proposal tugas

39
  ii UMY-INSIGHCORNER.BLOGSPOT.COM BELAJAR BERMAKNA MELALUI PETA KONSEP SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKR DAN PENGUASAAN KONSEP IPA P ADA SISWA SDN 001 SANGATA UTARA UMINAH 117855402 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA SURABAYA 2012

Upload: umi-uminah

Post on 14-Jul-2015

533 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 1/39

 

ii

UMY-INSIGHCORNER.BLOGSPOT.COM 

BELAJAR BERMAKNA MELALUI PETA KONSEP SERTA

PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKR DAN

PENGUASAAN KONSEP IPA PADA SISWA

SDN 001 SANGATA UTARA

UMINAH

117855402

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

SURABAYA

2012

Page 2: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 2/39

 

iii

BELAJAR BERMAKNA MELALUI PETA KONSEP SERTA

PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKR

DAN PENGUASAAN KONSEP IPA PADA SISWA

SDN 001 SANGATA UTARA

PROPOSAL INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

 RESEARCH OF METHODOLOGY YANG DIBIMBING OLEH

Prof.Dr.MUSLIMIN IBRAHIM, M.Pd

UMINAH

117855402

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

SURABAYA

2012

Page 3: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 3/39

 

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A.  Latar Belakang .................................................................................. 1

B.  Rumusan Masalah ............................................................................. 3

C.  Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

D.  Manfaat Penelitian............................................................................. 4

E. 

Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 4

F.  Dedinisi Istilah .................................................................................. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 6

A.  Pembelajaran Bermakna .................................................................... 6

1.  Pembelajaran Menurut David Ausubel ......................................... 6

2.  Faktor yang Mempengaruhi Belajar Penerimaan Bermakna ......... 9

3.  Penerapan Teori Ausubel Dalam Belajar...................................... 10

B.  Peta Konsep ...................................................................................... 11

1.  Pengertian Peta Konsep ............................................................... 11

2.  Menyusun Peta Konsep ............................................................... 12

3.  Ciri-ciri Peta Konsep ................................................................... 13

4.  Kegunaan Peta Konsep ................................................................ 14

5.  Macam-macam Peta Konsep ........................................................ 15

C.  Kemampuan Berpikir ........................................................................ 16

1.  Pengertian Kemampuan Berpikir ................................................. 16

Page 4: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 4/39

 

v

2.  Tingkatan Berpikir Menurut Benyamin Bloom ............................ 18

3.  Mengajar Berpikir ....................................................................... 19

D.  Penguasaan Konsep ........................................................................... 22

E.  Kerangka Berpikir ............................................................................. 23

F.  Hipotesis ........................................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 26

A.  Jenis Penelitian .................................................................................. 26

B.  Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 26

C.  Rancangan Penelitian ........................................................................ 26

D. 

Variable Penelitian ............................................................................ 27

E.  Definisi Operasional Variabel............................................................ 27

F.  Instrument Penelitian ......................................................................... 27

G.  Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 29

H.  Teknik Analisis Data ......................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 33

Page 5: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 5/39

 

vi

DAFTAR TABEL

1.  Design kelas eksperimen dan kelas pembanding ..................................... 26

Page 6: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 6/39

 

vii

DAFTAR GAMBAR

1.  Bagan Bentuk-Bentuk Belajar Menurut Ausubel .................................... 7

Page 7: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 7/39

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP

(Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan

terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,

keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu,

sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling

mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4)

mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran

untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan,

dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Ketidak tercapaian tujuan pembelajaran IPA khususnya dalam

kemampuan berpikir dan penguasaan konsep IPA ini bisa dilihat dari

rendahnya kemampuan siswa dalam dua hal tersebut. Rendahnya kemampuan

berpikir siswa akan berdampak pada penguasaan konsepnya. Jika kemampuan

berpikirnya rendah, maka penguasaan konsepnya juga rendah. Siswa yang

tidak memiliki kemampuan berpikir akan kesulitan dalam memahami dan

menganalisis persoalan yang dihadapi. Untuk itu diperlukan sebuah

pembelajaran bermakna yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir

dan meningkatkan penguasaan konsep siswa.

Namun dalam prakteknya kondisi belajar seperti itu masih jarang

dilakukan. Ini didasarkan pada pengamatan bahwa selama ini proses

Page 8: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 8/39

2

pembelajaran IPA di SD umumnya masih terbatas pada transfer informasi

yang dimiliki guru kepada peserta didk. Siswa tak ubahnya sebuah gelas yang

siap dituangi air. Sebuah pendekatan Teacher Centre dan Textbook Centre 

  juga masih menjadi favorit sebagian besar guru. Kelas banyak didominasi

oleh guru.sehingga kelas menjadi pasif. Guru menjadi satu-satunya sumber

informasi. Selain itu, dalam pembelajaran IPA metode yang digunakan guru

tidak bervariasi (monoton) dan guru kurang bahkan tidak menggunakan

media atau alat peraga yang menunjang, Dalam pembelajaran, guru juga

 jarang mengaitkan pengalaman baru yang diajarkan dengan pengalaman awal

yang dimiliki siswa, sehingga pengalaman siswa tentang apa yang dipelajari

menjadi tidak komprehensif.

Pembelajaran semacam ini jelas akan sangat membosankan dan tidak 

akan memberikan makna bagi siswa. Apa yang didapatkan siswa sebatas apa

yang diberikan guru kepadanya. itupun kalau terserap semua Pengetahuan

yang didapat siswapun akan bersifat abstrak, karena siswa tidak pernah

mengalami pengalaman belajarnya. Dalam kondisi seperti itu siswa tidak 

memiliki kesempatan untuk mengeksplor potensi yang ada dalam dirinya.

padahal setiap siswa memiliki potensi itu, dan guru seharusnya memberikan

kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan potensi itu. Ada

sebuah pepatah yang mengatakan   I hear I forget, I see I remember, I do I 

understand. Untuk mendapatkan pengalaman belajar seharusnya siswa

mengalami dan melakukan, bukan sekedar diberi informasi. Guru idealnya

selalu mengaitkan konsep ataupun informasi dengan kehidupan nyata siswa,

sehingga pembelajaran memberikan makna bagi kehidupan siswa dengan

harapan pengetahuan yang diperoleh siswa akan dapat diaplikasikan dalam

kehidupannya bukan sekedar informasi yang kemudian akan dilupakan begitu

pelajaran selesai.

Terkait dengan kondisi pembelajaran IPA seperti paparan di atas maka

perlu diciptakan kondisi pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk 

aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, akan muncul motivasi dalam diri

siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pemerolehan informasi Di sini peneliti

Page 9: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 9/39

3

menawarkan sebuah pembelajaran melalui peta konsep sebagai salah satu

alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang

aktif, kreatif, efektif, dan menantang untuk berpikir. Jika selama ini gurulah

yang menjadi subjek dan siswa menjadi objek maka dengan peta konsep ini

siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.

