toksisitas arsen

21
INTOKSIKASI ARSENIK A.PENDAHULUAN Arsenik merupakan logam berat dengan nomor atom 33, berat atom 74.91. Biasanya arsenik berwarna abu-abu dengan penampakan seperti logam (steel-gray). Selain abu-abu dapat juga berwarna kuning, coklat, dan hitam.Pada saat arsenik dipanaskan, maka arsenik akan menyublim menjadi gas (arsin)secara langsung. Arsenik termasuk elemen transisional (intermediet) antara logam dan non logam, namun secara klasik digolongkan sebagai logam berat. Arsenik tidak berbau dan tidak berasa. Bentuknya seperti bubuk giling dan tidak larut dalam air. Senyawa arsen yang biasa kita temukan di alam ada 3 bentuk yakni Arsen trichlorida (AsCl 3 ) berupa cairan berminyak, Arsen trioksida (As 2 O 3 , arsen putih) berupa kristal putih dan berupa gas arsine (AsH 3 ). Secara garis besar arsen terdiri dari dua bentuk, yakni organik dan inorganik. Bentuk inorganik merupakan kombinasi dengan elemen seperti oksigen, chlorine, dan sulfur. Sedangkan bentuk organik merupakan kombinasi dengan elemen karbon dan hidrogen. Bentuk inorganik memiliki sifat lebih toksik dibandingkan bentuk organik. (1-3) Gambar 1: Lambang Arsenc dalam gugusan rantai kimia B.SUMBER-SUMBER ARSEN a)Alam

Upload: aprianti-ramdhani

Post on 25-Jun-2015

2.647 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

menjelaskan tentang karakteristik arsen, efek arsen pada tubuh, etc

TRANSCRIPT

Page 1: Toksisitas Arsen

INTOKSIKASI ARSENIK

A.PENDAHULUAN

Arsenik merupakan  logam berat dengan nomor atom 33, berat atom 74.91. Biasanya

arsenik berwarna abu-abu dengan penampakan seperti logam (steel-gray). Selain abu-abu

dapat juga berwarna kuning, coklat, dan hitam.Pada saat arsenik dipanaskan, maka arsenik

akan menyublim menjadi gas (arsin)secara langsung. Arsenik termasuk elemen transisional

(intermediet) antara logam dan non logam, namun secara klasik digolongkan sebagai logam

berat. Arsenik tidak berbau dan tidak berasa. Bentuknya seperti bubuk giling dan tidak larut

dalam air. Senyawa arsen yang biasa kita temukan di alam ada 3 bentuk yakni Arsen

trichlorida (AsCl3) berupa cairan  berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih) berupa

kristal putih dan berupa gas arsine (AsH3). Secara garis besar arsen terdiri dari dua bentuk,

yakni organik dan inorganik. Bentuk inorganik merupakan kombinasi dengan elemen seperti

oksigen, chlorine, dan sulfur. Sedangkan bentuk organik merupakan kombinasi dengan

elemen karbon dan hidrogen. Bentuk inorganik memiliki sifat lebih toksik dibandingkan

bentuk organik.(1-3)

Gambar 1: Lambang Arsenc dalam gugusan rantai kimia

B.SUMBER-SUMBER ARSEN

a)Alam

Arsen terutama terdapat di dalam tanah dalam konsentrasi yang bervariasi. Tanah yang

“normal” mempunyai kandungan arsen tidak lebih dari 20 ppm (part per million). Arsen

dalam tanah akan diserap oleh  akar tumbuhan dan masuk ke dalam bagian-bagian

tumbuhan sehingga tumbuhan mengandung arsen. Adanya arsen dalam tanah akan

menyebabkan sebagian arsen larut di dalam air. Arsen ini kemudian akan menjadi

makanan plankton yang kemudian akan dimakan ikan. Jadi secara tidak langsung

manusia yang mengkonsumsi ikan akan mengkonsumsi arsen. Senyawa arsen yang

paling sering dijumpai pada makanan adalah arsenobetaine dan arsenocholine, yang

merupakan  varian arsen organic yang relatif non toksik. Senyawa arsen juga banyak

