tugas ikgm

23
INDEKS KARIES 1. DMFT 1.1 Definisi Indeks DMF-T adalah indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi permanen. Karies gigi umumnya disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk, sehingga terjadilah akumulasi plak yang mengandung berbagai macam bakteri. DMF-T merupakan singkatan dari Decay Missing Filled-Teeth. Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada seseorang atau sekelompok orang. Angka D (decay) adalah gigi yang berlubang karena karies gigi, angka M (missing) adalah gigi yang dicabut karena karies gigi, angka F (filled) adalah gigi yang ditambal atau di-tumpat karena karies dan dalam keadaan baik. Nilai DMF-T adalah penjumlahan D + F + T. Indikator utama pengukuran DMF-T menurut WHO adalah pada anak usia 12 tahun, yang dinyatakan dengan indeks DMF-T yaitu ≤ 3, yang berarti pada usia 12 tahun jumlah gigi yang berlubang (D), dicabut karena karies gigi (M), dan gigi dengan tumpatan yang baik (F), tidak lebih atau sama dengan 3 gigi per anak. 1.2 Rumus Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T : DMF-T = D + M + F Kategori DMF-T menurut WHO : 0,0 1,1 = sangat rendah 1,2 2,6 = rendah 2,7 4,4 = sedang 4,5 6,5 = tinggi 6,6 > = sangat tinggi DMF-T rata-rata = Jumlah D + M + F Jumlah orang yg diperiksa

Upload: felicialesmanaa

Post on 16-Nov-2015

207 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

ilmu kesehatan gigi masyarakat

TRANSCRIPT

  • INDEKS KARIES

    1. DMFT

    1.1 Definisi

    Indeks DMF-T adalah indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut

    dalam hal karies gigi permanen. Karies gigi umumnya disebabkan karena kebersihan

    mulut yang buruk, sehingga terjadilah akumulasi plak yang mengandung berbagai macam

    bakteri. DMF-T merupakan singkatan dari Decay Missing Filled-Teeth.

    Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada

    seseorang atau sekelompok orang. Angka D (decay) adalah gigi yang berlubang karena

    karies gigi, angka M (missing) adalah gigi yang dicabut karena karies gigi, angka F

    (filled) adalah gigi yang ditambal atau di-tumpat karena karies dan dalam keadaan baik.

    Nilai DMF-T adalah penjumlahan D + F + T. Indikator utama pengukuran DMF-T

    menurut WHO adalah pada anak usia 12 tahun, yang dinyatakan dengan indeks DMF-T

    yaitu 3, yang berarti pada usia 12 tahun jumlah gigi yang berlubang (D), dicabut karena

    karies gigi (M), dan gigi dengan tumpatan yang baik (F), tidak lebih atau sama dengan 3

    gigi per anak.

    1.2 Rumus

    Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T :

    DMF-T = D + M + F

    Kategori DMF-T menurut WHO :

    0,0 1,1 = sangat rendah

    1,2 2,6 = rendah

    2,7 4,4 = sedang

    4,5 6,5 = tinggi

    6,6 > = sangat tinggi

    DMF-T rata-rata = Jumlah D + M + F

    Jumlah orang yg diperiksa

  • 1.3 Kekurangan

    1. Tidak dapat menggambarkan banyaknya karies yang sebenarnya.

    Karena jika pada gigi tersebut terdapat 2 karies atau lebih, karies

    dihitung tetap 1

    2. Indeks DMF-T tidak dapat membedakkan kedalaman dari karies,

    misalnya karies superficialis, media, profunda

    3. Tidak valid untuk gigi yang hilang karena penyebab lain selain karies

    4. Tidak valid untuk pencabutan perawatan ortodonti

    5. Tidak dapat digunakan untuk karies akar

  • 2. Nyvad Caries Diagnostic Criteria

    2.1 Definisi

    Definisi dari Nyvad Caries Diagnostic Criteria dikemukakan oleh Nyvad

    1999 yaitu merupakan manifestasi dari karies pada initial stage dari karies dan

    sebelum karies itu terjadi. Kriteria Nyvad membedakan antara lesi karies aktif dan

    inaktif pada level kavitas maupun non kavitas. Indeks ini juga menghitung

    aktivitas lesi, memperhitungkan hubungan biaya ketika rencana perawatan dibuat.

