tugas terbimbing pd 2

Upload: christoper-pratama

Post on 07-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Tugas Terbimbing Pd 2

    1/15

    1

    PRESENTASI KASUS

    ANEURISMA AORTA ABDOMINALIS

    Disusun oleh:

    Muncieto Andreas - 0906508314

    Wynne Oktaviane Lionika - 0906640015

    Narasumber:

    dr. Murnizal Dahlan, SpB, SpB(K)V

    MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU BEDAH

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

    JAKARTA

    2014

  • 8/18/2019 Tugas Terbimbing Pd 2

    2/15

    2

    BAB I

    ILUSTRASI KASUS

    I.  IDENTITAS PASIEN

     Nama : Ny. SA

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Tanggal lahir : 10 Mei 1935

    Usia : 78 tahun

    Agama : Islam

    Alamat : Bandung, Jawa Barat

    Pendidikan : SD

    Pekerjaan : Tidak bekerja

    Pembayaran : JKN

    Tanggal masuk : 31 Januari 2014

    Tanggal pemeriksaan : 5 Februari 2014

    II.  ANAMNESIS

    Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 5

    Februari 2014 di ruang perawatan bedah lantai 4, perawatan hari ke-6

    Keluhan Utama

     Nyeri perut yang semakin memberat sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit.

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Sekitar 10 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan

    adanya nyeri perut yang semakin memberat. Nyeri perut tersebut dirasakan di

    sekitar tengah perut dan tidak menjalar. Keluhan adanya benjolan pada perut

    disangkal, mual muntah disangkal. BAB pasien tidak ada warna hitam atau

    warna merah. Riwayat trauma sebelumnya juga disangkal oleh pasien. Pasien

    sudah dilakukan pemeriksaan USG di RS Hasan Sadikin dan hasilnya

    dikatakan diameter dari aneurisma aorta abdominalis sudah membesar

    menjadi 9,5 cm dan akhirnya dirujuk ke RSCM karena keterbatasan alat.

  • 8/18/2019 Tugas Terbimbing Pd 2

    3/15

    3

    Pasien mengeluhkan adanya sakit dada dan rasa sesak saat 4 tahun

    sebelum masuk rumah sakit. Keluhan nyeri perut disangkal, mual dan muntah

    disangkal. Saat itu, pasien diperiksa oleh dokter spesialis jantung dan

    ditemukan adanya pembengkakan di aorta lalu dilakukan CT Scan dan

    dikatakan terdapat aneurisma aorta abdominalis dengan diameter 6 cm. Pasien

    disarankan operasi namun pasien menolak karena tidak ada biaya.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Hipertensi (+) sejak 20 tahun sebelum masuk rumah sakit, DM (-), penyakit

     jantung (CAD) sejak 4 tahun sebelum masuk rumah sakit, penyakit asma (-),

    alergi (-).

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Riwayat HT, DM, jantung, asma, keluhan yang sama pada keluarga disangkal.

    Riwayat Sosial

    Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang tinggal di rumah bersama

    suami dan anaknya. Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal oleh

     pasien. Saat itu, pembayaran biaya pengobatan pasien menggunakan JKN.

