proposal tugas

Upload: achmadarifin

Post on 06-Jan-2016

251 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gdgdgdfgddfgdfgrgfgd

TRANSCRIPT

PAGE 17

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPenggunaan tanaman sebagai obat masih banyak dipakai oleh masyarakat dalam mengatasi berbagai jenis penyakit. Pengetahuan tentang tanaman obat pada umumnya diwariskan secara turun temurun, meskipun penggunaannya terkadang terbukti berkhasiat namun secara ilmiah pengetahuan empiris perlu dibuktikan dengan penelitian yang sistematis agar penggunaan tanaman obat menjadi lebih dapat dipertanggung jawabkan. Penelitian yang dapat dilakukan terhadap tanaman obat adalah melalui pendekatan fitokimia dan farmakologis. Pendekatan fitokimia yaitu penelusuran kimia aktif tanaman sedangkan pendekatan farmakologi melalui efek farmakologis yang muncul akibat penggunaan tanaman.Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara di dunia yang cukup banyak mempraktikkan pengobatan tradisional, suatu metode penyembuhan penyakit yang dipercaya memiliki efek samping paling sedikit karena berasal dari tumbuh-tumbuhan yang alami dan tanpa menggunakan bahan-bahan kimia. Diantara sekian banyak tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit adalah (Uncaria gambir Roxb) lebih sering disebut gambir dan di Indonesia merupakan salah satu bahan yang telah dikonsumsi oleh masyarakat tradisional sejak puluhan tahun yang lalu berawal dari kebiasaan menginang/menyirih yang telah dikenal luas sejak sebelum abad ke-4 Masehi. Kegiatan ini banyak dilakukan baik di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku maupun Papua (Infiraj, 2011).

Menurut Fauziyah, Saadah dan Lamuningtyas (2009) kesehatan mulut merupakan suatu hal yang penting bagi manusia terutama dalam pemeliharaan gigi agar tidak rusak dan membusuk sehingga adanya bau mulut tentu akan mengganggu pergaulan sehari-hari. Umumnya bau yang terjadi berasal dari dalam mulut karena adanya pembusukan sisa makanan oleh bakteri yang ada di dalam rongga mulut. Masalah kesehatan mulut yang sering dihadapi adalah keluhan sakit gigi yang disebabkan oleh karies gigi dan penyakit jaringan pendukung gigi.

Bakteri dimulut akan membentuk plak pada permukaan gigi sehingga gigi berlubang, plak merupakan lengketan yang berisi bakteri dan jenis bakteri yang dominan menyebabkannya adalah jenis Streptococcus mutans. Bakteri ini mempunyai kemampuan untuk melakukan fermentasi karbohidrat menjadi asam, menurunkan pH permukaan gigi dan menyebabkan demineralisasi (Fauziyah dkk, 2009)Menurut Infiraj (2011), berdasarkan pengalaman empiris penggunaan secara turun temurun, dan melalui berbagai pembuktian secara ilmiah, tanaman gambir yang sering dikunyah bersama daun sirih dan kapur ini mempunyai efek positif karena bahan yang dikinang termasuk gambir mengandung antiseptik dan antioksidan yang mampu mengobati berbagai macam penyakit. Di bidang kesehatan gigi dan mulut, berbagai penelitian membuktikan bahwa tanaman gambir mengandung bahan antibakteri dan antifungi yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri-bakteri penyebab karies dan penyakit periodontal seperti yang diakibatkan Streptococcus mutans.

Katekin merupakan komponen utama yang terkandung dalam gambir, merupakan senyawa polifenol yang termasuk dalam kelompok flavonoid yang mempunyai sifat antioksidan dan antimikroba, sehingga wajar saja bila gambir telah sejak lama digunakan masyarakat tradisional sebagai antiseptik, obat sakit perut dan sebagai salah satu ramuan makan sirih yang dipercaya dapat menyehatkan mulut dan gusi serta menguatkan gigi.Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak gambir terhadap bakteri Streptococcus mutans.1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut Apakah ada aktivitas antibakteri ekstrak gambir (Uncaria gambir) terhadap bakteri Streptococcus mutans ?

