pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan

175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEINGINTAHUAN DAN PERHATIAN SISWA (Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1 Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Pendidikan Fisika oleh: Ibnu Prakosa S830809010 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: vuongdung

Post on 13-Jan-2017

254 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE

DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI

KEINGINTAHUAN DAN PERHATIAN SISWA

(Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1

Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

untuk Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama: Pendidikan Fisika

oleh:

Ibnu Prakosa

S830809010

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE

DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI

KEINGINTAHUAN SISWA DAN PERHATIAN SISWA

(Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1

Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)

disusun oleh:

Ibnu Prakosa

S830809010

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. 7 Januari 2011 NIP. 195201161980031001 _____________ ________

Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. 7 Januari 2011 NIP. 195209151976032001 _____________ _________

Mengetahui

Ketua Program Pendidikan Sains

Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd NIP. 195201161980031001

Page 3: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE

DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI

KEINGINTAHUAN SISWA DAN PERHATIAN SISWA

(Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1

Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)

disusun oleh:

Ibnu Prakosa

S830809010

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. Ashadi …………… …............

Sekretaris Drs. Cari, M.A., M.Sc., Ph.D. ………….. …...........

Anggota Penguji 1. Prof. Dr. H.Widha Sunarno,M.Pd ..……… ……........

2. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D …………. ……….....

Surakarta, Januari 2011 Mengetahui Ketua Program Studi Pend. Sains

Direktur PPs UNS

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 195201161980031001

Page 4: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Ibnu Prakosa

NIM : S830809010

menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis saya berjudul “Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing Menggunakan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen Ditinjau

dari Keingintahuan Siswa dan Perhatian Siswa (Studi Kasus pada Materi Listrik

Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1 Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran

2010/2011)”, adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya

dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari

tesis tersebut.

Surakarta, 3 Januari 2011

Yang membuat pernyataan,

Ibnu Prakosa

Page 5: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Ibnu Prakosa. S830809010. “Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Menggunakan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen Ditinjau dari Keingintahuan dan Perhatian Siswa (Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1 Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret, Januari 2011. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Pembimbing II: Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh pembelajaran

fisika pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa; (2) Pengaruh dalam pembelajaran fisika antara keingintahuan siswa kategori tinggi atau keingintahuan siswa kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa; (3) Pengaruh dalam pembelajaran fisika antara perhatian siswa kategori tinggi dan perhatian siswa kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa; (4) Interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar siswa; (5) Interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa; (6) Interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa; (7) Interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh kelas IX SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah 6 kelas. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling sejumlah 2 kelas. Kelas eksperimen pertama diberi meode demonstrasi dan kelas eksperimen kedua diberi metode eksperimen. Data diperoleh menggunakan teknik tes kognitif prestasi belajar dan non-tes angket afektif prestasi belajar, keingintahuan siswa. Data dianalisis menggunakan anava dengan desain factorial 2X2X2, didesain dan dihitung menggunakan Minitab 15.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Terdapat pengaruh pembelajaran Fisika melalui inkuiri terbimbing antara metode eksperimen dengan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa kelas IX SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen tahun pelajaran 2010/2011, metode eksperimen berpengaruh sangat signifikan dibandingkan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif; (2) Terdapat pengaruh dalam pembelajaran fisika antara keingintahuan siswa dalam belajar fisika kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, keingintahuan tinggi memberikan pengaruh yang cukup signifikan dibanding keingintahuan rendah; (3) Tidak terdapat pengaruh pembelajaran fisika antara perhatian siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif; (4) Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif; (5) Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa untuk ranah kognitif maupun ranah afektif. Tingkat perhatian

Page 6: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

siswa yang tinggi dengan metode eksperimen berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif maupun ranah afektif; (6) Terdapat interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif. Tingkat keingintahuan siswa yang tinggi dengan metode eksperimen berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif; (7) Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif.

Kata kunci: inkuiri terbimbing, demonstrasi, eksperimen, keingintahuan, perhatian,

prestasi belajar kognitif, prestasi belajar afektif, listrik dinamis

Page 7: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Ibnu Prakosa. S830809010. “Guided-Inquiry Learning Using Demonstration and Experiment Methods Overviewed from Student’s Curiosity and Student’s Attention (A Case Study over Electrodynamics for 9th Grade Students, SMP N 1 Karangmalang, Sragen, Academic Year 2010/2011). Thesis, Surakarta: Science Education Program, Post Graduate Program, Sebelas Maret University. January 2011. Advisor I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Advisor II: Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.

The objectives of this research were to know: (1) The effect of guided-inquiry

learning using demonstration and experiment methods toward student’s achievements; (2) The effect of high or low student’s curiosity toward student’s learning achievements; (3 The effect of high or low levels student’s attention toward student’s achievements; (4) The interaction between learning methods and student’s curiosity toward student’s achievements; (5) The interaction between learning methods and student’s attention toward student’s achievements; (6) The interaction between student’s curiosity and student’s attention toward student’s achievements; (7) The interaction among learning methods, student’s curiosity, and student’s attention toward student’s achievements.

This research used experiment method. The population of this research was all of 9th grade students, SMP N 1 Karangmalang, Sragen, academic year 2010/2011, consisted of seven class. The samples was taken using cluster random sampling, consisted of two experiment class. The first class was treated using demonstration method and the second class was treated using experiment method. The data was collected using test for cognitive student’s achievement and non-test questionere for affective student’s achievement, student’s curiosity, and student’s attention. The data was analyzed using anova with 2X2X2 factorial, design and calculated using Minitab 15.

The results of this research could be concluded that: (1) There was an effect physic learning through guided-inquiry between experiment and demonstration methods toward cognitive and affective student’s achievements, the experiment effects more significantly than demonstration method toward cognitive and affective student’s achievements; (2) There was an effect physic learning through guided-inquiry between high and low student’s curiosity toward cognitive and affective student’s achievements, the high level effects more significantly than the low level toward cognitive and affective student’s achievements; (3) There was no effect in physic learning through guided-inquiry between high and low levels of student’s attention toward cognitive and affective student’s achievements; (4) There was interaction between learning methods and student’s curiosity toward cognitive and affective student’s achievements; (5) There was interaction between learning methods and student’s attention toward cognitive and affective student’s achievements; (6) There was interaction between student’s curiosity and student’s attention toward cognitive and affective student’s achievements; (7) There was no

Page 8: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

interaction among learning methods, student’s curiosity, and student’s attention toward cognitive and affective student’s achievements.

keyword: guided-inquiry, demonstration method, experiment method, curiosity,

attention, cognitive student’s achievement, affective student’s achievement, electrodynamics

Page 9: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

ojo ndhisiki kersaning Gusti

ada OBSESI ada JALAN

teteg tenan temen tekun tekan

.............

- Penulis -

Page 10: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Flora Mikhaila Hanafi, you are truly more than words,

thanks Allah...

Page 11: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayah serta taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini dengan judul Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Menggunakan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen Ditinjau dari Keingintahuan Siswa dan Perhatian Siswa.

Penyusunan Tesis ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat: 1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan

untuk belajar pada Program Pascasarjana.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.

3. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku pembimbing pertama yang telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan dan menyelesaikan laporan penelitian ini.

4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. selaku pembimbing kedua, yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

5. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.

6. Kepala Sekolah SMP N 1 Karangmalang Sragen yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Rekan mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana.

8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan yang lebih baik di sisi Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan laporan ini. Akhirnya, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2011 Penulis

Page 12: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

JUDUL ......................................................................................................... i

PERSETUJUAN.......................................................................................... ii

PENGESAHAN ........................................................................................... iii

PERNYATAAN .......................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................... v

MOTTO ....................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN........................................................................................ viii

KATA PENGANTAR................................................................................. ix

DAFTAR ISI................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………….….. 1

B. Identifikasi Masalah ……………………………………… .... . 11

C. Pembatasan Masalah ……………………………………. ...... . 12

D. Perumusan Masalah ..…………………………………………. 13

E. Tujuan Penelitian ……..………………….………………….... 14

F. Manfaat Penelitian ………………………………………… … 14

Page 13: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERFIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS ........................................................ 16

A. Kajian Teoretis…………………..………………..…….......... 16

1. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing………………………… 16

a. Pengertian Belajar ……………………………………… 17

b. Teori Belajar ……………… ..... ……………………… 18

c. Inkuiri Terbimbing ……………… …………………… 23

2. Metode Demonstrasi………………………… .................... 33

3. Metode Esperimen………………………… ....................... 34

4. Keingintahuan Siswa………………………….................... 35

5. Perhatian Siswa…………………………............................ 38

6. Prestasi Belajar Siswa………………………… .................. 40

7. Materi Pelajaran Fisika Listrik Dinamis……………… ...... 42

B. Penelitian yang Relevan…………………..………………..… 53

C. Kerangka Berfikir…………………..………………..……...... 60

D. Pengajuan Hipotesis…………………..………………..…….. 66

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 67

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………. 67

B. Metode Penelitian ……………………………………………. 68

C. Populasi, Subyek dan Teknik Pengambilan Sampel ………... 68

D. Variabel Penelitian ………………………………………….. 70

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data………………………… 72

F. Instrumen Penelitian …………………………………. .......... 75

Page 14: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

G. Uji Coba Instrumen …………………………………............. 76

H. Teknik Analisis Data ……………………………………....... 83

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........ .................. 90

A. Deskripsi Data .......................................................................... 90

B. Uji Prasyarat Analisis ............................................................... 110

C. Uji Hipotesis.............................................................................. 123

D. Pembahasan............................................................................... 140

E. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 148

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................. 149

A. Kesimpulan ............................................................................... 149

B. Implikasi .................................................................................... 151

C. Saran.......................................................................................... 152

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 153

LAMPIRAN................................................................................................. 156

Page 15: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Listrik Dinamis SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen Kelas IX

Tahun Pelajaran 2009/2010 ……..........…..….…………......... 2

Tabel 2.1. Langkah Penemuan di dalam Kelas dan Ragam Langkah Penemuan ………..........…..….……............. 28

Tabel 2.2 Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ............................. 32 Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ...................................................................... 67 Tabel 3.2 Validitas Item Instrumen Pengambilan Data Penelitian ............................................................................ 77 Tabel 3.3 Klasifikasi korelasi reliabilitas ………………………………... 78 Tabel 3.4 Reliabilitas Instrumen Pengambilan Data Penelitian………….. 78 Tabel 3.5 Distribusi Tingkat Kesukaran Soal Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa …………………………………………. 80 Tabel 3.6 Distribusi Daya Pembeda Soal Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa………………………………………… 81 Tabel 3.7 Desain Faktorial Penelitian …………........................................ 83 Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai UAS Kelas VIII dari Sampel ...……........ 90

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai UAS IPA Kelas VIII Kelas Eksperimen I (Metode Demonstrasi) .............................. 91

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai UAS IPA Kelas VIII Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen) ...................... 93

Tabel 4.4 Deskripsi Data Skor Keingintahuan Siswa Setelah Diberi Perlakuan................................................... 94

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Keingintahuan Siswa Kelompok Eksperimen I (Metode Demonstrasi).................... .... 95

Page 16: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Keingintahuan Siswa Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)........................ 97

Tabel 4.7 Deskripsi Data Skor Perhatian Siswa Setelah Diberi Perlakuan............................................................. 98

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perhatian Siswa Kelompok Eksperimen I (Metode Demonstrasi)................... ..... 99

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Perhatian Siswa Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)................... ..... 101

Tabel 4.10 Deskripsi Data Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa Setelah Diberi Perlakuan................................................... ........ 103

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa Kelompok Eksperimen I (Metode Demonstrasi)....................... 103

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)................... ... 105

Tabel 4.13 Deskripsi Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa Setelah Diberi Perlakuan................................................... ........ 106

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa Kelompok Eksperimen I (Metode Demonstrasi)....................... 107

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)................... ... 109

Tabel 4.16 Rangkuman Keputusan Uji Normalitas Masing-Masing Kriteria Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar................... ................ 112

Tabel 4.17 Rangkuman Keputusan Uji Normalitas Masing-Masing Kriteria Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar................................. 117

Tabel 4.18 Output Hasil Uji Anava Prestasi Belajar (Ranah kognitif)

Ditinjau dari Metode, Keingintahuan, dan Perhatian.................. 123

Page 17: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Tabel 4.19 Rangkuman p-value Uji Hipotesis (Terhadap Prestasi Ranah Kognitif)....................................... 125

Tabel 4.20 Output Hasil Uji Anava Prestasi Belajar (Ranah afektif) Ditinjau dari Metode, Keingintahuan, dan Perhatian.................. 125

Tabel 4.21 Rangkuman p-value Uji Hipotesis (Terhadap Prestasi Ranah Afektif)....................................... 126

Page 18: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Inquiry in Action ..………………………..…………..... ........ 26

Gambar 2.2 Basicmeter sebagai amperemeter………………….…. ......... 44

Gambar 2.3 Basicmeter sebagai voltmeter…………..…………...……… 46

Gambar 2.4 Rangkaian Hambatan susun Seri………………………….... 49

Gambar 2.5 Rangkaian Hambatan susun Paralel ……………………… . 51

Gambar 4.1 Histogram Data Nilai UAS Kelas Eksperimen I (Metode Demonstrasi) ........................................................... 92 Gambar 4.2 Histogram Data Nilai UAS Kelas Eksperimen II (Metode Eksperimen) ........................................................... . 93 Gambar 4.3 Histogram Data Skor Keingintahuan Siswa Kelas Eksperimen I (Metode Demonstrasi) ..................................... 96 Gambar 4.4 Histogram Data Skor Keingintahuan Siswa Kelas Eksperimen II (Metode Eksperimen) ............................... ..... 97 Gambar 4.5 Histogram Data Skor Perhatian Siswa Kelas Eksperimen I (Metode Demonstrasi) ..................................... 100 Gambar 4.6 Histogram Data Skor Perhatian Siswa Kelas Eksperimen II (Metode Eksperimen) ............................... ..... 102 Gambar 4.7 Histogram Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen I (Metode Demonstrasi) ............................... ............................ 104 Gambar 4.8 Histogram Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen II (Metode Eksperimen) ............................... ............................. 105 Gambar 4.9 Histogram Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen I (Metode Demonstrasi) ............................... ............................ 108

Page 19: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

Gambar 4.10 Histogram Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen II (Metode Eksperimen) ............................... .......................... 109 Gambar 4.11 Grafik Uji Normalitas Data Nilai Tes Kognitif ................... 111 Gambar 4.12 Grafik Uji Normalitas Data Skor Angket Afektif................. 113 Gambar 4.13 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Kognitif

Prestasi Belajar Ditinjau dari Metode Pembelajaran ...... 115

Gambar 4.14 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Ditinjau dari Keingintahuan Siswa ....... 117

Gambar 4.15 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Ditinjau dari Perhatian Siswa ............... .. 118

Gambar 4.16 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Ditinjau dari Metode Pembelajaran ....... 119

Gambar 4.17 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Ditinjau dari Keingintahuan Siswa........ 120

Gambar 4.18 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Ditinjau dari Perhatian Siswa............... 122

Gambar 4.19 Grafik Uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Kognitif)................... 131

Gambar 4.20 Grafik Uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Afektif)................... 132

Gambar 4.21 Grafik Uji Lanjut Anava Keingintahuan Siswa Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Kognitif)................... 133

Gambar 4.22 Grafik Uji Lanjut Anava Keingintahuan Siswa Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Afektif)................... 134

Gambar 4.23 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa dengan Metode PembelajaranTerhadap Prestasi Belajar (Ranah Kognitif).................................................................. 135 Gambar 4.24 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa dengan Metode PembelajaranTerhadap Prestasi Belajar (Ranah Afektif) .................................................................. 136

Page 20: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

Gambar 4.25 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa dengan Perhatian Siswa Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Kognitif).................................................................. 138 Gambar 4.26 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa dengan Perhatian Siswa Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Afektif) .................................................................. 139

Page 21: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Instrumen Silabus Pembelajaran…...…................................ 155

Lampiran 2 Instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran …… ........... 159

Lampiran 3 Instrumen Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing…..... 179

Lampiran 4 Instrumen Lembar Kerja Siswa (LKS) ………………. ....... 183

Lampiran 5 Kisi-kisi Angket Perhatian Siswa ……... ............................. 220

Lampiran 6 Instrumen Angket Perhatian Siswa ....................................... 221

Lampiran 7 Kisi-kisi Angket Keingintahuan Siswa ……..…... ............... 228

Lampiran 8 Instrumen Angket Keingintahuan Siswa............................... 229

Lampiran 9 Kisi-kisi Angket Kemampuan Afektif ……..…... ................ 237

Lampiran 10 Instrumen Angket Kemampuan Afektif................................ 238

Lampiran 11 Kisi-kisi Tes Kemampuan Kognitif ……..…... .................... 246

Lampiran 12 Instrumen Tes Kemampuan Kognitif ……..…..................... 247

Lampiran 13 Uji Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Kognitif ............................ 256

Lampiran 14 Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Angket Kemampuan Afektif ............................................................. 259 Lampiran 15 Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Angket Perhatian Siswa .................................................................... 262 Lampiran 16 Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Angket Keingintahuan Siswa ............................................................ 265 Lampiran 17 Surat Keterangan Penelitian ................................................. 268

Lampiran 18 Dokumentasi Penelitian ....................................................... 268

Page 22: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional (sisdiknas) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Keberhasilan pendidikan tersebut dapat dinilai dalam suatu sistem penilaian

pendidikan.Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau proses

dan ke majuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan

pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara

berkesinambungan dan mencakup seluruh aspek pada diri peserta didik, baik aspek

kognitif maupun afektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam

mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran,

kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang

selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Ukuran kriteria pencapaian

SK dan KD tersebut mengacu pada nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang

telah ditetapkan. Sehingga dengan demikian keberhasilan ketercapaian KKM adalah

1

Page 23: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

salah satu muara dari penilaian keberhasilan pendidikan mengacu pada kurikulum

yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan.

Pada level praktis di sekolah terdapat kesenjangan dari tuntutan

kurikulum dan kenyataan hasil evaluasi pembelajaran. Kesenjangan yang

dimaksud adalah terdapat hasil evaluasi pembelajaran yang tidak memenuhi

dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Contoh kasus yang terjadi

diantaranya di SMP N 1 Karangmalang Sragen. Nilai IPA fisika khususnya materi

listrik dinamis pada siswa kelas IX di SMP N 1 Karangmalang banyak tidak

memenuhi KKM.

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Listrik Dinamis Kelas IX Tahun Pelajaran 2009/2010

SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen

Nilai (N) Listrik Dinamis

N<70 70≤ N< 75 75≤ N< 80 N≥80 Jumlah

No Kelas KKM

(siswa) (siswa) (siswa) (siswa) (siswa)

1 IX A 70 25 10 4 1 40

2 IX B 70 26 9 3 2 40

3 IX C 70 25 11 4 0 40

4 IX D 70 27 6 7 0 40

5 IX E 70 28 12 0 0 40

6 IX F 70 26 14 0 0 40

7 IXG 70 29 10 1 0 40

(Sumber: Legger Nilai Ulangan Harian IPA Fisika Kelas IX 2009/2010)

Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat diperoleh gambaran bahwa dengan

nilai KKM yang dtetapkan sebesar 70, ternyata lebih dari 50% siswa di tiap kelas

rombongan belajar di SMP N 1 Karangmalang tidak lolos pada tes kesempatan

pertama. Hal ini terjadi pada salah satu materi dan konsep fisika yang dipelajari

SMP kelas IX semester I pada sub materi listrik dinamis. Padahal materi

Page 24: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

kelistrikan adalah materi yang sangat penting karena penerapannya sangat meluas

dalam kehidupan sehari-hari misalnya peralatan elektronik rumah tangga,

penerangan dan instalasi listrik untuk industri dan lain sebagainya. Walaupun

termasuk materi yang penting, pada kenyataannya materi pelajaran tentang

kelistrikan merupakan materi yang sulit bagi siswa, sebagaimana kasus di SMP N

1 Karangmalang yang menunjukkan rendahnya ketercapaian KKM materi listrik

dinamis, sebagaimana data yang ditunjukkan pada tabel 1.1 di atas.

Berdasarkan kasus yang terjadi di SMP N 1 Karangmalang, faktor

penyebab ketidaktercapaian KKM, khususnya pelajaran IPA fisika materi listrik

dinamis, dapat ditinjau dari empat sisi, yaitu siswa, guru, materi ajar, dan

penunjang sarana prasarana. Ditinjau dari penunjang sarana prasarana sumber

belajar dan lingkungan pembelajaran, kondisi yang ada adalah sekolah belum

memiliki sarana dan sumber belajar yang lengkap yang berupa bahan bacaan atau

sumber informasi, buku pelajaran, alat laboratorium/praktik, ruang laboratorium

yang memadai. Lingkungan suasana pembelajaran kurang menyenangkan, kurang

bermakna, dan kurang kontekstual dengan keseharian siswa.

Ditinjau dari materi ajar, bahwa materi ajar IPA khususnya fisika masih

dianggap sebagai materi yang sulit. Persepsi siswa terhadap materi pelajaran IPA

fisika tersebut cenderung dipengaruhi oleh kegiatan dan proses pembelajaran IPA

yang diterima oleh siswa selama ini. Pembelajaran IPA memerlukan kegiatan

penyelidikan, baik melalui observasi maupun eksperimen, sebagai bagian dari

kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah,

mengembangkan rasa ingin tahu melalui penemuan berdasarkan pengalaman

Page 25: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah. Namun, yang terjadi adalah tidak

demikian. Pembelajaran IPA yang diselenggarakan kurang menyasar dengan

karakteristik dan hakekat IPA seperti yang dipaparkan di atas. Hal ini akhirnya

mengakibatkan materi IPA fisika menurut siswa terlalu banyak rumus yang harus

dihafalkan, kurang bisa menangkap hubungan materi yang diajarkan dengan

kehidupan sehari-hari, dan materi IPA fisika kurang bermakna bagi siswa.

Ditinjau dari sisi siswa, dalam proses pembelajaran sehari-hari, banyak

siswa yang menganggap bahwa pembelajaran IPA fisika adalah sulit. Jika

ditelusuri lebih lanjut, pada dasarnya siswa SMP N 1 Karangmalang memiliki rasa

ketertarikan dan perhatian terhadap topik IPA. Namun, ketika terlibat dalam

pembelajaran IPA siswa menjadi kurang antusias. Kemampuan individual dan

faktor internal seperti motivasi, IQ dan EQ, gaya belajar, minat belajar,

kepercayaan diri, keingintahuan, perhatian, kreativitas dari siswa tidak optimal

diperhatikan guru dalam pembelajaran. Faktor internal siswa yang tidak

diperhatikan oleh guru tersebut akhirnya mempengaruhi keberhasilan tujuan

pembelajaran, dengan indikator rerata nilai ulangan harian IPA fisika siswa

banyak yang belum memadai.

Ditinjau dari sisi guru, dapat dicermati bahwa proses pembelajaran yang

dilakukan dan difasilitasi oleh guru di SMP N 1 Karangamalang belum sesuai

dengan pembelajaran IPA. Pembelajaran fisika hanya disajikan sebagai kumpulan

rumus yang harus dihafalkan oleh siswa. Guru kurang kreatif dan variatif dalam

menggunakan strategi dan metode pembelajaran sesuai dengan karaksteristik

materi ajar, sehingga berakibat pada proses pembelajaran yang kurang bermakna

Page 26: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

bagi siswa. Padahal, banyak metode dan pendekatan pembelajaran yang bias

digunakan oleh guru, misalnya active learning, discovery learning, inquiry

learning, pembelajaran ketrampilan proses, dan sebagainya. Namun, yang terjadi

adalah sebagian besar proses pembelajaran diisi oleh guru yang hanya berceramah

tanpa berupaya memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (Gagne, Briggs, dan Wagner

dalam Winataputra, 2008). Kegiatan yang dirancang dalam proses pembelajaran

melibatkan pemilahan yang tepat atas pendekatan, metode, dan strategi yang

digunakan. Terdapat beberapa jenis pendekatan, metode, dan strategi dalam

pembelajaran. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis

pendekatan, yaitu: 1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi/ berpusat pada

siswa (student-centered approach); dan 2) pendekatan pembelajaran yang

berorientasi atau berpusat pada guru (teacher-centered approach). Dilihat dari

strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu:

1) exposition-discovery learning, dan 2) group-individual learning (Rowntree

dalam Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,

strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan

strategi pembelajaran deduktif. Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: 1) ceramah; 2)

demonstrasi; 3) diskusi; 4) simulasi; 5) laboratorium; 6) pengalaman lapangan; 7)

brainstorming; 8) debat, 9) simposium, dan sebagainya. Pendekatan, metode

maupun strategi pembelajaran haruslah dipilih secara tepat agar dalam proses

Page 27: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan yang diinginkan.

Pemilihan pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran seyogyanya

memperhatikan faktor antara lain karakteristik materi ajar, karakteristik siswa,

sarana pendukung belajar, dan lingkungan belajar.

Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil

pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan

bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi

pengertian bahwa sains merupakan cabang pengetahuan yang dibangun

berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan

diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan

aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala alam, dan melalui

satu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

Hukum dan teori dalam Sains hanyalah produk dari serangkaian aktivitas

manusia yang dikenal dengan penyelidikan penemuan ilmiah (scientific inquiry)

atau metode ilmiah (scientific method). Dalam kerangka pemahaman tersebut,

menurut Siahaan dan Suyana (2010) hakikat dari ilmu sains adalah proses

penemuan. Keluaran/output dari proses ilmiah itu sendiri adalah: 1) Proses,

dimana output Sains berupa proses menginginkan para peserta didik

mendapatkan kemampuan mengamati, mengumpulkan data, mengolah data,

menginterpretasikan data, menyimpulkan, mengkomunikasikan; 2) Produk,

dimana dalam proses penemuan Sains menghasilkan produk berupa konsep, dalil,

hukum, teori, dan prinsip; 3) Sikap, dimana selain ada keterampilan proses yang

Page 28: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

dimiliki serta produk yang dihasilkan, diharapkan pula tumbuh sikap yang

muncul setelah proses tersebut dilalui yaitu terbuka, menghargai pendapat,

obyektif dan jujur dalam menyajikan data, berorientasi pada kenyataan,

bertanggungjawab, terbuka pada pikiran dan gagasan baru, sikap kritis dan

investigatif, tidak percaya takhayul, faktual, kreatif dan inovatif dalam

menghasilkan karya ilmiah, sikap ingin tahu, peduli terhadap makhluk hidup dan

lingkungan, tekun dan teliti, dan bekerjasama.

Menurut Siahaan dan Suyana (2010) pembelajaran Sains diharapkan

lebih menekankan pada proses penemuan, dimana siswa aktif selama

pembelajaran untuk membangun pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan

agar pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran Sains,

siswa berperan seolah-olah sebagai ilmuwan, menggunakan metode ilmiah untuk

mencari dan menemukan jawaban terhadap suatu permasalahan yang sedang

dipelajari. Fisika merupakan bagian dari sains, sehingga apa yang ditekankan

dalam pembelajaran Sains juga berlaku pada pembelajaran fisika. Dengan

demikian, pembelajaran fisika seyogyanya juga diarahkan pada pembelajaran

penemuan (inquiry).

Menurut Koes (2003) Pembelajaran Inkuiri adalah suatu model atau

pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Sains dan

mengacu pada salah satu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau

informasi atau mempelajari suatu gejala. Pembelajaran inquiry sesuai dengan

prinsip learning by doing. Menurut Depdiknas (2003) pembelajaran yang

melibatkan proses melakukan dapat menyumbang 90% pemahaman dari

Page 29: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

pengalaman belajar. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa begitu pentingnya

peserta didik melakukan sendiri proses penemuan untuk membuat proses belajar

yang telah dilaluinya lebih bermakna. Kelebihan pembelajaran inkuiri diantaranya

adalah: 1) Pengetahuan itu tahan lama atau lama dapat diingat, atau mudah

diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain;

2) Hasil belajar inkuiri mempunyai efek transfer yang sangat baik, daripada hasil

belajar lainnya, dengan kata lain konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang

dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi baru.

Menurut Depiknas (2003) dalam kurikulum 2004 tentang standar

kompetensi disebutkan bahwa pendidikan sains menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains

diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa

untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh

karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran Sains

adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains

dalam bentuk hand-on activity. Hal ini juga sesuai dengan tingkat perkembangan

mental siswa SMP yang masih berada pada fase transisi dari konkrit ke formal,

akan sangat memudahkan siswa jika pembelajaran Sains mengajak anak untuk

belajar merumuskan konsep secara induktif berdasar fakta-fakta empiris di

lapangan. Oleh karena itu, eksperimen atau praktikum atau demonstrasi

merupakan bagian terpenting dari Sains dan pembelajaran Sains. Kelebihan

metode demonstrasi diantaranya adalah: 1) Perhatian murid dapat dipusatkan pada

Page 30: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat

diamati secara teliti; dan 2) Dapat membimbing peserta didik ke arah berpikir

yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. Sedangkan kelebihan metode

eksperimen dianataranya adalah: 1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran

atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima

kata guru atau buku saja; 2) Dapat menegembangkan sikap untuk mengadakan

studi eksploratoris tentang sains dan teknologi.

Berdasarkan kerangka Sains yang sudah diterangkan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran Sains akan lebih efektif jika menggunakan

pembelajaran inkuiri dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi. Kedua

metode ini menekankan cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik

untuk mengamati secara cermat, memberi gambaran secara langsung tentang apa

yang dipelajari, serta mengalami dan membuktikan sendiri proses dari hasil

percobaan itu. Walaupun memiliki perbedaan dalam hal proses teknis prosedur

operasional, metode eksperimen dan demonstrasi dapat memberikan pengalaman

langsung kepada siswa dalam proses pembelajaran penemuan (inquiry).