Selain dapat mengaktifkan siswa, peta konsep ini juga dapat

membantu guru untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki para

siswanya sebelum pembelajaran dimulai sehingga siswa bisa mengaitkan

konsep yang ia miliki dengan informasi baru. Peta konsep juga dapat

digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami konsep yang

dipelajari. Harapan akhirnya melalui peta konsep ini siswa akan termotivasi

dalam belajar, dan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya sehingga

penguasaan konsepnya menjadi lebih baik. Kemampuan berpikir dan

penguasaan konsep yang baik ini akan dapat diaplikasikannya dalam

berinteraksi dengan manusia dan lingkungannya.

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakng di atas maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu

“apakah ada pengaruh belajar bermakna melalui peta konsep terhadap

kemampuan berpikir dan penguasaan konsep IPA pada siswa SDN 001

Sangata Utara?” 

Atas rumusan masalah tersebut, maka dapat disusun pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. 

Bagaimana respon siswa terhadap proses pembelajaran IPA dengan

menggunakan peta konsep?

2.  Bagaimana kemampuan berpikir dan penguasaan konsep siswa dalam

pembelajaran dengan menggunakan peta konsep?

3.  Bagaimana perbedaan kemampuan berpikr dan penguasaan konsep siswa

pada mata pelajaran IPA yang menggunakan peta konsep dan yang tidak?

Page 10: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 10/39

4

C.  Tujuan

Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu:

1.  Mendeskripsikan proses belajar menggunakan peta konsep berdasarkan

respon siswa

2.  Mendeskripsikan kemampuan berpikir dan penguasaan konsep siswa

dalam belajar menggunakan peta konsep

3.  Membandingkan kemampuan berpikir dan penguasaan konsep siswa pada

mata pelajaran IPA yang menggunakan peta konsep dan yang tidak.

D.  Manfaat

Dengan berhasilnya penelitian ini maka akan disajikan sebuah perangkat

pembelajaran dengan menggunakan peta konsep yang diharapkan dapat

diterapkan guru sehingga pembelajaran khususnya IPA menjadi lebih

bermakna, kemampuan berpikir dan penguasaan konsep menjadi lebih baik.

E.  Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada satu kelas yaitu kelas VI C SDN 001 Sangata

Utara. Materi yang diambil dalam penelitian ini adalah pada Standar

Kompetensi 2. Memahami cara perkembangbiakan makhluk hidup, dengan

Kompetensi Dasar 2.3 Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan

dan hewan. Penelitian ini dilakukan dalam 6 kali pertemuan pada semester I.

F.  Definisi Istilah.

1. 

Pembelajaran Bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasibaru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur

kognitif seseorang

2.  Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna

antara konsep-konsep dalam bentuk-bentuk proposisi (Yamin, 2011)

3.  Berpikir kritis (critical thinking) adalah kemampuan untuk membuat

keputusan rasional tentang apa yang dilakukan dan apa yang diyakini

(Mohamad Nur, 2008)

Page 11: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 11/39

5

4.  Penguasaan konsep IPA merupakan kemampuan siswa dalam memahami

konsep-konsep IPA setelah proses pembelajaran. Penguasaan konsep

dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna

secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari (Dahar,2006)

Page 12: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 12/39

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.  Pembelajaran Bermakna

1.  Pembelajaran Menurut David Ausubel

Dalam rangkaian proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan

kegiatan paling pokok. Belajar akan menjadi sesuatu yang berarti apabilabelajar itu bermakna bagi siswa. Menurut Ausubel dalam (Slameto, 2010)

ada dua dimensi dalam tipe-tipe belajar yaitu:

a.  Dimensi menerima (reception learning) dan menemukan (discovery

learning). 

b.  Dimensi menghafal (role learning) dan belajar bermakna (meaningful

learning)

Langkah  pertama dalam belajar adalah menerima dan menemukan(reception and discovery). Dalam dimensi menerima semua bahan yang

akan dipelajari diberikan dalam bentuk jadi dan disajikan dalam materi

ceramah, sedangkan dalam belajar menemukan, ada beberapa informasi

yang harus dicari dan diidentifikasi oleh siswa, kemudian diintegrasikan

dalam struktur kognitif yang telah ada dalamdiri siswa, disusun kembali,

diubah, sehingga menghasilkan struktur kognitif yang baru. Langkah

kedua adalah upaya untuk mengingat atau menguasai apa yang dipelajari

agar dapat dipergunakan dengan cara menghubungkan apa yang dipelajari

dengan apa yang telah diketahui, di sini terjadilah belajar bermakna

(meaningful learning). Namun jika siswa hanya berupaya mengingat

informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan apa yang telah diketahui

(konsep, fakta, dan generalisasi) maka hanya terjadi belajar menghafal

(role learning).

Belajar penerimaan dapat dibuat bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan

hubungan antara konsep-konsep, sementara itu belajar penemuanpun bisa

Page 13: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 13/39

7

rendah kebermaknaannya dan merupakan belajar hafalan bila memecahkan

suatu masalah dilakukan hanya dengan coba-coba, seperti menebak suatu

teka-teki. Belajar penemuan hanya bermakna jika terjadi penelitian yang

bersifat ilmiah.

Gambar 1. Bentuk-bentuk belajar menurut Ausubel.

Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa ada empat tipe belajar yaitu:

a.  Belajar penemuan bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan dan

pengalaman yang dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari

Belajar dapat

Secara

penerimaan

Hafalan

Materi disajikan

dalam bentuk final

Siswa menghafal

materi yang

disajikan

Materi ditemukan

oleh siswa

Siswa menemukan

materi

Siswa memasukkan

materi ke dalam

struktur kognitif 

Penemuan

Secara

penemuan

Siswa dapatmengasimilasi

materi pelajaran

Siswa menghafalmateri

Siswa memasukkan

materi ke dalam

struktur kognitif 

Materi disajikan

dalam bentuk final

Page 14: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 14/39

8

kemudian menemukan pengetahuan baru, dan pengetahuan baru itu

dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah ada.

b.  Belajar penemuan yang tidak bermakna, yaitu siswa belajar secara

mandiri dan tidak mengaitkan dengan pengetahuan dan

pengalamannya, dan pengetahuan barunya ia hafalkan.

c.  Belajar ekspositori bermakna, yaitu pengetahuan dan pengalaman

yang disampaikan guru kepada siswa dalam bentuk ceramah yang

sistematis, logis, dan factual, pengetahuan dan pengalaman baru itu

dikaitkan dengan penetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki

siswa.

d.  Belajar ekspositori tidak bermakna, yaitu pengetahuan dan

pengalaman yang disampaikan guru dalam bentuk ceramah sistematis,

logis, dan factual, tapi pengetahuan baru tersebut hanya dihafalkan

dan tidak dikaitkan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa.

