laporan rimpang

23
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tanaman obat yang dimanfaatkan di Indonesia berjumlah lebih dari 1.000 jenis. Jenis tanaman obat yang paling banyak digunakan yaitu simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia terbagi 3 golongan : Simplisia nabati yaitu simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman yang kedua simplisia hewani yaitu simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni dan yang terakhir simplisia mineral yaitu simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. Pada praktikum ini menggunakan simplisia nabati. Simplisia yang digunakan yaitu rimpang. Rimpang yang diidentifikasi yaitu jahe, kunyit, bangle, jaringau, temulawak dan alang-alang.

Upload: grace-oktavia

Post on 26-Dec-2015

770 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

rimpang

TRANSCRIPT

Page 1: laporan rimpang

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tanaman obat yang dimanfaatkan di Indonesia berjumlah lebih

dari 1.000 jenis. Jenis tanaman obat yang paling banyak digunakan

yaitu simplisia.

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai

obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali

dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan.

Simplisia terbagi 3 golongan :  Simplisia nabati yaitu simplisia yang

berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman yang

kedua simplisia hewani yaitu simplisia berupa hewan utuh, bagian

hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum

berupa zat kimia murni dan yang terakhir simplisia mineral yaitu

simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau

telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia

murni.

Pada praktikum ini menggunakan simplisia nabati. Simplisia

yang digunakan yaitu rimpang. Rimpang yang diidentifikasi yaitu jahe,

kunyit, bangle, jaringau, temulawak dan alang-alang.

Praktikum ini sangat bermanfaat terutama dalam dunia farmasi

karena pada praktikum ini dilakukan pengidentifikasian secara

organoleptik dan mikroskopik pada sampel yang akan berguna

apabila ingin melakukan penelitian mengenai tanaman baru yang

belum diketahui khasiatnya yang ingin dijadikan sebagai bahan obat

terutama tanaman yang mempunyai rimpang.

Page 2: laporan rimpang

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud percobaan yaitu untuk mengetahui dan

memahami cara pengamatan haksel dan mikroskopik rimpang.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan yaitu :

1. Untuk mengamati haksel rimpang.

2. Untuk mengamati mikroskopik rimpang.

3. Untuk mengamati bagian-bagian rimpang.

I.3 Prinsip Percobaan

Dilakukan pengamatan secara haksel dan mikroskopik

rimpang, lengkap dengan keterangannya.

Page 3: laporan rimpang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Simplisia menurut Farmakope Herbal Indonesia adalah

bahan alam yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami

pengolahan (1 : 16).

Berdasarkan sumbernya simplisia dapat berupa simplisia

nabati, hewani, dan pelikan atau mineral. Simplisia nabati dapat

berupa tanaman utuh, bagian dari tanaman (akar, batag, daun, dsb),

atau eksudat tanaman yaitu isi sel yang secara spontan dikeluarkan

dari tanaman atau dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman.

Simplisia hewani yaitu simplisia yang dapat berupa hewan utuh,

bagian dari hewan atau zat berguna yang dihasilkan hewan, tetapi

bukan erupa zat kimia murni. Sementara itu, simplisia pelikan atau

mineral belum diolah atau telah diolah secara sederhana, akan tetapi

belum / bukan berupa zat kimia murni (1 : 16).

Berdasarkan bentuknya, simplisia digolongkan menjadi (1 :

16) :

a. Simplisia utuh adalah simplisia dari bahan alamiah, hewani atau

mineral yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami

pengolahan apapun juga.

b. Simplisia rajangan adalah simplisia yang mengalami proses

pemotongan atau perajangan sehingga menjadi bentuk yang lebih

kecil.

c. Simplisia serbuk adalah simlisia yang telah mengalami proses

penghalusan menjadi serbuk.

d. Simplisia ekstrak adalah simplisia yang mengalami proses

ekstraksi sehingga didapatkan sediaan berupa eksrak cair atau

padat.

Page 4: laporan rimpang

e. Simplisia cair berupa cairan murni atau hasil pemurnian yang

biasanya dilakukan melalui proses pemyulingan.

Adapun jenis simplisia adalah sebagai berikut (2 : 9-10) :

a. Herba (herba). Herba merupakan seluruh bagian tanaman obat

mulai dari akar, batag, daun, bunga, daun dan buah yang berasal

dari tanaman jeni terna yang bersifat herbaceus. Contohnya

pegangan.

b. Daun (folium). Bisa dikatakan, daun adalah jenis simplisia yang

paling sering digunakan dalam pembuatan ramuan herbal.