    III.  PEMERIKSAAN FISIK

    1.  Status Generalis

    Keadaan umum : tampak sakit sedang

    Kesadaran : compos mentis

    Tekanan darah : 128/70 mmHg

     Nadi : 90x/menit

    Pernapasan : 22x/menit

    Suhu : 36,8oC

    Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

    Leher : pada leher kanan terpasang CVC, tidak teraba

     pembesaran KGB

    Jantung : S1 S2 normal, reguler, tidak ada gallop, pansistolik

    murmur

  • 8/18/2019 Tugas Terbimbing Pd 2

    4/15

    4

    Paru : vesikular, tidak ada ronki dan tidak ada wheezing

    Abdomen : datar, lemas, hepar dan limpa tidak teraba, bunyi usus

    normal, tidak ada bruit, nyeri tekan tidak ada

    Ekstremitas : akral hangat, CRT< 2 detik, tidak ada edema

    IV.  PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Laboratorium (01/02/2014)

    Hasil Satuan Nilai Rujukan

    Darah perifer lengkap

    Hemoglobin

    Hematokrit

    Leukosit

    Trombosit

    Hitung Jenis 

    Basofil

    Eosinofil

     Neutrofil

    Limfosit

    Monosit

    8,3

    25

    11,55

    103

    0,1

    0,2

    88,1

    5,5

    6,1

    g/dL

    %

    10^3/uL

    10^3/uL

    %

    %

    %

    %

    %

    12-15

    36-46

    5-10

    150-400

    0,5-1,0

    1-4

    55,0-70,0

    20-40

    2-8

    LED 45 mm 0-20

    Hemostasis

    PT

    Pasien

    Kontrol

    INR

    APTT

    Pasien

    Kontrol

    13,2

    12,0

    1,18

    72,9

    32,3

    detik

    detik

    detik

    detik

    9,8-12,6

    31,0-47,0

    Kimia Klinik

    Albumin 2,18 g/dL 3,4-4,8

  • 8/18/2019 Tugas Terbimbing Pd 2

    5/15

    5

    Elektrolit

     Na

    K

    Cl

    124

    3,58

    86,8

    mEq/L

    mEq/L

    mEq/L

    132-147

    3,30-5,40

    94,0-111,0

    Laboratorium (03/02/2014)

    Hasil Satuan Nilai Rujukan

    Darah perifer lengkap

    Hemoglobin

    Hematokrit

    Leukosit

    Trombosit

    9,4

    28,8

    6,32

    75

    g/dL

    %

    10^3/uL

    10^3/uL

    12-15

    36-46

    5-10

    150-400

    Kimia Klinik

    Albumin 2,44 g/dL 3,4-4,8

    Elektrolit

     Na

    K

    Cl

    131

    3,22

    91,3

    mEq/L

    mEq/L

    mEq/L

    132-147

    3,30-5,40

    94,0-111,0

    USG Abdomen (22/01/2014)

    Kesan: Aneurysma aorta tampaknya dissecting sepanjang aorta abdominalis

    yang disertai thrombus, proses kronis parenkim ginjal kanan, efusi pleura

    minimal kanan, USG hepatobilier, lien, pancreas, ginjal kiri ureter, vesika

    urinaria tidak tampak kelainan.

    Echocardiography (02/02/2014)

    Hasil: LVH konsentrik dan dilatasi LA, fungsi LV sistolik FF 75%, fungsi RV

    sistolik baik, disfungsi diastolik grade I, AS sever, efusi perikard tidak ada,

    thrombus tidak ada.

  • 8/18/2019 Tugas Terbimbing Pd 2

    6/15

    6

    Foto Toraks (20/01/2014)

    Hasil: kardiomegali

    CT-Scan (27/01/2014)

    Hasil:

    - Aneurisma furiformis aorta abdominalis dengan diameter terbesar 9,21 cm setinggi

    arteri renalis desktra sampai dengan bifurcation arteri iliaka komunis, disertai

    thrombus intraluminal

    - Tidak tampak tanda ruptur

    - Proses kronis ginjal kanan dengan kaliber arteri renalis kanan mengecil

    - Hepatomegali, efusi pleura bilateral

  • 8/18/2019 Tugas Terbimbing Pd 2

    7/15

    7

    - aterosklerosis aorta abdominalis, trunkus celiaka, arteri renalis kiri, arteri

    mesenterika superior, arteri iliaka komunis bilateral

    V.  DIAGNOSIS

    •  Aneurisma aorta abdominalis dengan impending ruptur

    •  AS severe

    •  Hipertensi dengan tekanan darah terkontrol

    VI.  TATALAKSANA

    Pro endovascular aneurysm repair (EVAR)

