, sempoyongan (ataksia) yang terlihat dari cara berjalan

mencit, dan reaksi refleks yaitu kemampuan mencit untuk membalikkan diri

apabila mencit diletakkan terletang dilantai. Perubaha refleks hewan uji dapat

berupa pina refleks yaitu gerakan menghindari rangsangan pada telinga, refleks

kornea yaitu gerakan menghindari rangsangan mekanis pada kornea mata, dan

refleks epsilateral jika bantalan jari kaki yang dipijat dengan pinset maka terlihat

usaha melipat jari kaki.

Page 62: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

45

45

8.3 Perubahan pada autonomic. Perubahan gejala umum seperti,

menggeliat tanda bahwa terjadinya iritasi peritoneal dimana mencit akan

merapatkan perutnya pada lantai, piroleksi dengan tanda berdirinya bulu mencit,

perubahan warna kulit menjadi pucat.

Gambar 2.Skema pengujian ekstrak etanol rimpang temu putih.

Hewan uji mencit putih betina

Penimbangan hewan uji

Aklimatisasi

Pemberian bahan uji (oral)

Kontrol

negatif

Kelompok

I

Kelompo

k II

Kelompok

III

Kelompok

IV

Na

CMC

0,5%

Dosis I

5

mg/kgBB

Dosis II

50

mg/kgBB

Dosis III

300

mg/kgBB

Dosis IV

2000

mg/kgBB

Pengamatan gejala toksik dan jumlah hewan mati selama 14 hari

Mencit mati Perhitungan nilai

LD50

Bedah

Timbang berat organ mencit putih

betina

Analisis data dengan ANOVA

Organ di

rendam dengan

formalin 10%

Kelompok

V

Dosis V

5000

mg/kgBB

Page 63: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

46

46

E. Analisis Data

Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan

SPSS.Analisis pertama dilakukan dengan uji distribusi normal (Uji Shapirro-

Wilk), kemudian diuji homogenitasnya dengan uji Levene, jika data terdistribusi

normal makadilanjutkan dengan analisa varian satu arah ANOVA untuk melihat

hubungan antara kelompok perlakuan, dan apabila ditemukan perbedaan yang

bermakna maka dilanjutkan dengan uji Post-hoc.Jika data tidak terdistribusi

normal maka dilanjutkan uji Kruskal-Wallis untuk melihat perbedaan antar

kelompok perlakuan, dan apabila tidak ditemukan perbedaan maka dilanjutkan

dengan uji Mann-Whitney.

Page 64: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rimpang Temu Putih

1. Hasil determinasitanamanrimpangtemuputih

Determinasi tanaman rimpang temu putih telah dilakukan di Laboratorium

Morfologi Sistematika Tumbuhan, Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi

Surakarta.Determinasi bertujuan untuk mencocokkan ciri morfologis dan

mengetahui kebenaran tumbuhan yang diteliti.Berdasarkan hasil determinasi,

dapat dipastikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tanaman rimpang temu putih.Hasil determinasi selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 1.

2. Pengambilan bahan dan pembuatan serbuk rimpang temu putih

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang temu putih

yang diambil dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan

Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu, Jawa Tengah pada bulan Februari

2016. Rimpang temu putih yang diambil dalam keadaan masih segar dengan

kondisi fisik baik seperti tidak terserang hama penyakit, dan jumlah bahan yang

diperoleh sebanyak 6500 gram rimpang temu putih segar.

Proses selanjutnya adalah rimpang temu putih dicuci dengan air bersih

yang mengalir hingga bersih dan terbebas dari kotoran, ditiriskan, dan ditimbang.

Rimpang bersih diiris tipis-tipis kemudian dikeringkan dalam oven suhu 40˚C

selama 7 hari hingga rimpang mudah dipatahkan dan didapatkan rimpang yang

Page 65: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

48

48

benar-benar kering dengan tujuan untuk mengurangi kadar air sehingga mencegah

terjadinya pembusukkan oleh jamur dan bakteri. Berat rimpang setelah

dikeringkan dalam oven adalah 1250 gram. Rimpang yang telah dikeringkan

kemudian dihitung bobot kering terhadap berat basah sehingga diperoleh

rendemen rimpang temu putih adalah 19,23%. Hasil Perhitungan rendemen dapat

dilihat pada lampiran 9.

Rimpang yang sudah kering kemudian dibuat serbuk dengan cara

dihaluskan dengan mesin penggiling kemudian diblender dan diayak

menggunakan ayakan no. 40. Pembuatan serbuk bertujuan untuk mendapatkan

luas permukaan partikel serbuk lebih besar yang kontak dengan pelarut sehingga

proses penyarian akan lebih efektif.

3. Hasil penetapan kadar air serbuk

Penetapan kadar air terhadap rimpang temu putih pada penelitian ini

menggunakan alat Sterling Bidwell dengan pelarut xylen. Xylen digunakan

sebagai pelarut karena memiliki titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak

bercampur dengan air sehingga memudahkan dalam penetapan kadar air.

Tabel 4. Hasil penetapan kadar air dalam serbuk rimpang temu putih

No. Berat awal (g) Volume akhir (ml) Kadar air (%)

1 20 1,9 9.5

2 20 1,6 8

3 20 1,4 7

Rata-rata 8,17 ± 1,25

Rata-rata penetapan kadar air dalam serbuk rimpang temu putih adalah

8,17%. Kadar air serbuk rimpang temu putih sudah memenuhi syarat kurang dari

10%. Kadar air simplisia disyaratkan kurang dari 10% untuk mencegah terjadinya

Page 66: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

49

49

pembusukkan oleh jamur, bakteri, bekerjanya enzim, dan terjadinya perubahan

kimia yang dapat menurunkan kualitas simplisia (Depkes 1985a). Perhitungan

kadar air dapat dilihat pada Lampiran 11.

4. Hasil pembuatan ekstrak etanolik rimpang temu putih

Metode penyarian dalam metode ini adalah dengan cara maserasi

menggunakan pelarut etanol 70%. Metode maserasi merupakan metode yang

paling sederhana. Maserasi merupakan proses pembuatan ekstraksi dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokkan atau pengadukkan pada

suhu ruang dengan cara merendam simplisia dalam pelarut selama ±5 hari.

Setelah 5 hari dilakukan penyaringan untuk mendapatkan filtratnya.

Pelarut yang digunakan pada proses maserasi ini adalah etanol 70%.

Etanol 70% bersifat lebih polar karena terdiri dari campuran etanol dan

air.Senyawa yang terkandung dalam simplisia dapat tertarik dalam etanol dan

dapat pula yang tertarik dalam air.Pelarut etanol dapat melarutkan alkaloid basa,

minyak menguap, glikosida saponin, glikosida flavonoid, kurkumin, mukarin,

antrakuinon, steroid, damar, dan klorofil, sedangkan lemak, saponin, dan tanin

hanya sedikit yang larut (Depkes 1986).

Setelah proses maserasi dilanjutkan proses pengentalan menggunakan

vakum rotary evaporator. Prinsip kerja alat ini adalah berdasarkan pada

penurunan tekanan sehingga pelarut dapat menguap pada suhu dibawah titik

didih.Tujuan dari alat tersebut adalah untuk menghilangkan pelarut yang terdapat

pada filtrat sehingga diperoleh ekstrak kental dari rimpang temu putih. Setelah

didapat ekstrak kental, maka dapat dihitung rendemennya cara perhitungan

Page 67: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

50

50

rendemen ekstrak dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil perhitungan dapat dilihat

pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil pembuatan ekstrak etanolik rimpang temu putih

Simplisia (g) Berat wadah

kosong (g)

Berat wadah +

ekstrak (g)

Ekstrak (g) Rendemen

(%)

500 184,8 228,1 43,3 8,66

Ekstrak rimpang temu putih yang diperoleh dari hasil ekstraksi dengan

pelarut 70% adalah 43,3 gram dan rendemen ekstrak yang didapat adalah 7,14%.

5. Hasil uji bebas etanol

Ekstrak rimpang temu putih dilakukan uji bebas etanol. Hasil uji bebas

etanol dalam ekstrak rimpang temu putih dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil uji bebas etanol ekstrak rimpang temu putih

Tes bebas alkohol Pustaka

(Praeparandi 1979)

hasil

Ekstrak + H2SO4conc+CH3COOH,

dipanaskan

tidak terbentuk bau

ester yang khas dari etanol

tidak adanya bau ester

yang khas

dari etanol

Hasil tes bebas etanol pada tabel 6 menunjukkan bahwa ekstrakrimpang

temu putih sudah terbebas dari pelarutnya yaitu etanol 70% yang ditunjukkan

dengan tidak adanya bau ester yang khas dari etanol. Uji bebas etanol ekstrak

rimpang temu putih bertujuan untuk membuktikan bahwa ekstrak yang diperoleh

tidak mengandung etanol, sehingga tidak mempengaruhi uji toksisitas pada hewan

uji

6. Hasil identifikasi kandungan kimia

Page 68: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

51

51

Hasil analisis kandungan senyawa kimia ekstrak etanolik rimpang temu

putih secara kualitatif dilakukan di Laboratorim Universitas Setia Budi.

Identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia pada serbuk, dan

ekstrak rimpang temu putih.Hasil uji identifikasi pada penelitian ini berdasarkan

pengamatan dan pustaka.

Tabel 7. Hasil idetifikasi kandungan senyawa kimia ekstrak etanolik rimpang temu putih

secara kualitatif.

