tugas 4 proposal kuantitatif

Upload: rinadyacintamauet-alwaysforever

Post on 11-Jul-2015

151 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEMAMPUAN SISWA MEMAHAMI MATERI PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI ( TIK ) DI SMPN 1 BINONGDiajukan untuk memenuhi Salah satu tugas mata kuliah metode penelitian Pendidikan Ilmu Komputer tahun Ajaran 2008-2009

Oleh : Dikdik Dikrullah 0608500

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal). Jalur pendidikan non formal ini merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Satuan pendidikan non formal meliputi kursus/lembaga pendidikan keterampilan dan satuan pendidikan yang sejenis. Berdasarkan fungsinya, jenis-jenis kursus itu dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu: (1) sejenis bimbingan tes yang bertujuan meningkatkan kemampuan belajar melalui pelajaran tambahan untuk bidang-bidang tertentu seperti IPA, Matematika, Bahasa Inggris dan lain-lain, (2) kursus-kursus keterampilan yang bertujuan memberikan atau meningkatkan keterampilan mengetik, kecantikan, bahasa asing, akuntansi, montir, menjahit, sablon dan lain-lain, (3) pengembangan profesi, seperti kursus sekretaris atau humas perusahaan, Seiring akuntan publik, kepribadian dan Informasi lain-lain. dan (http://www.pts.co.id/kursus.asp) dengan perkembangan zaman, Teknologi Komunikasi (TIK) telah menjadi kebutuhan masyarakat luas, tidak terkecuali dalam proses pembelajaran. Teknologi informasi telah mengubah laju percepatan akses informasi dan lebih dari itu secara paradigmatik telah mengubah praktik dunia pendidikan menuju ke interaksi yang lebih intensif dengan tidak terkendala oleh ruang dan waktu. Dalam pembelajaran, TIK merupakan bagian dari ranah ilmu pengetahuan yang telah dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan. Oleh karena itu permasalahan yang perlu segera dicari solusinya adalah bagaimana usaha yang tepat untuk mengajarkan mata pelajaran tersebut agar peserta didik dapat dengan mudah mampu menguasainya.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan strategi pembelajaran tertentu dan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan. Setelah penelitian menentukan dengan jenis penelitian, maka peneliti menentukan tempat tempat penelitian, yaitu SMPN 1 Binong. Dipilihnya SMPN 1 Binong sebagai pertimbangan kesesuaian sistem pembelajaran dan sarana pembelajaran yang masih perlu diperbaiki. Kendala yang dihadapi pada proses pembelajaran memahami Materi Mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi di SMPN 1 Bining adalah sarana pendukung yang belum memadai, sedangkan metode pembelajaran yang digunakan masih berupa metode ceramah (guru Center) dalam hal ini menyebabkan siswa pasif dan tidak konsen Sehingga terjadi kejenuhan belajar pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Semua itu merupakan permasalahan utama yang perlu segera ditanggulangi. Penyampaian materi teknologi informasi dan komunikasi hanya sebatas metode ceramah dalam teori. Kelemahan dari metode ini adalah apabila guru tidak pandai memotivasi dan menarik perhatian siswa serta kurang pintar mengamati kondisi belajar siswa di kelas, maka siswa akan menjadi pasif, karena hanya sebagai penerima informasi yang tentu saja akan cepat membosankan. Pada saat pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa terpaku, tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan atau memberikan tanggapan terhadap materi yang disampaikan oleh guru tersebut walaupun guru sudah memberi kesempatan untuk bertanya.Menanggapi permasalahan di atas maka peneliti ingin menggunakan Model Pembelajaran Quantum Learning pelajaran TIK.. belajar siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, untuk menjawab masalah yang diteliti, dikemukakan beberapa pendekatan konsep dan asumsi sebagai berikut : 1. Penggunaan metode pembelajaran yang digunakan guru relatif tidak menarik sehingga membuat siswa pasif. Peneliti dalam proses belajar mengajar untuk mata memilih menggunakan Model Pembelajaran tersebut

waktu pelaksanaan penelitian, serta

mengacu pada satu tujuan untuk meningkatkan prestasi belajar Dan keberhasilan

2. Komunikasi yang masih satu arah dari guru pembelajaran komunikasi. materi

ke siswa dalam proses

memahami materi pelajaran teknologi informasi dan

3. Penerapan Pembelajaran Quantum learning Beum banyak digunakan di indonesia, selama ini yang digunakan masih metode ceramah sehingga siswa kurang berperan dalam proses belajar mengajar. C.Batasan Masalah Karena diidentifikasi informasi dan cukup dijadikan luasnya bahan lingkup kajian. permasalahan Hanya pada tidak semua yang model Penerapan

pembelajaran quantum pada pokok bahasan memahami materi pelajaran teknologi komunikasi. Sedangkan penelitian yang digunakan yaitu penelitian untuk adalah memperbaiki belajar model kualitas peserta prestasi tindakan kelas, didik. Strategi yakni penelitian yang diarahkan pembelajaran yang diterapkan

