case striktur uretra dan vesikolitiasis

25
THE STRICTURE OF MEMBRANOUS URETHRA PASSES AND VESICHOLITHIASIS Aida Ayu Chandrawati, Yostin, Achmad M Palinrungi Urology Department of Medical Faculty, Hasanuddin University ABSTRACT A man 30 years old with chief complaint cannot urinate and bloody discharge from penis due to trauma that was 6 years ago so it was inserted suprapubic catheter. The patient complained his urination sometimes cloudy and feels suprapubic pain since the last 2 years. Patient has never experience sandy urinate. On physical examination on suprapubic region there is Foley catheter no 20F inserted. There is a wound operation scar of 3 cm, and on palpation found tenderness. , The diagnosis is confirmed by routine urine examination found erythrocytes +++ / 200, and leukocytes +++ / 500. Ultrasound examination of the abdomen obtained vesicolithiasis and cystitis. In the pelvic examination found vesicholith and Old Fracture bilateral ramus inferior pubic bones and fusion at simphisis os pubis. On Urethtrocystography found the membranous urethtra passes, vesicoureteral reflux dextra grade II-III, and Vesicolith. Internal Uretrotomy surgery is done visually using a fiberoptic camera with a knife sasche and vesicholithotomy Keyword: Urethral Stricture, Vesicholithiasis, internal Uretrotomy ,sasche, Section Alta, Trauma 1

Upload: nadhirah-mohd-noh

Post on 03-Oct-2015

70 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

case urologi

TRANSCRIPT

THE STRICTURE OF MEMBRANOUS URETHRA PASSES AND VESICHOLITHIASISAida Ayu Chandrawati, Yostin, Achmad M PalinrungiUrology Department of Medical Faculty, Hasanuddin UniversityABSTRACTA man 30 years old with chief complaint cannot urinate and bloody discharge from penis due to trauma that was 6 years ago so it was inserted suprapubic catheter. The patient complained his urination sometimes cloudy and feels suprapubic pain since the last 2 years. Patient has never experience sandy urinate. On physical examination on suprapubic region there is Foley catheter no 20F inserted. There is a wound operation scar of 3 cm, and on palpation found tenderness. , The diagnosis is confirmed by routine urine examination found erythrocytes +++ / 200, and leukocytes +++ / 500. Ultrasound examination of the abdomen obtained vesicolithiasis and cystitis. In the pelvic examination found vesicholith and Old Fracture bilateral ramus inferior pubic bones and fusion at simphisis os pubis. On Urethtrocystography found the membranous urethtra passes, vesicoureteral reflux dextra grade II-III, and Vesicolith. Internal Uretrotomy surgery is done visually using a fiberoptic camera with a knife sasche and vesicholithotomyKeyword: Urethral Stricture, Vesicholithiasis, internal Uretrotomy ,sasche, Section Alta, Trauma

ABSTRAKSeorang laki-laki umur 30 tahun dengan keluhan utama tidak bisa buang air kecil dan keluar darah dari ujung kemaluan sejak 6 tahun lalu karena trauma sehingga dipasangkan kateter suprapubik. Pasien mengeluh buang air kecil kadang berwarna keruh dan nyeri suprapubik yang dialami sejak kurang lebih 2 tahun terakhir. Pasien tidak pernah kencing berpasir. Pada pemeriksaan fisis regio suprapubik tampak terpasang kateter foley no 20F. Tampak luka bekas operasi ukuran 3 cm,nyeri tekan ada. Diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan urin rutin ditemukan eritrosit +++/200, dan leukosit +++/500. Pemeriksaan USG abdomen didapatkan kesan vesikolithiasis dan sistitis. Pada pemeriksaan foto pelvis kesan vesikolit dan Old Fracture ramus inferior os pubis bilateral dan fusi pada os simphisis pubis. Pada pemeriksaan urethtrosistografi kesan striktur urethtra pars membranasea, vesikoureteral reflux dextra grade II-III, vesikolit. Dilakukan pembedahan vesikolithotomi dan uretrotomi interna dikerjakan secara visual menggunakan kamera fiberoptik dengan pisau sasche.Kata kunci: Striktur uretra, vesikolitiasis, uretrotomi interna, section alta, Trauma