Sebagai pelopor aliran kognitif, David Ausable mengemukakan

teori belajar bermakna (meaningful learning). Menurut Ausubel dalam

(Dahar, 2006) Belajar bermakna adalah proses dikaitkannya informasi

baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur

kognitif seseorang. Belajar bermakna yang baru akan mengakibatkan

pertumbuhan dan modifikasi konsep-konsep yang telah ada itu. Dengan

belajar bermakna diharapkan akan menghasilkan pemahaman yang utuh

sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami dengan baik dan tidak 

mudah dilupakan. Karena inti belajar bermakna di sini adalah dikaitkannya

informasi baru dengan konsep-konsep relevan yang sudah ada, maka guru

harus selalu berusaha mengetahui dan mengenali konsep yang telah

dimiliki siswa dan membantu memadukannya dengan pengetahuan baru

yang akan diajarkan.

Peran guru dalam pembelajaran adalah memfasilitasi siswa agar

siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan memberikan ruang bagi siswa

untuk mengekssplor potensi yang dimilikinya. Ausubel dalam

(Yamin, 2011) berpendapat bahwa guru harus mengembangkan potensi

Page 15: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 15/39

9

kognitif peserta didk melalui proses pembelajaran bermakna. Pemahaman

dan penalaran siswa akan lebih berarti jika siswa diajak beraktifitas dan

dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran dan kegiatan pembelajaran

berpusat pada siswa (Student Centre). Pembelajaran seperti ini akan

menciptakan kebermaknaan bagi siswa.

Setiap strategi, model, ataupun metode pembelajaran pasti ada

kebaikan dan kelemahannya. Menurut Ausubel dan Novak dalam

(Dahar,2006), ada tiga kebaikan belajar bermakna, yaitu:

a.  Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.

b.  Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses

belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.

c.  Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-

hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.

2.  Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Penerimaan Bermakna

Terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi belajar

bermakna seperti yang dikemukakan oleh Ausubel dalam (Dahar, 2006)

yaitu struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan

bidang studi tertentu pada waktu tertentu. Jika struktur kognitif stabil,

  jelas, dan diatur dengan baik, arti yang shahih dan jelas akan timbul dan

bertahan. Jika struktur kognitif tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur,

struktur kognitif akan menghambat belajar. Sedangkan menurut (Slameto,

2010) ada tiga variable penting yang mempengaruhi belajar dan retensi

materi bermakna yaitu:

a.  Adanya gagasan khsusus yang relevan dalam struktur kognitif 

b.  Tingkat perbedaan (jelas dan tidak jelas) antara materi belajar baru

dengan system gagasan yang sudah ada

c.  Stabilitas dan kejelasan gagasan-gagasan yang berhubungan.

Selajnutnya Dahar mengatakan bahwa pembelajaran bisa bermakna

 jika memenuhi prasyarat-prasyarat sebagai berikut:

a. 

Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial

Page 16: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 16/39

10

Artinya materi memiliki kebermaknaa logis (materi nonarbitrer dan

substantive) dan dalam struktur kognitif siswa terdapat gagasan yang

releva.

b.  Siswa harus bertujuan untuk melaksanakan belajar bermakna

(mempunyai kesiapan dan niat).

Agar terjadi belajar bermakna, materi pelajaran harus bermakna secara

logis, siswa harus bertujuan untuk memaukkan materi itu ke dalam

struktur kognitifnya, dan dalam struktur kognitif anak harus terdapat

unsur-unsur yang cocok untuk mengkaitkan atau menghubungkan materi

baru secara non-arbitrer dan substantif. Jika salah satu komponen ini tidak 

ada, maka materi itu kalaupun, dipelajari, akan dipelajari secara hafalan

(Rosser dalam Dahar, 2006).

3.  Penerapan Teori Ausubel Dalam Mengajar

Bedasarkan pandangannya tentang belajar bermakna tersebut, maka

David Ausable mengajukan empat prinsip pembelajaran , yaitu:

a. 

Pengatur awal (advance organizer)

Pengatur awal mengarahkan siswa ke materi yang akan dipelajari dan

membantu siswa mengingat kembali informasi yang berkaitan yang

dapat digunakan dalam menanamkan pengetahuan baru.

b.  Diferensiasi progresif 

Adalah proses penyusunan konsep dengan cara mengajarkan konsep

yang paling inklusif, ke konsep yang kurang inklusif, dan ke hal-hal

yang paling khusus.(seperti contoh-contoh untuk suatu konsep).

Artinya proses pembelajaran berlangsung dari umum ke khusus.

c.  Belajar superordinat

Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami

petumbuhan kearah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan

diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Belajar

superordinate terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari

Page 17: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 17/39

11

sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur suatu konsep yang lebih luas

dan lebih inklusif. Jadi konsep disusun secara hierarkhi.

d.  Penyesuaian Integratif 

Pada suatu saat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan

bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan

konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih

satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif itu, Ausable

mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integratif Caranya

materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat

menggunakan hiierarkhi-hierarkhi konseptual ke atas dan ke bawah

selama informasi disajikan.

e.  Peta Konsep

1.  Pengertian Peta Konsep

Faktor terpenting yang mempengaruhi pembelajaran bermakna

adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal) agar dapat

mengaitkan konsep baru dengan konsep yang telah ada. Menurut Novak 

dalam (Dahar,2006) bahwa alat atau cara yang dapat digunakan guru

untuuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa yaitu dengan

menggunakan peta konsep atau pemetaan konsep. Peta konsep

dikembangkan untuk menggali ke dalam struktur kognitif siswa dan

untuk mengetahui baik bagi siswa maupun guru, melihat apa yang telah

diketahui siswa.

Sebelum jauh berbicara tentang peta konsep kita harus memahami

dulu apa yang di maksud dengan konsep. Konsep merupakan buah pikiran

seseorang yang diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman, melalui

proses generalisasi dan berpikir abstrak. Menurut Rosser dalam

(Dahar,1988) bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu

kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-

hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Konsep merupakan

dasar-dasar untuk berpikir, belajar aturan, dan memecahkan masalah.

Page 18: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 18/39

12

Konsep diperlukan untuk memperoleh pengetahuan dan

mengkomunikasikan pengetahuan, karena dengan menguasai konsep

kemungkinan memperoleh pengetahuan baru tidak terbatas.

Banyak ahli yang mendefinisikan tentang peta konsep. Berikut ini

beberapa definisi peta konsep menurut para ahli:

a.  Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermaknaantara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi (Dahar,1988)

b.  Martin dalam (Trianto, 2007) Peta Konsep adalah ilustrasi grafiskonkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal

dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama.

c. 

George Posner dan Alan Rudnitsky dalam (Nur, 2011) bahwa petakonsep mirip dengan peta jalan, namun peta konsep menaruh

perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat.