    Tabel 1. Nyvad Caries Diagnostic Criteria

    2.2 Kelebihan

    1. Dapat mengidetifikasi lesi karies insipient, sehingga dapat menentukan

    rencana program pencegahan karies

    2. Prelavensi dan keparahan karies dibawah estimasi dari indeks def dapat

    dihilangkan karena hanya menghitung status kavitas

    3. Dapat mengurangi keperluan perawatan yang lebih lanjur karena diagnosis

    ditegakkan ketika terlihat initial lesions sehingga lesi progresif yang

    berkelanjutan dapat dicegah

  • 2.3 Kekurangan

    Terdapat kesulitan untuk membuat diagnosis yang pasti dari lesi aktif

    sebelum terjadi kavitas pada permukan oklusal dibandingkan dengan permukaan

    fasial. Penggunaan permukaan oklusal secara fisiologis selama proses

    pengunyahan dapat menyebabkan hilangnya lesi.

  • 3. Significant Caries Index

    3.1 Definisi

    Penggunaan DMF dan SIC secara bersamaan membantu untuk menyoroti

    kesenjangan kesehatan mulut pada populasi yang berbeda dalam suatu komunitas

    dengan tujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus pencegahan gangguan

    kesehatan gigi dan mulut. Perhitungan Sic dilakukan dengan cara mengurutkan

    hasil skor DMFT, kemudian sepertiga populasi dari skor karies tinggi dipilih dan

    rerata DMFT untuk kelompok ini dihitung. Hasil perhitungan adalah indeks SiC.

    3.2 Rumus

    Cara menghitung indeks SiC

    1. Menggunakan indeks DMF-T

    2. Mengurutkan data individu mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi

    3. Mengambil 1/3 jumlah data dari total populasi dengan DMF-T yang tinggi

    4. Lalu menjumlahkan data tersebut

    5. Kemudian membaginya lagi dengan jumlah individu (1/3) yang tetinggi

    DMF-Tnya

    3.3 Kelebihan

    1. Memberi perhatian lebih pada individual dengan hasil skor karies tertinggi

    2. Indeks ini mencoba mengatasi kekurangan dari hasil DMFT secara akurat

    dengan memperhatikan distribusi karies pada suatu populasi khususnya di

    Negara berkembang yang menyebabkan kesimpulan yang salah bahwa

    karies pada populasi terkontrol padahal beberapa individu masih memiliki

    karies.

    3.4 Kekurangan

    1. Indeks ini hanyalah kelanjutan dari indeks DMF dengan kriteria yang

    sama dalam menghitung karies

    2. Populasi signifikan dari karies yang terlihat rendah menunjukkan distribusi

    yang tidak normal

  • 4. Specific Caries Index

    4.1 Definisi

    Perhitungan ini diperkenalkan oleh Acharya pada tahun 2006 untuk

    menggambarkan jumlah gigi karies yang belum pernah di tangani sama sekali

    dengan menggunakan indeks DMF-T. Indeks ini akan menyediakan informasi

    tidak hanya prevalensi karies tapi juga lokasi dan tipe lesi karies pada individu.

    Pengukurannya dilakukan khusus di daerah permukaan gigi jadi indeks ini masih

    sangat jarang digunakan secara umum.

    Tabel 2. Specific Caries Index

    4.2 Rumus

    Skor SCI untuk individu dihitung dengan menambahkan skor gigi individual.

    Rentang Skor untuk individual dari 0-192 (untuk 32 gigi)