pembelajaran dan pada akhirnya untuk meningkatkan Quantum Learning. D. Rumusan Tindakan Berdasarkan dari latar belakang masalah,

pembelajaran

identifikasi

masalah

dan batasan

masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan tindakan yang diajukan oleh peneliti adalah : 1. Bagaimanakah Penerapan Model Pembelajaran Prestasi Belajar di SMPN 1 Binong ? 2. Bagaimanakah aktifitas siswa dalam proses pembelajaran TIK dalm memahami materi teknologi informasi dan komunikasi dengan diterapkannya Model Pembelajaran Quantum? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui Penerapan Model pembelajaran Quantum learning sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di SMPN 1 Binong. Quantum dapat meningkatkan

2. Mengetahui

aktifitas

siswa

dalam

proses

pembelajaran

pada

pokok

bahasan memahami materi pelajaran teknologi informasi dan komunikasi dengan diterapkannya Model pembelajarann Quantum Learning. BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Belajar 1. Pengertian belajar

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia mampu mengembangkan potensipotensi yang dibawanya sejak lahir sehingga nantinya mampu menyesuaikan diri demi pemenuhan kebutuhan. Pengertian belajar menurut Marris L Bigge dalam jurnal yang ditulis Darsono adalah suatu perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis. Dalam hal ini perubahan yang dimaksud terjadi pada pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi-situasi tertentu. Sedangkan menurut Hilgard dan Bower dalam yang terdapat dalam jurnal yang ditulis Ngalim Purwanto mengatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku individu terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang. Perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya. Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang disebabkan adanya pengalaman untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap dari seseorang yang melakukan kegiatan belajar. 2.Prestasi Belajar Definisi belajar menurut (Sardiman A.M 1996:22) menyatakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku/penampilan dengan serangkaian

kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru sebagainya. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat

dan

diambil kesimpulan

bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh adanya pengalaman dan latihan. Perubahan tersebut berlaku baik perubahan secara jasmani maupun rohani yang merupakan reaksi terhadap perubahan terhadap perubahan keadaan. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yakni prestatie kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Menurut Soenaryo (1983:4) prestasi belajar ialah perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan dalam jurnal Sumadi Suryabrata yaitu untuk mengetahui prestasi peserta didik, guru harus melakukan pengukuran dan evaluasi sehingga prestasi belajar merupakan hasil evaluasi pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah mengalami proses pendidikan secara formal dalam jangka waktu tertentu dan hasil tersebut berwujud angka- angka. Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar dapat diperoleh dengan perangkat tes. Hasil tes tersebut dapat memberikan informasi mengenai kemampuan atau perubahan tingkah laku dari hasil belajar. Siswa dikatakan telah berhasil dalam belajar manakala prestasinya menunjukkan nilai yang tinggi atau sesuai dengan target yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Prestasi belajar dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi pembelajaran yang direncanakan guru. Dari hasil evaluasi ini dapat digunakan sebagai acuan untuk perbaikan metode, melengkapi sumber belajar, sarana dan prasarana, media pendidikan, alat peraga serta penguasaan bahan yang akan disampaikan kepada siswa. Dari uraian di atas prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh oleh siswa selama melaksanakan proses belajar dengan memperoleh pengetahuan dan keterampilan, yang diukur dengan tes yang dilaporkan dengan bentuk raport. 3.Faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen adalah suatu faktor yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksteren adalah factor yang berasal dari luar individu. Menurut Slamento (1998:54-57), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu adalah: 1. Faktor intern meliputi:a. Faktor jasmaniah yang tubuh. b. Faktor psikologi terdiri

terdiri atas faktor kesehatan dam cacat atas intelegensi, perhatian, bakat minat, motif, kematangan dan kelelahan. 2. Faktor interen meliputi: a. Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan keperluan keluarga. b. c. Faktor sekolah yang terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah dan alat pelajaran. Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, bahwa keberhasilan prestasi belajar yang dipengaruhi oleh faktorteman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri dan juga diluar individu tersebut.B. Pembelajaran Quantum Learning 1. Pengertian Quantum Learning

Quantum learning pertamakali dikembangkan oleh De Porter. Mulai dipraktekkan pada tahun 1992, dengan mengilhami rumus yang terkenal dalam fisika kuantum yaitu masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Dengan rumus itulah mendefinisikan Quantum sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Pembelajaran Quantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua energi adalah kehidupan dan dalam proses pembelajarannya mengandung keberagaman dan interdeterminisme. Dengan kata lain interaksi-interaksi yang dimaksud mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.