1.3. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak gambir (Uncaria gambir) terhadap bakteri Streptococcus mutans.1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan melengkapi data tentang aktivitas antibakteri ekstrak gambir (Uncaria gambir) terhadap bakteri Streptococcus mutans.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambir (Uncaria gambir Roxb)

Gambir merupakan tanaman perdu dengan tinggi rata-rata 1 s.d 3 meter, batangnya tegak, bulat, percabangan simpodial, warna cokelat dan pucat, daunnya tunggal, berhadapan, berbentuk lonjong, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung meruncing, panjang 8 s.d 13 cm, lebar 4 s.d 7 cm, dan bewarna hijau, bunga gambir adalah bunga majemuk, berbentuk lonceng, terletak di ketiak daun, panjang lebih kurang 5 cm, memiliki mahkota sebanyak 5 helai yang berbentuk lonjong, dan berwarna ungu, buahnya berbentuk telur, panjang lebih kurang 1,5 cm dan bewarna hitam (Fauziyah, Saadah dan Lamuningtyas, 2009)Menurut Fadhlya (2012), Indonesia merupakan negara pemasok gambir dunia dengan persentase ekspor mencapai 80%, dimana gambir yang diekspor tersebut berasal dari Provinsi Sumatera Barat pada daerah Kabupaten Lima Puluh Kota (70%), Kabupaten Pesisir Selatan (25%), dan wilayah lain (5%). Permintaan ekspor gambir terus mengalami peningkatan sepanjang tahun dengan negara tujuan adalah Banglades, India, Pakistan, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Perancis dan Swiss.

Gambar 1. Gambir Menurut Wibowo dan Waluyo (2002), gambir (Uncaria gambir) merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang sudah sejak lama dikenal dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Gambir juga dimanfaatkan sebagai bahan penyamak kulit untuk mencegah pembusukan, membuat kulit lebih lembut, berwarna, tidak kaku dan awet. Selain digunakan sebagai obat sakit perut, bisul dan tenggorokan, penggunaan gambir yang umum dikenal pada makan sirih adalah sebagai campuran bahan untuk penambah rasa nikmat walaupun pada saat mula dimakan terasa pahit kemudian terasa manis. Sejalan dengan perkembangan industri yang mengedepankan konsep kembali ke alam (back to nature), gambir mulai banyak dibutuhkan sebagai bahan obat, kosmetik, batik, bir dan insektisida nabati.

Berbagai potensi yang dimiliki gambir membuat permintaan akan tanaman ini selalu meningkat. Volume ekspor tahun 2000 sebanyak 6.633 ton, meningkat pada tahun 2004 menjadi 12.438 ton, terjadi peningkatan volume ekspor selama kurun waktu 5 tahun. Data dari Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Barat (2011) menyatakan bahwa pada tahun 2008 produksi gambir pada daerah potensi terbanyak di Sumatera Barat yaitu Limapuluh Kota mencapai 9.997 ton dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 hingga mencapai 11.525 ton namun pada tahun 2010 mengalami penurunan hingga 10.297 ton dan makin berkurang hingga tahun 2011 (Fadhlya, 2012).

Gambir dihasilkan dari proses ekstraksi yaitu proses pengeluaran getah yang terdapat di dalam daun dan ranting tanaman gambir dengan cara direbus, diperas/dikempa, selanjutnya cairan getah diendapkan kemudian dipisahkan, dicetak dan dikeringkan, sehingga diperoleh gambir (Wibowo dan Waluyo 2002).Ekstrak gambir mengandung katekin sebagai komponen utama, suatu senyawa polifenol, yang berpotensi sebagai antioksidan dan antibakteri. Kandungan utama gambir meliputi tanin, katekin (tannin flavonoid) dan asam katekhutanat (tannin yang berikatan dengan flavonoid). Bentuk ikatan tannin mempunyai kemampuan antara lain bersifat bakteriostatik dan bakterisid pada organisme seperti Staphylococcus aureus, Staphylococcus pneumonia, Bacillus anthracis dan gram negative seperti Salmonella typhii, Shigella dysentriae dan Pseudomonas aureginos. Kemampuan ini juga didukung hasil penelitian secara in vitro yang menyatakan bahwa gambir pada konsentrasi 1,25% 2,5% 5% dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus.

