striktur uretra

22
Minggu, 04 Januari 2009 Striktur Urethra Uretra merupakan bagian terpenting dari saluran kemih. Pada pria dan wanita, uretra mempunyai fungsi utama untuk mengalirkan urin keluar dari tubuh. Saluran uretra juga penting dalam proses ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria. Uretra pria berbentuk pipa yang menyerupai alat penyiram bunga. Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat terbentuknya jaringan fibrotik pada dinding uretra. 1,2 Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin keluar dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat menyebabkan banyak komplikasi, dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal. 3 Striktur uretra masih merupakan masalah yang sering ditemukan pada bagian dunia tertentu. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, karena uretra pada wanita lebih pendek dan jarang terkena infeksi. Segala sesuatu yang melukai uretra dapat menyebabkan striktur. Orang dapat terlahir dengan striktur uretra, meskipun hal itu jarang terjadi. 4 A. ANATOMI URETRA 1,3,5,6 Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian buli-buli sampai orifisium uretra eksterna glands penis, dengan panjang yang bervariasi. Uretra pria dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian posterior. Uretra

Upload: rahmaamartina643

Post on 30-Jun-2015

635 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: striktur uretra

Minggu, 04 Januari 2009

Striktur Urethra

Uretra merupakan bagian terpenting dari saluran kemih. Pada pria dan wanita, uretra mempunyai

fungsi utama untuk mengalirkan urin keluar dari tubuh. Saluran uretra juga penting dalam proses

ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria. Uretra pria berbentuk pipa yang menyerupai alat

penyiram bunga.

Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat terbentuknya jaringan fibrotik

pada dinding uretra.1,2 Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran

berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin keluar dari tubuh.

Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat menyebabkan banyak komplikasi, dengan

komplikasi terberat adalah gagal ginjal.3

Striktur uretra masih merupakan masalah yang sering ditemukan pada bagian dunia tertentu.

Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, karena uretra pada wanita lebih

pendek dan jarang terkena infeksi. Segala sesuatu yang melukai uretra dapat menyebabkan

striktur. Orang dapat terlahir dengan striktur uretra, meskipun hal itu jarang terjadi.4

 

A. ANATOMI URETRA1,3,5,6

Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian buli-buli sampai

orifisium uretra eksterna glands penis, dengan panjang yang bervariasi. Uretra pria dibagi

menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian posterior. Uretra posterior dibagi menjadi

uretra pars prostatika dan uretra pars membranasea. Uretra anterior dibagi menjadi meatus uretra,

pendulare uretra dan bulbus uretra. Dalam keadaan normal lumen uretra laki-laki 24 ch, dan

wanita 30 ch. Kalau 1 ch = 0,3 mm maka lumen uretra laki-laki 7,2 mm dan wanita 9 mm.

1. Uretra bagian anterior

Uretra anterior memiliki panjang 18-25 cm (9-10 inchi). Saluran ini dimulai dari meatus uretra,

pendulans uretra dan bulbus uretra. Uretra anterior ini berupa tabung yang lurus, terletak bebas

diluar tubuh, sehingga kalau memerlukan operasi atau reparasi relatif mudah.

2. Uretra bagian posterior

Uretra posterior memiliki panjang 3-6 cm (1-2 inchi). Uretra yang dikelilingi kelenjar prostat

dinamakan uretra prostatika. Bagian selanjutnya adalah uretra membranasea, yang memiliki

panjang terpendek dari semua bagian uretra, sukar untuk dilatasi dan pada bagian ini terdapat

Page 2: striktur uretra

otot yang membentuk sfingter. Sfingter ini bersifat volunter sehingga kita dapat menahan kemih

dan berhenti pada waku berkemih. Uretra membranacea terdapat dibawah dan dibelakang

simpisis pubis, sehingga trauma pada simpisis pubis dapat mencederai uretra membranasea.