Simplisia tersebut bisa berupa daun segar atau kering dan dapat

berupa pucuk daun seperti teh atau daun tua seperti daun salam.

c. Bunga (flos). Bunga yang dapat dijadikan sebagai simplisia dapat

berupa bunga tunggal atau majemuk.

d. Buah (frauctus). Buah untuk simplisia biasanya digunakan setelah

masak.

e. Kulit buah (pericarpium). Kulit buah dikumpulkan dari buah masak

seperti kulit buah jeruk.

f. Kulit kayu (cortex). Kulit kayu merupakan bagian terluar pada

tanaman tingkat tinggi.

g. Kayu (ligum). Kayu yang biasa digunakan sebagai simplisia

merupakan kayu tanpa kulit. Pemotogan kayu biasanya dilakukan

miring sehingga permukaan menjadi lebar. Kadangkala berupa

serutan kayu.

h. Akar (radix). Akar merupakan bagian tumbuhan yang biasanya

terdapat di dalam tanah. Akar untuk simplisia bisa dari tanaman

rumput perdu, atau tanaman berkayu keras. Simplisia akar

dikumpulkan ketika proses pertumbuhannya berhenti. Contoh akar

yang kerap dijadikan simplisia adalah akar tanaman kompri.

i. Umbi (tuber). Umbi merupakan penjelmaan batang atau akar

sehingga dibedakan menjadi umbi batang dan umbi akar. Untuk

menjadi simplisia, umbi dipotong miring agar permukaan menjadi

Page 5: laporan rimpang

lebar. Bila umbi bersifat toksik, sebelum digunakan umbi perlu

diproses terlebih dahulu dengan cara perendaman atau

pengukusan. Contoh umbi akar serabut adalah singkong dan umbi

akar tunggang adalah lobak, sementara contoh umbi batang adalah

kentang.

j. Rimpang (rhizome). Rimpang merupakan batang dan daun yang

terdapat di dalam tanah, bercabang-bercabang, dn tumbuh

mendatar. Dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul ke atas

tanah dan menjadi tumbuhan baru. Kunyit merupakan salah satu

jenis rimpang yang biasa dijadikan simplisia.

k. Umbi lapis (bulbus). Umbi lapis merupakan perubahan bentuk dari

batang beserta daunnya menjadi umbi yang berlapis-lapis karena

daunnya tebal, lunak, dan berdaging. Contoh dari umbi lapis antara

lain bawang merah dan bawang bombay.

Page 6: laporan rimpang

II.2 Uraian Bahan

a. Klorahidrat (5 : 142)

Nama resmi : CHLORALIHYDRAS

Nama lain : Kloralhidrat

RM / BM : C2H3Cl3O2

Pemerian : Hablur transparan, tidak meleleh basah;

tidak berbau, bau tajam dan khas; rasa

kaostik dan agak pahit. Melebur pada

suhu lebih kurang 55 0C dan perlahan-

lahan menguap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam

minyak zaitun; mudah larut dalam etanol

(95% P), dalam kloroform P dan dalam

eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah kaca tertutup rapat, terlindung

dari cahaya; di tempat sejuk.

Kegunaan : Sebagai medium.

b. Floroglusin (5 : 675)

RM / BM : C6H3(OH)3.2H2O / 126

Pemerian : Hablur atau sebuk hablur, putih atau

kekuningan.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol

(95% P) dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam ada wadah tertutup baik ,

terlindung dari cahaya.

Kegunaan : Sebagai medium

Page 7: laporan rimpang

II.3 Deskripsi tanaman

II.3.1 Jahe

II.3.1.1 Klasifikasi (3 : 65)

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili :  Zingiberaceae 

Genus :  Zingiber 

Spesies :  Zingiber officinale Rosc

II.3.1.2 Morfologi (4 : 8-9)

Batang jahe merah berbentuk bulat kecil,

berwrna hijau kemerahan, dan agak keras karena

dislubungi oleh peepah daun. Tinggi tanaman mencapai

34,18 – 62,28 cm. Daun tersusun berselang-seling

secara teratur dan memiliki warna yang lebih hijau

(gelap) dibandingkan dengan kedua tipe lainnya.

Permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda

dibandingkan dengan bagian bawahnya. Luas daun

32,55 – 51,18 cm2 dengan panjang 24,30 – 24,79 cm,

lebar 2,79 – 31,18 cm, dan lebar tajuk 36,93 – 52,87.

Ukuran rimpang pade jahe merah lebih kecil

dibandingkan dengan jahe gajah dan jahe kecil, yakni

panjang rimpang 12,33 – 12,60 cm, tinggi mencapai 5,86

– 7,03 cm, dan berat rata-rata 0,29 – 1,17 kg. Akar

berserat agak kasar denga panjang 17,03 – 24,06 cm

dan diameter akar mencapai 5,36 – 5,46 mm. Jahe

merah memiliki aroma yang tajam dan rasanya agak

pedas.

