contoh proposal penelitian kuantitatif

63
PROPOSAL SKRIPSI “PENGARUH PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 4,5,6 MI NURUL ULUM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2010 Oleh : ARENA HIDAYANI NPM:0956425 JURUSAN TARBIYAH PRODI PGMI

Upload: andi-nova

Post on 11-Aug-2015

1.357 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

PROPOSAL SKRIPSI

“PENGARUH PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN

PENDIDIKAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 4,5,6

MI NURUL ULUM KECAMATAN GADINGREJO

KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2010

Oleh :

ARENA HIDAYANI

NPM:0956425

JURUSAN TARBIYAH PRODI PGMI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAIN JURAI SIWO)

METRO 2010

Page 2: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

PENGARUH PENERAPAN KTSP TERHADAP PRESTASI BELAJAR

SISWA KELAS 4 MIN GUMUKMAS KECAMTAN PAGELARAN

Latar Belakang Masalah

Allah menciptakan manusia dengan dibekali berbagai macam perasaan

(feeling). Salah satunya adalah perasaan “Ingin Tahu (idle courocity)” dan

perasaan “Tidak Puas” terhadap sesuatu yang ia miliki. Dengan rasa

keingintahuannya ia berusaha untuk mendapatkan berbagai macam informasi

yang banyak, dan dengan rasa ketidakpuasannya ia ingin memiliki sesuatu

yang lebih. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin

meraih kehidupan yang cemerlang, sejahtera, dan bahagia dalam arti yang

luas, baik lahiriah maupun bathiniah, duniawi dan ukhrawi. Namun cita-cita

tersebut tidak mungkin tercapai dan terwujud jika manusia itu sendiri tidak

berusaha seoptimal mungkin dalam meningkatkan kemampuannya melalui

proses kependidikan, karena proses kependidikan adalah suatu kegiatan secara

bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau

cita-cita tersebut.

Pendidikan adalah yang utama dan terutama didalam kehidupan era

masa sekarang ini. Sejauh kita memandang maka sejauh itu pulalah kita harus

memperlengkapi diri kita dengan berbagai pendidikan. Pendidikan merupakan

kebutuhan pokok bahkan mutlak bagi manusia dalam rangka merubah

keadaan hidupnya menjadi lebih baik dan terarah. Tanpa pendidikan sama

sekali mustahil mereka dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-

1

Page 3: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandang hidup

mereka.

Dalam kaitannya dengan pendidikan, Lodge (dalam Zuhairini,

2004:10) mengemukakan pengertian pendidikan dalam arti yang luas, yaitu

“life is education, and education is life“, akan berarti bahwa seluruh proses

hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan. Jadi pendidikan

bagi manusia merupakan kebutuhan sepanjang hidupnya yang dapat

memberikan pengaruh baik dalam menata masa depan yang cemerlang,

sejahtera dan bahagia.

Selanjutnya dalam arti yang sempit Lodge menjelaskan pengertian

pendidikan sebagai berikut :

“ in the narrower sense, education is restricted to that functions, its

background, and its outlook to the member of the rising generations. In

practice identical with schooling, i.e. formal instruction under controlled

conditions “.

Dalam arti yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang

terbatas, yaitu memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup ke generasi yang

sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di

sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba

terkontrol.

Dengan pengertian pendidikan diatas, dapat kita pahami bahwa

pendidikan formal di sekolah hanyalah bagian kecil saja dari pada pendidikan

informal secara umum, tapi pendidikan formal merupakan pendidikan inti

2

Page 4: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

yang sangat urgen dan tidak bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan

secara keseluruhan. Pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan dengan pendidikan informal dalam lingkungan keluarga.

Pertama, pendidikan formal di sekolah memiliki lingkup isi pendidikan yang

lebih luas, bukan hanya berkenaan dengan pembinaan segi-segi moral tetapi

juga ilmu pengetahuan dan keterampilan. Kedua, pendidikan di sekolah dapat

memberikan pengetahuan yang lebih tinggi, lebih luas dan mendalam. Sejarah

pendidikan sekolah diawali karena ketidakmampuan keluarga memberikan

pengetahuan dan keterampilan yang lebih tinggi dan mendalam. Ketiga,

karena memiliki rancangan atau kurikulum secara formal dan tertulis,

pendidikan di sekolah dilaksanakan secara berencana, sistematis, dan lebih

mendasar. (Sukmadinata, 2009:2). Jadi pendidikan formal lebih bersifat

sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan

praktikal sepanjang waktu sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Sehingga

secara umum pendidikan dapat mengarahkan peserta didik terhadap

peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan,

pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan

pengembangan diri peserta didik tersebut, dan tujuan pendidikan yang

meliputi kepentingan, kemaslahatan dan kesejahteraan peserta didik dan

masyarakat bahkan tuntutan lapangan kerjapun akan mudah tercapai.

Pendidikan juga suatu proses pembelajaran. Sebab pada kenyataannya

proses pendidikan yang dilaksanakan diberbagai lembaga pendidikan banyak

dilakukan bahkan tidak lepas dari apa yang namanya proses belajar mengajar.

3

Page 5: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar

merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil

tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana

proses belajar mengajar yang dirancang dan dijalankan secara professional

(Fathurrahman, 2007:8). Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar mengajar

tidak dapat disepelekan dan diabaikan dalam dunia pendidikan.

Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan

perlu dibuat sebuah kurikulum pendidikan yang nilai relevansinya tinggi, atau

kesesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan

pembangunan nasional. Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana

yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar

mengajar (Sukmadinata, 2009:5). Kurikulum mempunyai kedudukan sentral

dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum juga merupakan komponen

pendidikan yang mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi

tercapainya tujuan-tujuan pendidikan dan sebagai acuan dalam setiap satuan

pendidikan. Karena kurikulum ini sifatnya urgen maka dibutuhkan perhatian

khusus dalam pelaksanaan dan pengembangannya sesuai dengan satuan

pendidikan, potensi sekolah, sosial budaya masyarakat dan karakteristik siswa.

Upaya pengembangan kurikulum yang senantiasa dilakukan oleh pemerintah

dari tahun ke tahun melahirkan sebuah kurikulum baru yang merupakan

pengembangan kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP).

4

Page 6: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang

diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah

dan satuan pendidikan (Mulyasa, 2007:21). Paradigma baru ini memberikan

otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam

rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah.

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ini seorang guru

dituntut untuk mampu mengubah sumber pembelajaran (Learning Resource)

menjadi bahan ajar (Teaching Material), sehingga materi yang diajarkan

kepada peserta didik tidak monoton pada buku yang menjadi pegangan di

sekolah tersebut serta hal ini akan mengurangi kejenuhan siswa saat belajar.

Dengan demikian proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik, guru

bisa memberikan pelajaran dengan bahan ajar dan metode yang variatif

sehingga peserta didik merasa nyaman dan materi yang diajarkan menarik

untuk dipahami yang pada akhirnya peserta didik bisa terhindar dari

kejenuhan. Jika hal ini terjadi disetiap proses belajar mengajar diberbagai

lembaga pendidikan maka tujuan pembelajaran bisa tercapai juga, yakni

pemahaman optimal, penguasaan, aplikasi yang akurat sehingga tatanan

kognitif, afektif dan psikomotorik akan stabil sebagaimana yang diharapkan

tenaga edukatif pada umumnya.

Ketiga ranah penilaian tersebut merupakan faktor determinan untuk

menentukan sukses tidaknya prestasi belajar siswa dalam sebuah pembelajaran

yang mengacu pada sistem pembelajaran KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

5

Page 7: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. (Mulyasa,

2007:20).

Prestasi merupakan hasil yang memuaskan dari segala usaha yang

dicapai manusia secara maksimal. Sedangkan belajar adalah serangkaian

kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2008:13).

Sementara yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh

guru (Tu'u, 2004:75). Sedangkan menurut W.J.S Purwadarminto (1976:767)

menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya

menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang

dikerjakan atau dilakukan. Berdasarkan pendapat tersebut, dalam penelitian ini

prestasi belajar siswa dapat diketahui dari nilai raport peserta didik yang

meliputi ketiga aspek diatas sebagai hasil dari sebuah pembelajaran di

sekolah.

Jadi peningkatan prestasi belajar siswa yang meliputi ketiga ranah tersebut

(kognitif, afektif, psikomotorik), merupakan orientasi yang diprioritaskan dalam

pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan diberbagai sekolah. Sehingga

penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam dengan

mengangkat judul “Pengaruh Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

6

Page 8: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 5 MI ALFALAH GUNUNG KASIH

KABUPATEN TANGGAMUS

A. Rumusan Masalah

Merujuk pada paparan diatas, maka diambil beberapa rumusan

masalah guna pembahasan sebagai batasan penelitian, antara lain :

Apakah penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan berpengaruh terhadap

prestasi belajar siswa kelas 5 MI ALFALAH GUNUNG KASIH KABUPATEN

TANGGAMUS Sejauhmana pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan

pendidikan terhadap prestasi belajar siswa MI ALFALAH GUNUNG KASIH

KABUPATEN TANGGAMUS

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan tentang hal yang akan dicapai oleh

kegiatan penelitian (Dhofir, 2000:21).

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penulisan skripsi ini adalah :

Ingin mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan

pendidikan terhadap prestasi belajar MI ALFALAH GUNUNG KASIH

KABUPATEN TANGGAMUS

Ingin mengetahui sejauhmana pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan

pendidikan terhadap prestasi belajar siswa kelas 5 MI ALFALAH GUNUNG

KASIH KABUPATEN TANGGAMUS

7

Page 9: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

B. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah follow up penggunaan informasi yang

tertera dalam kesimpulan (Dhofir, 2000:21)

Dari setiap penelitian yang dilakukan dipastikan dapat memberi

manfaat baik bagi objek, atau peneliti khususnya dan juga bagi seluruh

komponen yang terlibat didalamnya. Manfaat atau nilai guna yang bisa

diambil dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Segi Teoritis

a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam disiplin

pendidikan bahwa penerapan dan pengembangan kurikulum sangat

dibutuhkan dalam proses belajar mengajar yang efektif di lembaga

pendidikan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Untuk memperkuat teori bahwa penerapan dan pengembangan

kurikulum yang baik dapat memicu kreatifitas siswa dalam berprestasi.

2. Segi Praktis

Dengan adanya penerapan dan pengembangan kurikulum yang baik dapat

mewujudkan lembaga pendidikan yang efektif, produktif, dan berprestasi, serta

dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam berprestasi khususnya di MI

ALFALAH GUNUNG KASIH KABUPATEN TANGGAMUS

3. .Sebagai bahan munaqosyah dan bahan dokumen untuk penelitian lebih

lanjut.