Page 2: Toksisitas Arsen

dijumpai pada daerah pertambangan, karena senyawa arsen merupakan produk

sampingan dari ekstraksi logam Pb, Cu maupun Au. Dalam pertambangan tersebut,

senyawa arsen tersebut merupakan kontaminan pada air sumur keadaan normal, setiap

hari tidak kurang dari 0,5 - 1 mg arsen akan masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan

dan minuman yang kita konsumsi.Dengan demikian, di dalam darah orang normalpun,

kita  dapat menjumpai adanya arsen. (2-4)

b)Bahan-bahan industri

Arsen telah banyak digunakan untuk berbagai kepentingan diantaranya untuk bahan

pestisida, herbisida, insektisida, bahan cat, keramik, bahan untuk preservasi kayu,

penjernih kaca pada industri elektronik. Dalam masyarakat, arsen masih digunakan

sebagai anti hama, terutama tikus. Dalam bentuk bubuk putih, yang dikenal sebagai

warangan (As2O3), arsen merupakan obat pembasmi tikus yang ampuh. Racun ini tidak

berasa, tidak berbau, tidak berwarna dan sangat beracun sehingga dapat mengecoh tikus

sehingga mau memakan umpan yang telah diberi racun tersebut. Tikus yang memakan

arsen akan mengalami gejala muntaber, kekurangan cairan (dehidrasi) dan mati dalam

keadaan “kering”. Karena bahayanya racun ini, maka  saat ini arsen tidak banyak

digunakan lagi sebagai pembasmi hama dan perannya digantikan oleh bahan lain yang

lebih aman. Meskipun demikian, sampai saat ini arsen masih banyak digunakan sebagai

bahan preservasi kayu dan komponen dalam industri elektronika, karena  belum ada

penggantinya.(2,4,5)

c)Bahan obat-obatan dan herbal

Arsenik inorganik telah digunakan untuk pengobatan lebih dari 2500 tahun lalu.

Bentuk yang paling sering digunakan adalah Fowler solution yang mengandung 1%

potasium arsenit, digunakan untuk terapi psoriasis. Selain itu Arsphenamine selama

beberapa tahun merupakan terapi standar untuk penyakit sifilis. Namun penelitian

retrospektif menyatakan adanya peningkatan insiden angiosarkoma hepatik pada orang

yang sering diterapi dengan Fowler solution. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat

untuk berbagai infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba, spirocheta dan

Page 3: Toksisitas Arsen

tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan karena ditemukannya obat lain yang

lebih aman. Hingga saat ini arsen juga banyak terdapat pada obat-obat tradisional dari

india dan cina.(2,6,7)

C.FARMAKODINAMIK DAN FARMAKOKINETIK

Toksisitas dari arsen tergantung dari bentuknya (organik/inorganik), valensinya, dan

kelarutannya. Arsen dalam bentuk unsur bukanlah bahan yang toksik. Arsen yang merupakan

racun adalah senyawa arsen. Senyawa arsen inorganik lebih bersifat toksik dibandingkan

organik. Dan arsenik trivalen (As3+) lebih bersifat toksik dibanding arsenik pentavalen (As5+).(2,3,7,10)

Senyawa arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 cara, yaitu peroral, inhalasi, dan

absorpsi melalui kulit / mukosa membran. (2,7,10)

Senyawa  arsen yang paling sering digunakan untuk meracuni orang adalah Arsen

trioksida (As2O3). Arsen bersifat sitotoksik, karena  menyebabkan efek racun pada

protoplasma sel tubuh manusia. Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan

diserap secara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh

organ tubuh. Sebagai suatu racun protoplasmik arsen melakukan kerjanya melalui  efek

toksik ganda, yaitu :

a)Mempengaruhi respirasi sel dengan cara berikatan dengan gugus sulfhidril (SH) pada

dihidrolipoat, sehingga menghambat kerja enzim yang terkait dengan transfer energi,

terutama pada piruvate dehydrogenase, succinate oxidative pathway, dan tricarbxylic acid

(Krebs) cycle, yang menyebabkan berkurangnya produksi ATP sehingga menimbulkan

efek patologis yang reversibel. Efek toksik ini  dikatakan reversible karena dapat

dinetralisir dengan pemberian dithiol, 2,3, dimerkaptopropanol (dimercaprol, BritishAnti-

Lewisite atau BAL) yang akan berkompetisi dengan arsen dalam mengikat gugus SH.

