askep striktur uretra

27
ASKEP STRIKTUR URETRA Defenisi Striktur uretra adalah berkurangnya diameter atau elastisitas uretra yang disebabkan oleh jaringan uretra diganti jaringan ikat yang kemudian mengerut menyebabkan jaringan lumen uretra mengecil. Anatomi fisiologi uretra Uretra dibagi menjadi 2 bagian yaitu anterior dan posterior. Uretra anterior dibagi menjadi meatus uretra, pendulan uretra dan bulbulus uretra. Uretra anterior ini berupa tabung yang lurus, letak bebas di luar tubuh sehingga kalau memerlukan operasi atau reparasi relatif mudah. Uretra posterior terletak di posterior tulang pubis dianterior rectum, terdapat spinker internus dan eksternus sehingga kalau memerlukan operasi atau reparasi sulit. Dalam keadaan normal lumen uretra laki-laki 24 cih dan wanita 30 cih, sedangkan anak-anak 1 cih. Apabila 1 cih 0,3 mm sehingga lumen uretra laki-laki sama dengan 7,1 mm

Upload: muhammad-mauludin-harahap

Post on 14-Aug-2015

325 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bv

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP STRIKTUR URETRA

ASKEP STRIKTUR URETRA

Defenisi

Striktur uretra adalah berkurangnya diameter atau elastisitas uretra yang disebabkan

oleh jaringan uretra diganti jaringan ikat yang kemudian mengerut menyebabkan

jaringan lumen uretra mengecil.

Anatomi fisiologi uretra

Uretra dibagi menjadi 2 bagian yaitu anterior dan posterior. Uretra anterior dibagi

menjadi meatus uretra, pendulan uretra dan bulbulus uretra. Uretra anterior ini

berupa tabung yang lurus, letak bebas di luar tubuh sehingga kalau memerlukan

operasi atau reparasi relatif mudah. Uretra posterior terletak di posterior tulang pubis

dianterior rectum, terdapat spinker internus dan eksternus sehingga kalau

memerlukan operasi atau reparasi sulit. Dalam keadaan normal lumen uretra laki-

laki 24 cih dan wanita 30 cih, sedangkan anak-anak 1 cih. Apabila 1 cih 0,3 mm

sehingga lumen uretra laki-laki sama dengan 7,1 mm dan wanita 9 mm. Biomekanik

striktur uretra. Dalam ilmu fisika dikenal hukum Borke – Bar – Lussae : P x V : C.R

Keterangan rumus : P : Tekanan V : Volume R : Tahanan C : Konstanta Juga

dikenal tahanan berbanding terbalik dengan diameter, pada striktur uretra lumen

uretra mengecil sehingga tekanan naik. Apabila tahanan naik, maka untuk

mempertahankan volume sesuai dengan hukum Borle – Bar – Lussae tekanan harus

naik. Jadi pada striktur uretra pada waktu kencing, kencing harus menaikkan

tekanan. Dalam ilmu fisika dikenal 2 macam aliran cair yaitu aliran streamline dan

Page 2: ASKEP STRIKTUR URETRA

aliran turbulent. Aliran streamline dengan kecepatan yang sama dan aliran turbulent

dengan kecepatan berbeda-beda. Hal ini menyebabkan urine di samping kecil

karena lumen mengecil juga bercabang. Urine yang kecepatannya rendah. Uretra

berfungsi mengalirkan urine dari kandung kemih keluar tubuh.

Etiologi

Striktur uretra bisa terjadi secara kongenital misalnya congenital meatus stenosis,

klep uretra posterior. Striktur uretra yang dapat terjadi akibat uretritis gonarhoika

atau nogonarhoika, akibat ruptura uretra anterior maupun posterior ratrogenik seperti

uretra akibat instrumentasi, pasangan kateter lama sehingga menyebabkan nekrosis

tekanan di daerah penoskrotal. Di RS DR Cipto Mangkusumo penyebab terbanyak

adalah karena ruptura uretra anterior maupun posterior.