Teori yang terkandung dalam Quantum Teaching adalah Accelerated Learning, Multiple Intelligences, Neuro-Linguistic Programming, Experiential Learning, dan Elements of Effective Instruction sehingga Quantum Teahing merangkaikan sebuah kekuatan yang memadukan multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak yang didalamnya meramu konsep berbagai teori yaitu: 1) teori otak kanan/kiri; 2) teori otak triune (3 in 1); 3) pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); 4) teori kecerdasan ganda; 5) pendidikan holistic (menyeluruh); 6) belajar berdasarkan pengelaman; 7) belajar dengan symbol dan simulasi permainan. 2. Karakteristik Secara umum, Quantum Teaching (pembelajaran kuantum) mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Berpangkal pada psikologi kognitif. 2) Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi dan sebagainya dari pembelajar dapat berkembang secara optimal dengan meniadakan hukuman dan hadiah karena semua usaha yang dilakukan pembelajar dihargai. Kesalahan sebagai manusiawi. 3) Bersifat konstruktivistis, artinya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Oleh karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik. 4) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Dalam proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan intekasi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar. 5) Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Dalam prosesnya menyingkirkan hambatan dan halangan sehingga menimbulkan hal-hal yang seperti: suasana yang menyengkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan lain-lain.

6) Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. Dengan kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, dan menyenangkan serta tidak membosankan. 7) Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan proses pembelajaran. Dengan kebermaknaan dan kebermutuan akan menghadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman perlu diakomodasi secara memadai. Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis. Sedangkan isi pembelajaran meliputi: penyajian yang prima, pemfasilitasan yang fleksibel, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup. 9) Menyeimbangkan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material. 10) Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri pembelajar. Ini mengandung arti bahwa suatu kesalahan tidak dianggapnya suatu kegagalan atau akhir dari segalanya. Dalam proses pembelajarannya dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai. 11) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi. Dalam prosesnya adanya pengakuan keragaman gaya belajar siswa dan pembelajar. 12) Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran, sehinga pembelajaran bias berlangsung nyaman dan hasilnya lebih optimal. C. Prinsip Dasar Prinsip dasar yang terdapat dalam pembelajaran Quantum adalah: 1) Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru), dan antarkan dunia kita (guru ke dalam dunia mereka (siswa). 2) Proses pembelajaran bagaikan orkestra simfoni, yang secara spesifik dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Segalanya dari lingkungan. Hal ini mengandung arti baik lingkungan kelas/sekolah sampai bahasa tubuh guru; dari lembar kerja atau kertas kerja yang dibagikan anak sampa rencana pelakanaan pembelajaran, semuanya mencerminkan pembelajaran. b) Segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan semuanya.

c) Pengalaman mendahului pemberian nama. Pembelajaran yang baik adalah jika siswa telah memperoleh informasi terlebih dahulu apa yang akan dipelajari sebelum memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Ini diilhami bahwa otak akan berkembang pesat jika adanya rangsangan yang kompleks selanjunya akan menggerakkan rasa keingintahuan. d) Akuilah setiap usaha. Dalam proses pembelajaran siswa seharusnya dihargai dan diakui setiap usahanya walaupun salah, karena belajar diartikan sebagai usaha yang mengandung resiko untuk keluar dari kenyamanan untuk membongkar pengetahuan sebelumnya. e) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Segala sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. 3) Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Ada depalapan kunci keunggulan dalam pembelajaran kuantum yaitu: a) terapkan hidup dalam integritas, dalam pembelajaran sebagai bersikap apa adanya, tulus, dan menyeluruh, sehingga akan meningkatkan motivasi belajar. b) akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan. Jika mengalami kegagalan janganlah membuat cemas terus menerus tetapi memberikan informasi kepada kita untuk belajar lebih lanjut. c) berbicaralah dengan niat baik. Dalam pembelajaran hendaknya dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Dengan niat bicara yang baik akan mendorong rasa percaya diri dan motivasi. d) tegaslah komitmen. Dalam pembelajaran baik guru maupun siswa harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu. e) jadilah pemilik, mengandung arti bahwa siswa dan guru memiliki rasa tanggung jawab sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu. f) tetaplah lentur. Seorang guru terutama harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan. g) Pertahankan keseimbangan. Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.

4) Kerangka Perencanaan Pembelajaran Quantum Kerangka perencanaan pembelejaran kuantum dikenal dengan singkatan TANDUR, yaitu: a) Tumbuhkan. Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip bawalah dunia mereka ke dunia kita. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan, buatlah siswa tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu. Berikut pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai sebagai acuan guru: hal apa yang siswa pahami? Apa yang siswa setujui? Apakah manfaat dan makna materi tersebut bagi siswa? Pada bagian apa siswa tertari/bermakna? Stategi untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menuliskan tujuan pembelajaran dipapan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/media yang menarik atau lucu, isu muthakir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang. b) Alami. Tahap ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pertanyaan yang memandu guru pada konsep alami adalah cara apa yang terbaik agar siswa memahami informasi? Permainan atau keinginan apa yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki? Permainan dan kegiatan apa yang memfasilitasi siswa? Strategi konsep ALAMI dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi dengan memberi tugas secara individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.