PENDAHULUANSumbatan pada sistem saluran kemih termasuk suatu kegawatdaruratan medis. Sumbatan dapat terjadi pada sepanjang saluran kemih. Sumbatan pada saluran kemih atas meliputi organ ginjal dan ureter dapat memberikan manifestasi klinis berupa nyeri kolik atau anuria. Sedangkan sumbatan saluran kemih bawah pada buli-buli dan uretra menyebabkan retensi urine.1 Penanganan kuratif penyakit ini adalah dengan operasi, namun tidak jarang beberapa teknik operasi dapat menimbulkan rekurensi penyakit yang tinggi bagi pasien.Maka dari itu diperlukan penanganan tepat dan adekuat untuk menghindari resiko kekambuhan penyakit striktur uretra. 1,2 Retensi urine adalah ketidakmampuan dalam mengeluarkan urine sesuai dengan keinginan, sehingga urine yang terkumpul di buli-buli melampaui batas maksimal. Salah satu penyebabnya adalah akibat penyempitan pada lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya, disebut dengan striktur uretra. LAPORAN KASUSPasien SH, laki-laki 30 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan tidak bisa buang air kecil yang dialami sejak 6 tahun yang lalu akibat trauma. Saat itu pasien sedang bekerja , tiba-tiba sebuah balok kayu terjatuh dan mengenai punggung bagian bawah pasien kemudian keluar darah dari ujung kemaluan. 4 jam kemudian pasien ingin buang air kecil tetapi tidak bisa keluar dari ujung kemaluan dan merasakan nyeri di perut bagian bawah sehingga dibawa ke rumah sakit dan dipasangkan kateter di dinding perut bawah. Di rumah sakit tersebut juga diketahui pasien mengalami patah tulang pada kaki kanan sehingga direncanakan untuk operasi namun pasien menolak. Sejak saat itu pasien berjalan menggunakan tongkat dan beristirahat di rumah (berhenti bekerja). Saat ini buang air kecil lancar melalui kateter di dinding perut bawah. Pasien mengeluh buang air kecil kadang berwarna keruh dan nyeri di perut bawah yang dialami sejak kurang lebih 2 tahun terakhir. Pasien tidak pernah kecing berpasir. Riwayat demam disangkal. Setiap 2 minggu pasien mengganti kateter.Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum pasien dalam batas normal. Status vitalis pasien dalam batas normal. Status urologi ditemukan pada region suprapubik tampak terpasang kateter foley no 20F, Buli-buli kesan tidak bulging. Tampak luka bekas operai ukuran 3 cm. Warna kulit sama dengan sekitar . Nyeri tekan ada. Pada regio costovertebra dextra dan sinistra tidak ditemukan kelainan. Pada regio genitalia, tidak ditemukan kelainan. Dari pemeriksaan rectal tussei didapatkan spingter ani mencekik, mukosa licin, ampulla berisi feses, teraba massa,konsistensi padat keras, bergerak kesan batu buli-buli. Nyeri tekan ada arah jam 12. Pada Handscoen feses ada, darah tidak ada, lendir tidak ada.

Gambar 1. tampak terpasang kateter foley suprapubik no 20FDari pemeriksaan urin rutin ditemukan eritrosit +++/200, dan leukosit +++/500. Dari pemeriksaan USG abdomen didapatkan batu dengan ukuran 2,91 cm (29,1 mm) kesan vesicolithiasis dan cystitis. Pada pemeriksaan foto pelvis (Gambar 2) kesan vesicholithiasis dan Old Fracture ramus inferior os pubis bilateral dan fusi pada os simphisis pubis. Pada pemeriksaan Urethtrocystography(Gambar 3) kesan Striktur urethtra pars posterior, Vesikoureteral Reflux dextra grade II-III, Vesicolithiasis.