Senyawa Hasil

Pustaka Pereaksi Serbuk Ekstrak Ket

Saponin 10 ml filtrat digojok kuat-

kuat selama 10 detik. + + +

Terbentuk buih yang

mantap setinggi 1-10 cm

di tambah HCl 2 N buih

tidak hilang (Depkes

1978)

Flavonoid

0,1 g Serbuk, 10 ml ekstrak

+ serbuk Mg + 2 ml larutan

etanol, digojok kuat-kuat

biarkan memisah

+ + +

Merah/kuning/jingga

pada lapisan amil

alkohol (Robison 1995)

Alkaloid

10 ml ekstrak, 0,1 g +

sedikit lar.HCl 2N, dibagi

menjadi 3,yaitu 1

digunakan sebagai

pembanding, 2 +

lar.gragendrof, kekeruhan

atau endapan coklat, 3 + 1

ml HCl + reagen mayer,

endapan putih

+ + +

Ditambah reagen

dragendrof terdapat

kekeruhan atau endapan

coklat (Robinson 1995)

Tanin

0,1 g serbuk, 10 ml ekstrak

+ 3 tetes FeCl 1%, warna

hijau violet

- - - Hijau violet/ biru tua

(Depkes 1995)

Minyak

atsiri

2 ml ekstrak, 0,1 g serbuk +

2 tetes asam sulfat pekat + + +

Warna ungu (Gunawan

& Mulyani 2004)

Page 69: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

52

52

Berdasarkan hasil identifikasi kualitatif kandungan kimia serbuk dan

ekstrak etanolik rimpang temu putih dapat dilihat bahwa flavonoid, saponin,

alkaloid, dan minyak atsiri dinyatakan positif karena dapat kesesuaian hasil

pengamatan dengan pustaka, sedangkan tanin dinyatakan negatif karena pada

hasil diperoleh tidak ada tanda yang menunjukkan adanya kandungan senyawa

tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanolik rimpang temu putih

mengandung flavonoid, saponin, alkaloid, dan minyak atsiri.

B. Hasil Uji Toksisitas Akut

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit betina

sebanyak 30 ekor, dengan berat badan ± 20 gram dengan usia 6-8 minggu.

Pemilihan jenis kelamin betina, karena memiliki tingkat sensitivitas yang lebih

baik dibandingkan dengan jenis kelamin jantan, sehingga jenis kelamin betina

lebih menguntungkan bila digunakan sebagai uji toksisitas (BPOM 2014).

Mencit yang digunakan diadaptasikan terlebih dahulu selama 7 hari

dengan tujuan agar mencit tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungan

sekitarnya. Mencit yang sudah diadaptasikan dibagi menjadi enam kelompok,

masing-masing kelompok terdiri dari lima ekor mencit. Sebelum diberi perlakuan

mencit ditimbang berat badan masing-masing hewan uji untuk menentukan

volume pemberian sedian uji menggunakan sonde, dan mencit dipuasakan terlebih

dahulu selama 14- 18 jam sehingga perut mencit dalam keadaan kosong dan tidak

mempengaruhi pada proses pengamatan.

Pengamatan intensif dilakukan selama 24 jam pada waktu ke 0, ½ , 1, 2, 6,

12, 24 jam untuk melihat gejala toksik yang terjadi. Gejala toksik yang umumnya

Page 70: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

53

53

terjadi yaitu tremor, grooming, aktivitas spontan, piroleksi, selain itu perubahan

berat badan, jumlah hewan uji yang mati pada masing-masing kelompok,

pengamatan organ, meliputi hati, paru-paru, limfa, jantung, usus, lambung, dan

ginjal secara makroskopis. Dalam penelitian ini semua hewan uji dalam waktu 24

jam tidak mengalami kematian, sehingga pengamatan dilanjutkan sampai 14 hari,

hal tersebut dilakukan untuk mengetahui adanya efek toksik yang tertunda pada

hewan uji.

1. Hasil uji efek toksisitas akut ekstrak rimpang temu putih

Pengamatan yang dilakuakan pada penelitian ini salah satunya adalah

perubahan perilaku pada mencit setelah pemberian ekstrak rimpang temu putih

sampai mengalami kematian. Pengamatan ini hanya dilakukan selama 24 jam.

Tabel 8. Gejala toksik yang teramati

Dosis Tanda ketoksikan

Kontrol negatif Mencit , dan 5 Grooming

Mencit 2,3, dan 4 Grooming, aktivitas spontan, dan tremor

Dosis I Mencit 1,3, dan 4

Setengah jam setelah pemberian sediaan uji

mencit mengalamigrooming

Mencit 2, dan 5 Grooming, aktivitas spontan

Dosis II

Mencit 1,2, dan 3 Tremor, piroleksi

Mencit 4 Grooming, aktivitas spontan, tremor, dan

piroleksi

Mencit 5 Grooming, aktivitas spontan, dan piroleksi

Dosis III

Mencit 1 Grooming, piroleksi

Mencit 2, dan 3 Grooming, tremor, piroleksi,

Mencit 4 Grooming, aktivitas spontan, piroleksi

Mencit 5 Grooming, aktivitas spontan, tremor,

piroleksi

Dosis IV Mencit 1,3, dan 4 Grooming, aktivitas spontan, tremor, piroleksi

Mencit 2, dan 5 Grooming, tremor, piroleksi

Dosis V Mencit 1,4, dan 5 Grooming, tremor, piroleksi

Page 71: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

54

54

Mencit 2, dan 3 Grooming, tremor, piroleksi

Bahan asing yang berasal dari luar tubuh khususnya zat kimia dapat

menimbulkan efek toksik ketika masuk kedalam tubuh. Mekanismenya melalui 2

cara, yaitu secara langsung (toksik intra sel), dan secara tidak langsung (toksik

ekstra sel). Toksik intra sel adalah toksisitas yang mulai dengan interaksi langsung

antara zat kimia atau metabolit dengan reseptornya melaui membran sel, DNA,

protein, dan energi. Toksisitas ekstra sel terjadi secara tidak langsung dengan

mempengaruhi lingkungan sel sasaran tetapi dapat berpengaruh pada sel sasaran

melalui sistem syaraf, dan sistem imun.

Berdasarkan hasil gejala toksik yang diperoleh pada tabel diatas, terlihat

adanya perubahan perilaku pada mencit. Gejala toksik yang timbul setelah

pemberian ekstrak rimpang temu putih, berhubungan dengan sistem saraf pusat.

Sistem saraf pusat mengalami depresi sehingga menimbulkan gerakan-gerakan

yang tidak terkontrol seperti tremor/ gemetaran, dan grooming.

Timbulnya gejala toksik pada mencit selain karena pengaruh tingginya

dosis, dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan disekitarnya. Faktor-

faktor tersebut dapat berupa makanan, minuman, kondisi kandang, faktor stres

mencit, serta faktor internal lain misalnya daya tahan dan kerentanan mencit.

2. Hasil perhitungan berat badan mencit putih betina

Selama pengamatan, hewan uji ditimbang setiap seminggu sekali untuk

mengetahui perubahan berat badan yang terjadi. Perubahan berat badan

merupakan salah satu kriteria pengamatan pada uji toksisitas akut untuk melihat

ada atau tidaknya pengaruh ekstrak terhadap berat badan hewan uji, selain itu

Page 72: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

55

55

penimbangan berat badan pada hari pertama bertujuan untuk menentukan volume

pemberian tiap hewan uji.

Berdasarkan hasil rata-rata berat badan menunjukkan bahwa berat badan

hewan uji di setiap minggunya mengalami kenaikan, hal ini berarti ekstrak temu

putih tidak mempengaruhi berat badan hewan uji, dan kenaikan berat badan pada

hewan uji, berarti ekstrak temu putih tidak memiliki efek toksisitas. Hasil

penimbangan dapat dilihat pada lampiran 13 menunjukkan bahwa pada data berat

badan mencit pada hari-1 tidak terdistribusi normal, sedangkan pada hari ke-7,

dan hari -14 data berat badan mencit terdistribusi normal. Data berat badan mencit

yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji One Way Anova yang

menunjukkan hasil pada hari ke-7 dan hari ke-14 tidak terdapat perbedaan

bermakna terhadap berat badan hewan uji disetiap kelompok. Data yang tidak

terdistribusi normal dilanjutkan uji Kruskal-Wallis, menujukkan bahwa pada hari

ke-1 memiliki nilai signifikasi >0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang

signifikan antar kelompok perlakuan. Hasil rata-rata berat badan pada tabel 8

menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini berarti ekstrak rimpang temu putih

tidak mempengaruhi berat badan mencit putih betina.

Tabel9. Hasil rata-rata berat badan dapat dilihat pada tabel berikut :

Kelompok

Rata-rata berat badan ± SD (n=5)

Hari-1 Hari-7 Hari-14

Kontrol negatif 24,074 ± 5,074 25,204 ± 4,331 25, 880 ± 3,860

Dosis I (5 mg/kgBB) 20,59 ± 0.443 22,93 ± 1,297 25,736 ± 1,798

Dosis II

(50mg/kgBB) 21,63 ± 1,699 22,358 ± 0,953 24,018 ± 2,419

Dosis III

(300mg/kgBB) 21,036 ± 0,537 22,66 ± 1,177 24,412 ± 1,53

Page 73: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

56

56

Dosis IV

(2000mg/kgBB) 21,744 ± 1,211 24,234 ± 1,372 26,802 ± 2,155

Dosis V

(5000mg/kgBB) 20,708 ± 1,040 20,76 ± 0,952 21,818 ± 1,845

3. Hasil perhitungan LD50

Berdasarkan hasil pengamatan jumlah hewan uji yang mati selama 14 hari

menunjukkan bahwa dengan pemberian sediaan uji tunggal secara peroral pada

mencit putih betina sampai dengan dosis maksimal yang dapat diberikan secara

teknis pada hewan uji yaitu 5000mg/kgBB hewan ujiternyata tidak menimbulkan

kematian pada hewan uji, sehingga ketoksikan akut pada sediaan uji ini tidak

dapat ditentukan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dikatakan

bahwa ekstrak rimpang temu putih memiliki nilai LD50 lebih dari 5000 mg/kgBB,

yang sesuai dengan teori termasuk klasifikasi praktis tidak toksik (Lu 1995).

Jumlah hewan uji yang mati pada pemberiaan sediaan uji ekstrak etanolik rimpang

temu putih dapat dilihat pada tabel 10.di bawah ini.