Selain itu sebagian arsen juga menggantikan gugus fosfat sehingga  terjadi gangguan 

oksidasi fosforilasi dalam tubuh. (2,4,5,7)

Page 4: Toksisitas Arsen

b)Senyawa arsen mempunyai tempat predileksi pada endotel pembuluh darah, khususnya di

dearah splanknik dan menyebakan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas yang

patologis. Pembuluh darah jantung yang terkena menyebabkan timbulnya petekie

subepikardial dan subendokardial yang jelas serta ekstravasasi perdarahan. Efek lokal

arsen pada kapiler menyebabkan serangkaian respons mulai dari kongesti, stasis serta

trombosis sehingga menyebabkan nekrosis dan iskemia jaringan. (2,9)

Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah. Dalam waktu 24

jam setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam konsentrasi tinggi di berbagai organ 

tubuh, seperti hati, ginjal,  limpa, paru-paru serta saluran cerna, dimana arsen  akan mengikat

gugus syulfhidril dalam protein jaringan. Hanya sebagian kecil dari arsen yang menembus

blood-brain barrier. Arsen anorganik  yang masuk ke tubuh wanita hamil dapat menembus

sawar  darah plasenta dan masuk ke tubuh janin.Didalam tulang arsen menggantikan posisi

fosfor, sehingga arsen dapat dideteksi didalam tulang setelah  bertahun-tahun kemudian. (2,4,5)

Sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated arsenic dan sebagian

lainnya ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut. Fakta terakhir ini penting, karena setiap kali

ada paparan arsen, maka menambah depot arsen di dalam kulit, kuku dan rambut. Dalam

penyidikan kasus pembunuhan dengan menggunakan arsen, adanya peracunan  kronis dan

berulang dapat dilacak dengan melakukan pemeriksaan kadar arsen pada berbagai bagian

(fragmen) potongan rambut dari  pangkal sampai ke ujungnya. (4,5)

Bentuk fisik senyawa arsen yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi efeknya

pada tubuh. Menelan senyawa atau garam arsen dalam bentuk larutan lebih cepat

penyerapannya dibandingkan penyerapan arsen dalam bentuk padat. Penyerapan senyawa

arsen dalam bentuk padat halus lebih cepat dibandingkan bentuk padat kasar, sehingga gejala

klinis yang terjadi pun lebih berat juga. Secara umum efek arsen terhadap tubuh tergantung

dari sifat fisik dan kimiawi racun, jumlah racun yang masuk, kecepatan absorpsi, serta

kecepatan dan jumlah eliminasi, baik yang terjadi alamiah (melalui muntah dan diare)

maupun buatan, misalnya akibat pengobatan (lavase). (3)

Dosis toksik

Page 5: Toksisitas Arsen

Sebelum membahas mengenai dosis toksik arsen, perlu diketahui terlebih dahulu

mengenai kadar normal arsen dalam tubuh kita, karena dalam keadaan normal sekalipun

tubuh kita sering terpapar dengan zat yang mengandung arsen dan secara rutin tanpa sadar

kita juga mengkonsumsinya setiap hari, misalnya dari makanan dan minuman yang kita

konsumsi sehari-hari. Kadar normal arsen dalam serum adalah kurang dari 5 µg /L.

