syok anafilatik

30
BAB I PENDAHULUAN Perkembangan yang pesat dalam penemuan, penelitian dan produksi obat untuk diagnosis, pengobatan dan pencegahan telah pula menimbulkan reaksi obat yang tidak dikehendaki yang disebut efek samping. (1) Reaksi tersebut tidak saja menimbulkan persoalan baru disamping penyakit dasarnya, tetapi kadang – kadang dapat membawa maut juga. Hipokalemia, intoksikasi digitalis, keracunan aminofilin dan reaksi anafilaktik merupakan contoh – contoh efek samping yang potensial berbahaya. Gatal – gatal karena alergi obat, mengantuk karena pemakaian antihistamin merupakan contoh lain reaksi efek samping yang ringan. Diperkirakan efek samping tejadi pada 6 sampai 15 % pasien yang dirawat di rumah sakit, sedangkan alergi obat berkisar antara 6 – 10 % dari efek samping. (1) Anafilaksis merupakan bentuk terberat dari reaksi alergi obat. Meskipun terdapat berbagai definisi mengenai anafilaksis, tetapi umumnya para pakar sepakat bahwa anafikasis merupakan keadaan darurat yang potensial mengancamn nyawa. Gejala anafilaksis timbul segera setelah pasien terpajan oleh alergen atau faktor pencetus lainnya. Gejala yang timbul melalui rekasi alergen dan atibodi yang disebut sebagai reaksi anafilaktik. Sedangkan yang tidak memlalui reaksi imunologik dinamakan reaksi anafilaktoid tetapi karena baik dari gejala yang 1

Upload: adittia-sinclaire

Post on 11-Dec-2015

81 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

document

TRANSCRIPT

Page 1: Syok Anafilatik

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan yang pesat dalam penemuan, penelitian dan produksi obat

untuk diagnosis, pengobatan dan pencegahan telah pula menimbulkan reaksi obat

yang tidak dikehendaki yang disebut efek samping. (1)

Reaksi tersebut tidak saja menimbulkan persoalan baru disamping penyakit

dasarnya, tetapi kadang – kadang dapat membawa maut juga. Hipokalemia,

intoksikasi digitalis, keracunan aminofilin dan reaksi anafilaktik merupakan contoh –

contoh efek samping yang potensial berbahaya. Gatal – gatal karena alergi obat,

mengantuk karena pemakaian antihistamin merupakan contoh lain reaksi efek

samping yang ringan. Diperkirakan efek samping tejadi pada 6 sampai 15 % pasien

yang dirawat di rumah sakit, sedangkan alergi obat berkisar antara 6 – 10 % dari efek

samping. (1)

Anafilaksis merupakan bentuk terberat dari reaksi alergi obat. Meskipun

terdapat berbagai definisi mengenai anafilaksis, tetapi umumnya para pakar sepakat

bahwa anafikasis merupakan keadaan darurat yang potensial mengancamn nyawa.

Gejala anafilaksis timbul segera setelah pasien terpajan oleh alergen atau faktor

pencetus lainnya. Gejala yang timbul melalui rekasi alergen dan atibodi yang disebut

sebagai reaksi anafilaktik. Sedangkan yang tidak memlalui reaksi imunologik

dinamakan reaksi anafilaktoid tetapi karena baik dari gejala yang timbul maupun

pengobatannya tidak dapat dibedakan, maka kedua macam reaksi di atas disebut

sebagai anafilaksis. Perbedaan tersebut diperlukan manakala mencari penyebab

anafilaksis dan merencanakan penatalaksanaan lanjutan. (1)

Anafilaksis memang jarang terjadi, tetapi bila terjadi umumnya tiba – tiba,

tidak terduga, dan potensi berbahaya. Oleh karena itu kewaspadaan dan kesiapan

menghadapi keadaan tersebut sangat diperlukan. (1)

1

Page 2: Syok Anafilatik

BAB II

BATASAN

2. 1 Definisi

Anaphylaxis berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ana yang artinya jauh dari dan

phylaxis yang artinya perlindungan. Anafilaksis berarti menghilangkan perlindungan.

Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ

terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan reaksi

imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah

tersensitisasi. (4)(5)

Syok anafilaktik (= shock anafilactic ) adalah reaksi anafilaksis yang disertai

hipotensi yang nyata dan kolaps sirkulasi darah dengan atau tanpa penurunan

kesadaran. Syok anafilaksis merupakan suatu reaksi alergi tipe yang fatal dan

menunjukkan derajat kegawatan . Reaksi ini dapat terjadi dalam beberapa detik -

menit, sebagai akibat reaksi antigen antibodi, pada orang-orang yang sensitif setelah

pemberian obat-obat secara parentral, pemberian serum / vaksin atau setelah

digigit serangga. Reaksi ini diperankan oleh IgE antibodi yang menyebabkan

pelepasan mediator kimia dari sel mast dan sel basofil yang beredar dalam sirkulasi

berupa histamin, SRS-A, serotonin dll. (4)(5)(6)

Reaksi anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa

melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya

diterapi sebagai anafilaksis. (4)(5)

2. 2 Epidemiologi

Angka kejadian pasti reaksi anafilaksis tidaklah diketahui secara persis, namun

beberapa studi epidemilogik melaporkan di Ontario, Canada angka kejadian berkisar

4 kasus / 10 juta penduduk, sementara laporan terakhir dari munich terdapat

peningkatan sekitar 9,79 kasus / 100.000 penduduk. (6)

Di Indonesia, Anafilaksis memang jarang dijumpai, tetapi paling tidak

dilaporkan lebih dari 500 kematian terjadi setiap tahunnya karena antibiotik beta

laktam, khususnya penisillin. Penisillin menyebabkan reaksi yang fatal pada 0,002%

pemakaian. Selanjutnya penyebab reaksi anafilaktoid yang tersering adalah

pemakaian media kontras untuk pemeriksaan radiologis. Media kontras menyebabkan

2

Page 3: Syok Anafilatik

reaksi yang mengancam nyawa pada 0,1 % dan rekasi yang fatal terjadi antara

1:10.000 dan 1:50.000 prosedur intervena. Kasus kematian berkurang setelah

dipakainya media kontras yang hiopoosmolar. (1)

Kematian karena uji kulit dan imunoterapi juga pernah dilaporkan. Enam

kasus kematian karena uji kulit dan 24 kasus imunoterapi terjadi selama tahun 1959

sampai tahun 1984. Penelitian lain melaporkan 17 kematian karena imunoterapi

selama periode 1985 sampai 1989. (1)

2. 3 Etiologi

Syok anafilaksis paling sering disebabkan oleh pemberian obat secara

suntikan, tetapi dapat pula disebabkan oleh obat yang diberikan secara oral atau oleh

makanan. Obat – obat yang sering menyebabkan reaksi anafilaktik adalah golongan

antibiotik penisilin, ampisilin, sefalosporin, neomisin, tetrasiklin, kloramfenikol,

sulfanamid, kanamisin, serum antitetanus, serum antidifteri, dan antidiabetes. Alergi

terhadap gigitan serangga, kuman – kuman, insulin, CTH. Zat radiodiagnostik, enzim

– enzim, bahan darah, obat bius (prokainm,lidokain), vitamin, heparin, makan telur,

susu, coklat, kacang, ikan laut, mangga, kentang, dll. (2)

Mekanisme dan obat pencetus anafilaksis (1)

1. Anafilaksis (melalui IgE)

Antibiotik ( penisilin,sefalosporin)

Ekstrak alergen ( bisa tawon,polen)

Obat ( glukokortikoid, thiopental, suksinilkolin )

Enzim ( kemopapain, tripsin )

Serum heterolog ( antitoksin tetanus, globulin antilimfosit )

Protein manusia ( insulin, vasopresin, serum )

2. Anafilaktoid ( tidak melalui IgE)

Zat pengelepas histamin secara langsung :

Obat ( opiat, vankomisin, kurare )

Cairan hipertonik ( media radikontras, manitol )

Obat lain ( dekstran,fluoresens )

Aktivasi komlemen

Protein manusia ( imunoglobulin, dan produk lainnya)

Bahan dialisis

Modulasi metabolisme asam arakidonat

3

Page 4: Syok Anafilatik

Asam asetilsalsilat

Antiinflamasi nonsteroid

2. 4 Manifestasi Klinis

Tabel 1. Gejala dan tanda anafilaksis berdasarkan organ sasaran (1)