Gambar 2. Foto Pelvis AP/PAGambar 3. Urethtrocystography

Gambar 5. Uretrotomi interna dikerjakan secara visual menggunakan kamera fiberoptik dengan pisau sascheGambar 4. Vesikolithotomi (pengangkatan batu buli-buli)Pasien ini didiagnosis striktur urethra pars posterior dan vesicolithiasis dimana penatalaksanaan pasien ini adalah penanganan operatif berupa operasi sachse dan vesikolithotomi .

DISKUSIEtiologi Trauma tumpul merupakan penyebab dari sebagian besar cedera pada uretra pars posterior. Beberapa jenis fraktur pelvis lebih sering berhubungan dengan cedera uretra posterior dan terlihat pada 87% sampai 93% kasus. Fraktur yang mengenai ramus atau simfisis pubis dan menimbulkan kerusakan pada cincin pelvis, menyebabkan robekan uretra pars prostato-membranasea. 1,2 Penyebab striktur uretra lainnya yaitu karena kelainan congenital dan infeksi. 3 Pada kasus ini, kemungkinan yang menyebabkan striktur uretra adalah rupture urethra akibat trauma 6 tahun lalu. Pasien ini juga didiagnosis dengan vesikolithiasis yang merupakan salah satu komplikasi dari striktur uretra.4

PatomekanismePanjang uretra pria dewasa berkisar antara 23-25 cm, sedangkan uretra wanita sekitar 3-5 cm. Karena itulah uretra pria lebih rentan terserang infeksi atau terkena trauma dibanding wanita . Uretra posterior merupakan bagian uretra yang memanjang dari leher kandung kemih melalui prostat dan melalui diafragma urogenital. Uretra posterior terdiri uretra pars prostatika dan uretra membranasea yang melintasi diafragma urogenital sesaat sebelum memasuki corpus spongiosa.1Proses radang akibat trauma atau infeksi pada uretra akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada uretra.5 Jaringan parut ini berisi kolagen dan fibroblast, dan ketika mulai menyembuh jaringan ini akan berkontraksi ke seluruh ruang pada lumen dan menyebabkan pengecilan diameter uretra, sehingga menimbulkan [hambatan aliran urine. Karena adanya hambatan, aliran urine mencari jalan keluar di tempat lain dan akhirnya mengumpul di rongga periuretra. Karena ekstravasasi urine, daerah tersebut akan rentan terjadi infeksi akan menimbulkan abses periuretra yang kemudian bisa membentuk fistula uretrokutan (timbul hubungan uretra dan kulit).6

Gambar 5.Cedera pada uretra pars posterior7Pembentukkan vesikolit pada pasien ini menurut teori dibagi dalam beberapa tahap yaitu sebagai berikut:1. NukleasiProses ini merupakan proses awal yang terjadi oleh karena suatu keadaan supersaturasi, dimana keadaan ini merupakan hasil perbandingan antara actual ion-activity product (APsalt) dan solubility product (SPsalt). Jika nilai supersaturasi >1 maka faktor risiko pembentukan batu ginjal semakin tinggi. Pada nukleasi sekunder, kristal-kistal baru akan terdeposisi pada permukaan kristal yang sejenis sehingga menghasilkan produksi kristal yang berlebih. Pada proses dimana kristal satu terdeposisi dengan kristal lain disebut proses epitaksi.(8,9)2. Pertumbuhan KristalProses pertumbuhan kristal ditentukan oleh ukuran dan bentuk suatu molekul, tingkatan supersaturasi, pH urin, dan defek yang mungkin terbentuk pada permukaan kristal. Dalam proses ini, beberapa atom atau molekul lainnya, pada keadaan supersaturasi, mulai membentuk klaster. Klaster yang berukuran kecil lebih signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan kristal.(8,9)3. Agregasi KristalAgregasi dari partikel-partikel kristal akan membentuk kristal yang berukuran lebih besar. Jarak yang kecil antar partikel akan mempengaruhi agregasi dan waktu yang dibutuhkan untuk beragregasi hanya beberapa detik. Glikoprotein Tamm-Horsfall dan molekul lainnya berperan sebagai lem dan meningkatkan derajat viskositas pengikatan. .(8,9)4. Retensi KristalRetensi kristal terjadi karena perlekatan kristal pada sel epitel tubulus ginjal. Ekspresi asam hialuronat, uropontin, dan CD44 oleh sel tubulus yang mengalami regenerasi atau cedera merupakan syarat terjadinya retensi kristal pada ginjal. .(8,9)Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu, yaitu: 1. Teori Supersaturasi Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk batu. Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang suatu saat akan terjadi 9kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih. 82. Teori Infeksi Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi sintesis ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada bakteri pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. 83. Teori Tidak Adanya Inhibitor Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor organik terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein sedangkan yang jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan uropontin. 8Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membaran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Hal tersebut yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian individu terjadi pembentukan BSK, sedangkan pada individu lain tidak, meskipun sama-sama terjadi supersanturasi. 8

