laporan rimpang
DESCRIPTION
rimpangTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tanaman obat yang dimanfaatkan di Indonesia berjumlah lebih
dari 1.000 jenis. Jenis tanaman obat yang paling banyak digunakan
yaitu simplisia.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai
obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan.
Simplisia terbagi 3 golongan : Simplisia nabati yaitu simplisia yang
berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman yang
kedua simplisia hewani yaitu simplisia berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni dan yang terakhir simplisia mineral yaitu
simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau
telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia
murni.
Pada praktikum ini menggunakan simplisia nabati. Simplisia
yang digunakan yaitu rimpang. Rimpang yang diidentifikasi yaitu jahe,
kunyit, bangle, jaringau, temulawak dan alang-alang.
Praktikum ini sangat bermanfaat terutama dalam dunia farmasi
karena pada praktikum ini dilakukan pengidentifikasian secara
organoleptik dan mikroskopik pada sampel yang akan berguna
apabila ingin melakukan penelitian mengenai tanaman baru yang
belum diketahui khasiatnya yang ingin dijadikan sebagai bahan obat
terutama tanaman yang mempunyai rimpang.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud percobaan yaitu untuk mengetahui dan
memahami cara pengamatan haksel dan mikroskopik rimpang.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan yaitu :
1. Untuk mengamati haksel rimpang.
2. Untuk mengamati mikroskopik rimpang.
3. Untuk mengamati bagian-bagian rimpang.
I.3 Prinsip Percobaan
Dilakukan pengamatan secara haksel dan mikroskopik
rimpang, lengkap dengan keterangannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Simplisia menurut Farmakope Herbal Indonesia adalah
bahan alam yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami
pengolahan (1 : 16).
Berdasarkan sumbernya simplisia dapat berupa simplisia
nabati, hewani, dan pelikan atau mineral. Simplisia nabati dapat
berupa tanaman utuh, bagian dari tanaman (akar, batag, daun, dsb),
atau eksudat tanaman yaitu isi sel yang secara spontan dikeluarkan
dari tanaman atau dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman.
Simplisia hewani yaitu simplisia yang dapat berupa hewan utuh,
bagian dari hewan atau zat berguna yang dihasilkan hewan, tetapi
bukan erupa zat kimia murni. Sementara itu, simplisia pelikan atau
mineral belum diolah atau telah diolah secara sederhana, akan tetapi
belum / bukan berupa zat kimia murni (1 : 16).
Berdasarkan bentuknya, simplisia digolongkan menjadi (1 :
16) :
a. Simplisia utuh adalah simplisia dari bahan alamiah, hewani atau
mineral yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga.
b. Simplisia rajangan adalah simplisia yang mengalami proses
pemotongan atau perajangan sehingga menjadi bentuk yang lebih
kecil.
c. Simplisia serbuk adalah simlisia yang telah mengalami proses
penghalusan menjadi serbuk.
d. Simplisia ekstrak adalah simplisia yang mengalami proses
ekstraksi sehingga didapatkan sediaan berupa eksrak cair atau
padat.
e. Simplisia cair berupa cairan murni atau hasil pemurnian yang
biasanya dilakukan melalui proses pemyulingan.
Adapun jenis simplisia adalah sebagai berikut (2 : 9-10) :
a. Herba (herba). Herba merupakan seluruh bagian tanaman obat
mulai dari akar, batag, daun, bunga, daun dan buah yang berasal
dari tanaman jeni terna yang bersifat herbaceus. Contohnya
pegangan.
b. Daun (folium). Bisa dikatakan, daun adalah jenis simplisia yang
paling sering digunakan dalam pembuatan ramuan herbal.