Sistem Gejala dan tanda

Umum

Prodormal

Lesu, lemah, rasa tak enak yang sukar

dilukiskan, rasa tak enak di dada dan

perut, rasa gatal di hidung dan palatum

Pernafasan

Hidung Hidung gatal, bersin dan tersumbat

Laring Rasa tercekik, suara serak, sesak nafas,

stridor, edema, spasme

Lidah Edema

Bronkus Batuk, sesak, mengi, spasme

Kardiovaskular Pingsan, sinkop, palpitasi, takikardia,

hipotensi sampai syok, aritmia. Kelainan

EKG: gelombang T datar, terbalik, atau

tanda – tanda infark miokard.

Gastro intestinal Disfagia, mual, muntah, kolik, diare yang

kadang – kadang disertai darah,

peristaltik usus meninggi

Kulit Urtika, angioedema, di bibir, muka atau

eksremitas

Mata Gatal, lakrimasi

Susunan saraf pusat Gelisah, kejang

1. Reaksi lokal : biasanya hanya urtikaria dan edema setempat, tidak fatal (2)

2. Reaksi sitemik : biasanya mengenai saluran nafas bagian atas, sistem

kardiovaskular, gastrointestinal, dan kulit. Reaksi tersebut timbul segera atau

30 menit setelah terpapar antigen (2)

4

Page 5: Syok Anafilatik

a. Ringan : mata bengkak, hidung tersumbat, gatal – gatal di kulit dan

mukosa, bersin – bersin, biasanya timbul 2 jam setelah terpapar

alergen(2)

b. Sedang : gejalanya lebih berat selain gejala diatas didapatkan

bronkospasme, edema laring, mual, muntah, biasanya terjadi dalam 2

jam setelah terpapar antigen (2)

c. Berat : terjadi langsung setelah terpapar dengan alergen, gejala seperti

reaksi tersebut diatas hanya lebih berat yaitu bronkospasme, edema

laring, stridor, sesak nafas, sianosis, henti jantung, disfagia, nyeri

perut, diare, muntah – muntah, kejang, hipotensi, aritmia jantung, syok

dan koma. Kematian disebabkan oleh edema laring dan aritmia

jantung(2)

5

Page 6: Syok Anafilatik

BAB III

PATOFISIOLOGI

Oleh Coomb dan Gell (1963), anafilaksis dikelompokkan dalam

hipersensitivitas tipe 1 atau reaksi tipe segera (Immediate type reaction). (4)(5)

Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :

Gb.1. Reaksi Anafilaksis(4)

Fase Sensitisasi 

Adalah waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya oleh

reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Alergen yang masuk lewat

kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan di tangkap oleh makrofag. Makrofag

segera mempresentasikan antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana ia akan

mensekresikan sitokin (IL-4, IL-13) yang menginduksi Limfosit B berproliferasi

menjadi sel Plasma (Plasmosit). Sel plasma memproduksi Immunoglobulin E (IgE)

spesifik untuk antigen tersebut. IgE ini kemudian terikat pada receptor permukaan sel

Mast (Mastosit) dan basofil. (4)(5)

Fase Aktivasi 

6

Page 7: Syok Anafilatik

Adalah waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang sama.

Mastosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan

reaksi pada paparan ulang . Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam

tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh IgE spesifik dan memicu terjadinya

reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin,

bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang disebut dengan istilah

preformed mediators. Histamin adalah dianggap sebagai mediator utama syok

anafilaksis. Banyak tanda dan gejala anafilaksis yang disebabkan pengikatan histamin

pada reseptor tersebut; mengikat reseptor H1 menyebabkan pruritis, rhinorrhea,

takikardia, dan bronkospasme. Di sisi lain, baik H1 dan H2 reseptor berpartisipasi

dalam memproduksi sakit kepala dan hipotensi. Ikatan antigen-antibodi merangsang

degradasi asam arakidonat dari membran sel yang akan menghasilkan Leukotrien

(LT) dan Prostaglandin D2 (PG2) yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi

yang disebut newly formed mediators. PGD 2 menyebabkan bronkospasme dan

dilatasi pembuluh darah. (4)(5)(7)