2.  Menyusun Peta Konsep

Dalam belajar bermakna peta konsep ini memegang peranan yang

sangat penting, sehingga setiap siswa hendaknya mampu membuat peta

konsep. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hirarki, kadang

peta konsep itu fokus pada hubungan sebab akibat Untuk mengajarkan

bagaimana cara menyusun peta konsep menurut (Dahar,2006) langkah-

langkahnya sebagai berikut:

a.  Pilih suatu bacaan

b.  Tentukanlah konsep-konsep yang relevan

c.  Urutkan konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak 

inklusif atau contoh-contoh

d.  Susunlah konsep-konsep itu di atas kertas, mulai dari konsep yang

paling inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif 

e.  Hubungkan konsep-konsep itu dengan kata atau kata-kata penghubung

Sedangkan menurut (Nur,2011) langkah-langkah dalam menyusun suatu

peta konsep adalah sebagai berikut:

a.  Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah

konsep

b.  Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekondair yang

menunjang ide utama

Page 19: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 19/39

13

c.  Menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta

d.  Mengelompokkan ide-ide seconder di sekeliling ide utama yang

secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide

utama

Jika seorang guru menyajikan satu konsep kemudian meminta siswa

menyusunnya menjadi sebuah peta konsep, maka peta konsep yang

dihasilkan siswa satu dengan yang lainnya belum tentu sama, karena

struktur kognitif yang ada pada masing-masing siswa juga tidak sama. Ini

menunjukkan adanya perbedaan individual pada diri siswa, yang artinya

bahwa kebermaknaan konsep-konsep itu khas bagi setiap individu.

3.  Ciri-ciri Peta Konsep

Setiap sesuatu mempunyai karakteristik atau ciri-ciri. Begitu juga

dengan peta konsep. Adapun ciri-ciri peta konsep adalah sebagai berikiut:

a.  Peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep

dan proposisi-proposisi suatu bidang studi. Mempelajari suatu bidang

studi akan lebih jelas dan berakna dengan membuat peta konsep

sendiri.

b.  Peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi,

atau bagian dari bidang studi. Peta konsep dapat menggambarkan

konsep-konsep yang penting serta hubungan antar konsep-konsep

tersebut.

c.  Tidak semua konsep mempunyai hubungan yang sama..artinya dalam

peta konsep ada konsep yang lebih inklusif dan ada yang kurang

insklusif. Contohnya konsep tata surya lebih inklusif dibandingkan

dengan bumi.

d.  Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang

lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.

Dengan melihat ciri-ciri di atas sangatlah tepat jika dikatakan

bahwa peta konsep akan membuat suatu bidang studi akan lebih jelas dan

bermakna, karena peta konsep menggambarkan konsep-konsep penting

Page 20: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 20/39

14

serta hubungannya, dari yang paling inklusif ke yang kurang inklusif 

hingga ke contoh-contoh konsep sehingga tersusun secara hierarkhi yang

logis.

4.  Kegunaan Peta Konsep

Kegunaan peta konsep dalam pembelajaran antara lain sebagai

berikut:

a.  Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa

Dengan menggunakan peta konsep guru dapat mengetahui konsep apa

yang telah dimiliki siswa waktu pelajaran akan dimulai. Pendekatan

yang dapat dilakukan guru adalah :

1)  Guru memilih satu konsep utama (key concept ) topik yang akan

dibahas, dan siswa diminta menyusun peta konsep yang

memperlihatkan semua konsep yang dapat dikaitkan dengan

konsep utama, serta hubungan antar konsep.

2) Meminta siswa membuat peta konsep berdasarkan pengetahuan

yang dimiliki siswa sesuai topik yang akan dibahas. Kemudian

guru menelaah beberapa peta konsep yang dibuat siswa sebelum

pelajaran dimulai untuk memperkirakan konsep-konsep yang

banyak diketahui siswa.

b.  Mempelajari cara belajar

Untuk membuat peta konsep, guru berarti meminta siswa untuk 

membaca dengan seksama dan berpikir, karena untuk dapat

mengeluarkan konsep-konsep, kemudian menghubungkan konsep-

konsep tersebut menjadi proposisi yang bermakna tidak bisa

dilakukan sambil lalu. Siswa harus benar-benar belajar dan melatih

diri untuk menghasilkan peta konsep yang bermakna baginya, yang

menolong dirinya belajar bagaimana belajar

c.  Mengungkapkan Miskonsepsi

Dalam pendidikan Sains miskonsepsi ditemukan sebagai penghambat

sehingga perlu ditiadakan melalui perubahan konseptual. Peta konsep

Page 21: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 21/39

15

dapat digunakan untuk mengungkap miskonsepsi. Dengan adanya

peta konsep yang dibuat siswa konsep salah biasanya terlihat karena

terdapat kaitan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya yeng

memunculkan proposisi salah.

d.  Alat evaluasi

Peta konsep dapat dipakai sebagai alat evaluasi yaitu dengan cara

meminta siswa membaca peta konsep dan menjelaskan hubungan

antara konsep satu dengan konsep yang lain dalam satu peta konsep.

Sedangkan untuk menilai peta konsep yang dibuat siswa ada empat

kriteria yang bisa digunakan yaitu:

1)  Kesahihan proposisi

2)  Adanya hierarkhi

3)  Adanya ikatan silang

4)  Adanya contoh-contoh

Di samping kegunaan di atas, menurut (Yamin,2011) bahwa peta konsep

dapat digunakan untuk hal-hal berikut:

a. Membantu guru untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa

tentang topik sebelum pembelajaran dimulai. Guru dapat memberi

kata kunci atau gagasan terkait dengan topic yang akan dipelajari.

b.  Menyediakan suatu titik tolak untuk diskusi siswa guna memperjelas

pengertian siswa.

c.  Memberi umpan balik tentang sejauh mana siswa telah memahami

topik yang dipelajari.

d. 

Mengaitkan gagasan-gagasan dan pengertian yang dikembangkan

dalam suatu kegiatan yang dipelajari siswa dengan kegiatan lain.

5.  Macam-macam Peta Konsep

Ada empat macam peta konsep menurut (Nur, 2011), yaitu:

a.  Pohon Jaringan (network tree)

Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal

berikut:

Page 22: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 22/39

16

1)  Menunjukkan sebab akibat

2)  Suaatu hierarkhi

3)  Prosedur yang bercabang

4)  Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk 

menjelaskan hubungan

b.  Rantai kejadian (events chain)

Peta konsep ini dapat digunakan untuk memerikan suatu urutan

kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap

dalam suatu proses.

c.  Peta konsep siklus (cycle concept map) 

Peta konsep siklus ini cocok diterapkan untuk menunjukkan hubungan

bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan

suatu kelompok hasil yang berulang-ulang

d.  Peta konsep laba-laba (spider concept map)

Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Peta

konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal

berikut:

1)  Tidak menurut hierarkhi

2)  Kategori yang tidak parallel

3)  Hasil curah pendapat

f.  Kemampuan Berpikir

1.  Pengertian Kemampuan Berpikir

Berpikir merupakan aktivitas yang dilakukan oleh otak dan

dikontrol oleh akal pada manusia umumnya. Setiap manusia melakukan

aktivitas berpikir dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapinya.