Sedangkan dalam urin 24 jam kurang dari 50 µg /L. (2,8)

a)Intoksikasi akut

Acute minimal lethal dose untuk arsenik trioksida pada orang dewasa adalah 70 – 200

mg atau 1 mg/kg/hari. Dosis arsenik inorganik kurang dari 1 mg/kg dapat menyebabkan

penyakit yang serius pada anak-anak. Sedangkan untuk gas arsen dapat menyebabkan

kematian pada kadar 150 – 250 ppm. Pajanan antara 25 – 50 ppm selama 30 menit atau

100 ppm selama kurang dari 30 menit dapat menyebabkan hemolisis dan kematian. (2,7)

b)Intoksikasi kronik

Sebuah sumber menuliskan frekuensi kanker jelas meningkat pada dosis 400µg /hari.

The National Research Council menaksir pajanan terhadap air minum yang mengandung

10 µg/L arsen setiap hari akan meningkatkan resiko terkena bladder cancer. (2)

D.GEJALA KLINIS

Gejala klinis intoksikasi arsen dapat dibagi menjadi gejala yang terjadi pada pemaparan

yang akut dan kronik.

1)Intoksikasi Akut

Intoksikasi arsen yang sifatnya akut saat ini jarang terjadi di tempat kerja, biasanya

terjadi karena konsumsi peroral akibat ketidaktahuan, bunuh diri, ataupun pembunuhan.

Timbulnya gejala biasanya dalam waktu beberapa menit hingga jam. (1,8)

Gejalanya dapat berupa:

Page 6: Toksisitas Arsen

Gastrointestinal

Sindrom gastrointestinal ini merupakan gambaran klasik keracunan akut arsen yang

masuk per oral. Masuknya arsen ke dalam tubuh dalam dosis besar biasanya baru

menimbulkan gejala keracunan akut setelah 30 menit sampai 2 jam setelah paparan

racun. Gejala yang timbul berupa rasa terbakar pada tenggorokan dan uluhati, diikuti

dengan mual, muntah, nyeri abdomen, diare dengan feses seperti air cucian beras,

yang kadang-kadang berdarah. (2,4,7)

Sistem respirasi

Dapat terjadi iritasi pada saluran nafas seperti batuk, laringitis, bronkitis ringan, dan

sesak nafas, hal ini dapat terjadi akibat pemaparan akut terhadap debu arsen.

Selanjutnya mungkin dapat terjadi edema paru akut. (8,9)

Sistem kardiovaskuler

Manifestasinya dapat berupa hipotensi, syok hipovolemik, ventrikular disritmia, dan

congestive heart failure. Pada intoksikasi arsen terjadi dilatasi kapiler yang

mengakibatkan permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat dan cairan keluar

ke interstisial. Keadaan ini bisa menyebabkan hipovolemi dan hipotensi. (2,,8)

Sistem saraf

Intoksikasi pada sistem saraf memberikan gejala pusing, sakit kepala, lemah, lesu,

delirium, kejang, koma, ensefalopati, dan gejala neuropati perifer sensoris dan

motoris. Gejala neuropati dapat bersifat lambat (delayed) dan muncul 2-4 minggu

setelah gejala akut. (2,7,8)

Hati dan Ginjal

Dapat terjadi peningkatan enzim hepar, hematuria, oliguria, proteinuria, renal

insufisiensi dan nekrosis tubular akut, yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal

akut. (2,8)

Page 7: Toksisitas Arsen

Hematologi: anemia, leucopenia, trombositopenia, dan disseminated intravascular

coagulation (DIC). (1,3,7)

Kematian mendadak dapat terjadi akibat syok jika korban menelan senyawa arsen yang

cepat diabsorpsi dalam jumlah besar. Namun jika korban tersebut dapat bertahan

hidup maka ia akan menderita gagal ginjal ataupun kegagalan fungsi hati.(3,8)