c) Namai Konsep ini berada pada kegiatan inti, yang NAMAI mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar. Pertanyaan yang dapat memenadu guru dalam memahami konsep NAMAI yaitu perbedaan apa yang perlu dibuat dalam belajar? Apa yang harus guru tambahkan pada pengertian siswa? Strategi, kiat jitu, alat berpikir apa yang digunakan untuk siswa ketahui atau siswa gunakan? Strategi implementasi konsep NAMAI dapat menggunakan gambar susunan gambar, warna, alat Bantu, kertas tulis dan poster di dinding atau yang lainnya. d) Demonstrasikan Tahap ini masih pada kegiatan ini. Inti pada tahap ini adalah memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini sekaligus memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Panduan guru untuk memahami tahap ini yaitu dengan cara apa siswa dapat memperagakan tingkat kecakapan siswa dengan pengetahuan yang baru? Kriteria apa yang dapat membantu guru dan siswa mengembangkan bersama untuk menuntut peragaan kemampuan siswa. Strategi yang dapat digunakan adalah mempraktekkan, menyusun laporan, membuat presentasi dengan powerpoint, menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara harmonis, dan lain-lain. e) Ulangi Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa aku tahu bahwa aku tahu ini. Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan. Panduan guru untuk memasukan tahap ini yaitu cara apa yang terbaik bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? Dengan cara apa setiap siswa akan mendapatkan kesempatan untuk mengulang?

Strategi untuk mengimplementasikan yaitu bias dengan membuat isian aku tahu bahwa aku tahu ini hal ini merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan pertanyaan post tes. f) Rayakan Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lehi lanjut. Panduan pertanyaan dalam diri guru untuk melaksanakan adalah untuk pelajaran ini, cara apa yang paling sesuai untuk merayakannya? Bagaimana anda dapat mengakui setiap orang atas prestasi mereka? Strategi yang dapat digunakan adalah dengan pujian bernyanyi bersama, pesta kelas, memberikan reward berupa tepukan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. METODE Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mendapatkan informasi dan hubungan penerapan model pembelajaran Quantum Learning dengan kemampuan sisw dalam memahami materi pelajaran Teknologi informasi Dan Komunikasi 9 TIK ) di SMPN 1 Binong, tipe penelitian ini adalah Survey yaitu penelitian yang berusaha untuk mengungkap jawaban melalui pertanyaan apa, bagaimana, berapa dan bukan pertanyaan mengapa. (Sudjana, 1989)Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik inferensial yaitu analisis regresi ganda dengan mempergunakan persamaan regresi empat prediktor. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan persyaratan pengujian validitas alat ukur, reliabilitas alat ukur, dan uji normalitas data. 2. HASIL Bagi semua responden, sebelum mengikuti program terlebih dahulu dilakukan tes untuk mengetahui tingkat kemampuannya. Tes awal ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat atau level yang harus diikuti oleh para responden yang bersangkutan. Dan pada akhir program para responden tersebut kembali diuji. Kemampuan rata-rata responden antara laki-laki dengan wanita relatif sama, yaitu berkategori sedang. Untuk responden laki-laki mempunyai tingkat kemampuan rata-rata adalah 78, sedangkan responden wanita mempunyai kemampuan awal rata-rata 80.

Kemampuan responden setelah mengikuti program mengalami peningkatan yang sangat tinggi, yaitu untuk responden laki-laki dari kemampuan awal rata-rata 78 menjadi 93 atau meningkat sekitar 15 point, dan sama halnya untuk responden wanita dari kemampuan awal rata-rata 80 menjadi 95 meningkat sekitar 15 point. Kemampuan awal responden berdasarkan tingkat pendidikan berkategori sedang, yaitu untuk tingkat pendidikan SLTP mempunyai kemampuan awal 71 (rata-rata dari 21 responden), tingkat pendidikan SLTA mempunyai kemampuan awal 79 (rata-rata dari 48 responden) dan untuk tingkat pendidikan Perguruan Tinggi tingkat kemampuan awal 80 (rata-rata dari 5 responden) Dilihat dari kemampuan akhir responden berdasarkan tingkat pendidikan mengalami tingkat peningkatan yang sangat tinggi, yaitu untuk tingkat pendidikan SLTP mengalami peningkatan sebesar 24 point (dari 71 menjadi 95), untuk tingkat pendidikan SLTA mengalami peningkatan 14 point (dari 79 menjadi 93) sedangkan untuk tingkat pendidikan Perguruan Tinggi mengalami peningkatan sebesar 16 point (dari 80 menjadi 96). Konstribusi murni, relative, parsial dan simultan dari masing-masing variable tersebut dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Sumbangan simultan, relative dan efektif Pada masing-masing variable penelitian Sumbangan Simultan (R2) 21,06% 16,15% 76,70% 28,00% 21,48% 23,3% 27,43% 21,04% 23,51% 18,03% 100% 76,70% Relatif efektif Variabel lain