Berpikir seperti dikemukakan (Sagala,2011) merupakan proses dinamis

yang terdiri atas tiga langkah yaitu pembentukan pengertian,

pembentukan pendapat, dan pembentukan keputusan.

Berpikir memliki keterkaitan yang erat dengan istilah mengingat

dan memahami. Kemampuan mengingat dan memahami ini merupakan

Page 23: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 23/39

17

bagian terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Seperti

dikemukakan oleh Peter Reason dalam (Sanjaya, 2011) bahwa berpikir

(thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekadar

mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Hal ini

berarti bahwa harapan dari proses pembelajaran siswa bukan sekadar

mampu mengingat dan memahami fakta, konsep, atau apapun yang

dipelajari tetapi lebih jauh lagi bahwa apapun yang dipelajari diharapkan

dapat menjadi alat untuk melatih kemampuan siswa berpikir kritis dalam

menghadapi segala macam persoalan hidup sekarang dan masa yang akan

datang.

Untuk dapat memecahkan berbagai masalah diperlukan

kemampuan berpikir yang baik. Demikian juga dalam dunia pendidikan

hendaknya mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir

kritis dalam upaya memecahkan masalah, baik masalah pembelajaran

maupun masalah yang terkait dengan kehidupanya sehari-hari.

Berpikir kritis (critical thinking) adalah kemampuan untuk 

membuat keputusan rasional tentang apa yang dilakukan dan apa yang

diyakini (Mohamad Nur, 2008). Sedangkan menurut (Yamin, 2011)

berpikir kritis (critical thinking) adalah keterampilan yang dimiliki

individu dalam proses berpikirnya untuk menganalisa argument dan

memberikan penafsiran berdasarkan persepsi yang benar dan rasional,

analisis asumsi dan bias dari argument, dan interpretasi logis. Pendapat

lain tentang berpikir kritis dikemukakan oleh (Eric Jensen, 2011) bahwa

berpikir kritis merupakan sebuah proses mental yang efektif dan handal

yang akan dimanfaatkan dalam mengejar pengetahuan yang relevan dan

benar tentang dunia.

Dari apa yang telah disampaikan oleh Eric Jensen di atas dapat kita

lihat adanya ciri-ciri dari seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis,

antara lain dapat mengajukan pertanyaan yang memadai, mengumpulkan

informasi yang relevan, memilah-milah informasi secara efisien dan

Page 24: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 24/39

18

kreatif, melakukan penalaran informasi secara logis, dan membuat

konklusi yang handal dan dapat dipercaya tentang dunia.

2.  Tingkatan Berpikir Menurut Bloom (Taksonomi Bloom)

Ada beberapa tokoh yang mengemukakan adanya tingkatan dalam

berpikir, satu di antaranya adalah Benyamin Bloom. Bloom membagi

tingkatan berpikir menjadi enam tingkatan yang tersusun secara hierarkis

yang dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom. Anderson dan Krathwol

dalam (Muslimin Ibrahim, 2010) mengadakan revisi terhadap Taksonomi

Bloom dengan merubah istilah dari kata benda ke dalam kata kerja.

Berikut adalah penjelasan tentang Taksonomi Bloom dan hasil revisi

a.  Pengetahuan (Knowledge) Mengingat (Remembering) 

Berupa kemampuan memanggil kembali pengetahuan yang relevan

yang tersimpan dalam memori jangka panjang

Terdiri atas dua kemampuan yaitu mengingat (Recalling) dan

mengenali (recognizing)

b. 

Pemahaman (Comprehention) Memahami (Understanding) 

Adalah kemampuan membangun pengertian dari pesan pembelajaran

dalam bentuk komunikasi lisan, tertulis, maupun gambar. Terdiri atas

tujuh tingkatan kemampuan memahami yaitu menafsirkan

(interpreting), memberi contoh (exampliying), mengklasifikasikan

(Classifiying), membuat rangkuman (Summarizing), membuat

inferensi ( Inverring), membandingkan (Comparizing), dan

menjelaskan (Explaining)

c.  Penerapan ( Aplication) Menerapkan ( Applying) 

Adalah kemampuan untuk melakukan atau menggunakan suatu

prosedur pada situasi baru yang disediakan. Terdiri atas dua

kemampuan yaitu menjalankan (Executing) dan menggunakan

( Implementing)

Page 25: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 25/39

19

d.  Analisa (Analysis) Menganalisa ( Analizing) 

Merupakan kemampuan untuk mengurai suatu material menjadi

bagian-bagian penyusunnya dan dapat hubungan antar bagian untuk 

membangun suatu struktur atau mencapai suatu tujuan. Terdiri atas

tiga kemampuan yaitu kemampuan membedakan ( Differentiating), 

mengorganisasikan (Organizing), mencirikan ( Attributing)

e.  Sintesis (Synthesis) Mengevaluasi ( Evaluating)

Adalah kemampua untuk membuat keputusan berdasarkan kriteria

atau standar. Dalam mengevaluasi ini terdapat dua kemampuan yaitu

mengecek (Checking) dan mengkritisi (Qritiquing)

f.  Evaluasi ( Evaluation) Menciptakan (Creating)

Merupakan kemampuan untuk menggabungkan unsur-unsur secara

bersama-sama sehingga koheren atau dapat berfungsi. Yang termasuk 

dalam kategori ini adalah kemampuan berhipotesis (Generating),

membuat rencana (Planning), dan menghasilkan (Producing)

Jika kita simak, Taksonomi Bloom ini dapat dijadikan acuan bagi

para guru dalam menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Selain itu Taksonomi Bloom ini akan sangat memudahkan guru dalam

membuat evaluasi pada aspek kognitif untuk mengintegrasikan

pengembangan kemampuan berpikir kritis dan penguasaan ilmu

pengetahuan

3.  Mengajar Berpikir

Untuk mengajarkan ketrampilan berpikir kritis dapat dilakukan

dengan berbagai model dan metode, terutama metode yang sifatnya

memberi keleluasaan siswa untuk mengeksplorasi diri. Apapun metode

dan model yang digunakan pengajaran ketrampilan berfikir kritis ini harus

sampai pada tahap siswa dapat mengerti dan belajar menggunakannya,

 jika tidak maka tidak akan banyak manfaatnya bagi diri siswa.