Tabel 10. Hasil jumlah hewan uji yang mati

Kelompok Dosis sediaan

uji (mg/kgBB)

Jumlah hewan

uji

Jumlah hewan

uji yang mati LD50

Kontrol negatif 0,5% 5 0

Lebih dari

dosis tertinggi

5000 mg/kgBB

Dosis I 5 mg/kgBB 5 0

Dosis II 50 mg/kgBB 5 0

Dosis III 300 mg/kgBB 5 0

Dosis IV 2000mg/kgBB 5 0

Dosis V 5000mg/kgBB 5 0

4. Hasil penimbangan berat organ

Berdasarkan pengamatan setelah hari ke-14 hewan uji yang masih hidup

dikorbankan dengan cara dibius menggunakan kloroform, kemudian dibedah

untuk diambil paru-paru, hati, jantung, ginjal, usus, limfa, dan lambung, kemudian

Page 74: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

57

57

ditimbang dan dihitung indeks massa organ. Hasil penimbangan berat organ

hewan uji dapat dilihat pada lampiran 14.dari data yang didapat dapat diperoleh

hasil indeks masing-masing organ, dan tabel dibawah ini adalah rata-rata indeks

berat organ. Parameter indeks organ ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

senyawa uji terhadap perkembangan organ.

Tabel11. Hasil rata-rata indeks massa organ hewan uji

Kelompok Rata-rata indeks berat organ (gram)±SD (n=5)

Paru-paru Jantung Hati Ginjal Usus Limfa Lambung

Kelompok

negatif

0,0086 ±

0,0026

0,0056*±

0,0015

0,0443 ±

0,0086

0,0325 ±

0,0465

0,1123

±0,0078

0,0100 ±

0,0027

0,0206*±

0,0035

Dosis I 0,0080 ±

0,0018 0,0034*±0,0003

0,0490 ±

0,0071

0,0145 ±

0,0019

0,1296 ±

0,0142

0,0055 ±

0,00156

0,0485*±

0,2015

Dosis II 0,0077 ±

0,0012

0,0050 *±

0,0013

0,0404 ±

0,008

0,0149 ±

0,0022

0,1055 ±

0,0197

0,0080 ±

0,0032

0,0240*±

0,0088

Dosis III 0,077 ±

0,0022

0,0030*±

0,0003

0,0445 ±

0,009

0,0121 ±

0,0017

0,1126 ±

0,0223

0,0104 ±

0,0034

0,0371*±

0,0088

Dosis IV 0,0059 ±

0,0016

0,0024*±

0,0006

0,0463

± 0,0081

0,0123

± 0,0026

0,1091 ±

0,0085

0,0072 ±

0,0028

0,0271*±

0,0078

Dosis V 0,0086 ±

0,002 0,0044*± 0,001

0,0582 ±

0,0082

0,0176 ±

0,0035

0,1331 ±

0,0223

0,0105 ±

0,0014

0,0321*±

0,0075

Keterangan : P<0,05 = ada perbedaan (*), P<0,05 = tidak ada perbedaan

Berdasarkan rata-rata indeks berat organ, dapat dilihat bahwa organ

lambung memiliki perbedaan berat antar kelompok perlakuan. Hal ini dikarenakan

senyawa kimia yang masuk ke dalam tubuh sebagian besar masuk melalui rute

oral sehingga organ lambung dapat terpapar senyawa toksik pada awal pemejanan.

Saluran cerna merupakan tempat utama absorpsi racun atau senyawa yang

diberikan secara oral. Senyawa tersebut tidak akan sebagai racun apabila belum

diabsorbsi oleh saluran cerna, kecuali apabila senyawa tersebut bersifat iritatif

terhadap saluran cerna (Donatus, 2005). Salah satu gangguan pada saluran cerna

Page 75: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

58

58

adalah gastritis, yaitu suatu oeradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,

kronik, difus, dan lokal (Price, dan Wilson 2002).

Data perhitungan indeks masing-masing organ yang telah diperoleh

kemudiaan dianalisis menggunakan SPSS. Pada organ hati, paru, jantung, usus,

dan limfa menunjukkan bahwa data indeks berat organ tersebut normal, sehingga

dilanjutkan uji One Way Anova. Hasil uji Anova menunjukkan data indeks organ

hati, paru, usus, dan limfa memiliki nilai signifikasi >0,05 yang berarti tidak

menunjukkan adanya perbedaan pada data indeks berat organ tersebut, sedangkan

pada data indeks organ jantung menunjukkan nilai signifikasi <0,05 yang berarti

adanya perbedaan, dan dapat dilanjutkan uji Post hoc. Hasil uji tersebut

menunjukkan bahwa data indeks berat organ jantung tidak memiliki perbedaan

yang bermakna.

Data organ ginjal, dan lambung menunjukkan bahwa data indeks berat

organ tersebut tidak terdistribusi normal, sehingga dilanjutkan uji Kruskall-Wallis.

Dari hasil uji tersebut menunjukkan bahwa data indeks organ ginjal memiliki nilai

signifikasi >0,05yang berarti data indeks organ tersebut tidak memiliki perbedaan

antar kelompok, sedangkan pada data indeks organ lambung memiliki nilai

signifikasi <0,05 yang berarti ada perbedaan dan dilanjutkan uji Man-Whitney.

Hasiluji tersebut menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok kontrol

negatif dengan kelompok dosis I, II, dan III.

5. Hasil pemeriksaan organ secara makroskopis

Organ mencit yang sudah ditimbang dilakukan pengamatan secara

makroskopis yang meliputi bentuk dan warna organ.Dari hasil pengamatan secara

Page 76: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

59

59

makroskopis terlihat tidak ada perbedaan antara kelompok kontrol negatif dengan

kelompok dosis. Semua organ tidak mengalami kerusakan pada semua mecit. Dari

hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sedian uji ekstrak

etanolik rimpang temu putih tidak memberikan pengaruh terhadap semua organ

hewan uji bila dilihat secara makroskopis, seperti terlihat pada lampiran 7.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ekstrak etanolik rimpang temu putih pada dosis 5000 mg/kgBB hewan

ujitidak menunjukkan efek toksisitas akut terhadap mencit putih betina.

2. Nilai LD50 yang didapat dari hasil uji toksisitas akut ekstrak rimpang

temu putih yaitu lebih besar dari 5000 mg/kgBBhewan uji, sehingga

dapat dikategorikan cukup toksik.

Page 77: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

60

60

3. Ekstrak temu putih mempegaruhi kenaikan berat badan hewan uji, dan

perhitungan indeks organ lambung menunjukkan adanya perbedaan

antar kelompok.

B. Saran

Berdasarkan analisa data dan kesimpulan, penulis memberikan saran, yaitu

perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai uji toksisitas dengan metode yang

berbeda agar di dapatkan informasi lebih mendalam sehingga dapat dijadikan

acuan untuk penelitian selanjutnya.

Page 78: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

iii

iii

DAFTAR PUSTAKA

[BPOM]. 2014. Peraturan Kepala Bandan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor

7 Tentang Pedoman Uji Toksisitas Non Klinik Secara In Vivo. Jakarta:

Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. Hlm 16-26.

[Depkes]. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Hlm XXX, 65, 96, 672.

[Depkes]. 1979. Farmakope Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Hlm 519.

[Depkes]. 1985a. Tanaman Obat Indonesia. Jilid ke-1. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.Hlm 15.

[Depkes].1985b. Cara Membuat Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Hlm 7.

[Depkes]. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Hlm 3-5, 17.

[Depkes].1993. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid II. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Hlm 167.

[Depkes].1995. Materia Medika Indonesia.Jilid VI. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Hlm 324-325, 327.

Aditianingrum, Kurnia Alysia. 2015. Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Rimpang

Temu Putih Terhadap Larva Udang Dan Embrio Ikan Zebra Yang

Menggunakan Metode Uji BSLT, ZFET, Serta Analisis Dengan Instrumen

KCKT dan GC-MS[Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Akbar, Budhi. 2010.Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif yang

Berpotensi Sebagai Bahan Antifertilitas.Jakarta: Adabia Press. Hlm 6.

Alexander, Dewi., Alam, Gemini., Kondar, Willem. 2001. Pengaruh Ekstrak

Rimpang Temu putih (Curcuma zedoaria) Terhadap Kadar Asam Urat

Pada Kelinci.Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol: 15, No : 2, hlmn :

89-94.

Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press. Hal 169.

Ansel C.H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke-4. Farida,

Ibrahim, penerjemah; Jakarta: UI-press. Hlm 605-608.

Dalimartha, Setiawan. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Jakarta:

Puspa Swara. Hlm 170-173.

Dede, Sukandar., Hermanto, S., Lestari, Emi. 2007. Uji Toksisitas Ekstrak Daun

Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan Metode Brine

Shrimp Lethality Test (BSLT). Jakarta: Universitas UIN Syarif

Hidayatullah, Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi. Hlmn

63-70.

Donatus, I.A. 2005. Toksikologi Dasar. Edisi II. Yogyakarta : Universitas Gajah

Mada, Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi. Hlm

117-149, 187-197.

Ganiswara. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta: Universitas Indonesia

Press. Hlm 755-766.

Page 79: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

iv

iv

Green, L. Earl. 1996. Biology Of The Laboratory Mouse Second Revised Edition.

New York: Dover Publication Inc. hlm 755.

Gunawan, Didik &Mulyani, Sri. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid 1.

Jakarta: Penebar Swadaya. Hlm 67-69.

Handajani, Noor Soesanti. 2003. Aktivitas Sitostatika Temu Putih (Curcuma

zedoaria (Berg) Roscoe) pada Sel-sel Spermatogenik Mencit (Mus

musculus L.).BioSmart, Volume 5, No: 2, hlmn : 120-123.

Harmita & Maksum Radji. 2004. Analisis Hayati. Jakarta: Departemen Farmasi

FMIPA, Universitas Indonesia.Hlm 47-55.