Fase Efektor

Adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek

mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ

organ tertentu. Histamin memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkan

permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan edema, sekresi mukus dan

vasodilatasi. Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan Bradikinin

menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet activating factor (PAF) berefek

bronkospasme dan meningkatkan permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi

trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil. Prostaglandin

yang dihasilkan menyebabkan bronkokonstriksi, demikian juga dengan Leukotrien(4)(5)

BAB IV

7

Page 8: Syok Anafilatik

DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

4.1 Diagnosis

Pada pasien dengan reaksi anafilaksis biasanya dijumpai keluhan 2 organ atau

lebih setelah terpapar dengan alergen tertentu. Untuk membantu menegakkan

diagnosis maka American Academy of Allergy, Asthma and Immunology telah

membuat suatu kriteria.(1)

Kriteria pertama adalah onset akut dari suatu penyakit (beberapa menit hingga

beberapajam) dengan terlibatnya kulit, jaringan mukosa atau kedua-duanya (misalnya

bintik-bintik kemerahan pada seluruh tubuh, pruritus, kemerahan, pembengkakan

bibir, lidah, uvula), dan salah satu dari respiratory compromise (misalnya sesak nafas,

bronkospasme, stridor, wheezing , penurunan PEF, hipoksemia) dan penurunan tekanan

darah atau gejala yang berkaitan dengan disfungsi organ sasaran (misalnya hipotonia,

sinkop, inkontinensia). (1)

Kriteria kedua, dua atau lebih gejala berikut yang terjadi secara mendadak

setelah terpapar alergen yang spesifik pada pasien tersebut (beberapa menit hingga

beberapa jam), yaitu keterlibatan jaringan mukosa kulit (misalnya bintik-bintik

kemerahan pada seluruh tubuh, pruritus, kemerahan, pembengkakan bibir-lidah-

uvula); Respiratory compromise (misalnya sesak nafas, bronkospasme, stridor,

wheezing, penurunan PEF, hipoksemia); penurunan tekanan darah atau gejala yang

berkaitan (misalnya hipotonia, sinkop, inkontinensia); dan gejala gastrointestinal yang

persisten (misalnya nyeri abdominal, kram, muntah). (1)

Kriteria ketiga yaitu terjadi penurunan tekanan darah setelah terpapar pada

alergen yang diketahui beberapa menit hingga beberapa jam (syok anafilaktik). Pada

bayi dan anak-anak, tekanan darah sistolik yang rendah (spesifik umur) atau

penurunan darah sistolik lebih dari 30%. Sementara pada orang dewasa, tekanan

8

Page 9: Syok Anafilatik

darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau penurunan darah sistolik lebih dari 30% dari

tekanan darah awal. (1)

Gb. 2. Algoritme diagnosis anafilaksis(1)

Sedangkan kriteria dari Syok Anafilaksis sebagai berikut:

1. Secara tiba-tiba onsetnya dan progresi yang cepat dari gejala

- Pasien terlihat baik atau tidak baik

- Kebanyakan reaksi terjadi dalam beberapa menit, jarang reaksi terjadi

lebih lambat dari onset

- Waktu onset reaksi anfilaksis tergantung tipe trigger. Trigger intravena

akan lebih cepat onsetnya daripada sengatan, dan cenderung disebabkan

lebih cepat onsetnya dari trigger ingesti oral.

9

Page 10: Syok Anafilatik

- Pasien biasanya cemas dan dapat mengalami “sense of impending”

2. Life-threatening Airway and/or Breathing and/or Circulation Problems

Pasien dapat mengalami masalah A atau B atau C atau kombinasinya.

Airway Problem :

- Pembengkakan jalan nafas seperti tenggorokan dan lidah membengkak

(faring/laring edem). Pasien sulit bernafas dan menelan dan merasa

tenggorokan tertutup.

- Suara Hoarse

- Stridor, tingginya suara inspirasi karena saluran nafas atas yang

mengalami obstruksi.

Breathing Problems :

- Nafas pendek, pengingkatan frekuensi nafas

- Wheezing

- Pasien menjadi lelah

- Kebingungan karena hipoksia

- Sianosis (muncul biru), ini biasanya pada late sign

- Respiratory arrest

Circulation problem :

- Tanda syok, pucat, berkeringat.