NO Variabel

Koefisien 0,473 0,629 0,616 0,528 2,246

Koefisien Regresi 1,550 1,483 2,725 1,428 7,186

1 2 3 4 5

X1 X2 X3 X4 X1,X2,X3,X4

Sumber : Data Primer yang diolah, 2003 Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa penggunaan Game memberikan sumbangan relatif sebesar 21,06% dan sumbangan efektif sebesar 16,54%, diskusi memberikan sumbangan relative sebesar 28,00% dan sumbangan efektif sebesar 21,48%, penggunaan musik memberikan sumbangan relative sebesar 27,43% dan sumbangan efektif sebesar 21,04%, lingkungan belajar memberikan sumbangan relative sebesar 23,51% dan sumbangan efektif sebesar 18,03%. Apabila keempat variable tersebut digabungkan maka akan memberikan sumbangan efektif sebesar 76,70%, hal ini berarti 23,3% adalah variable lain yang tidak diamati dalam penelitian ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam menerapkan model quantum learning, pelaksanaan game, diskusi, dan musik seharusnya ditingkatkan, serta lingkungan belajar seharusnya ditata dengan baik agar tujuan dalam pembelajaran bisa tercapai. Selain itu perlu dikaji kembali hal-hal lain yang bisa memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam mengikuti program supercamp. 3. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, ternyata keempat hipotesis alternatif yang diajukan secara signifikan dapat diterima. Uraian masing-masing penerimaan hipotesis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama pengujian hipotesis pertama menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Games dengan kemampuan siswa yang ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 8,004 jauh lebih besar daripada nilai ttabel pada taraf signifikan alpha 0,05 yaitu 1,67 atau 8,004 > 1,67Pola hubungan antara kedua variabel ini dinyatakan oleh persamaan regresi Y = 46,795 + 1,55 X1. Kesenangan dalam permainan (Games) melepaskan segala macam endorfin positif dalam tubuh, melatih kesehatan, dan membuat para pebelajar merasa hidup sepenuhnya. Bagi banyak orang, ungkapan kehidupan dan kecerdasan kreatif yang paling tinggi di dalam diri mereka tercapai dalam sebuah permainan. Permainan belajar (games) yang menciptakan suasana menggembirakan dapat memberi banyak sumbangan yang positif dalam suatu proses pembelajaran.Menurut Meier (2002), Permainan jika dimanfaatkan secara bijaksana maka dapat: Menyingkirkan keseriusan yang menghambat.

Menghilangkan stress dalam lingkungan belajar Mengajak orang terlibat penuh. Meningkatkan proses belajar. Membuat

Lebih jauh Meier (2002) mengemukakan bahwa agar permainan lebih efektif dan menambah nilai nyata pada proses belajar, maka permainan harus:1. pebelajar mengetahui cara berpikir, mengakses informasi, bereaksi, memahami, berkembang dan menciptakan nilai dunia nyata bagi diri mereka sendiri dan organisasi mereka secara terus menerus.2. bekerja sama4. kehilangan akal.5. Sangat menyenangkan dan mengasikkan, namun tidak Membebaskan pebelajar untuk membuat pebelajar tampak bodoh atau dangkal.3.

Menantang, namun tidak sampai membuat orang kecewa dan Menyediakan banyak waktu untuk umpan balik, berdialog dan

berinteraksi.Menurut penulis manfaat permainan (games) yang tepat bagi orang yang tepat dan waktu yang tepat dapat membuat pembelajaran menyenangkan dan menarik, dapat menguatkan pembelajaran. Kedua pengujian hipotesis kedua menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Diskusi dengan kemampuan siswa yang ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 10,497 jauh lebih besar daripada nilai ttabel pada taraf signifikan alpha 0,05 yaitu 1,67 atau 10,497 > 1,67. Pola hubungan antara kedua variable ini dinyatakan oleh persamaan regresi Y = 45,737 + 1,483 X2. Komunikasi dalam bentuk diskusi dalam proses pembelajaran berlangsung amat efektif, baik antara pembelajar dengan pebelajar maupun di antara pebelajar itu sendiri, sebab mekanismenya memungkinkan pebelajar terbiasa mengemukakan pendapat secara argumentatif dan dapat mengkaji dirinya, apakah yang telah diketahuinya itu benar atau tidak.Dalam hal ini Effendy (1990) mengemukakan pentingnya komunikasi dalam bentuk diskusi dalam proses pembelajaran disebabkan oleh 2 hal, yaitu: Materi yang didiskusikan meningkatkan intelektualitas. Komunikasi dalam diskusi bersifat intracommunication dan intercommunication. Baker dan Pophan (1992) mengemukakan bahwa diskusi juga berguna sekali untuk mengubah perilaku afektif pebelajar secara konkrit.Menurut Roestiyah (1982) bahwa mengajar dengan metode diskusi ini adalah berarti:1. kelompok.2. Kelas dibagi dalam beberapa Dapat Dapat mempertinggi partisipasi siswa secara individual.3.

mempertinggi kegiatan kelas sebagai keseluruhan dan kesatuan.4. mendorong rasa kesatuan.5. pendapat.6. para pebelajar.8.