Gambir adalah ekstrak kering yang diperoleh dari daun dan ranting tanaman gambir (Uncaria gambir), pada gambir yang sudah terstandarisasi kandungan katekin adalah 90,56% (UJI Farma Andalas) dimana Katekin berkhasiat sebagai antibakteri, hemostasis dan antioksidan (Lestari, Widjijono dan Murdiastuti, 2009).Umumnya gambir mengandung tidak lebih dari 34% bahan tidak larut alkohol, 33% bahan tidak larut air dan sekitar 15% kadar air. Gambir tidak mudah bercampur dengan alkaloid dan gelatin. Ekstrak gambir mengandung beberapa komponen kimia yaitu katekin 7-33%, asam katekunamat 20-55%, pyrocatechol 20-30%, gambir flouresensi 1-3%, kateku merah 3-5%, quersetin 2-4%, fixed oil 1-2%, lilin 1-2% dan sedikit alkaloid (Catur, 2006).Rincian komponen-komponen kimia gambir sebagai berikut :

1. Catechin biasa disebut juga dengan asam catechoat dengan rumus kimia C15H14O6, tidak berwarna dan dalam keadaan murni sedikit tidak larut dalam air dingin tetapi sangat larut dalam air panas, larut dalam alkohol dan etil asetat, hampir tidak larut dalam koloform, benzen dan eter.

2. Asam Catechu Tannat merupakan anhidrat dari catechin, dengan rumus kimia C15H12O5. Apabila catechin dipanaskan pada temperatur 1100C atau dengan cara memanaskan pada larutan alkali karbonat, ia akan kehilangan satu molekul air dan berubah menjadi Asam Catechu Tannat yang merupakan serbuk berwarna cokelat kemerah-merahan, cepat larut dalam air dingin, alkohol, tidak berwarna dalam larutan timah hitam asetat.

3. Pyrocatechol merupakan hasil penguraian dari zat lain seperti catechin dengan rumus molekul C6H6O2, bisa larut dalam air, alkohol, eter, benzena, dan kloroform. Jika dipanaskan akan membentuk catechol; membentuk warna hijau dengan FECI3 membentuk endapan dengan Brom; larutannya dalam air cepat berwarna cokelat; dapat mereduksi perak amoniak dan fehling.

4. Gambir Flouresensi merupakan bagian kecil dari gambir dan memberikan flouresensi yang berwarna hijau, dapat dilihat apabila larutan gambir dalam alkolhol dikocok dengan petrolium eter dalam suasana sedikit basa.

5. Catechu Merah yaitu gambir yang memeberikan warna merah.

6. Quersetin adalah suatu zat yang berwarna kuning yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan berupa turunan flavonol dengan rumus molekul C15H10O7, disebut juga dengan melatin atau supheretin dan larut dalam asam asetat glasial yang memberikan warna kuning, serta larut dalam air dan alkohol, memberikan warna hijau dengan Fe3+ dan akan berubah menjadi warna gelap dengan pemanasan.

7. Fixed Oil merupakan minyak yang sukar menguap.

8. Lilin (malam) terletak pada lapisan permukaan daun gambir. Merupakan monoester dari suatu asam lemak dan alkohol.

9. Alkaloid pada gambir terdapat 7 macam, yaitu dihidro gambirtaninna, gambirdina, gambirtanina, gambirina, isogambirina, auroparina, oksogambirtanin.

2.2. Antibakteri

Menurut Fauziyah dkk (2009), zat antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau metabolisme bakteri. Berdasarkan aktivitasnya, zat antibakteri dibedakan menjadi dua jenis yaitu yang memiliki aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan yang memiliki aktivitas bakterisidal (membunuh bakteri).