Hedrawati, Anindita Rosenda Eka. 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol

Daun Kemangi (Ocimum Sactum Linn.) Terhadap Larva Artemia Salina

Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST)[Tesis].

Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Huang, M.T., M. Ms, Y.R. Lou, Y.P. Lu, R. Chang, H. Newemark, and A.H.

Coney. 1995. Inhibitory Effect Of Curcumin On Tumorgenesis in Mice.

Proceeding ISCP: 47-63.

Loomis, S.L. 1978. Toksikologi Dasar. Edisi III. Donatus, I.A, penerjemah.Insitut

Keguruan dan Ilmu Pengetahuan. Semarang: Semarang Press. Hlm 228-

233.

Lu, C. Frank. 1995. Toksikologi Dasar. Edisi II. Jakarta: UI Press.Hlm 86-93.

Muhlisah, Fauziah. 1999. Temu-Temuan Dan Empon-Empon (Budi Daya dan

Manfaatnya). Yogyakarta: Penerbit Kanisus. Hlm 77-79.

Mursito, Bambang. 2001. Ramuan Tradisional Untuk Gangguan Ginjal. Jakarta:

Penebar Swadaya. Hlm 138.

Mursito, Bambang. 2007. Ramuan Tradisional Untuk Gangguan Ginjal. Cetakan

5. Jakarta: Penebar Swadaya. Hlm 77.

Murwanti, Retno., Meiyanto, Edy., Nurrochmad, Arief. and Kristina, Susi Ari.

2004. Efek Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria

Rosc.) Terhadap Pertumbuhan Tumor Paru Fase Post Inisiasi Pada Mencit

Betina Diinduksi Benzo(a)piren. Majalah Farmasi Indonesia, 15(1), 7-12.

Pamplona, Chistiane Regina., Souza, Marcia Maria de., Machando, Marina da

Silvia., Filho, Valdir Cechinel., Navarro, Dionezine., Yunes, Rosendo

Augusto., Monache, Franco Delle., and Niero, Rivaldo. 2006. Seasonal

Variation and Analgesic Properties of Different Part From Curcuma

zedoaria Roscoe (Zingiberaceae) Grow in Brazil. Z.Naturforsh, 61C,hlmn:

6-10.

Paramapojn, Sompol & Gritsanapan, Wandee. 2009. Free Radical Scavenging

Activity Determination and Quantitative Analysis Of Curcumin in

Curcuma zedoaria Rhizome Extracts by HPLC Method. Current

Science,Vol. 97, No. 77: hlmn : 1069-1073.

Pinilih, Woro Dyah. 2006. Aktivitas Antipoliferasi Subfraksi C1 Rimpang Temu

Putih Pada Sel Lestari Tumor Secara In Vitro [Skripsi]. Bogor: Fakultas

Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Prasetyo, Samuel Meinardus Dwi. 2014. Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol

Rimpang Temu Putih Dengan Pengujian Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

[Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.

Page 80: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

v

v

Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine McCarty. 2006. Patofisiologi: Konsep

Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 5 & 6. Terjemahan dari

Pathopysiology: Clinical Concepts of Disease Processes. Alih bahasa:

Brahm U. Pendit, Huriawati Hartanto, Pita Wulansari, Dewi Asih

Maharani. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm 467, 769-795.

Putra S., Data. 2010. Efek Pemberian Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih

Terhadap Gambaran Klinis Kelinci (Oryctolagus Cuniculus) Pada Proses

Pembentukan Tumor Mammary Yang Diinduksi Dengan Metil N-

Nitrosourea[Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut

Pertanian Bogor.

Rahman, Syarifah Nur Syed Abdul., Wahid, Norhanom Abdul., Nurestri, Sri.

2013. In Vitro Morphologial Assessment of Apoptosis Induced by

Antipoliferative Constituents from the Rhizomes of Curcuma zedoaria.

Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine: hlmn: 1-14.

Rita, Wiwik Susanah. 2010. Isolasi, Identifikasi, dan Uji Aktivitas Antibakteri

Senyawa Golongan Triterpenoid Pada Rimpang Temu Putih (Curcuma

zedoaria (Berg.) Roscoe).Bukit Jimbaran: Universitas Udayana, Jurusan

Kimia FMIPA. Hlmn: 20-26.

Rita, Wiwik Susanah., Swantara, I Made Dira., Sughita, I Made., Puspawati, Ni

Made., Setiani, Lestari Mamik. 2011. Uji Toksisitas dan Analisis

Kandungan Senyawa Minyak Atsiri Rimpang Temu Putih (Curcuma

zedoaria (Berg.)Rosc.).Universitas Udayana, Jurusan Kimia FMIPA,

jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian. Hlm

97-102.

Rita, Wiwik Susanah., Bawa, I G.A. Gede., Wirastiningsih, Ni Luh Putu Lilis.

2012. Skrining Awal Antitumor Melalui Pendekatan Uji Toksisitas

Kandungan Senyawa Dalam Ekstrak n-heksana Rimpang Temu Putiih

(Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe).Bukit Jimbaran: Universitas

Udayana, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam. Hlmn: 55-61.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4

Terjemahan Kokasih Padmawinata.ITB Press. Bandung. Hlm 71-72, 156-

157, 191-193.

Rukmana, Rahmat. 2004. Temu-temuan Apotik Hidup di Pekarangan.

Yogyakarta: Kanisius. Hlm 60.

Sembiring, Wulan Sari RG dan Suarnella, Dodo Tandi. 2012. Effectiveness Of

White Tumeric Curcuma zedoaria Rhizome Essential Oil As Larvacide On

Aedes Aegypti. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang

(Epidemiology and Zoonosis Journal), Vo. 4, No. 2, hlmn.80-86.

Smith BJ, Mangkoewidjojo S. 1998. Pemeliharaan dan Pengunaan Hewan

Percobaan di Daerah Tropis.Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hlm 37-

57.

Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan

Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Hlm64-66.

Page 81: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

vi

vi

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa

Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Hlm 565.

Supriadi dkk. 2001. Tumbuhan Obat Indonesia Penggunaan dan Khasiatnya.

Edisi I. Pustaka Populer. Hlm 135.

Syamsuni.2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran, hlmn: 47-48.

Syu, Wan-Jr., Shen, Chien-Chan., Don, Ming Jaw., Ou, Jun Chih., Lee, Gene

Hsiang., and Sun, Chang Ming. 1998. Cytotoxicity Of Curcuminoids and

Some Novel Compounds From Curcuma zedoaria. Journal of Natural

Product, 61(12), hlm 1531-1534.

Verawati, Anis. 2003. Pengenalan & Pengembangan Temu Putih. Malang:

Universitas Brawijaya. Hlm 17-27.

Voigt, Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan Oleh

Soenandadi Noerono Soewandhi. Edisi Ke-5. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada Press. Hlm 561-563, 565-567.

Page 82: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

vii

vii

Lampiran 1. Hasil determinasi tanaman rimpang temu putih

Page 83: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

viii

viii

Lampiran 2. Surat keterangan hewan uji

Page 84: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

ix

ix

Lampiran 3. Gambar rimpang temu putih

Tanaman rimpang temu putih

Rimpang temu putih

Rimpang temu putih kering Serbuk rimpang temu putih

Page 85: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

x

x

Lampiran 4. Alat maserasi dan Sterling bidwel rimpang temu putih

Botol maserasi

Alat rotary evaporator

Mesin penggiling

Proses Sterlling Bidwell

Page 86: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xi

xi

Lampiran 5. Ekstrak rimpang temu putih dan uji bebas etanol

Ekstrak rimpang temu putih

Hasil uji identifikasi bebas etanol

Page 87: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xii

xii

Lampiran 6. Perlakuan hewan uji

Pemberian peroral

Proses pembedahan

Mencit yang sudah dibedah

Mencit putih betina

Page 88: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xiii

xiii

Lampiran 7. Gambar organ hewan uji

Gambar 14. kontrol negatif no. 2

Gambar no. 15 kelompok dosis I mencit no.2

Keterangan : A = Hati B = Usus, C = Ginjal, D = Jantung,

E = Lambung, F = Limfa, G = paru

A

B

C

D

E

F G

A

B

C

D

E

F

G

Page 89: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xiv

xiv

Gambar 16. Kelompok dosis II mencit no.2

Gambar 17. Kelompok dosis III mencit no.2

Keterangan : A = Hati B = Usus, C = Ginjal, D = Jantung,

E = Lambung, F = Limfa, G = paru

A

B

C

D

E

F

G

A

B

C

D

E

F

G

Page 90: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xv

xv

Gambar 18. Kelompok dosis IV mencit no.2

Gambar 19. Kelompok dosis V mencit no.2

Keterangan : A = Hati B = Usus, C = Ginjal, D = Jantung,

E = Lambung, F = Limfa, G = paru

A

B

C

D

E

F

G

A

B D

C

E

F

G

Page 91: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xvi

xvi

Lampiran 8. Uji identifikasi ekstrak rimpang temu putih

Serbuk

Ekstrak

Gambar 20. Uji identifikasi saponin

Serbuk

Ekstrak

Gambar 21. Uji identifikasi flavonoid

Page 92: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xvii

xvii

Serbuk

Ekstrak

Gambar 22. Uji identifikasi tanin

Serbuk

Ekstrak

Gambar 23. Uji identifikasi alkaloid

Page 93: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xviii

xviii

Lampiran 9. Hasil persentase rendemen berat kering terhadap berat basah rimpang

temu putih

Data hasi penelitian diperoleh data sebagai berikut :

Berat basah (g) Berat kering (g) Persentase (%)

6500 1250 19,23

Perhitungan % rendemen beratt kering terhadap berat basah :

% Rendemen =

x 100%

=

x 100%

= 19,23%

Jadi, persentase rendemen berat kering terhadap berat basah rimpang temu putih adalah 19,23%

Lampiran 10. Hasil rendemen ekstrak etanolik rimpang temu putih

Dari hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut :

Berat simplisia

(g)