Apapun keterampilan berpikir yang kita inginkan dimilki siswa,

dan apapun strategi yang kita gunakan, pelajaran berpikir ditandai oleh

Page 26: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 26/39

20

enam prinsip seperti yang dikemukakan oleh (Anne de A'Echevarria,

2011) yaitu:

a.  Aktif 

Beri kesempatan pada siswa untuk mengeksplorasi ide-ide.

b.  Berarti

Buat hubungan yang jelas antara fokus keterampilan pelajaran dengan

kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran yang berarti akan

menuntut keterlibatan dan dikenang.

c.  Menantang

Berikan kepada siswa tantangan kognitif yang tidak terlalu hebat yang

menyebabkan kewalahan, tetapi juga tidak terlalu mudah sehingga

siswa bosan. Pelajaran yang menantang akan merubah pikiran

d.  Kolaboratif 

Dukung siswa ketika siswa mengeksplorasi perbedaan-perbedaan

dalam pendapat dan interpretasi.

e.  Termediasi

Tantang siswa untuk berpikir sebanyak mungkin secara mandiri

f.  Reflektif 

Ajukan pertanyaan pada siswa untuk membantu siswa mencari tahu

apa yang telah dipelajari, bagaimana mempelajari, dan kapan hal itu

berguna bagi dirinya.

Ada beberapa cara untuk mengajar berpikir kritis. Berikut ini

adalah cara mengajar berpikir kritis menurut (Eric Jensen, 2011) yaitu:

a. 

Rangkuman dan term papers 

Menulis akan mendorong siswa mengorganisasi pikiran, merenungkan

topik, mengevaluasi data, dan menyampaikan konklusi secara

persuasive.

b.  Instruksi langsung

Yaitu dengan cara memberi pertanyaan pada siswa yang menuntut

siswa tidak hanya memahami materi, tetapi dapat menganalisanya dan

mengaplikasikannya pada situasi baru

Page 27: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 27/39

21

c.  Latihan kuantitatif 

Latihan ini dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

d.  Menyampaikan pemelajaran

Selama beraktivitas di laboratorium dalam pelajaran ilmiah, setiap

siswa mempraktikkan berpikir kritis.

e.  Pekerjaan rumah

Pekerjaan rumah banyak menyajikan peluang untuk mendorong

kemampuan berpikir kritis

f.  Kuis dan tes

Pertanyaan dalam ujian dapat direncanakan untuk mempromosi

berpikir kritis bukan untuk memorisasi hafalan.

Dalam penerapannya berpikir kritis memerlukan latihan, dengan

memberikan sesuatu yang bertentangan misalnya memberikan sejumlah

dilema, argument yang logis dan tidak logis, iklan yang valid dan

menyesatkan. Selanjutnya menurut (Mohamad Nur, 2008) bahwa

keefektifan pengajaran berpikir kritis bergantung pada penataan suasana

kelas yang mendorong penerimaan adanya pandangan perbedaan dan

diskusi bebas, dan lebih menekankan pada pemberian alasan daripada

  jawaban yang benar. Keterampilan ini akan tercapai dengan baik jika

topik sudah dikenl oleh siswa.

Apapun yang dilakukan guru dalam pengajaran hendaknya

mempunyai tujuan yang jelas. Begitu juga dalam mengajarkan berpikir

kritis ini. Norris dalam (Mohamad Nur,2008) mengemukakan bahwa

tujuan pengajaran berpikir kritis adalah

menciptakan suatu semangat berpikir kritis yang mendorong

siswa mempertanyakan apa yang mereka dengar dan mengkaji

pikiran mereka sendiri untuk memastikan tidak terjadi logika

yang tidak konsisten atau keliru.

Page 28: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 28/39

22

g.  Penguasaan Konsep IPA

Penguasaan konsep berasal dari dua kata yaitu penguasaan dan

konsep. Mengenai definisi konsep sudah dijelaskan sebelumnya. Definisi

penguasaan menurut (Silaban Y. I., 2006) adalah pemahaman untuk 

menggunakan kepandaian atau pengetahuan. Atas dasar pengertian di atas

dapatlah dinyatakan bahwa penguasaan adalah pemahaman bukan hanya

dalam arti mengetahui yang sifatnya mengingat saja sebagai hafalan,

tetapi lebih dari itu yaitu mampu mengaplikasikan pengetahuan dan

kepandaiannya itu.

Penguasaan konsep IPA merupakan kemampuan siswa dalam

memahami konsep-konsep IPA setelah proses pembelajaran. Penguasaan

konsep dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami

makna secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari (Dahar,2006)

Penguasaan konsep merupakan bagian dari hasil dalam komponen

pembelajaran. Konsep, prinsip, struktur pengetahuan, dan pemecahan

masalah merupakan hasil belajar dalam ranah kognitif. Struktur kognitif 

siswa ini sangat berperan dalam belajar bermakna karena dengan adanya

struktur kognitif inilah siswa dapat mengaitkan konsep yang telah

dimilikinya dengan informasi baru yang dipelajarinya. Belajar kognitif 

bertujuan mengubah pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari

Sebagai hasil belajar, tingkat pencapaian konsep terbagi atas

beberapa tingkatan. Klaumeiner dalam (Dahar,2006) menyatakan bahwa

tingkat pencapaian konsep meliputi empat tingkatan yaitu:

a.  Tingkat konkret

Seseorang dikatakan telah mencapai konsep tingkat konkret bila telah

mengenal suatu benda yang telah dihadapinya.

b.  Tingkat identitas

Pada tingkat ini seseorang akan mengenal objek sesudah berselang

suatu waktu, mempunyai orientasi ruang yang berbeda terhadap objek 

itu, dan bila bisa menentukan suatu objek melalui cara indra yang

Page 29: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 29/39

23

berbeda, misalnya mengenali telur dengan cara meraba bukan

melihatnya.

c.  Tingkat klasifikasi

Siswa mulai mengenal persamaan dari dua contoh berbeda dari kelas

yang sama.

d.  Tingkat formal

Pada tingkat ini siswa harus dapat menentukan atribut-atribut yang

membatasi konsep itu. Siswa dikatakan telah mencapai tingkat ini jika

siswa dapat memberi nama konsep, mendefinisikan konsep itu dalam

atribut-atribut kriterianya, mendeskriminasi, dan memberi nama

atribut-atribut yang membatasi, kemudian mengevaluasi atau

memberikan secara verbal contoh dan noncontoh konsep.

h.  Kerangka Berpikir

Rendahnya kemampuan berpikir dan penguasaan konsep IPA pada

siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor ini datangnya bisa dari guru,

siswa, lingkungan, sumber belajar, alat penunjang, strategi dan metode yang

digunakan, dan sebagainya. Bisa saja gurunya pandai, tapi cara

penyampaiannya yang kurang tepat, pemilihan strategi, metode, dan media

yang kurang baik, atau lingkungan belajar yang yang tidak kondusif.

Selama ini, pembelajaran yang dilaksanakan kebanyakan pendidik 

masih bersifat transfer ilmu. Kondisi ini jelas tidak akan memberikan makna

bagi para siswa, karena apa yang didapatkan siswa sebatas apa yang

disampaikan gurunya. Dalam kondisi ini siswa tidak akan pernah memiliki

kesempatan mengeksplor segala potensi yang mereka miliki. Siswa terbiasa

diberi, bukan mencari dan menemukan pengalaman belajarnya. Siswa

menjadi pasif, karena siswa sebatas objek dalam pembelajaran.