  • 4.3 Kelebihan

    1. Petugas dan material yang kompeten di masa depan serta pelatihan untuk

    tenaga kerja dibutuhkan untuk mengatasi karies pada populasi tertentu

    mungkin dinilai

    2. Hasil dari penulis menunjukkan reproduksibilitas dan validitas dari indek

    baru ini adalah baik

    4.4 Kekurangan

    1. Pada kasus dengan lesi yang luas yang meliputi lebih dari 1 permukaan

    hanya bisa dibuat dari asal lesi

    2. Kekurangan untuk menentukan rencana perawatan jika indeks ini

    digunakan sendirian tanpa kombinasi dengan indeks lain

    3. Kurangnya penyediaan untuk menilai karies akar

    4. Jumlah dari lesi proksimal tidak diperhatikan karena tidak adanya foto

    bitewing radiograph

  • 5. PUFA Index

    5.1 Definisi

    Sama seperti Specific Caries Index, PUFA juga masih termasuk indeks

    yang baru digunakan untuk menghitung karies. Pembuatan PUFA ditujukan untuk

    melengkapi indeks DMF-T

    P = Pulpal, pertimbangan keterlibatan pulpa dalam proses karies dengan

    hancurnya seluruh korona atau mahkota sehingga yang tersisa hanyalah akar

    U= Ulserasi, yang disebabkan oleh potongan-potongan enamel yang pecah

    ataupun karena inflamasi pulpa atau akar yang mengalami fragmentasi sehingga

    timbul ulser

    F= Fistula atau nanah yang muncul akibat adanya gangguan kesehatan gigi dan

    mulut yang melibatkan pulpa

    A= Abses yang terkait dengan pulpa

    Tabel 3. PUFA Index

  • 5.2 Kelebihan

    1. Aplikatif pada Negara dengan pendapatan rendah dan menegah dimana

    karies yang tidak ditangai menyebabkan komplikasi masalah pada gigi dan

    jaringan sekitar

    2. Sederhana

    3. Dapat digunakan untuk gigi sulung dan permanen

    4. Hasilnya dapat dipresentasikan bersama indeks DMF

    5.3 Kekurangan

    1. Stages dari lesi karies pada enamel tidak dinilai

    2. Penilaian abses dan fistula dapat dikombinasi jadi 1 kode

    3. Realibilitas dan validitas diperlukan pada diskusi dan penelitian

    mendatang

    4. Beberapa subjek dengan skor U (ulcer)

  • 6. Caries Assessment Spectrum and Treatment (CAST) Index

    6.1 Definisi

    Dikembangkan oleh J. E. Frencken, Rodrigo G. de Amorim, Jorge Faber

    dan Soraya C. Leal pada 2011. Mengkombinasikan elemen penilaian dari ICDAS

    III dan PUFA dan komponen MF pada indeks DMF.

    Tabel 4. Cast index

    6.2 Kelebihan

    1. Skor DMF dapat dengan mudah dikalkulasikan dari skor CAST

    2. Digunakan hanya untuk survei epidemologi

    3. Visual/ tactile hierachial one digit coding system

    4. Meliputi spektrum total dari progresi lesi karies membuat kemudahan

    komunikasi antara profesional

    5. Digunakan untuk memperkuat dan melengkapi ICDAS, DMF, PUFA

    6. Menyediakan sarana untuk penggunaan indeks DMF yang lebih luas

  • 6.3 Kekurangan

    1. Tidak menunjukkan hasil yang valid pada uji validitas dan realibilitas

    2. Tidak disarankan untuk clinical trials

    3. Tidak menyediakan data pada perhitugan perawatan dan pencegahan pada

    setiap kode

  • 7. International Caries Detection and Assessment System (ICDAS I &

    ICDAS II

    7.1 Definisi

    Dikembangkan pada tahun 2001 oleh usaha kelompok penelitian,

    epidomologist dan restorative dentists.two digit system: didasarkan pada

    kebutuhan untuk mendeteksi karies pada fase non kavitas. ICDAS dibagi menjadi

    beberapa pemeriksaan :

    1. Karies pada korona (pit, fisura, mesial-distal, buccal-lingual)

    2. Karies akar

    3. Karies yang berhubungan dengan restorasi dan sealants (CARS)

    D pada ICDAS mendeteksi karies dengan

    1. Stage dari proses menuju nekrosis

    2. Topografi ( permukaan halus atau pit dan fissure)

    3. Anatomi (mahkota, akar)

    4. Status rerstorasi atau sealant

    A pada ICDAS merupaka penilaian proses karies (berkavitas / tidak berkavitas)

    dan aktifitas (aktif atau arrested/terhenti)

    Deteksi dari karies pada permukaan korona dibagi menjadi 2 proses:

    1. Pertama mengklasifikasikan tiap permukaan gigi dari sound, sealed,

    restored, crowned atau missing

  • 2. Kedua adalah klasifikasi dari carious status pada skala ordinal

    ICDAS I

    1. Penelitiannya menggunakan sistematik review.

    2. Assessment atau pemeriksaan atau penaksiran khusus pada bagian corona

    atau permukaan mahkota tapi lebih sempurna dari DMF-T

    ICDAS II

    1. Assessment lebih kompleks yaitu pada tiap permukaan korona, sealant,

    restorasi, perubahan warna serta aktivitas kariesnya

    2. Membentuk 2 digit , yaitu 1: CARS, 2:CORONAL

  • 7.2 Kelebihan

    1. Hasil lebih spesifik, lebih lengkap dibandingkan dengan pemeriksaan

    lainnya

    2. Mampu menghitung karies dentin,

    3. Mengikuti perjalanan karies

    4. Etiologi karies lebih terarah

    7.3 Kekurangan

    1. Tidak meilai karies pulpa

    2. Membutuhkan waktu pemeriksaan yang lebih lama

    3. Analisisnya lebih kompleks

  • 8. FDI World Dental Federation Caries Matrix

    Program WHO Global Oral Health telah mengakui pentingnya promosi

    paradigma baru antara sesama praktisi dokter gigi mengenai perubahan dari

    restorative menjadi preventif dan model promosi kesehatan (penyuluhan).

    Dikembangkan oleh komite FDI. Maksud dari sistem ini tidak untuk

    mengklasifikasikan karies namun merupakan sistem yang terintegrasi yang dapat

    digunakan praktisi, peneliti, edukator dan tenaga kesehatan.

  • KELAINAN PERIODONTAL

    1. CPITN

    1.1 Definisi

    Community Periodontal Index for Treatment Needs adalah indeks resmi

    yang digunakan oleh WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal serta

    perkiraan akan kebutuhan perawatannya dengan menggunakan sonde khusus yaitu

    WHO Periodontal Examining Probe.

    Sonde khusus yang dipergunakan untuk pemeriksaan CPITN ini memiliki

    bentuk ujung bulat dengan diameter 0,5 mm, dengan kode warna 3,5 sampai 5,5

    mm.

    Pemeriksaan CPITN ini menggunakan 6 sektan yaitu :

    1. Sektan kanan atas : elemen gigi 1.7, 1.6, 1.5, 1.4 (sektan 1)

    2. Sektan anterior (depan) atas : elemen gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3 (sektan

    2)

    3. Sektan kiri atas : elemen gigi 2.4, 2.5, 2.6, 2.7 (sektan 3)

    4. sektan kiri bawah : elemen gigi 3.7, 3.6. 3.5, 3.4 (sektan 4)

    5. Sektan anterior bawah : elemen gigi 3.3, 3.2, 3.1, 4.1, 4.2, 4 (sektan 5)

    6. Sektan kanan bawah : elemen gigi 4.4, 4.5, 4.6, 4.7 (sektan 6)

    Gigi Index CPITN terbagi dan tergantung atas tiga kelompok umur yaitu

    1. Umur 20 tahun atau lebih

    2. Umur 16 tahun sampai 19 tahun

    3. Umur kurang dari 15 tahun

    Dalam pemeriksaan CPITN perlu diperhatikan:

    1. Apabila salah satu gigi geraham atau molar dan juga gigi seri atau

    incisivus tidak ada, tidak diperlukan penggantian gigi.

    2. Apabila dalam satu sektan tidak terdapat gigi index maka gigi dalam

    sektan tersebut diperiksa semuanya dan yang diambil adalah gigi dengan

    skor tertinggi.

  • 3. Umur 19 tahun kebawah tidak dilakukan pemeriksaan Molar Kedua (M2)

    untuk menghindari false pocket.

    4. Umur 15 tahun kebawah, pencatatan hanya dilakukan bila ada perdarahan

    daerah gusi dan karang gigi saja.

    5. Jika gigi index dan penggantinya tidak ada maka sektan diberi tanda X.

    Pembagian mengenai kelompok umur, gigi indax dan skornya adalah sebagai

    berikut :

    1. Umur 20 tahun atau lebih, gigi index yang diperiksa adalah 1.7, 1.6, 1.1,

    2.1, 2.6, 2.7, 3.7, 3.6, 3.1, 4.1, 4.6, 4.7, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4.

    2. Umur 16 tahun sampai 19 tahun, gigi index yang diperiksa adalah 1.6, 1.1,

    2.6, 3.6, 3.1, 4.6, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4.

    3. Umur kurang dari 15 tahun, gigi index yang diperiksa adalah sama dengan

    16-19 tahun, dengan skor 0,1, 2.

    Kriteria skoring CPITN:

    0 : periodonsium sehat

    1 : terdapat perdarahan setelah probing

    2 : terdapat kalkulus supra atau subgingiva atau timbunan plak di sekeliling

    margin

    gingiva,tidak terdapat poket dengan kedalaman lebih dari 3mm.