    Simvastatin 1x1 po

    Adalat oros 1x30 mg po

    Captopril 3x12,5 mg po

    Laxadine 3xCI po

    Bisoprolol 1x10mg po

    VII.  PROGNOSIS

    Ad vitam : dubia ad malam

    Ad fungsionam : dubia ad malam

    Ad sanactionam : dubia

  • 8/18/2019 Tugas Terbimbing Pd 2

    8/15

    8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Anatomi dan Histologi1

    Terdapat 5 tipe pembuluh darah, yaitu arteri, arteriol, kapiler, venula, dan vena. Arteri

    membawa darah dari jantung ke organ lain. Arteri besar elastik meninggalkan jantung

    dan terbagi menjadi arteri-arteri yang berukuran sedang dan berotot. Arteri tersebut

     bercabang lagi ke berbagai regio tubuh dan terbagi menjadi arteriol. Pada saat

    memasuki jaringan, arteriol terbagi menjadi kapiler, yaitu tempat terjadinya

     pertukaran substansi antara darah dan jaringan. Sekumpulan kapiler bergabung

    menjadi venula dan kumpulan venula bergabung menjadi vena yang membawa darah

    dari jaringan ke jantung. Secara umum, pembuluh darah memiliki 3 lapisan, yaitu

    tunika intima, tunika media, dan tunika eksterna.

    Gambar 1. Diameter Arteri

    2

  • 8/18/2019 Tugas Terbimbing Pd 2

    9/15

    9

    Arteri elastik merupakan arteri terbesar dalam tubuh. Aorta merupakan salah satu

     jenis arteri elastik. Arteri ini memiliki diameter terbesar di antara arteri lain tetapi

    memiliki dinding pembuluh darah yang relatif tipis dibandingkan ukuran pembuluh

    darah. Pembuluh darah ini memiliki karakteristik berupa lamina elastika interna dan

    eksterna bersama dengan tunika media yang didominasi oleh serat elastin. Arteri

    elastik memiliki fungsi memompa darah kembali ketika ventrikel berelaksasi.

    Aneurisma Aorta Abdominalis

    Aneurisma adalah dilatasi arteri yang terlokalisasi dan permanen dengan peningkatan

    diameter lebih dari 50 % dibandingkan dengan diameter normal arteri yang

     bersangkutan. Aneurisma aorta abdominalis berukuran diameter aorta minimal 3 cm.2 

    Epidemiologi

    Ruptur AAA merupakan penyebab kematian tertinggi ke-15 di Amerika Serikat.

    Secara keseluruhan, mortalitas akibat ruptur AAA mencapai 80-90%. Tindakan  AAA

    repair merupakan tindakan untuk mencegah kematian akibat AAA dan merupakan

    salah satu tindakan bedah vaskular tersering di Amerika Serikat. Namun, kematian

    akibat rupture AAA masih relatif konstan karena banyak AAA yang tidak terdeteksi

    atau tidak dilakukan tata laksana.2

    Patogenesis

    Meskipun atherosklerosis dan aneurisma memiliki faktor resiko yang sama, keduanya

    memiliki perbedaan. Aneurisma memiliki gambaran patologis stress oksidatif tinggi,

    inflamasi, degradasi matriks, dan apoptosis sel otot polos pada lapisan media dan

    adventitia, sedangkan atherosklerosis memiliki gambaran patologis formasi sel busa

     pada lapisan intima.3,4 

    Penyebab timbulnya inflamasi masih berupa perdebatan, tetapi telah diketahui bahwa

    terdapat kemokin, seperti interleukin-8 (IL-8) dan monocyte chemotactic protein-1

    (MCP-1), yang memicu inflamasi dalam patogenesis AAA. Kemokin tersebut

    memanggil sel inflamasi dan memicu respon inflamasi pada daerah tersebut, seperti

    sitokin, stres oksidatif, dan prostaglandin. Respon inflamasi menyebabkan kematian

    sel otot polos dan teraktivasinya protease, terutama matrix metalloproteinase, yang

  • 8/18/2019 Tugas Terbimbing Pd 2

    10/15

    10

    mendegradasi kolagen dan elastin. Padahal, keduanya dibutuhkan untuk menjaga

    kekuatan tegangan dan elastisitas aorta.3,4

    Penemuan klinis2,5

    AAA umumnya diderita oleh pasien usia lanjut, tetapi penyakit ini dapat berkembang

     pada pasien kurang dari 50 tahun.