8

Page 10: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

C. Alasan Pemilihan Judul

Alasan penulis mengangkat judul ini adalah karena memiliki dua

alasan, yakni :

1. Secara Subjektif

a. Lokasi penelitian yang dapat dijangkau dengan mudah

Pada tahun ini kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sudah diberlakukan

disetiap satuan pendidikan termasuk di MI ALFALAH GUNUNG KASIH

KABUPATEN TANGGAMUS

b. “.Judul penelitian sesuai dengan disiplin ilmu yang diambil oleh

peneliti yaitu Jurusan Tarbiyah progam studi PGMI

2. Secara Objektif

a. Sejauh pengamatan penulis, judul ini belum pernah ada yang meneliti

b. Keberhasilan dalam belajar merupakan idaman setiap orang, karena

itulah perlu kejelasan cara meraih sukses melalui penelitian

Penelitian ini akan bermanfaat sekali untuk pengembangan penerapan kurikulum

tingkat satuan pendidikan terhadap kreatifitas siswa berprestasi dalam belajar di

MI ALFALAH GUNUNG KASIH KABUPATEN TANGGAMUS

D. Asumsi atau Postulat

Asumsi atau anggapan dasar disebut juga postulat. Menurut Prof. Dr.

Winarno Surakhmad M. Sc., Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak

9

Page 11: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik (Dhofir, 2000:23).

Namun hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Sebelum penelitian ini dilakukan ada beberapa anggapan dasar yang

muncul baik dari diri peneliti pribadi atau dari orang lain ataupun dari praktisi

pendidikan.

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu

wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah

dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan

potensi, tuntutan dan kebutuhan masing-masing (Mulyasa, 2007:21).

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi

pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif,

produktif, dan berprestasi (Mulyasa, 2007:20).

3. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi

merupakan hasil dari proses belajar (http://sunartombs.wordpress.com

/2009/05/15/PAKEM Science fu).

4. Menurut penulis, penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang

berdasarkan pada karakteristik dan potensi siswa di sekolah,

memungkinkan dapat memicu dan memacu terhadap prestasi belajar siswa

secara optimal.

E. Hipotesis

10

Page 12: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu gambaran yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data

yang terkumpul (Arikunto, 1998:67).

Karena masalah yang diteliti ini merupakan usaha untuk mencari ada

tidaknya pengaruh, maka ada dua hipotesis yang muncul, yakni :

1. Hipotesis Kerja (Ha)

Adanya pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap

prestasi belajar siswa kelas MI ALFALAH GUNUNG KASIH KABUPATEN

TANGGAMUS

2. Hipotesis Nihil (Hi)

Tidak ada pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap

prestasi belajar siswa kelas MI ALFALAH GUNUNG KASIH KABUPATEN

TANGGAMUS

c. .Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami isi skripsi ini,

maka penulis perlu membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

1. Ruang Lingkup Materi

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah penerapan

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) terhadap prestasi MI ALFALAH

GUNUNG KASIH KABUPATEN TANGGAMUS

pretasi belajar siswa kelas 5 Maka untuk mempermudah penulis dalam membahas

penelitian ini, perlu kiranya penulis membuat batasan ruang lingkup materi.

11

Page 13: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

Adapun permasalahan yang menjadi kajian pokok dalam penelitian ini adalah

terdiri dari dua variable, yakni :

Variabel X : Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

No Sub Variabel Indikator

01 Penerapan KTSP

1. Prinsip Pelaksanaan

2. Prinsip Pengembangan KTSP

3. Pengembangan Program

02Pelaksanaan

Pembelajaran

1. Pre Test

2. Pembentukan Kompetensi

3. Post Test

Variable Y : Prestasi Belajar

No Sub Variabel Indikator

01 Hasil raport - Dicari angka dalam raport

2. Ruang Lingkup Subjek

Subjek penelitian adalah sesuatu yang menjadi kajian pokok penelitian. Maka

dari ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas 5 MI ALFALAH GUNUNG

KASIH KABUPATEN TANGGAMUS

3. Ruang Lingkup Lokasi

Lokasi adalah tempat sesuatu berada. Maka dalam hal ini adalah tempat

subjek berada. Jadi lokasi penelitian ini adalah di kecamatan gadingrejo

4. Ruang Lingkup Waktu

12

Page 14: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

Waktu adalah masa kapan terjadinya sesuatu. Dalam hal ini waktu

penelitian adalah pada tahun 2010 .

F. Batasan Istilah dalam Judul

Judul penelitian ini adalah "Pengaruh Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 5 MI ALFALAH GUNUNG

KASIH KABUPATEN TANGGAMUS

MI ALFALAH GUNUNG KASIH KABUPATEN TANGGAMUS

Sedangkan untuk memperjelas maksud dari judul tersebut dan dalam upaya

untuk menghindari kesalahpahaman serta kekeliruan penafsiran tentang judul

tersebut, maka penulis ketengahkan arti kata atau istilah yang terdapat dalam

judul yang berdasarkan pada pengertian dalam kamus dan standar pengertian

umum yang berlaku dengan batasan-batasan.

Kata dan istilah yang perlu penulis ketengahkan sebagai berikut :

1. Pengaruh : Daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda

dsb) yang berkuasa atau yang berkekuatan (ghaib dsb). (Purwadarminto,

1976:731).

2. KTSP : Adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan

dimasing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006:10).