    3 : terdapat poket 4 atau 5 mm

    4 : terdapat poket lebih dari 6 mm

    * : terdapat keterlibatan daerah furkasio atau terdapat loss attachment >7mm

  • Dari data status periodontal yang diperoleh dengan menggunakan kode

    tersebut, perawatan dikategorikan sebagai berikut :

    0 : tidak memerlukan perawatan

    1 : peningkatan kebersihan mulut/penyuluhan

    2 : peningkatan kebersihan mulut/penyuluhan dan scalling

    3 : peningkatan kebersihan mulut / penyuluhan, skeling, kuretase, bedah

    periodontal

    1.2 Kelebihan

    1. Sederhana

    2. Mendapatkan data tentang status periodontal masyarakat.

    3. Dapat merencanakan program penyuluhan.

    4. Dapat menentukan kebutuhan perawatan (jenis tindakan, beban kerja,

    kebutuhan tenaga).

    5. Memantau kemajuan kondisi periodontal individu.

    1.3 Kekurangan

    1. Kekurangan dalam menetapkan kebutuhan perawatan

    2. keterbatasan-keterbatasan, dan data yang diperoleh dari penggunaan

    indeks ini masih dapat disalah tafsirkan

    3. Kriteria (skoring) CPITN untuk mengkategorikan status periodontal

    valid, tetapi penggunaan gigi-gigi indeks dapat menghasilkan estimasi

    yang rendah pada status periodontal

    4. kalkulasi tiap sextan dan tiap individu dapat menimbulkan estimasi

    yang berlebihan untuk kebutuhan perawatan, khususnya untuk kode 3

    dan kode 4 (poket 4-5 mm, poket sama/lebih besar dari 6 mm)

  • 2. Basic Periodontal Examination (BPE) Index

    Dikembangkan oleh British society of Periodontology pad 1986. Berasal

    dari CPITN. Sederhana dan merupakan alat screening cepat untuk mengindikasi

    level perawatan yang dibutuhkan dan menyediakan dasar panduan kebutuhan

    perawatan. Bukan merupakan alat diagnostic.

  • 3. Periodontal Screening and Recording (PSR) Index

    3.1 Definisi

    Diperkenalkan oleh American Academy of Periodontology (AAP) dan

    American Dental Association (ADA). Endorse by WHO. Merupakan adaptasi dari

    CPITN. Digunakan untuk menghitung perdarahan gingiva ketika probing,

    kalkulus pada gigi dan kedalaman poket pada tiap sekstan di rongga mulut.

    3.2 Perhitungan

    Skor tertinggi pada sektan dipilih sebagai skor PSR untuk sekstan. Hanya 1

    skor yang dipilih untuk tiap sekstan dalam rongga mulut. Untuk memeriksa gigi

    secara individual digunakan A WHO/CPITN/PSR probe.

    3.3 Kelebihan

    1. Memperkenalkan metode screening yang sederhana yang sesuai

    dengan kebutuhan dental record

    2. Deteksi dini dari penyakit periodontal dan menyediakan monitoring

    status dari pasien

    3. Metode cepat screening karena hanya menilai 6 skor

    4. Dokumen ini membantu melengkapi riwayat periodontal pasien

    5. Dapat digunakan pada populasi yang besar

  • 3.4 Kekurangan

    1. Tidak dimaksudkan untuk pemeriksaan lengkap rongga mulut. Pada

    pasien yang telah menerima perawatan periodontal sebelumnya atau

    dalam fase maintenance harus menerima pemeriksaan yang

    komprehensif

    2. Keterbatasan penggunaan system PSR pada anak karena

    ketidakmampuan membedakan pseudo poket

    3. Tidak menghitung epithelial attachment, keparahan penyakit dapat

    underestimated

  • 4. Genetic Susceptibility Index for Periodontal disease

    4.1 Definisi

    Etiologi dari periodontitis adalah multifactorial dan termasuk di dalamnya

    komponen infeksius, factor lingkungan dan genetic. Genetic marker menunjukkan

    kerentanan manifestasi penyakit dan dapat digunakan untuk mengungkap

    informasi yang tersembunyi. Sistem ini menunjukkan hubungan langsung dan tak

    langsung diantara indeks kerentanan, hasil mikroba dan penyakit. Singel

    Nucelotida Polymorphism (SNPs) di gen yang mengkode molekul dari sistem

    pertahanan tubuh dinilai.