- Peningkatan frekuensi nadi (takikardi)

- Tekanan darah rendah (hipotensi), merasa ingin jatuh (dizziness), kolaps.

- Penurunan tingkat kesadaran atau kehilangan kesadaran

- Anafilaksi dapat menyebabkan iskemik myokardial dan ECG berubah

walaupun individu dengan normal arteri kononer.

- Cardiac arrest

10

Page 11: Syok Anafilatik

3. Perubahan Kulit dan/atau Mukosa

Sering muncul gambaran pertama dan muncul lebih dari 80% dari reaksi

anafilaksis.

- Dapat berlangsung halus atau secara dramatis.

- Mungkin hanya perubahan kulit, hanya perubahan mukosa, atau keduanya

- Mungkin eritema setengahnya atau secara general, rash merah.

- Mungkin urtikaria yang muncul dimana saja pada tubuh, berwarna pucar,

merah muda, atau merah dan mungkin menunjukan seperti sengatan.

- Angioedema mungkin seperti urtikaria tetapi termasuk pada jaringan lebih

dalam sering pada kelopak mata dan bibir, kadang pada mulut dan

tenggorokan.

4.2 Diagnosis Banding

Beberapa keadaan yang dapat menyerupai reaksi anafilaksis yaitu reaksi

1. Reaksi vasovagal sering dijumpai setelah pasien mendapat suntikan. Pasien

tampak mau pingsan, pucat dan berkeringat. Dibandingkan dengan reaksi

anafilaksis, reaksi vasovagal nadinya lambat dan tidak terjadi sianosis. Meskipun

tekanan darahnya turun, tetapi masih mudah diukur dan biasanya tidak terlalu

rendah seperti pada anafilaksis.(1)

2. Infark miokard akut gejala yang menonjol adalah nyeri dada, dengan atau tanpa

penjalaran. Gejala tersebut sering diikuti sesak, tetapi tidak tampak tanda – tanda

obstruksi saluran nafas, maupun kelainan kulit. Pemeriksaan elektrokardiografi

dan enzimatik akan membantu diagnosis infark miokard.(1)

3. Reaksi hipoglikemik dapat disebabkan oleh pemakaian obat antidiabetes atau oleh

sebab lain. Pasien tampak lemah, pucat berkeringat sampai tak sadar. Tekanan

darah kadang - kadang menurun, tetapi tidak dijumpai tanda – tanda obstruksi

saluran nafas atau kelainan kulit. Pemeriksaan kadar gula dan pemberian terapi

glukosa menyokong diagnosis reaksi hipoglikemik.(1)

4. Pada reaksi histerik tidak dijumpai tanda – tanda gagal nafas, hipotensi atau

sianosis. Pasien kadang – kadang pingsan meskipun hanya sementara. Penilaian

11

Page 12: Syok Anafilatik

tanda – tanda vital atau status nurologik dengan cepat membedakan keadaan ini

dengan rekasi anafilaktik. Sering pasien mengeluh parestesia. (1)

5. Sindrom angioedema neurotik herediter merupakan salah satu keadaan yang

menyerupai anafilaksis. Sindrom ini ditandai dengan angioedema saluran nafas

bagian atas dan sering kolik abdomen. Tidak dijumpai kelainan kulit atau kolaps

vaskular. Adanya riwayat keluarga yang mempunyai sindroma ini disertai

penurunan kadar inhibitor C1 esterase mendukung adabya sindrom angioedema

neurotik herediter. (1)

4.3 Pemeriksaan Penunjang

1. Hematologi: hitung sel meningkat, hemokonsentrasi, trombositopenia, eosinophilia

naik/normal/turun.

2. X-Foto: hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mukus plug.

3. EKG: gangguan konduksi, atrial dan ventrikular disritmia.

4. Kimia: plasma histamin meningkat, serum triptase meningkat. (3)

BAB V

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab penderita

berada pada keadaan gawat. Sebenarnya, pengobatan syok anafilaktik tidaklah sulit,

asal tersedia obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta

12

Page 13: Syok Anafilatik

dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu

yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap. (3)

Kalau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat

kimia, baik peroral maupun parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan, adalah:(3)

1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi

dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha

memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.(3)

2. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:

A. Airway (membuka jalan napas). Jalan napas harus dijaga tetap bebas,

tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar,

posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang

menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik

mandibula ke depan, dan buka mulut.(3)

B. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak

ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke

hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat

mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial.

Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain

ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas

dan oksigen. Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera

ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi,

atau trakeotomi. (3)

C. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.

karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar. (3)

Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan hidup dasar

yang penatalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi jantung paru.

1. Segera berikan adrenalin 0.3–0.5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita dewasa

atau 0.01 mk/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular. Pemberian ini

dapat diulang tiap 15 menit sampai keadaan membaik. Beberapa penulis

menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin 2–4 ug/menit. (3)

2. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang

memberi respons, dapat ditambahkan aminofilin 5–6 mg/kgBB intravena dosis

awal yang diteruskan 0.4–0.9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus. (3)

13

Page 14: Syok Anafilatik

3. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau Mhetyl

Prednisolon 1-2 mg/kgBB intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi

efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang membandel. (3)

4. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena untuk

koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai

tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan

meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat.

Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan

perdebatan didasarkan atas keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya

peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila

memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3–4 kali dari

perkiraan kekurangan volume plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat

diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20–40% dari volume plasma.

Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah yang

sama dengan perkiraan kehilangan volume plasma. Tetapi, perlu dipikirkan

juga bahwa larutan koloid plasma protein atau dextran juga bisa melepaskan

histamin.(3)

5. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik

dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau

terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di tempat kejadian sudah

harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan

transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus

tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.(3)

6. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan, tetapi

harus diawasi atau diobservasi dulu selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan

penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2–3 kali suntikan,

harus dirawat di rumah sakit semalam untuk observasi.(3)

BAB VI

PENCEGAHAN

Pencegahan syok anafilaktik merupakan langkah terpenting dalam setiap

pemberian obat, tetapi ternyata tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Ada beberapa hal

yang dapat kita lakukan, antara lain: (3)

1. Pemberian obat  harus benar-benar atas indikasi yang kuat dan tepat.

14

Page 15: Syok Anafilatik

2. Individu yang mempunyai riwayat penyakit asma dan orang yang mempunyai

riwayat alergi terhadap banyak obat, mempunyai risiko lebih tinggi terhadap

kemungkinan terjadinya syok anafilaktik.

3. Penting menyadari bahwa tes kulit negatif, pada umumnya penderita dapat

mentoleransi pemberian obat-obat tersebut, tetapi tidak berarti pasti penderita

tidak akan mengalami reaksi anafilaktik. Orang dengan tes kulit negatif dan

mempunyai riwayat alergi positif mempunyai kemungkinan reaksi sebesar 1–

3% dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya reaksi 60%, bila tes kulit

positif.

4. Yang paling utama adalah harus selalu tersedia obat penawar untuk

mengantisipasi kemungkinan terjadinya reaksi anafilaktik atau anafilaktoid

serta adanya alat-alat bantu resusitasi kegawatan.

Sebelum memberikan obat: (1)

1. Adakah indikasi memberikan obat

2. Adakah riwayat alergi obat sebelumnya

3. Adakah pasien mempunyai resiko alergi obat

4. Adakah obat tersebut perlu diuji kulit dulu

5. Adakah pengobatan pencegahan untuk mengurangi reaksi alergi

Sewaktu minum obat : (1)

Enam cara memberikan obat :

1. Kalau mungkin obat diberikan secara oral

2. Hindari pemakaian intermiten

3. Sesudah memberikan suntikan, pasien harus selalu diobservasi

4. Beritahu pasien kemungkinan reaksi yang terjadi

5. Sediakan obat atau alat untuk mengatasi keadaan darurat

6. Bila mungkin lakukan uji provokasi atau desensitisasi

Sesudah minum obat : (1)

1. Kenali tanda dini reaksi alergi obat

2. Hentikan obat bila terjadi reaksi

3. Tindakan imunisasi sangat dianjurkan

4. Bila terjadi reaksi berikan penjelasan dasar kepada pasien agar kejadian

tersebut tidak terulang kembali

15

Page 16: Syok Anafilatik

Sangat dianjurkan untuk lebih baik melakukan tindakan berhati – hati atau

pencegahan, daripada menghadapi reaksi anafilaksis. Karena betapapun canggih

penatalaksanaannya pasien yang meninggal karena syok anafilaktik. (1)