3. Prestasi : Adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan

sebagainya) (Purwadarminto, 1976:768).

13

Page 15: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

4. Belajar : Adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotor (Djamarah, 2008:13).

G. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Teoritis tentang Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan

a. Pengertian Kurikulum dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Pengertian Kurikulum

Sebelum penulis memaparkan pengertian kurikulum tingkat

satuan pendidikan alangkah lebih baiknya apabila penulis

mengutarakan pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para

pakar pendidikan. Pada zaman yunani kuno, kurikulum dianggap

sebagai kumpulan mata-mata pelajaran yang harus disampaikan guru

atau dipelajari oleh siswa. Bahkan dalam ligkungan atau hubungan

tertentu pandangan lama ini masih dipakai sampai sekarang. Banyak

orang tua bahkan juga guru-guru kalau ditanya tentang kurikulum akan

memberikan jawaban sekitar bidang studi atau mata-mata pelajaran.

Lebih khusus mungkin kurikulum diartikan hanya sebagai isi

pelajaran.

Pendapat-penadapat yang muncul selanjutnya dari sebagian

ahli yang mengartikan kurikulum dalam pengertian yang lebih luas,

14

Page 16: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

yakni "Segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh

hasil yang diharapkan dalam situasi didalam maupun diluar sekolah",

atau sejumlah pengalaman yang potensial dapat diberikan oleh sekolah

dengan tujuan agar anak dan pemuda dibiasakan berpikir dan berbuat

menurut kelompok atau masyarakat tempat ia hidup", yang kemudian

lebih dipersingkat sebagai "Suatu cara mempersiapkan anak-anak

untuk berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam

masyarakat", atau "segala kegiatan dibawah tanggung jawab sekolah

yang mempengaruhi anak dalam pendidikannya" (Alipandie,

1984:117).

Pengertian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan tidak

hanya terbatas pada dinding-dinding kelas belaka, melainkan lebih

diperluas lagi pada luar sekolah. Bahkan ada pula yang berpendapat

bahwa segala sesuatu yang mempunyai dampak positif terhadap

tingkah laku peserta didik baik yang datang dari sekolah, keluarga

maupun masyarakat dapat dipandang bagian dari kurikulum.

Hal ini selaras dengan penafsiran Ronald C. Doll (Dalam

Sukmadinata, 2009:4) yang menyatakan :

The commonly accepted definition of the curriculum has changed from content of courses of study and list of subjects and courses to all the experiences which are offered to learners under the auspices or direction of the school…

Definisi Doll ini tidak hanya menunjukkan adanya perubahan

penekanan dari isi kepada proses atau lebih memberikan tekanan pada

pengalaman, tetapi juga menunjukkan adanya perubahan lingkup dari

15

Page 17: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

konsep yang sangat sempit kepada yang lebih luas. Hal ini

menunjukkan bahwa yang dimaksud pengalaman siswa dalam belajar

yang diajarkan ataupun menjadi tanggug jawab sekolah mengandung

makna yang cukup luas, yakni mencakup berbagai upaya guru dalam

mendorong terjadinya pengalaman tersebut dan memfasilitasinya.

Dalam kaitannya konsep kurikulum yang ditegaskan oleh

Ronald Doll, Mauritz Johnson masih dalam buku yang sama

mengajukan keberatan terhadap apa yang dikemukakan oleh Doll.

Kemudian Johnson membedakan dengan tegas antara kurikulum

dengan pengajaran. Semua yang berkenaan dengan perencanaan dan

pelaksanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan belajar-mengajar,

evaluasi, termasuk pengajaran. Sedangkan kurikulum hanya berkenaan

dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan oleh siswa.

Berbeda dengan Hilda Taba, dia berpendapat bahwa ada

perbedaan antara kurikulum dan pengajaran, menurutnya bukan

terletak pada implementasinya tetapi pada keluasan cakupannya.

Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan metode yang

lebih luas atau lebih umum, sedangkan yang lebih sempit dan lebih

khusus menjadi tugas pengajaran (Sukmadinata, 2009:6).

Bagaimanapun rumusan-rumusan pengertian kurikulum diatas,

jelaslah bahwa kurikulum harus dipandang sebagai suatu program

16

Page 18: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan

pendidikan dan pengajaran.

Sedangkan menurut BSNP (Badan Standar Nasional

Pendidikan), definisi kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BNSP,2006:7).

Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 15,

kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional

yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-masing satuan

pendidikan (Muslich, 2008:4).

KTSP merupakan singkatan dari kurikulum tingkat satuan

pendidikan yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan,

potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya

masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.

KTSP juga merupakan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan

pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan

(kognitif, psikomotorik, dan afektif) dalam seluruh jenjang dan jalur

pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Disamping itu

pengembangan kurikulum ini diupayakan dapat memberikan wawasan

baru terhadap sistem yang berjalan selama ini, dan juga dapat

17

Page 19: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas

kinerja sekolah, khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

diberbagai sekolahan.

Penerapan kurikulum 2006 (KTSP) ini menuntut aktivasi dan

partisipasi para peserta didik yang lebih banyak dalam proses

pembelajaran. Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan berbeda

dengan kurikulum sebelumnya, KTSP dirancang sedemikian rupa,

sehingga tidak ada lagi jam efektif yang begitu mencolok banyaknya.

Kurikulum sebelumnya, sebagian mata pelajaran memiliki waktu yang

banyak, sebagian mata pelajaran yang lain memiliki waktu sedikit

dengan alasan urgen dan padatnya materi.