2)Intoksikasi Kronik

Intoksikasi kronis dapat terjadi akibat paparan arsen dalam dosis sublethal yang

berulang. Paparan kronis arsen dapat terjadi akibat paparan industri maupun pekerjaan,

kecerobohan dan ketidaktahuan disekitar rumah, akibat pengobatan maupun upaya

pembunuhan. Arsen yang masuk ke dalam tubuh secara berulang dan tidak diekskresi

akan ditimbun dalam hati, ginjal, limpa dan jaringan keratin (rambut dan kuku). Setelah

penghentian paparan, arsen yang tertimbun akan dilepaskan secara perlahan dari

depotnya dan menimbulkan gejala yang membandel. Keracunan arsen kronis dapat

menetap berminggu-minggu sampai berbulan-bulan dengan menunjukkan satu atau lebih

sindroma yang berbeda. Pada keracunan kronis gejala klinis masih dijumpai untuk waktu

yang lama, meskipun paparan sudah tidak terjadi lagi. Gejala neuropati dan kelainan kulit

merupakan tanda dari suatu keracunan kronis, sedangkan gejala yang lain sifatnya minor.

Berikut ini adalah beberapa kemungkinan gejala klinis keracunan Arsen kronis. (1,3,7):

Neuropathi perifer motoris dan sensoris dengan paralisis, parese, anestesi, parestesi (rasa

gatal, geli), dan ambliopia. Kelainan neurologis  berawal di perifer dan meluas secara

sentripetal. Otot halus tangan dan kaki mungkin mengalami paralisis dan sering 

disertai adanya kelainan tropik.

Erupsi kulit berupa perubahan pigmentasi  coklat (melanosis) dengn spotty leukoderma

(raindrop hyperpigmentation) dan keratosis punktata pada telapak tangan dan kaki,

yang tampak mirip seperti kutil (warts). Keratosis dalam jangka panjang mungkin

berubah menjadi Carsinoma sel skuamosa. Carsinoma sel basal superfisial pada

daerah yang unexposed dan  karsinoma sel skuamiosa intra epidermal (penyakit

Bowen) dapat juga terjadi pada paparan arsen jangka panjang. Pada kuku dapat

Page 8: Toksisitas Arsen

dijumpai adanya stria putih transversal (garis Mee’s) akibat  konsumsi arsen jangka

panjang yang berlangsung beberapa bulan. Kuku yang rapuh dan kerontokan rambut

juga merupakan petunjuk kemungkinan  adanya keracunan arsen kronis. Dermatits

eksfoliatif dapat terjadi  pada intoksikasi kronis arsen organik.

Gastroenteritis kronis dengan anoreksia, nausea yang tidak jelas dan diare interminten.

Selain itu dapat dijumpai pula adanya rasa kecap metal pada mulut, napas berbau

bawang putih, tenggorokan kering dan  rasa haus yang persisten

Ikterus akibat nekrosis sel hati subakut

Malaise dengan anemia dan hilangnya berat badan menyebabkan terjadinya kakeksia

dan terjadinya berbagai infeksi. Anemia sering disertai dengan leukopenia yang berat

dan  eosinofilia relatif.

Kanker: arsenic inorganic merupakan karsinogen bagi manusia. Pajanan kronik arsenik

inorganik sangat berhubungan dengan kanker kulit dan kanker paru, dan dapat pula

mengakibatkan kanker pada berbagai organ seperti ginjal, kandung kemih, dan hepar. (1,2)

E.PENEMUAN OTOPSI

Pada kematian akibat keracunan akut, pemeriksaan luar mayat memberi kesan telah

terjadinya dehidrasi hebat pada tubuh. Pada pemeriksaan dalam akan dijumpai adanya

mukosa lambung dan esophagus yang mengalami inflamasi, erosi, kongesti, dan bercak-

bercak perdarahan. Membran mukosa mempunyai lekukan dan diantara lekukan tersebut

(rugae) bisa ditemukan lendir yang kental dan mengikat partikel racun. Isi lambung berwarna

gelap. Pada korban yang  meninggal dalam satu atau dua hari setelah pajanan,  kelainan

tersebut dapat meluas ke seluruh usus halus, bahkan kadang-kadang disertai juga oleh adanya

pseudomembran diatasnya. Jika korban meninggal lebih lama lagi dari itu, maka  akan

dijumpai adanya deposit lemak pada jaringan hati, jantung dan ginjal. Selain itu pada otopsi

dapat juga ditemukan adanya perdarahan  subserosa terutama pada jantung, jaringan longgar

mesenterium dan daerah retroperitoneal. Subendokardium ventrikel kiri merupakan  tempat