Keingintahuan (curiosity) adalah aspek emosional dari makhluk hidup

untuk melakukan eksplorasi, investigasi dan pembelajaran. Menurut Talib (2009)

keingintahuan (curiousity) dapat diartikan sebagai dorongan berasal dari internal

diri yang memotivasi seseorang untuk belajar dan melakukan penyelidikan,

mencari informasi tentang objek dan ide tentang sesuatu hal melalui proses

eksplorasi. Secara filosofis, keingintahuan didorong oleh rasa kagum karena rasa

yang tuntas terhadap hal tidak mengerti di sekitarnya (Poedjawijatna 1991).

Page 31: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Pemicu rasa keingintahuan adalah lingkungan dan gejala atau fenomena di sekitar

manusia melalui panca indra yang dimilikinya. Menurut Berlyne (1954)

keingintahuan (curiosity) adalah faktor yang berpengaruh terhadap perilaku

bereksplorasi. Dalam kerangka sains dan pembelajaran sains, perilaku

bereksplorasi adalah penting karena mencerminkan kemampuan melakukan

proses penemuan berdasarkan metode ilmiah mengenai gejala dan fenomena

alam. Perilaku bereksplorasi secara ilmiah yang dipicu oleh rasa keingintahuan

(curiosity) akan mendorong penguasaan atas sains.

Dalam proses pembelajaran sains, keingintahuan (curiousity) siswa dapat

ditimbulkan melalui kondisi yang menarik perhatian (attention) (Talib 2009).

Siswa akan tertarik dan memperhatikan terhadap situasi yang nyata/realistis dan

mencerminkan aspek kehidupan, lingkungan dan kepribadian diri siswa, bersifat

kekinian, dan dapat dipahami dan dimengerti oleh semua siswa. Siswa dengan

keingintahuan yang tinggi akan sangat sensitif terhadap rangsangan yang

mengenainya, yang akan tampak dari antusiasme dalam mengikuti pembelajaran

dan banyaknya dia mengajukan pertanyaan. Antusiasme dalam proses

pembelajaran tersebut adalah salah satu wujud dari sikap perhatian siswa.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut di atas,

penelitian ini akan mencoba meneliti bagaimana hubungan dan pengaruh dari tiga

hal, yaitu pembelajaran fisika dengan inkuiri terbimbing menggunakan metode

ekpserimen dan demonstrasi, keingintahuan siswa (curiosity), dan perhatian siswa,

terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini adalah studi kasus pembelajaran

fisika pada siswa di SMP Negeri 1 Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen.

Page 32: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat

diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rerata nilai prestasi belajar pelajaran IPA fisika siswa SMP N 1

Karangmalang belum memadai dalam hal ketercapaian ketuntasan belajar.

2. Siswa SMP N 1 Karangmalang menganggap ilmu pengetahuan alam (IPA)

menarik dan menyenangkan dalam hal topik materi ajar, tetapi dirasa sulit dalam

hal pemahaman dan penguasaan.

3. Terdapat berbagai macam pendekatan dalam pembelajaran IPA fisika antara

lain pendekatan ketrampilan proses, discovery learning, cooperative learning,

CTL, inquiry dan lain-lain. Namun, guru cenderung tidak menggunakan

pendekatan yang bervariasi dan menyenangkan.

4. Faktor internal belajar siswa berupa gaya belajar, kreativitas, potensi IQ dan

EQ, minat belajar, keingintahuan siswa, dan perhatian siswa terhadap materi ajar

IPA SMP N 1 Karangmalang berperan dalam pencapaian keberhasilan belajar

siswa karena faktor tersebut dimiliki secara berbeda untuk masing-masing siswa.

Namun hal tersebut belum diperhatikan oleh guru.

5. Terdapat banyak metode pengajaran antara lain metode diskusi, tanya-jawab,

demonstrasi, eksperimen, penugasan proyek, dan lain-lain. Namun, guru lebih

sering menggunakan metode ceramah sehingga proses pembelajaran menjadi

kurang variatif, monoton, dan tidak sesuai dengan hakekat IPA.

Page 33: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

6. Lingkungan belajar kurang menyenangkan dan kurang bermakna.

7. Sarana dan sumber belajar yang tersedia belum lengkap.

8. Materi IPA fisika antara lain materi listrik statis, listrik dinamis, kemagnetan,

ggl induksi tergolong sulit bagi siswa kelas IX di SMP N 1 Karangmalang,

ditunjukkan dengan rerata nilai prestasi belajar pada materi tersebut belum

memadai mencapai ketuntasan nilai KKM.

9. Penilaian prestasi belajar sedapat mungkin mencakup tiga aspek yaitu aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun, guru hanya melakukan penilaian

hanya pada aspek kognitif saja.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian dapat fokus dan terarah.

Penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran fisika dengan pendekatan

inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi.

2. Keingintahuan siswa (curiosity) yang dimaksud adalah keingintahuan siswa

dalam belajar fisika dengan dua kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah.

3. Perhatian siswa yang dimaksud adalah perhatian siswa dalam belajar fisika

dengan dua kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah.

Page 34: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

4. Prestasi belajar siswa yang dimaksud adalah prestasi hasil belajar siswa pada

ranah kognitif dan afektif yang dicapai siswa pada materi listrik dinamis kelas IX

semester I.

5. Materi pembelajaran yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi Listrik

Dinamis.

D. Perumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut di atas

dapat dirumuskan permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Adakah pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri terbimbing

menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi

belajar siswa?

2. Adakah pengaruh antara keingintahuan siswa kategori tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar siswa?

3. Adakah pengaruh antara perhatian siswa kategori tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar siswa?

4. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa

terhadap prestasi belajar siswa?

5. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa

terhadap prestasi belajar siswa?

6. Adakah interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap

prestasi belajar siswa?

Page 35: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

7. Adakah interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan

perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan adalah penting di dalam menentukan arah suatu tindakan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan

metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa.

2. Pengaruh antara keingintahuan siswa kategori tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar siswa.

3. Pengaruh antara perhatian siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar siswa.

4. Interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap

prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap

prestasi belajar siswa.

6. Interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi

belajar siswa.

7. Interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian

siswa terhadap prestasi belajar siswa.

F. Manfaaat Penelitian

Page 36: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Sebagai suatu kajian ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi sumbangan pemikiran kepada tenaga pendidik, khususnya guru

bidang studi IPA fisika dalam usaha meningkatkan prestasi belajar.

b. Memberi sumbangan pemikiran kepada guru tentang pentingnya pemilihan

pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan pengalaman kepada guru IPA dalam penggunaan pembelajaran

dengan pendekatan inkuiri terbimbing metode pembelajaran eksperimen dan

demonstrasi sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran IPA fisika.

b. Memberikan pengalaman kepada siswa untuk terlibat dalam proses

pembelajaran.

Page 37: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

BAB II

KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR

DAN PEGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis

1. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

a. Pengertian Belajar

Menurut Sudjana (1996) mendefinisikan belajar suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang seperti berubah pengetahuan,

pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta

perubahan aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan Winkel

(1996) mengartikan belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap.

Berdasarkan Sudjana (1996) dan Winkel (1996) tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah belajar merupakan proses yang dilakukan oleh

individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya

interaksi antara individu dengan lingkungannya. Interaksi melibatkan siswa

dengan guru, dengan membaca buku, dengan melakukan percobaan dan siswa

dengan orang lain melalui diskusi. Perubahan tingkah laku mencakup perubahan

keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, apresiasi, dan aspek

tingkah laku yang lain.

16

Page 38: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

b. Teori Belajar

Untuk memberikan dasar ilmiah dalam penelitian ini, maka akan ditinjau teori

teori belajar yang telah terkenal dikemukan oleh para ilmuwan. Teori belajar yang

dirasa sesuai dengan penelitian ini adalah teori belajar menurut Bruner, Ausubel,

dan Piaget. Berikut ini review dari teori belajar tersebut dan hubungan

relevansinya dengan penelitian ini.

1) Teori Belajar Bruner

Brunner memandang belajar adalah proses kognitif yang didalamnya siswa

mengembangkan pengetahuan (Chery 2004). Kerangka teori konstruktivisme

Bruner mendukung keyakinan bahwa siswa secara aktif melakukan konstruksi ide

atau konsep baru berdasarkan pada pengetahuan (knowledge) yang dimiliki

sebelumnya (Cherry 2004). Menurut konstruksi Bruner, siswa dapat menjadi

pemecah masalah yang aktif dan berkemampuan mengeksplorasi materi lebih

mendalam (Cherry 2004). Proses belajar adalah dinamis bergerak secara konstan

bergerak melibatkan siswa membentuk pengetahuan baru didasarkan pada

pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya. Proses konstruksi pengetahuan ini

diperoleh dari transformasi informasi, menghantarkan makna dari proses

pengalaman langsung, pembentukan dugaan ilmiah atau hipotesis, dan penentuan

pengambilan keputusan (Sorensen 2002).

Dalam konteks proses belajar, Bruner membagi tiga fase belajar yaitu

memperoleh informasi baru, transformasi informasi dan menguji relevansi dan

ketetapan pengetahuan atau evaluasi. Tiga fase ini mengkondisikan siswa melalui

proses mendapat pengetahuan dan pemahaman yang baru, kemudian dikaitkan

Page 39: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

dengan kerangka kognitif yang dimiliki sehingga kerangka itu berubah, dalam arti

ada yang digeser, dikurangi atau ditambah. Selama belajar siswa menemukan

sendiri struktur dasar atau konsep dari materi pelajaran. Cara belajar seperti ini

oleh Bruner belajar dengan menemukan sendiri (discovery-inquiry learning).

Di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar

untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah

atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan

pemecahan. Menurut Bruner pembelajaran dengan penemuan (discovery-inquiry

learning) memberikan pembelajaran yang baik bagi siswa karena dapat mereka

berperan sebagai pemecah masalah yang berinteraksi dengan lingkungan,

menyusun dugaan hipotesis, dan mengembangkan generalisasi (Hassard 2000).

Konstruktivisme Bruner memposisikan pebelajar sebagai kreator dan pemikir

melalui proses penemuan (inquiry) dan pengalaman autentik dalam pembelajaran,

sehingga dapat membentuk pengetahuan baru.

Pembelajaran berbasis penemuan terbimbing membuat siswa dihadapkan

kepada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan.

Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan

dan guru sebagai penunjuk jalan dan membantu siswa agar mempergunakan ide,

konsep dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan

pengetahuan yang baru.

Pada penelitian ini digunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

metode eksperimen dan demonstrasi. Sesuai dengan teori Bruner mengenai

pembelajaran yang bermakna, maka pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

Page 40: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

metode eksperimen dan demonstrasi yang digunakan pada penelitian ini

mengarahkan siswa menemukan konsep sendiri. Salah satu contoh pada

pembelajaran listrik dinamis yang sesuai dengan teori belajar Bruner yaitu untuk

menemukan perbedaan konduktor dan isolator, siswa menemukan sendiri melalui

eksperimen atau demonstrasi dengan menggunakan peralatan yang sederhana.

2) Teori Belajar Piaget

Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak secara garis besar terbagi

empat periode yaitu: a) periode sensori motor (0 – 2 tahun); b) periode

praoperasional (2-7 tahun); c)periode operasional konkrit (7-11 tahun); d) periode

operasi formal (11-15) tahun. Batas umur tiap periode tersebut tidak berlaku

mutlak. Seluruh anak pada suatu kelas yang sama belum tentu akan mempunyai

tingkat perkembangan mental yang sama. Tetapi masa transisi itu penting untuk

diketahui ketahui dalam rangka pengelolaan pengajaran.

Dalam masalah interaksi pendidikan dengan perkembangan mental, Piaget

mengatakan bahwa pendidikan harus dipandang sebagai suatu kondisi formatif

yang penting diperlukan untuk menuju ke perkembangan mental anak secara

alamiah. Mereka sudah berpikir secara sistematik, abstrak, dengan menggunakan

logika matematika. Tetapi tentu saja tiap individu kadar perkembangan mentalnya

akan berbeda, mengingat adanya perbedaan pengalaman yang menyangkut faktor

pemercepat perkembangan mental, khususnya untuk faktor pengalaman sosial.

Konsep dasar proses organisasi dan adaptasi intelektual menurut Piaget

yaitu: skemata (dipandang sebagai sekumpulan konsep); asimilasi (peristiwa

mencocokkan informasi baru dengan informasi lama yang telah dimiliki

Page 41: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

seseorang; akomodasi (terjadi apabila antara informasi baru dan lama yang semula

tidak cocok kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama); dan

equilibrium (bila keseimbangan tercapai maka siswa mengenal informasi baru).

Menurut Piaget, perkembangan intelektul hanya berjalan bila seseorang

mengasimilasi dan mengakomodasi rangsangan dalam lingkungannya. Asimilasi

adalah proses menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru dengan apa

yang telah ia ketahui dengan mengubahnya bila perlu dan akomodasi adalah

menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui

sebelumnya sehingga informasi yang baru dapat disesuaikan dengan lebih baik.

Piaget membedakan antara dua aspek berfikir yang saling melengkapi,

yaitu aspek figuratif dan aspek operatif. Aspek figuratif merupakan imitasi

keadaan sesaat dan statis, sedangkan aspek operatif berkaitan dengan transformasi

dari level pemikiran tertentu ke level yang lain. Setiap level keadaan dapat

dimengerti sebagai akibat dari transformasi tertentu atau sebagai titik tolak

transformasi yang lain. Aspek yang sangat berperan dalam pembentukan

pengetahuan seseorang adalah aspek operatif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya adalah

aktif yaitu memasukkan proses asimilasi dan pemahaman dari diri anak,

sementara mengingat dan menghafal adalah tidak dianggap sebagai belajar. Untuk

itu setiap pengetahuan mengandalkan suatu interaksi dan pengalaman. Tanpa

interaksi dan pengalaman, seorang anak tidak dapat mengkonstruksi pengetahuan

dalam proses belajar.

Page 42: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan eksperimen dan

demonstrasi pada penelitian ini mengarahkan siswa menemukan konsep dari

pengamatan konkret sehingga siswa akan lebih mudah mengabstraksikannya ke

dalam pikiran. Salah satu contoh pembelajaran listrik dinamis pada penelitian ini

yang sesuai dengan teori belajar Piaget adalah ketika siswa mengamati

eksperimen atau demonstrasi yang nyata tentang konduktor dan isolator, siswa

diminta mengabstraksikan melalui kata-kata sehingga siswa memperoleh konsep

sendiri.

3) Teori Belajar Ausubel

Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya

teori pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning. Menurut

Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa haruslah “bermakna” (meaningfull).

Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada

konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur

kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah

dipelajari dan diingat siswa.

Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan

fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu

mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur

kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan

konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut

benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-emosional

siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Page 43: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi.

Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu

disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua

menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur

kognitif yang telah ada. Jika siswa hanya mencoba menghafalkan informasi baru

itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya maka terjadilah belajar

dengan hafalan. Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi

baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna.

Pada penelitian ini digunakan pembelajaran inkuiri terbimbing melalui

eksperimen dan demonstrasi dimana siswa mengalami sendiri dalam memperoleh

konsep sehingga siswa mempunyai kemampuan yang tinggi karena konsep yang

didapat sendiri akan bertahan lebih lama dan lebih bermakna. Salah satu contoh

pembelajaran listrik dinamis yang sesuai dengan teori belajar Ausubel adalah

ketika siswa menemukan konsep konduktor dan isolator melalui pengamatan

eksperimen atau demonstrasi, konsep ini akan bertahan lama karena siswa

mengalami sendiri.

c. Inkuiri Terbimbing

Menurut Sudjana dan Ibrahim (2000) pembelajaran adalah proses

mengkoordinasikan sejumlah komponen berupa tujuan, bahan ajar, metode dan

alat, serta penilaian agar satu sama lain saling berhubungan dan saling

berpengaruh, sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada siswa seoptimal

mungkin menuju perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan.

Page 44: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Menurut Hamalik (2001) pembelajaran adalah sebagai suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Corey dalam Sagala (2007) pembelajaran adalah proses dimana

lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan turut serta

dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons

terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

Sehingga, pembelajaran adalah proses terlibatnya manusia, lingkungan, prosedur,

sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan belajar mengajar.

Menurut Amien (1979) pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang

lebih menekankan peran aktif siswa baik fisik maupun mental dalam proses

pembelajaran dengan menekankan pengalaman belajar yang mendorong siswa

untuk dapat menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya sendiri.

Proses mental yang dilakukan misalnya merumuskan problema, merancang

eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data,

menarik kesimpulan, mempunyai sikap ilmiah.

Menurut Margono (1998) pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran dimana

siswa sendiri bebas memilih atau mengatur obyek belajarnya, mulai dari

penentuan masalah, proses pengumpulan data, analisis sampai eksperimentasi.

Sedangkan menurut Arifin (1995) pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses

dimana terdapat interaksi yang tinggi antara siswa, pengajar, alat atau bahan,

materi pelajaran dan lingkungannya.

Page 45: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Berdasarkan pendapat Amien (1979) dan Margono (1998) tersebut di atas

dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan inkuiri yaitu pembelajaran

yang lebih menekankan peran aktif siswa dalam memperoleh suatu konsep

sedangkan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing dan

fasilitator belajar baik secara kelompok maupun perseorangan. Proses

pembelajaran dengan inkuiri memberikan kesempatan luas kepada siswa yang

merupakan prasyarat bagi siswa untuk berlatih mandiri.

Menurut Khalick (2004) inkuiri dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi inquiry-

as-means (inquiry in science) dan sisi inquiry-as-ends (inquiry about science)

pembelajaran. Dalam pengertian inquiry-as-means adalah pendekatan

instruksional yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan

pemahaman terhadap sains. Inquiry-as-ends adalah hasil yang diharapkan bahwa

siswa belajar untuk menemukan (inquiry) dalam konteks sains dan

mengembangkan pemahaman epistemologis atas sains, pengembangan

pengetahuan sains, dan kemampuan/ketrampilan menemukan (inquiry skill) yaitu:

mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah penelitian, merancang dan

melakukan penelitian/penyelidikan, dan merumuskan, mengkomunikasikan dan

mempertahankan hipotesis, model dan penjelasan hasil penelitian (Khalick 2004).

Terdapat dua hal utama dalam proses penemuan ilmiah (scientific inquiry

process) yaitu pengalaman dan pengamatan (Bourdeau 2000). Proses inkuiri harus

melalui pengalaman yang dirasakan secara langsung mengenai gejala atau

fenomena alam yang dihadapi. Pengalaman langsung dilakukan dengan

melakukan pengamatan atau observasi terhadap objek fenomena. Berdasarkan

Page 46: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

pengalaman dan pengamatan tersebut diperoleh proses penemuan ilmiah oleh

siswa pebelajar.

Beberapa ahli membedakan antara discovery dengan inquiry sebagai bagian

dari penyelidikan sebaliknya ahli-ahli lain menulis tentang penemuan (heurisitic

modes) yang meliputi discovery dan inquiry penemuan. Sund (1975) berpendapat

bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu

konsep atau sesuatu prinsip, proses mental tersebut: logam apabila dipanasi

mengembang, lingkungan berpengaruh terhadap kehidupan organisme, dan

sebagainya. Inquiry menurut Sund (1975) meliputi juga discovery. Dengan

perkataan lain, inquiry adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih

mendalam. Artinya, proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih

tinggi tingkatannya, misalnya: merumuskan problema, merangsang eksperimen,

melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisa data, menarik

kesimpulan, dan sebagainya. Penemuan (penyelidikan), sering dipertukarkan

pemakaiannya dengan discovery (penemuan) dan pemecahan masalah (problem

solving). Skema Science Inquiry ini diilustrasikan pada gambar 1 berikut ini.

Page 47: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

1. Menentukan apa yang diamati dan dipelajari oleh siswa dan mengidentifikasi senjangan pengetahuan atau ketidaktahuan ilmu.

3. Apa yang ingin dipelajari dan diketahui oleh siswa? Pertanyaan apa yang dimiliki oleh siswa terkait pelajaran yang ingin diketahui tersebut?

4. Kelompok siswa membuat pertanyaan dan menyusun hipotesis yang dapat dieksplorasi melalui penyelidikan ilmiah.

11. Kelompok siswa menyusun ulang pertanyaan dan hipotesis yang dapat dieksplorasi melalui penyelidikan ilmiah.

6. Kelompok siswa merancang penyelidikan ilmiah sederhana.

7. Kelompok siswa memilih peralatan perlengkapan untuk memperoleh data ilmiah yang disusun dalam lembar kerja data ilmiah.

8. Kelompok siswa melakukan pengambilan data penyelidikan dan melengkapi lembar kerja data ilmiah.

9. Kelompok siswa melaporkan analisis mengenai hasil temuan penyelidikan ilmiah dan tanggapan mereka untuk menjawab pertanyaan penyelidikan, berdasarkan hasil investigasi.

10. Melalui diskusi kelompok, berusaha untuk menerapkan temuan mereka dalam pengalaman keseharian atau kehidupna nyata.

11. Apakah seluruh kelompok siswa merasa puas terhadap temuan mereka dapat menjawab peratanyaan dan hipotesis awal?

10a. Jika ya merasa puas, maka dapat berlanjut ke proses penemuan selanjutnya, berganti topik.

10b. Jika tidak merasa puas.

DO

REFLEC

T

APPLY

Aktivitas Proses Pembimbingan oleh Guru/Instruktur

Aktivitas siswa yang diberikan oleh guru

(Sumber: National Research Council 1996) Gambar 2.1. Science Inquiry In Action

Page 48: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Berdasarkan Gambar 2.1 di atas dapat diterangkan model aksi penemuan

ilmiah menurut National Research Council Amerika (1996). Proses penemuan

diawali dengan: 1) penentuan apa yang diketahui dan yang telah diamati oleh

siswa, ideetifikasi senjangan pengatahuan siswa; 2) Apa yang ingin diketahui

oleh siswa, pertanyaan apa yang dimiliki oleh siswa; 3) Siswa atau tim

mengungkap pertanyaan atau rumusan hipotesis yang dapat dieksplorasi melalui

penyelidikan ilmiah; 4) Siswa atau tim merancang penyelidikan ilmiah sederhana;

5) Siswa atau tim memilih peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan

investigasi ilmiah; 6) Siswa atau tim mengumpulkan data ke dalam kertas kerja

ilmiah; 7) Siswa melaporkan hasil investigasi dan temuan mereka yang sudah

dianalisis sebelumnya, dilakukan forum diskusi untuk pembahasan hasil dikaitkan

pertanyaan awal investigasi; 8) Melalui forum diskusi kelompok dieksplorasi

pengembangan penerapan contoh dalam keseharian; 9) Apakah tercapai kepuasan

ilmiah pada diri siswa?; 10a) jika terdapat kepuasan ilmiah maka proses inkuiri

dilanjutkan ke inkuiri selanjutnya; 10b) jika masih belum tercapai kepuasan

ilmiah maka proses kembali ke langkah 4 tetapi dengan sebelumnya melakukan

perbaikan/revisi pertanyaan investigasi yang diajukan.

Mengacu pada model yang dirumuskan National Science Education

Standard America (NSES 2006), terdapat 5 elemen esensial belajar dan mengajar,

yaitu: 1) Siswa terikat dengan pertanyaan yang berorientasi ilmiah, bredasar atas

pertanyaan apa dan mengapa; 2) Siswa memberikan prioritas terhadap bukti

ilmiah untuk mengembangkan dan mengevaluasi secara ilmiah; 3) Siswa

merumuskan penjelasan ilmiah dari bukti ilmiah untuk menjawab pertanyaan

Page 49: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

ilmiah; 4) Siswa mengevaluasi penjelasan ilmiah yang diajukan dihadapkan

dengan penjelasan alternatif yang ada terutama yang mencerminkan pemahaman

ilmiah; 5) Siswa mengkomunikasikan penjelasan atas fenomena yang mereka

usulkan hasil dari investigasi ilmiah.

Tabel 2.1 Langkah Penemuan di Dalam Kelas dan Ragam Langkah Penemuan

Ragam Langkah Esensial Penemuan Siswa berpegang pada pertanyaan ilmiah

Siswa mengemukakan masalah/pertanyaan ilmiah

Siswa memilih beberapa pertanyan yand sudah disediakan, mengemukakan pertanyaan baru.

Siswa mempertajam atau memperjelas pertanyaan yang disediakan oleh guru, materi ajar, atau sumber lain

Siswa berpegang pada pertanyaan yang disediakan oleh guru, materi ajar, atau sumber lain.

Siswa lebih mengacu pada bukti ilmiah dalam menjawab pertanyaan ilmiah.

Siswa menentukan bukti apa yang yang relevan dan mengumpulkan bukti ilmiah tersebut.

Siswa diarahkan untuk mengumpulkan data tertentu.

Siswa diberikan sejumlah data dan diminta untuk menganalisisnya.

Siswa diberikan sejumlah data dan diberitahu bagaimana menganalisis

Siswa merumuskan penjelasan ilmiah dari bukit ilmiiah yang diperolehnya.

Siswa merumuskan penjelasan ilmiah setelah merangkum bukti-bukti ilmiah yang terkait.

Siswa dibimbing dalam proses merumuskan penjelasan ilmiah dari bukti ilmiah yang diperoleh.

Siswa diberikan langkah yang mungkin dalam menggunakan bukti ilmiah untuk merumuskan penjelasan ilmiah.

Siswa disediakan dengan bukti dan penjelasan ilmiah.

Siswa mengkaitkan penjelasan ilmiah yag sudah dirumuskan tadi dengan pengetahuan ilmiah yang sudah ada.

Siswa secara mandiri menguji sumber lain dan mnyusun hubungan berbagai penjelasan ilmiah terkait.

Siswa diarahkan ke ruang dan sumber pengetahuan ilmiah.

Siswa diberikan kaitan sumber atau pengetahuan ilmiah yang mungkin terkait.

Siswa mengkomunikasikan dan menjustifikasi penjelasan ilmiah.

Siswa menyusun argumentasi yang logis dan nalar untuk mengkomunikasikan penjelasan ilmiah

Siswa dibimbing dan dilatih untuk pengembanngan dalam komunikasi hasil

Siswa disediakan sejumlah petunjuk yang digunakan untuk mempertajam komunikasi

Siswa diberikan langkah dan prosedur untuk komunikasi hasil penyelidikan ilmiah.

MORE Arah Kemandirian Siswa LESS LESS Arah Peranan Guru MORE

(Sumber: National Research Council 2002)

Page 50: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Menurut Arifin (1995) ciri pembelajaran dengan inkuiri sebagai berikut: 1)

Cara berpikir berkembang dari pengamatan pada masalah tertentu kepada

genaralisasi; 2) Tujuan pengajaran adalah mempelajari proses obyek tertentu

(masalah tertentu) sampai generalisasi tentang obyek tersebut; 3) Guru sebagai

pengontrol-data, materi, obyek dan sebagai pemimpin dalam kelas; 4) Siswa

memberikan reaksi terhadap data, materi, obyek untuk menemukan pola hubungan

berdasarkan pengamatannya dan berdasarkan pengamatan lain dalam kelas; 5)

Kelas dianggap sebagai laboratorium; 6) Generalisasi, biasanya tercipta dari

siswa; 7) Guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi.

Margono (1998) memilah beberapa hal yang menjadi ciri dari pendekatan

inkuiri, yaitu: 1) Siswa menemukan masalah sendiri atau mempunyai keinginan

yang kuat untuk memecahkan suatu masalah; 2) Masalah dirumuskan

seoperasional mungkin, sehingga terlihat kemungkinannya untuk dipecahkan; 3)

Siswa merumuskan hipotesis, untuk menuntun dalam mencari data; 4) Siswa

menyusun cara-cara pengunpulan data dengan melakukan eksperimen,

mengadakan pengamatan, membaca, dan memanfaatkan sumber lain; 5) Siswa

melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk pengumpulan data;

6) Siswa mengolah data dan mengambil kesimpulan.

Berdasarkan pendapat dari Arifin (1995) dan Margono (1998) di atas dapat

dirangkum bahwa pembelajaran inkuiri mempunyai ciri: 1) Guru menyajikan

bahan pelajaran tidak dalam bentuk jadi, tetapi siswalah yang diberi peluang

untuk mengadakan penelaah penyelidikan dan menemukan sendiri jawabannya

melalui teknik pemecahan masalah; 2) Siswa menemukan masalah sendiri atau

Page 51: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

mempunyai keinginan sendiri untuk memecahkan masalah; 3) Masalah

dirumuskan seoperasional mungkin, sehingga terlihat kemungkinannya untuk

dipecahkan; 4) Siswa merumuskan hipotesis, untuk menuntun dalam mencari

data; 5) Siswa menyusun cara-cara pengunpulan data dengan melakukan

eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca, dan memanfaatkan sumber lain;

6) Siswa melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk

pengumpulan data; 7) Siswa mengolah data dan mengambil kesimpulan.

Kelebihan pembelajaran inkuiri menurut Bruner dalam Dahar (1989) adalah:

1) Pengetahuan itu tahan lama atau lama dapat diingat, atau mudah diingat, bila

dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain; 2) Hasil

belajar inkuiri mempunyai efek transfer yang sangat baik, daripada hasil belajar

lainnya, dengan kata lain konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik

kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi baru; 3) Dapat

meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas; 4)

Dapat melatih keterampilan kognitif siwa untuk menemukan dan memecahkan

masalah tanpa pertolongan orang lain. 5) Dapat membangkitkan keingintahuan

siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban.

Kelemahan pembelajaran inkuiri menurut Bruner dalam Dahar (1989)

adalah: 1) Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar; 2) Jika

diterapkan dalam kelas dengan jumlah pembelajar yang besar, kemungkinan besar

tidak berhasil; 3) Pembelajar yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional,

biasanya agak sulit terdorong, dampaknya dapat mengecewakan pengajar dan

pembelajar sendiri; 4) Lebih mengutamakan pengertian, sikap dan keterampilan,

Page 52: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

memberi kesan terlalu idealis; 5) Ada kesan dana terlalu banyak, terlebih jika

penemuannya kurang berhasil, hanya merupakan suatu pemborosan.