Rasa sosial para

pebelajar dapat dikembangkan, karena bisa saling membantu dalam memecahkan soal, Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan Memperluas pandangan Membantu Merupakan pendekatan yang demokratis.7.

Menghayati kepemimpinan bersama-sama9.

mengembangkan kepemimpinan.Berdasakan pengamatan penulis dalam observasi, maka penulis melihat bahwa diskusi yang diterapkan dalam proses pembelajaran di Supercamp itu memang sangat efektif karena setiap pelaksanaan diskusi para pebelajar dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri atas 5 sampai dengan 6 orang. Setiap kelompok dibimbing oleh satu pembelajar, sehingga para pebelajar betul-betul terlibat dalam proses pembelajaran.Selain itu penulis juga melihat setiap kelompok tidak harus melakukan diskusi di dalam ruangan kelas, akan tetapi seringkali dilakukan di luar ruangan, tergantung kesepakatan antara pebelajar dengan pembelajar. Sehingga suasana belajar dalam diskusi tersebut betul-betul dirasakan sangat menyenangkan oleh para pebelajar.Dari data didapatkan bahwa para pebelajar di Britania yang mengikuti program supercamp, ternyata metode diskusi inilah yang paling banyak disenangi dan memberikan motivasi dalam proses pembelajaran. Ketiga pengujian hipotesis ketiga menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Musik dengan kemampuan siswa yang ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 11,759 jauh lebih besar daripada nilai ttabel pada taraf signifikan alpha 0,05 yaitu 1,67 atau 11,759 > 1,67 . Pola hubungan antara kedua variable ini dinyatakan oleh persamaan regresi Y = 49,032 + 2,725 X3. Sistem limbik otak manusia berisi alat-alat untuk memproses musik, sistem limbik ini juga berisi alat-alat yang penting bagi ingatan jangka panjang. Musik dan ingatan secara filosofis berhubungan di dalam otak.Pendidik dan pelatih Bulgaria, Georgi Lozanov, mengembangkan metode yang mempercepat pelatihan bahasa melalui sugesti, relaksasi dan musik. Dan di Universitas California di Irvine, para peneliti menemukan bahwa pebelajar yang mendengarkan musik Mozart sebelum diuji kemampuannya memproses informasi spasial meraih angka 8 dan 9 poin lebih tinggi daripada mereka yang mendengarkan rekaman pesan relaksasi verbal. (Meier: 2002).Lebih jauh (Meier : 2002) mengemukakan bahwa musik tidak selalu harus ada agar pembelajaran dapat berlangsung, akan tetapi musik dapat meningkatkan pembelajaran

dengan berbagai cara, dan pembelajar dapat menggunakan musik dalam proses pembelajaran untuk:1. lingkungan belajar.2. Menghangatkan, membuat manusiawi, dan memberdayakan Membuat pikiran tenang dan terbuka untuk belajar.3. Mendorong Membantu mempercepat dan meningkatkan proses

Menciptakan perasaan dan asosiasi positif dalam diri pebelajar.4. pembelajaran multi indrawi.5.

belajar.Musik mempengaruhi perasaan dan perasaan mempengaruhi pembelajaran. Musik yang tepat cenderung mengendurkan sekaligus menggugah otak dan seluruh sistem syaraf. Menurut penulis, musik yang dimanfaatkan secara tepat dapat mengaktifkan kemampuan total para pebelajar lebih banyak karena mereka mengerahkan pikiran sepenuhnya untuk belajar.Mengenai jenis musik yang paling baik adalah jenis musik yang dapat meningkatkan keefektifan belajar. Para peneliti di Barat hingga belakangan ini cenderung menekankan penggunaan musik Barok klasik untuk pembelajaran, dan 2002). Keempat pengujian hipotesis keempat menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Lingkungan belajar dengan kemampuan siswa yang ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 7,441 jauh lebih besar daripada nilai ttabel pada taraf signifikan alpha 0,05 yaitu 1,67 atau 7,441 > 1,67 . dinyatakan oleh persamaan regresi Pola hubungan antara kedua variable ini Y = 42,533 + 1,428 X4. Banyak pebelajar yang jenis musik inilah yang digunakan Georgi Lozanov dalam penelitiannya mengenai pelatihan bahasa yang dipercepat pada tahun 1970 (Meier,