Gambar 1. Uretra Pria6

B. DEFINISI

Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya.7

C. ETIOLOGI

Striktur uretra dapat terjadi pada1,2,3,4,5,6,7,8,9

1. Kelainan Kongenital,

misalnya kongenital meatus stenosis, klep uretra posterior

2. Operasi rekonstruksi dari kelainan kongenital seperti hipospadia, epispadia

3. Trauma,

misalnya fraktur tulang pelvis yang mengenai uretra pars membranasea; trauma tumpul pada

selangkangan (straddle injuries) yang mengenai uretra pars bulbosa, dapat terjadi pada anak

yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal sepeda sehingga jatuh dengan uretra pada

bingkai sepeda pria; trauma langsung pada penis; instrumentasi transuretra yang kurang hati-hati

(iatrogenik) seperti pemasangan kateter yang kasar, fiksasi kateter yang salah.

4. Post operasi,

beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktur uretra, seperti operasi prostat,

operasi dengan alat endoskopi.

5. Infeksi,

Page 3: striktur uretra

merupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti infeksi oleh kuman

gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoika atau non gonorrhoika telah menginfeksi

uretra beberapa tahun sebelumnya namun sekarang sudah jarang akibat pemakaian antibiotik,

kebanyakan striktur ini terletak di pars membranasea, walaupun juga terdapat pada tempat lain;

infeksi chlamidia sekarang merupakan penyebab utama tapi dapat dicegah dengan menghindari

kontak dengan individu yang terinfeksi atau menggunakan kondom.

D. PATOFISIOLOGI3,6,9

Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan mukosa pada uretra

merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal. Mukosanya terdiri dari epitel

kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna epitelnya skuamosa dan berlapis.

Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular.

Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara epimorfosis, artinya

jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringan ikat) yang tidak sama dengan semula.

Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra, sehingga

terjadi striktur uretra.

E. DERAJAT PENYEMPITAN URETRA7

Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu

derajat:

1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra

2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra

3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra

Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang

dikenal dengan spongiofibrosis.

Gambar 2. Derajat Penyempitan Uretra7

F. GEJALA KLINIS

Page 4: striktur uretra

Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran buang air seni kecil dan bercabang. Gejala

yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuria, inkontinensia, urin yang

menetes, kadang-kadang dengan penis yang membengkak, infiltrat, abses dan fistel. Gejala lebih

lanjutnya adalah retensi urine. 1,2,3,4,9,10

G. PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan Fisik3

Anamnesa:

Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga mencari penyebab striktur uretra.

Pemeriksaan fisik dan lokal:

Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk meraba fibrosis di uretra, infiltrat, abses

atau fistula.

2. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Urin dan kultur urin untuk mengetahui adanya infeksi

Ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal3,10

Uroflowmetri

Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin. Volume urin

yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses miksi. Kecepatan pancaran

urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik. Bila kecepatan pancaran

kurang dari harga normal menandakan ada obstruksi. 3,7,10

Radiologi

Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan dan besarnya

penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang striktur adalah dengan

membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara memasukkan bahan kontras secara antegrad

dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini panjang striktur dapat

diketahui sehingga penting untuk perencanaan terapi atau operasi. 2,3,5,7,10

Instrumentasi

Pada pasien dengan striktur uretra dilakukan percobaan dengan memasukkan kateter Foley

ukuran 24 ch, apabila ada hambatan dicoba dengan kateter dengan ukuran yang lebih kecil

sampai dapat masuk ke buli-buli. Apabila dengan kateter ukuran kecil dapat masuk menandakan

adanya penyempitan lumen uretra.

Page 5: striktur uretra

Uretroskopi

Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra. Jika diketemukan adanya striktur

langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong jaringan fibrotik dengan

memakai pisau sachse. 2,3,5,7

H. DIAGNOSIS

Diagnosis striktur uretra dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik. Diagnosis pasti striktur

uretra didapat dari pemeriksaan radiologi, tentukan lokasi dan panjang striktur serta derajat

penyempitan dari lumen uretra.3

I. PENATALAKSANAAN

Striktur uretra tidak dapat dihilangkan dengan jenis obat-obatan apapun.10 Pasien yang datang

dengan retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi suprapubik untuk mengeluarkan urin, jika

dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan pemberian antibiotika.3,7,10 Pengobatan striktur

uretra banyak pilihan dan bervariasi tergantung panjang dan lokasi dari striktur, serta derajat

penyempitan lumen uretra.

Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktur uretra adalah:

1. Bougie (Dilatasi)7,11

Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar hemoglobin pasien dan periksa adanya glukosa

dan protein dalam urin.