Menurut Margono (1998) bahwa dilihat dari besar kecilnya informasi dari

guru kepada siswa dalam proses pembelajaran, inkuiri dibedakan menjadi tiga

kelompok, yaitu: inkuiri bebas (free inquiry), inkuiri terbimbing (guided inquiry),

dan inkuiri bebas termodifikasi (free-modified inquiry). Inkuiri bebas merupakan

suatu kegiatan belajar yang memberikan kebebasan siswa untuk menentukan

masalah sendiri, mencari konsep, merancang eksperimen sampai mencari

kesimpulan. Inkuiri terbimbing merupakan suatu kegiatan belajar mengajar

dimana dalam pemilihan masalahnya ditentukan oleh guru, tetapi dalam

penemuan konsep oleh murid dengan cara memberikan pertanyaan yang

mengarah pada penemuan konsep. Inkuiri bebas termodifikasi merupakan suatu

kegiatan inkuiri bebas, tetapi dalam penentuan masalahnya diberikan oleh guru.

Pada pembelajaran ini guru memberikan masalah tersebut melalui pengamatan,

eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban dan siswa harus

didorong untuk memecahkan masalah dalam kerja kelompok atau perorangan.

Langkah tersebut disajikan dalam tabel 2.2 sebagai berikut:

Page 53: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Tabel 2.2 Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

No Langkah

Pokok

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Perumusan masalah

o Menjelaskan prosedur Inkuiri. o Menyajikan situasi problematika.

dengan pertanyaan, mengajukan persoalan.

o Mendengarkan dan mengikuti prosedur.

o Megidentifikasi masalah untuk merumuskan hipotesa.

2. Merumuskan hipotesa

o Membimbing siswa untuk merumuskan hipotesa.

o Merumuskan hipotesa

3. Pengumpulan data eksperimen

o Memberi alat dan bahan. o Memberi LKS sebagai petunjuk

eksperimen. o Meminta siswa untuk melakukan

eksperimen. o Membimbing kegiatan siswa. o Mengamati proses pengambilan

data.

o Mengambil dan memeriksa.

o Membaca. o Melakukan kegiatan sesuai

prosedur LKS

4. Mengolah data o Membimbing dalam mengolah data.

o Mengadakan diskusi dengan Siswa.

o Mengolah data. o Berdikusi

5. Membuat kesimpulan

o Membimbing siswa dalam menarik kesimpulan

o Membuat kesimpulan

(Sumber: Joyce dan Weil, 2000)

Berdasarkan tabel 2.2 diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat lima tahap

langkah pembelajaran inkuiri, yaitu: perumusan masalah, merumuskan hipotesis,

pengumpulan data eksperimen, mengolah data, dan membuat kesimpulan. Dalam

penelitian ini digunakan pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry).

Menurut Joyce dan Weil (2000) langkah kegiatan inkuiri terbimbing adalah: a)

Guru menyajikan situasi polemik dan menjelaskan prosedur inkuiri kepada para

siswa; b) Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu peristiwa yang mereka

lihat dan dialami; c) Pengumpulan data eksperimen, para siswa diperkenalkan

dengan elemen baru ke dalam situasi yang berbeda; d) Memformulasikan

penjelasan; e) Menganalisis proses inkuiri.

Page 54: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing dikemukakan oleh Sund

dan Trowbridge (1973), yaitu: 1) Meningkatkan potensi intelektual siswa; 2)

Memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan; 3) Memperpanjang proses

ingatan; 4) Memahami konsep-konsep sains dan ide-idenya dengan baik; 5)

Pengajaran terpusat pada siswa; 6) Menghindarkan siswa belajar dengan hafalan.

Kelemahan inkuiri menurut Suryobroto (2002:201) adalah: 1)

Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini; 2)

Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu

hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan

bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu; 3) Harapan yang ditumpahkan

pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan

perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai

pembelajaran inkuiri.

2. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah suatu cara menunjukkan suatu peristiwa tertentu

(Arifin 1995). Menurut Sagala (2007) Metode demonstrasi adalah pertunjukan

tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan

tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta

didik secara nyata dan tiruannya. Dengan demikian, demonstrasi adalah metode

mengajar yang dimaksudkan bahwa seorang pengajar/pemimpin memperlihatkan

suatu proses pada seluruh kelompok anak didik.

Page 55: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Dalam pembelajaran, penampilan demonstrasi dapat dilakukan pada awal

pelajaran untuk mengawali pelajaran yang akan diberikan atau sebagai

pelemparan masalah. Pada saat pelajaran berlangsung untuk membantu

menjelaskan, dan pada akhir pelajaran untuk mencocokkan teori yang telah

diberikan. Pada metode demonstrasi mempunyai tahapan belajar berupa

identifikasi masalah, pelaksanaan demonstrasi, dan penarikan kesimpulan.

Metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan kelemahan (Sagala 2007).

Kelebihan metode adalah: 1) Perhatian murid dapat dipusatkan pada hal yang

dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara

teliti; 2) Dapat membimbing peserta didik ke arah berpikir yang sama dalam satu

saluran pikiran yang sama; 3) Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan

ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi

dengan waktu yang pendek; 4) Dapat mengurangi kesalahan bila dibandingkan

dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan

gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya; 5) Tidak memerlukan keterangan-

keterangan yang banyak karena gerakan dan proses dipertunjukkan; 6) Beberapa

persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu

proses demonstrasi. Kelemahan metode demonstrasi adalah: 1) Derajat

visibilitasnya kurang, siswa tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan

benda atau peristiwa yang didemonstrasikan, kadang terjadi perubahan yang tidak

terkontrol; 2) Untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat yang khusus; 3)

Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal yang didemonstrasikan diperlukan

pemusatan perhatian; 4) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas;

Page 56: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

5) Memerlukan banyak waktu sedangkan hasilnya terkadang sangat minimum; 6)

Diperlukan ketelitian dan kesabaran.

3. Metode Eksperimen

Eksperimen berarti suatu percobaan untuk mengetahui hasil suatu

pertandingan, perubahan dengan adanya variabel tertentu, atau pengaruh suatu

variabel. (Suharno 1995). Menurut Sagala (2007) metode eksperimen adalah cara

penyajian bahan pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan

mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang

dipelajari. Dengan demikian, metode eksperimen adalah metode mengajar di

mana pengajar atau pelajar mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses

dan hasil percobaan itu.

Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kelemahan (Sagala 2007).

Kelebihan metode eksperimen adalah: 1) Membuat siswa lebih percaya atas

kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya

menerima kata guru atau buku saja; 2) Dapat mengembangkan sikap untuk

mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi; 3) Didukung oleh

asas didaktik modern, antara lain: a) Siswa belajar dengan mengalami atau

mengamati sendiri suatu proses atau kejadian, b) Siswa terhindar jauh dari

verbalisme, c) Memperkaya pengalaman objektif dan realistis, d)

Mengembangkan sikap berpikir ilmiah, e) Hasil belajar terinternalisasi.

Kelemahan penggunaan metode eksperimen adalah: 1) Pelaksanaan

metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak

selalu mudah diperoleh dan murah; 2) Setiap eksperimen tidak selalu memberikan

Page 57: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor tertentu yang berada diluar

jangkauan kemampuan dan pengendalian; 3) Sangat menuntut penguasaan

perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir.

4. Keingintahuan Siswa

Keingintahuan (curiosity) adalah aspek emosional dari makhluk hidup untuk

melakukan eksplorasi, investigasi dan pembelajaran. Secara filosofis,

keingintahuan didorong oleh rasa kagum karena rasa yang tuntas terhadap hal

tidak mengerti di sekitarnya (Poedjawijatna 1991). Pemicu rasa keingintahuan

adalah lingkungan dan gejala atau fenomena di sekitar manusia melalui

pancaindra yang dimilikinya. Keingintahuan adalah faktor yang berasal dari

dalam diri makhluk hidup yang mendorongnya unutk belajar mengenai alam dan

lingkungan (Howe 2006).

Tingkah laku curious sering digambarkan dengan istilah lain seperti

exploratory, manipulative, atau aktif yang kurang lebih memiliki arti yang sama

dengan tingkah laku curious itu. Menurut Loewenstein (1994), curiousity adalah

hal kognitif berdasarkan emosi yang muncul ketika siswa menyadari bahwa ada

diskrepansi atau konflik antara apa yang ia percayai benar tentang dunia dan apa

yang sebenarnya terjadi.

Menurut Berlyne dalam Borowske (2005) keingintahuan manusia ada dua

macam, yaitu keingintahuan umum (diversive curiousity) dan keingintahuan

khusus (specific curiousity). Keingintahuan umum adalah kecenderungan umum

manusia untuk mencari hal baru, mengmbil risiko, dan pencarian untuk

petualangan. Keingintahuan khusus adalah kecenderungan untuk menyelidiki

Page 58: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

objek atau masalah khusus agar dapat memahaminya. Menurut Berlyne

keingintahuan dapat dibangun oleh stimulan luar diri manusia berdasarkan

karakterisitiknya yaitu: kompleksitas, hal baru, ketidaktentuan, dan konflik.

Tingkat stimulan luar tersebut adalah sebagai berikut: 1) Jika stimulan luar terlalu

kecil maka tidak terdapat motivasi untuk eksplorasi sesuatu; 2) Jika stimulan luar

terlalu besar maka akan timbul ketertarikan; dan 3) Jika stimulan luar adalah

keharusan maka akan menghasilkan kebiasaan bereksplorasi.

Keingintahuan dapat juga diartikan sebagai keinginan untuk tahu.

Keinginan adalah dorongan nafsu untuk menuju ke suatu hal yang kongkrit,

sehingga keinginan untuk tahu adalah dorongan untuk mengetahui suatu hal yang

kongkrit. Menurut Hamalik (2002) keadaan selalu ingin tahu merupakan salah

satu komponen dalam dari motivasi. Siswa yang memiliki keingintahuan yang

tinggi akan sangat sensitif terhadap rangsangan yang mengenainya. Dalam kelas

siswa seperti ini akan tampak dari antusiasmenya mengikuti pembelajaran dan

banyaknya dia mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan merupakan

eksplorasinya terhadap lingkungan dan rangsangan yang datang padanya. Menurut

Arikunto (1998) Siswa dengan keingintahuannya yang tinggi akan bersikap positif

terhadap pelajaran yang disampaikan oleh gurunya, karena dia akan mengangap

bahwa pembelajaran itu merupakan hal yang baru yang harus diketahuinya dan

bisa menjawab ketidaktahuannya. Contohnya adalah ketika siswa ingin mencari

tahu mengapa dibutuhkan saklar pada suatu rangkaian listrik, mengapa kabel

listrik dibungkus plastik, bagaimana caranya menyalakan lampu senter agar lebih

terang, kenapa sering terjadi listrik anjlok di rumah, mengapa kawat tembaga bisa

Page 59: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

menghantarkan listrik, dan lain-lain peristiwa fisika kelistrikan yang ada di

lingkungan kehidupan sehari-hari dari siswa.

Untuk mengetahui tingkat keingintahuan siswa, maka guru dapat

mengukurnya dengan angket yang diisi siswa. Menurut Ridwan (2004), angket

adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia

memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Sedangkan

angket sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu angket terbuka (tidak terstruktur) dan

tertutup (terstruktur). Angket terbuka memungkinkan responden memberikan

respon sesuai dengan keadaan dan kehendaknya, sedangkan angket tertutup

responden diminta untuk memilih respon yang ditawarkan oleh peneliti. Dalam

penelitian ini digunakan angket tertutup dengan empat pilihan jawaban.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan jika tingkat

keingintahuan siswa tersebut tinggi, maka diharapkan siswa memiliki prestasi

belajar yang tinggi pula. Sehingga terdapat hubungan yang linier positif antara

keingintahuan siswa dengan prestasi belajar siswa.

5. Perhatian Siswa

Gazali dalam Slameto (1995) mendefinisikan perhatian siswa sebagai

keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu

obyek atau sekumpulan obyek. Sedangkan menurut Slameto (1995), perhatian

adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan

rangsangan yang datang dari lingkungannya. Menurut Kartono (1996) perhatian

itu merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang menyebabkan

bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi dan pembatasan kesadaran terhadap satu

Page 60: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

proyek. Dengan demikian dapat disimpulkan perhatian adalah suatu keadaan,

sikap dan keaktifan jiwa yang dipusatkan dan diarahkan pada suatu obyek

tertentu.

Menurut Sriyono (1992) perhatian dibagi menjadi dua macam, yaitu

perhatian spontan yakni perhatian yang timbul dari anak dan perhatian tidak

spontan (tarikan atau disengaja) yang timbul karena ada rangsangan dari luar.

Menurut Kartono (1996), ada beberapa macam perhatian, yaitu: 1) Perhatian

spontan langsung atau direct, ialah perhatian tidak dengan sengaja dan tertarik

secara langsung; 2) Perhatian tidak langsung (indirect) atau dengan sengaja, dan

distimulir oleh kemauan serta mengarah pada satu obyek, perhatian macam ini

juga disebut sebagai perhatian bersyarat; 3) Perhatian statis, ialah perhatian yang

mengasyiki satu obyek terus-menerus, dan tidak menjadi semakin lemah; 4)

Perhatian dinamis, yaitu perhatian yang senantiasa memerlukan tambahan

perangsang secara terus-menerus, agar perhatian tersebut tidak mengendor dan

jadi melemah; 5) Perhatian konsentratif, yaitu memusatkan pikiran-perasaan-

kemauan kepada satu obyek saja; 6) Perhatian distributif, yaitu perhatian yang

membagi-bagikan pikiran-perasaan-kemauan pada beberapa atau banyak obyek.

Menurut Sriyono (1992: 80) terdapat beberapa hal yang dapat memperkuat

dan melemahkan perhatian siswa. Beberapa hal yang memperkuat perhatian

antara lain: 1) Minat atau kesediaan jiwa yang aktif untuk menerima sesuatu dari

luar; 2) Sehat jasmani dan rohani, 3) Adanya rangsangan yang kuat; 4) Saran atau

sugesti yang positif; 5) Kemauan diri yang kuat dan sebagainya. Adapun yang

melemahkan perhatian adalah sebagai berikut: 1) Rangsangan yang lemah; 2)

Page 61: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Jasmani dan rohani tidak/kurang sehat; 3) Sugesti yang negatif; dan 4)

Rangsangan lain yang mengganggu.

Jika siswa menghadapi suatu keadaan yang menarik rasa keingintahuannya

maka ia akan menampilkan respon yang mencerminkan perhatian yang lebih

terhadap hal tersebut. Contohnya adalah dalam pembelajaran di kelas, dimana

ketika guru menerangkan materi fisika dengan menunjukkan fenomena langsung

yang menarik, maka siswa akan memberikan respon perhatian, memperhatikan

guru, mencatat hal yang penting, bertanya terhadap hal yang kurang jelas,

memberikan usul dan pendapat terhadap permasalahan yang ia anggap jelas.

Dalam penelitian ini, tingkat perhatian siswa terhadap materi pelajaran

dikategorikan menjadi dua, yaitu kategori tinggi dan rendah. Untuk mengetahui

tingkat perhatian siswa terhadap materi pelajaran digunakan alat ukur angket tipe

tertutup dengan empat pilihan jawaban. Berdasarkan teori logika umum jika

tingkat perhatian siswa terhadap materi pelajaran siswa tersebut tinggi, maka

diharapkan siswa memiliki prestasi belajar yang tinggi pula. Sehingga terdapat

hubungan yang linier positif antara perhatian siswa terhadap materi pelajaran

siswa dengan prestasi belajar siswa.

6. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan

kegiatan. Gagne (1985) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi

lima aspek, yaitu: kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,

sikap dan keterampilan. Menurut Winkel (1996) prestasi belajar merupakan bukti

Page 62: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Menurut Syah (1995)

mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah alat ukur yang banyak digunakan

untuk menentukan taraf keberhasilan proses belajar mengajar. Berdasarkan

pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil

maksimum yang dicapai berupa tingkat kecakapan/keberhasilan yang diperoleh

siswa setelah setelah melaksanakan usaha-usaha belajar dan pengalaman belajar

yang diikutinya dalam kegiatan proses pembelajaran.

Menurut Bloom dalam Arikunto (1990) bahwa hasil belajar dibedakan

menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada penelitian ini

aspek yang diukur dalam prestasi belajar adalah aspek kognitif dan afektif. Untuk

aspek psikomotorik tidak diukur karena metode yang digunakan adalah metode

demonstrasi dan eksperimen. Pengukuran aspek psikomotorik dari hasil

pembelajaran dari metode demonstrasi tidak dapat diperbandingkan dengan hasil

dari pembelajaran menggunakan metode eksperimen.

Pengukuran prestasi belajar pada ranah afektif meliputi aspek: 1) Kesadaran

Diri; 2) Kecakapan berfikir rasional; 3) Kecakapan sosial; dan 4) Kecakapan

akademik. Pengukuran prestasi belajar pada ranah kognitif meliputi aspek: 1)

pengetahuan hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal itu

meliputi fakta, kaidah dan prinsip, 2) pemahaman, kemampuan untuk menangkap

makna dan arti dari bahan yang dipelajari, 3) penerapan, kemampuan untuk

menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus yang konkret dan

baru, 4) analisis, kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian,

sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik, 5)

Page 63: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

sintesis, kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru, 6) evaluasi,

kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu bersama dengan

pertanggungjawaban pendapatnya berdasarkan kriteria tertentu.

Dalam penelitian ini instrumen yang dikembangkan untuk pengukuran

prestasi belajar pada ranah kognitif adalah hanya sampai aspek kognitif analisis

(C4). Pertimbangan yang digunakan adalah menyesuaikan dengan tingkat

perkembangan berpikir dari siswa SMP belum bisa secara kompleks mencapai

kemampuan kognitif tingkat tinggi, yaitu sintesis (C5) dan evaluasi (C6).

Sedangkan untuk ranah afektif, empat aspek tersebut di atas mengacu pada

pengembangan penilaian IPA sesuai kurikulum yang berlaku di tingkat SMP.

Selanjutnya, dalam pengembangan instrumen penelitian, keempat aspek ranah

kognitif dan afektif tersebut dijabarkan dalam indikator penilaian yang nantinya

digunakan dalam membuat soal prestasi belajar. Pada penelitian ini prestasi

belajar pada ranah kognitif diukur menggunakan teknik tes dengan bentuk soal

pilihan ganda. Sedangkan untuk prestasi belajar pada ranah afektif diukur

menggunakan teknik non tes dengan bentuk soal angket kuisoner.

7. Materi Pelajaran Fisika Listrik Dinamis

Listrik statis dan listrik dinamis merupakan salah satu materi Fisika yang

dipelajari di SMP kelas IX. Untuk mengajarkan materi listrik dinamis di SMP

dapat menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen

dan demonstrasi. Melalui pembelajaran inkuiri dengan eksperimen dan

demonstrasi siswa dapat mengenal peralatan secara langsung dan dapat

menemukan konsep listrik dinamis melalui pengamatan dan dapat diabstraksikan

Page 64: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

di pikiran sehingga konsep akan bertahan lama dan dapat diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari, misalnya siswa dapat menganalisis permasalahan lampu

mati dirumah dan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.

Berikut ini adalah materi fisika listrik dinamis yang pembahasan dan

kedalaman materinya sesuai dengan cakupan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

dan silabus kurikulum KTSP yang berlaku di sekolah menengah pertama (SMP).

a. Arus dan Beda Potensial Listrik

Arus listrik adalah aliran muatan listrik positif yang mengalir dari kutub

positif ke kutub negatif. Arus listrik dapat mengalir dalam suatu rangkaian karena

adanya beda potensial dan rangkaian harus tertutup. Dalam kawat penghantar

terdapat arus elektron yang mengalir dari potensial rendah ke potensial tinggi.

Sehingga arus listrik berlawanan arah dengan arah elektron. Rangkaian listrik

tertutup adalah rangkaian yang merupakan jalan yang tidak terputus bagi elektron

untuk mengalir.

b. Kuat Arus Listrik ( I )

Kuat arus listrik adalah banyaknya muatan listrik positif (Q) yang mengalir

melalui penampang kawat konduktor/penghantar tiap sekon. Kuat arus listrik

dapat dirumuskan:

tQ

I = …………………………………………….. (1)

Persamaan (1) di atas menunjukkan hubungan antara kuat arus listrik (I),

muatan listrik (Q), dan selang waktu (t). Kuat arus listrik tergantung pada hasil

bagi antara muatan listrik yang mengalir terhadap waktu. Kuat arus listrik

Page 65: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

mempunyai satuan ampere (A), muatan listrik mempunyai satuan coulomb (C)

dan selang waktu mempunyai satuan sekon (s). Apabila muatan listrik yang

mengalir banyak maka arus akan besar, sedangkan apabila muatan listrik yang

mengalir sedikit, maka arus listrik akan kecil.

Satu coulomb adalah muatan listrik yang melalui titik apa saja dalam

rangkaian listrik ketika arus tetap satu ampere mengalir selama satu sekon. Kuat

arus listrik diukur dengan amperemeter yang dipasang seri dengan rangkaiannya.

Dibawah ini gambar amperemeter dan perumusan hasil pengukuran pada basic

meter yang diformat sebagai amperemeter.

Gambar 2. 2 Basicmeter sebagai Amperemeter

Gambar 2.2 memperlihatkan basicmeter yang diseting menjadi

amperemeter. Penghubung positif (kabel merah) dihubungkan dengan batas ukur

kuat arus yang akan diukur. Pemilihan batas ukur tersebut harus cermat karena

kuat arus yang diukur tidak boleh melebihi batas ukur amperemeter. Jika besar

kuat arus yang diukur melebihi batas ukur maksimal ini maka alat bisa rusak.

Selanjutnya penghubung negatif (kabel biru) dihubungkan dengan kutub 0 dari

basicmeter. Basicmeter memiliki dua angka skala pada panel layar skala. Angka

skala atas memiliki batas maksimal skala 50, sedangkan angka skala bawah

Page 66: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

memiliki batas maksimal skala 100. Untuk mengetahui besarnya kuat arus yang

diukur menggunakan basicmeter ini adalah melalui perhitungan sebagai berikut:

ukur batas x maksimum skala

ditunjuk yang skalaPengukuran Hasil =

c. Beda Potensial Listrik

Beda potensial listrik adalah banyaknya energi listrik yang diperlukan untuk

memindahkan muatan listrik tiap coulomb. Satuan beda potensial adalah volt. Dua

titik pada suatu rangkaian listrik mempunyai beda potensial satu volt jika untuk

memindahkan muatan sebesar 1 coulumb dari potensial tinggi ke potensial rendah

memerlukan energi sebesar 1 joule. Beda potensial dapat dirumuskan :

QW

V = ……………………………………………. (2)

Persamaan (2) diatas menunjukkan hubungan antara beda potensial (V),

usaha (W) dan muatan listrik. Beda potensial tergantung pada hasil bagi antara

usaha yang dilakukan terhadap banyaknya muatan listrik. Beda potensial

mempunyai satuan volt (V), dan usaha mempunyai satuan joule (J). Persamaan (2)

di atas juga menunjukkan beda potensial berbanding lurus dengan usaha, dan

berbanding terbalik dengan banyak muatan yang mengalir. Apabila usaha yang

dilakukan untuk memindahkan muatan listrik besar, maka beda potensial akan

besar, sedangkan apabila usaha kecil, maka beda potensial akan kecil. Apabila

muatan yang akan dipindahkan banyak, maka beda potensial akan kecil,

sedangkan apabila muatan yang akan dipindahkan sedikit, maka beda potensial

akan besar.

Page 67: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Alat yang digunakan untuk mengukur beda potensial adalah voltmeter

yang dipasang secara paralel dengan rangkaiannya. Dibawah ini gambar voltmeter

dan perumusan hasil pengukuran pada voltmeter:

Gambar 2.3 Basicmeter sebagai Voltmeter

Gambar 2.3 memperlihatkan basicmeter yang diformat menjadi voltmeter.

Penghubung positif (kabel merah) dihubungkan dengan batas ukur tegangan yang

akan diukur. Pemilihan batas ukur tersebut harus cermat karena tegangan yang

diukur tidak boleh melebihi batas ukur voltmeter. Jika besar tegangan yang diukur

melebihi batas ukur maksimal ini maka alat bisa rusak. Selanjutnya penghubung

negatif (kabel biru) dihubungkan dengan kutub 0 dari basicmeter. Basicmeter

memiliki dua angka skala pada panel layar skala. Angka skala atas memiliki batas

maksimal skala 50, sedangkan angka skala bawah memiliki batas maksimal skala

100. Untuk mengetahui besarnya tegangan yang diukur menggunakan basicmeter

ini adalah melalui perhitungan sebagai berikut:

ukur batas x maksimum skala

ditunjuk yang skalaPengukuran Hasil =

Page 68: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

d. Rangkaian Seri dan Rangkaian Paralel

Rangkaian seri adalah rangkaian yang komponen listriknya dihubungkan

membentuk rangkaian yang tidak memiliki percabangan di antara kutub sumber

arus. Elektron mengalir dari kutub negatif sumber arus listrik melalui kabel

masing-masing komponen secara berurutan dan akhirnya kembali ke sumber arus

listrik melalui kutub positif. Kuat arus yang mengalir selalu sama di setiap titik

sepanjang rangkaian.

Rangkaian paralel adalah rangkaian yang komponen listriknya membentuk

percabangan di antara kutub sumber arus listrik. Setiap bagian dari percabangan

disebut rangkaian percabangan. Arus listrik yang mengalir dari sumber arus listrik

akan terbagi ketika memasuki titik percabangan, dan ketika keluar

daripercabangan, arus listrik akan menyatu kembali sebelum menuju kutub positif

sumber arus listrik.

e. Hukum Ohm

Hubungan antara beda potensial dan kuat arus pertama kali ditemukan oleh

George Simon Ohm dan dikenal dengan hukum Ohm. Bunyi hukum Ohm adalah:

Kuat arus yang melalui suatu konduktor adalah sebanding dengan beda potensial

antara ujung konduktor asalkan suhu konduktor tetap. Hubungan antara tegangan

dan kuat arus secara matematis dituliskan:

V = I x R ……………………. (3)

IV

R = ……………………. (4)

VR

I ´=1

……………………. (5)

Page 69: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Persamaan (3), (4), dan (5) menunjukkan hubungan antara beda potensial,

kuat arus dan hambatan listrik (R). Beda potensial tergantung pada hasil kali

antara arus listrik dengan hambatan listrik. Adapun hambatan listrik tergantung

pada hasil bagi antara beda potensial terhadap arus listrik. Satuan hambatan listrik

adalah ohm (Ω). Apabila beda potensial besar, arus yang mengalir akan besar,

sedangkan apabila beda potensial kecil, arus yang mengalir kecil. Apabila

hambatan besar, arus yang mengalir akan kecil, sedangkan apabila hambatan

kecil, maka arus yang mengalir akan besar.

f. Hambatan pada Penghantar

Hambatan suatu penghantar ialah hasil bagi beda potensial antara ujung

penghantar dengan kuat arus yang mengalir dalam penghantar. Hambatan dapat

dirumuskan sesuai dengan hukum Ohm pada persamaan (3) di atas.

Hambatan kawat penghantar ditentukan oleh luas penampang, jenis kawat

dan panjang kawat. Besarnya hambatan kawat penghantar: a). sebanding dengan

panjag kawat; b). sebanding dengan hambatan jenis kawat; dan c). berbanding

terbalik dengan luas penampang kawat. Besarnya hambatan pada kawat

penghantar dapat dihitung dengan persamaan:

AR

lr= ………………………………………….. (6)

Persamaan (6) di atas menunjukkan hubungan antara hambatan listrik,

hambatan jenis kawat penghantar (ρ), panjang kawat ( l ) dan luas penampang

(A). Hambatan pada kawat penghantar tergantung pada perkalian antara hambatan

jenis dengan panjang penghantar dibagi luas penampang kawat. Satuan hambataan

Page 70: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

jenis kawat adalah ohm meter (Ωm), satuan panjang kawat adalah meter (m) dan

satuan luas penampang adalah meter persegi (m2).

g. Konduktor, Isolator dan Semikonduktor

Kemampuan zat untuk menghantarkan arus listrik berbeda. Konduktor adalah

bahan yang dapat menghantarkan listrik dengan baik. Bahan konduktor dapat

menghantarkan listrik karena pada bahan ini memiliki elektron bebas yang banyak

sehingga mudah mengalir. Contoh konduktor: logam, karbon, air raksa, badan

manusia,larutan elektrolit. Isolator adalah bahan yang tidak dapat atau sukar

menghantarkan arus listrik. Bahan isolator sukar menghantarkan arus karena tidak

mempunyai elektron bebas. Contoh isolator: karet, kaca, ebonite, porselin, plastik.

Semikonduktor adalah bahan yang dalam keadaan normal bersifat isolator dan

bila dipanaskan bersifat konduktor. Contoh semi konduktor: germanium, silikon.

Bahan konduktor dapat menghantarkan listrik karena mempunyai banyak

elektron bebas, sedangkan pada bahan isolator tidak terdapat elektron bebas.

Ketika tidak ada beda potensial, elektron bebas pada bahan konduktor mengalir ke

segala arah sehingga tidak mampu menghasilkan energi yang besar, tetapi ketika

ada beda potensial, elektron bebas diarahkan ke satu arah sehingga dihasilkan

energi yang besar yang mampu menyalakan lampu listrik.

h. Hukum I Kirchoff

Hukum I Kirchoff berbunyi: Jumlah arus yang memasuki suatu titik

percabangan sama dengan jumlah arus yang meninggalkan percabangan. Hukum I

Kirchoff ini dapat dirumuskan dengan persamaan (7) di bawah ini:

Page 71: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

å å= keluarmasuk I I …………………. (7)

321 III =+ ……………......................... (8)

Persamaan (7) dan (8) di atas menunjukkan arus yang masuk pada

percabangan (I1 dan I2) jika dijumlahkan akan menghasilkan nilai yang sama

dengan arus yang keluar dari percabangan (I3).