DiagnosisDiagnosis striktur uretra dapat kita tegakkan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, ditemukan pasien tidak bisa buang air kecil, keluar darah dari ujung kemaluan karena fraktur pelvis sehingga dicurigai pernah mengalami rupture uretra .Trias diagnostik dari cedera uretra prostatomembranosa adalah fraktur pelvis, darah pada meatus dan urin tidak bisa keluar dari kandung kemih. 2. Fraktur tulang pelvis menyebabkan trauma pada uretra pars posterior. Pada pasien ini trauma pada uretra pars membranasea. Ruptur uretra yang lama akan menyebabkan suatu striktur. Striktur uretra pars posterior dapat memberikan gejala berupa disuria, nokturia, pancaran kencing melemah, nyeri yang bertambah bila terjadi distended kandung kemih.4 Gejala anuri terjadi pada striktur uretra total. Untuk menunjang diagnosis, pada pasien ini dilakukan pemeriksaan foto pelvis dan ditemukan Old Fracture ramus inferior os pubis bilateral dan fusi pada os simphisis pubis. Pada pemeriksaan Urethtrocystography didapatkan Striktur urethtra pars membranasea.Diagnosis rupture uretra melalui pemeriksaan DRE atau rectal toucher bisa didapatkan hematoma pada pelvis dengan pengeseran prostat ke superior atau dapat ditemukan prostat melayang.10,11 Saat ini tanda prostat melayang tidak didapatkan pada pasien ini. Uretrografi retrograde telah menjadi pilihan pemeriksaan untuk mendiagnosis cedera uretra karena akurat, sederhana dan cepat dilakukan pada keadaan trauma. Sementara CT Scan merupakan pemeriksaan yang ideal untuk saluran kemih bagian atas dan cedera vesika urinaria dan terbatas dalam mendiagnosis cedera uretra. Sementara MRI berguna untuk pemeriksaan pelvis setelah trauma sebelum dilakukan rekonstuksi, pemeriksaan ini tidak berperan dalam pemeriksaan cadera uretra. Sama halnya dengan USG uretra yang memiliki keterbatasan dalam pelvis dan vesika urinaria untuk menempatkan kateter suprapubik2.Pasien ini juga didiagnosis dengan vesikolithiasis (batu buli-buli). Diagnosis dapat kita tegakkan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, pasien mengeluh nyeri suprapubik dan urin sering berwarna keruh. Namun urin keruh bukanlah gejala khas pada batu buli-buli karena urin keruh dapat berasal dari nanah. Dari pemeriksaan fisis ditemukan pasien menggunakan kateter suprapubik. Penggunaan kateter suprapubik dalam jangka panjang menyebabkan terjadinya urin statis yang mengarah ke proses nukleasi kristal dan agregasi . Hal ini pada akhirnya akan menghasilkan batu. Pada palpasi ditemukan nyeri tekan suprapubik. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan rectal toucher dan teraba massa,konsistensi padat keras, bergerak kesan batu buli-buli. Nyeri tekan ada arah jam 12.Gejala klinis vesikolitiasis berupa gejala iritasi antara lain disuria hingga stranguri, dan tidak enak sewaktu kencing, dan kencing terhenti tiba-tiba kemudian menjadi lancar kembali engan perubahan posisi tubuh.nyeri saat buang air kecil juga sering dirasakan pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang sampai kaki. Pada beberapa kasus juga sering ditemukan urin berwarna keruh. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan diagnosis vesikolithiasis antara lain: 11. Foto Polos AbdomenPembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio opak dan paling sering dijumpai diantara batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen). Urutan radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel 1.Jenis BatuRadioopasitas