Berat wadah

kosong (g)

Berat wadah +

ekstrak (g)

Ekstrak (g) Rendemen (%)

500 184.8 228.1 43.3 8.66

% Rendemen =

x 100%

=

x 100%

= 8.66 %

Jadi, persentase rendemen ekstrak etanolik rimpang temu putih adalah 8.66 %

Page 94: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xix

xix

Lampiran 11. Hasil penetapan kadar air serbuk rimpang temu putih

Dari hasil peneitian dapat diperoleh :

No. Berat awal (gr) Volume akhir (ml) Kadar air (%)

1 20 1.9 9.5

2 20 1.6 8

3 20 1.4 7

Rata-rata 8.17

Kadar air no.1 =

= 9.5 %

Kadar air no.2 =

= 8 %

Kadar air no.3 =

= 7 %

Rata-rata kadar air serbuk rimpang temu putih adalah =

Jadi, hasil rata-rata penetapan kadar air serbuk rimpang temu putih adalah 8.17%

Lampiran 12. Perhitungan volume pemberian

Kelompok I (CMC Na 0,5%)

Larutan stock :

=

Mencit 1 : 32,91 g

Mencit 2 : 20,04 g

Mencit 3 : 21,91 g

Mencit 4 : 23,25g

Mencit 5 : 22,26 g

Kelompok II (5 mg/kgBB)

Larutan stock :

=

=

Dosis : 5 mg/kgBB = 0.1 mg/20gBB

Contoh perhitungan kelompok II mencit 1

Dosis untuk mencit 20.41g =

x 0.1 mg = 0.102 mg

Volume pemberian =

x 20 ml = 0.204 ml

Kelompok III (50 mg/kgBB)

Larutan stock :

=

Dosis : 50 mg/kgBB = 1 mg/20gBB

Contoh perhitungan kelompok III mencit 2

Diberikan 1 ml

Page 95: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xx

xx

Dosis untuk mencit 20.43 g =

x 1 mg = 1.021 mg

Volume pemberian =

x 20 ml = 0.204 ml

Kelompok IV (300 mg/kgBB)

Larutan stock :

=

Dosis : 300 mg/kgBB = 6 mg/20gBB

Contoh perhitungan kelompok IV mencit 3

Dosis untuk mencit 21.14 g =

x 6 mg = 6.342 mg

Volume pemberian =

x 20 ml = 0.126 ml

Kelompok V (2000 mg/kgBB)

Larutan stock :

=

Dosis : 2000 mg/kgBB = 40 mg/20gBB

Contoh perhitungan kelompok V mencit no.4

Dosis untuk mencit 20.93 g =

x 40 mg = 41.86 mg

Volume pemberian =

x 20 ml = 0.83 ml

Kelompok VI (5000 mg/kgBB)

Larutan stock :

=

Dosis : 5000 mg/kgBB = 100 mg/20gBB

Contoh perhitungan kelompok VI mencit 5

Dosis untuk mencit 20.05 g =

x 100 mg = 100.25 mg

Volume pemberian =

x 10 ml = 0.2 ml

Page 96: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxi

xxi

Lampiran 13. Hasil penimbangan berat badan mencit putih betina

Berat badan mencit

Kelompok No. Hewan

uji Hari ke-1 Hari ke-7 Hari ke-14

Kontrol

negatif

1 32,91 32,74 32,52

2 20,04 21,72 22,68

3 21,91 23,20 24,02

4 23,25 24,28 25,63

5 22,26 24,08 24,55

I

1 20,41 21,55 22,82

2 20,03 21,67 25,15

3 20,61 23,18 26,90

4 20,65 23,72 26,87

5 21,25 24,53 26,94

II

1 20,51 21,06 21,65

2 20,43 21,72 21,40

3 21,12 22,84 26,04

4 21,53 22,73 24,39

5 24,56 23,44 26,61

III

1 20,91 22,74 25,56

2 21,67 24,47 25,75

3 21,14 22,52 24,68

4 21,25 22,38 24,13

5 20,21 21,19 21,94

IV

1 22,57 24,32 26,62

2 21,73 24,12 27,30

3 20,24 22,62 24,03

4 20,93 23,72 26,08

5 23,25 26,39 29,98

V

1 22,41 22,22 24,36

2 20,06 20,19 21,59

3 21,01 21,24 22,93

4 20,01 20,06 20,10

5 20,05 20,09 20,11

Page 97: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxii

xxii

Lampiran 14. Hasil penimbangan berat organ mencit putih betina

Kelompok

No.

hewan

uji

Berat organ mencit

Paru-paru Jantung Hati Ginjal Usus Limfa Lambung

Kontrol

negatif

1 0,32 0,19 1,54 0,28 3,87 0,32 0,64

2 0,29 0,14 0,7 0,28 2,31 0,23 0,52

3 0,16 0,08 1 0,32 2,78 0,14 0,58

4 0,18 0,15 1,17 0,34 2,7 0,34 0,55

5 0,15 0,07 1,34 0,32 2,9 0,28 0,37

I

1 0,14 0,08 1,35 0,32 3,4 0,15 1,3

2 0,25 0,08 1,1 0,39 3,42 0,13 1,27

3 0,2 0,09 1,2 0,38 3,14 0,17 0,92

4 0,17 0,09 1,13 0,32 3,2 0,08 2,04

5 0,26 0,11 1,39 0,46 3,35 0,18 0,66

II

1 0,18 0,09 1,12 0,36 2,78 0,15 0,66

2 0,18 0,11 0,93 0,34 2,56 0,28 0,64

3 0,18 0,13 1,01 0,38 2,79 0,2 0,86

4 0,14 0,12 0,89 0,3 2,1 0,12 0,56

5 0,16 0,05 0,8 0,3 2,24 0,14 0,3

III

1 0,14 0,07 0,93 0,33 2,06 0,12 0,7

2 0,21 0,08 0,95 0,25 2,68 0.,23 0,93

3 0,22 0,07 0,98 0,27 2,71 0,29 0,82

4 0,26 0,07 1,29 0,31 3,1 0,26 1,22

5 0,12 0,08 1,24 0,31 3,03 0,3 0,7

IV

1 0,19 0,07 1,05 0,39 2,91 0,32 0,92

2 0,13 0,07 1,29 0,29 3,01 0,21 0,6

3 0,12 0,08 1 0,33 2,63 0,15 0,47

4 0,12 0,04 1,06 0,3 3,14 0,13 0,55

5 0,25 0,06 0,81 0,25 2,89 0,16 1,07

V

1 0,13 0,09 1,12 0,32 2,35 0,24 0,53

2 0,2 0,08 1,16 0,34 2,75 0,25 0,82

3 0,24 0,13 1,43 0,39 3,29 0,25 0,92

4 0,17 0,11 1,32 0,44 2,97 0,17 0,55

5 0,14 0,07 1,28 0,41 3,03 0,24 0,67

Page 98: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxiii

xxiii

ampiran 15. Hasil perhitungan indeks berat organ mencit putih betina

Kelompok

No.

hewan

uji

Indeks berat organ mencit (%)

Paru-

paru Jantung Hati Ginjal Usus Limfa Lambung

Kontrol

negatif

1 0.0098 0.0098 0.0473 0.0086 0.1190 0.0098 0.0196

2 0.0127 0.0061 0.0317 0.0123 0.1018 0.0101 0.0229

3 0.0066 0.0033 0.0424 0.1157 0.1157 0.0058 0.0241

4 0.0073 0.0058 0.0456 0.0132 0.1069 0.0132 0.0214

5 0.0067 0.0028 0.0545 0.0130 0.1181 0.0114 0.0150

Rata-rata 0.0086 0.0056 0.0443 0.0325 0.1123 0.0100 0.0206

I

1 0.0061 0.0035 0.0591 0.0140 0.1511 0.0065 0.0578

2 0.0099 0.0031 0.0457 0.0155 0.1359 0.0051 0.0504

3 0.0081 0.0033 0.0468 0.0141 0.1167 0.0063 0. 3420

4 0.0063 0.0033 0.0420 0.0119 0.1198 0.0029 0.0759

5 0.0096 0.0040 0.0515 0.0170 0.1243 0.0066 0.0244

Rata-rata 0.0080 0.0034 0.0490 0.0145 0.1296 0.0055 0.0485

II

1 0.0083 0.0046 0.0517 0.0166 0.1284 0.0069 0.0304

2 0.0084 0.0051 0.0434 0.0158 0.1196 0.0130 0.0299

3 0.0069 0.0049 0.0387 0.0145 0.1071 0.0099 0.0299

4 0.0057 0.0049 0.0364 0.0143 0.0881 0.0049 0.0299

5 0.0060 0.0056 0.0315 0.0135 0.0841 0.0052 0.0139

Rata-rata 0.0070 0.0050 0.0404 0.0149 0.1055 0.0080 0.0240

III

1 0.0054 0.0027 0.0363 0.0129 0.0805 0.0046 0.0297

2 0.0081 0.0031 0.0368 0.0097 0.1040 0.0089 0.0361

3 0.0089 0.0028 0.0397 0.0109 0.1098 0.0117 0.0332

4 0.0107 0.0029 0.0534 0.0128 0.1305 0.0107 0.0505

5 0.0054 0.0036 0.0565 0.0141 0.1381 0.0159 0.0360

Rata-rata 0.0077 0.0030 0.0445 0.0121 0.1126 0.0104 0.0371

IV

1 0.0071 0.0026 0.0394 0.0146 0.1093 00120 0.0345

2 0.0047 0.0025 0.0472 0.0106 0.1101 0.0076 0.0248

3 0.0049 0.0033 0.0774 0.0137 0.1094 0.0062 0.0195

4 0.0046 0.0015 0.0406 0.0145 0.1203 0.0049 0.0210

5 0.0083 0.0020 0.0270 0.0083 0.0963 0.0053 0.0356

Rata-rata 0.0059 0.0024 0.0463 0.0123 0.1091 0.0072 0.0271

V

1 0.0053 0.0036 0.0459 0.0131 0.0964 0.0098 0.0217

2 0.0120 0.0037 0.0537 0.0157 0.1273 0.0115 0.0379

3 0.0104 0.0056 0.0623 0.0170 0.1434 0.0109 0.0401

4 0.0084 0.0054 0.0656 0.0218 0.1477 0.0084 0.0273

5 0.0069 0.0034 0.0636 0.020 0.1506 0.0119 0.0331

Rata-rata 0.0086 0.0044 0.0582 0.0176 0.1331 0.0105 0.0321

Page 99: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxiv

xxiv

Lampiran 16. Contoh perhitungan indeks massa organ mencit

Mencit no.2 kelompok II (ekstrak rimpng temu putih 5 mg/kgBB)

Paru-paru =

= 0.0099 %

Jantung =

= 0.0031 %

Hati =

= 0.0457 %

Ginjal =

= 0.0155 %

Usus =

= 0.1359 %

Limfa =

= 0.0051 %

Lambung =

= 0.0504 %

Rumus indeks massa organ = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥

Page 100: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxv

xxv

Lampiran 17. Pengamatan gejala toksisitas

Grooming

Kelompok

No.