Pada rangkaian seri, kuat arus yang mengalir pada setiap komponen tidak

mengalami percabangan sehingga besar kuat arus dimana-mana sama. Rangkaian

seri dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Rangkaian Hambatan Listrik Tersusun Seri

Gambar 2.4 menunjukkan hambatan listrik (resistor) yang disusun secara

seri, yaitu R1, R2, dan R3. Jika resistor dirangkai seri maka kuat arus listrik yang

mengalir melewati di tiap resistor tersebut adalah sama besar yaitu:

I1 = I2 = I3 ……………….…. (9)

Persamaan (9) menunjukkan besar arus pada rangkaian seri adalah sama di

semua tempat. Hal ini disebabkan karena rangkaian seri tidak mempunyai

percabangan sehingga tidak ada pembagian arus.

Pada rangkaian paralel, kuat arus induk (I) yang mengalir pada rangkaian

terbagi menjadi I1, I2 dan I3. Dalam hal ini berlaku jumlah kuat arus yang masuk

I1

I2 I3

Page 72: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

pada titik percabangan (P) sama dengan jumlah kuat arus yanag keluar dari titik

percabangan itu (P). Rangkaian paralel dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Rangkaian Hambatan Listrik Susun Paralel

Gambar 2.4 menunjukkan hambatan listrik (resistor) yang disusun secara

paralel, yaitu R1 dan R2. Jika resistor dirangkai paralel maka kuat arus listrik yang

mengalir masuk titik P dan melewati resistor R1 dan R2, lalu keluar percabangan

memalui titik Q, maka besarnya kuat arus adalah:

å å= keluarmasuk I I

321 IIII ++= …………………(10)

Persamaan (10) di atas menunjukkan jumlah arus yang masuk pada

percabangan (I) sama dengan jumlah arus yang keluar dari percabangan (I1, I2,

dan I3). Hal ini berlaku karena pada rangkaian paralel memiliki percabangan

sehingga arus terbagi-bagi pada titik percabangan dan berlaku hukum I Kirchoff.

i. Rangkaian Pengganti Seri – Paralel

Hambatan pada rangkaian listrik dapat disusun seri maupun paralel. Ada dua

prinsip penting dalam susunan seri pada gambar 2.4, yaitu:

a). Kuat arus adalah besarnya sama pada semua titik dalam rangkaian. I1 = I2 = I3

Page 73: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

b). Jumlah beda potensial pada ujung-ujung rangkaian seri sama dengan jumlah

beda potensial masing-masing hambatan. Hal ini dapat dirumuskan pada

persamaan (10) di bawah ini:

VAD = VAB + VBC + VCD ………………………………. (11)

Menurut hukum Ohm, VAD = I.Rseri ; VAB = I.R1 ; VBC = I.R2 ; VCD = I.R3.

Dari persamaan (11) dan hukum Ohm tersebut, maka di dapatkan:

VAD = VAB + VBC + VCD

I.Rseri = I.R1 + I.R2 + I.R3

dari persamaan (8), arus di setiap titik pada rangkaian seri sama, maka :

Rseri = R1 + R2 + R3

Jadi, hambatan pengganti untuk rangkaian seri adalah :

Rseri = R1 + R2 + R3 + R4 + …… + Rn …………………… (12)

Persamaan (12) menunjukkan hambatan pengganti untuk rangkaian seri.

Hambatan pengganti untuk rangkaian seri adalah jumlah tiap hambatan dipasang.

Ada dua prinsip penting dalam susunan paralel pada gambar 2.5, yaitu:

a). Tiap penghambat dalam susunan paralel memiliki beda potensial yang sama

pada ujung-ujungnya. Hal ini dapat dirumuskan pada persamaan (13) di bawah

ini :

V1 = V2 = V3 = VPQ ……………………………. (13)

b). Pada rangkaian paralel berlaku hukum Kirchoff I.

Dari persamaan (10), persamaan hukum Ohm, dan persamaan (13), maka:

321 IIII ++=

Page 74: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

3

3

2

2

1

1

R

V

R

V

R

V

R

V

paralel

PQ ++= (V1 = V2 = V3 = VPQ)

321

1111RRRRparalel

++=

Jadi, hambatan pengganti untuk rangkaian paralel adalah :

RnRRRRRparalel

1.......

11111

4321

+++++= ………………….. (14)

Persamaan (14) di atas adalah hambatan pengganti rangkaian paralel.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, terdapat beberapa

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penelusuran pustaka

dipilah menjadi dua yaitu: 1) penelusuran penelitian yang dilakukan di luar negeri,

2) penelusuran penelitian yang dilakukan di dalam negeri. Penelitian yang

dilakukan di luar negeri diantaranya oleh Mao dan Chang (1999); Wallace, Tsoi,

Calkin, dan Darley (2003); dan Brickman, Gormally, Armstrong, dan Hallar

(2009). Penelitian yang dilakukan di dalam negeri antara lain oleh Lestari (2007),

Saraswati (2008), Broto (2009), Sudarmi (2009), Kholifudin (2009), dan Siswoyo

(2009). Berikut ini penjelasan dan uraian hasil temuan dari penelitian terdahulu.

1. Penelitian Mao dan Chang (1998)

Mao dan Chang (1998) meneliti Pengaruh metode pengajaran inkuiri pada

mata pelajaran Sains Bumi terhadap hasil belajar dan sikap siswa tingkat

sembilan. Penelitian ini dilakukan di Taiwan dengan sampel penelitian adalah 557

siswa kelas Sembilan yang mengikuti mata pelajaran sains Bumi yang dibagi

Page 75: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

menjadi dua, kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan

metode pembelajaran inkuiri, sedangkan kelas kontrol diberikan metode

pembelajaran tradisional. Berdasarkan atas analisis data prestasi belajar diperoleh

kesimpulan bahwa: 1) Capaian prestasi belajar pada kelas eksperimen yang

diberikan metode pembelajaran inkuiri lebih baik dan tinggi daripada capaian

prestasi belajar pada kelas kontrol yang diberi metode pembelajaran tradisional, 2)

Kelas eksperimen yang diberikan metode pembelajaran inkuiri memiliki sikap dan

perilaku yang lebih positif terhadap pelajaran dibandingkan sikap dan perilaku

kelas kontrol yang diberikan metode pembelajaran tradisional.

Kelemahan Mao dan Chang (1998) adalah membandingkan dua metode

yang secara prinsip dan filosofis berbeda. Metode pembelajaran dengan ceramah

konvensional menganggap pembelajaran adalah hanya sebagai pemberian

pengetahuan dari guru ke siswa, yang karenanya menegasikan pentingnya proses

pemerolehan konsep oleh siswa itu sendiri. Sedangkan pembelajaran inkuiri

memberikan pengalaman yang lebih besar bagi siswa untuk berkesplorasi

menemukan sendiri konsep, sehingga dapat dimengerti pembelajaran inkuiri akan

berefek lebih baik terhadap siswa.

Berdasarkan penelitian Mao dan Chang (1998) tersebut maka penelitian

yang dilakukan oleh penulis adalah menggunakan pembelajaran inkuiri dengan

pertimbangan karena telah terbukti memberikan prestasi dan perilaku yang positif

dari siswa. Namun, karena Mao dan Chang (1998) lemah pada pembandingan dua

metode yang berprinsip berbeda, maka dalam penelitian ini dipilih berfokus pada

pembelajaran inkuiri terbimbing saja. Terbimbing karena juga disesuaikan dengan

Page 76: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

siswa SMP yang masih perlu pendampingan dalam melaksanakan suatu kegiatan.

Pembandingan ditujukan dalam penggunaan metode eksperimen dan demonstrasi.

2. Penelitian Wallace et.al. (2003)

Wallace et. al. (2003) meneliti pengaruh pembelajaran inkuiri berbasis

eksperimen di laboratorium terhadap pengalaman inkuiri, persepsi epsitemologi,

dan perkembangan konsep. Penelitian ini dilakukan di Amerika Serikat dengan

sampel penelitian adalah mahasiswa kelas minor Biologi di Universitas

Southeastern Amerika Serikat. Studi interpretatif dengan pendekatan kualitatif ini

memberikan kesimpulan bahwa: 1) Mahasiswa yang memiliki kecenderungan

epistemologis konstruktivis mendapatkan pengalaman inkuiri lebih bermakna

ketika mengikuti kegiatan eksperimen di laboratorium, dibandingkan dengan

mahasiswa yang mahasiswa yang memiliki kecenderungan epistemologis

positivis; 2) Semua mahasiswa dapat lebih mengembangkan kemampuan mereka

ketika diberikan pembelajaran melalui inkuiri berbasis laboratorium.

Implikasi temuan Wallace (2003) ini menguatkan bahwa pembelajaran

inkuiri dengan metode eksperimen di laboratorium dapat memberikan efek yang

lebih baik bagi mahasiswa dengan kecenderungan faktor internal tertentu. Artinya,

pembelajaran inkuiri akan lebih optimal dari segi hasil yang diperoleh jika

memperhatikan faktor internal dari pebelajar (siswa) yang disadari berbeda antara

individu satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya, dalam penelitian ini, penulis

meninjau faktor internal yaitu keingintahuan dan perhatian siswa.

Page 77: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

3. Penelitian Brickman et.al. (2009)

Brickman et.al. (2009) meneliti pengaruh pembelajaran berbasis inkuiri

terhadap literasi ilmiah dan kepercayaan diri. Penelitian ini dilakukan di Amerika

dengan sampel penelitian adalah mahasiswa yang mengambil kelas nonmayor

Sains di Universitas Georgia Southern. Brickman et.al. (2009) memperoleh

kesimpulan bahwa: 1) Dibandingkan mahasiswa yang diberikan instruksi

laboratorium berbasis tradisional, mahasiswa yang diberikan instruksi

laboratorium berbasis inkuiri akan mendapatkan perkembangan literasi ilmiah dan

ketrampilan riset yang lebih tinggi; 2) Mahasiswa dengan pembelajaran di

laboratorium berbasis inkuiri memperoleh peningkatan kepercayaan diri dalam

belajar, tetapi tingkat kepercayaan diri ini lebih rendah dibandingkan mahasiswa

dengan pembelajaran berbasis metode tradisional yang bahkan memiliki

kepercayaan diri yang berlebih.

Temuan Brickman et.al. (2009) ini adalah menguatkan kembali apa yang

sudah disimpulkan oleh Mao dan Chang (1997). Namun, kelemahan dari

Brickman et.al. (2009) adalah pelaksanakan kegiatan laboratorium menggunakan

dua basis pendekatan yang secara filosofis berbeda, yaitu pendekatan tradisional

dan pendekatan inkuiri. Sehingga, pembandingan dua pendekatan yang tidak

imbang tersebut tentunya tidak akan menyimpulkan sesuatu yang baru selain hasil

yang sudah pasti diketahui yaitu inkuiri akan lebih baik. Oleh karena itu, dalam

penelitian oleh penulis tetap dilakukan dengan pembelajaran di laboratorium

berbasis inkuiri terbimbing tetapi perbandingannya adalah antara dua metode

yaitu demonstrasi dan ekseperimen yang keduanya sama-sama berbasis inkuiri.

Page 78: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

4. Penelitian Lestari (2007)

Lestari (2007) melakukan penelitian Implementasi Metode Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing dan Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi Terhadap Prestasi

Belajar Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa.

Temuan Lestari (2007) yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1)

Terdapat perbedaan pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan

metode inkuiri bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar siswa, dimana metode

inkuiri terbimbing lebih signifikan berpengaruh. Temuan Lestari (2007) tersebut

di atas memberikan dasar bagi penulis untuk memilih berfokus pada satu basis

pembelajaran inkuiri terbimbing. Pertimbangan yang digunakan adalah kondisi

siswa SMP masih memerlukan bimbingan yang dominan dari guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, menurut penulis karena

kemampuan awal siswa telah terbukti berpengaruh terhadap prestasi belajar, maka

penulis memilih untuk meninjau faktor internal siswa yang lain, yaitu

keingintahuan dan perhatian siswa, dengan pertimbangan bahwa kedua faktor

internal tersebut dua hal yang dibutuhkan dan sesuai dengan filosofis

pembelajaran inkuiri terbimbing.

5. Penelitian Yulia (2008)

Yulia (2008) melakukan penelitian Implementasi Pembelajaran Fisika Melalui

Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari

Kemampuan Awal dan Perhatian Siswa.

Temuan Yulia (2008) yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1)

Terdapat perbedaan pengaruh pembelajaran fisika inkuiri terbimbing

Page 79: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap penguasaan

konsep listrik dinamis; 2) Terdapat perbedaan pengaruh pembelajaran fisika

antara perhatian siswa dalam belajar fisika kategori tinggi, sedang dan rendah

terhadap penguasaan konsep listrik dinamis; 3) Tidak terdapat interaksi antara

metode pembelajaran dengan perhatian siswa dalam belajar fisika terhadap

penguasaan konsep listrik dinamis.

Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Yulia (2009) yang mengukur

penguasaan konsep fisika dalam ranah kognitif, penelitian ini mengukur prestasi

belajar siswa dalam dua ranah, yaitu kognitif dan afektif.

6. Penelitian Sudarmi (2009)

Sudarmi (2009) melakukan penelitian Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Melalui Lab Riil dan Virtuil ditinjau dari Gaya Belajar dan Kemampuan Berpikir

Abstrak.

Temuan Sudarmi (2009) yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1)

Terdapat perbedaan pengaruh pembelajaran Fisika Inkuiri Terbimbing melalui lab

riil dan virtual pada materi pokok suhu dan kalor terhadap prestasi belajar,

dimana penggunaan lab riil berpengaruh lebih signifikan; 2) Tidak terdapat

perbedaan pengaruh tingkat kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar; 3) Tidak terdapat perbedaan pengaruh gaya belajar

kinestetik dan visual terhadap prestasi belajar; 4) Tidak terdapat interaksi antara

model pembelajaran inkuiri terbimbing melalui lab riil dan virtual dengan gaya

belajar kinestetik dan visual terhadap prestasi belajar; 5) Tidak terdapat interaksi

antara model pembelajaran inkuiri terbimbing melalui lab riil dan virtual dengan

Page 80: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

tingkat kemampuan abstrak tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar; 6) Tidak

terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing melalui lab riil

dan virtual dengan tingkat kemampuan abstrak tinggi dan rendah dan dengan gaya

belajar kinestetik dan visual terhadap prestasi belajar.

Temuan Sudarmi (2009) ini menjadi dasar bagi penulis untuk

membandingkan metode demonstrasi dan eksperimen, dimana keduanya adalah

berpirinsip kegiatan laboratorium riil. Karena Terbukti bahwa lab. riil lebih

berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. Tinjauan fakor internal dari

Sudarmi (2009) yaitu faktor gaya belajar (kinestetik dan visual) dan kemampuan

belajar (konkret dan abstrak) terbukti tidak memberikan pengaruh terhadap

prestasi belajar, sehingga penulis berkeyakinan terdapat faktor internal siswa lain

yang dapat menerangkan pengaruh tehadap prestasi belajar. Kemudian, Sudarmi

(2009) hanya meneliti prestasi belajar ranah kognitif.

Penelitian yang akan dilakukan ini adalah menggunakan pembelajaran

fisika melalui inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan metode

demonstrasi ditinjau dari keingintahuan siswa, dan perhatian siswa.

Keingintahuan siswa dibagi menjadi dua kategori tingkat yaitu kategori tinggi dan

kategori rendah. Perhatian siswa terhadap pelajaran juga dibagi menjadi dua

kategori tingkat yaitu kategori tinggi dan kategori rendah. Prestasi belajar yang

diukur adalah pada aspek kognitif dan afektif.

Page 81: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

C. Kerangka Berfikir

Masalah pembelajaran IPA yang berlangsung di SMP N 1 Karangmalang

melibatkan beberapa faktor antara lain:

(1) Faktor siswa; dimana dapat diamati bahwa di SMP N 1 Karangmalang siswa

memiliki rasa antusias belajar namun prestasinya kurang menggembirakan karena

faktor internal siswa seperti minat, motivaasi belajar, kretativitas, gaya belajar, IQ,

EQ, keingintahuan, perhatian siswa dll. tidak diperhatikan oleh guru;

2) Faktor guru; dimana dapat diamati bahwa tidak variatifnya proses

pembelajaran yang dilakukan yang hanya mengandalak nmetode konvensional

ceramah dan tidak menggunakan metode belajar yang mengaktifkan siswa seperti

inkuiri, discovery, ketrampilan proses, CTL dll., mengakibatkan proses

pembelajran di SMP N 1 Karangmalang monoton dan menjemukan bagi siswa

sehingga kurang memaksimalkan potensi belajar siswa;

3) Faktor materi ajar dan kurikulum; dimana dapat diamati bahwa materi

pelajaran IPA fisika seperti materi listrik statis, listrik dinamis, kemagnetan, ggl

induksi, dll. materi fisika adalah materi yang dianggap sulit bagi siswa

dikarenakan proses pembelajaran yang monoton dan tidak sesuai hakekat IPA,

juga karena penataan kurikulum yang tidak memperhatikan psikologis siswa

dimana pembelajaran fisika diletakkan pada jadwal dirasakan tidak optimal dalam

proses;

4) Faktor sarana prasarana, sumber belajar dan dan lingkungan belajar, dimana

dapat di amati bahwa di SMP N 1 Karangmalang sarana alat laboratorium IPA

kurang memadai untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran IPA yang

Page 82: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

memadai, akibatnya pembelajaran yang harusnya memalui pengalaman

eksperimen laboratorium menjadi hanya pembelajaran konvensional ceramah atau

demonstrasi terbatas.

Faktor dan kondisi realita di SMP N 1 Karangmalang tersebut di atas adalah

faktor tersebut saling berkaitan yang mempengaruhi pembelajaran di SMP N 1

Karangmalang. Lebih khusus dapat difokuskan dan dirumuskan bahwa jika

metode dan pendekatan pembelajaran yang digunakan sesuai dengan hakekat dan

karakteristik IPA, dan faktor internal siswa yaitu keingintahuan siswa dan

perhatian siswa diperhatikan, maka prestasi belajar siswa meningkat. Secara

terperinci kerangka berpikir penelitian ini dapat diterangkan sebagai berikut:

1. Pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing metode

eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa.

Kelistrikan, mencakup listrik statis dan dinamis, berwujud abstrak tetapi

efek dan akibatnya dapat dirasakan. Sehingga, ditinjau dari hal tersebut, maka

kelistrikan memiliki karakteristik konkret. Oleh karenanya pembelajaran IPA

khususnya materi kelistrikan sedapat mungkin berdasarkan pengalaman yang

konkret. Pembelajaran yang memberikan pengalaman penemuan konkret dapat

dicapai melalui pembelajaran inkuiri menggunakan metode eksperimen atau

demonstrasi. Pada pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen,

siswa ditekankan untuk menemukan sendiri konsep listrik dinamis melalui

percobaan sendiri. Pada pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode

demonstrasi, percobaan dilakukan oleh guru dan siswa mengamati percobaan

tersebut. Oleh karena pada metode eksperimen siswa lebih aktif nenemukan

Page 83: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

sendiri konsep listrik dinamis sedangkan pada metode demonstrasi siswa

menemukan konsep dari melihat demonstrasi, maka konsep yang ditemukan pada

pembelajaran pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen akan lebih

tahan lama dari pada metode demonstrasi. Dari pemikiran tersebut dapat diduga

pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode eksperimen dapat lebih

meningkatkan penguasaan materi listrik dinamis dibandingkan dengan

menggunakan metode demonstrasi.

2. Pengaruh tingkat keingintahuan siswa (curiosity) kategori tinggi dan

kategori rendah terhadap prestasi belajar.

Keingintahuan (curiosity) adalah aspek emosional dari makhluk hidup

untuk melakukan eksplorasi, investigasi dan pembelajaran. Pemicu rasa

keingintahuan adalah lingkungan dan gejala atau fenomena di sekitar manusia

melalui pancaindra yang dimilikinya. Keingintahuan keinginan untuk tahu adalah

dorongan untuk mengetahui suatu hal yang kongkrit.

Keingintahuan tentang materi IPA antara satu siswa dengan siswa lainnya

berbeda-beda, hal ini dikarenakan motivasi atau dorongan untuk mengetahui

sesuatu hal yang baru yang dimiliki oleh setiap siswa berbeda-beda. Siswa yang

memiliki keingintahuan yang tinggi akan sangat sensitif terhadap rangsangan yang

mengenainya. Dalam kelas siswa seperti ini akan tampak dari antusiasmenya

mengikuti pembelajaran dan banyaknya dia mengajukan pertanyaan. Semakin

tinggi keingintahuan siswa maka motivasi untuk mengikuti pembelajaran IPA

fisika semakin tinggi, sehingga prestasi belajar siswa juga akan baik pula.

Page 84: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Berdasarkan pemikiran di atas, maka dapat diduga tingkat keingintahuan

siswa terhadap suatu hal khususnya mengenai segala sesuatu hal yang

berhubungan dengan IPA fisika, akan mempengaruhi dalam pencapaian prestasi

belajar siswa. Siswa yang memiliki keingintahuan tinggi diduga akan memiliki

prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki perhatian rendah.

3. Pengaruh tingkat perhatian siswa terhadap materi pelajaran, kategori

tinggi dan kategori rendah terhadap prestasi belajar.

Perhatian adalah suatu keadaan, sikap dan keaktifan jiwa yang dipusatkan

dan diarahkan pada suatu obyek tertentu. Hal yang memperkuat perhatian antara

lain : 1) Minat atau kesediaan jiwa yang aktif untuk menerima sesuatu dari luar;

2) Sehat jasmani dan rohani, 3) Adanya rangsangan yang kuat; 4) Saran atau

sugesti yang positif; 5) Kemauan diri yang kuat dan sebagainya. Hal yang

melemahkan perhatian adalah sebagai berikut: 1) Rangsangan yang lemah; 2)

Jasmani dan rohani tidak/kurang sehat; 3) Sugesti yang negatif; 4) Rangsangan

lain yang mengganggu.

Perhatian siswa terhadap materi pelajaran IPA antara satu siswa dengan

siswa lainnya berbeda-beda. Dengan logika berpikir yang sama dengan pengaruh

tingkat keingitahuan siswa terhdap prestasi belajar, maka juga dapat diduga bahwa

perhatian siswa dalam belajar fisika akan mempengaruhi penguasaan kompetensi

siswa yang ditunjukkan oleh tes prestasi belajar. Siswa yang memiliki perhatian

dalam belajar tinggi diduga akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari

pada siswa yang memiliki perhatian rendah.

Page 85: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

4. Interaksi antara penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing metode

eksperimen dan demonstrasi, dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi

belajar.

Pada proses pembelajaran, siswa yang mempunyai keingintahuan tinggi

jika diajar dengan metode eksperimen akan mempunyai penguasaan kompetensi

yang lebih baik dibandingkan dengan diajar menggunakan metode demonstrasi.

Begitu pula dengan siswa yang mempunyai keingintahuan sedang dan rendah, jika

diajar dengan metode eksperimen akan memiliki penguasaan kompetensi yang

lebih baik dari pada diajar dengan menggunakan metode demonstrasi. Karena

dengan menggunakan eksperimen, siswa terlibat langsung dalam perolehan

konsep, sedangkan pada demonstrasi, siswa memperoleh konsep dari melihat

demonstrasi guru. Sehingga, dapat diduga bahwa ada interaksi antara metode

pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing metode

eksperimen dan demonstrasi, dengan tingkat perhatian siswa terhadap

prestasi belajar.

Pada proses pembelajaran, siswa yang mempunyai perhatian tinggi jika

diajar dengan metode eksperimen akan mempunyai penguasaan kompetensi yang

lebih baik daripada dengan metode demonstrasi, begitu juga dengan siswa yang

mempunyai perhatian sedang jika diajar dengan metode eksperimen akan

memiliki penguasaan kompetensi yang lebih baik dari pada dengan metode

demonstrasi. Karena dengan menggunakan eksperimen, siswa akan memiliki

perhatian yang tinggi terhadap percobaan fisika yang sedang dilakukannya

Page 86: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

sendiri, sedangkan pada demonstrasi, siswa hanya melihat demonstrasi Fisika dari

guru yang kadang kurang bisa terlihat dari tempat duduk siswa. Sehingga, dapat

diduga bahwa ada interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa

dalam belajar Fisika terhadap prestasi belajar siswa.

6. Interaksi antara tingkat keingintahuan siswa dan tingkat perhatian siswa

terhadap prestasi belajar.

Pada proses pembelajaran, siswa yang memiliki keingintahuan tinggi dan

perhatian tinggi akan memiliki penguasaan konsep tinggi. Namun apabila

keingintahuan tinggi, tetapi perhatian dalam belajar rendah, maka penguasaan

kompetensi siswa akan menurun. Siswa yang mempunyai keingintahuan rendah

apabila dia memiliki perhatian yang tinggi, kemungkinan penguasaan kompetensi

siswa akan baik. Sehingga, dapat diduga bahwa ada interaksi antara keingintahuan

siswa dengan perhatian siswa dalam belajar fisika terhadap prestasi belajar siswa.

7. Interaksi antara pembelajaran inkuri terbimbing metode eksperimen dan

demonstrasi, dengan tingkat keingintahuan siswa dan tingkat perhatian

siswa terhadap prestasi belajar.

Pada proses pembelajaran, siswa yang mempunyai keingintahuan dan

perhatian tinggi jika diberi pembelajaran dengan metode eksperimen akan

mempunyai penguasaan kompetensi yang lebih baik jika dibandingkan dengan

siswa yang mempunyai keingintahuan dan perhatian tinggi yang diberi

pembelajaran dengan metode demonstrasi. Sehingga, dapat diduga terdapat

interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa, dan perhatian siswa

terhadap prestasi belajar siswa.

Page 87: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri terbimbing

menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi

belajar siswa.

2. Terdapat pengaruh antara keingintahuan siswa kategori tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar siswa.

3. Terdapat pengaruh antara perhatian siswa kategori tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar siswa.

4. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa

terhadap prestasi belajar siswa.

5. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa

terhadap prestasi belajar siswa.

6. Terdapat interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa

terhadap prestasi belajar siswa.

7. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan

perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Page 88: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dari bulan April 2010 sampai bulan Oktober 2010.

Jadwal penelitian secara lengkap ditunjukkan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

Bulan

No. Rincian Kegiatan April 2010

Mei 2010

Juni 2010

Juli 2010

Agust 2010

Sept. 2010

Okt. 2010

Nov. 2010

Des. 2010

1 Penyusunan proposal

X X

2 Penyusunan instrumen

X X X

3 Seminar proposal X 4 Pengumpulan data X 5 Analisis Data X X

6 Penulisan laporan X X X (sumber: proposal penelitian)

Berdasarkan tabel 3.1 dijelaskan lebih lanjut bahwa penelitian ini

dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut: 1) Tahap persiapan, meliputi

pengajuan judul, pembuatan proposal, permohonan pembimbing, dan permohonan

perijinan kepada lembaga terkait; 2) Tahap pelaksanaan, meliputi uji coba

instrumen penelitian, pelaksanaan mengajar dan pengambilan data; 3) Tahap

67

Page 89: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

penyelesaian, meliputi analisis data dan penyusunan laporan. Tahap persiapan

penelitian dilaksanakan pada bulan Februari s.d. Juni 2010. Tahap pelaksanaan

penelitian dilaksanakan pada bulan Juli s.d. Agustus 2010. Tahap penyelesaian

penelitian dilaksanakan pada bulan September s.d. Desember 2010.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen yaitu dilakukan

perlakuan manipulasi dan kontrol kondisi terhadap sampel/objek penelitian. Ada

dua kelompok yang diberi perlakuan yaitu kelompok pertama diberi perlakuan

pembelajaran inkuiri terbimbing metode demonstrasi dan kelompok kedua diberi

perlakuan pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen. Setelah

pemberian perlakuan pembelajaran dengan metode yang berbeda, langkah

selanjutnya adalah dilakukan pengukuran tingkat keingintahuan siswa, tingkat

perhatian siswa, dan prestasi belajar siswa untuk ranah kognitif dan afektif pada

materi fisika bab listrik dinamis.

C. Populasi Penelitian, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 1

Karangmalang tahun ajaran 2010/2011, yang terdiri 7 kelas yaitu kelas IX A, IX

B, IX C, IX D, IX E, IXF, dan IX G dengan jumlah siswa 280 orang.

2. Sampel penelitian dan teknik pengambilan sampel

Sampel penelitian ini terdiri dari dua kelas eksperimen dengan tiap kelas diisi

37 siswa. Satu kelas diberi perlakuan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

Page 90: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

metode demonstrasi dan satu kelas yang lain diberi perlakuan pembelajaran

inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen.

Dalam penelitian ini sampel ditentukan dengan teknik cluster random

sampling yaitu diambil dua kelas secara acak dari populasi 7 kelas yang tersedia,

sehingga diperoleh kelas XA sebagai kelas dengan perlakuan pembelajaran inkuiri

terbimbing metode demonstrasi, dan kelas IXC dengan perlakuan pembelajaran

inkuiri terbimbing metode eksperimen.

Dua kelas sampel terpilih selanjutnya harus seimbang dalam tingkat

kemampuan belajar siswa. Untuk keperluan ini dilakukan uji t terhadap data

permulaan yaitu data skunder nilai UAS mata pelajaran IPA di kelas VIII pada

tahun pelajaran sebelumnya, yaitu tahun pelajaran 2009/2010, disajikan dalam

halaman lampiran 16. Data ini haruslah bersifat normal dan homogenitas.

Sehingga, sebelum melakukan uji t, data perlu di uji normalitas dan uji

homogenitas terlebih dahulu. Uji normalitas menggunakan uji normalitas Ryan-

Joyner (RJ) dan uji homogenitas menggunakan uji F-Tes (Normal Distribution)

dan uji Levene’s Test (Any Continuous Distribution). Dengan menggunakan

bantuan program aplikasi statistik Minitab versi 15, diperoleh keputusan uji yaitu

data terdistribusi normal (p-value uji RJ > 0,100) dan homogen (p-value sebesar

0,180 untuk uji F-tes dan p-value sebesar 0,084 untuk uji Levene’s Test).