Simplisia tersebut bisa berupa daun segar atau kering dan dapat
berupa pucuk daun seperti teh atau daun tua seperti daun salam.
c. Bunga (flos). Bunga yang dapat dijadikan sebagai simplisia dapat
berupa bunga tunggal atau majemuk.
d. Buah (frauctus). Buah untuk simplisia biasanya digunakan setelah
masak.
e. Kulit buah (pericarpium). Kulit buah dikumpulkan dari buah masak
seperti kulit buah jeruk.
f. Kulit kayu (cortex). Kulit kayu merupakan bagian terluar pada
tanaman tingkat tinggi.
g. Kayu (ligum). Kayu yang biasa digunakan sebagai simplisia
merupakan kayu tanpa kulit. Pemotogan kayu biasanya dilakukan
miring sehingga permukaan menjadi lebar. Kadangkala berupa
serutan kayu.
h. Akar (radix). Akar merupakan bagian tumbuhan yang biasanya
terdapat di dalam tanah. Akar untuk simplisia bisa dari tanaman
rumput perdu, atau tanaman berkayu keras. Simplisia akar
dikumpulkan ketika proses pertumbuhannya berhenti. Contoh akar
yang kerap dijadikan simplisia adalah akar tanaman kompri.
i. Umbi (tuber). Umbi merupakan penjelmaan batang atau akar
sehingga dibedakan menjadi umbi batang dan umbi akar. Untuk
menjadi simplisia, umbi dipotong miring agar permukaan menjadi
lebar. Bila umbi bersifat toksik, sebelum digunakan umbi perlu
diproses terlebih dahulu dengan cara perendaman atau
pengukusan. Contoh umbi akar serabut adalah singkong dan umbi
akar tunggang adalah lobak, sementara contoh umbi batang adalah
kentang.
j. Rimpang (rhizome). Rimpang merupakan batang dan daun yang
terdapat di dalam tanah, bercabang-bercabang, dn tumbuh
mendatar. Dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul ke atas
tanah dan menjadi tumbuhan baru. Kunyit merupakan salah satu
jenis rimpang yang biasa dijadikan simplisia.
k. Umbi lapis (bulbus). Umbi lapis merupakan perubahan bentuk dari
batang beserta daunnya menjadi umbi yang berlapis-lapis karena
daunnya tebal, lunak, dan berdaging. Contoh dari umbi lapis antara
lain bawang merah dan bawang bombay.
II.2 Uraian Bahan
a. Klorahidrat (5 : 142)
Nama resmi : CHLORALIHYDRAS
Nama lain : Kloralhidrat
RM / BM : C2H3Cl3O2
Pemerian : Hablur transparan, tidak meleleh basah;
tidak berbau, bau tajam dan khas; rasa
kaostik dan agak pahit. Melebur pada
suhu lebih kurang 55 0C dan perlahan-
lahan menguap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam
minyak zaitun; mudah larut dalam etanol
(95% P), dalam kloroform P dan dalam
eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah kaca tertutup rapat, terlindung
dari cahaya; di tempat sejuk.
Kegunaan : Sebagai medium.
b. Floroglusin (5 : 675)
RM / BM : C6H3(OH)3.2H2O / 126
Pemerian : Hablur atau sebuk hablur, putih atau
kekuningan.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol
(95% P) dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam ada wadah tertutup baik ,
terlindung dari cahaya.
Kegunaan : Sebagai medium
II.3 Deskripsi tanaman
II.3.1 Jahe
II.3.1.1 Klasifikasi (3 : 65)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Rosc
II.3.1.2 Morfologi (4 : 8-9)
Batang jahe merah berbentuk bulat kecil,
berwrna hijau kemerahan, dan agak keras karena
dislubungi oleh peepah daun. Tinggi tanaman mencapai
34,18 – 62,28 cm. Daun tersusun berselang-seling
secara teratur dan memiliki warna yang lebih hijau
(gelap) dibandingkan dengan kedua tipe lainnya.
Permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda
dibandingkan dengan bagian bawahnya. Luas daun
32,55 – 51,18 cm2 dengan panjang 24,30 – 24,79 cm,
lebar 2,79 – 31,18 cm, dan lebar tajuk 36,93 – 52,87.
Ukuran rimpang pade jahe merah lebih kecil
dibandingkan dengan jahe gajah dan jahe kecil, yakni
panjang rimpang 12,33 – 12,60 cm, tinggi mencapai 5,86
– 7,03 cm, dan berat rata-rata 0,29 – 1,17 kg. Akar
berserat agak kasar denga panjang 17,03 – 24,06 cm
dan diameter akar mencapai 5,36 – 5,46 mm. Jahe
merah memiliki aroma yang tajam dan rasanya agak
pedas.
II.3.1.3 Efek farmakologi (3 : 66)
Jahe merah memiliki rasa panas dan pedas.