Tersedia beberapa jenis bougie (Gbr.4F). Bougie bengkok merupakan satu batang logam yang

ditekuk sesuai dengan kelengkungan uretra pria; bougie lurus, yang juga terbuat dari logam,

mempunyai ujung yang tumpul dan umumnya hanya sedikit melengkung; bougie filiformis

mempunyai diameter yang lebih kecil dan terbuat dari bahan yang lebih lunak.

Berikan sedatif ringan sebelum memulai prosedur dan mulailah pengobatan dengan antibiotik,

yang diteruskan selama 3 hari. Bersihkan glans penis dan meatus uretra dengan cermat dan

persiapkan kulit dengan antiseptik yang lembut. Masukkan gel lidokain ke dalam uretra dan

dipertahankan selama 5 menit. Tutupi pasien dengan sebuah duk lubang untuk mengisolasi penis.

Apabila striktur sangat tidak teratur, mulailah dengan memasukkan sebuah bougie filiformis;

biarkan bougie di dalam uretra dan teruskan memasukkan bougie filiformis lain sampai bougie

dapat melewati striktur tersebut (Gbr.3A-D). Kemudian lanjutkan dengan dilatasi menggunakan

bougie lurus (Gbr.3E).

Page 6: striktur uretra

Apabila striktur sedikit tidak teratur, mulailah dengan bougie bengkok atau lurus ukuran sedang

dan secara bertahap dinaikkan ukurannya.

Dilatasi dengan bougie logam yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang kasar tambah akan

merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada akhirnya menimbulkan striktur lagi

yang lebih berat. Karena itu, setiap dokter yang bertugas di pusat kesehatan yang terpencil harus

dilatih dengan baik untuk memasukkan bougie. Penyulit dapat mencakup trauma dengan

perdarahan dan bahkan dengan pembentukan jalan yang salah (false passage). Perkecil

kemungkinan terjadinya bakteremi, septikemi, dan syok septic dengan tindakan asepsis dan

dengan penggunaan antibiotik.

Gambar 3. Dilatasi Uretra dengan Bougie

Page 7: striktur uretra

Gambar 4. Dilatasi uretra pada pasien pria (lanjutan). Bougie lurus dan bougie bengkok (F);

dilatasi strikur anterior dengan sebuah bougie lurus (G); dilatasi dengan sebuah bougie bengkok

(H-J).11

2. Uretrotomi interna

w Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan alat endoskopi yang memotong jaringan

sikatriks uretra dengan pisau Otis atau dengan pisau Sachse, laser atau elektrokoter.

w Otis uretrotomi dikerjakan pada striktur uretra anterior terutama bagian distal dari pendulans

uretra dan fossa navicularis, otis uretrotomi juga dilakukan pada wanita dengan striktur uretra.

w Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse adalah striktur uretra anterior

atau posterior masih ada lumen walaupun kecil dan panjang tidak lebih dari 2 cm serta tidak ada

fistel, kateter dipasang selama 2-3 hari pasca tindakan. Setelah pasien dipulangkan, pasien harus

kontrol tiap minggu selama 1 bulan kemudian 2 minggu sekali selama 6 bulan dan tiap 6 bulan

sekali seumur hidup. Pada waktu kontrol dilakukan pemeriksaan uroflowmetri, bila pancaran

urinnya < 10 ml/det dilakukan bouginasi. 1,3,4,7

3. Uretrotomi eksterna3,7,12

w Tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis kemudian dilakukan

anastomosis end-to-end di antara jaringan uretra yang masih sehat, cara ini tidak dapat dilakukan

bila daerah strikur lebih dari 1 cm.

w Cara Johansson; dilakukan bila daerah striktur panjang dan banyak jaringan fibrotik.

Stadium I, daerah striktur disayat longitudinal dengan menyertakan sedikit jaringan sehat di

proksimal dan distalnya, lalu jaringan fibrotik dieksisi. Mukosa uretra dijahit ke penis pendulans

dan dipasang kateter selama 5-7 hari.