Setelah diketahui bahwa data normal dan homogen, maka dilakukan uji t

dua pihak. Dengan menggunakan program aplikasi statistik Minitab versi 15

diperoleh hasil uji t dua pihak dengan p-value = 0,917 jadi p-value > 0,05.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas yang dijadikan sampel

Page 91: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

pengambilan data pada kelas eksperimen I (metode demonstrasi) dan kelas

eksperimen II (metode eksperimen) mempunyai kemampuan yang relatif

seimbang atau sama dalam hal kemampuan belajar IPA fisika. Rangkuman

keputusan uji untuk normalitas, homogenitas, dan uji t pada data nilai UAS kelas

VIII ini dapat dilihat lampiran 17.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat yaitu prestasi

belajar siswa, satu variabel bebas yaitu pembelajaran inkuiri terbimbing metode

eksperimen dan demonstrasi, dan dua variabel moderator yaitu keingintahuan

siswa dan perhatian siswa. Berikut ini diterangkan lebih lanjut mengenai variabel

dalam penelitian ini.

1. Prestasi belajar siswa (variabel terikat)

Definisi operasional prestasi belajar siswa adalah prestasi belajar siswa pada

materi fisika listrik dinamis, baik untuk kemampuan ranah kognitif dan ranah

afektif, hasil dari proses pembelajaran yang diikuti oleh siswa.

Indikator prestasi belajar siswa untuk ranah kognitif adalah nilai tes

kognitif prestasi belajar pada konsep listrik dinamis, Sedangkan indikator prestasi

belajar siswa untuk ranah afektif adalah skor angket kemampuan afektif siswa.

Skala pengukuran prestasi belajar siswa, sesuai dengan indikator yang

ditetapkan, adalah untuk ranah kognitif dan ranah afektif skala interval.

Selanjutnya, variabel prestasi belajar siswa diberi simbol/kode Y.

Page 92: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

2. Pembelajaran inkuri terbimbing (variabel bebas)

Definisi operasional dari pembelajaran inkuri terbimbing adalah pembelajaran

IPA fisika dengan siswa diberikan kesempatan pengalaman menemukan konsep

pengetahuannya sendiridan guru berperan sebagai fasilitator.

Indikator variabel pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran

inkuri terbimbing dengan metode mengajar, dengan dua kategori yaitu metode

demonstrasi (A1) dan metode eksperimen (A2).

Skala pengukuran dari variabel pembelajaran inkuiri terbimbing adalah

skala nominal dengan dua kategori yaitu pembelajaran inkuri terbimbing metode

demonstrasi dan pembelajaran inkuri terbimbing metode eksperimen.

Pembelajaran inkuri terbimbing metode demonstrasi diberi simbol A1, sedangkan

pembelajaran inkuri terbimbing metode eksperimen diberi simbol A2.

3. Keingintahuan siswa (variabel moderator 1)

Definisi operasional dari keingintahuan siswa dalam belajar fisika adalah

rasa ingin tahu dan mengetahui sesuatu segala hal berkaitan dengan sains fisika

materi listrik dinamis.

Indikator variabel keingintahuan siswa adalah skor angket keingintahuan

siswa. Skala pengukuran variabel keingintahuan siswa adalah skala interval

dengan dua kategori yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Keingintahuan siswa

tingkat tinggi diberi simbol B1, dan keingintahuan siswa tingkat rendah diberi

simbol B2.

Page 93: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

4. Perhatian siswa (variabel moderator 2)

Definisi operasional dari perhatian siswa adalah perhatian siswa saat belajar

fisika baik di kelas maupun di tempat belajar yang lain.

Indikator variabel perhatian siswa adalah skor angket perhatian siswa dalam

belajar fisika. Skala pengukurannya adalah interval dengan dua kategori yaitu

tinggi dan rendah. Perhatian siswa tinggi diberi simbol C1dan perhatian siswa

rendah diberi simbol C2.

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu data primer dan data

skunder. Data primer meliputi data hasil nilai tes kognitif prestasi belajar siswa

materi listrik dinamis, data skor kemampuan afektif siswa, data skor angket

keingintahuan siswa, dan data skor angket perhatian siswa. Sedangkan data

skunder meliputi data nilai UAS kelas VIII tahun pelajaran 2009/2010 dari

sampel.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

dokumentasi, angket, dan tes.

1. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data skunder yaitu adalah

nilai UAS kelas VIII tahun pelajaran 2009/2010. Data ini diperoleh dengan

meminta untuk menyalin dokumen yang dimiliki pihak Sekolah. Data ini

digunakan untuk mengetahui apakah tingkat kemampuan sampel seimbang

sebelum diberi perlakuan.

Page 94: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

2. Teknik angket

Teknik angket digunakan untuk memperoleh data primer tingkat

keingintahuan siswa, tingkat perhatian siswa, dan prestasi belajar siswa ranah

afektif. Berikut ini penjelasan dari instrument angket tersebut.

a. Angket keingintahuan siswa

Angket keingintahuan siswa digunakan untuk memperoleh tingkat

keigintahuan siswa dalam sains dan pelajaran IPA fisika khususnya materi listrik

dinamis. Dalam penelitian ini tingkat keingintahuan siswa dibagi menjadi dua

kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah.

Pengkategorian tingkat keingintahuan siswa ini berdasarkan pada skor angket

dengan ketentuan tingkat kengintahuan siswa rendah jika skor < rerata kelas

sampel. Sedangkan untuk kategori tingkat keingintahuan siswa tinggi jika skor ≥

rerata kelas sampel.

Bentuk angket keingintahuan siswa adalah angket langsung tertutup.

Angket ini terdiri dari dua bentuk yaitu pernyataan positif dan negatif dan setiap

item pernyataan diikuti dengan empat alternatif jawaban yaitu berupa pernyataan:

sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Nilai untuk jawaban pernyataan yang bersifat posistif adalah sebagai berikut:

sangat setuju (4), Setuju (3), tidak Setuju (2), dan sangat tidak setuju (1).

Sedangkan nilai untuk item jawaban pernyataan yang bersifat negatif adalah

sangat setuju (1), setuju (2), tidak setuju (3), dan sangat tidak setuju (4).

Page 95: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

b. Angket perhatian siswa

Angket perhatian siswa untuk memperoleh tingkat perhatian siswa dalam

pelajaran IPA fisika. Dalam penelitian ini tingkat perhatian siswa dibagi menjadi

dua kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah. Pengkategorian tingkat perhatian

siswa ini berdasarkan pada skor angket dengan ketentuan untuk kategiri tingkat

perhatian siswa rendah jika skor < rerata kelas sampel. Sedangkan untuk kategori

tingkat perhatian siswa tinggi jika Skor ≥ rerata kelas sampel.

Bentuk angket perhatian adalah angket langsung tertutup. Angket ini terdiri

dari dua bentuk yaitu pernyataan positif dan negatif dan setiap item pernyataan

diikuti dengan empat alternatif jawaban yaitu berupa pernyataan: sangat setuju

(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Nilai untuk

jawaban pernyataan yang bersifat posistif adalah sebagai berikut: selalu (4),

Sering (3), kadang-kadang (2), dan tidak pernah (1). Sedangkan nilai untuk item

jawaban pernyataan yang bersifat negatif adalah selalu (1), sering (2), kadang-

kadang (3), dan tidak pernah (4). Soal angket ini disesuaikan dengan kisi-kisi

angket yang telah peneliti susun.

c. Angket kemampuan afektif siswa

Angket afektif siswa digunakan untuk memperoleh skor prestasi belajar siswa

ranah afektif dalam pelajaran IPA fisika materi listrik dinamis.

Bentuk angket perhatian adalah angket langsung tertutup. Angket ini

terdiri dari dua bentuk yaitu pernyataan positif dan negatif dan setiap item

pernyataan diikuti dengan empat alternatif jawaban yaitu berupa pernyataan:

sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Page 96: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Nilai untuk jawaban pernyataan yang bersifat posistif adalah sebagai berikut:

sangat setuju (4), Setuju (3), tidak Setuju (2), dan sangat tidak setuju (1).

Sedangkan nilai untuk item jawaban pernyataan yang bersifat negatif adalah

sangat setuju (1), setuju (2), tidak setuju (3), dan sangat tidak setuju (4). Soal

angket ini disesuaikan dengan kisi-kisi angket yang telah peneliti susun.

3. Teknik tes

Teknik tes digunakan untuk memperoleh data primer nilai tes prestasi belajar

siswa ranah kognitif pada materi pelajaran IPA fisika listrik dinamis. Bentuk tes

adalah tes obyektif pilihan ganda sejumlah 40 item, dengan empat alternatif

jawaban dimana hanya satu jawaban yang benar. Soal tes kognif ini disesuaikan

dengan kisi-kisi soal yang telah peneliti susun yang didasarkan pada silabus

pembelajaran.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen penelitian yaitu:

instrumen pelaksanaan penelitian, dan instrumen pengambilan data.

1. Instrumen pelaksanaan pembelajaran

Instrumen pelaksanaan penelitian meliputi silabus pembelajaran, rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar kegiatan siswa (LKS). Instrumen

pelaksanaan penelitian tersebut disusun oleh peneliti yang disesuaikan dengan

silabus. Untuk menjamin bahwa instrumen pelaksanaan penelitian valid dan dapat

dipertanggungjawabkan sesuai kaidah yang berlaku, maka instrumen pelaksanaan

penelitian ini dibuat dengan dikonsultasikan kepada pembimbing.

Page 97: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

2. Instrumen pengambilan data penelitan

Instrumen pengambilan data pada penelitian ini berupa instrumen angket dan

instrumen tes. Instrumen angket berupa angket keingintahuan siswa dan angket

perhatian siswa, dan angket kemampuan ranah afektif. Sedangkan instrumen tes

berupa soal tes kognitif prestasi belajar siswa pada materi fisika listrik dinamis.

G. Uji Coba Instrumen

Instrumen pengambilan data disusun oleh peneliti dan dikonsultasikan

dengan dosen pembimbing, kemudian diujicobakan untuk menguji bahwa item

adalah instrumen baik, yaitu harus memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas,

derajat kesukaran dan daya pembeda soal instrumen. Langkah yang penulis

tempuh dalam uji coba instrumen data penelitian adalah: a) Menentukan sampel

uji coba; b) Menentukan jumlah sampel uji coba; dan c) Analisis data hasil uji

coba. Sampel uji coba dipilih dengan kriteria sampel harus seimbang atau setara

dalam hal kemampuan belajar IPA fisika dengan siswa SMP N 1 Karangmalang.

Berdasarkan kriteria tersebut dipilih sampel untuk uji coba instrumen tetap

dilaksanakan di SMP N 1 Karangmalang. Sampel uji coba instrumen ditentukan

secara acak dan diperoleh kelas IXF dan kelas IXD. Setelah responden atau siswa

menyelesaikan uji coba, langkah selanjutnya peneliti menganalisis data hasil uji

coba. Untuk instrumen angket (keingintahuan, perhatian, dan kemampuan ranah

afektif) dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Untuk instrumen tes kemampuan

kognitif dilakukan uji validitas, reliabilitas, dan kelayakan soal (ditinjau dari taraf

kesukaran dan daya pembeda soal).

Page 98: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Berdasarkan analisis hasil uji coba terdapat item instrumen yang kurang

atau tidak memenuhi syarat validitas, reliabilitas, daya beda. Walaupun demikian

item soal tersebut tetap diikutkan sebagai instrumen final tetapi dengan revisi dan

perbaikan redaksional. Hal ini diambil dengan pertimbangan bahwa instrumen

tetap dapat memenuhi komponen penilaian yang sudah disusun dalam kisi-kisi

angket dan kisi-kisi tes. Jika soal di drop dan tidak dipakai maka berakibat

ketidaksesuaian dan ketidaklengkapan komponen yang dinilai dan diukur sesuai

kisi-kisi. Berikut ini kriteria dan teknik analisis data hasil uji coba instrumen

penelitian.

a. Validitas

Untuk menentukan validitas item-item dalam instrumen digunakan rumus

korelasi product moment yang dikemukakan oleh Karl Pearson sebagai berikut:

( )( )( )[ ] ( )[ ]2222 YYNXXN

YXXYNrxy

S-SS-S

-= å åå

……………… (1)

(Arikunto, 2006)

Koefisien korelasi (rxy) tiap item angket pada persamaan (1) di atas

dipengaruhi oleh skor item (X), skor total item (Y) dan jumlah responden (N).

Untuk mengetahui validitas dari tiap-tiap item, maka rxy yang telah diperoleh

dikonsultasikan dengan rtabel dengan N = 38 dan taraf signifikan 5% yaitu 0,320.

Setiap item dikatakan valid apabila nilai rxy > rtabel, berarti item angket dikatakan

valid apabila rxy > 0,320. Rangkuman validitas item isntrumen pengambilan data

penelitian disajikan dalam tabel 3.2 berikut ini.

Page 99: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Tabel 3.2 Validitas Item Instrumen Pengambilan Data Penelitian

Instrumen Jumlah

Item Uji Coba

Jumlah item valid

Item tidak Valid

Keterangan

Tes Kemampuan Kognitif

40 35 5; 15; 19; 23;

38 Angket Kemampuan Afektif

44 36 11; 14; 20; 21; 25; 27; 29; 36

Angket Perhatian 40 32 3; 9; 10; 20; 25;

35; 36; 37

Angket Keingintahuan 43 36

2; 3; 14; 15; 20;

30; 38

Item tidak valid tetap digunakan untuk instrumen

final, tetapi dengan revisi redaksional

(sumber: data primer, diolah)

Berdasarkan tabel 3.2 dapat dijelaskan bahwa untuk tes kemampuan

kognitif dari 40 butir item diketahui item tidak valid 5 atau 12,5 % dari item uji

coba tes kognitif. Untuk angket kemampuan afektif diketahui item item tidak

valid 8 butir atau 18,2 % dari item uji coba angket afektif. Untuk angket perhatian

siswa diketahui item valid 8 butir atau 20% dari item uji coba angket perhatian.

Untuk angket keingintahuan diperoleh item tidak valid 7 butir atau 16,3 % dari

item uji coba angket keingintahuan. Setelah diketahui item yang valid atau tidak

valid, langkah selanjutnya adalah memperbaiki atau merevisi item tidak valid.

Sehingga, ditinjau dari validitas, keputusan final instrumen yang digunakan

adalah: 1) tes kemampuan kognitif 40 item soal, 2) angket kemampuan afektif 44

item soal, 3) angket perhatian 40 item soal, dan 4) angket keingintahuan 43 soal.

b. Reliabilitas

Untuk menguji reliabilitas instrumen angket, dalam penelitian ini digunakan

teknik Alpha sebagai berikut:

Page 100: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

úúû

ù

êêë

é å-úû

ùêëé

-=

2

2

11 11 t

i

nn

rdd

……………………………… (2)

(Arikunto, 2006: 109)

Untuk menguji reliabilitas instrumen tes, dalam penelitian ini digunakan

rumus Kuder dan Richardson (K – R 20) sebagai berikut:

úúû

ù

êêë

é å-úûù

êëé

-=

2

2

11 1 SpqS

nn

r ………………………….. (4)

(Arikunto, 2006: 100-101)

Harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga produk momen dengan

ketentuan r11 > rtabel maka soal dikatakan reliabel, dengan α = 5%. Klasifikasi

korelasi reliabilitas soal dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Klasifikasi korelasi reliabilitas

Nilai koefisien korelasi Kualifikasi 0,91 - 1,00 Sangat tinggi 0,71 - 0,90 Tinggi 0,41 - 0,70 Cukup 0,21 - 0,40 Rendah Negatif - 0,20 Sangat rendah

(Sumber: Masidjo 1995)

Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa: 1) untuk nilai koefisien

korelasi 0,91 s.d 1,00 disimpulkan kualifikasi reliabilitas sangat tinggi; 2) untuk

nilai koefisien korelasi 0,71 s.d 0,90 disimpulkan kualifikasi reliabilitas tinggi; 3)

untuk nilai koefisien korelasi 0,41 s.d 0,70 disimpulkan kualifikasi reliabilitas

cukup; 4) untuk nilai koefisien korelasi 0,21 s.d 0,40 disimpulkan kualifikasi

reliabilitas tinggi kualifikasi rendah; dan 5) untuk nilai koefisien korelasi negatif

s.d. 0,20 disimpulkan kualifikasi reliabilitas sangat rendah.

Page 101: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

JsB

DK =

Tabel 3.4 Reliabilitas Instrumen Pengambilan Data Penelitian

Instrumen Jumlah

Item Uji Coba

Koefisien Reliabilitas (r hitung)

Kriteria

Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa 40 0,936 Sangat Tinggi

Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa 44 0,971 Sangat Tinggi

Angket Perhatian Siswa 40 0,887 Tinggi

Angket Keingintahuan Siswa 43 0,899 Tinggi

Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa untuk instrumen yang

memiliki criteria reliabilitas sangat tinggi adalah instrumen tes kognitif dan angket

afektif, dengan nilai koefisien reliabilitas masing-masing sebesar 0,936 dan 0,971.

Sedangkan untuk angket perhatian dan angket keingintahuan memperoleh criteria

reliabilitas tinggi, dengan nilai koefisien masing-masing sebesar 0,887 dan 0,899.

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrument tersebut, dapat disimpulkan

instrumen soal siap untuk digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif,

kemampuan afektif, keingintahuan sisswa, dan perhatian siswa.

c. Derajat kesukaran item tes

Soal yang baik untuk alat ukur adalah soal yang mempunyai derajat

kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sukar dan tidak terlalu

mudah. Untuk mengetahui derajat kesukaran soal ditunjukkan dengan indeks

kesukaran. Besarnya indeks kesukaran dicari dengan rumus:

dengan DK adalah indeks untuk setiap butir soal, B adalah banyaknya siswa yang

menjawab benar setiap butir soal, dan Js adalah banyaknya siswa yang

memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan (Suharsimi Arikunto, 1987).

(sumber: data primer, diolah)

Page 102: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Berdasarkan perhitungan indeks kesukaran soal menggunakan rumus di atas,

diperoleh angka indeks. Menurut Arikunto (1987) angka indeks kesukaran soal

diklasifikasikan menjadi 3 kriteria, yaitu: 1) Soal kategori sukar jika memiliki

indeks kesukaran 0,00 s.d. 0,30; 2) Soal kategori sedang jika memiliki indeks

kesukaran 0,31 s.d. 0,70; dan 3) Soal kategori mudah jika memiliki indeks

kesukaran 0,71 s.d. 1,00. Berikut ini rekap distribusi tingkat kesukaran item tes

kemampuan kognitif siswa, disajikan dalam tabel 3.5.

Tabel 3.5 Distribusi Tingkat Kesukaran Soal Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa

Tingkat kesukaran

Jumlah Soal

Item Nomor Soal

Sukar 8 7; 8; 9; 22; 30; 31; 35; 39

Sedang 27 2; 3; 4; 10; 11; 12; 13; 14; 15; 16; 18; 19; 20; 21; 23; 24; 25; 26; 27; 28; 29; 32; 33; 34; 37; 38; 40

Mudah 5 1; 5; 6; 17; 36

Jumlah Soal 40

(sumber: data primer diolah)

Berdasarkan tabel 3.5 dapat diketahui bahwa dari 40 (100%) item soal tes

kemampuan kognitif siswa terdapat 8 item atau 20,0 % soal kategori sukar, 27

item atau 67,5 % soal kategori sedang, dan 5 item atau 12,5 % soal kategori

mudah. Distribusi dan komposisi soal dengan criteria sukar, sedang, dan mudah

tersebut dirasa sudah proporsional untuk mengukur kemampuan kognitif siswa.

d. Daya pembeda item tes

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai/berkemampuan tinggi dengan siswa yang

bodoh/berkemampuan rendah (Arikunto, 2006), dengan rumus:

Page 103: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

BAB

B

A

A PPJB

JB

D -=-=

Daya pembeda atau indeks diskriminasi (D) dipengaruhi oleh banyaknya

peserta kelompok atas (JA), banyaknya peserta kelompok bawah (JB), banyaknya

peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar (BA), banyaknya peserta

kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar (BB), proporsi peserta

kelompok atas yang menjawab benar (PA), dan proporsi peserta kelompok bawah

yang menjawab benar (PB). Klasifikasi harga indeks diskriminasi:

0,00-0,20 = soal jelek

0,21-0,40 = soal cukup

0,41-0,70 = soal baik

0,71-1,00 = soal sangat baik

Berikut ini rekap distribusi tingkat kesukaran item tes kemampuan kognitif

siswa, disajikan dalam tabel 3.6.

Tabel 3.6 Distribusi Daya Pembeda Soal Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa

Daya Pembeda Jumlah Soal

Item Nomor Soal

Jelek 1 23;

Cukup 9 7; 8; 9; 11; 22; 30; 31; 35; 39

Baik 30 1; 2; 3; 4; 5; 6; 10; 12; 13; 14; 15; 16; 17; 18; 19; 20; 21; 24; 25; 26; 27; 28; 29; 32; 33; 34; 36; 37; 38; 40

Sangat baik 0 -

Jumlah 40

(sumber: data primer diolah)

Berdasarkan tabel 3.6 dapat diketahui bahwa dari 40 soal tes kognitif (100

%) terdapat 1 item atau 4% soal dengan kategori daya pembeda jelek; 9 item atau

Page 104: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

22,5 % soal dengan kategori daya pembeda cukup; dan 30 item atau 75 % soal

dengan kategori dayaa pembeda Berdasarkan hasil analisis tersebut disimpulkan

bahwa distribusi daya pembeda instrumen soal tes kognitif sejumla 40 soal adalah

sudah proporsional untuk digunakan mengukur prestasi siswa ranah kognitif.

Berdasarkan uji validitas, uji reliabilitas, derajat kesukaran item soal, dan

daya pembeda soal, maka diputuskan jumlah item soal dalam instrumen

pengambilan data penelitian yang digunakan adalah: 1) tes kemampuan kognitif

40 item soal, 2) angket kemampuan afektif 44 item soal, 3) angket perhatian 40

item soal, dan 4) angket keingintahuan 43 soal.

G. Teknik Analisis Data

1. Uji prasyarat analisis

Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis varian (anava) tiga

jalan. Sebelum dilakukan analisis varian tiga jalan terlebih dahulu dilakukan uji

persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.Teknik analisis data

menggunakan Analisis Varians (Anava) tiga jalan 2 x 2 x 2 dengan tiga variabel

bebas, metode pengajaran, keingintahuan siswa, dan perhatian siswa.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data nilai tes kognitif

prestasi belajar siswa berdistribusi normal atau tidak. Prosedur uji normalitas yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis

Page 105: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak

normal, dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

2) Menetapkan uji statistik

Uji normalitas terhadap nilai tes kognitif prestasi belajar siswa dengan

menggunakan uji Ryan Joiner (RJ), yang perhitungannya dilakukan dengan

program aplikasi statistik Minitab 15.

3) Menentukan taraf signifikansi α

Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar

peluang terjadinya kesalahan analisis. Uji normalitas ini menggunakan taraf

signifikansi (α) ditetapkan = 0,05.

4) Menetapkan keputusan uji

Keputusan uji normalitas ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesis nol,

jika p-value > 0,05.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari

sejumlah populasi sama atau tidak. Pengujian meliputi homogenitas prestasi

belajar (kemampuan kognitif) versus keingintahuan siswa, homogenitas prestasi

belajar (kemampuan kognitif) versus perhatian siswa, dan homogenitas prestasi

belajar (kemampuan kognitif) versus metode. Uji homogenitas menggunakan uji

F-Test dan Levene’s Test. Prosedur pengujian homogenitas data adalah sebagai

berikut:

Page 106: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

1) Menentukan hipotesis

Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi yang tidak homogen,

dan hipotesis alternatif (H1) : sampel berasal dari populasi yang homogen.

2) Menentukan keputusan uji

Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria uji tolak hipotesis nol

jika p-value > 0,05.

2. Uji Hipotesis

a. Anava

Setelah terpenuhinya prasayarat analisis yaitu normalitas dan homogenitas,

maka langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis

dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang sudah dilakukan ditolak atau

diterima. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian digunakan rumus anava tiga

jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2. Tujuan analisis varian tiga jalan tersebut

adalah untuk menguji perbedaan efek baris, kolom, dan efek interaksi baris dan

kolom terhadap variabel terikat.

Statistik uji hipotesis menggunakan program aplikasi statistik Minitab 15.

Desain faktorial penelitian ini diterangkan dalam tabel 3.7 bberikut ini.

Page 107: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Tabel 3.7 Desain Faktorial Penelitian

Pembelajaran Inkuri Terbimbing (A)

Metode

Demonstrasi (A1)

Metode Eksperimen

(A2)

Perhatian Siswa Tinggi (C1)

A1B1C1 A2B1C1 Keingintahuan Siswa Tinggi (B1) Perhatian Siswa Rendah

(C2)

A1B1C2 A2B1C2

Perhatian Siswa Tinggi (C1)

A1B2C1 A2B2C1 Keingintahuan Siswa

Rendah (B2) Perhatian Siswa Rendah

(C2)

A1B2C2 A2B2C2

(sumber: data primer)

Berdasarkan tabel 3.7 dapat diketahui bahwa variabel pembelajaran

inkuiri terbimbing diberi kode A. Kelompok siswa yang diberi pembelajaran

inkuri terbimbing dengan metode demonstrasi diberi kode A1. Kelompok siswa

yang diberi pembelajaran inkuri terbimbing dengan metode eksperimen diberi

kode A2. Variabel keingintahuan siswa diberi kode B. Siswa yang mempunyai

keingintahuan kategori tinggi diberi kode B1. Siswa yang mempunyai

keingintahuan kategori rendah diberi kode B2. Variabel perhatian siswa diberi

kode C. Siswa yang mempunyai perhatian kategori tinggi diberi kode C1. Siswa

yang mempunyai keingintahuan kategori rendah diberi kode C2.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis

a) Hipotesis nol (H0)

Page 108: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

H01 : Tidak terdapat pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri

terbimbing menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi

terhadap prestasi belajar siswa.

H02 : Tidak terdapat pengaruh antara keingintahuan siswa kategori tinggi dan

rendah terhadap prestasi belajar siswa.

H03 : Tidak terdapat pengaruh antara perhatian siswa kategori tinggi dan

rendah terhadap prestasi belajar siswa.

H04 : Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan

keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar siswa.

H05 : Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian

siswa terhadap prestasi belajar siswa.

H06 : Tidak terdapat interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian

siswa terhadap prestasi belajar siswa.

H07 : Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan

siswa dan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.

b) Hipotesis alternatif (H1)

H11 : Terdapat pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri terbimbing

menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap

prestasi belajar siswa.

H12 : Terdapat pengaruh antara keingintahuan siswa kategori tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar siswa.

Page 109: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

H13 : Terdapat pengaruh antara perhatian siswa kategori tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar siswa.

H14 : Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan

siswa terhadap prestasi belajar siswa.

H15 : Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa

terhadap prestasi belajar siswa.

H16 : Terdapat interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa

terhadap prestasi belajar siswa.

H17 : Terdapat interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan

perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.

.

2) Menetapkan uji statistik

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava)

dengan General Linear Model (GLM), yang perhitungannya dilakukan dengan

program aplikasi statistik Minitab 15.

3) Menentukan taraf signifikansi α

Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang

terjadinya kesalahan analisis, dengan taraf signifikansi (α) 0,05.

4) Menentapkan keputusan uji

Keputusan uji hipotesis ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesis nol, jika

p value < 0,05.

Page 110: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

b. Uji Lanjut

Jika dalam pengujian hipotesis, hipotesis nol (H0) ditolak yang bararti hipotesis

alternatif (H1) diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui tingkat

pengaruh variabel bebas terahadap variabel terikat yang diteliti. Uji lanjut

menggunakan Analysis of Mean (Anom).

Page 111: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data skunder. Data primer terdiri atas data skor angket keingintahuan siswa, data

skor angket perhatian siswa, data hasil nilai tes kognitif prestasi belajar siswa, dan

data skor angket afektif prestasi belajar siswa. Data skunder yang diperoleh adalah

nilai UAS IPA kelas VIII tahun 2009/2010 dari sampel penelitian.

1. Data Nilai UAS IPA kelas VIII

Penelitian ini memerlukan data skunder berupa data nilai UAS IPA kelas VIII

dari sampel penelitian. Data ini sebagai indikator kemampuan awal sampel

sebelum diberi perlakuan. Nilai awal sampel diperlukan untuk mengetahui

kemampuan yang seimbang dari sampel. Seimbang dalam arti memiliki

kemampuan yang sama di bidang mata pelajaran IPA yang itu dapat dilihat dari

indikator nilai UAS IPA kelas VIII sampel.

Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai UAS Kelas VIII dari Sampel

Kelompok Jumlah Data

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah Rerata SD

Eksperimen I (Metode Demonstrasi)

37 77 50 64,03 5,209

Eksperimen II (Metode Eksperimen)

37 77 51 64,16 5,933

(Sumber: data skunder diolah)

90

Page 112: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diperoleh gambaran bahwa dua kelas

eksperimen memiliki rerata yang hampir sama yaitu untuk kelas eksperimen I

sebesar 64,03 dan untuk kelas eksperimen II sebesar 64,16. Nilai tertinggi dan

terendah dari dua kelas sampel juga sama, yaitu untuk kelas eksperimen I nilai

tertinggi dan terendah adalah 77 dan 50, sedangkan untuk kelas eksperimen II

nilai tertinggi dan terendah adalah 77 dan 51. Kedua kelas juga memiliki nilai

standard deviasi data yang tidak terlalu jauh, yaitu 5,209 untuk kelas eksperimen

I dan 5,933 untuk kelas eksperimen II, hal ini mencerminkan penyimpangan data

dari nilai tengah data atau rerata data tidak terlalu jauh. Berikut ini distribusi

frekuensi dari data nilai UAS IPA yang disajikan dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai UAS IPA Kelas VIII Kelas Eksperimen I

Frekuensi Interval kelas Mutlak Relatif

74,00 – 79,00 3 8,11 % 68,00 – 73,00 3 8,11 % 62,00 – 67,00 23 62,16 % 56,00 – 61,00 7 18,92 % 50,00 – 55,00 1 2,70 %

Jumlah 37 100,00 %

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa persebaran nilai UAS untuk

kelas eksperimen I mengumpul di tengah, dengan frekuensi terbanyak berada di

kelas interval 62,00 – 67,00 dengan frekuensi 23. Berikut ini histogram data nilai

UAS kelas eksperimen I (metode demonstrasi), disajikan dalam gambar 4.1.