    Kebanyakan AAA non-ruptur tidak bermanifestasi atau asimptomatik dan diketahui

     berdasarkan pencitraan abdomen untuk kondisi yang tidak berhubungan. Terkadang,

     pasien dapat merasakan adanya denyut pada abdomen atau pada palpasi terdapat

    massa pulsatil. Meskipun jarang, AAA yang besar dapat menyebabkan kompresi lokal

     pada duodenal yang menyebabkan cepat kenyang, mual, dan muntah, pada ureter

    yang menyebabkan hidronefrosis, atau kompresi vena iliokaval yang menyebabkan

    trombosis vena. AAA juga dapat menyebabkan nyeri punggung kronik atau nyeri

    abdominal.

    Kebanyakan AAA menjadi simptomatik ketika terjadi ruptur atau adanya ekspansi

    akut. Ruptur AAA memiliki triad klasik berupa nyeri abdominal atau punggung hebat,

    hipotensi, dan terabanya massa abdominal pulsatil. Selain itu, peningkatan tekanan

    intrabdominal dapat menyebabkan  groin atau  flank pain, hematuria, dan hernia

    inguinalis.

    Gambar 2. Patogenesis Aneurisma Aorta Abdominalis3,4

  • 8/18/2019 Tugas Terbimbing Pd 2

    11/15

    11

    Sensitivitas pemeriksaan fisik AAA sangat bergantung pada ukuran AAA, obesitas,

    kemampuan pemeriksa, dan fokus pemeriksaan. Seringkali AAA tidak ditemukan

     pada pemeriksaan. Penelitian oleh Chervu et al menunjukkan bahwa di antara pada

     pasien dengan diagnosis AAA yang sudah tegak, tidak ditemukan AAA pada sekitar

    23 % pasien dan pada 2/3 dari seluruh pasien yang mengalami obesitas.

    Diagnosis2,3,5

    Diagnosis AAA ditegakkan berdasarkan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan

    radiografi pada diagnosis berupa ultrasonografi, CT-scan, dan MRI. Namun, CT-scan

    lebih dipilih dibandingkan USG karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang

    lebih tinggi dibandingkan USG, memberikan ukuran aneurisma yang lebih akurat,

    serta memberikan informasi bentuk aneurisma. MRI memberikan gambaran yang

    lebih baik dibandingkan CT-scan, tetapi tidak bisa digunakan pada pasien dengan

     pacemaker .

    Pemilihan Keputusan Tindakan2

    Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan untuk dilakukan observasi saja

    atau tindakan bedah profilaktik bergantung pada 3 hal, yaitu:

    1. 

    Resiko ruptur AAA

    Resiko ruptur AAA ditentukan

    terutama oleh diameter terbesar

    aneurisma dan wall stress.

    Diameter yang semakin besar

    memiliki resiko ruptur yang

    semakin besar juga. Resiko ruptur

    meningkat cukup tinggi pada

    diameter 5-6 cm.

    Selain diameter terbesar aneurisma, wall stress  yang ditentukan berdasarkan

    hukum Laplace merupakan salah satu faktor yang juga ikut mempengaruhi.

    Hukum Laplace menunjukkan bahwa tegangan dinding pada suatu bentuk simetris

    seperti silinder atau bola proporsional terhadap radius dan tekanan intraluminal

    Tabel 1. Diameter AAA dan Resiko Ruptur  

  • 8/18/2019 Tugas Terbimbing Pd 2

    12/15

    12

    serta berbanding terbalik dengan ketebalan dinding. Nilai ini diukur berdasarkan

     pemeriksaan CT-scan dan tekanan darah selama pemeriksaan.

    2.  Resiko operasi

    3. 

    Patient’s life expectancy

    4.  Pemilihan personal pasien

    Tata Laksana Abdominal Aortic Aneurysm2,3

    a. 

    Medikasi

    Pada aneurisma yang berukuran lebih kecil dibandingkan standar untuk dilakukan

    repair , terapi medikasi diterapkan untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskularyang berhubungan dan rasio ekspansi aneurisma. Beberapa hal yang dapat dilakukan

    adalah berhenti merokok, aktivitas fisik teratur, dan pengobatan, seperti beta-blocker,

    angiotensin converting enzyme inhibitor, doxicyclin, dan statin.

     b. 