Tanaman ini bersifat sebagai pencahar, anthelemintic,
antirematik, da pelurh masuk angin.
II.3.2 Kunyit
II.3.2.1 Klasifikasi (6 : 13)
Regnum :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Class : Monocotyldonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curucuma domestica
II.3.2.2 Morfologi (6 : 14)
Kunyit termasuk tanaman tahunan yang tumbuh
merumpun. Susunan tubuh tanaman terdiri atas akar,
rimpang, batang semu, pelepah daun, daun, tagkai
bunga, dan kuntum bunga.termasuk akar. Sistem
perakaran tanaman kunyit termasuk akar serabut (radix
adventica) berbentuk benang (fibrosus) yang menempel
pada rimpang.
II.3.2.3 Kandungan Zat Kimia (7 : 114)
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat
obat, yang disebut kurukuminoid, yang terdiri atas
kurkumin, desmetoksikumin, dan bidesmetoksikurkumin,
sisanya minyak atsiri, lemak 1-3%, karbohidrat 3%,
protein 30%, pati 8%, vitamin C 45-55%, dan garam-
garam mineral
II.3.3 Temulawak
II.3.3.1 Klasifikasi (8 : 14)
Regnum :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Class : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza
II.3.3.2 Morfologi (8 : 14-15)
Temulawak termasuk tanaman tahunan yang
tumbuh merumpun. Tanaman in berbatang semu dan
habitusnya dapat mencapai ketinggian 2 - 2,5 m. Tiap
rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman dan
setiapa tanaman memiliki 2-9 helai daun. Sistem
perakaran termasuk akar serabut.
II.3.3.3 Kandungan Zat Kimia (8 : 16)
Terdiri atas pati, abu, serat, dan minyak atsiri
(phelandren, kamfer, borneol, xanthorrhizol, turmeerol,
dn sineal.. Dan zat utama yang dihasilkan oleh
temulawak adalah kurkumin 1,6% - 2,22% dihitung
berdasarkan berat kering.
II.3.4 Bangle
II.3.4.1 Klasifikasi (9)
Regnum :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber purpureum
II.3.4.2 Morfologi (10 : 42)
Bangle merupakan tanaman berumpun dan
berbatang basah dengan tinggi mencapai 1,5 m. Bentuk
daun melanset, warnanya hijau cerah, dan jika diremas
baunya sangat tajam. Bentuk daun tunggal dan muncul
dari ketiak daun gagang. Bunganya berwarna kuning
pucat. Bentuk buah menjorong, berdaging putih, dan
terbagi dalam tiga lobus. Rimpangnya berwarna kuning
kehijauan, ukurannya lebih besar dari jahe, rasanya
pedas pahit, dan baunya menyengat.
II.3.4.3 Kandungan Zat Kimia (10 : 42-43)
Mengandung senyawa kimia seperti minyak atsiri
(sineol, pinen, sesquiterpin), damar lunak pahit, lemak,
gom, gula, mineral, albuminoida, dan asam-asam
organik.
II.3.5 Alang-alang
II.3.5.1 Klasifikasi (9)
Regnum :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cilindrica
II.3.5.2 Morfologi (11 : 54)
Merpakan tumbuhan berkayu, hidup menahun,
tinggi dapat mencapai 1,5 m. Batang atau dalam bentuk
rimpang menjalar di bawah tanah, batang tegak,
membentuk satu perbungaan, padat. Daun tunggal.
Pangkal saling menutup, helaian berbentuk pita lurus.
II.3.5.3 Kandungan Zat Kimia (12 : 67)
Anatara lain manitol, glukosa, sakarosa, malic acid,
citrisc acid, coixol, arundoin, cylindrin, fernenol,
simiarenol, anemonin, asam kersik, damar, dan logam
alkali.