mempunyai perasaan negatif tentang belajar. Kenangan tak sadar mereka mengaitkan belajar dengan rasa sakit, terhina , terkurung dan entah apa lagi. Jika mereka tidak menggantikan sugesti/asumsi negatif ini dengan yang positif, maka pembelajaran mereka akan terhalang.Kadang-kadang pembelajar secara tidak bijaksana merusak belajar dengan memasukkan sugesti negatif ke dalam lingkungan, misalnya dengan mengatakan hal-hal yang negatif.Sugesti tidak boleh menimbulkan kesan bodoh, dangkal, tidak bisa dipercaya atau berlebih-lebihan, tetapi harus realistis, jujur, apa adanya dan tidak berteletele.Sugesti, baik positif maupun negative, tercipta oleh lingkungan belajar itu sendiri. Pengaturan kelas yang berupa jajaran kursi-meja seperti pada kelas-kelas di sekolah konvensional sering menimbulkan sugesti negatif, yang mengingatkan pebelajar akan pengalaman menyakitkan dan penghinaan yang mungkin pernah mereka alami oleh

lingkungan serupa. Ruang kelas yang khas dapat menimbulkan sugesti resimentasi militer, kontrol yang berpusat pada guru, belajar yang mekanistis, kebosanan, pengurungan dan belajar sebagai proses menyerap informasi orang lain dan bukannya menciptakan pengetahuan itu sendiri.Sebaiknya pembelajar tidak membuat lingkungan belajar yang menyerupai ruang kelas pada kelas-kelas di sekolah konvensional, melainkan yang memberi kesan gembira, positif dan membangkitkan semangat.Ada banyak cara untuk melakukan perbaikan-perbaikan ini. Tempat duduk berkelompok, bukannya berjajar atau dapat membagi ruangan menurut fungsinya. Selain itu pembelajar juga dapat menghiasi ruang belajar dengan hal-hal yang disebut dengan peripheral, yaitu apa saja yang dapat menambah warna, keindahan, minat serta rangsangan yang memungkinkan berisi informasi yang behubungan dengan pelajaran.Dari pengamatan penulis pada lokasi supercamp, hal-hal seperti ini betul-betul mendapat perhatian oleh pengelola lembaga Britania. Pada setiap dinding yang sering dilewati oleh para pebelajar ditempelkan gambar-gambar yang dilengkapi dengan kata-kata dalam Bahasa Inggris serta terjemahannya. Hal ini membuat para pebelajar semakin mudah untuk menambah perbendahaan katanya. Selain itu pada dinding di setiap ruangan ditempelkan kalimatkalimat yang meningkatkan motivasi para pebelajar.Hal lain yang berhubungan dengan lingkungan adalah mempersiapkan pebelajar mendapatkan pengalaman belajar yang optimal., yaitu dengan menciptakan lingkungan kerjasama sejak awal. Kerjasama membantu pebelajar mengurangi stress dan lebih banyak memanfaatkan energi kejiwaan untuk belajar. Kerjasama antar pebelajar menciptakan sinergi manusiawi yang memungkinkan berbagai wawasan, gagasan dan informasi mengalir bebas. Dan hal itu dapat meningkatkan pengalaman belajar bagi semua pebelajar. Kelima pengujian hipotesis kelima menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Penerapan Quantum Learning (games, diskusi, musik dan lingkungan belajar) dengan kemampuan siswa yang ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 6,270 jauh lebih besar daripada nilai ttabel pada taraf signifikan alpha 0,05 yaitu 1,665 atau 6,270 > 1,665 . Pola hubungan antara kedua variable ini dinyatakan oleh persamaan regresi Y = 29,188 + 0,465 X1 + 0,580 X2 + 0,922 X3 + 0,462 X4. Persamaan ini memberikan pengertian bahwa variabel antara games, diskusi, musik dan lingkungan belajar secara bersama memberikan konstribusi terhadap kemampuan siswa berBahasa Inggris di

lembaga kursus Britani Makassar.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa berBahasa Inggris bagi peserta supercamp di Britania Makassar turut ditentukan secara bersama-sama oleh games, diskusi, musik dan lingkungan belajar yang diterapkan pada pelaksanaan supercamp. Oleh karena itu dalam menerapkan model quantum learning pada program supercamp, games, diskusi, musik serta lingkungan belajar harus betul-betul ditata sedemikian rupa agar membuat peserta supercamp menjadi senang mengikuti semua materi yang disampaikan.Karena pada dasarnya proses pembelajar di supercamp itu adalah usaha untuk membuat belajar menjadi menyenangkan, baik oleh pembelajar maupun terhadap pebelajar, maka semua metode yang dirancang atau pun lingkungan belajar harus ditata agar membuat pebelajar menjadi senang.Berdasarkan pemantauan penulis dalam observasi di lapangan dan didukung oleh intervieu terhadap pembelajar dan pebelajar, dalam menerapkan model quantum learning, pola komunikasi yang paling dominan dilakukan adalah pola komunikasi multi arah.Pada proses pembelajarannya, khususnya dalam games dan diskusi pembelajar saling berinteraksi dengan para pebelajar, demikian juga para pebelajar saling berinteraksi dengan sesama pebelajar.Pelaksanaan supercamp dirancang sedemikian rupa, sehingga selama pebelajar berada di lokasi supercamp selama itu pula proses pembelajaran berlangsung. Dengan menerapkan aturan agar setiap pebelajar harus menggunakan Bahasa Inggris dalam berinterasi antar sesama, membuat kemampuan siswa dalam berBahasa Inggris semakin cepat dan semakin lancar berBahasa Inggris.Bentuk-bentuk komunikasi yang banyak diterapkan pada Quantum Learning adalah bentuk komunikasi kelompok. Misalnya dalam pelaksanaan diskusi. Ada 3 unsur dalam struktur kelompok, yaitu kegiatan, interaksi dan perasaan. Kegiatan ini terdiri dari tindakan-tindakan anggota kelompok yang berhubungan dengan tugas kelompok. Dalam melakukan kegiatan tersebut mereka terlibat dalam suatu interaksi, yaitu mereka memperlihatkan saling ketergantungan dan saling menanggapi dalam bertingkah laku. Elemen ketiga dari tingkah laku sosial dalam kelompok adalah perasaan. Perasaan disini terdiri atas perasaan-perasaan negative dan positif yang dirasakan anggota kelonpok terhadap anggota lain.Selain bentuk komunikasi kelompok, dalam penerapan model quantum learning juga terjadi komunikasi antar pribadi yang berjalan sirkuler, dimana masing-masing pelaku (pebelajar dan pembelajar) secara bergantian bertindak sebagai komunikator dan komunikan.Proses komunikasinya