Ada beberapa mekanisme senyawa antibakteri dalam mengendalikan bakteri, antara lain mengubah dinding sel, mengubah permeabilitas sel, mendenaturasi protein sel, menghambat kerja enzim, menghambat sintesis protein dan menghambat sintesis asam nukleat. Suatu zat antibakteri harus berinteraksi langsung dengan dinding sel bakteri untuk masuk ke dalam sel bakteri tersebut. Komposisi dari dinding sel bakteri sangat mempengaruhi kemampuan zat antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri (Catur, 2006).

Aktifitas antibakteri pada gambir bersifat bakteriostatik karena semakin tinggi konsentrasi katekin, maka penghambatan terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans semakin besar. Sifat antibakteri pada gambir tidak lepas dari komponen yang dikandungnya yaitu katekin dan asam katekhutanat (tanin). Katekin dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri dan berperan juga sebagai antikarsinogenik, sedangkan tanin memiliki khasiat sebagai antibakteri dan antijamur.2.3. Bakteri Streptococcus mutans

Klasifikasi ilmiah dari Streptococcus mutans adalah Kingdom: Bacteria; Phylum: Firmicutes; Class: Bacilli; Order Lactobacillales; Family: Streptococcaceae; Genus: Streptococcus; Species: S. mutans; Binomial Name: Streptococcus mutans Clarke 1924 (Wikipedia, 2013).\Gambar 2. Stain of S. mutans in thioglycollate broth culture. Sumber: (http://en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_mutans)Menurut Catur (2006), sel Streptococcus mutans berbentuk lonjong/bulat dengan diameter kurang dari 2 m dan termasuk bakteri gram positif. Koloninya berpasangan/berantai tidak bergerak dan tidak berspora. Metabolismenya secara anaerob dan fakultatif anaerob. Bakteri ini memperbanyak diri pada suhu optimum 370C selama 48 jam dalam media selektif.

Organisme asidogenik spesifik, yaitu yang berasal dari kelompok Streptococcus mutans saat ini secara umum dianggap memiliki peranan khusus dalam etiologi karies gigi. Streptococcus mutans merupakan salah satu pemicu karies karena bakteri ini memiliki enzim glikosiltransferase yang berperan sebagai prekursor dalam perkembangan plak gigi, namun tidak semua plak gigi dapat menyebabkan karies gigi (Hardiyati dan Hermiawati, 2005).

Streptococcus mutans pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clarke pada tahun 1924. Bakteri tersebut diklasifikasikan kedalam kingdom Monera, divisi Firmucutes, kelas Bacilli, ordo Lactobacilaes, famili Streptococcaceae, genus Streptococcus, dan Spesies Streptococcus mutans. Pada tahun 1890, Miller melaporkan teori khemoparasitik karies gigi, teori ini kemudian disebut sebagai hipotesis plak non-spesifik yang menggambarkan dekalsifikasi enamel sampai terjadinya karies gigi sebagai dampak dari kumulatif produksi asam oleh bakteri plak gigi. Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu glukosiltransferase (Gtf) dan fruktosiltransferase (Ftf). Enzim ini bersifat spesifik untuk substrat sukrosa dan fruktosa yang digunakan untuk sintesa glukan dan fruktan.Jumlah Streptococcus mutans di dalam plak gigi dan air liur sangat bervariasi, jumlah ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti diet, sukrosa, pemberian fluor secara topikal, dan pemakaian antibiotik. Derajat infeksi Streptococcus mutans dipengaruhi jumlah Streptococcus mutans baik komposisi maupun jumlah aliran dan interaksi antimikroorganisme di dalam plak. Kadar Streptococcus mutans dalam air liur berkisar 106 sampai 107 CFU (Colony Forming Unit) per ml (Catur, 2006).

Menurut Pratiwi (2005), penelitian klasik Keyes tahun 1960 dan Fitzsgerald and Keyes tahun 1960 pada binatang bebas kuman memperlihatkan bahwa plak yang didominasi oleh kuman Streptococcus mutans dan Lactobacillus menyebabkan terbentuknya karies. Streptococcus mutans dan Lactobacillus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membentuk asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstra sel. Polisakarida ekstra sel ini terutama terdiri dari polimer glukosa yang menyebabkan matriks plak mempunyai konsistensi seperti gelatin, akibatnya bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Plak makin lama makin tebal, sehingga akan menghambat fungsi saliva untuk melakukan aktivitas antibakterinya.