Kebermaknaan dalam belajar akan diperoleh siswa jika siswa

mengalami sendiri pengalaman belajar itu. Persentase kebermaknaan belajar

akan diperoleh sebesar 10% dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30%

dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan dengar, 70% dari yang dikatakan,

Page 30: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 30/39

24

dan 90% dari yang dilakukan dan katakana. Jadi kebermaknaan belajar akan

diperoleh paling besar melalui mengatakan dan melakukan.

Pembelajaran yang dibangun guru seharusnya dapat mengembangkan

kreatifitas berpikir dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa,

mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan

yang baik terhadap materi pelajaran. Pembelajaran hendaknya menantang

siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang bagi siswa untuk dapat

mengembangkan potensinya.

Sebelum mengawali pembelajaran, agar belajar menjadi bermakna

guru hendaknya selalu mengaitkan konsep yang akan dipelajari dengan

pengetahuan awal atau struktur kognitif yang telah ada pada diri siswa. Topic

yang disajikan juga akan lebih baik jika berhubungan dengan topic yang telah

dikenal siswa.

Faktor terpenting yang mempengaruhi pembelajaran bermakna adalah

apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal), agar dapat mengaitkan

konsep baru dengan konsep yang telah ada dalam diri siswa. Hal ini bisa

diketahui dengan menggunakan alat atau cara yang disebut peta konsep. Peta

konsep dikembangkan untuk menggali ke dalam struktur kognitif siswa dan

untuk mengetahui baik bagi siswa maupun guru, melihat apa yang telah

diketahui siswa.

Sebuah peta konsep akan membantu mendorong pemahaman istilah

penting, menganalisis dan memperoleh pengertian mendalam tentang struktur

keseluruhan topic. Melalui kegiatan membuat peta konsep guru bisa

menyimpulkan bahwa bukan hanya produk yang dihasilkan, melainkan proses

untuk menghasilkan produk, yaitu bagaimana menghubung-hubungkan

konsep dan sebab terjadinya hubungan antar konsep sehingga terwujud

sebuah peta konsep. Ini merupakan suatu proses berpikir. Dengan peta konsep

siswa akan tertantang untuk berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis ini

akan bermanfaat dalam memecahkan masalah pembelajaran maupun masalah

dalam kehidupan.

Page 31: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 31/39

25

Dari setiap kegiatan pembuatan peta konsep, akan membuat semua

siswa terlibat aktif dalam belajar sehingga setiap siswa mengalami sendiri

pengalaman belajarnya. Siswa akan merasa bahwa seolah-olah belajar adalah

“miliknya.” Dengan keterlibatan siswa secara aktif dalam setiap

pembelajaran, maka pengalaman belajar yang didapatkan siswa benar-benar

nyata baginya.. Pengalaman nyata serta didukung dengan kemampuan

berpikir kritis yang dimiliki siswa ini akan memberikan kontribusi terhadap

tingkat penguasaan konsep siswa dan akhirnya akan membuat pembelajaran

bermakna bagi siswa dibandingkan dengan pengetahuan yang hanya

dicurahkan gurunya tanpa proses penemuan.. Kebermaknaan inilah yang

nantinya bisa diaplikasikan dalam kehidupannya..

i.  Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis

dalam penelitian ini dapat dirumuskan : “ terdapat pengaruh belajar bermakna

melalui peta konsep terhadap kemampuan berpikir dan penguasaan konsep

IPA pada siswa SDN 001 Sangata Utara” 

Page 32: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 32/39

 

BAB III

METODE PENELITIAN

A.  Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang akan menerapkan

peta konsep dalam satu kelompok dan satu kelompok yang lainnya tidak 

menggunakan peta konsep, kemudian membandingkan kemampuan

keterampilan dan penguasaan konsep dari kelas yang menggunakan peta

konsep dan yang tidak.

B.  Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan selama satu semester (semester I) yaitu

pada bulan Juli  – Januari 2012, bertempat di SDN 001 Sangata Utara, jalan

K.H Agus Salim , RT 01, No.01, Sangata, Kutai Timur

C.  Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperimen 

dengan  pre-test   –  post-test control group design dengan design sebagai

berikut:

Table 1 Design kelas eksperimen dan kelas kontrol

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-tes

Eksperimen Y1 X Y3

Kontrol Y2 - Y4

Keterangan:

Y1 : Tes awal ( pre-test ) untuk kelompok eksperimen

Y2 : Tes awal (Pre-Test ) untuk kelompok pembanding

X : perlakuan (pembelajaran menggunakan peta konsep)

Y3 : tes akhir (Post-Test) untuk kelompok eksperimen

Y4 : Tes akhir (Post-Test) untuk kelas pembanding

Page 33: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 33/39

27

D.  Variable Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variable yaitu:

1.  Variable bebas yaitu peta konsep

2.  Variable terikat:

a.  kemampuan berpikir

b.  penguasaan konsep

E.  Definisi Operasional Variabel

Agar tidak menimbulkan kesalahan dalam penafsiran, maka perlu

didefinisikan beberapa istilah yaitu:

1.  Peta konsep adalah suatu cara memperlihatkan konsep-konsep dan

menghubungkan antar konsep tersebut dengan menggunakan kata

penghubung yang tepat sehingga terbentuk jalinan konsep yang bermakna.

2.  Kemampuan berpikir adalah kemampuan yang dimilki siswa dalam

menjawab pertanyaan atau menyelesaikan masalah berupa soal esay.

3.  Penguasaan konsep kemampuan siswa berupa nilai yang dinyatakan

dalam bentuk skor atau angka yang dicapai siswa setelah diberikan tes

pada konsep tertentu, yang disusun untuk penelitian ini.

F.  Instrument Penelitian

Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan alat berupa:

1.  Lembar tes tertulis

Lembar tes tertulis ini berisi sepuluh soal berbentuk uraian yang

disusun oleh peneliti untuk mengukur kemampuan berpikir dan

penguasaan konsep Perkembangbiakan hewan dan tumbuhan, baik 

sebelum pembelajaran (Pre-Test ) maupun setelah pembelajaran

(Post-Test)

Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian,

dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut:

a.  Tipe tes uraian memungkinkan peneliti untuk melihat proses berfikir

dan sejauh mana penguasaan konsep IPA siswa

Page 34: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 34/39

28

b.  Peneliti dapat mengetahui letak kesalahan dan kesulitan siswa

c.  Terjadinya bias hasil tes dapat dihindari, karena tidak ada sistem

tebak-tebakan atau untung-untungan yang sering terjadi pada soal

tipe pilihan ganda

Instrumen tes akan diuji cobakan dan dianalisis setiap butir soalnya untuk 

mengetahui validitas dan reliabilitas.

a.  Validitas

Instrumen yang valid berarti instrument tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2010:348).