dapat digambarkan sebagai berikut: Pertama, pelaku komunikasi yang pertama mengambil inisiatif sebagai sumber/komunikator membentuk pesan (encoding) dan menyampaikannya melalui saluran komunikasi tertentu. Kedua, pihak penerima/komunikan setelah menerima pesan akan mengartikan (decoding) dan menyampaikannya kembali, kali ini ia bertindak sebagai sumber, dan tanggapan atau reaksinya disebut sebagai umpan balik. Ketiga, pihak sumber/komunikator yang pertama sebagai penerima/komunikator. Ia akan mengartikan dan menginterpretasikan pesan yang diterimanya dan kalau ada tanggapan/reaksi, kembali ia akan membentuk pesan dan menyampaikannya kembali kepada pasanyan komunikasinya. Demikianlah proses ini berlangsung terus secara sirkuler.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Hasil penelitian ini membuktikan bahwa diskusi adalah salah satu metode yang harus dilakukan dalam proses pembelajar di SMPN 1 binong. Karena berdasarkan penelitian ini, diskusi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kemampuan siswa Memahami materi TIK .Games mempunyai hubungan yang signifikan dengan kemampuan siswa dalam memahami materi TIK di SMPN 1 Binong . Hal ini berarti games merupakan salah satu metode yang mendorong peningkatan kemampuan siswa memahami materi TIK. Oleh karena dalam pelaksanaannya , games yang dilakukan harus betul-betul dirancang agar menyenangkan dan bisa mendorong kemampuan siswa/pebelajar. Lingkungan belajar mempunyai hubungan yang signifikan dengan peningkatan kemampuan siswa Memahami materi TIK bagi siswa SMPN 1 Binong. Hal ini berarti bahwa penataan lingkungan belajar yang kondusif membuat siswa/pebelajar menjadi senang dalam mengikuti materi pelajaran yang disampaikan.Penerapan quantum learning mempunyai hubungan yang signifikan dengan kemampuan siswa memahami materi pelajaran TIK di SMPN 1 Bimnong. Penerapan quantum learning di SMPN 1 binong ini perlu terus dikembangkan dan diterapkan demi tercapainya keberhasilan belajar siswa. Saran Hendaknya dalam pelaksanaan Penerapan metode pembelajaran Quantum learning ini di lingkungan SMPN 1 Binong ini perlu dirancang sedemikian rupa sehingga

membuat pembelajar dapat merasa senang dan termotivasi untuk belajar. Kepada para pengelola sekolah khususnya kepada pengelola SMPN 1 Binong agar bisa merancang suatu pembelajaran dengan model/metode pembelajaran Quantum Learning ini untuk diterapkan pada semua mata pelajaran yang ada, karena pelaksanaan model pembelajaran ini bkan hanya dapat diterapkan pada mata pelajaran TIK saja melainkan pada mata pelajaran lain juga dapat diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1985. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Dave Meier. 2002, The Accelerated Learning. Jakarta.: Kaifa. DePorter, B., Readon, M., and Nourie, S.S. 2001. Quantum Teaching. (Alihbahasa: Ary Nilandari). Bandung: Mizan. DePorter, Hernacki. 2002, Quantum Learning. Jakarta: Kaifa.Echols, J., dan Shadily, H. 1987. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Effendy, O.U. 1999. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Effendy. 1990. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya.Popham & Baker. 2001, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.Roestiyah, N.K. 1982. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Jakarta: PT. Bina Aksara. Sudjana, N. 1989. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Sinar Baru. Sudjana, N. 1995. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.