Akan halnya dengan obat – obat bsebagai penyebab anafilaksis, tidak semua

obat dapat diuji kulit. Hanya penisilin, berbagai macam hormon, serum, dan enzim

yang dapat dipercaya hasil tes kulitnya. Pada beberapa keadaan uji kulit maupun

provokasi dengan memberikan obat kadang – kadang membantu diagnosis tetapi

kedua cara tersebut juga bisa mencetuskan anafilaksis (1)

Mempertahankan Suhu Tubuh

Suhu tubuh dipertahankan dengan memakaikan selimut pada penderita untuk

mencegah kedinginan dan mencegah kehilangan panas. Jangan sekali-kali

memanaskan tubuh penderita karena akan sangat berbahaya. (3)

Pemberian Cairan

1. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual,

muntah, atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru. (3)

2. Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau dibius dan

yang mendapat trauma pada perut serta kepala (otak). (3)

3. Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada kontra

indikasi. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau

muntah. (3)

4. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama

dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume

intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti

plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler. (3)

5. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan

jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama

dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar.

Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan

berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian

volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 3–4 kali

volume perdarahan yang hilang, sedang bila menggunakan larutan koloid

memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah

diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang dikombinasi dengan larutan

ringer laktat sama efektifnya dengan darah lengkap. (3)

16

Page 17: Syok Anafilatik

6. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan

yang berlebihan.(3)

7. Pada penanggulangan syok kardiogenik  harus dicegah pemberian cairan

berlebihan yang akan membebani jantung. Harus diperhatikan oksigenasi

darah dan tindakan untuk menghilangkan nyeri. (3)

8. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat, mengingat

pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ majemuk (Multiple Organ

Disfunction). Diperlukan pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP

dan pemeriksaan analisa gas darah. (3)

BAB VII

KESIMPULAN

Syok anafilaksis merupakan suatu reaksi alergi tipe yang fatal dan

menunjukkan derajat kegawatan dan perlu penanganan yang segera. Syok anafilaktik

17

Page 18: Syok Anafilatik

sering disebabkan oleh obat, terutama yang diberikan intravena seperti antibiotik atau

media kontras. Sengatan serangga seperti lebah juga dapat menyebabkan syok pada

orang yang rentan.

Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak lagi

terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen yang

bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi degranulasi,

pengeluaran histamin, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini menyebabkan peningkatan

permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi hipovolemia relatif karena

vasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler

menyebabkan udem. Pada  syok anafilaktik, bisa terjadi bronkospasme yang

menurunkan ventilasi.

Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal

gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas

dan efisiensi kerja kita pada saat-saat atau menit-menit pertama penderita mengalami

syok.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rengganis I. Rejatan Anafilaktik. Dalam : Sudoyo A ed. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Edisi 4. Jilid I. 2007. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen

Ilmu Penyakit Dalam, hal: 190-193

18

Page 19: Syok Anafilatik

2. Mansjoer A, Wardhani WI, Setowulan W. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed.

Jilid 1. 2000. Jakarta : Media Aesculapus. hal : 622 -1623

3. Penatalaksanaan syok anafilaktik in http://nursingbegin.com/penatalaksanaan-

syok-anafilaktik/ Diakses pada tanggal 12 Mei,2015

4. Syok anafilaktik in http://anastesikedokteran.blogspot.com/2010/06/syok-

anafilaktik.htm Diakses pada tanggal 12 Mei,2015

5. Syok anafilaktik in http://fkunair99./2008/11/syok-anafilaktik/ Diakses pada

tanggal 12 Mei,2015

6. Reaksi anafilaksis in http://dokterkwok.com/2009/09/10/syok-anafilaksis-

reaksi-anafilaksis/ Diakses pada tanggal 12 Mei,2015

7. Anaphylactic Shock: Pathophysiology, Recognition, and Treatment in

http://www.medscape.com/viewarticle/497498_3 accessed in May 12nd, 2015

19