    Endovascular Vascular Aneurysm Repair (EVAR)

    EVAR merupakan tindakan bedah invasif minimal yang memasang endovascular

     graft di sebelah distal arteri renalis melalui akses arteri femoralis. EVAR

    membutuhkan informasi detail mengenai keadaan anatomi aorta tersebut dan tidak

    seluruh AAA dapat dilakukan prosedur EVAR.

    Gambar 3. Hubungan antara Resiko Ruptur dengan Diameter AAA dan Wall Stress2

  • 8/18/2019 Tugas Terbimbing Pd 2

    13/15

    13

    c. 

    Open surgery

    Tindakan bedah ini memiliki objektif untuk mencegah kematian akibat ruptur

    AAA dan menjaga perfusi arterial ke pelvis dan ekstremitas bawah. Indikasi

    dilakukannya tindakan bedah ini adalah pada AAA yang secara anatomis tidak

    dapat dilakukan EVAR.

    Gambar 4. Prosedur EVAR   

  • 8/18/2019 Tugas Terbimbing Pd 2

    14/15

    14

    BAB III 

    PEMBAHASAN

    Pasien wanita 78 tahun datang dengan keluhan utama nyeri perut yangsemakin memberat sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan anamnesis,

    didapatkan nyeri perut yang dirasakan pasien tidak disertai dengan keluhan gangguan

     buang air besar maupun keluhan mual muntah. Pasien juga mempunyai riwayat

     penyakit jantung sejak 4 tahun yang lalu dan riwayat hipertensi sejak 20 tahun yang

    lalu. Kedua hal ini merupakan faktor risiko dari terjadinya aneurisma aorta

    abdominalis,

    Dari pemeriksaan fisik, secara umum tidak didapatkan adanya kelainannya

    kecuali pada daerah jantung dimana didapatkan adanya pansistolik murmur. Pada

    daerah abdomen tidak didapatkan adanya benjolan, nyeri tekan maupun bunyi bruit.

    Dari pemeriksaan penunjang, baik dari hasil USG, CT Scan, dan

    echocardiography didapatkan bahwa pasien mengalami aneurisma aorta abdominalis

    dimana ukuran yang saat ini sudah semakin membesar dibandingkan yang

    sebelumnya.

    Dari data di atas dipikirkan pasien mengalami aneurisma aorta abdominalis

    karena dari pemeriksaan penunjang didapatkan adanya aneurisma aorta abdominalis.

    Sedangkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik aneurisma aorta abdominalis ini

    memang tidak terlalu khas sehingga diagnosisnya bergantung pada pemeriksaan

     penunjang berupa USG abdomen maupun CT Scan.

    Rencana tatalaksana yang akan dilakukan pada pasien adalah melakukan

    endovascular aneurysm repair   (EVAR) dimana ini merupakan salah satu metode

    yang invasif minimal. Tujuan dari tindakan ini adalah memperbaiki aorta abdominal

    dengan menggunakan endograft .

  • 8/18/2019 Tugas Terbimbing Pd 2

    15/15

    15

    DAFTAR PUSTAKA

    1.  Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 12th ed.

    USA: John Wiley & Sons, Inc.;2010.

    2.  Cronenwett JL, Johnston KW, editor. Rutherford’s vascular surgery. 7th ed.

    Philaladelphia: Saunders, an imprint of Elsevier, Inc.;2010.

    3.  Hallett JW, Mills JL, Earnshaw JJ, Reekers JA, Rooke TW, editor.

    Comprehensive vascular and endovascular surgery. 2nd ed. Philadelphia:

    Mosby, Inc.;2009.

    4.  Weintraub NL. Understanding Abdominal Aortic Aneurysm. N Engl J Med.

    2009;361(11):1114–6.

    5. 

    Ernst CB. Abdominal Aortic Aneurysm. N Engl J Med. 1993;328(16):1167– 

    72.