Penekanan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bukan

mengejar target materi tetapi memaksimalkan proses dalam

pembelajaran dan mengembangkan kompetensi peserta didik, apalah

arti bila materi tercapai dengan proses yang tidak maksimal akan tetapi

dengan proses pembelajaran yang maksimal akan membuahkan hasil

(out put) yang berkualitas.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ini sengaja

disusun oleh masing-masing satuan pendidikan supaya terasa lebih

familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan dan akan

merasa memiliki tanggung jawab yang memadai.

Dalam KTSP pengembangan kurikulum ini dilakukan oleh

guru, kepala sekolah, serta komite sekolah dan dewan pendidikan. Dan

18

Page 20: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

dalam pengembangannya harus berdasarkan kerangka dasar kurikulum

dan standar kompetensi lulusan (SKL), tanpa lepas dari Supervisi

Dinas Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dibidang pendidikan

tersebut.

b. Keterkaitan antara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan

keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan

kompetitif (Mulyasa, 2007:9).

Kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan

penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, yakni kurikulum berbasis

kompetensi (KBK) yang diterapkan sejak tahun 2004, sehingga belum

lama KBK diterapkan sudah diganti dengan KTSP yang dianggap

sebagai kurikulum baru tahun 2006 ini. Karena itu muncul istilah

plesetan dikalangan pengelola dan pelaku pendidikan di sekolah,

seperti KBK singkatan dari kurikulum berbasis kebingungan dan

lainnya. Dan terkait dengan kurikulum KTSP ini Badan Standar

Nasional (BSNP) telah menyusun panduan penyusunannya tersebut.

Sedangkan KBK merupakan seperangkat rencana dan pengaturan

tentang kompetensi dan hasil belajar, serta memberdayakan sumber

daya pendidikan. Kurikulum ini disebut KBK karena menggunakan

pendekatan kompetensi, dan kemampuan minimal yang harus dicapai

oleh peserta didik pada setiap tingkatan kelas dan pada akhir satuan

19

Page 21: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

pendidikan dirumuskan secara eksplisit. Disamping itu, dirumuskan

pula materi standar untuk mendukung pencapaian kompetensi dan

indikator sebagai tolak ukur terhadap pencapaian hasil pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan diatas, perbedaan esensial antara

KTSP dan KBK tidak ada. Kedua-duanya merupakan seperangkat

rencana pendidikan yang berorientasi pada kompetensi dan hasil

belajar peserta didik. Namun perbedaan nampak pada teknis

pelaksanaannya saja. KBK disusun oleh pemerintah pusat yang dalam

hal ini adalah Depdiknas, sedangkan KTSP disusun oleh tingkat satuan

pendidikan masing-masing, yakni sekolah yang bersangkutan

walaupun masih didasarkan pada rambu-rambu nasional panduan

penyusunan KTSP yang disusun oleh Badan Independen, yakni Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dengan harapan, jika pada

tahun-tahun sebelumnya masing-masing satuan sekolah terkesan

terlalu didikte dari atas, maka dengan otonomi yang luas ini penerapan

dan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada berbagai

sekolahan mampu memberikan nuansa-nuansa baru sesuai dengan

karakteristik sekolah itu sendiri, sehingga dapat melahirkan

keunggulan-keunggulan kompetitif dan komparatif.

c. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dalam Mulyasa (2007:247) dijelaskan bahwa dalam

pelaksanaannya, kurikulum tingkat satuan pendidikan sedikitnya

memperhatikan tujuh prinsip, diantaranya :

20

Page 22: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

1. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan

dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang

berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus

mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta

memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara

bebas, dinamis dan menyenangkan.

2. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,

yaitu :

a. Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa,

b. Belajar untuk memahami dan menghayati,

c. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,

d. Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,

e. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui

proses pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif, dan

menyenangkan.

3. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat

pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan atau

percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan

kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan

pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan,

keindividuan, kesosialan, dan moral.

21

Page 23: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

4. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik

dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab,

terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia

mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan

daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa,

di depan memberikan contoh dan teladan).

5. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan

multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang

memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber

belajar.

6. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,

sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan

pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

7. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata

pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan

dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok

dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

d. Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang

kompleks, dan melibatkan berbagai komponen, yang menuntut

keterampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan

berbagai komponen kurikulum. Disamping itu dalam pengembangan

22

Page 24: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

KTSP ini harus memperhatikan tujuh prinsip pengembangan,

diantaranya (Dalam Muhaimin, 2008:21) :

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya.

b. Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan

memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi

daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak

diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat

istiadat, status sosial ekonomi, dan jender.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum

dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan

(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan

kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan

kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum

mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian

keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan

secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses

pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik

23

Page 25: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

yang berlangsung sepanjang hayat yang berkaitan dengan unsur-

unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan kepentingan

nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

e. Pengembangan Program

Upaya pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan

dapat dilakukan dengan berbagai macam pengembangan program.

Dalam (Mulyasa, 2007:249) dijelaskan bahwa pengembangan KTSP

mencakup pengembangan program tahunan, program semester,

program modul (pokok bahasan), program mingguan dan harian,

pengayaan dan remedial, serta program bimbingan dan konseling.

a. Program Tahunan

Program tahunan merupakan program umum setiap mata

pelajaran di setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata

pelajaran tersebut. Program ini perlu disusun dan dipersiapkan

serta dikembangkan sebelum tahun ajaran, karena program ini

merupakan pedoman bagi pengembangan program berikutnya.

b. Program Semesteran

Program semesteran berisikan garis-garis mengenai hal-hal

yang akan dilaksanakan dan dicapai dalam setiap semester.