(Sumber: data skunder diolah)

Page 113: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Berdasarkan gambar 4.1 histogram data nilai UAS kelas Eksperimen I

(Metode Demonstrasi) dapat diterangkan frekuensi dari masing-masing interval

kelas dari yaitu: frekuensi kelas interval 50,00 – 55,00 sebanyak 1 data; frekuensi

kelas interval 56,00 – 61,00 sebanyak 7 data; frekuensi kelas interval 62,00 –

67,00 sebanyak 23 data; frekuensi kelas interval 68,00 – 73,00 sebanyak 3 data;

dan frekuensi kelas interval 74,00 – 79,00 sebanyak 3 data. Berdasarkan gambar

histogram tersbut disimpulkan bahwa pola distribusi frekuensi data nilai UAS

kelas eksperimen I (metode demonstrasi) berkecenderungan membentuk pola

distribusi normal.

Selanjutnya, berikut ini adalah distribusi frekuensi nilai UAS kelas VIII

untuk kelas eksperimen II (metode eksperimen), disajikan dalam tabel 4.3.

Gambar 4.1 Histogram Data Nilai UAS Kelas Eksperimen I (Metode Demonstrasi)

Page 114: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai UAS IPA Kelas VIII Kelompok Eksperimen II

(Metode Eksperimen) Frekuensi Interval kelas

Mutlak Relatif 74,00 – 79,00 1 2,70% 68,00 – 73,00 9 24,32% 62,00 – 67,00 14 37,84% 56,00 – 61,00 10 27,03% 50,00 – 55,00 3 8,11%

Jumlah 37 100,00%

(Sumber: data skunder diolah)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahu bahwa persebaran nilai UAS untuk

kelas eksperimen I mengumpul di tengah, dengan frekuensi terbanyak berada di

kelas interval 56,00 - 61,00 dengan frekuensi 10 data, dan kelas interval 62,00 –

67,00 dengan frekuensi 14 data. Berikut ini histogram nilai UAS kelas VIII untuk

kelas eksperimen II disajikan dalam gambar 4.2.

Berdasarkan gambar 4.2 histogram data nilai UAS kelas Eksperimen II

(Metode Eksperimen) dapat diterangkan frekuensi dari masing-masing interval

kelas dari yaitu: frekuensi kelas interval 50,00 – 55,00 sebanyak 3 data; frekuensi

kelas interval 56,00 – 61,00 sebanyak 10 data; frekuensi kelas interval 62,00 –

Gambar 4.2 Histogram Data Nilai UAS Kelas Eksperimen II (Metode Eksperimen)

Page 115: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

67,00 sebanyak 14 data; frekuensi kelas interval 68,00 – 73,00 sebanyak 9 data;

dan frekuensi kelas interval 74,00 – 79,00 sebanyak 1 data. Berdasarkan gambar

histogram tersbut disimpulkan bahwa pola distribusi frekuensi data nilai UAS

kelas eksperimen II (metode eksperimen) berkecenderungan membentuk pola

distribusi normal.

Berdasarkan uji statistik uji t terhadap data, yang didahului dengan uji

normalitas dan homogenitas data, dapat disimpulkan bahwa kemampuan sebelum

diberi perlakuan dari 2 kelompok sampel, dengan indikator nilai UAS kelas VIII

dari sampel adalah sama dan seimbang. Uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t

dua pihak data nilai UAS kelas VIII ini dilihat pada lampiran.

2. Data keingintahuan siswa

Pada penelitian ini data keingintahuan siswa diperoleh dari pemberian angket

keingintahuan siswa kepada sampel setelah diberi perlakuan (post-test).

Pembagian kategori keingintahuan tinggi atau rendah didasarkan pada nilai rerata

dari masing-masing kelas sampel. Keingintahuan tinggi jika skor total adalah ≥

mean; dan keingintahuan siswa rendah jika skor total < mean. Deskripsi data

keingintahuan siswa tersebut disajikan dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4 Deskripsi Data Skor Keingintahuan Siswa Setelah Diberi Perlakuan

Kelompok Jumlah Data Skor Tertinggi

Skor Terendah

Rerata (Mean)

SD

Eksperimen I: Metode Demonstrasi

37 130 103 119,11 8,195

Eksperimen II: Metode Eksperimen

37 136 97 119,00 8,822

(Sumber: data primer diolah)

Page 116: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diamati bahwa dari jumlah data 37 responden

kelompok eksperimen I (metode demonstrasi) skor tertinggi dan terendah 130 dan

101, dengan rerata kelompok 119,11 dan standar deviasi 8,195. Sedangkan dari 37

responden kelompok eksperimen II (metode eksperimen) didapatkan skor

tertinggi dan terendah adalah 136 dan 97, dengan rerata kelompok 119,00 dan

standar deviasi 8,822. Kedua kelas juga memiliki nilai standard deviasi data yang

tidak terlalu jauh, hal ini mencerminkan penyimpangan data dari nilai tengah data

atau rerata data tidak terlalu jauh. Berikut ini adalah distribusi frekuensi

keingintahuan siswa pada kelas eksperimen I disajikan pada tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Keingintahuan Siswa Kelompok Eksperimen I

(Metode Demonstrasi) Frekuensi Interval kelas

Mutlak Relatif 126 – 131 5 13,51 % 120 – 125 13 35,14% 114 – 119 12 32,43% 109 – 113 4 10,81% 103 – 108 3 8,11% Jumlah 37 100,00%

(Sumber: data primer diolah)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar yaitu pada

interval 116 – 123 dengan frekuensi 23. Sedangkan frekuensi terendah yaitu

pada interval 140 – 147 dengan frekuensi 1. Berikut ini histogram data skor

keingintahuan siswa kelompok I (metode demonstrasi), disajikan di gambar 4.3.

Page 117: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Berdasarkan gambar 4.3 histogram data skor keingintahuan siswa kelas

Eksperimen I (Metode Demonstrasi) dapat diterangkan frekuensi dari masing-

masing interval kelas dari yaitu: frekuensi kelas interval 103,00 – 108,00

sebanyak 3 data; frekuensi kelas interval 109,00 – 113,00 sebanyak 4 data;

frekuensi kelas interval 114,00 – 119,00 sebanyak 12 data; frekuensi kelas interval

120,00 – 125,00 sebanyak 13 data; dan frekuensi kelas interval 126,00 – 131,00

sebanyak 5 data. Berdasarkan gambar histogram tersbut disimpulkan bahwa pola

distribusi frekuensi data skor keingintahuan siswa kelas eksperimen I (metode

demonstrasi) berkecenderungan membentuk pola distribusi normal.

Berikut ini distribusi frekuensi skor keingintahuan untuk kelas eksperimen

II disajikan dalam tabel 4.6.

Gambar 4.3 Histogram Data Skor Keingintahuan Kelas Eksperimen I (Metode Demonstrasi)

Page 118: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Keingintahuan Siswa Kelompok Eksperimen II

(Metode Eksperimen) Frekuensi Interval kelas

Mutlak Relatif 133 – 141 3 8,11 124 – 132 6 16,22 115 – 123 17 45,95 106 – 114 8 21,62 97 – 105 3 8,11 Jumlah 37 100,00

(Sumber: data primer diolah)

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar yaitu pada interval

115 – 123 dengan frekuensi 17. Sedangkan frekuensi terendah yaitu pada interval

97 – 105 dan kelas interval 133 – 141 dengan frekuensi masing-masing 3. Berikut

ini distribusi frekuensi yang disajikan dalam histogram gambar 4.4.

Berdasarkan gambar 4.4 histogram data skor keingintahuan siswa kelas

Eksperimen II (Metode Eksperimen) dapat diterangkan frekuensi dari masing-

masing interval kelas dari yaitu: frekuensi kelas interval 103,00 – 108,00

sebanyak 3 data; frekuensi kelas interval 109,00 – 113,00 sebanyak 8 data;

Gambar 4.4. Histogram Data Skor Keingintahuan Siswa Kelas Eksperimen I (Metode Demonstrasi)

Page 119: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

frekuensi kelas interval 114,00 – 119,00 sebanyak 17 data; frekuensi kelas interval

120,00 – 125,00 sebanyak 6 data; dan frekuensi kelas interval 126,00 – 131,00

sebanyak 3 data. Berdasarkan gambar histogram tersbut disimpulkan bahwa pola

distribusi frekuensi data skor keingintahuan siswa kelas eksperimen II (metode

eksperimen) berkecenderungan membentuk pola distribusi normal.

3. Data perhatian siswa

Data perhatian siswa diperoleh dari pemberian angket perhatian siswa kepada

sampel. Pembagian kategori perhatian tinggi dan rendah berdasarkan nilai rerata

(mean) dari masing-masing kelas sampel setelah diberi perlakuan (post-test).

Perhatian tinggi jika skor total adalah ≥ mean; dan perhatian siswa rendah jika

skor total < mean. Deskripsi data perhatian siswa disajikan dalam tabel 4.7.

Tabel 4.7 Deskripsi Data Skor Perhatian Siswa Setelah Diberi Perlakuan

Kelompok Jumlah Data Skor Tertinggi

Skor Terendah

Rerata (Mean)

SD

Eksperimen I: Metode Demonstrasi

37 141 103 119,00

8,615

Eksperimen II:

Metode Eksperimen

37 134 111 120,59 6,112

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari jumlah data 37

responden kelompok eksperimen I (metode demonstrasi) skor tertinggi dan

terendah 141 dan 103, dengan rerata kelompok 119,00 dan standar deviasi 8,615.

Sedangkan dari 34 responden kelompok eksperimen II (metode eksperimen)

diperoleh skor tertinggi dan terendah adalah 134 dan 111, dengan rerata kelompok

(Sumber: data primer diolah)

Page 120: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

120,59 dan standar deviasi 6,112. Nilai standar deviasi kelas eksperimen I sebesar

8,615 adalah lebih besar daripada nilai standar deviasi kelas eksperimen II yang

sebesar 6,112. Keadaan ini mengindikasikan bahwa penyimpangan data terhadap

nilai tengah atau rerata nilai kelompok pada kelas eksperimen I lebih melebar jika

dibandingkan dengan kelas eksperimen II. Selanjutnya, berikut ini distribusi

frekuensi perhatian siswa pada kelas eksperimen I disajikan pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Skor Perhatian Siswa Kelompok Eksperimen I

(Metode Demonstrasi)

Frekuensi Interval kelas Mutlak Relatif

135 - 142 1 2,70% 127 – 134 6 16,22% 119 – 126 12 35,14% 111 – 118 13 32,43% 103 – 110 5 13,51% Jumlah 37 100,00%

(Sumber: data primer diolah)

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa distribusi data mengumpul di

tengah kelas dengan frekuensi terbesar yaitu pada kelas interval 111 – 118 dengan

frekuensi 13 data, dan kelas interval 119 – 126 dengan frekuensi 12 data.

Sedangkan frekuensi terendah yaitu pada interval 135 – 14 dengan frekuensi 1

data. Berikut ini distribusi frekuensi yang disajikan dalam histogram gambar 4.5.

Page 121: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Gambar 4.5 Histogram Data Skor Perhatian Siswa Kelas Eksperimen I (Metode Demonstrasi)

Berdasarkan gambar 4.5 histogram data skor perhatian siswa kelas

Eksperimen I (Metode Demonstrasi) dapat diterangkan frekuensi dari masing-

masing interval kelas dari yaitu: frekuensi kelas interval 103,00 – 110,00

sebanyak 5 data; frekuensi kelas interval 111,00 – 118,00 sebanyak 13 data;

frekuensi kelas interval 119,00 – 126,00 sebanyak 12 data; frekuensi kelas interval

127,00 – 134,00 sebanyak 6 data; dan frekuensi kelas interval 135,00 – 142,00

sebanyak 1 data. Berdasarkan gambar histogram tersbut disimpulkan bahwa pola

distribusi frekuensi data skor keingintahuan siswa kelas eksperimen I (metode

demonstrasi) berkecenderungan membentuk pola distribusi normal.

Berikut ini distribusi frekuensi skor perhatian siswa kelompok eksperimen

II (metode eksperimen) yang disajikan dalam tabel 4.9.

Page 122: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Skor Perhatian Siswa Kelompok Eksperimen II

(Metode Eksperimen)

Frekuensi Interval kelas Mutlak Relatif

131 – 135 3 8,11 126 – 130 3 8,11 121 – 125 10 27,03 116 – 120 12 32,43 111 – 115 9 24,32 Jumlah 37 100,00

(Sumber: Data Primer diolah)

Pada tabel 4.9 dapat dilihat distribusi frekuensi data mengumpul di tengah

dengan frekuensi terbesar yaitu pada interval 116 – 120 dengan frekuensi 12 data,

dan kelas interval 121 – 125 dengan frekuensi 10 data. Sedangkan frekuensi

terendah yaitu pada interval 131 – 135 dan interval 126 – 130, dengan masing-

masing frekuensi 3 data. Berikut ini distribusi frekuensi yang disajikan dalam

histogram gambar 4.6.

Page 123: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Berdasarkan gambar 4.6 histogram data skor keingintahuan siswa kelas

Eksperimen II (Metode Eksperimen) dapat diterangkan frekuensi dari masing-

masing interval kelas dari yaitu: frekuensi kelas interval 103,00 – 110,00

sebanyak 9 data; frekuensi kelas interval 111,00 – 118,00 sebanyak 12 data;

frekuensi kelas interval 119,00 – 126,00 sebanyak 10 data; frekuensi kelas interval

127,00 – 134,00 sebanyak 3 data; dan frekuensi kelas interval 135,00 – 142,00

sebanyak 3 data. Berdasarkan gambar histogram tersbut disimpulkan bahwa pola

distribusi frekuensi data skor keingintahuan siswa kelas eksperimen II (metode

eksperimen) berkecenderungan membentuk pola distribusi normal.

4. Data nilai tes kognitif prestasi belajar siswa

Data tes prestasi siswa (ranah kognitif) diperoleh dari pemberian soal tes

prestasi belajar kepada sampel setelah diberi perlakuan (post-test). Deskripsi data

perhatian siswa tersebut disajikan dalam tabel 4.10.

Gambar 4.6 Histogram Data Skor Perhatian Siswa Kelas Eksperimen II (Metode Eksperimen)

Page 124: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Tabel 4.10 Deskripsi Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa

Kelompok Jumlah Data Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Rerata (Mean)

SD

Eksperimen I: Metode Demonstrasi

37 78,00 35,00 55,22 10,038

Eksperimen II: Metode Eksperimen

37 79,00 35,00 60,31 10,867

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari jumlah data 37

responden kelompok eksperimen I (metode demonstrasi) nilai tertinggi dan

terendah yaitu 78,00 dan 35,00; dengan rerata kelompok 55,22 dan standar deviasi

10,038. Sedangkan dari 37 responden kelompok eksperimen II (metode

demonstrasi) diperoleh nilai tertinggi dan terendah adalah 79,00 dan 35,00;

dengan rerata kelompok 60,31 dan standar deviasi 10,867. Kedua kelas juga

memiliki nilai standar deviasi data yang tidak terlalu jauh, hal ini mencerminkan

penyimpangan data dari nilai tengah data atau rerata data tidak terlalu jauh.

Berikut ini distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar siswa (ranah kognitif) pada

kelas eksperimen II (metode eksperimen) disajikan pada tabel 4.11 berikut ini.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar

Siswa Kelompok Eksperimen I (Metode Demonstrasi)

Frekuensi Interval kelas Mutlak Relatif

71,00 – 79,00 2 5,41 62,00 – 70,00 7 18,92 53,00 – 61,00 11 29,73 44,00 – 52,00 14 37,84 35,00 – 43,00 3 8,11

Jumlah 37 100,00

(Sumber: data primer diolah)

(Sumber: data primer diolah)

Page 125: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar yaitu pada

interval 44,00 – 52,00 dengan frekuensi 14 data, dan kelas interval 53,00 –

61,00 dengan frekuensi 11 data. Sedangkan frekuensi terendah yaitu pada interval

71,00 – 79,00 dengan frekuensi 2 data. Berikut ini distribusi frekuensi yang

disajikan dalam histogram gambar 4.7.

Berdasarkan gambar 4.7 histogram data skor perhatian siswa kelas

Eksperimen I (Metode Demonstrasi) dapat diterangkan frekuensi dari masing-

masing interval kelas dari yaitu: frekuensi kelas interval 35,00 – 43,00 sebanyak

3 data; frekuensi kelas interval 44,00 – 52,00 sebanyak 14 data; frekuensi kelas

interval 53,00 – 61,00 sebanyak 11 data; frekuensi kelas interval 62,00 – 70,00

sebanyak 7 data; dan frekuensi kelas interval 71,00 – 79,00 sebanyak 2 data.

Berdasarkan gambar histogram tersbut disimpulkan bahwa pola distribusi

frekuensi data skor keingintahuan siswa kelas eksperimen I (metode demonstrasi)

berkecenderungan membentuk pola distribusi normal cenderung ke kelas bawah.

Gambar 4.7 Histogram Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen I (Metode Demonstrasi)

Page 126: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Berikut ini distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar (ranah kognitif)

siswa kelompok eksperimen II (metode eksperimen) disajikan dalam tabel 4.12.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa

Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)

Frekuensi Interval kelas Mutlak Relatif

71,00 – 79,00 8 21,62 62,00 – 70,00 12 32,43 53,00 – 61,00 9 24,32 44,00 – 52,00 4 10,81 35,00 – 43,00 4 10,81

Jumlah 37 100,00

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar yaitu pada

interval 62,00 – 70,00 dengan frekuensi 12 data. Sedangkan frekuensi terendah

yaitu pada interval 129 – 138 dan interval 139 – 148, dengan masing-masing

frekuensi 2. Berikut ini distribusi frekuensi yang disajikan dalam histogram

gambar 4.8.

(sumber: data primer diolah)

Gambar 4.8 Histogram Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen II (Metode Eksperimen)

Page 127: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Berdasarkan gambar 4.8 histogram data skor perhatian siswa kelas

Eksperimen II (Metode Eksperimen) dapat diterangkan frekuensi dari masing-

masing interval kelas dari yaitu: frekuensi kelas interval 35,00 – 43,00 sebanyak

4 data; frekuensi kelas interval 44,00 – 52,00 sebanyak 4 data; frekuensi kelas

interval 53,00 – 61,00 sebanyak 9 data; frekuensi kelas interval 62,00 – 70,00

sebanyak 12 data; dan frekuensi kelas interval 71,00 – 79,00 sebanyak 8 data.

Berdasarkan gambar histogram tersbut disimpulkan bahwa pola distribusi

frekuensi data skor keingintahuan siswa kelas eksperimen II (metode eksperimen)

berkecenderungan membentuk pola distribusi normal cenderung ke kelas atas.

5. Data Angket afektif prestasi belajar siswa

Data angket prestasi belajar siswa (ranah afektif) diperoleh dari pemberian

angket prestasi belajar siswa (ranah afektif) kepada sampel setelah diberi

perlakuan (post-test). Deskripsi data prestasi belajar siswa (ranah afektif) tersebut

disajikan dalam tabel 4.13.

Tabel 4.13 Deskripsi Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa

Kelompok Jumlah Data Skor Tertinggi

Skor Terendah

Rerata (Mean)

SD

Eksperimen I: Metode Demonstrasi

37 130,00 85,00 105,69 10,482

Eksperimen II: Metode Eksperimen

37 129,00 85,00 110,31 10,867

(Sumber: data primer diolah)

Page 128: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dijelaskan bahwa dari jumlah data 37

responden kelompok eksperimen I (metode demonstrasi) skor tertinggi dan

terendah yaitu 130,00 dan 85,00; dengan rerata kelompok 105,69 dan standar

deviasi 10,482. Sedangkan dari 37 responden kelompok eksperimen II (metode

eksperimen) diperoleh skor tertinggi dan terendah adalah 129,00 dan 85,00;

dengan rerata kelompok 110,31 dan standar deviasi 10,867. Sedangkan untuk

distribusi frekuensi skor prestasi belajar siswa (ranah afektif) pada kelas

eksperimen I (metode demonstrasi) disajikan pada tabel 4.14 berikut ini.

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa

Kelompok Eksperimen I (Metode Demonstrasi)

Frekuensi Interval kelas Mutlak Relatif

125,00 – 134,00 3 8,11 115,00 – 124,00 4 10,81 105,00 – 114,00 14 37,84 95,00 – 104,00 13 35,14 85,00 – 94,00 3 8,11

Jumlah 37 100,00

(Sumber: data primer diolah)

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar yaitu pada

interval 105 – 114 dengan frekuensi 14. Sedangkan frekuensi terendah yaitu

pada interval 85 – 94 dan interval 125 – 134 dengan masing-masing frekuensi 3

data. Berikut ini distribusi frekuensi yang disajikan dalam histogram gambar 4.9.

Page 129: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Berdasarkan gambar 4.9 histogram data skor perhatian siswa kelas

Eksperimen I (Metode Demonstrasi) dapat diterangkan frekuensi dari masing-

masing interval kelas dari yaitu: frekuensi kelas interval 85,00 – 94,00 sebanyak

3 data; frekuensi kelas interval 95,00 – 104,00 sebanyak 13 data; frekuensi kelas

interval 105,00 – 114,00 sebanyak 14 data; frekuensi kelas interval 115,00 –

124,00 sebanyak 4 data; dan frekuensi kelas interval 125,00 – 134,00 sebanyak 3

data. Berdasarkan gambar histogram tersbut disimpulkan bahwa pola distribusi

frekuensi data skor keingintahuan siswa kelas eksperimen I (Metode Demonstrasi)

berkecenderungan membentuk pola distribusi normal.

Berikut ini distribusi frekuensi skor angket prestasi belajar (ranah afektif)

siswa kelompok eksperimen II (metode eksperimen) disajikan dalam tabel 4.15.

Gambar 4.9 Histogram Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa

Kelas Eksperimen I (Metode Demonstrasi)

Page 130: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa

Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)

Frekuensi Interval kelas Mutlak Relatif

125,00 – 134,00 3 8,11 115,00 – 124,00 12 32,43 105,00 – 114,00 13 35,14 95,00 – 104,00 5 13,51 85,00 – 94,00 4 10,81

Jumlah 37 100,00

(Sumber: data primer diolah)

Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar yaitu pada

interval 105,00 – 124,00 dengan frekuensi 13, dan pada kelas interval 115,00 –

124,00 dengan frekuensi 12 data. Sedangkan frekuensi terendah yaitu pada

interval 125,00 – 134,00 dengan frekuensi 2 data. Berikut ini distribusi frekuensi

yang disajikan dalam histogram gambar 4.10.

Berdasarkan gambar 4.10 histogram data skor perhatian siswa kelas

Eksperimen II (Metode Eksperimen) dapat diterangkan frekuensi dari masing-

masing interval kelas dari yaitu: frekuensi kelas interval 85,00 – 94,00 sebanyak

Gambar 4.10 Histogram Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siwa Kelas Eksperimen II (Metode Eksperimen)

Page 131: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

4 data; frekuensi kelas interval 95,00 – 104,00 sebanyak 5 data; frekuensi kelas

interval 105,00 – 114,00 sebanyak 13 data; frekuensi kelas interval 115,00 –

124,00 sebanyak 12 data; dan frekuensi kelas interval 125,00 – 134,00 sebanyak 3

data. Berdasarkan gambar histogram tersbut disimpulkan bahwa pola distribusi

frekuensi data skor keingintahuan siswa kelas Eksperimen II (Metode

Eksperimen) berkecenderungan membentuk pola distribusi normal.

B. Uji Prasyarat Analisis

Untuk melakukan uji analisis data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji

prasayarat analisis. Uji prasayarat analisis yang dimaksud adalah uji normalitas

data dan uji homogenitas data.

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap data nilai tes kognitif dan angket afektif

dari prestasi belajar siswa. Grafik hasil uji normalitas untuk data nilai tes kognitif

prestasi belajar siswa dalam gambar 4.11 dan angket afektif prestasi belajar siswa

disajikan dalam dan gambar 4.12.

Page 132: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

9080706050403020

99.9

99

95

90

80706050403020

10

5

1

0.1

Kognitif

Pe

rce

nt

Mean 57.76StDev 10.70N 74RJ 0.997P-Value >0,100

Probability Plot of KognitifNormal

Gambar 4.11 Grafik Uji Normalitas Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa

Gambar 4.11 adalah grafik QQ-plot output Minitab dari uji normalitas data

nilai tes kognitif Prestasi Belajar. Sumbu horisontal adalah nilai kognitif dan

sumbu vertikal adalah persentase. Berdasarkan gambar 4.11 dapat diketahui

bahwa data berada pada sumbu x (kognitif) di rentang nilai 35 s.d. 80. Data juga

tersebar di sekitar garis lurus dengan kemiringan tertentu. Sehingga berdasarkan

pola tersebut dapat dikatakan data menyebar secara normal. Kesimpulan

berdasarkan pola persebaran data tersebut dikuatkan dengan pengujian statistic

atas hipotesis normalitas, menggunakan pengujian Ryan-Joiner (RJ) pada

signifikansi 0,05 yang menunjukkan bahwa harga p-value = 0,100 atau p-value >

0,05. Berddasarkan nilai p-value tersebut dapat diambil kesimpulan yang

diperoleh adalah Ho ditolak hal ini berarti data prestasi belajar siswa (ranah

kognitif) dalam penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Rangkuman hasil keputusan uji normalitas data nilai tes prestasi belajar siswa

ranah kognitif dan ranah afektif disajikan dalam tabel 4.16.

Page 133: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Tabel 4.16 Rangkuman Keputusan Uji Normalitas Masing-Masing Kriteria Normalitas Data Kognitif

Kelompok p-value Keputusan Kesimpulan A1B1C1 > 0,100 Ho di tolak Normal A1B1C2 > 0,100 Ho di tolak Normal A1B2C1 > 0,100 Ho di tolak Normal A1B2C2 > 0,100 Ho di tolak Normal A2B1C1 > 0,100 Ho di tolak Normal A2B1C2 > 0,100 Ho di tolak Normal A2B2C1 > 0,100 Ho di tolak Normal A2B2C2 > 0,100 Ho di tolak Normal A1B1C > 0,100 Ho di tolak Normal A2B1C > 0,100 Ho di tolak Normal A1BC1 > 0,100 Ho di tolak Normal A2BC2 > 0,100 Ho di tolak Normal A1 > 0,100 Ho di tolak Normal A2 > 0,100 Ho di tolak Normal

Berdasarkan tabel 4.16 dketahui bahwa untuk kelompok metode

demonstrasi dengan: 1) keingintahuan kategori tinggi dan perhatian tinggi

(A1B1C1) memperoleh p-value > 0,100 sehingga diperoleh kesimpulan uji data

adalah normal. Untuk kelompok metode eksperimen dengan keingintahuan

kategori rendah dan perhatian rendah (A2B2C2) memperoleh p-value > 0,100

sehingga diperoleh kesimpulan uji data adalah normal. untuk kelompok metode

demonstrasi dengan keingintahuan kategori tinggi dan perhatian tinggi dan rendah

(A1B1C) memperoleh p value > 0,100 sehingga diperoleh kesimpulan uji data

normal. Untuk kelompok metode eksperimen dengan keingintahuan kategori

tinggi dan rendah dan perhatian rendah (A2BC2) memperoleh p-value > 0,100

sehingga diperoleh kesimpulan uji data adalah normal. Untuk kelompok metode

eksperimen (A2) dan demonstrasi (A1) memperoleh p-value > 0,100 sehingga

diperoleh kesimpulan uji data adalah normal.

Berikut ini output grafik hasil uji normalitas untuk data angket afektif prestasi

belajar siswa disajikan dalam dan gambar 4.12.

(Sumber: data primer diolah)

Page 134: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

150140130120110100908070

99.9

99

9590

80706050403020

10

5

1

0.1

Afektif

Pe

rce

nt

Mean 108StDev 10.85N 74RJ 0.998P-Value >0,100

Probability Plot of AfektifNormal

Gambar 4.12 Grafik Uji Normalitas Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa

Gambar 4.12 adalah grafik QQ-plot output Minitab dari uji normalitas data

skor angket afektif Prestasi Belajar Siswa. Sumbu horisontal adalah nilai kognitif

dan sumbu vertikal adalah persentase. Berdasarkan gambar 4.12 dapat diketahui

bahwa data berada pada sumbu x (kognitif) di rentang nilai 35 s.d. 80. Data juga

tersebar di sekitar garis lurus dengan kemiringan tertentu. Sehingga berdasarkan

pola tersebut dapat dikatakan data menyebar secara normal. Kesimpulan

berdasarkan pola persebaran data tersebut dikuatkan dengan pengujian statistic

atas hipotesis normalitas, menggunakan pengujian Ryan-Joiner (RJ) pada

signifikansi 0,05 yang menunjukkan bahwa harga p-value = 0,100 atau p-value >

0,05. Kesimpulan yang diperoleh adalah Ho ditolak hal ini berarti data prestasi

belajar siswa dalam penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Rangkuman hasil keputusan uji normalitas data nilai tes prestasi belajar siswa

(ranah kognitif) disajikan dalam tabel 4.17.