Page 8: laporan rimpang

II.3.1.3 Efek farmakologi (3 : 66)

Jahe merah memiliki rasa panas dan pedas.

Tanaman ini bersifat sebagai pencahar, anthelemintic,

antirematik, da pelurh masuk angin.

II.3.2 Kunyit

II.3.2.1 Klasifikasi (6 : 13)

Regnum :Plantae

Divisi :Spermatophyta

Class : Monocotyldonae

Ordo : Zingiberales

Famili :  Zingiberaceae 

Genus : Curcuma  

Spesies : Curucuma domestica

II.3.2.2 Morfologi (6 : 14)

Kunyit termasuk tanaman tahunan yang tumbuh

merumpun. Susunan tubuh tanaman terdiri atas akar,

rimpang, batang semu, pelepah daun, daun, tagkai

bunga, dan kuntum bunga.termasuk akar. Sistem

perakaran tanaman kunyit termasuk akar serabut (radix

adventica) berbentuk benang (fibrosus) yang menempel

pada rimpang.

II.3.2.3 Kandungan Zat Kimia (7 : 114)

Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat

obat, yang disebut kurukuminoid, yang terdiri atas

kurkumin, desmetoksikumin, dan bidesmetoksikurkumin,

sisanya minyak atsiri, lemak 1-3%, karbohidrat 3%,

protein 30%, pati 8%, vitamin C 45-55%, dan garam-

garam mineral

Page 9: laporan rimpang

II.3.3 Temulawak

II.3.3.1 Klasifikasi (8 : 14)

Regnum :Plantae

Divisi :Spermatophyta

Class : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili :  Zingiberaceae 

Genus :  Curcuma

Spesies :  Curcuma xanthorrhiza

II.3.3.2 Morfologi (8 : 14-15)

Temulawak termasuk tanaman tahunan yang

tumbuh merumpun. Tanaman in berbatang semu dan

habitusnya dapat mencapai ketinggian 2 - 2,5 m. Tiap

rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman dan

setiapa tanaman memiliki 2-9 helai daun. Sistem

perakaran termasuk akar serabut.

II.3.3.3 Kandungan Zat Kimia (8 : 16)

Terdiri atas pati, abu, serat, dan minyak atsiri

(phelandren, kamfer, borneol, xanthorrhizol, turmeerol,

dn sineal.. Dan zat utama yang dihasilkan oleh

temulawak adalah kurkumin 1,6% - 2,22% dihitung

berdasarkan berat kering.

II.3.4 Bangle

II.3.4.1 Klasifikasi (9)

Regnum :Plantae

Divisi :Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili :  Zingiberaceae 

Genus : Zingiber 

Page 10: laporan rimpang

Spesies : Zingiber purpureum

II.3.4.2 Morfologi (10 : 42)

Bangle merupakan tanaman berumpun dan

berbatang basah dengan tinggi mencapai 1,5 m. Bentuk

daun melanset, warnanya hijau cerah, dan jika diremas

baunya sangat tajam. Bentuk daun tunggal dan muncul

dari ketiak daun gagang. Bunganya berwarna kuning

pucat. Bentuk buah menjorong, berdaging putih, dan

terbagi dalam tiga lobus. Rimpangnya berwarna kuning

kehijauan, ukurannya lebih besar dari jahe, rasanya

pedas pahit, dan baunya menyengat.

II.3.4.3 Kandungan Zat Kimia (10 : 42-43)

Mengandung senyawa kimia seperti minyak atsiri

(sineol, pinen, sesquiterpin), damar lunak pahit, lemak,

gom, gula, mineral, albuminoida, dan asam-asam

organik.

II.3.5 Alang-alang

II.3.5.1 Klasifikasi (9)

Regnum :Plantae

Divisi :Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Imperata 

Spesies : Imperata cilindrica

II.3.5.2 Morfologi (11 : 54)

Merpakan tumbuhan berkayu, hidup menahun,

tinggi dapat mencapai 1,5 m. Batang atau dalam bentuk

rimpang menjalar di bawah tanah, batang tegak,

Page 11: laporan rimpang

membentuk satu perbungaan, padat. Daun tunggal.

Pangkal saling menutup, helaian berbentuk pita lurus.

II.3.5.3 Kandungan Zat Kimia (12 : 67)

Anatara lain manitol, glukosa, sakarosa, malic acid,

citrisc acid, coixol, arundoin, cylindrin, fernenol,

simiarenol, anemonin, asam kersik, damar, dan logam

alkali.