Stadium II, beberapa bulan kemudian bila daerah striktur telah melunak, dilakukan pembuatan

uretra baru.

w Uretroplasty dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra lebih dari 2 cm atau

dengan fistel uretro-kutan atau penderita residif striktur pasca Uretrotomi Sachse. Operasi

uretroplasty ini bermacam-macam, pada umumnya setelah daerah striktur di eksisi, uretra diganti

dengan kulit preputium atau kulit penis dan dengan free graft atau pedikel graft yaitu dibuat

tabung uretra baru dari kulit preputium/kulit penis dengan menyertakan pembuluh darahnya.

J. KOMPLIKASI3,7

Trabekulasi, sakulasi dan divertikel

Page 8: striktur uretra

Pada striktur uretra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, maka otot kalau diberi beban

akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat kemudian akan melemah. Jadi pada striktur

uretra otot buli-buli mula-mula akan menebal terjadi trabekulasi pada fase kompensasi, setelah

itu pada fase dekompensasi timbul sakulasi dan divertikel. Perbedaan antara sakulasi dan

divertikel adalah penonjolan mukosa buli pada sakulasi masih di dalam otot buli sedangkan

divertikel menonjol di luar buli-buli, jadi divertikel buli-buli adalah tonjolan mukosa keluar buli-

buli tanpa dinding otot.

Residu urine

Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat tidak timbul residu. Pada

fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu adalah keadaan dimana setelah kencing

masih ada urine dalam kandung kencing. Dalam keadaan normal residu ini tidak ada.

Refluks vesiko ureteral

Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan buli-buli melalui uretra.

Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesika yang meninggi maka akan terjadi

refluks, yaitu keadaan dimana urine dari buli-buli akan masuk kembali ke ureter bahkan sampai

ginjal.

Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal

Dalam keadaan normal, buli-buli dalam keadaan steril. Salah satu cara tubuh mempertahankan

buli-buli dalam keadaan steril adalah dengan jalan setiap saat mengosongkan buli-buli waktu

buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasi maka akan timbul residu, akibatnya maka buli-

buli mudah terkena infeksi.

Adanya kuman yang berkembang biak di buli-buli dan timbul refluks, maka akan timbul

pyelonefritis akut maupun kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya.

Infiltrat urine, abses dan fistulasi

Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang meninggi maka bisa timbul inhibisi

urine keluar buli-buli atau uretra proksimal dari striktur. Urine yang terinfeksi keluar dari buli-

buli atau uretra menyebabkan timbulnya infiltrat urine, kalau tidak diobati infiltrat urine akan

timbul abses, abses pecah timbul fistula di supra pubis atau uretra proksimal dari striktur.

K. PENCEGAHAN1,4,10

w Menghindari terjadinya trauma pada uretra dan pelvis

w Tindakan transuretra dengan hati-hati, seperti pada pemasangan kateter

Page 9: striktur uretra

w Menghindari kontak langsung dengan penderita yang terinfeksi penyakit menular seksual

seperti gonorrhea, dengan jalan setia pada satu pasangan dan memakai kondom

w Pengobatan dini striktur uretra dapat menghindari komplikasi seperti infeksi dan gagal ginjal

L. PROGNOSIS

Striktur uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani pemeriksaan yang

teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah dilakukan observasi selama satu

tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.2,4,7

M. STRIKTUR URETRA PADA WANITA3

w Etiologi striktur pada wanita berbeda dengan laki-laki, etiologi striktura uretra pada wanita

radang kronis. Biasanya di derita wanita usia diatas 40 tahun dengan sindroma sistitis berulang

yaitu disuria, frekuensi dan urgensi.

w Diagnosis striktur uretra dibuat dengan bougie aboul’e, tanda khas dari pemeriksaan bougie

aboul’e adalah pada waktu dilepas terdapat flik/hambatan.

w Pengobatan dari striktura uretra pada wanita dengan dilatasi, kalo gagal dengan otis

uretrotomi.

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Urethral Stricture Disease. http://www.urologyhealth.org/

adultconditionsbledder/urethralstricturedisease.html, diakses tanggal 24 September 2004.

2. Stricture Urethra. http://www.strictureurethra.com, diakses tanggal 24 September 2004.

3. Rochani. Striktur Urethra, dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Binarupa Aksara, Jakarta, 1995. Hal; 152-156.