Page 135: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Tabel 4.17 Rangkuman Keputusan Uji Normalitas Masing-Masing Kriteria Normalitas Data Afektif

Kelompok p-value Keputusan Kesimpulan A1B1C1 > 0,100 Ho di tolak Normal A1B1C2 > 0,100 Ho di tolak Normal A1B2C1 > 0,100 Ho di tolak Normal A1B2C2 > 0,100 Ho di tolak Normal A2B1C1 > 0,100 Ho di tolak Normal A2B1C2 > 0,100 Ho di tolak Normal A2B2C1 > 0,100 Ho di tolak Normal A2B2C2 > 0,100 Ho di tolak Normal A1B1C > 0,100 Ho di tolak Normal A2B1C > 0,100 Ho di tolak Normal A1BC1 > 0,100 Ho di tolak Normal A2BC2 > 0,100 Ho di tolak Normal A1 > 0,100 Ho di tolak Normal A2 > 0,100 Ho di tolak Normal

(Sumber: data primer diolah)

Berdasarkan tabel 4.17 dketahui bahwa untuk kelompok metode

demonstrasi dengan: 1) keingintahuan kategori tinggi dan perhatian tinggi

(A1B1C1) memperoleh p-value > 0,100 sehingga diperoleh kesimpulan uji data

adalah normal. Untuk kelompok metode eksperimen dengan keingintahuan

kategori rendah dan perhatian rendah (A2B2C2) memperoleh p-value > 0,100

sehingga diperoleh kesimpulan uji data adalah normal. untuk kelompok metode

demonstrasi dengan keingintahuan kategori tinggi dan perhatian tinggi dan rendah

(A1B1C) memperoleh p value > 0,100 sehingga diperoleh kesimpulan uji data

normal. Untuk kelompok metode eksperimen dengan keingintahuan kategori

tinggi dan rendah dan perhatian rendah (A2BC2) memperoleh p-value > 0,100

sehingga diperoleh kesimpulan uji data adalah normal. Untuk kelompok metode

eksperimen (A2) dan demonstrasi (A1) memperoleh p-value > 0,100 sehingga

diperoleh kesimpulan uji data adalah normal.

Page 136: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

2

1

15141312111098

Met

ode

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

2

1

807060504030

Met

ode

Kognitif

Test Statistic 0.85P-Value 0.636

Test Statistic 0.20P-Value 0.657

F-Test

Levene's Test

Test for Equal Variances for Kognitif

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang bersifat homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan pada data

data prestasi belajar (ranah kognitif) versus keiingintahuan siswa, prestasi belajar

(ranah kognitif) versus perhatian siswa, dan prestasi belajar (ranah kognitif)

versus metode. Demikian juga untuk data prestasi belajar (ranah afektif) versus

keingintahuan siswa, prestasi belajar (ranah afektif) versus perhatian siswa, dan

prestasi belajar (ranah afektif) versus metode Uji homogenitas menggunakan uji

Tes-F dan Tes-Levene, dengan alat bantu statistik program Minitab 15.

a. Uji homogenitas nilai tes kognitif prestasi belajar ditinjau dari metode

Berikut ini output grafik hasil perhitungan uji homogenitas, disajikan dalam

gambar 4.13.

Gambar 4.13 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Ditinjau dari Metode Pembelajaran

Gambar 4.13 adalah grafik boxplot output Minitab untuk uji kesamaan

varians yang berguna dalam penentuan homogenitas nilai tes kognitif prestasi

belajar siswa. Pada bagian atas adalah boxplot dengan sumbu horisontal interval

Page 137: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

keterpercayaan untuk standar deviasi data pada taraf kepercayaan 95 % atau taraf

signifikansi α = 0,05; dan sumbu vertikal menunjukkan dua kategori metode yaitu

metode demonstrasi (1) dan metode eksperimen (2). Sedangkan bagian bawah

adalah boxplot dengan sumbu horizontal nilai tes kognitif dan sumbu vertikal

menunjuk dua kategori metode demonstrasi (1) dan metode eksperimen (2).

Berdasarkan pola boxplot tersebut data tidak simetris yang ditunjukkan dengan

garis skewness yang tidak sama panjang, dengan median kelas metode

demonstrasi cenderung ke kiri dan median kelas metode eksperimen cenderung ke

kanan. Letak median kelas metode demonstrasi cenderung ke kiri sedangkan

median kelas metode eksperimen cenderung ke kanan. Boxplot tidak

menunjukkan data outlier yang hal ini berarti data adalah homogen.

Kesimpulan berdasar pola grafik boxplot tersebut diperkuat dengan uji

statistik uji homogenitas untuk tingkat signifikansi α = 0,05 menghasilkan harga

p-value = 0,814 pada F-test sedangkan pada Leven’s Test menunjukkan harga p-

value = 0,746, dengan demikian p-value > 0,005. Kesimpulan uji homogenitas

prestasi belajar (ranah kognitif) ditinjau dari media pembelajaran menyatakan

bahwa Ho ditolak yang berarti bahwa data sampel dalam penelitian berasal dari

populasi yang homogen.

b. Uji homogenitas nilai tes kognitif prestasi belajar siswa ditinjau dari

keingintahuan

Berikut ini output dalam bentuk grafik hasil perhitungan uji homogenitas,

disajikan dalam gambar 4.14.

Page 138: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

1

0

15141312111098K

en

gint

ah

uan

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

1

0

1301201101009080

Ke

ngin

tahu

an

Kognitif

Test Statistic 1.00P-Value 0.997

Test Statistic 0.04P-Value 0.843

F-Test

Levene's Test

Test for Equal Variances for Kognitif

Gambar 4.14 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Kognitif

Prestasi Belajar Ditinjau dari Keingintahuan Siswa

Berdasarkan gambar 4.14 diketahui pola boxplot tersebut data tidak

simetris yang ditunjukkan dengan garis skewness yang tidak sama panjang,

dengan median kelas metode demonstrasi cenderung ke kiri dan median kelas

metode eksperimen cenderung ke kanan. Letak median kelas metode demonstrasi

cenderung ke kiri dan median kelas metode eksperimen cenderung ke kiri.

Boxplot tidak menunjukkan data outlier yang hal ini berarti data adalah homogen.

Kesimpulan berdasar pola grafik boxplot tersebut diperkuat dengan uji

statistik uji homogenitas untuk tingkat signifikansi α = 0,05 menghasilkan harga

p-value = 0,997 pada F-test sedangkan pada Leven’s Test menunjukkan harga p-

value = 0,843, dengan demikian p-value > 0,005 dan kesimpulan uji homogenitas

prestasi belajar (ranah kognitif) ditinjau dari keingintahuan siswa menyatakan

bahwa Ho ditolak, yang berarti bahwa data sampel dalam penelitian berasal dari

populasi yang homogen.

Page 139: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

1

0

141312111098

Pe

rhat

ian

Sis

wa

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

1

0

807060504030

Pe

rha

tia

n S

isw

a

Kognitif

Test Statistic 0.92P-Value 0.814

Test Statistic 0.11P-Value 0.746

F-Test

Levene's Test

Test for Equal Variances for Kognitif

c. Uji homogenitas nilai tes kognitif prestasi belajar siswa ditinjau dari

perhatian siswa

Berikut ini output dalam bentuk grafik hasil perhitungan uji homogenitas

prestasi belajar (ranah kognitif) ditinjaui dari perhatian siswa, disajikan dalam

gambar 4.15.

Gambar 4.15 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Kognitif

Prestasi Belajar Ditinjau dari Perhatian Siswa

Berdasarkan gambar 4.15 diketahui pola boxplot tersebut data tidak

simetris yang ditunjukkan dengan garis skewness yang tidak sama panjang,

dengan median kelas metode demonstrasi cenderung ke kiri dan median kelas

metode eksperimen cenderung ke kanan. Letak median kelas metode demonstrasi

cenderung ke kiri dan median kelas metode eksperimen cenderung ke kiri.

Boxplot tidak menunjukkan data outlier yang hal ini berarti data adalah homogen.

Kesimpulan berdasar pola grafik boxplot tersebut diperkuat dengan uji

statistik uji homogenitas untuk tingkat signifikansi α = 0,05 menghasilkan harga

p-value = 0,814 pada F-test sedangkan pada Leven’s Test menunjukkan harga p-

Page 140: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

2

1

15141312111098

Me

tode

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

2

1

1301201101009080

Met

ode

A fektif

Test Statistic 0.93P-Value 0.830

Test Statistic 0.15P-Value 0.701

F-Test

Levene's Test

Test for Equal Variances for Afektif

value = 0,746, dengan demikian p-value > 0,005 dan kesimpulan uji homogenitas

prestasi belajar (ranah kognitif) ditinjau dari keingintahuan siswa menyatakan

bahwa Ho ditolak, yang berarti bahwa data sampel dalam penelitian berasal dari

populasi yang homogen.

d. Uji homogenitas skor angket afektif prestasi belajar ditinjau dari metode

Berikut ini output dalam bentuk grafik hasil perhitungan uji homogenitas

prestasi belajar (ranah afektif) ditinjaui dari metode siswa, disajikan dalam

gambar 4.16.

Gambar 4.16 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Ditinjau dari Metode Pengajaran

Berdasarkan gambar 4.15 diketahui pola boxplot tersebut data tidak

simetris yang ditunjukkan dengan garis skewness yang tidak sama panjang,

dengan median kelas metode demonstrasi cenderung ke kiri dan median kelas

metode eksperimen cenderung ke kiri. Letak median kelas metode demonstrasi

cenderung ke kiri dan median kelas metode eksperimen cenderung ke kanan.

Page 141: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

1

0

15141312111098

Ken

gin

tahu

an

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

1

0

1301201101009080

Ke

ngin

tahu

an

A fektif

Test Statistic 1.00P-Value 0.997

Test Statistic 0.04P-Value 0.843

F-Test

Levene's Test

Test for Equal Variances for Afektif

Boxplot untuk kelas metode demonstrasi tedapat data satu outlier, sedangkan

boxplot kelas metode eksperimen tidak terdaat data outlier; dengan kondisi ini

dapat disimpulkan data adalah homogen.

Kesimpulan berdasar pola grafik boxplot tersebut diperkuat dengan uji

statistik uji homogenitas untuk tingkat signifikansi α = 0,05 pada pengujian

prestasi belajar (ranah afektif) menghasilkan harga p-value = 0,830 pada F-test

sedangkan pada Leven’s Test menunjukkan harga p-value = 0,701, dengan

demikian p-value > 0,005 dan kesimpulan uji homogenitas prestasi belajar (ranah

afektif) ditinjau dari metode pengajaran menyatakan bahwa Ho ditolak, yang

berarti bahwa data sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang homogen.

e. Uji homogenitas skor angket afektif prestasi belajar ditinjau dari

keingintahuan siswa

Berikut ini output dalam bentuk grafik hasil perhitungan uji homogenitas

prestasi belajar (ranah afektif) ditinjaui dari keingintahuan siswa, disajikan dalam

gambar 4.17.

Gambar 4.17 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Ditinjau dari Keingintahuan Siswa

Page 142: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Berdasarkan gambar 4.15 diketahui pola boxplot tersebut data tidak

simetris yang ditunjukkan dengan garis skewness yang tidak sama panjang,

dengan median kelas metode demonstrasi cenderung ke kiri dan median kelas

metode eksperimen cenderung ke kanan. Letak median kelas metode demonstrasi

cenderung ke kiri dan median kelas metode eksperimen cenderung ke kanan.

Boxplot tidak menunjukkan adanya data outlier; dengan kondisi ini dapat

disimpulkan data adalah homogen.

Kesimpulan berdasar pola grafik boxplot tersebut diperkuat dengan uji

statistik uji homogenitas untuk tingkat signifikansi α = 0,05 pada pengujian

prestasi belajar (ranah afektif) menghasilkan harga p-value = 0,997 pada F-test

sedangkan pada Leven’s Test menunjukkan harga p-value = 0,843, dengan

demikian p-value > 0,005 dan kesimpulan uji homogenitas prestasi belajar (ranah

afektif) ditinjau dari keingintahuan siswa menyatakan bahwa Ho ditolak, yang

berarti bahwa data sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang homogen.

f. Uji homogenitas skor angket afektif prestasi belajar ditinjau dari

perhatian siswa

Berikut ini output dalam bentuk grafik hasil perhitungan uji homogenitas

prestasi belajar (ranah afektif) ditinjaui dari perhatian siswa, disajikan dalam

gambar 4.18.

Page 143: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

1

0

15141312111098

Per

hati

an S

isw

a

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

1

0

1301201101009080

Per

hati

an S

isw

a

A fektif

Test Statistic 0.90P-Value 0.744

Test Statistic 0.14P-Value 0.712

F-Test

Levene's Test

Test for Equal Variances for Afektif

Gambar 4.18 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Afektif

Prestasi Belajar Ditinjau dari Perhatian Siswa

Berdasarkan gambar 4.15 diketahui pola boxplot tersebut data tidak

simetris yang ditunjukkan dengan garis skewness yang tidak sama panjang,

dengan median kelas metode demonstrasi cenderung ke kiri dan median kelas

metode eksperimen cenderung ke kiri. Letak median kelas metode demonstrasi

cenderung ke kiri dan median kelas metode eksperimen cenderung ke kiri.

Boxplot tidak menunjukkan adanya data outlier; dengan kondisi ini dapat

disimpulkan data adalah homogen.

Kesimpulan berdasar pola grafik boxplot tersebut diperkuat dengan uji

statistik uji homogenitas untuk tingkat signifikansi α = 0,05 menghasilkan harga

p-value = 0,744 pada F-test sedangkan pada Leven’s Test menunjukkan harga p-

value = 0,712, dengan demikian p-value > 0,005 dan kesimpulan uji homogenitas

prestasi belajar (ranah afektif) ditinjau dari keingintahuan siswa menyatakan

bahwa Ho ditolak, yang berarti bahwa data sampel dalam penelitian berasal dari

populasi yang homogen.

Page 144: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

C. Uji Hipotesis

Setelah syarat normalitas dan homogenitas data terpenuhi maka selanjutnya

dilakukan pengujian hipotesis penelitian.Uji yang dilakukan adalah melakukan uji

anava. Jika berdasarkan uji anava dihasilkan hipotesis nul ditolak sehingga

hipotesis alternative diterima, maka dalam keadaan ini akan dilakukan uji lanjut

terhadap hipotesis tersebut. Uji lanjut yang dilakukan adalah uji anom.

a. Uji anava

Berikut ini output hasil uji analisis varians atas prestasi belajar siswa (ranah

kognitif) ditinjau dari metode, keingintahuan siswa, dan perhatian siswa, disajikan

dalam tabel 4.18.

Tabel 4.18 Output Analisis Desain Faktorial Prestasi Belajar (Ranah kognitif) Ditinjau dari Metode, Keingintahuan, dan Perhatian Siswa

General Linear Model: Kognitif versus Metode; Perhatian Si; Kengintahuan Factor Type Levels Values Metode fixed 2 1; 2 Perhatian Siswa fixed 2 0; 1 Kengintahuan fixed 2 0; 1 Analysis of Variance for Kognitif, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Metode 1 480,17 518,66 518,66 6,00 0,017 Perhatian Siswa 1 842,47 865,81 865,81 10,02 0,002 Kengintahuan 1 39,74 39,65 39,65 0,46 0,501 Metode*Perhatian Siswa 1 55,44 82,94 82,94 0,96 0,331 Metode*Kengintahuan 1 819,01 781,34 781,34 9,04 0,004 Perhatian Siswa*Kengintahuan 1 418,50 418,50 418,50 4,84 0,031 Metode*Perhatian Siswa*Kengintahuan 1 0,02 0,02 0,02 0,00 0,988 Error 66 5703,26 5703,26 86,41 Total 73 8358,61 S = 9,29586 R-Sq = 31,77% R-Sq(adj) = 24,53% Unusual Observations for Kognitif Obs Kognitif Fit SE Fit Residual St Resid 71 40,0000 62,2500 2,9396 -22,2500 -2,52 R R denotes an observation with a large standardized residual.

Page 145: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

Tabel 4.18 adalah output Minitab untuk analisis desain factorial dan

analisis varians (anava) untuk prestasi belajar (ranah kognitif) tiga faktor yaitu: 1)

metode, dengan 2 level kategori yaitu metode demonstrasi (nilai kategori 1) dan

metode eksperimen (nilai kategori 2); 2) perhatian siswa, dengan 2 level yaitu

kategori rendah (0) dan kategori tinggi (1); dan 3) keingintahuan, dengan 2 level

yaitu kategori rendah (0) dan kategori tinggi (1). Berdasarkan tabel 4.18 dapat

diamati analisis varians untuk tes kognitif terdiri dari 3 faktor (metode, perhatian,

dan keingintahuan) dan 4 interaksi (yaitu metode versus perhatian, metode versus

keingintahuan, perhatian versus keingintahuan, dan metode versus perhatian

versus keingintahuan). Tabel 4.18 juga menunjukkan adanya unusual observation

yaitu data ke 71 yang memiliki nilai residual negatif.

Selanjutnya, masih berdasarakan tabel 4.18, dapat diamati nilai p-value

untuk tiga faktor dan empat interaksi: Faktor metode memiliki nilai p-value

sebesar 0, 017; faktor perhatian memiliki nilai p-value sebesar 0, 002; faktor

keingintahuan memiliki nilai p-value sebesar 0, 501; interaksi metode versus

perhatian memiliki nilai p-value sebesar 0, 331; interaksi metode versus

keingintahuan memiliki nilai p-value sebesar 0, 004; interaksi perhatian versus

keingintahuan memiliki nilai p-value sebesar 0, 031; interaksi metode versus

perhatian versus keingintahuan memiliki nilai p-value sebesar 0, 988. Selanjutnya,

untuk menentukan keputusan uji hipotesis nilai p-value dibandingkan dengan nilai

taraf signifikansi α yang dalam penelitian ini dipilih nilai α sebesar 5% atau 0,05.

Berikut ini khusus dirangkum nilai p-value untuk uji hipotesis terhadap prestasi

belajar ranah kognitif, disajikan dalam tabel 4.19.

Page 146: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Tabel 4.19 Rangkuman p-value Uji Hipotesis Ranah Kognitif Untuk α = 0,05 Hipotesis ke- p-value keputusan

1 0,017 (p < α) H01 ditolak 2 0,002 (p < α) H02 ditolak 3 0,501 (p < α) H03 tidak ditolak 4 0,331 (p > α) H04 tidak ditolak 5 0,004 (p < α) H05 ditolak 6 0,031 (p < α) H06 ditolak 7 0,988 (p > α) H07 tidak ditolak

(sumber: data primer, diolah)

Berdasarkan tabel 4.19 diperoleh keputusan uji 4 hipotesis null ditolak

dan 3 hipotesis null tidak ditolak (diterima). Hipotesis null yang ditolak adalah

H01, H02, H05, dan H06. Sedangkan hipotesis null yang tidak ditolak adalah H03,

H04, dan H07.

Berikut ini output hasil uji analisis varians atas prestasi belajar siswa

(ranah afektif) ditinjau dari metode, keingintahuan siswa, dan perhatian siswa,

disajikan dalam tabel 4.20.

Tabel 4.20 Output Analisis Desain Faktorial Prestasi Belajar (Ranah afektif) Ditinjau dari Metode, Keingintahuan, dan Perhatian Siswa

General Linear Model: Afektif versus Metode; Perhatian Si; Kengintahuan Factor Type Levels Values Metode fixed 2 1; 2 Perhatian Siswa fixed 2 0; 1 Kengintahuan fixed 2 0; 1 Analysis of Variance for Afektif, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Metode 1 395,15 436,83 436,83 5,00 0,029 Perhatian Siswa 1 961,34 979,60 979,60 11,22 0,001 Kengintahuan 1 19,09 19,56 19,56 0,22 0,637 Metode*Perhatian Siswa 1 29,87 52,32 52,32 0,60 0,442 Metode*Kengintahuan 1 933,48 889,60 889,60 10,19 0,002 Perhatian Siswa*Kengintahuan 1 498,67 498,67 498,67 5,71 0,020 Metode*Perhatian Siswa*Kengintahuan 1 3,01 3,01 3,01 0,03 0,853 Error 66 5760,88 5760,88 87,29 Total 73 8601,50 S = 9,34270 R-Sq = 33,02% R-Sq(adj) = 25,92% Unusual Observations for Afektif Obs Afektif Fit SE Fit Residual St Resid 23 95,000 114,050 2,954 -19,050 -2,15 R 71 90,000 112,250 2,954 -22,250 -2,51 R R denotes an observation with a large standardized residual.

Page 147: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Berdasarkan tabel 3.18 menunjukkan adanya unusual observation yaitu

data ke 23 dan 71 yang memiliki nilai residual negatif. Selanjutnya, masih

berdasarakan tabel 4.18, dapat diamati nilai p-value untuk tiga faktor dan empat

interaksi: Faktor metode memiliki nilai p-value sebesar 0, 029; faktor perhatian

memiliki nilai p-value sebesar 0, 001; faktor keingintahuan memiliki nilai p-value

sebesar 0, 637; interaksi metode versus perhatian memiliki nilai p-value sebesar 0,

442; interaksi metode versus keingintahuan memiliki nilai p-value sebesar 0, 002;

interaksi perhatian versus keingintahuan memiliki nilai p-value sebesar 0, 020;

interaksi metode versus perhatian versus keingintahuan memiliki nilai p-value

sebesar 0, 853. Selanjutnya, untuk menentukan keputusan uji hipotesis nilai p-

value dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α yang dalam penelitian ini

dipilih nilai α sebesar 5% atau 0,05. Berikut ini khusus dirangkum nilai p-value

untuk uji hipotesis terhadap prestasi belajar ranah kognitif, dalam tabel 4.21.

Tabel 4.21 Rangkuman p-value Uji Hipotesis (Terhadap Prestasi Ranah Afektif)

Hipotesis ke- p-value keputusan 1 0,029 (p < α) H01 ditolak 2 0,001 (p < α) H02 ditolak 3 0,637 (p >α) H03 tidak ditolak 4 0,442 (p > α) H04 tidak ditolak 5 0,002 (p < α) H05 ditolak 6 0,020 (p < α) H06 ditolak 7 0,853 (p > α) H07 tidak ditolak

(Sumber: data primer diolah)

Berdasarkan tabel 4.19 diperoleh keputusan uji 4 hipotesis null ditolak dan

3 hipotesis null tidak ditolak (diterima). Hipotesis null yang ditolak adalah H01,

H02, H05, dan H06. Hipotesis null yang tidak ditolak adalah H03, H04, dan H07

Page 148: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pengujian hipotesis 1

Hipotesis 1 dari penelitian ini dinyatakan bahwa:

“Terdapat pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri terbimbing

menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi

belajar siswa”.

Berdasarkan uji statistik diperoleh hipotesis 1 untuk ranah kognitif mempunyai

nilai p-value = 0,017 atau p-value < α. Sedangkan untuk ranah afektif mempunyai

nilai p-value = 0,029 atau p-value < α. Dengan demikian, dapat dinyatakan H01

ditolak, yang berarti bahwa terdapat terdapat pengaruh pembelajaran fisika

pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan metode eksperimen dan metode

demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa.

b. Pengujian hipotesis 2

Hipotesis 2 dari penelitian ini dinyatakan bahwa:

“Terdapat pengaruh antara keingintahuan siswa kategori tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar siswa”.

Berdasarkan uji statistik diperoleh hipotesis 2 untuk ranah kognitif mempunyai

nilai p-value = 0,002 atau p-value < α. Sedangkan untuk ranah afektif mempunyai

nilai p-value = 0,001 atau p-value < α. Dengan demikian, dapat dinyatakan H02

ditolak, yang berarti bahwa terdapat pengaruh antara keingintahuan siswa kategori

tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.

Page 149: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

c. Pengujian hipotesis 3

Hipotesis 3 dari penelitian ini dinyatakan bahwa:

“Terdapat pengaruh antara perhatian siswa kategori tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar siswa”.

Berdasarkan uji statistik diperoleh hipotesis 3 untuk ranah kognitif

mempunyai nilai p-value = 0,501 atau p-value > α. Sedangkan untuk ranah afektif

mempunyai nilai p-value = 0,637 atau p-value > α. Dengan demikian, dapat

dinyatakan H03 diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh antara

perhatian siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.

d. Pengujian hipotesis 4

Hipotesis 4 dari penelitian ini dinyatakan bahwa:

“Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa

terhadap prestasi belajar siswa”.

Berdasarkan uji statistik diperoleh hipotesis 4 untuk ranah kognitif

mempunyai nilai p-value = 0,331 atau p-value > α. Sedangkan untuk ranah afektif

mempunyai nilai p-value = 0,442 atau p-value > α. Dengan demikian, dapat

dinyatakan H04 diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara

metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar siswa.

e. Pengujian hipotesis 5

Hipotesis 5 dari penelitian ini dinyatakan bahwa:

“Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa

terhadap prestasi belajar siswa”.

Page 150: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

Berdasarkan uji statistik diperoleh hipotesis 5 untuk ranah kognitif

mempunyai nilai p-value = 0,004 atau p-value < α. Sedangkan untuk ranah afektif

mempunyai nilai p-value = 0,002 atau p-value < α. Dengan demikian, dapat

dinyatakan H05 ditolak, yang berarti bahwa Terdapat interaksi antara metode

pembelajaran dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.

f. Pengujian hipotesis 6

Hipotesis 6 dari penelitian ini dinyatakan bahwa:

“Terdapat interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa

terhadap prestasi belajar siswa.”

Berdasarkan uji statistik diperoleh hipotesis 6 untuk ranah kognitif

mempunyai nilai p-value = 0,031 atau p-value < α. Sedangkan untuk ranah afektif

mempunyai nilai p-value = 0,020 atau p-value < α. Dengan demikian, dapat

dinyatakan H06 ditolak, yang berarti bahwa terdapat interaksi antara

keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.

g. Pengujian hipotesis 7

Hipotesis 7 dari penelitian ini dinyatakan bahwa:

“Terdapat interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan

perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.”

Berdasarkan uji statistik diperoleh hipotesis 7 untuk ranah kognitif

mempunyai nilai p-value = 0,988 atau p-value > α. Sedangkan untuk ranah afektif

mempunyai nilai p-value = 0,853 atau p-value > α. Dengan demikian, dapat

Page 151: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

dinyatakan H07 diterima, yang berarti bahwa tidak Terdapat interaksi antara

metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian siswa terhadap prestasi

belajar siswa.

b. Uji lanjut

Hipotesis nul yang berdasarkan uji anava memperoleh keputusan uji ditolak

selanjutnya dilakukan uji lanjut. Empat hipotesis null yang ditolak adalah H01,

H02, H05, dan H06. Jika hipotesis null ditolak maka yang berlaku adalah hipotesis

penelitian yaitu: 1) H1: Terdapat pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri

terbimbing menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap

prestasi belajar siswa; 2) H2: Terdapat pengaruh antara keingintahuan siswa

kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa; 3) H5: Terdapat

interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa terhadap prestasi

belajar siswa; dan 4) H6: Terdapat interaksi antara keingintahuan siswa dengan

perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Uji lanjut analisis variance of means dilakukan untuk mengetahui

bagaimana perbedaan pengaruh perbedaan metode pengajaran terhadap prestasi

belajar, bagaimana perbedaan pengaruh perbedaan keingintahuan siswa terhadap

prestasi belajar, bagaimana interaksi antara metode pengajaran dengan perhatian

siswa terhadap prestasi belajar siswa, dan agaimana interaksi antara keingintahuan

siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Page 152: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

21

61

60

59

58

57

56

55

54

Metode

Mea

n

55,339

60,188

57,764

One-Way Normal ANOM for KognitifAlpha = 0,05

1) Uji lanjut analisis variansi untuk menentukan pengaruh metode

Berdasarkan uji hipotesis diketahui bahwa terdapat ada pengaruh

pembelajaran fisika inkuiri terbimbing menggunakan metode eksperimen dan

metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa. Metode eksperimen sebagai

kategori 2 dan metode demonstrasi sebagai kategori 1. Berikut ini output grafik

hasil uji lanjut analisis varians untuk metode pengajaran terhadap prestasi belajar,

disajikan dalam gambar 4.19 (untuk ranah kognitif).

Gambar 4.19 Grafik Uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Kognitif)

Gambar 4.19 menunjukkan grafik uji lanjut anava untuk faktor metode.

Berdasarkan gambar 4.19 dapat diketahui rerata nilai kognitif siswa kelompok

metode demonstrasi sebesar 55,339 dan rerata nilai kognitif siswa kelas metode

eksperimen sebesar 55,339. Sedangkan rerata nilai kognitif total adalah 57,764.

Berdasarkan kondisi ini dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa (ranah

kognitif) pada kategori 2 (metode eksperimen) mempunyai nilai rerata lebih tinggi

Page 153: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

21

111

110

109

108

107

106

105

Metode

Mea

n

105,526

110,474

108

One-Way Normal ANOM for AfektifAlpha = 0,05

daripada pada kategori 1 (metode demonstrasi). Sehingga, dapat disimpulkan

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode eksperimen dalam

pembelajaran fisika materi listrik dinamis memberikan pengaruh prestasi belajar

yang lebih signifikan daripada menggunakan metode demonstrasi.

Berikut ini output grafik hasil uji lanjut analisis varians untuk metode

pengajaran terhadap prestasi belajar, disajikan dalam gambar 4.20 (untuk ranah

afektif).

Gambar 4.20 Grafik Uji Lanjut Anava Metode Pengajaran Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Afektif)

Gambar 4.20 menunjukkan grafik uji lanjut anava untuk faktor metode.

Berdasarkan gambar 4.20 dapat diketahui rerata skor afektif siswa kelompok

metode demonstrasi sebesar 105,526dan rerata skor afektif siswa kelompok

metode eksperimen sebesar 110,474. Sedangkan skor rerata total adalah 108.