Menurut Sabir (2007), telah banyak penelitian yang membuktikan adanya hubungan yang erat antara jumlah bakteri Streptococcus mutans pada saliva dengan prevalensi karies gigi, hal ini disebabkan karena karakteristik dari bakteri Streptococcus mutans yaitu mampu melakukan sintesis polisakarida ekstraseluler glukan yang tidak larut dari sukrose, mampu menghasilkan asam laktat melalui proses homo fermentasi, dan lebih bersifat asidogenik dibanding spesies Streptococcus lainnya. Polisakarida ekstraseluler ini tidak mudah larut dalam air, bersifat lengket sehingga memudahkan perlekatan Streptococcus mutans pada gigi.Menurut Indrawati (1999), beberapa alasan mengapa Streptococcus mutans yang terdapat sebagai komensal rongga mulut disebut penting hubungannya dengan karies gigi, dijelaskan sebagai berikut :

1. Dapat membuat enzim glucosyltransferase (GTF) yang menyebabkan produksi glukan dari sukrosa. Glukan yang terbentuk merupakan masa seperti lumpur, pekat, tidak mudah larut, bersifat lengket, penting didalam pembentukan plak.

2. Glukan yang mempunyai daya lekat merupakan satu tanda virulensi yang karakteristik untuk Streptococcus mutans.3. Sangat asidogenik sehingga dapat menyebabkan demineralisasi hidroksi apatit dengan pH terminal 3-4 yang dapat menyebabkan karies gigi.

4. Dalam metabolisme sukrosa dapat mengubah glukosa menjadi intracellular polysaccharide (IPS), sebagai bahan cadangan.

Streptococcus mutans dapat dibedakan dari Streptococcus lainnya melalui kemampuan melakukan fermentasi manitol, sorbitol, bentuk koloni dan kemampuan melakukan sintesis, dekstran, levan dan mutan (Boel, 2000).2.4. Kerangka Konseptual

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka disusun kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut:

2.5. HipotesisAda aktivitas antibakteri ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorium.3.2. Variabel Penelitian

Variabel terikat : Bakteri Streptococcus Mutans Variabel bebas : Ekstrak Uncaria gambir.3.3. Defenisi Operasional Variabel

Variabel terikat: Bakteri Streptococcus mutans dalam penelitian ini berperan sebagai spesimen yang akan diberikan perlakuan ekstrak Uncaria gambir.

Variabel bebas: Variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak Uncaria gambir dalam konsentrasi yang terdiri atas 20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 80%.3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 dengan lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Kopertis Wilayah X Padang, Sumatera Barat.3.5. Alat dan BahanBerikut adalah perincian alat-alat dan bahan yang digunakan selama penelitian.

3.5.1. Alat-alat yang DigunakanLemari pengering (oven), pinset, timbangan analitik, cawan petri, ose, plastik uap, kapas, kain kasa, autoclave, inkubator, tabung reaksi dan rak, penggaris, vorteks, lumpang-alu, corong, botol gelap 2,5 liter, tabung erlenmeyer, sendok kaca, rotavapor (Rotary Evaporator), kertas saring wathman, perforator (pelubang media), densichek, petridish, pipet otomatis dan tip, lidi kapas steril.3.5.2. Bahan-bahan yang DipakaiGambir, etanol (metanol teknis), biakan bakteri Streptococcus mutans, alkohol 70%, medium agar darah atau Blood Agar Plate (BAP), aquadest steril, NaCl 0,85%.3.6. Pelaksanaan Penelitian3.6.1. Pengambilan Gambir-3.6.2. Maserasi dan Pembuatan Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb)Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lainnya. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Alam, Gemini dan Rahim, 2007; Ditjen POM, 1986; Sudjadi, 1986).

