terapi penyandang talasemia lanjutan
TRANSCRIPT
1
Bahrani, MBA, MMBandung, 05 Februari 2015
2
Presented by BAHRANI
2
Latar BelakangAda kasus berupa keluhan dari pasien yang telah diterapi tapi belumsembuh atau masih harus ditransfusi.
Hal ini tentunya tidak terlepas dari syarat-syarat yang tidak terpenuhiatau pantangan yang dilakukan oleh pasien dalam terapi ini.
Karena dalam terapi ini kita berhadapan dengan sebangsa jin yang kitasendiri tidak banyak mengetahui bagaimana sepak terjangnya.
Kesembuhan yang diharapkan disini, adalah berangsur-angsur jarakwaktu kebutuhan transfusi semakin jauh dan sampai normal kembali(tidak membutuhkan lagi transfusi). Jadi kesembuhannya tidak sekalijadi tapi memerlukan pemantauan perkembangannya baik secara fisikdan mental. Sehingga pasien (keluarga) dapat melaporkanperkembangannya untuk penentuan cara atau strategi selanjutnya.
3
Latar BelakangAda 2 cara terapi talasemia ini yaitu : Terapi Jarak Dekat (pasien langsung diterapi oleh terapis) Terapi Jarak Jauh (pasien tidak bertemu langsung dengan terapis
tapi hanya melalui foto dan kelengkapan data pasien sepertinama, orang tua)
Masing-masing cara terapi punya kelebihan dan kekurangan.Terapi jarak dekat : Kelebihannya adalah pasien atau ortu pasien dapat menyaksikan
langsung prosesnya sehingga tidak ada keraguan lagi dalammelaksanakan pesan-pesan terapis. Pasien dan orang tua ataukeluarga pasien dpt berkonsultasi dgn terapis dan lebih jelas.
Kelemahannya adalah pasien harus mengeluarkan biaya untukmendatangi terapis.
4
Latar Belakang
Terapi jarak jauh :
Kelebihannya adalah pasien atau ortu pasien tidakperlu datang ke lokasi atau mendatangi terapis dantidak perlu mengeluarkan biaya.
Kelemahannya adalah pasien atau ortu atau keluargapasien tidak dapat menyaksikan proses terapinyasehingga dapat menimbulkan keraguan yang akanberakibat gagalnya proses penyembuhan. Atau pasiendan ortu pasien tidak melaksanakan pesan-pesanterapis.
5
Kesembuhan Talasemia :
Agar dapat dipahami dan dimengerti oleh pasien atau
ortu atau keluarga pasien bahwa terapi ini sangat
tergantung pada pasien, 90% tergantung pasien dan
hanya 10% tergantung terapis.
Berhadapan dengan jin (syetan) talasemia, fungsi seorang
terapis adalah ibarat pelatih sepak bola. Terapis hanya
mengarahkan dan men-sugesti agar pemain di lapangan
melakukan strategi-strategi tertentu agar dapat meng-golkan
gawang lawan atau menimal dapat menggiring bola ke daerah
lawan.
Untuk kasus talasemia ini terapis (sebagai pelatih) mengajarkan
cara-cara Islami sesuai ajaran Rasulullah berupa do’a dan
shalat untuk nantinya dapat digunakan dalam mengusir jin
(syetan) talasemia.
Tugas seorang terapis hanya membantu tahap awal yaitu
mengusahakan menarik keluar jin (syetan) talasemia dari tubuh
pasien.
Cara pelatih sepakbola di atas (proses coaching) diharapkan akan
mengangkat potensi terpendam dari para pemain sehingga pemain
dapat mengkreasikan teknik dan strateginya dengan daya serang yang
kuat. Menjadi muncul bakatnya.
Demikian juga halnya kasus talasemia ini, keluarga (ortu) pasien bila
pasien masih belum balig adalah membantu pasien melaksanakan
pesan-pesan atau petunjuk terapis untuk proses pengusiran jin
(syetan) talasemia paralel dengan yang dilakukan oleh terapis.
Tidak jarang pasien ang sudah sembuh menjadi tajam intuisinya,
karena telah terasah atau bersinggungan dengan alam jin tersebut.
Buktinya anak-anak eks penyandang talasemia cenderung lebih
berprestasi dari anak-anak lainnya.
Bagi pasien terapi ini diharapkan meningkatnya pertumbuhan imunitas
tubuh pasien sehingga sakitnya berangsur menurun dan hal ini
ditandai dengan semakin menjauhnya jarak waktu kebutuhan transfusi
darah. Artinya pasien semakin sehat secara mental.
Karena kekuatan mentallah yang akan mampu mengusir jin (syetan)
talasemia itu.
Untuk kasus talasemia ini, pasien (ortu, keluarga) sebagai pemain
diharapkan dapat melaksanakan strategi Islami (do’a dan shalat)
dengan baik untuk mengusir jin (syetan) talasemia sesuai kreasi di
lapangan.
Ada pasien (ortu, keluarga) yang beranggapan cukup dengan sekali terapi saja
pasien langsung sembuh . Mereka mengira hanya dengan sekali terapi saja
pasien langsung stop transfusi. Ini tentunya sesuatu yang sangat tidak realistis
dan hanya dapat dilakukan oleh seorang ahli sihir (dukun).
Seorang dokter saja kalau memberi resep obat biasanya membuat untuk
minimal 3 hari. Terapis tidak bisa menjamin terapi ini pasti sembuh. Tapi terapis
akan berusaha dan menyerahkan hasilnya kepada Allah (insya Allah).