Program ini merupakan penjabaran dari program tahunan.

24

Page 26: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

c. Program Mingguan dan Harian

Program ini merupakan penjabaran dari program

semesteran. Melalui program ini kita dapat mengetahui tujuan-

tujuan yang telah dicapai dan yang perlu diulang, serta dapat

mengidentifikasi kemajuan peserta didik dalam belajar dan

kesulitannya. Sehingga nantinya kita dapat menemukan solusi

pemecahannya dan kesulitan yang dihadapi peserta didik dapat

teratasi.

d. Program Pengayaan dan Remedia

Program ini dilaksanakan sebagai media tambahan dan

tindak lanjut dari analisis yang dilakukan guru mata pelajaran

untuk peserta didik dalam proses pembelajaran sekolah dan guru

perlu memberikan perlakuan khusus bagi peserta didik yang

mengalami kesulitan belajar dengan melalui kegiatan remedial.

Dengan ini peserta didik akan tetap mendapat kesempatan untuk

memahami pelajaran dengan lebih baik. Sedangkan pengayaan

diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan cemerlang

dalam menangkap pelajaran serta untuk mempertahankan

kecepatan belajarnya.

e. Program Bimbingan dan Konseling

Program ini merupakan suatu program yang disediakan

sekolah untuk membantu mengoptimalkan perkembangan siswa

(Sukmadinata, 2004:233). Program ini merupakan teknik

25

Page 27: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

bimbingan yang menjadi sasarannya bukan hanya terjadinya

perubahan tingkah laku, tetapi hal yang lebih mendasar dari itu,

yaitu perubahan sikap. Disamping itu bimbingan dan konseling ini

berusaha membantu peserta didik dalam memahami dirinya,

mengenal dan menunjukkan arah perkembangan dirinya,

menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan serta mengatasi

problema-problema yang dihadapinya.

f. Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam proses pendidikan, pembelajaran merupakan kegiatan

yang sangat pokok. Sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya

tujuan pendidikan banyak bergantung kepada proses pembelajaran

yang dirancang dan dijalankan secara profesional. Pembelajaran pada

hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih

baik (Mulyasa, 2007:255). Keberhasilan suatu proses sangat didukung

oleh faktor-faktor penunjang yang berada disekitar (lingkungan)

proses, demikian juga sebaliknya lingkungan sekitar proses yang tidak

baik dapat mengganggu proses itu bekerja maksimal (Yamin,

2007:60). Proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik (guru),

dan lingkungan sangat menentukan terhadap lancarnya pelaksanaan di

sekolah. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang

mempengaruhinya. Guru adalah komponen utama yang sangat

berpengaruh dalam mengkondisikan lingkungan pembelajaran yang

26

Page 28: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

nenunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Dan

pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP mencakup tiga hal, yakni

pre tes (tes awal), pembentukan kompetensi, dan post test.

a. Pre Tes (tes awal)

Pre tes merupakan kegiatan pendahuluan dalam

pelaksanaan proses pembelajaran. Pre tes ini memiliki banyak

kegunaan selain untuk mengetahui kadar kemampuan dan

pemahaman peserta didik pada materi yang lalu. Dalam Mulyasa

(2007:255), dikemukakan beberapa kegunaan dari pre tes tersebut,

diantaranya:

1. Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena

dengan pre tes maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-

soal yang harus mereka kerjakan.

2. Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan

dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat

dilakukan dengan membandingkan hasil pre tes dengan post

test.

3. Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki

peserta didik mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan

topik dalam proses pembelajaran.

4. Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran

dimulai, kompetensi dasar mana yang telah dikuasai peserta

27

Page 29: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

didik, serta kompetensi dasar mana yang perlu mendapat

penekanan dan perhatian khusus.

Untuk mencapai hasil yang ketiga dan yang keempat dari

hasil pre tes, maka harus segera dilaksanakan pemeriksaan secara

cepat dan cermat sebelum proses pembelajaran dilaksanakan.

b. Pembentukan Kompetensi

Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari

pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi

dibentuk pada peserta didik, dan bagaimana tujuan-tujuan belajar

direalisasikan (Mulyasa, 2007:256).

Dalam pembentukan kompetensi ini harus dilakukan

dengan tenang dan menyenangkan. Dan hal ini menuntut keaktifan

dan kekreatifan guru dalam menciptakan suasana yang kondusif.

Kualitas pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi

proses dan dari segi hasil. Dapat dikatakan berhasil dari segi proses

apabila seluruh atau sebagian besar peserta didik dapat terlibat

secara aktif baik fisik, mental dan sosial dalam proses

pembentukan kompetensi dasar. Sedangkan dari segi hasil dapat

dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku pada diri

peserta didik secara keseluruhan atau sebagian besar.

Proses pembelajaran yang dilakukan hendaknya

disampaikan dengan menggunakan metode dan strategi

pembelajaran yang kondusif, agar peserta didik dapat

28

Page 30: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

mengembangkan kompetensi dasar dan potensinya secara optimal.