II.3.6. Jeringau
II.3.6.1 Klasifikasi (9)
Regnum :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Arales
Famili : Acoraceae
Genus : Acorus
Spesies : Acorus calamus
II.3.6.2 Morfologi (13)
Batang basah, pendek, membentuk rimpang, dan
berwarna putih kotor. Daunnya tunggal, bentuk lanset,
ujung runcing, tepi rata, panjang 60 cm, lebar sekitar 5
cm, dan tulang daun sejajar. Daun berwarna hijau,
berbentuk bongkol dengan ujung meruncing, panjang
20-25 cm. Pada ketiak daun keluar tangkai sari dengan
panjang ± 2,75 mm, kepala sari panjang ± 0,5 mm, dan
putik berukuran 1-1,5 mm. Akarnya kuat dengan
rimpang berwarna merah jambu dan bagian dalamnya
berwarna putih. Jika dikeringkan dan dicium akan
mengeluarkan bau yang tajam (Atsiri Indonesia, 2006).
II.3.6.3 Kandungan Zat Kimia (13,14)
Kandungan bahan kimia terpenting dalam rimpang
jeringau adalah minyak atsiri. Kandungan minyak
atsirinya mengandung eugenol, asarilaldehid, asaron
(alfa dan beta asaron), kalameon, kalamediol,
isokalamendiol, preisokalmendiol, akorenin, akonin,
akoragermakron, akolamonin, isoakolamin, siobunin,
isosiobunin, episiobunin, resin dan amilum (Arsiri
Indonesia, 2006). Tinggi rendahnya kualitas minyak
atsiri tergantung pada daerah asal jeringau itu sendiri.
Komposisi minyak rimpang jeringau terdiri dari asarone
(82%), kolamenol (5%), kolamen (4%), kolameone
(1%), metil eugenol (1%), dan eugenol (0,3%)
(Kardinan, 2004).
BAB III
METODE PENELITUAN
III.1 Alat, Bahan dan Sampel
III.1.2 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini
yaitu deglass, gegep kayu, lap kasar, lap halus, mikroskop,
objec glass, parut, pisau, sendok tanduk, tabung reaks,
tissue, toples dan oven.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu,
floroglusin, dan klorahidrat.
III.1.3 Sampel
Sampel yang digunakan yaitu rimpang alang-alang,
bangle, jahe, jeringau, kunyit, dan temulawak.
III.2 Cara Kerja
a. Organoleptik
1. Rimpang yang ingin dijadikan sampel yaitu rimpang yang
sudah dikeringkan.
2. Semua sampel rimpang yang berbentuk haksel, mengamati
organoleptiknya yang meliputi bentuk, warna, bau dan rasa
dari sampel.
b. Mikroskopik
1. Semua sampel yang berbentuk serbuk diamati
mikroskopiknya.
2. Pertama, diambil serbuk rimpang secukupnya dan letakkan di
atas kaca objek.
3. Sesudah itu, tetesi dengan klorahidrat.
4. Kemudian tutup dengan deglass
5. Terakhir, amati mikroskopiknya menggunakan mikroskop.
6. Hasil pengamatan difoto menggunakan kamera.
7. Lakukan cara kerja No. 2 sampai No. 6 unuk sampel
floroglusin.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Organoleptik
1. Jahe (Zingiber officinale)
a. Bau : aromatik
b. Rasa : rasa pedas
c. Warna : coklat muda
2. Alang-alang (Imperata cylindrica)
a. Bau : khas
b. Rasa : manis
c. Warna : kuning mudah kecoklatan
3. Bangle (Zingiber purpureum)
a. Bau : menyengat
b. Rasa : tidak berasa
c. Warna : kuning
4. Kunyit (Curcuma domestica)
a. Bau : khas
b. Rasa : rasa pahit
c. Warna : kuning coklatan
5. Jeringau (Acorus calamus)
Bau : khas
Rasa : rasa pahit
Warna : kecoklatan
6. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb).
Bau : sedikit menyengat
Rasa : rasa pahit
Warna : kuning mudah kecoklatan
Daftar Pustaka
1.Tim Asisten. 2014. Modul Praktikum Farmakogosi. Makassar :
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar. (P : 16)
2. Dalimartha, Setiawan. 2008. 1001 Resep Herbal. Jakarta : Penebar
Swadaya. (P : 9-10)
3. Utami, Prapti dan Tim Lentera. 2003. Tanaman Obat untuk
Mengatasi Rematik dan Asam Urat. Jakarta : AgroMedia (P :
142)
4. Tim Lentera. 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah si Rimpang
Ajaib. Jakarta : Agromedia. (P : 8-9)
5.Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ke 3. Jakarta :
Deparmen Kesehatan RI. (P : 142, 675)