Hewan

uji

Jam pengamatan

Jam

ke-0

Jam ke-

0.5

Jam

ke-1

Jam

ke-2

Jam

ke-6

Jam

ke-12

Jam

ke-24

Kontrol

negatif

1 - √ √ √ - - -

2 - √ - - - - -

3 - √ √ √ - - -

4 - - - - - - -

5 - √ - - - - -

Dosis I

1 - √ √ √ - - -

2 - √ √ √ - -

3 - - √ √ - - -

4 - √ √ √ - - -

5 - √ √ √ - - -

Dosis II

1 - - - - - - -

2 - - - - - - -

3 - - - - - - -

4 - √ √ √ - - -

5 - √ √ √ √ - -

Dosis III

1 - √ √ √ - - -

2 - - √ √ √ - -

3 - - √ √ √ - -

4 - - √ √ - - -

5 - √ √ √ √ - -

Dosis IV

1 - √ √ √ - - -

2 - √ √ √ - - -

3 - √ √ √ - - -

4 - √ √ √ - - -

5 - √ √ √ - - -

Dosis V

1 - √ √ √ - - -

2 - √ √ √ - - -

3 - √ √ √ - - -

4 - √ √ √ - - -

5 - √ √ √ - - -

Keterangan : √ = mengalami kejadiaan toksisitas

- = tidsk mengalami kejadian toksisitas

Page 101: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxvi

xxvi

Aktivitas spontan

Kelompok

No.

Hewan

uji

Jam pengamatan

Jam

ke-0

Jam

ke -

0.5

Jam

ke-1

Jam

ke-2

Jam

ke-6

Jam

ke-12

Jam ke-24

Kontrol

negatif

1 - - - - - - -

2 - - √ √ - - -

3 - √ - - - - -

4 - √ - - - - -

5 - - - - - - -

Dosis I

1 - - - - - - -

2 - - √ - - - -

3 - - - - - - -

4 - - - - - - -

5 - √ - - - -

Dosis II

1 - - - - - - -

2 - - - - - -

3 - - - - - - -

4 - - √ - - - -

5 - - √ - - - -

Dosis III

1 - - - - - - -

2 - - - - - - -

3 - - - - - - -

4 - √ - - - - -

5 - √ - - - - -

Dosis IV

1 - √ - - - - -

2 - - - - - -

3 - √ - - - - -

4 - √ - - - - -

5 - - - - - - -

Dosis V

1 - - - - - - -

2 - √ - - - - -

3 - √ - - - - -

4 - - - - - - -

5 - - - - - - -

Keterangan : √ = mengalami kejadiaan toksisitas

- = tidsk mengalami kejadian toksisitas

Page 102: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxvii

xxvii

Tremor

Kelompok

No.

Hewan

uji

Jam pengamatan

Jam

ke-0

Jam ke

-0.5

Jam

ke-1

Jam

ke-2

Jam

ke-6

Jam

ke-12

Jam

ke-24

Kontrol

negatif

1 - - - - - - -

2 - - - - - - -

3 - - √ - - - -

4 - - √ - - - -

5 - √ - - - - -

Dosis I

1 - - - - - - -

2 - - - - - - -

3 - - - - - - -

4 - - - - - - -

5 - - - - - --

Dosis II

1 - - √ - - - -

2 - √ - - -

3 - - - - - - -

4 - √ - - - -

5 - - - - - - -

Dosis III

1 - - - - - - -

2 - - √ - - - -

3 - - √ - - - -

4 - - - - - - -

5 - - √ - - - -

Dosis IV

1 √ - - - -

2 - √ - - - -

3 - - √ - - - -

4 - - √ - - - -

5 - √ - - - - -

Dosis V

1 - - √ - - - -

2 - √ - - - - -

3 - √ - - - -

4 - √ - - - - -

5 - √ - - - - -

Keterangan : √ = mengalami kejadiaan toksisitas

- = tidsk mengalami kejadian toksisitas

Page 103: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxviii

xxviii

Piroleksi

Kelompok

No.

Hewan

uji

Jam pengamatan

Jam

ke-0

Jam ke

-0.5

Jam

ke-1

Jam

ke-2

Jam

ke-6

Jam

ke-12

Jam

ke-24

Kontrol

negatif

1 - - - - - - -

2 - - - - - - -

3 - - - - - - -

4 - - - - - - -

5 - - - - - - -

Dosis I

1 - - - - - - -

2 - - - - - - -

3 - - - - - - -

4 - - - - - - -

5 - - - - - - -

Dosis II

1 - - - - - √ √

2 - - - - - √ √

3 - - - - - √ √

4 - - - - - √ √

5 - - - - - √ √

Dosis III

1 - - - - - √ √

2 - - - - - √ √

3 - - - - - √ √

4 - - - - - √ √

5 - - - - - √ √

Dosis IV

1 - - - - √ √ √

2 - - - - √ √ √

3 - - - - √ √ √

4 - - - - √ √ √

5 - - - - √ √ √

Dosis V

1 - - - - √ √ √

2 - - - - √ √ √

3 - - - - √ √ √

4 - - - - √ √ √

5 - - - - √ √ √

Keterangan : √ = mengalami kejadiaan toksisitas

- = tidsk mengalami kejadian toksisitas

Page 104: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxix

xxix

Lampiran 18. Uji statistik berat badan hari ke-1.

1. Uji normalitas (Saphiro-wilk) terhadap data kenaikan berat badan

mencit putih betina pada hari ke-1

Tests of Normality

Dosis

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hari 1 kontrol negatif .364 5 .029 .765 5 .041

dosis I .246 5 .200* .961 5 .813

dosis II .323 5 .095 .775 5 .050

dosis III .207 5 .200* .958 5 .791

dosis IV .152 5 .200* .977 5 .921

dosis V .333 5 .072 .771 5 .046

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Kesimpulan : Ho ditolak sehingga data kenaikan berat badan mencit putih betina

pada hari pertama tidak terdistribusi normal. Dilanjutkan dengan uji Kruskall-

Wallis karena tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji ANAVA

2. Uji homogenitas (Levene) terhadap data kenaikan berat badan mencit

putih betina pada hari ke-1

Test of Homogeneity of Variances

Hari 1

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.537 5 24 .015

Nilai signifikai < 0,05

Page 105: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxx

xxx

Kesimpulan : Ho ditolak sehingga varian data berat badan pada hari pertama tidak

homogen.

3. Uji Kruskal-Wallis

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Dosis N Mean Rank

Hari 1 kontrol negatif 5 21.50

dosis I 5 10.30

dosis II 5 16.80

dosis III 5 15.10

dosis IV 5 19.30

dosis V 5 10.00

Total 30

Test Statisticsa,b

hari1

Chi-Square 7.073

df 5

Asymp. Sig. .215

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: dosis

Nilai signifikasi > 0,05

Kesimpulan : Ho diterima, berarti terdapat tidak perbedaan yang bermakna pada

tiap kelompok.

Page 106: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxxi

xxxi

Lampiran 19. Uji statistik berat badan hari ke-7

1. Uji normalitas (Saphiro-wilk) terhadap data kenaikan berat badan

mencit putih betina pada hari ke-7

Tests of Normality

Dosis

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hari 7 kontrol negatif .346 4 . .818 4 .139

dosis I .242 5 .200* .867 5 .256

dosis II .221 5 .200* .956 5 .782

dosis III .266 5 .200* .872 5 .275

dosis IV .257 5 .200* .884 5 .328

dosis V .269 5 .200* .819 5 .115

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Kesimpulan : Ho diterima sehingga data berat badan mencit putih betina pada hari

ketujuh terdistribusi normal.

2. Uji homogenitas (Levene) terhadap data kenaikan berat badan mencit

putih betina pada hari ke-7

Test of Homogeneity of Variances

Hari 7

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.285 5 23 .022

Nilai signifikan < 0,05

Kesimpulan : Ho ditolak, berarti data kenaikan berat badan pada hari ke-7 pada

tiap kelompok tidak homogen.

3. Uji ANAVA satu arah terhadap berat badan mencit putih hari ke-7

Page 107: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxxii

xxxii

ANOVA

Hari 7

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 30.322 5 6.064 1.138 .369

Within Groups 122.546 23 5.328

Total 152.868 28

Nilai signifikasi > 0,05

Kesimpulan : Ho diterima sehingga terdapat tidak ada perbedaan disetiap data

berat badan mencit putih betina pada hari ke-7

4. Uji Post hoc (SNK) terhadap berat bdan mencit putih betina pada hari

ke-7

Hari 7

Student-Newman-Keulsa,,b

Dosis N

Subset for alpha = 0.05

1

dosis V 5 22.0200

dosis II 5 22.5760

dosis I 5 22.8400

dosis III 5 23.1100

dosis IV 5 23.1940

kontrol negatif 4 25.4850

Sig. .224

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.800.

b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group

sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

Nilai signifikasi > 0,05

Kesimpulan : Ho diterima sehingga terdapat tidak ada perbedaan yang bermakna

disetiap data berat badan mencit putih betina pada hari ke-7

Page 108: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxxiii

xxxiii

Lampiran 20. Uji statistik berat badan hari ke-14.