4. Urethral Stricture. http://www.drrajmd.com/urology/urethral-stricture, diakses tanggal 24

September 2004.

5. Urethral Stricture Disease. http://www.centerforreconstructive urology.com/urethralstricture,

diakses tanggal 24 September 2004

6. The Male Urethra. http://www.bartleby.com/xI_splanchnology_

3b_4_themaleurethra_gray,henry_1918_anatomyofthehumanbody diakses tanggal 24 September

2004.

7. Purnomo Basuki B. Striktura uretra, dalam: Dasar-dasar UROLOGI. Ed 2. CV. Sagung,

Jakarta, 2003. Hal; 153-156.

Page 10: striktur uretra

8. Trauma Saluran Kemih. http://www.medicastore.com/sabtu 18september2004/164955, diakses

tanggal 24 September 2004.

9. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Striktur Uretra, dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah Ed. Revisi.

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1996. Hal; 1018-1019.

10. Scott M. Gilbert, M.D., Department of Urology, Columbia-Presbyterian Medical Center,

New York. Urethral Stricture. http://www.medlineplus.com/medicalencyclopedia.html, 5 Maret

2004. Diakses tanggal 24 September 2004.

11. Cook J, Sankaran B, Wasunna A.E.O. Uretra Pria, dalam: Penatalaksanaan Bedah Umum di

Rumah Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995. Hal;165-166.

12. Purwadianto A, Sampurna B. Retensi Urin, dalam: Kedaruratan Medik, “Pedoman

Penatalaksanaan Praktis”. Ed Revisi. Binarupa Aksara, Jakarta, 2000. Hal;145-148.

MANIFESTASI KLINIS

· Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang

· Gejala infeksi

· Retensi urinarius

· Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan pielonefritis

(C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)

Derajat penyempitan uretra:

a. Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.

b. Sedang: oklusi 1/3 s.d 1/2 diameter lumen uretra.

c. Berat: oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra.

Ada derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal dengan

spongiofibrosis.

(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 )

PENCEGAHAN

Elemen penting dalam pencegahan adalah menangani infeksi uretral dengan tepat. Pemakaian

kateter uretral untuk drainase dalam waktu lama harus dihindari dan perawatan menyeluruh

harus dilakukan pada setiap jenis alat uretral termasuk kateter.

(C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)

Page 11: striktur uretra

PENATALAKSANAAN

a. Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat pemasangan kateter

b. Medika mentosa

Analgesik non narkotik untuk mengendalikan nyeri.

Medikasi antimikrobial untuk mencegah infeksi.

c. Pembedahan

· Sistostomi suprapubis

· Businasi ( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.

· Uretrotomi interna : memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau otis/sachse. Otis

dimasukkan secara blind ke dalam buli–buli jika striktur belum total. Jika lebih berat dengan

pisau sachse secara visual.

· Uretritimi eksterna: tondakan operasi terbuka berupa pemotonganjaringan fibrosis, kemudian

dilakukan anastomosis diantara jaringan uretra yang masih baik.

(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan keruh, pH : 7 atau

lebih besar, bakteria.

b. Kultur urin: adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas, e. coli.

c. BUN/kreatin : meningkat

d. Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk mengetahui panjangnya

penyempitan uretra dibuat foto iolar (sisto) uretrografi.

e. Uroflowmetri : untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi

f. Uretroskopi : Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra

(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)

PENGKAJIAN

1. Sirkulasi

Tanda: peningkatan TD ( efek pembesaran ginjal)

2. Eliminasi

Gejala: penurunan aliran urin, ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan

lengkap, dorongan dan frekurnsi berkemih

Tanda: adanya masa/sumbatan pada uretra

Page 12: striktur uretra

3. Makanan dan cairan

Gejala; anoreksia;mual muntah, penurunan berat badan

4. Nyeri/kenyamanan

Nyeri suprapubik

5. Keamanan : demam

6. Penyuluhan/pembelajaran

(Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d insisi bedah sitostomi suprapubik

Tujuan : nyeri berkurang/ hilang

Kriteria hasil:

a. Melaporkan penurunan nyeri

b. Ekspresi wajah dan posisi tubuh terlihat relaks

Intervensi:

· Kaji sifat, intensitas, lokasi, lama dan faktor pencetus dan penghilang nyeri

· Kaji tanda nonverbal nyeri ( gelisah, kening berkerut, mengatupkan rahang, peningkatan TD)

· Berikan pilihan tindakan rasa nyaman

Bantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman

Ajarkan tehnik relaksasi dan bantu bimbingan imajinasi

· Dokumentasikan dan observasi efek dari obat yang diinginkan dan efek sampingnya

· Secara intermiten irigasi kateter uretra/suprapubis sesuaiadvis, gunakan salin normal steril dan

spuit steril

Masukkan cairan perlahan-lahan, jangan terlalu kuat.