KalsiumOpak

MAPSemiopak

Urat/SistinNon opak

Tabel 1. Urutan Radioopasitas Beberapa Jenis Batu Saluran Kemih2. UltrasonografiUSG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal. USG dapat mendeteksi batu radiolusen pada buli-buli.3. Pemeriksaan Mikroskopik Urin, untuk mencari hematuria dan Kristal. Pada pasien ini ditemukan eritrosit +++/200, dan leukosit +++/5004. Renogram, dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungsi ginjal.5. Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya.6. Kultur urin, untuk mecari adanya infeksi sekunder.7. DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase alkali serum.

Penatalaksanaan Pengobatan terhadap striktur uretra tergantung pada lokasi striktur, panjang/pendek striktur, dan kedaruratannya. Contohnya, jika pasien datang dengan retensi urine akut, secepatnya lakukan sistostomi suprapubik untuk mengeluarkan urine dari buli-buli. Sistostomi adalah tindakan operasi dengan membuat jalan antara buli-buli dan dinding perut anterior. Pada kasus ini, pasien pernha mengalami retensi urin akut 6 tahun yang lalu pasca trauma seingga dilakukan pemaangan kateter suprapubik. Jika dijumpai abses periuretra, kita lakukan insisi untuk mengeluarkan nanah dan berikan antibiotika. Jika lokasi striktur di uretra pars bulbosa dimana terdapat korpus spongiosum yang lebih tebal daripada di uretra pars pedularis, maka angka kesuksesan prosedur uretrotomi akan lebih baik jika dikerjakan di daerah tersebut. 6Keluarnya darah dari ostium uretra eksterna merupakan tanda yang paling penting dari kerusakan uretra. Pada kerusakan uretra tidak diperbolehkan melakukan pemasangan kateter, karena dapat menyebabkan infeksi pada periprostatik dan perivesical dan konversi dari incomplete laserasi menjadi complete laserasi. Cedera uretra karena pemasangan kateter dapat menyebabkan obstuksi karena edema dan bekuan darah. 6Adanya Penanganan konvensional seperti uretrotomi atau dilatasi(businasi) masih tetap dilakukan, walaupun pengobatan ini rentan menimbulkan kekambuhan. Hasil sebuah studi mengindikasikan 80% striktur yang ditangani dengan internal uretrostomi mengalami kekambuhan dalam 5 tahun berikutnya. Pemasangan stent adalah alternatif bagi pasien yang sering mengalami rekurensi striktur. Namun tidak menutup kemungkinan untuk terjadi komplikasi seperti hiperplasia jaringan uretra sehingga menimbulkan obstruksi sekunder.5,12,13 Beberapa pilihan terapi untuk striktur uretra adalah sebagai berikut: 1. Dilatasi uretra Dapat dilakukan pada pasien yang kontra indikasi dengan pembedahan. Dilatasi dilakukan dengan menggunakan balon kateter atau busi logam dimasukan hati-hati ke dalam uretra untuk membuka daerah yang menyempit.1 Pendarahan selama proses dilatasi harus dihindari karena itu mengindikasikan terjadinya luka pada striktur yang akhirnya menimbulkan striktur baru yang lebih berat. Hal inilah yang membuat angka kesuksesan terapi menjadi rendah dan sering terjadi kekambuhan.12