1. Uji normalitas (Saphiro-wilk) terhadap data kenaikan berat badan

mencit putih betina pada hari ke-14

Tests of Normality

Dosis

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hari 14 kontrol negatif .303 4 . .861 4 .264

dosis I .227 5 .200* .911 5 .473

dosis II .234 5 .200* .892 5 .367

dosis III .188 5 .200* .975 5 .905

dosis IV .179 6 .200* .983 6 .966

dosis V .223 5 .200* .906 5 .442

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Kesimpulan : Ho diterima sehingga data berat badan mencit putih betina pada hari

keempat belas terdistribusi normal

2. Uji homogenitas (Levene) terhadap data kenaikan berat badan mencit

putih betina pada hari ke-14

Homogeneity of Variances

Hari 14

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.680 5 24 .178

Nilai signifikasi > 0,05

Kesimpulan : Ho diterima, berarti terdapat data kenaikan berat badan pada hari

ke-14 pada tiap kelompok homogen.

Page 109: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxxiv

xxxiv

3. Uji ANAVA satu arah terhadap berat badan mencit putih hari ke-14

Kesimpulan : Ho diterima sehingga terdapat tidak ada perbedaan disetiap data

berat badan mencit putih betina pada hari ke-14.

4. Uji Post hoc (SNK) terhadap berat bdan mencit putih betina pada hari ke-

14

Nilai signifikasi > 0,05

Kesimpulan : Ho diterima sehingga terdapat tidak ada perbedaan yang bermakna

disetiap data berat badan mencit putih betina pada hari ke-14.

ANOVA

Hari 14

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 66.050 5 13.210 2.114 .099

Within Groups 149.999 24 6.250

Total 216.049 29

hari14

Student-Newman-Keulsa,,b

dosis N

Subset for alpha = 0.05

1

dosis V 5 21.8180

dosis II 5 24.0840

dosis I 5 25.2580

dosis III 5 25.3460

dosis IV 6 25.9917

kontrol negatif 4 26.2125

Sig. .100

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.932.

b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group

sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

Page 110: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxxv

xxxv

Lampiran 21. Uji statistik indeks berat organ ginjal

1. Uji normalitas (Saphiro-wilk) terhadap berat organ ginjal pada mencit

putih betina

Tests of Normality

dosis

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

ginjal kontrol

negatif

.461 5 .001 .589 5 .000

dosis I .196 5 .200* .977 5 .916

dosis II .188 5 .200* .930 5 .596

dosis III .263 5 .200* .940 5 .666

dosis IV .287 5 .200* .898 5 .400

dosis V .182 5 .200* .965 5 .843

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Kesimpulan : Ho ditolak sehingga data berat organ ginjal pada mencit putih betina

tidak terdistribusi normal

2. Uji homogenitas (Levene) terhadap berat organ ginjal pada mencit putih

betina

Test of Homogeneity of Variances

ginjal

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

6.240 5 24 .001

Nilai signifikasi < 0,05

Page 111: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxxvi

xxxvi

Kesimpulan : Ho ditolak sehingga varian data indeks berat organ ginjal tidak

homogen.

.

3. Uji Kruskal-Wallis

Kruskal-Wallis Test

Ranks

dosis N Mean Rank

ginjal kontrol

negatif

5 13.40

dosis I 5 18.20

dosis II 5 16.60

dosis III 5 9.60

dosis IV 5 11.40

dosis V 5 23.80

Total 30

Test Statisticsa,b

ginjal

Chi-Square 8.608

df 5

Asymp. Sig. .126

a. Kruskal Wallis Test

Page 112: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxxvii

xxxvii

Test Statisticsa,b

ginjal

Chi-Square 8.608

df 5

Asymp. Sig. .126

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:

dosis

Nilai signifikasi > 0,05

Kesimpulan : Ho diterima, berarti terdapat tidak ada perbedaan yang bermakna

pada tiap kelompok.

Lampiran 22. Uji statistik indeks berat organ hati

1. Uji normalitas (Saphiro-wilk) terhadap indeks berat organ hati pada

mencit putih betina

Tests of Normality

dosis

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

hati kontrol

negatif

.210 5 .200* .963 5 .829

dosis I .232 5 .200* .942 5 .680

dosis II .185 5 .200* .973 5 .895

Page 113: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxxviii

xxxviii

dosis III .292 5 .189 .815 5 .107

dosis IV .281 5 .200* .881 5 .315

dosis V .290 5 .198 .880 5 .311

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Kesimpulan : Ho diterima sehingga data berat organ hati pada mencit putih betina

terdistribusi normal

2. Uji homogenitas (Levene) terhadap berat organ hati pada mencit putih

betina

Test of Homogeneity of Variances

hati

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.099 5 24 .387

Nilai signifikasi > 0,05

Kesimpulan : Ho diterima, berarti data indeks organ hati pada tiap kelompok

homogen.

3. Uji ANAVA satu arah terhadap indeks organ hati pada mencit putih

ANOVA

hati

Page 114: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xxxix

xxxix

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .001 5 .000 1.641 .188

Within Groups .003 24 .000

Total .004 29

Nilai signifikasi >0,05

Kesimpulan : Ho diterima sehingga terdapat tidak ada perbedaan disetiap data

indeks organ hati pada mencit putih betina.

4. Uji Post hoc (SNK) terhadap indeks berat organ hati pada mencit putih

betina

hati

Student-Newman-Keulsa

dosis N

Subset for

alpha = 0.05

1

dosis II 5 .040340

kontrol

negatif

5 .044300

dosis III 5 .044540

dosis IV 5 .046320

dosis I 5 .049020

dosis V 5 .058220

Sig. .126

Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

Page 115: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xl

xl

hati

Student-Newman-Keulsa

dosis N

Subset for

alpha = 0.05

1

dosis II 5 .040340

kontrol

negatif

5 .044300

dosis III 5 .044540

dosis IV 5 .046320

dosis I 5 .049020

dosis V 5 .058220

Sig. .126

Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

5.000.

Kesimpulan : Ho diterima sehingga terdapat tidak ada perbedaan bermakna

disetiap data indeks berat organ hati pada mencit putih betina.

Lampiran 23. Uji statistik indeks berat organ jantung

1. Uji normalitas (Saphiro-wilk) terhadap indeks berat organ jantung pada

mencit putih betina

Tests of Normality

Page 116: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xli

xli

dosis

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

jantung kontrol

negatif

.223 5 .200* .914 5 .494

dosis I .258 5 .200* .885 5 .334

dosis II .227 5 .200* .927 5 .579

dosis III .232 5 .200* .885 5 .334

dosis IV .172 5 .200* .984 5 .955

dosis V .326 5 .089 .790 5 .067

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Kesimpulan : Ho diterima sehingga data berat organ jantung pada mencit putih

betina terdistribusi normal

2. Uji homogenitas (Levene) terhadap indeks berat organ jantung pada

mencit putih betina

Test of Homogeneity of Variances

jantung

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

4.686 5 24 .004

Nilai signifikasi <0,05

Kesimpulan : Ho ditolak sehingga varian data indeks berat organ jantung pada

tidak homogen.

Page 117: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xlii

xlii

3. Uji ANAVA satu arah terhadap indeks organ jantung pada mencit putih

ANOVA

jantung

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .000 5 .000 4.607 .004

Within Groups .000 24 .000

Total .000 29

Nilai signifikasi < 0,04

Kesimpulan : Ho ditolak sehingga terdapat ada perbedaan disetiap data indeks

berat organ jantung pada mencit putih betina.

Lampiran 24. Uji statistik indeks berat organ limfa

1. Uji normalitas (Saphiro-wilk) terhadap indeks berat organ limfa pada

mencit putih betina

Tests of Normality

dosis

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

limfa kontrol

negatif

.262 5 .200* .942 5 .680

dosis I .300 5 .160 .801 5 .082

dosis II .223 5 .200* .899 5 .403

dosis III .173 5 .200* .987 5 .967

dosis IV .245 5 .200* .840 5 .166

dosis V .211 5 .200* .934 5 .622

Page 118: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xliii

xliii

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Kesimpulan : Ho diterima sehingga data berat organ jantung pada mencit putih

betina terdistribusi normal

2. Uji homogenitas (Levene) terhadap indeks berat organ limfa pada mencit

putih betina

Test of Homogeneity of Variances

limfa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.069 5 24 .402

Nilai signifikasinya >0,05

Kesimpulan : Ho diterima sehingga varian data indeks berat organ jantung

homogen.

3. Uji ANAVA satu arah terhadap indeks organ limfa pada mencit putih

ANOVA

limfa

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .000 5 .000 2.562 .054

Within Groups .000 24 .000

Total .000 29

Nilai signifikasi >0,05

Page 119: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xliv

xliv

Kesimpulan : Ho diterima sehingga tidak terdapat ada perbedaan disetiap data

indeks berat organlimfa pada mencit putih betina.

4. Uji Post hoc (SNK) terhadap indeks berat organ limfa pada mencit putih

betina

limfa

Student-Newman-Keulsa

dosis N

Subset for

alpha = 0.05

1

dosis I 5 .005480

dosis IV 5 .007200

dosis II 5 .007980

kontrol

negatif

5 .010060

dosis III 5 .010360

dosis V 5 .010500

Sig. .096

Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

Page 120: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xlv

xlv

limfa

Student-Newman-Keulsa

dosis N

Subset for

alpha = 0.05

1

dosis I 5 .005480

dosis IV 5 .007200

dosis II 5 .007980

kontrol

negatif

5 .010060

dosis III 5 .010360

dosis V 5 .010500

Sig. .096

Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

5.000.