Page 9: Toksisitas Arsen

predileksi untuk suatu  perdarahan yang jelas dan kecil berupa flame like hemorrhage

atau efusi perdarahan yang luas.(3,8,9)

Pada kematian akibat keracunan kronis, pemeriksaan luar dapat dijumpai terjadinya

kelainan pigmentasi pada kulit, garis putih pada kuku, serta tubuh korban yang kahektis.

Pada pemeriksaan dalam akan menunjukkan kelainan pada saluran pencernaan yang ringan.

Lambung normal atau dapat juga menunjukan gastritis kronis dengan disertai penebalan

mukosa dan lapisan serosa. Usus halus berdilatsi dengan mukosa yang menebal dan

gambaran keseluruhannya edema kongestif yang non-spesifik yang umum ditemukan pada

penyakit enteritis. Jarang terjadi ulserasi pada mukosa, isi dari usus sendiri dapat berlebihan

atau berupa cairan dengan gambaran seperrti air cucian beras. Kelainan histologi degeneratif

juga dapat ditemukan pada hati dan ginjal.(9,10)

Apabila korban menelan arsen dalam bentuk padat, secara makroskopik kadang-kadang

dapat dijumpai adanya kristal putih melekat pada mukosa lambung dan esofagus. Jika korban

baru diotopsi setelah mayat membusuk, maka kristal putih arsen trioksida akan berubah

warna menjadi kuning. Sementara itu mukosa gaster warnanya juga berubah dari merah 

padam menjadi hijau keunguan sampai hijau kecoklatan.(9)

Pada jaringan otak, arsen  menyebabkan  destruksi hemoragik dan perivaskuler (dikenal

sebagai Wernicke-like encepphalopathy, arsenical encephalopathy, hemorrhagic arsenical

encephalitis, atau cerebral purpura), yang terjadi akibat kerusakan endotel yang berat. Secara

mikroskopik pada kelainan ini ditemukan adanya trombosis arteriol dan kapiler serta nekrosis

simetris pada daerah pons, korpus kalosum, klaustrum dan thalamus.(9)

F.PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI

Dengan berkembangnya tehnik pemeriksaan arsen yang amat sensitif pada saat ini, maka 

data  temuan arsen harus dianalisis secara berhati-hati. Ditemukannya arsen dalam jaringan

belum tentu menunjukkan adanya intoksikasi kecuali jika data anamnesis, sindroma klinis,

pemeriksaan fisik antermortem dan temuan laboratorium serta perubahan anatomi sangat

menyokong kemungkinan adanya keracunan arsen. Konsumsi buah-buahan dan  sayur-

sayuran, yang disemprot dengan lead arsenat anti ulat dan tidak cukup dicuci sebelum

Page 10: Toksisitas Arsen

dimakan, konsumsi seafood dalam jumlah besar serta  inhalasi asap rokok dapat

menghasilkan akumulasi  arsen dalam jaringan dalam jumlah yang cukup besar sehingga 

dapat terdeteksi secara kimiawi, meskipun tidak dijumpai adanya gejala klinis maupun

kelainan anatomik. (1,4,7)

Pemeriksaan toksikologi untuk mendeteksi adanya racun dilakukan terhadap sampel urin,

isi lambung, darah perifer, dan rambut (dicabut dari pangkalnya). Untuk korban keracunan

yang meninggal bahan pemeriksaan  diambil juga dari  jaringan otak dan hati, ginjal, cairan

empedu serta humor vitreus. Selain bahan-bahan tersebut, sebagai pembanding dapat juga

dilakukan pemeriksaan atas bahan makanan, minuman, obat-obatan yang dicurigai.