2. Uretrotomi interna Pada pasien ini telah dilakukan uretrotomi interna dengan menggunakan pisau sacshe, namun tidak berhasil karena telah terjadi striktur uretra total. Teknik bedah dengan derajat invasive minim, dimana dilakukan tindakan insisi pada jaringan radang untuk membuka striktur. Insisi menggunakan pisau otis atau sasche. Otis dikerjakan jika belum terjadi striktur total, sedangkan pada striktur lebih berat pemotongan dikerjakan secara visual menggunakan kamera fiberoptik dengan pisau sasche. Tujuan uretrotomi interna adalah membuat jaringan epitel uretra yang tumbuh kembali di tempat yang sbelumnya terdapat jaringan parut. Jika tejadi proses epitelisasi sebelum kontraksi luka menyempitkan lumen, uretrotomi interna dikatakan berhasil. Namun jika kontraksi luka lebih dulu terjadi dari epitelisasi jaringan, maka striktur akan muncul kembali. Angka kesuksesan jangka pendek terapi ini cukup tinggi, namun dalam 5 tahun angka kekambuhannya mencapai 80%.6 Selain timbulnya striktur baru, komplikasi uretrotomi interna adalah pendarahan yang berkaitan dengan ereksi, sesaat setelah prosedur dikerjakan, sepsis, inkontinensia urine, dan disfungsi ereksi.143. Pemasangan stent Stent adalah benda kecil, elastis yang dimasukan pada daerah striktur. Stent biasanya dipasang setelah dilatasi atau uretrotomi interna. Ada dua jenis stent yang tersedia, stent sementara dan permanen. Stent permanen cocok untuk striktur uretra pars bulbosa dengan minimal spongiofibrosis. Biasanya digunakan oleh orang tua, yang tidak fit menjalani prosedur operasi. Namun stent permanen juga memiliki kontra indikasi terhadap pasien yang sebelumnya menjalani uretroplasti substitusi dan pasien straddle injury dengan spongiosis yang dalam. Angka rekurensi striktur bervariasi dari 40%-80% dalam satu tahun. Komplikasi sering terjadi adalah rasa tidak nyaman di daerah perineum, diikuti nyeri saat ereksi dan kekambuhan striktur.124. Uretroplasti Uretroplasti merupakan standar dalam penanganan striktur uretra, namun masih jarang dikerjakan karena tidak banyak ahli medis yang menguasai teknik bedah ini. Sebuah studi memperlihatkan bahwa uretroplasti dipertimbangkan sebagai teknik bedah dengan tingkat invasif minimal dan lebih efisien daripada uretrotomi.15 Uretroplasti adalah rekonstruksi uretra terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis. Ada dua jenis uretroplasti yaitu uretroplasti anastomosis dan substitusi. Uretroplasti anastomosis dilakukan dengan eksisi bagian striktur kemudian uretra diperbaiki dengan mencangkok jaringan atau flap dari jaringan sekitar. Teknik ini sangat tepat untuk striktur uretra pars bulbosa dengan panjang striktur 1-2 cm. Uretroplasti substitusi adalah mencangkok jaringan striktur yang dibedah dengan jaringan mukosa bibir, mukosa kelamin, atau preputium. Ini dilakukan dengan graft, yaitu pemindahan organ atau jaringan ke bagian tubuh lain, dimana sangat bergantung dari suplai darah pasien untuk dapat bertahan. 12Ini merupakan cara yang paling lama dan paling sederhana dalam penanganan striktur uretra. Direkomendasikan pada pasien yang tingkat keparahan striktur Proses graft terdiri dari dua tahap, yaitu imbibisi dan inoskulasi. Imbibisi adalah tahap absorsi nutrisi dari pembuluh darah paien dalam 48 jam pertama. Setelah itu diikuti tahap inoskulasi dimana terjadi vaskularisasi graft oleh pembuluh darah dan limfe. Jenis jaringan yang bisa digunakan adalah buccal mucosal graft, full thickness skin graft, bladder epithelial graft, dan r32i >ectal mucosal graft. Dari semua graft diatas yang paling disukai adalah buccal mucosal graft atau jaringan mukosa bibir, karena jaringan tersebut memiliki epitel tebal elastis, resisten terhadp infeksi, dan banyak terdapat pembuluh darah lamina propria. Tempat asal dari graft ini juga cepat sembuh dan jarang mengalami komplikasi.15 Angka kesuksesan sangat tinggi mencapai 87%. Namun infeksi saluran kemih, fistula uretrokutan, dan chordee bisa terjadi sebagai komplikasi pasca operasi. 12Antibiotik diberikan pada pasien yang dicurigai mengalami infeksi saluran kemih dan jenisnya diberikan sesuai dengan hasil tes kepekaan. Jika hasil kepekaan steril, maka dapat diberikan antibiotik profilaksis seperti ampicillin atau cephalosporin.12,13Batu buli-buli dapat dipecahkan dengan litotripsi yaitu untuk memecah batu buli-buli dengan memasukkan alat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli atau jika batu terlalu besar yaitu berukuran lebih dari 20 mm maka indikasi untuk dilakukan pembedahan terbuka (vesikolithotomi) atau sectio alta . Penanganan yang telah dilakukan pada pasien ini yang telah dilakukan pada pasien ini yaitu penanganan operatif yaitu sectio alta.12,16