Sehingga akan dengan mudah peserta didik menyesuaikan diri

dengan masyarakat setelah lulus dari jenjang pendidikan tertentu.

c. Post Test

Setelah pembentukan kompetensi terwujud, maka langkah

yang harus dilakukan oleh guru adalah melaksanakan post test

untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik

dalam menyerap ilmu selama berlangsungnya suatu pembelajaran.

Dalam melaksanakan post test seorang pendidik/guru bisa

memberikan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada

peserta didik atau dengan cara mempresentasikan kembali apa-apa

yang sudah dijelaskan atau diterangkan selama proses

pembelajaran berlangsung.

Dibawah ini terdapat beberapa fungsi post test yang

dikemukakan oleh Mulyasa (2007:257) sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap

kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun

kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan

antara hasil pre tes dan post tes.

2. Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat

dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan

yang belum dikuasainya. Sehubungan dengan ini, apabila

29

Page 31: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

sebagian besar peserta didik belum menguasainya maka

dilakukan pembelajaran kembali (remedial teaching).

3. Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan

remedial, dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta

untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dihadapi.

4. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap

kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang

telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan

maupun evaluasi.

2. Tinjauan Teoritis tentang Prestasi Belajar

Sebagai landasan untuk memahami tentang pengertian prestasi

belajar, disini perlu penulis paparkan terlebih dahulu apa yang dimaksud

dengan prestasi, dan apa yang dimaksud dengan belajar, serta berbagai

definisi tentang prestasi belajar yang dikemukakan oleh para pakar

pendidikan (ilmuwan).

a. Pengertian Prestasi

Kebutuhan untuk berprestasi adalah merupakan harapan dan

cita-cita setiap peserta didik dalam sebuah pembelajaran.

W.J.S Winkel Purwadarminto (1976:768) mengartikan,

"Prestasi adalah hasil yang dicapai". Sedangkan sebagian ahli

mendefinisikan prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang

dalam melakukan kegiatan.

30

Page 32: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

Dari pendefinisian prestasi diatas, dapat penulis simpulkan

bahwa prestasi adalah segala usaha yang dicapai seseorang secara

maksimal dan memuaskan sebagai hasil dalam melakukan suatu

kegiatan.

b. Pengertian Belajar

Terkait dengan pengertian belajar, banyak para ahli yang

mendefinisikannya. Salah satunya adalah Cronbach dalam (Djamarah,

2008:13) berpendapat bahwa belajar sebagai suatu aktivitas yang

ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman. Sedangkan Howard L. Kingskey mengatakan bahwa

belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas)

ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Dua pendapat

tersebut serujuk dengan apa yang dikatakan oleh Ahmadi (2005:17),

bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman

dan pelatihan. Sedangkan M. Sobry Sutikno (Dalam Fathurrohman,

2007:5) mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai

hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa penafsiran tentang belajar yang dikemukakan

oleh oleh para pakar pendidikan diatas, dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan proses usaha seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman dan praktek

(pelatihan) didalam berinteraksi dengan lingkungannya. Tentunya

31

Page 33: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

perubahan tersebut menyangkut ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

c. Pengertian Prestasi belajar

Sebelum penulis paparkan definisi prestasi belajar, terlebih

dahulu akan dipaparkan definisi prestasi akademik. Prestasi akademik

adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di

sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya

ditentukan melalui pengukuran dan penilaian (Tu'u, 2004:75).

Sementara masih dalam buku yang sama, prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh

mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai

yang diberikan oleh guru. Sedangkan menurut W.J.S Purwadarminto

(1976:767) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu

terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan. Berdasarkan

pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah

dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran.

d. Macam-Macam Prestasi

Prestasi belajar yang diperoleh peserta didik merupakan hasil

belajar yang dicapai pada waktu-waktu tertentu dalam sebuah

pembelajaran yang meliputi beberapa aspek yang berkaitan dengan

kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik sendiri.

32

Page 34: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

Benyamin Bloom dalam (Sudjana, 2009:22) mengklasifikasi

hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan

psikomotoris.

Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima

aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi,

dan internalisasi.

Ranah psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak, yang terdiri dari enam aspek,

yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan

perseptual, keharmonisan atau ketetapan, gerakan keterampilan

kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

e. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar

Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar, perlu diperhatikan

faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah segala bentuk aktivitas yang

dilakukan oleh seseorang baik berupa dorongan ataupun hambatan.

Dalam Ahmadi (2005:105) disebutkan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, diantaranya :

1. Faktor Intern

33

Page 35: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri

individu itu sendiri, hal ini meliputi :

a. Kecerdasan (intelegensi)

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan

untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

b. Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki

seseorang sebagai kecakapan pembawaan.

c. Minat

Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subjek untuk

merasa tertarik pada bidang tertentu.

d. Motivasi

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu (Sutikno, 2007:19).

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya dari luar diri peserta

didik (siswa), yang meliputi :

a. Keadaan Keluarga

Keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pertama, sebab

dalam lingkungan inilah pertama-tama anak mendapatkan

pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan latihan.