Prinsip rotavapor adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-100C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung (Sudjadi, 1986).Gambir ditimbang dengan menggunakan timbangan digital 4 digit merek Precisa XT 220A. Gambir sebanyak 539,9 gram. Kemudian ditumbuk dengan menggunakan lumpang dan alu agar memperkecil molekul sehingga dapat mempercepat proses maserasi gambir. Gambir yang telah ditumbuk dimasukan kedalam tabung gelap 2,5 liter dan metanol teknis dituangkan sebanyak 1 liter dengan menggunakan corong. Didiamkan selama 9 hari. Hasil maserasi gambir selama 9 hari disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman kedalam tabung erlenmeyer, lalu dilakukan rotavapor dengan alat rotary evaporator hingga diperoleh hasil ekstrak gambir dengan kekentalan yang pekat.3.6.3. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Gambir Konsentrasi larutan gambir yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, dan 80%. Bahan yang digunakan sebagai pelarut ekstrak gambir adalah larutan fisiologis (NaCl 0,85%).Tabel 1. Pembuatan Konsentrasi Larutan Ekstrak Gambir.Ekstrak Gambir (gr)NaCl (ml)Volume akhir (ml)Konsentrasi (%)

0,20,8120

0,30,7130

0,40,6140

0,50,5150

0,60,4160

0,80,2180

3.6.4. Pembuatan Medium Agar Darah Larutkan 4,0 g bacto agar ke dalam 100 ml dan diaduk sampai rata, dipanaskan sampai homogen. Kemudian bahan ini disterilkan dalam autoclave suhu 121C selama 15 menit 1 atm setelah itu medium didinginkan sampai 450C (belum membeku) ditambahkan 3 ml darah dan diaduk sampai homogen, lalu dituangkan ke dalam cawan petri steril sebanyak 15 ml dibiarkan sampai beku (Busman dan Fitriyasti, 2011).3.6.5. Pembuatan NaCl 0,85%

Timbang 0,85 gram NaCl, dilarutkan dengan 100 ml aquadest labu erlenmeyer. Kemudian disterilkan dengan autoclave pada suhu 1210 C selama 15 menit (Setyaningrum, 2009).3.6.6. Sterilisasi Alat Alat-alat yang digunakan untuk pengujian dicuci bersih dan dikeringkan. Tabung reaksi, erlenmeyes, gelas ukur, vial, pipet ditutup mulutnya dengan kapas, dibungkus dengan perkamen. Kemudian semua alat disterilkan di dalam autoclave pada suhu 1210C dan tekanan 1 atm selama 15 menit. Pinset dan jarum ose disterilkan dengan cara flambier pada lampu spiritus. Laminar Air Flow cabinet dibersihkan dan kemudian disterilkan dengan menyalakan lampu UV selama 5 menit. Lemari aseptis dibersihkan dari debu lalu disemprot dengan etanol 70% dan dibiarkan selama 15 menit sebelum digunakan.3.6.7. Penyediaan Bakteri

-3.6.8. Suspensi Bakteri Streptococcus mutans Mengambil satu ose koloni biakan bakteri Streptococcus mutans yang berumur 24 jam. Masing-masing bakteri disuspensikan di dalam tabung dengan air garam fisiologis (NaCl 0,85%) sampai didapatkan kekeruhan yang sesuai dengan standar Brown III yaitu 0,5 ml. Standar kekeruhan diukur menggunakan alat densicheck (Setyaningrum, 2009).3.6.9. Uji Aktivitas AntibaketriPengujian aktivitas antibakteri dengan metoda difusi agar. Suspensi mikroba uji ditanamkan secara merata pada media agar darah (BAP) dengan menggunakan lidi kapas steril, media dilubangi dengan menggunakan perforator dan ditetesi ekstrak gambir sebanyak 25l/ml dengan pipet otomatis dan tip kemudian diinkubasi selama 24 jam di inkubator. Setelah 24 jam diamati pertumbuhan mikroba uji dan diukur diameter zona hambat. Sebagai kontrol (konsentrasi gambir 0%) ditetesi dengan larutan NaCl fisiologis. Sebagai pembanding untuk antibakteri digunakan amoksisilin (AMC).3.7. Alur Penelitian

3.8. Analisis Data1. Analisis Deskriptif

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisa secara deskriptif untuk menunjukkan hasil pengukuran diameter hambatan dalam satuan millimeter.