TINJAUAN PUSTAKA

1. Purnomo B. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Jakarta : Sagung Seto; 2003. p.97-9

2. Rosentein DI, Alsikafi NF . Diagnosis and classification of urethral injuries. In : McAninch JW, Resinck MI, editors. Urologic clinics of north america. Philadelpia : Elseivers Sanders; 2006 . p. 74-83

3. Palinrungi AM. Urology Ilustrated. Makassar: Division of Urology, Departement of Surgery, Faculty of Medicine, Hasanuddin University; 2009. 4. Brandes,S. Urethral Stricture Evaluation and Surgical management.avaible at http://www.urology.wustl.edu 5. Hohenfellner,M. Emergencies in Urology.2007. p.124-1256. Widya ,Agung Wistara,dkk. Diagnosis dan Penanganan Striktur Uretra. Bagian/SMF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.20097. Palinrungi AM. Lecture notes on urological emergencies & trauma. Makassar: Division of Urology, Departement of Surgery, Faculty of Medicine, Hasanuddin University; 2009. p. 131-68. Basavaraj ,Doddametikurke,dkk.2007.The Role of Urinary Kidney Stone Inhibitors and Promoters inthe Pathogenesis of Calcium Containing Renal Stones. European Association of Urology. available at www.sciencedirect.com9. Coe ,Fredric L., Evan ,Andrew2 , Worcester ,Elaine .2005. Kidney stone disease.vol:15. J. Clin. Invest. 115:25982608 10. Tanagho EA, et al. Injuries to the genitourinary tract. In : McAninch, editor. Smiths general urology. 17th Edition. United States of America : Mc Graw Hill; 2008. p.278-9311. Reynard J, Brewster S, Biers S. Oxford handbook of urology. England: Oxford University; 2006. p. 442-712. Sjamsuhidajat R, Jong WM. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC; 2005. p. 770-213. Peterson Andrew, Webster George. Management of urethral stricture disease: developing option for surgical intervention . BJU International. 2004; 94. P. 971-976. 14. Santucci Richard, Joyce Geoffrey, Wisse Matthew . Male Urethral Stricture Disease. Urologic Disease in America. (Diakses 15 Januari 2011). Diunduh dari URL: http://kidney.niddk.nih.gov/statistics/uda/male_urethral_stricture_disease-chapter16.pdf.15. Brandes S. Initial management of anterior and posterior urethral injuries . In : McAninch JW, Resinck MI, editors. Urologic clinics of north america. Philadelpia : Elseivers Sanders; 2006. p. 87-9516. Glenn, James F. 1991. Urologic Surgery Ed.4. Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher.16