II.3.6. Jeringau

II.3.6.1 Klasifikasi (9)

Regnum :Plantae

Divisi :Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Arales

Famili : Acoraceae

Genus : Acorus 

Spesies : Acorus calamus

II.3.6.2 Morfologi (13)

Batang basah, pendek, membentuk rimpang, dan

berwarna putih kotor. Daunnya tunggal, bentuk lanset,

ujung runcing, tepi rata, panjang 60 cm, lebar sekitar 5

cm, dan tulang daun sejajar. Daun berwarna hijau,

berbentuk bongkol dengan ujung meruncing, panjang

20-25 cm. Pada ketiak daun keluar tangkai sari dengan

panjang ± 2,75 mm, kepala sari panjang ± 0,5 mm, dan

putik berukuran 1-1,5 mm. Akarnya kuat dengan

rimpang berwarna merah jambu dan bagian dalamnya

berwarna putih. Jika dikeringkan dan dicium akan

mengeluarkan bau yang tajam (Atsiri Indonesia, 2006).

Page 12: laporan rimpang

II.3.6.3 Kandungan Zat Kimia (13,14)

Kandungan bahan kimia terpenting dalam rimpang

jeringau adalah minyak atsiri. Kandungan minyak

atsirinya mengandung eugenol, asarilaldehid, asaron

(alfa dan beta asaron), kalameon, kalamediol,

isokalamendiol, preisokalmendiol, akorenin, akonin,

akoragermakron, akolamonin, isoakolamin, siobunin,

isosiobunin, episiobunin, resin dan amilum (Arsiri

Indonesia, 2006). Tinggi rendahnya kualitas minyak

atsiri tergantung pada daerah asal jeringau itu sendiri.

Komposisi minyak rimpang jeringau terdiri dari asarone

(82%), kolamenol (5%), kolamen (4%), kolameone

(1%), metil eugenol (1%), dan eugenol (0,3%)

(Kardinan, 2004).

Page 13: laporan rimpang

BAB III

METODE PENELITUAN

III.1 Alat, Bahan dan Sampel

III.1.2 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini

yaitu deglass, gegep kayu, lap kasar, lap halus, mikroskop,

objec glass, parut, pisau, sendok tanduk, tabung reaks,

tissue, toples dan oven.

III.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu,

floroglusin, dan klorahidrat.

III.1.3 Sampel

Sampel yang digunakan yaitu rimpang alang-alang,

bangle, jahe, jeringau, kunyit, dan temulawak.

III.2 Cara Kerja

a. Organoleptik

1. Rimpang yang ingin dijadikan sampel yaitu rimpang yang

sudah dikeringkan.

2. Semua sampel rimpang yang berbentuk haksel, mengamati

organoleptiknya yang meliputi bentuk, warna, bau dan rasa

dari sampel.

b. Mikroskopik

1. Semua sampel yang berbentuk serbuk diamati

mikroskopiknya.

2. Pertama, diambil serbuk rimpang secukupnya dan letakkan di

atas kaca objek.

3. Sesudah itu, tetesi dengan klorahidrat.

4. Kemudian tutup dengan deglass

5. Terakhir, amati mikroskopiknya menggunakan mikroskop.

Page 14: laporan rimpang

6. Hasil pengamatan difoto menggunakan kamera.

7. Lakukan cara kerja No. 2 sampai No. 6 unuk sampel

floroglusin.

Page 15: laporan rimpang

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Organoleptik

1. Jahe (Zingiber officinale)

a. Bau : aromatik

b. Rasa : rasa pedas

c. Warna : coklat muda

2. Alang-alang (Imperata cylindrica)

a. Bau : khas

b. Rasa : manis

c. Warna : kuning mudah kecoklatan

3. Bangle (Zingiber purpureum)

a. Bau : menyengat

b. Rasa : tidak berasa

c. Warna : kuning

4. Kunyit (Curcuma domestica)

a. Bau : khas

b. Rasa : rasa pahit

c. Warna : kuning coklatan

5. Jeringau (Acorus calamus)

Bau : khas

Rasa : rasa pahit

Warna : kecoklatan

6. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb).

Bau : sedikit menyengat

Rasa : rasa pahit

Warna : kuning mudah kecoklatan

Page 16: laporan rimpang

Daftar Pustaka

1.Tim Asisten. 2014. Modul Praktikum Farmakogosi. Makassar :

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar. (P : 16)

2. Dalimartha, Setiawan. 2008. 1001 Resep Herbal. Jakarta : Penebar

Swadaya. (P : 9-10)

Page 17: laporan rimpang

3. Utami, Prapti dan Tim Lentera. 2003. Tanaman Obat untuk

Mengatasi Rematik dan Asam Urat. Jakarta : AgroMedia (P :

142)

4. Tim Lentera. 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah si Rimpang

Ajaib. Jakarta : Agromedia. (P : 8-9)

5.Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ke 3. Jakarta :

Deparmen Kesehatan RI. (P : 142, 675)