2. Analisis Statistik

Data yang diperoleh dianalisa secara statistik dengan tingkat signifikasi 5% dengan menggunakan aplikasi SPSS Uji ANOVA. Pengambilan kesimpulan adalah sebagai berikut (Priyatno, 2009) :

1. Jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel berarti ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka Ha diterima dan Ho ditolak.2. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 berarti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tersebut adalah signifikan atau bermakna.DAFTAR PUSTAKAAlam, Gemini dan Rahim Abdul. 2007. Penuntun Praktikum Fitokimia. UIN: 24-26

Boel, Trelia. 2000. Daya Antibakteri Kombinasi Triklosan dan Zink Sitrat Dalam Beberapa Konsentrasi Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans. Dentika Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara Vol. 5, No.1 2000: 8-9

Catur, Febriana Nurul. 2006. Pemanfaatan Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Sebagai Sediaan Obat Kumur. Stp Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.

Fadhlya, Rantih Adri. 2012. Pengaruh 2,4D Terhadap Pembentukan Embrio Somatik Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb) dan Uji Responnya Terhadap PEG Dalam Upaya Memperoleh Klon Gambir Toleran Cekaman Kekeringan. Program Pasca Sarjana. Jurnal Universitas Andalas. Padang.

Fauziyah Kholishatul, Saadah Nurul dan Lamuningtyas Velin. 2009. Pasta Gigi Antibakteri dari Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb) Solusi untuk Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Gigi. PKM-GT, Institut Pertanian Bogor: 1-2

Gani A. Basri, Tanzil Antonia dan Mangundjaja Soeherwin. 2006. Aspek Molekuler Sifat Virulensi Streptococcus mutans. Indonesia Journal of Dentistry 2006; 13(2): 107-114

Herdiyati, Yetty S, dan Hermiawati Mieke S. 2005. The Isolation of Streptococcus mutans Cariogenic gtf Gene From Childrens Tooth Plaque. Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak dan Bagian Mikrobiologi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung. Majalah Kedokteran Gigi (Dental Journal). Vol. 38. No. 3 Juli-September 2005: 151-153

http://en.wikipedia.org/wiki/Uncaria_gambir , This page last modified on 28 October 2012 at 06:44. [Retrieved January 31, 2013]

Infiraj, Majda. 2011. Pengaruh Kandungan Gambir (Uncaria gambir) sebagai Bahan Campuran Menginang terhadap Perubahan Warna Email Gigi. Skg Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jakarta: 1-5

Novel, SS, Wulandari PA & Safitri Ratu. 2010. Praktikum Mikrobiologi Dasar. Trans Info Media. Jakarta: 10

Pratiwi, Rini. 2005. The Different of Inhibition Zones Toward Streptococcus mutans Among Several Herbal Toothpaste. Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar. Majalah Kedokteran Gigi (Dental Journal). Vol. 38. No. 2 April-Juni 2005: 64-67

Priyatno, Duwi. 2009. 5 Jam Olah Data dengan SPSS 17. Penerbit ANDI. Yogyakarta: 82; 214-215

Ekstrak Gambir 20%

Streptococcus mutans

Ekstrak Gambir 30%

Ekstrak Gambir 40%

Ekstrak Gambir 50%

Ekstrak Gambir 60%

Persiapan alat dan bahan penelitian, serta spesimen yang diperlukan

Pengambilan gambir

Penyediaan bakteri S. mutans

Pembuatan media Agar darah

Pembuatan larutan fisiologis NaCl 0,85%

Pembuatan ekstrak dan konsentrasi 20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 80%

Sterilisasi alat

Suspensi bakteri S. mutans

Uji aktivitas antibakteri

Pengamatan diameter zona hambat

Analisa data

Ekstrak Gambir 80%

21