Bandingkan vonis kedokteran terhadap talasemia “harus transfusi darah
seumur hidup”. Kalau terapi alternatif ini dapat mengubah vonis itu menjadi
“berangsur sembuh sampai normal kembali”, maksudnya jarak waktu
kebutuhan transfusi makin jauh dan akhirnya normal kembali tanpa kebutuhan
transfusi. Itu saja sudah merupakan hal yang sangat sangat luar biasa dan
fantastis. Tapi dengan catatan harus sabar dan yakin kepada Allah dengan
berdo’a dan shalat.
Ada pasien (ortu, keluarga) yang diterapi jarak jauh karena keberatan
untuk langsung datang ke rumah terapis katanya jauh (Bogor –
Bandung). Hal ini sebenarnya justru menjadikan kendala dalam
penyembuhan pasien karena hitung-hitungan biaya transport yang
tidak seberapa itu bahkan menyebabkan keyakinan kesembuhan
menjadi luntur berganti ragu-ragu. Kemudian kondisi itu ditambah lagi
dengan berprasangka bahwa terapisnya mengharapkan keuntungan
berupa uang sehingga harus ketemu langsung.
Kalau dihitung-hitung secara matematika misalnya biaya transfusi Rp.
1.000.000,- misalnya setiap 3 bulan dikalikan 30 tahun (kira-kira
setengan umur rata-rata 60 tahunan) minimal pengeluaran = Rp.
90.000.000,-. Jadi untuk di transfusi selama kira-kira 30 tahun adalah
Rp. 90.000.000,-.
Kalau diterapi alternatif misalnya dihitung biaya transport Bogor-Bandung pp
saja (Rp. 200.000,- satu kali jalan) maka untuk 1 kali terapi per bulan selama 12
bulan memerlukan biaya sebesar Rp. 2.400.000,-.
Pada prinsipnya selaku terapis, kita tidak terlalu mengharapkan balas jasa dari
pasien, hanya berharap balasan dari Allah dan dijadikan bernilai ibadah. Kalau
ada keikhlasan dari pasien ya kita terima, kalau tidak ya tidak apa-apa, yang
penting pasien bisa diterapi dan masa depannya tidak jadi “suram”, keluarga
tidak jadi “muram”. Maklum terapis juga manusia seperti dokter perlu belajar
mencari ilmu terapinya.
Memang kalau terapi jarak jauh dibandingkan jarak dekat (langsung) punya
kekurangan, tapi kalau didorong dengan keikhlasan dan informasi yang jelas
(nama, orang tua, foto) , maka ditambah keikhlasan terapis akan membuat terapi
ini menjadi kuat dan ampuh dalam mengusir jin (syetan) talasemia
pengganggu pasien.
Contoh kasus pasien talasemia di Medan, diterapi jarak jauh, pasien, ortu dan
keluarga dengan penuh keyakinan melaksanakan petunjuk terapis disertai
keikhlasan terapis, dalam perkembangannya (yang dilaporkan oleh keluarga
pasien) menunjukkan hasil yang menggembirakan (perkembangan secara
mental).
Anggapan di atas salah total karena sebenarnya yang berhadapan
dengan jin (syetan) talasemia itu adalah pasien (ortu, keluarga)
sendiri . Terapis hanya membantu mengarahkan cara menghadapinya.
Caranya sudah dijelaskan sesuai cara Islami yang telah diajarkan oleh
Rasulullah saw.
Seringkali karena beranggapan demikian, pasien (ortu, keluarga) enak-
enak saja ongkang-ongkang tidak melakukan apapun. Tanpa usaha
apapun karena merasa sudah memberikan uang lelah kepada terapis.
Apalagi yang diterapi jarak jauh yang belum ada ikatan apa-apa sudah
minta cepat-cepat sembuh. Setelah diterapi dan ketika pasien masih
belum berhenti transfusinya, maka terapinya dianggap gagal dan
pasien cenderung menyalahkan terapisnya tanpa mau koreksi diri.
Ada pasien (ortu, keluarga) yang banyak tanya sampai sibuk terapis
menjawabnya tapi tanyanya pakai sms. Untuk menjawabnya panjang
lebar memerlukan space yang lebar sehingga jadi beberapa sms. Ini
namanya egois masa terapis yang mau membantu dibebani pulsa
untuk menjawab panjang lebar pertanyaan tersebut.
Ketika terapis memberi saran agar konsultasinya melalui telepon saja
untuk menjelaskan seluk beluk terapi, pasien (ortu) kehabisan pulsa
langsung menghilang , diam tanpa kabar berita lagi. Seolah-olah
merasa dirugikan oleh terapis karena membuat pasien habis pulsa.
Sepertinya memegang prinsip orang pintar “Menghemat pengeluaran
sendiri, tidak perduli orang lain boros. Ini berarti kurang menghargai
seorang terapis.
Sifat egois salah satu pihak akan melemahkan daya serang untuk
pengusiran jin (syetan) talasemia. Ketika pihak pasien lemah (oleh
egois), maka akan sia-sialah usaha penyerangan yang dilakukan oleh
terapis kepada jin (syetan) talasemia.
Ibarat 2 tangan (tangan terapis kanan dan tangan pasien kiri). Kalau
mau mendorong benda berat hanya dengan satu tangan saja, maka
daya dorongnya juga melemah. Demikian juga kalau daya dorong
pasien tidak berfungsi maka daya dorong terapis juga kurang tenaga.
Maka wajar kalau kesembuhan pasien menjadi tertunda.
1. Bahrani.
PENGALAMAN DI LAPANGAN