Pemeriksaan toksikologi terhadap arsen dilakukan dengan  metode kolorimetrik maupun

atomic absorption spectroscopy, yang  mendeteksi  total arsen. Arsen biasanya  telah dapat

terdeteksi dalam 2-4 jam  setelah masuk secara per oral. Batasan nilai toksik  arsen dalam

berbagai  jaringan adalah sbb: dalam darah 0,6–9,3 mg/L, dalam hepar 2– 20 mg/kg, dalam

ginjal 0,2–70 mg/kg, dalam otak 0,2-4 mg/kg, dalam rambut atau kuku lebih dari 1 µg/gram

berat kering. (1,3,10,11)

Berikut ini dijelaskan beberapa pemeriksaan toksikologi yang dapat dilakukan untuk

mendeteksi adanya racun arsen dalam tubuh;

1.Pemeriksaan urin.

Arsen diekskresi melalui urin dalam bentuk methylated arsenic yang biasanya dapat

dideteksi paling lambat 1 – 3 hari, maka pengambilan sampel harus dilakukan secepat

mungkin. Penggunaan urin 24 jam lebih akurat. Peningkatan kadar arsenik dalam urin

mungkin saja terjadi setelah mengkonsumsi seafood. (1,3,4)

2.Pemeriksaan darah.

Pemeriksaan serologis: Pemeriksaan kadar arsenik dalam darah jarang digunakan

karena waktu paruhnya yang sangat singkat (kira-kira 2 jam). Kadar arsenik dalam serum

hanya dapat dideteksi dalam beberapa jam pertama setelah pajanan. Kadarnya dalam

darah sangat tergantung pada diet sehari-hari dan lingkungan sekitar. Pada komunitas

Page 11: Toksisitas Arsen

dengan kadar arsen normal pada air minumnya, konsentrasi arsen dalam serum antara 3 –

5 µg/L. Sedangkan pada komunitas dengan kadar arsen 393 µg/L dalam air minumnya,

didapati konsentrasi arsen dalam darahnya rata-rata 13 µg/L. Pada pemeriksaan darah

lengkap bisa didapatkan gambaran anemia hemolitik. (2,7,8)

3.Pemeriksaan rambut dan kuku

Arsen disimpan secara selektif di jaringan ektodermal, terutama di jaringan keratin

kuku dan rambut. Kadar arsen  kurang dari 0,1 mg/100 gram rambut umumnya tidak

punya makna. Kadar sebesar itu  dapat terjadi  akibat akumulasi arsen pada paparan

subklinik pada orang normal, misalnya dar air, debu atau bahan kosmetik. Arsen dapat

dideteksi  pada rambut dan kuku dalam jumlah signifikan hanya 30 jam setelah paparan.

Kadar normalnya untuk orang yang tinggal di lingkungan yang bebas kontaminasi adalah

(2,7,8)

G.PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan intoksaikasi arsen dilakukan dngan beberapa tindakan sbb (1,4,8):

1.Dekontaminasi usus: Pemberian arang aktif (norit), lavase dan/atau laksan  dapat dilakukan

untuk dekontaminasi usus.

2.Percepatan eliminasi: Tindakan hemodialisis dapat dipertimbangkan jika  arsen  ditelan

dalam jumlah banyak dan ditemukan adanya gejala sistemik berupa hipotensi, kekacauan

mental, koma, oliguria dan / atau  asidosis laktat. Dimercaprol atau BAL dapat diberikan

bersama hemodialisis untuk mencegah kemungkina  redistribusi arsen.

3.Terapi suportif: Balans cairan dan elektrolit perlu mendapat perhatian karena arsen

menyebabkan vasodilatasi. Obati hipotensi yang terjadi dengan pemberian cairan

sebelum menggunakan obat vasopresor. Lakukan EKG dan monitor irama jantung.

Lakukan pemantauan fungsi liver dan ginjal secara ketat. Foto thoraks juga perlu

dilakukan karena pada intoksikasi arsen dapat terjadi komplikasi edema pulmonal,

Page 12: Toksisitas Arsen

meskipun jarang, dan dapat pula terjadi gagal napas akibat kelemahan otot yang 

mungkin terjadi beberapa minggu setelah keracunan berat.