Nilai signifikasi >0,05

Kesimpulan : Ho diterima sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna disetiap

data indeks berat organ limfa pada mencit putih betina.

Lampiran 25. Uji statistic indeks berat organ paru

1. Uji normalitas (Saphiro-wilk) terhadap indeks berat organ paru pada

mencit putih betina

Tests of Normality

dosis

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Page 121: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xlvi

xlvi

paru kontrol

negatif

.293 5 .187 .837 5 .157

dosis I .230 5 .200* .870 5 .268

dosis II .238 5 .200* .872 5 .274

dosis III .241 5 .200* .901 5 .413

dosis IV .328 5 .084 .815 5 .107

dosis V .150 5 .200* .981 5 .938

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Kesimpulan : Ho diterima sehingga data berat organ jantung pada mencit putih

betina terdistribusi normal

2. Uji homogenitas (Levene) terhadap indeks berat organ paru pada mencit

putih betina

Test of Homogeneity of Variances

paru

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.025 5 24 .425

Nilai signifikasi >0,05

Kesimpulan : Ho diterima sehingga varian data indeks berat organ paru homogen.

3. Uji ANAVA satu arah terhadap indeks organ paru pada mencit putih

ANOVA

paru

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .000 5 .000 1.183 .347

Within Groups .000 24 .000

Page 122: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xlvii

xlvii

ANOVA

paru

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .000 5 .000 1.183 .347

Within Groups .000 24 .000

Total .000 29

Nilai signifikasi >0,05

Kesimpulan : Ho diterima sehingga tidak terdapat ada perbedaan disetiap data

indeks berat organ paru pada mencit putih betina

4. Uji Post hoc (SNK) terhadap indeks berat organ limfa pada mencit putih

betina

paru

Student-Newman-Keulsa

dosis N

Subset for alpha

= 0.05

1

dosis IV 5 .005920

dosis II 5 .007060

dosis III 5 .007700

dosis I 5 .008000

dosis V 5 .008600

kontrol negatif 5 .008620

Page 123: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xlviii

xlviii

Sig. .363

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Nilai signifikasi >0,363

Kesimpulan : Ho diterima sehingga terdapat ada perbedaan yang bermakna

disetiap data indeks berat organ paru pada mencit putih betina.

Lampiran 26. Uji statistik indeks berat organ usus

1. Uji normalitas (Saphiro-wilk) terhadap indeks berat organ usus pada

mencit putih betina

Tests of Normality

dosis

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

usus kontrol negatif .273 5 .200* .871 5 .269

dosis I .246 5 .200* .903 5 .426

dosis II .216 5 .200* .923 5 .551

dosis III .184 5 .200* .958 5 .797

dosis IV .310 5 .130 .898 5 .396

dosis V .278 5 .200* .836 5 .154

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 124: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

xlix

xlix

Kesimpulan : Ho diterima sehingga data berat organ usus pada mencit putih betina

terdistribusi normal

2. Uji homogenitas (Levene) terhadap indeks berat organ usus pada mencit

putih betina

Test of Homogeneity of Variances

usus

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.965 5 24 .121

Nilai signifikasi >0,05

Kesimpulan : Ho diterima sehingga varian data indeks berat organ usus homogen.

3. Uji ANAVA satu arah terhadap indeks organ usus pada mencit putih

betina

ANOVA

usus

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .003 5 .001 2.278 .079

Within Groups .007 24 .000

Total .010 29

Nilai siginifikasi >0,05

Kesimpulan : Ho diterima sehingga tidak terdapat ada perbedaan disetiap data

indeks berat organ paru pada mencit putih betina

4. Uji Post hoc (SNK) terhadap indeks berat organ usus pada mencit putih

betina

Page 125: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

l

l

usus

Student-Newman-Keulsa

dosis N

Subset for

alpha = 0.05

1

dosis II 5 .105460

dosis IV 5 .109080

kontrol

negatif

5 .112300

dosis III 5 .112580

dosis I 5 .129560

dosis V 5 .133080

Sig. .142

Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

5.000.

Nilai signifikasi >0,142

Kesimpulan : Ho diterima sehingga terdapat ada perbedaan yang bermakna

disetiap data indeks berat organ paru pada mencit putih betina.

Lampiran 27. Uji statistik indeks berat organ lambung

1. Uji normalitas (Saphiro-wilk) terhadap indeks berat organ lambung pada

mencit putih betina

Tests of Normality

Page 126: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

li

li

dosis

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

lambung kontrol

negatif

.189 5 .200* .927 5 .576

dosis I .403 5 .008 .688 5 .007

dosis II .466 5 .001 .578 5 .000

dosis III .350 5 .044 .838 5 .159

dosis IV .238 5 .200* .857 5 .219

dosis V .181 5 .200* .952 5 .748

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Kesimpulan : Ho diterima sehingga data berat organ lambung pada mencit putih

betina terdistribusi normal

2. Uji homogenitas (Levene) terhadap indeks berat organ lambung pada

mencit putih betina

Test of Homogeneity of Variances

lambung

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

5.954 5 24 .001

Nilai signifikasi < 0,05

Kesimpulan : Ho ditolak sehingga varian data indeks berat organ lambung tidak

homogen.

Page 127: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

lii

lii

3. Uji Kruskal-Wallis

Kruskal-Wallis Test

Ranks

dosis N Mean Rank

lambung kontrol

negatif

5 5.80

dosis I 5 24.60

dosis II 5 12.60

dosis III 5 20.80

dosis IV 5 12.00

dosis V 5 17.20

Total 30

Test Statisticsa,b

lambung

Chi-Square 14.758

df 5

Asymp. Sig. .011

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:

dosis

Nilai signifikasi <0,05

Page 128: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

liii

liii

Kesimpulan : Ho ditolak , berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada

tiap kelompok.

4. Uji Mann-Whitney

Ranks

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

lambung kontrol

negatif

5 3.00 15.00

dosis I 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis

Ranks

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

Page 129: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

liv

liv

lambung kontrol negatif 5 4.00 20.00

dosis II 5 7.00 35.00

Total 10

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U 5.000

Wilcoxon W 20.000

Z -1.586

Asymp. Sig. (2-tailed) .113

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis

Ranks

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

lambung kontrol negatif 5 3.00 15.00

dosis III 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

Page 130: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

lv

lv

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis

Ranks

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

lambung kontrol negatif 5 4.40 22.00

dosis IV 5 6.60 33.00

Total 10

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U 7.000

Wilcoxon W 22.000

Z -1.149

Asymp. Sig. (2-tailed) .251

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis

Ranks

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

lambung kontrol negatif 5 3.40 17.00

dosis V 5 7.60 38.00

Total 10

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U 2.000

Page 131: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

lvi

lvi

Wilcoxon W 17.000

Z -2.193

Asymp. Sig. (2-tailed) .028

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis

Ranks

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

lambung dosis I 5 7.20 36.00

dosis II 5 3.80 19.00

Total 10

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U 4.000

Wilcoxon W 19.000

Z -1.798

Asymp. Sig. (2-tailed) .072

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis

Ranks

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

lambung dosis I 5 6.80 34.00

dosis III 5 4.20 21.00

Total 10

Page 132: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

lvii

lvii

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U 6.000

Wilcoxon W 21.000

Z -1.358

Asymp. Sig. (2-tailed) .175

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis

Ranks

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

lambung dosis I 5 7.40 37.00

dosis IV 5 3.60 18.00

Total 10

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U 3.000

Wilcoxon W 18.000

Z -1.984

Asymp. Sig. (2-tailed) .047

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .056a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis

Ranks

Page 133: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

lviii

lviii

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

lambung dosis I 5 7.20 36.00

dosis V 5 3.80 19.00

Total 10

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U 4.000

Wilcoxon W 19.000

Z -1.776

Asymp. Sig. (2-tailed) .076

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis

Ranks

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

lambung dosis II 5 3.80 19.00

dosis III 5 7.20 36.00

Total 10

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U 4.000

Wilcoxon W 19.000

Z -1.798

Asymp. Sig. (2-tailed) .072

Page 134: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

lix

lix

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis

Ranks

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

lambung dosis II 5 5.40 27.00

dosis IV 5 5.60 28.00

Total 10

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U 12.000

Wilcoxon W 27.000

Z -.106

Asymp. Sig. (2-tailed) .916

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis

Ranks

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

lambung dosis II 5 4.60 23.00

dosis V 5 6.40 32.00

Total 10

Test Statisticsb

Page 135: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

lx

lx

lambung

Mann-Whitney U 8.000

Wilcoxon W 23.000

Z -.952

Asymp. Sig. (2-tailed) .341

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis

Ranks

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

lambung dosis III 5 7.20 36.00

dosis IV 5 3.80 19.00

Total 10

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U 4.000

Wilcoxon W 19.000

Z -1.776

Asymp. Sig. (2-tailed) .076

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis

Ranks

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

Page 136: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

lxi

lxi

lambung dosis III 5 6.20 31.00

dosis V 5 4.80 24.00

Total 10

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U 9.000

Wilcoxon W 24.000

Z -.731

Asymp. Sig. (2-tailed) .465

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis

Ranks

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

lambung dosis III 5 6.20 31.00

dosis V 5 4.80 24.00

Total 10

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U 9.000

Wilcoxon W 24.000

Z -.731

Asymp. Sig. (2-tailed) .465

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548a

a. Not corrected for ties.

Page 137: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU …repository.setiabudi.ac.id/1382/2/SKRIPSI INDAH.pdf · UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria

lxii

lxii

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U 9.000

Wilcoxon W 24.000

Z -.731

Asymp. Sig. (2-tailed) .465

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis

Ranks

dosis N Mean Rank Sum of Ranks

lambung dosis IV 5 4.40 22.00

dosis V 5 6.60 33.00

Total 10

Test Statisticsb

lambung

Mann-Whitney U 7.000

Wilcoxon W 22.000

Z -1.149

Asymp. Sig. (2-tailed) .251

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: dosis