Berdasarkan kondisi ini dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa (ranah

afektif) pada kategori 2 (metode eksperimen) mempunyai skor rerata lebih tinggi

Page 154: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

10

62

61

60

59

58

57

56

55

54

Mea

n

57.764

55.390

60.137

One-Way Normal ANOM for KognitifAlpha = 0.05

daripada pada kategori 1 (metode demonstrasi). Sehingga, dapat disimpulkan

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode eksperimen dalam

pembelajaran fisika materi listrik dinamis memberikan pengaruh prestasi belajar

(ranah afektif) yang sangat signifikan daripada menggunakan metode demonstrasi.

2) Uji lanjut analisis variansi untuk menentukan pengaruh keingintahuan

Berdasarkan uji hipotesis diketahui bahwa terdapat ada pengaruh

keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar siswa. Keingintahuan siswa dibagi

menjadi dua kategori yaitu sebagai kategori keingintahuan tinggi (kategori 1) dan

keingintahuan rendah (kategori 0). Berikut ini output grafik hasil uji lanjut analisis

varians untuk metode pengajaran terhadap prestasi belajar, disajikan dalam

gambar 4.21 (untuk ranah kognitif).

Gambar 4.21 Grafik Uji Lanjut Anava Keingintahuan Siswa

Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Kognitif)

Gambar 4.21 menunjukkan grafik uji lanjut anava untuk faktor

keingintahuan siswa. Berdasarkan gambar 4.21 dapat diketahui rerata nilai

kognitif kelompok siswa keingintahuan tinggi sebesar 55,390 dan rerata nilai

Page 155: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

10

112

111

110

109

108

107

106

105

104

Mea

n

105,608

110,392

108

One-Way Normal ANOM for AfektifAlpha = 0,05

kognitif kelompok siswa keingintahuan rendah sebesar 60,137. Sedangkan skor

rerata total adalah 57,764. Berdasarkan kondisi ini dapat disimpulkan Berdasarkan

gambar 4.21 dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa (ranah kognitif) pada

kategori 1 (keingintahuan tinggi) mempunyai nilai rerata lebih tinggi daripada

pada kategori 0 (keingintahuan rendah). Sehingga, dapat disimpulkan

keingintahuan siswa yang tinggi memberikan pengaruh prestasi belajar (ranah

kognitif) yang cukup signifikan daripada keingintahuan siswa yang rendah.

Berikut ini output grafik hasil uji lanjut analisis varians untuk

keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar (ranah afektif), disajikan dalam

gambar 4.22.

Gambar 4.22 Grafik Uji Lanjut Anava Keingintahuan Siswa Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Afektif)

Gambar 4.22 menunjukkan grafik uji lanjut anava untuk faktor

keingintahuan siswa. Berdasarkan gambar 4.21 dapat diketahui rerata skor afektif

kelompok siswa keingintahuan tinggi sebesar 110,392 dan rerata skor afektif

kelompok siswa keingintahuan rendah sebesar 105,608. Sedangkan skor rerata

Page 156: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

10

64

62

60

58

56

54

52

Kengintahuan

Me

an

12

Metode

Interaction Plot for KognitifData Means

total adalah 108. Berdasarkan kondisi ini dapat disimpulkan Berdasarkan gambar

4.21 dapat diketahui Berdasarkan gambar 4.22 dapat diketahui bahwa prestasi

belajar siswa (ranah afektif) pada kategori 1 (keingintahuan tinggi) mempunyai

nilai rerata lebih tinggi daripada pada kategori 0 (keingintahuan rendah).

Sehingga, dapat disimpulkan keingintahuan siswa yang tinggi memberikan

pengaruh prestasi belajar (ranah afektif) yang lebih baik daripada keingintahuan

siswa yang rendah.

3) Uji lanjut analisis variansi untuk menentukan interaksi antara metode

pembelajaran dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa

Berdasarkan uji hipotesis diketahui bahwa terdapat interaksi antara metode

pembelajaran dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa. Berikut ini

output grafik hasil uji lanjut analisis varians, disajikan dalam gambar 4.23 (untuk

ranah kognitif).

Gambar 4.23 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan siswa

dengan Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Kognitif)

Page 157: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

10

114

112

110

108

106

104

102

Kengintahuan

Me

an

12

Metode

Interaction Plot for AfektifData Means

Gambar 4.23 adalah grafik interaction-plot metode versus keingintahuan.

Grafik tegas menunjukkan faktor metode kategori 1 (metode demonstrasi)

sedangkan grafik putus-putus menunjukkan faktor metode kategori 2 (metode

eksperimen). Faktor keingintahuan ditunjukkan dengan kode 0 untuk kategori

rendah dan kode 1 untuk kategori tinggi. Berdasarkan gambar 4.23 tersebut dapat

dilihat bahwa untuk keingintahuan rendah diperoleh rerata nilai kognitif metode

kategori 2 (siswa kelompok metode eksperimen) signifikan lebih tinggi

dibandingkan rerata nilai kognitif metode kategori 1 (metode demonstrasi).

Sedangkan untuk keingintahuan tinggi diperoleh rerata nilai kognitif metode

kategori 1 (metode demonstrasi) lebih tinggi daripada rerata nilai kognitif metode

kategori 2 (metode eksperimen).

Berikut ini output grafik hasil uji lanjut analisis varians untuk interaksi

antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar

siswa (ranah afektif), disajikan dalam gambar 4.24.

Gambar 4.24 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan siswa dengan Metode Pengajaran Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Afektif)

Page 158: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Gambar 4.24 adalah grafik interaction-plot metode versus keingintahuan.

Grafik tegas menunjukkan faktor metode kategori 1 (metode demonstrasi)

sedangkan grafik putus-putus menunjukkan faktor metode kategori 2 (metode

eksperimen). Faktor keingintahuan ditunjukkan dengan kode 0 untuk kategori

rendah dan kode 1 untuk kategori tinggi. Berdasarkan gambar 4.23 tersebut dapat

dilihat bahwa untuk keingintahuan rendah diperoleh rerata skor afektif metode

kategori 2 (siswa kelompok metode eksperimen) signifikan lebih tinggi

dibandingkan rerata skor afektif metode kategori 1 (metode demonstrasi).

Sedangkan untuk keingintahuan tinggi diperoleh rerata skor afektif metode

kategori 1 (metode demonstrasi) lebih tinggi daripada rerata skor afektif metode

kategori 2 (metode eksperimen).

4) Uji lanjut analisis variansi untuk menentukan interaksi antara

keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar

Berdasarkan uji hipotesis diketahui bahwa terdapat interaksi antara

keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Berikut ini output grafik hasil uji lanjut analisis varians, disajikan dalam gambar

4.25 (untuk ranah kognitif).

Page 159: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

10

64

62

60

58

56

54

52

50

Kengintahuan

Me

an

01

SiswaPerhatian

Interaction Plot for KognitifData Means

Gambar 4.25 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan siswa dengan Perhatian Siswa Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Kognitif)

Gambar 4.25 adalah grafik interaction-plot keingintahuan versus perhatian

siswa. Grafik tegas menunjukkan grafik faktor perhatian siswa kategori rendah

sedangkan grafik putus-putus menunjukkan grafik faktor perhatian siswa kategori

tinggi. Faktor keingintahuan ditunjukkan dengan kode 0 untuk kategori rendah

dan kode 1 untuk kategori tinggi. Berdasarkan gambar 4.25 tersebut dapat dilihat

bahwa untuk keingintahuan rendah diperoleh rerata nilai kognitif perhatian rendah

rendah lebih tinggi dibandingkan dengan rerata nilai kognitif perhatian tinggi.

Sedangkan untuk keingintahuan tinggi diperoleh rerata nilai kognitif perhatian

tinggi signifikan lebih tinggi dibandingkan dibandingkan dengan rerata nilai

kognitif perhatian rendah.

Berikut ini output grafik hasil uji lanjut analisis varians untuk interaksi

antara perhatian siswa dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar

siswa, disajikan dalam gambar 4.26.

Page 160: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

10

114

112

110

108

106

104

102

100

Kengintahuan

Me

an

01

SiswaPerhatian

Interaction Plot for AfektifData Means

Gambar 4.26 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan siswa dengan Perhatian Siswa Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Afektif)

Gambar 4.25 adalah grafik interaction-plot keingintahuan versus perhatian

siswa. Grafik tegas menunjukkan grafik faktor perhatian siswa kategori rendah

sedangkan grafik putus-putus menunjukkan grafik faktor perhatian siswa kategori

tinggi. Faktor keingintahuan ditunjukkan dengan kode 0 untuk kategori rendah

dan kode 1 untuk kategori tinggi. Berdasarkan gambar 4.25 tersebut dapat dilihat

bahwa untuk keingintahuan rendah diperoleh rerata nilai kognitif perhatian rendah

rendah lebih tinggi dibandingkan dengan rerata nilai kognitif perhatian tinggi.

Sedangkan untuk keingintahuan tinggi diperoleh rerata nilai kognitif perhatian

tinggi signifikan lebih tinggi dibandingkan dibandingkan dengan rerata nilai

kognitif perhatian rendah.

D. Pembahasan

1. Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama (H1) dari penelitian ini adalah menduga terdapat pengaruh

Page 161: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

pembelajaran fisika pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan metode

eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan

uji analisis diperoleh keputusan uji bahwa ditolaknya H01 yang berarti H1

diterima.

Meskipun pembelajaran yang digunakan sama, yaitu pembalajaran

berbasis inkuiri terbimbing, namun, metode yang digunakan berbeda akan

memberi pengaruh yang berbeda terhadap penguasaan siswa. Metode yang

digunakan adalah metode demonstrasi dan metode eksperimen.

Berdasarkan uji lanjut terhadap H1, diperoleh kesimpulan bahwa metode

eksperimen lebih baik pengaruhnya dibandingkan metode demonstrasi terhadap

prestasi belajar siswa, baik pada ranah kognitif ataupun ranah afektif. Keadaan ini

dapat diterangkan sebagai berikut. pembelajaran yang baik adalah pembelajaran

yang dapat mengaktifkan siswa dalam menemukan konsep. Pada penelitian ini

menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dapat mengarahkan siswa

untuk menemukan konsep sendiri. Dengan menemukan konsep sendiri, maka

pembelajaran ini sesuai dengan teori belajar penemuan yang dikemukaan Bruner.

Dalam penemuan konsep listrik dinamis pada penelitian ini, siswa mengadakan

pengamatan konkret dari eksperimen dan demonstrasi dan diabstraksikan di

pikiran sehingga sesuai dengan teori belajar Piaget. Dan dalam menemukan

konsep listrik dinamis, siswa mengalami sendiri sehingga pembelajaran dirasakan

dapat bermakna dan konsep listrik dinamis yang telah diperoleh akan tahan lama.

Hal ini sesuai dengan teori belajar Ausubel yang mengemukakan belajar yang

baik adalah belajar bermakna.

Page 162: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

Pada pelaksanaan penelitian, siswa yang diberi perlakuan pembelajaran

inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen, mereka melakukan percobaan

sendiri dengan kelompok yang kecil, yaitu satu kelompok 4 siswa, sedangkan

pada pembelajaran inkuiri terbimbing metode demonstrasi, mereka melihat

demonstrasi percobaan yang dilakukan oleh guru terhadap satu kelas. Pada kedua

pembelajaran ini siswa dibimbing oleh guru dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Pada pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen siswa

menemukan sendiri konsep listrik dinamis dengan percobaan yang mereka

lakukan sendiri. Mereka merangkai alat sendiri, mengambil data sendiri,

menganalisis data dan berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk membuat

kesimpulan sehingga konsep listrik dinamis dapat mereka temukan sendiri.

Sedangkan dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi,

siswa menemukan konsep dengan melihat percobaan yang dilakukan oleh guru

dan mereka mengisi LKS dari hasil demonstrasi. Siswa yang diberi pembelajaran

inkuiri terbimbing metode demonstrasi kurang aktif dalam pembelajaran, mereka

hanya melihat guru merangkai alat percobaan, dan mereka mengambil data dari

hasil demonstrasi guru tersebut. Setelah mengambil data, siswa menganalisis data

dan berdiskusi dengan kelompoknya untuk membuat kesimpulan dan menemukan

konsep. Hal ini teramati didokumentasikan dalam lampiran 18.

Pada pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen, siswa

ditekankan untuk menemukan sendiri konsep listrik dinamis melalui percobaan

sendiri. Pada pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi,

percobaan dilakukan oleh guru dan siswa mengamati percobaan tersebut. Oleh

Page 163: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

karena pada metode eksperimen siswa lebih aktif menemukan sendiri konsep

listrik dinamis sedangkan pada metode demonstrasi siswa menemukan konsep

dari melihat demonstrasi, maka konsep yang ditemukan pada pembelajaran

pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen akan lebih tahan lama dari

pada metode demonstrasi. Pemahaman dan penanaman konsep yang lebih lama

akan berimbas pada prestasi belajar siswa yang lebih baik pula.

2. Hipotesis kedua

Keingintahuan (curiosity) adalah aspek emosional dari makhluk hidup untuk

melakukan eksplorasi, investigasi dan pembelajaran. Siswa yang mempunyai

keingintahuan kategori tinggi akan terjadi penguatan sehingga mudah menangkap

dan memahami konsep yang disampaikan guru, sehingga penguasaan konsep akan

lebih baik bila dibandingkan dengan siswa yang mempunyai keingintahuan

kategori rendah.

Pada hasil uji analisis penelitian, didapatkan harga pada p-value = 0,002

atau (p < α) untuk ranah kognitif dan p-value = 0,001 atau (p < α) untuk ranah

afektif. Hal ini berarti hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima, maka

terdapat pengaruh antara keingintahuan siswa kategori tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar siswa. Hasil analisis uji lanjut dapat dilihat bahwa keingintahuan

tinggi mempunyai pengaruh yang lebih baik dibanding keingintahuan rendah. Hal

ini sesuai dengan dugaan awal dari penelitian. Siswa dengan keingintahuan yang

tinggi akan lebih merasa tertantang untuk mengetahui dan menguasai ilmu

pengetahuan yang diajarkan kepadanya. Dorongan rasa ingin tahu yang berasal

dari dalam diri inilah yang menyebabkan siswa dengan tingkat keingintahuan

Page 164: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

tinggi lebih memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan

tingkat keingintahuan yang rendah.

Keingintahuan tentang materi IPA antara satu siswa dengan siswa lainnya

berbeda-beda, hal ini dikarenakan motivasi atau dorongan untuk mengetahui

sesuatu hal yang baru yang dimiliki oleh setiap siswa berbeda-beda. Siswa yang

memiliki keingintahuan yang tinggi akan sangat sensitif terhadap rangsangan yang

mengenainya. Dalam kelas siswa seperti ini akan tampak dari antusiasmenya

mengikuti pembelajaran dan banyaknya dia mengajukan pertanyaan. Semakin

tinggi keingintahuan siswa maka motivasi untuk mengikuti pembelajaran IPA

fisika semakin tinggi, sehingga prestasi belajar siswa juga akan baik pula. Hal ini

dapat terlihat dalam dokumentasi penelitian pada lampiran 18.

3. Hipotesis ketiga

Perhatian adalah suatu keadaan, sikap dan keaktifan jiwa yang dipusatkan dan

diarahkan pada suatu obyek tertentu. Perhatian merupakan kunci terpenting untuk

membuka pintu keberhasilan belajar. Siswa yang mempunyai perhatian tinggi

akan mudah menangkap dan memahami konsep yang disampaikan guru, sehingga

penguasaan konsep dan prestasi belajarnya akan lebih baik bila dibandingkan

dengan siswa yang mempunyai perhatian rendah.

Namun demikian, berdasarkan hasil analisis penelitian, didapatkan harga

pada p-value = 0,501 atau (p > α) untuk ranah kognitif dan p-value = 0,637 atau (p

> α) untuk ranah afektif. Hal ini berarti hipotesis nol tidak ditolak dan hipotesis

alternatif ditolak, sehingga berakibat bahwa tidak terdapat pengaruh antara

perhatian siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Hasil

Page 165: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

penelitian hal ini disebabkan karena dengan pembelajaran eksperimen atu

demonstrasi, siswa yang mempunyai perhatian yang tinggi atau rendah sama-sama

sangat tertarik dalam pembelajaran sehingga aktif dalam penemuan konsep listrik

dinamis, sehingga akan memiliki penguasaan konsep yang meningkat dan prestasi

belajarnya dapat meningkat. Juga dapat diamati selama pembelajaran guru selalu

memberikan pengawasan yang ketat agar seluruh siswa memperhatikan.

4. Hipotesis keempat

Berdasarkan uji statistik diperoleh hipotesis 4 untuk ranah kognitif

mempunyai nilai p-value = 0,331 atau p-value > α. Sedangkan untuk ranah afektif

mempunyai nilai p-value = 0,442 atau p-value > α. Dengan demikian, dapat

dinyatakan H04 tidak ditolak, yang berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara

metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Berdasarkan uji lanjut juga menguatkan temuan dari penelitian ini.

Pada proses pembelajaran, siswa yang mempunyai keingintahuan tinggi

akan lebih memperhatikan dan memiliki rasa ingin tahu yang lebih sehingga

penguasaan konsep akan lebih baik, tidak perduli metode pembelajaran apa yang

digunakan oleh guru. Sebaliknya, apapun metode pembelajaran yang digunakan,

jika keingintahuan siswa rendah maka akan berakibat pada siswa yang kurang

antusias terhadap kegiatan pembelajaran.

5. Hipotesis kelima

Berdasarkan uji statistik diperoleh hipotesis 5 untuk ranah kognitif

mempunyai nilai p-value = 0,004 atau p-value < α. Sedangkan untuk ranah afektif

Page 166: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

mempunyai nilai p-value = 0,002 atau p-value < α. Dengan demikian, dapat

dinyatakan H05 ditolak, yang berarti bahwa terdapat interaksi antara metode

pembelajaran dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan

uji lanjut juga menguatkan temuan dari penelitian ini.

Pada proses pembelajaran, siswa yang mempunyai perhatian tinggi jika

diajar dengan metode eksperimen akan mempunyai penguasaan kompetensi yang

lebih baik daripada dengan metode demonstrasi, begitu juga dengan siswa yang

mempunyai perhatian sedang jika diajar dengan metode eksperimen akan

memiliki penguasaan kompetensi yang lebih baik dari pada dengan metode

demonstrasi. Karena dengan menggunakan eksperimen, siswa akan memiliki

perhatian yang tinggi terhadap percobaan fisika yang sedang dilakukannya

sendiri, sedangkan pada demonstrasi, siswa hanya melihat demonstrasi fisika dari

guru yang kadang kurang bisa terlihat dari tempat duduk siswa. Sehingga, terbukti

bahwa ada interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa terhadap

prestasi belajar siswa.

6. Hipotesis keenam

Berdasarkan uji statistik diperoleh hipotesis 6 untuk ranah kognitif

mempunyai nilai p-value = 0,031 atau p-value < α. Sedangkan untuk ranah afektif

mempunyai nilai p-value = 0,020 atau p-value < α. Dengan demikian, dapat

dinyatakan H06 ditolak, yang berarti bahwa Terdapat interaksi antara

keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Berdasarkan uji lanjut juga menguatkan temuan dari penelitian ini.

Page 167: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

Pada proses pembelajaran, siswa yang memiliki keingintahuan tinggi dan

perhatian tinggi akan memiliki prestasi belajar yang tinggi. Namun apabila

keingintahuan tinggi, tetapi perhatian dalam belajar rendah, maka prestasi belajar

siswa akan menurun. Siswa yang mempunyai keingintahuan rendah apabila dia

memiliki perhatian yang tinggi, kemungkinan prestasi belajar siswa akan baik.

Sehingga, terbukti bahwa ada interaksi antara keingintahuan siswa dengan

perhatian siswa dalam belajar fisika terhadap prestasi belajar siswa.

7. Hipotesis ketujuh

Berdasarkan uji statistik diperoleh hipotesis 7 untuk ranah kognitif

mempunyai nilai p-value = 0,988 atau p-value > α. Sedangkan untuk ranah afektif

mempunyai nilai p-value = 0,853 atau p-value > α. Dengan demikian, dapat

dinyatakan H07 diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara

metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian siswa terhadap prestasi

belajar siswa.

Pada proses pembelajaran, siswa yang mempunyai keingintahuan dan

perhatian tinggi jika diberi pembelajaran dengan metode eksperimen akan

mempunyai penguasaan kompetensi yang lebih baik jika dibandingkan dengan

siswa yang mempunyai keingintahuan dan perhatian tinggi yang diberi

pembelajaran dengan metode demonstrasi. Namun demikian, pembelajaran adalah

proses yang banyak dipengaruhi oleh beragam faktor. Logika dari dugaan awal

penelitian tersebut di atas ternyata tidak dapat dibuktikan secara statistik. Tidak

adanya interaksi diduga karena terdapat faktor lain di luar variabel penelitian,

yang tidak diamati dalam penelitian ini.

Page 168: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan ini mempunyai keterbatasan. Berdasarkan

analisis setelah penelitian dilakukan, keterbatasan yang ada adalah sebagai

berikut:

1. Sampel penelitian ini terbatas pada siswa kelas IX SMP Negeri 1

Karangmalang Sragen tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini dapat diasumsikan

bahwa karakteristik siswa serta kondisi sekolah, kesiapan guru dalam mengajar

serta faktor pendukung lainnya memiliki ciri khas tersendiri, sehingga besar

kemungkinan bila penelitian dilakukan pada subyek penelitian yang berbeda akan

menghasilkan data yang berbeda pula. Jadi hasil penelitian ini hanya berlaku

untuk siswa kelas IX SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen tahun pelajaran

2009/2010.

2. Pembelajaran inkuiri terbimbing baru pertama kali diterapkan dalam

pembelajaran fisika materi listrik dinamis, sehingga proses belajar mengajar yang

terjadi kurang berjalan maksimal.

3. Prestasi belajar siswa ranah psikomotorik tidak diukur.

4. Terdapat faktor belajar lain yang tidak diamati dan diterangkan dalam

penelitian ini.

Page 169: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil dari analisis data yang telah

dikemukakan, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran inkuiri tebimbing menggunakan metode eksperimen dan

demonstrasi dapat memacu peran aktf siswa. Pengunaan model pembelajaran

inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen dan demonstrasi ini memberikan

pengaruh terhadap pembelajaran Fisika terhadap prestasi belajar (kognitif dan

afektif) siswa kelas IX SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen tahun pelajaran

2010/2011. Metode eksperimen berpengaruh lebih signifikan dibandingkan

metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa (kognitif dan afektif)

2. Faktor internal siswa berupa keingintahuan siswa disimpulkan memberikan

pengaruh dalam pembelajaran fisika terhadap prestasi belajar siswa (kognitif dan

afektif). Keingintahuan siswa yang tinggi memberikan pengaruh yang cukup

signifikan dibanding keingintahuan rendah.

3. Faktor internal siswa berupa perhatian siswa tidak memberikan pengaruh

dalam pembelajaran fisika terhadap prestasi belajar siswa(kognitif dan afektif)

4. Penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode

demonstrasi dan eksperimen, dengan meninjau dan memperhatikan faktor

keingintahuan siswa ternyata memberikan hubungan interaksi pengaruh terhadap

prestasi belajar. Hal ini berarti bahwa terdapat interaksi antara metode

149

Page 170: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

pembelajaran dengan keingintahuan siswa dalam belajar fisika terhadap prestasi

belajar siswa, baik untuk ranah kognitif maupun ranah afektif.

5. Penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode

demonstrasi dan eksperimen, dengan meninjau dan memperhatikan faktor

perhatian siswa ternyata memberikan hubungan interaksi pengaruh terhadap

prestasi belajar. Hal ini berarti bahwa terdapat interaksi antara metode

pembelajaran dengan perhatian siswa dalam belajar fisika terhadap prestasi belajar

siswa, baik untuk ranah kognitif maupun ranah afektif. Tingkat perhatian siswa

yang tinggi dengan metode eksperimen lebih berpengaruh signifikan terhadap

prestasi belajar siswa, baik untuk ranah kognitif maupun ranah afektif.

6. Pembelajaran fisika menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dalam

penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa terdapat interaksi pengaruh antara

keingintahuan siswa dengan perhatian siswa dalam belajar Fisika terhadap prestasi

belajar siswa, baik ranah kognitif maupun ranah afektif. Tingkat keingintahuan

siswa yang tinggi dengan metode eksperimen lebih berpengaruh signifikan

terhadap prestasi belajar siswa, baik untuk ranah kognitif maupun ranah afektif.

7. Dalam pembelajaran fisika yang dilaksanakan menggunakan pendekatan

inkuiri terbimbing, diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat interaksi pengaruh

antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian siswa dalam

belajar fisika terhadap prestasi belajar siswa.

Page 171: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan

adalah:

1. Implikasi teoretis

Hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini memberikan implikasi teoretis

bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dapat diterapkan pada pembelajaran

fisika tingkat SMP dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar fisika.

Faktor internal siswa memberikan pengaruh terhadap keberhasilan

pembelajaran fisika. Prestasi belajar khususnya ranah kognitif dan afektif dapat

ditentukan tingkat keberhasilannya dengan memperhatikan faktor keingintahuan

dan perhatian siswa.

2. Implikasi praktis

Pada pembelajaran Fisika pada materi listrik dinamis sebaiknya disajikan

dengan pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen karena metode

eksperimen berpengaruh lebih baik terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan

dengan inkuiri terbimbing metode demonstrasi.

Pembelajaran inkuiri dapat diterapkan pada keingintahuan tingkat tinggi

atau rendah, dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, hal yang sama juga

berlaku pada perhatian tingkat tinggi atau rendah, dalam upaya meningkatkan

prestasi belajar siswa.

Page 172: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian maka penulis

mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi kepala sekolah

Bagi kepala sekolah khususnya di SMP N 1 Karangmalang disarankan untuk

memperhatikan sarana dan prasarana sebagai pelengkap IPA.

2. Bagi guru Fisika

Bagi guru fisika disarankan melakukan pengajaran dengan menggunakan

pendekatan dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi.

3. Bagi siswa

Bagi para siswa disarankan untuk bersungguh-sungguh dalam belajar dan

mempunyai keingintahuan dan perhatian yang tinggi dalam belajar agar dapat

meraih prestasi belajar yang baik.

4. Bagi akademisi

Bagi para akademisi dan peneliti (pembaca) yang ingin melanjutkan penelitian

ini, keterbatasan pada penelitian ini agar dikaji lebih mendalam sehingga

penelitian dapat lebih baik.

Page 173: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 2001. Learning to Teach 5th Edition. New York: Mc. Graw -

Hill Companies. Azwar, S. 2004. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Berlyne, D. E. 1954. A Theory of Human Curiosity. British Journal of

Psychology Vol. 45 Page 180-191 Year 1954. England. Brickman, Peggy, Cara Gormally, Norris Armstrong, dan Brittan Hallar. 2009.

Effects of Inquiry-based Learning on Students’ Science Literacy Skills and Confidence. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning Vol. 3 No. 2 Year 2009. Georgia America

Budiyono. 2004. Statistik Dasar Penelitian. Surakarta: Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Dyan Wahyu Fanani. 2006. Sistem Pembelajaran KBK Terhadap Motivasi

Belajar Para Peserta Didik Pada Bidang Studi Fisika. http://re-searchengines.com/0406dyan.html. 24 Februari 2009. 13.30 WIB.

Grossberg, Stephen. 2005. Neurobiology of Attention. Elsevier Inc. America Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara. Haury, David L. 1993. Teaching Science Through Inquiry. ERIC Clearinghouse

for Science Mathematics and Environmental Education Columbus OH. Helme, S. dan D. Clarke. 2001. Identifying Cognitive Engagement in

Mathematics Classroom. Mathematics Education Research Journal Vol. 13 Page 133-153 Year 2001.

Klausmeier, Herbert J & William Goodwin. 1975. Learning and Human

Abilities: Educational Psychology 4th Edition. New York: Harper & Row Publisher.

Joyce, Bruce & Marsha Weil. 2000. Models of Teaching 6th Edition. New Jersey:

Prentice – Hall. Kartini Kartono. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.

Page 174: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

Lepper, M.R., & Hodell, M. 1989. Intrinsic Motivation in the Classroom. Research on Motivation in Education Vol 3 Year 1989..San Diego: Academic Press.

Mao, Song-Ling dan Chun-Yen Chang. 1998. Impacts of an Inquiry Teaching

Method on Earth Science Students’ Learning Outcomes and Attitudes at the Secondary School Level. Prociding National Science Council Taiwan ROC Vol. 8 No. 3 Year 1998.

Margono. 1998. Strategi Belajar Mengajar Buku I Pengantar Strategi B-M.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Moh. Amien. 1979. Apakah Metoda Discovery-Inquiry Itu?. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus.

Nana Sudjana. 1996. CBSA Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar

Mengajar. Jakarta : Sinar Baru Algensido. Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. _____________. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Jakarta : Sinar Baru

Algensido. Ratna Willis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka

Cipta. Sudjana. 2005. Metoda Statistika Edisi ke 6. Bandung: Tarsito. Suharsimi Arikunto. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).

Jakarta: Bumi Aksara. ________________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta. Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Page 175: PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

Talib, Alkiyumi Mohammed. 2009. Instructional strategies of intrinsic motivation and curiosity for developing creative thinking. Paper presented in 14th International Conference on Thinking 009 Malaysia.

Van den Berg E. 1991. Miskonsepsi Pada Fisika dan Remidiasi. Salatiga:

UKSW Press.. Wallace, Carolyn S., Mai Yin Tsoi, Jamie Calkin, dan Marshall Darley. 2003.

Learning from Inquiry-Based Laboratories in Nonmajor Biology: An Interpretive Study of the Relationships among Inquiry Experience, Epistemologies, and Conceptual Growth. Journal Of Research In Science Teaching Vol. 40 No. 10 Page 986-1024 Year 2003. Wiley InterScience Inc. America.

W.S. Winkell. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana

Indonesia. Yulia Saswati. 2009. Pembelajaran Fisika Melalui Inkuiri Terbimbing dengan

Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal Dan Perhatian Siswa. Unpublished Thesis. Pascasarjana UNS Surakarta.