Keluarga bukan hanya menjadi tempat anak dipelihara dan

34

Page 36: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

dibesarkan tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama

kali (Sukmadinata, 2004:6)

b. Keadaan Sekolah

Sekolah sering disebut sebagai lingkungan kedua setelah

keluarga. Disamping itu sekolah merupakan lembaga

pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam

menentukan keberhasilan belajar siswa. Karena tidak seperti

dalam lingkungan keluarga, di sekolah ada kurikulum sebagai

rencana pendidikan dan pengajaran, ada guru-guru yang lebih

profesional, ada sarana-prasarana dan fasilitas pendidikan

khusus sebagai pendukung proses pendidikan, serta ada

pengelolaan pendidikan yang khusus pula yang semua itu dapat

memacu dan memicu siswa untuk belajar yang lebih giat lagi.

c. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah

keluarga dan sekolah. Lingkungan masyarakat juga merupakan

salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil

belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Sebab

dalam kehidupan sehari-hari anak lebih dominan bergaul

dengan lingkungan alam sekitar dimana anak berada, sehingga

hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi

anak.

35

Page 37: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

H. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Dalam kegiatan penelitian, kerangka atau rancangan penelitian

merupakan unsur pokok yang harus ada sebelum proses penelitian

dilaksanakan. Karena dengan sebuah rancangan yang baik pelaksanaan

penelitian menjadi terarah, jelas, dan maksimal.

Terkait dengan penelitian ini, maka penulis menggunakan jenis

penelitian korelasional kuantitatif, yaitu sebuah penelitian yang

menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

data, serta penampilan dari hasilnya yang bertujuan untuk menemukan ada

tidaknya hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006:270).

2. Teknik Penentuan Subjek Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian populasi, dimana seluruh populasi

merupakan sample.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang mencakup

semua elemen dan unsur-unsur (Dhofir, 2000:36). Sedangkan sampel

masih dalam buku yang sama, adalah sebagian subjek penelitian yang

memiliki kemampuan mewakili seluruh data (populasi).

36

Page 38: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

2. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 4,5,6 MI

NURUL ULUM kecamatan gading rejo tahun 2010.

No Kelas Populasi Sampel

01 I 8 -

02 II 16 -

03 II 11 -

04 IV 14 14

05 V 13 13

06 VI 16 16

3. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk

mengumpulkan data dengan menggunakan metode-metode tertentu.

Metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

a. Metode Angket

Angket adalah suatu teknik atau alat pengumpul data yang berbentuk

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis pula

(Sukmadinata, 2004:271). Metode ini digunakan untuk mencari dan

menyaring data yang bersumber dari responden.

b. Metode Wawancara

Wawancara atau interview merupakan suatu teknik pengumpulan data

yang dilakukan secara tatap muka, pertanyaan diberikan secara lisan

dan jawabannyapun diterima secara lisan pula (Sukmadinata,

37

Page 39: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

2004:222). Dengan metode ini peneliti dapat langsung mengetahui

reaksi yang ada pada responden dalam waktu yang relatif singkat.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya” (Arikunto,

1998:236).

Metode dokumenter ini digunakan untuk memperoleh data di SDN

Aengtongtong, baik dari segi jumlah siswa, nilai raport, struktur

sekolah, denah sekolah, yang kesemuanya itu menunjang terhadap

proses penelitian ini.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan pengelolaan data dari data-data

yang sudah terkumpul. Diharapkan dari pengelolaan data tersebut dapat

diperoleh gambaran yang akurat dan konkrit dari subjek penelitian. Penulis

juga menggunakan statistik guna membantu analisa data sebagai hasil dari

penelitian ini.

3. Dalam penelitian ini yang menjadi Variabel X adalah Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan, sedangkan Variabel Y adalah Prestasi Belajar Siswa

Kelas 4,5,6 MI NURUL ULUM Kecamatan gadingrejo Tahun 2010.

Adapun rumus korelasi yang digunakan adalah Product Moment, dengan

alasan karena penelitian ini terdiri dari dua variabel yang interval.

Rumus product momentnya adalah sebagai berikut :

38

Page 40: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

∑xyπxy = √(∑x²) (∑y²)

Keterangan :

πxy = Kofisien korelasi antara gejala X dan gejala Y

∑xy = Jumlah product X dan Y

∑x² = Jumlah gejala x kecil kuadrat

∑y² = Jumlah gejala y kecil kuadrat

39

Page 41: Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu; 2005. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia

Alipandie, Imansjah; 1984. Didaktik Metodik Pendidikan Umum, Surabaya:

Usaha Nasional

BNSP; 2006. Panduan Penyusunan KTSP

Dhofir, Syarqowi; 2000. Pengantar Metodologi Riset Denagn Spektrum Islami,

Prenduan: Iman Bela

Djamarah, Syaiful Bahri; 2008. Psikologi Belajar, Jakarta: Renika Cipta

Fathurrohman, Pupuh; 2007. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika

Aditama

Http://sunartombs.wordpress.com /2009/05/15/PAKEM Science fu

Muhaimin et. Al; 2008. Pengembangan Model KTSP Pada Sekolah & Madrasah,

Jakarta: Rajawali Press

Mulyasa, E; 2007. KTSP Suatu Panduan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

Muslich, Masnur; 2008. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta:

Bumi Aksara

Purwadarminto, W.J.S Winkel; 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka

Sudjana, Nana; 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung:

Remaja Rosdakarya

Sukmadinata, Nana Syaodih; 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,

Bandung: Remaja Rosdakarya

Sukmadinata, Nana Syaodih; 2009. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,

Bandung: Remaja Rosdakarya

Tu’u, Tulus; Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa, Jakarta: PT.

Grasindo

Yamin, Martinis; 2007. Desain Pembelajaran Berbasis KTSP, Jakarta: GP Press

Zuhairini; 2004. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara

40