Adapun validitas dari setiap butir soal yang akan digunakan dalam

penelitian akan diuji dengan rumus Pearson Product Moment sebagai

berikut:

 N(∑ XY) –  (∑ X) . (∑ Y) 

r hitung =

√  ∑  ∑  ∑ ∑ (Riduwan,2010: 99)

Keterangan:

r hitung : Koefisien Korelasi

∑Xi : Jumlah skor item

∑Yi : Jumlah skor total (seluruh item)

n : Jumlah responden

a.  Reliabilitas tes

Instrument yang reliable adalah instrument yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkandata yang sama (Sugiyono, 2010:348). Untuk mengetahui reliabilitas

soal akan digunakan uji , Alpha dengan rumus sebagai berikut:

k   ∑S1 

r 11 = . 1 –  

k   – 1 St  

(Riduwan,2010:98)

Page 35: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 35/39

29

Keterangan:

r11

: Nilai Reliabilitas

∑ S1 : Jumlah varians skor tiap-tiap item

St : Varians total

k : Jumlah item

2.  Lembar Tugas

Lembar Tugas ini berisi kegiatan untuk membuat peta konsep. Peneliti

membuat Lembar tugas dengan cara menyajikan konsep-konsep dan

siswa ditugasi untuk menyusunnya menjadi sebuah peta konsep.

Instrumen ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir dan

penguasaan konsep siswa. Kriteria penilaian meliputi empat aspek yaitu

kesahihan proposisi, adanya hierarki, adanya ikatan silaang, dan adanya

contoh-contoh konsep Novak dalam (Dahar,2006)

3.  Angket

Angket hanya diberikan pada kelompok eksperimen. Angket ini

digunakan untuk mengetahui respon siswa mengenai pembelajaran yang

menggunakan peta konsep.

G.  Teknik Pengumpulan Data

1.  Teknik tes

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan

berpikir dan penguasaan konsep siswa dari materi yang telah diajarkan.

Instrumen yang digunakan berupa butir soal uraian. Pemberian tes

dilaksanakan kepada siswa dengan pengaturan tempat duduk yang tidak memungkinkan siswa untuk saling kerjasama. Teknik ini meliputi

Pre-Test dan Post-Test.

2.  Teknik penugasan

Teknik ini dilakukan dengan memberikan tugas untuk membuat peta

konsep pada kelas eksperimen setelah pembelajaran selesai. Pengambilan

data tentang ketepatan dan kualitas peta konsep dilakukan dengan

memberikan skor berdasarkan kriteria yang telah disusun.

Page 36: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 36/39

30

3.  Angket siswa

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang respon siswa

terhadap pembelajaran dengan menggunakan peta konsep. Pengambilan

data tentang kualitas peta konsep dilakukan dengan memberikan skor

berdasarkan kriteria yang telah disusun.

H.  Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif kuantitatif. Data-data yang diperoleh dari lapangan kemudian akan

ditabulasi dan dipresentasikan, lalu kemudian dilakukan pengujian. Data yang

diperoleh berupa data hasil  pretest  dan  posttest  kemampuan berpikir dan

penguasaan konsep, hasil penugasan membuat peta konsep, serta hasil angket

1.  Analisis Kemampuan Berpikir dan Penguasaan Konsep

Data tentang kemampuan berpikir dan penguasaan konsep

diperoleh dari hasil Pre-Test, Post-Test , dan penugasan membuat peta

konsep. Data hasil Pre-Test  digunakan untuk mengetahui kemampuan

berpikir dan penguasaan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Data

hasil Post-Test  digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir dan

penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran serta mengetahui

perbedaan kemampuan berpikir dan penguasaan konsep antara kelompok 

eksperimen dan kelompok kontrol. Terhadap data ini akan dianalisis secara

kuantitatif untuk melihat normalitas, homogenitas varians, peningkatan

kemampuan berpikir dan penguasaan konsep.

a. 

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapatberdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diperlukan untuk 

menentukan pengujian dua rata-rata yang akan diselidiki

b.  Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui distribusi data, apakah

homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan cara

membandingkan varian terbesar dan varian terkecil

Page 37: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 37/39

31

c.  Uji Hipotesis dengan Uji-t  

Untuk menguji hipotesis penelitian, apakah ada perbedaan

kemampuan berpikir dan penguasaan konsep setelah mengikuti

pembelajaran menggunakan peta konsep (kelompok eksperimen)

maupun pembelajaran konvensional (kelompok kontrol), maka akan

digunakan teknik analisis data Uji – t dua sampel bebas denga rumus:

 X 1 --  X 2 

t hitung =

  ( ) ( ) 

(Riduwan,2010: 165)

Keterangan

r : Nilai korelasi X 1 dan X 2

n : Jumlah sampel

 X 1 : Rata-rata sampel ke – 1

 X 2 : Rata-rata sampel ke – 2

s1 : Standar Deviasi sampel ke -- 1

s2 : Standar Deviasi sampel ke – 2

S1 : Varians sampel ke – 1

S2 : Varians sampel ke – 2

2.  Analisis Data Angket Respon Siswa

Hasil angket dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui respon siswa

terhadap pembelajaran menggunakan peta konsep. Data yang diperoleh

dari angket dihitung persentasenya menggunakan rumus:

   

Keterangan

T  : persentase sikap terhadap setiap pernyataan

 J  : jumlah jawaban setiap kelompok sikap.

 N  : jumlah siswa

Page 38: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 38/39

32

Skala yang digunakan adalah skala Likert, setiap jawaban diberi nilai

kuantitatif 4, 3, 2, 1 untuk pernyataan sikap positif dan 1, 2, 3, 4 untuk 

pernyataan bersifat negatif. Kemudian untuk menentukan skor rata-rata

 jawaban siswa untuk setiap pernyataan digunakan rumus sebagai berikut:

 N 

S x J  R

 

 R : skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pernyataan

S : skor setiap kelompok 

 N  : jumlah siswa.

Page 39: Proposal Tugas

5/12/2018 Proposal Tugas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-tugas 39/39

 

DAFTAR PUSTAKA

Anne de A'Echevarria, t. P. 2008. Strategi Pengajaran Berpikir. Terjemahan

Lestari. 2011.Jakarta: Erlangga.

Dahar, R. W. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan (P2LPTK).

Dahar, R. W. 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Eric Jensen, T. B. 2008. Pemelajaran Berbasis-Otak. Terjemahan Benyamin

Molan. 2011.Jakarta: PT Indeks.

Mohamad Nur, dkk. 2008. Pengajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan

Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: PSMS Unesa.

Muslimin Ibrahim, dkk.2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Surabaya:

Unesa University Press.

Nur, M. 2011. Strategi-Strategi Belajar. Surabaya: Pusat Sains dan MatematikaSekolah Unesa.

Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. 2011. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Silaban, Y. I. 2006. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Batam: Kharisma

Publishing Group.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: RinekaCipta.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. 

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Yamin, M. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.