Lanjutkan irigasi sampai urin jernih tidak ada bekuan.

· Jika tindakan gagal untuk mengurangi nyeri, konsultasikan dengan dokter untuk penggantian

dosis atau interval obat.

2.Perubahan pola eliminasi perkemihan b.d sitostomi suprapubik

Kriteria hasil:

a. kateter tetap paten pada tempatnya

b. Bekuan irigasi keluar dari dinding kandung kemih dan tidak menyumbat aliran darah melalui

kateter

Page 13: striktur uretra

c. Irigasi dikembalikan melalui aliran keluar tanpa retensi

d. Haluaran urin melebihi 30 ml/jam

e. Berkemih tanpa aliran berlebihan atau bila retensi dihilangkan

Intervensi:

· Kaji uretra dan atau kateter suprapubis terhadap kepatenan

· Kaji warna, karakter dan aliran urin serta adanya bekuan melalui kateter tiap 2 jam

· Catat jumlah irigan dan haluaran urin, kurangi irigan dengan haluaran , laporkan retensi dan

haluaran urin <30 ml/jam

· Beritahu dokter jika terjadi sumbatan komplet pada kateter untuk menghilangkan bekuan

· Pertahankan irigasi kandung kemih kontinu sesuai instruksi

· Gunakan salin normal steril untuk irigasi

· Pertahankan tehnik steril

· Masukkan larutan irigasi melalui lubang yang terkecil dari kateter

· Atur aliran larutan pada 40-60 tetes/menit atau untuk mempertahankan urin jernih

· Kaji dengan sering lubang aliran terhadap kepatenan

· Berikan 2000-2500 ml cairan oral/hari kecuali dikontraindikasikan

3.Resiko terhadap infeksi b.d adanya kateter suprapubik, insisi bedah sitostomi

suprapubik

Tujuan: tidak terjadi infeksi

Hasil yang diharapkan:

a. Suhu tubuh pasien dalam batas normal

b. Insisi bedah kering, tidak terjadi infeksi

c. Berkemih dengan urin jernih tanpa kesulitan

Intervensi:

· Periksa suhu setiap 4 jam dan laporkan jikadiatas 38,5 derajat C

· Perhatikan karakter urin, laporkan bila keruh dan bau busuk

· Kaji luka insisi adanya nyeri, kemerahan, bengkak, adanya kebocoran urin, tiap 4 jam sekali

· Ganti balutan dengan menggunakan tehnik steril

· Pertahankan sistem drainase gravitas tertutup

· Pantau dan laporkan tanda dan gejala infeksi saluran perkemihan

Page 14: striktur uretra

· Pantau dan laporkan jika terjadi kemerahan, bengkak, nyeri atau adanya kebocoran di sekitar

kateter suprapubis.

(M. Tucker, Martin;1998)

DAFTAR PUSTAKA :

Wim de, Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih bahasa R. Sjamsuhidayat Penerbit Kedokteran,

EGC, Jakarta, 1997

Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, Bandung, Yayasan IAPK pajajaran,

1996

M. Tucker, Martin, Standart Perawatan Pasien : Proses keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi,

Edisi V, Volume 3, Jakarta, EGC,1998

Susanne, C Smelzer, Keperawatan Medikal Bedah (Brunner &Suddart) , Edisi VIII, Volume 2,

Jakarta, EGC, 2002

Basuki B. purnomo, Dasar-Dasar Urologi, Malang, Fakultas kedokteran Brawijaya, 2000

Doenges E. Marilynn, Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta. EGC. 2000

http://nursingbegin.com/askep-pada-klien-dengan-striktur-uretra/

Page 15: striktur uretra