4.Antoidotum: British Anti Lewisite (BAL) dalam minyak (dimercaprol) merupakan

antidotum untuk semua kondisi keracunan arsen akut yang serius, kecuali untuk

intoksikasi arsine. Dosis pemberian BAL bervariasi tergantung dari berat ringannya

paparan arsen. Penicillamine merupakan terapi tambahan pada kelainan pencernaan yang

serius dan efek sampingnya lebih ringan dibandingkan BAL. Obat lainnya yaitu

Dimercaptosuccinic acid (DMSA) merupakan obat oral dan diduga bermanfaat untuk

pengobatan jangka panjang atau pengobatan lanjut keracunan arsen Dimercapto propane

sulfonate (DMPS) akan memproduksi  kompleks yang larut air dengan arsen, sehingga

lebih baik dari BAL karena dapat  menembus ssp.

H.ASPEK MEDIKOLEGAL

Pemeriksaa forensik dalam kasus keracunan, dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu

atas dasar dari tujuan pemeriksaan itu sendiri. Yang pertama bertujuan untuk mencari

penyebab kematian, dalam hal ini keracunan akibat arsen. Yang kedua untuk mengetahui

mengapa peristiwa keracunan itu bisa terjadi, misalnya pembunuhan, kelalaian/kecelakaan,

ataupun bunuh diri.(12)

Ditinjau dari segi kepentingan menurut medikolegal, maka dapat disimpulkan mengenai

arsen sbb (8) :

1.Arsen sangat sering digunakan utuk membunuh, karena:

Harganya murah

Mudah diperoleh

Tidak mempunyai bau dan rasa sehingga mudah dicampur dengan makanan

Sangat efektif karena hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit

Page 13: Toksisitas Arsen

2.keracunan karena ketidaksengajaaan biasanya karena salah menentukan identitas

3.bunuh diri menggunakan arsen sangat jarang ditemukan

4.kadang-kadang digunakan untuk membantu tindakan abortus.

Mengenai keracunan itu sendiri dalam KUHAP diatur dalam pasal 133 (1), yang

berbunyi: Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik

luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,

ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman

atau dokter atau ahli lainnya. (12)

DAFTAR PUSTAKA

1.Dyro, Frances M. Arsenic. Available from: URL: http://emedicine.org/html. [Access on: 24th August 2008].

2.Caravati, EM. Arsenic and arsine gas. In: Dart RC. Medical Toxicology. Third edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2004. p:1393-1401.

3.Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Arsenic. Division of Toxicology and Environmental Medicine. Atlanta. 2006. Available from: http://www.atsdr.cdc.gov.pdf . [Access on: 24th August 2008].

4.DiMaio,Vincent J; DiMaio,Dominick. Forensic Pathology. Second edition. CRC Press LLC. 2001. p:500-08, 523-24.

5.Marcus, Steven. Toxicity,Arsenic. Available from: URL: http://emedicine.org/html . [Access on: 24th August 2008].

6.Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Arsenic Toxicity Exposure Pathways. Available from: http://www.atsdr.cdc.gov/csem/arsenic/exposure_pathways.html . [Access on: 24thAugust 2008].

7.Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Arsenic Toxicity Clinical Evaluation. Available from: http://www.atsdr.cdc.gov/csem/arsenic/.html.[Access on: 24th August 2008].

8.Chadha,Vijay. Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi kelima. Jakarta: Widya Medika. 1995 .p 258-63.

Page 14: Toksisitas Arsen

9.Atmadja, DS. Mendeteksi kematian karena arsen.Available from: URL: http://www.freewebs.com/arsenpapdi/caramendeteksi.html.

10.Sampurna B,dr. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan 2. Jakarta: FKUI. p.101-106

11.Suyono A. Keracunan Zat Korosif dan logam. Available on : http://www.freewebs.com/reef_forensik/index.htm. [Access on: 24th August 2008].

12.Abdul MI. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997. p.330-31.