Patologi

Striktur Uretra Trabekulasi, sarkulasi dan vertikal : Pada striktur uretra kandung

kencing harus berkontraksi lebih kuat, sesuai dengan hukum starling, dan apabila

otot diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat kemudian

akan melemah. Jadi pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula akan menebal dan

akan terjadi trabekulasi pada fase compensasi, setelah itu pada fase decompensasi

timbul sirkulasi dan vertikel menonjol di luar buli-buli. Dengan demikian divertikel

buli-buli adalah tonjolan mukosa keluar buli-buli tanpa dinding otot. Residu urine

Pada fase compensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat timbul residu.

Pada fase dekompensasi akan timbul residu, residu adalah keadaan dimana setelah

kencing masih ada urine dalam kandung kencing dalam keadaan normal residu ini

tidak ada. Refluks vesiku uretra Dalam keadaan normal pada saat b.a.k urine

Page 3: ASKEP STRIKTUR URETRA

dikeluarkan buli-buli melalui uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan

intravesikel yang meninggi maka akan terjadi refluks yaitu urine dari buli-buli akan

masuk kembali ke ureter bahkan sampai ke ginjal. Infeksi saluran kemih dan gagal

ginjal Dalam keadaan normal buli-buli dalam keadaan stent. Salah satu cor tubuh

mempertahankan buli-buli dengan perlu setiap saat mengosongkan buli-buli waktu

buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasi maka akan timbul residu, akibatnya

maka buli-buli gampang terkena infeksi. Adanya kuman yang berkembang biak di

buli-buli akan timbul refluks, maka timbul pyelonefritis akut maupun kronik yang

akhirnya timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya. Inflitrat urine, abces dan

fistulla Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang maka timbul inhibisi

urine keluar buli-buli atau uretra proximal dari striktur urine yang terinfeksi keluar dari

buli-buli atau uretra menyebabkan timbulnya infiltrat urine, kalau tidak diobati infiltrat

urine akan timbul meninggi abces, abces pecah pistel disuprapubis atau uretra

proximal dari striktur.

Gejala dan tanda

Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran air seni kecil dan bercabang

gejala yang lain iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuria, kadang-kadang

dengan infiltrat, abces dan fistel. Gejala lanjut adalah retensio urine.

Pemeriksaan fisik

Anamnese

Untuk mencari gejala dan tanda tiadanya striktur uretra juga untuk mencari

penyebab striktur uretra.

Page 4: ASKEP STRIKTUR URETRA

Pemeriksaan umum dan lokal

Untuk mengecek keadaan penderita juga untuk merubah fibrosis di uretra, infiltrat,

abses atau fistula.

Pemeriksaan pembantu

Laboratorium Ureum, kreatinin, untuk melihat faal ginjal. Radiologi Diagnosa pasti

dapat dibuat dengan uretrografi. Retrograde uretrografi untuk melihat uretra anterior.

Antegrade uretrografi untuk melihat uretra posterior. Bipoler uretrografi adalah

kombinasi dari pemeriksaan antegrade dan retrograde uretrografi. Dengan

pemeriksaan ini diharapkan di samping dapat dibuat diagnosis striktur uretra dapat

juga ditentukan panjang striktur uretra yang penting untuk perencanaan

terapi/operasi.

Uretroskopi

Pemeriksaan dengan endoskopi untuk melihat secara adanya striktura. Uroflometri

adalah pemeriksaan untuk menentukan jumlah yang dipancarkan perdetik normal

flow maksimum laki-laki 15 ml/detik dan wanita 25 ml/detik. Terapi Kalau penderita

datang dengan retensio urine atau inflitrat urine maka pertolongan pertama dengan

cystostomi kemudian baru dibuat pemeriksaan uretrografi untuk memastikan adanya

striktur uretra. Kalau penderita datang dengan infiltrat urine atau abses dilakukan

Page 5: ASKEP STRIKTUR URETRA

insisi infiltrat pada abses dilakukan cystostomi baru kemudian dibuat uretrografi.

Trukar cystostomie Kalau penderita datang dengan retensio urine atau infiltrat urine

dilakukan cystostomi. Tindakan cystostomi dilakukan dengan trukar, dilakukan

dengan anastesi, 1 jari di atas pubis dan di atas garis tengah tusukan membuat

sudut setelah triktur masuk, dimasukkan kateter dan triktur dilepas, kateter difiksasi

dengan benang sutera ke kulit. Uretroplasty Indikasi untuk uretroplasty adalah

penderita dengan striktur uretra dengan panjang lebih 2 cm atau dengan fistel

uretro-kutan atau penderita striktur uretra pasca uretromi sachse. Bedah endoskopi

Setelah dibuat diagnosis striktur uretra ditentukan lokasi dan panjang striktura.

Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat sachse adalah striktura

uretra anterior atau posterior masih ada lumen walaupun kecil dan panjang tidak

lebih 2 cm serta tidak ada fistel, kateter dipasang selama 2 – 3 hari pasca tindakan

Setelah penderita dipulangkan penderita masih harus kontrol tiap minggu sampai

satu bulan kemudian tiap bulan sampai 6 bulan dan tiap 6 bulan seumur hidup. Pada

waktu kontrol dilakukan pemeriksaan uroflowmetri kalau Q maksimal 10 dilakukan

bouginasi. Otis uretrotomie Tindakan otis uretrotomie dikerjakan pada striktur uretra

anterior terutama bagian distal dari pendulans uretra dan fossa manikularis. Striktur

uretra bisa juga diperbaiki dengan uretromie visual trans uretra atau dengan

uretroplastik dengan anastomosis dari ujung ke ujung atau dengan grap ke dalam

perawatan orang pasca oretrotomie visual trans uretral serupa dengan perawatan

reseksi trans uretral prostatektomi (TURP). Uretroplastik adalah perbaikan cara

bedah terbuka dengan cara pendekatan melalui bawah abdominal, perawatan

pasien serupa dengan pasien setelah menjalani bedah urology. Striktura uretra pada

wanita Etiologi striktur pada wanita berbeda dengan laki-laki, etiologi striktur uretra

pada wanita kadang-kadang kronis biasanya diderita oleh wanita di atas 40 tahun

dengan syndroma cystitis berulang yaitu dysuria, frequency dan urgency. Diagnosa

striktur uretra dibuat dengan bougie aboule, tanda khas dari pemeriksaan bougie

aboule adalah pada waktu dilatasi terdapat flik/hambatan. Pengobatan dari striktur

uretra pada wanita dapat dilatasi kalau gagal dengan otisurethrotomie

Komplikasi

Page 6: ASKEP STRIKTUR URETRA

a.Infeksi saluran kemih.

b.Gagal ginjal.

c.Refluks vesio uretra.

d.Retensi urine.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pada asuhan keperawatan ini dilaksanakan dengan menggunakan proses

keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu bentuk proses penyelesaian

masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki dan memelihara pasien sampai

optimal melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk membantu pasien. Teori

dan konsep keperawatan diimplementasikan secara terpadu dalam tahapan yang

terorganisir yang meliputi :

Pengkajian Diagnosa keperawatan Perencanaan Tindakan Evaluasi.

Pengkajian

Page 7: ASKEP STRIKTUR URETRA

Pengkajian terhadap klien dengan gangguan urologi meliputi pengumpulan data dan

analisa data. Dalam pengumpulan data, sumber data klien diperoleh dari diri klien

sendiri, keluarga, perawat, dokter ataupun dari catatan medis.

Pengumpulan data meliputi :

Biodata klien dan penanggung jawab klien. Biodata klien terdiri dari nama, umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status, agama, alamat, tanggal masuk rumah

sakit, nomor register, dan diagnosa medik.

Biodata penanggung jawab meliputi :

umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan keluarga.

Keluhan utama Merupakan keluhan klien pada saat dikaji, klien yang mengatakan

tidak dapat BAK seperti biasa dan merasakan nyeri pada daerah post op striktur

uretra (cystostomi). Riwayat kesehatan masa lalu/lampau akan memberikan

informasi-informasi tentang kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah diderita

pada masa lalu.

Pemeriksaan fisik

Page 8: ASKEP STRIKTUR URETRA

Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi terhadap bagian sistem

tubuh, makan akan ditemukan hal-hal sebagai berikut : Keadaan umum Pada klien

post op striktur uretra perlu dilihat dalam hal : keadaan umumnya meliputi

penampilan, kesadaran, gaya bicara. Pada post op striktur uretra mengalami

gangguan pola eliminasi BAK sehingga dilakukan pemasangan kateter tetap.

Sistem pernafasan

Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya sakit pada lubang hidung,

pergerakan cuping hidung pada waktu bernafas, kesimetrisan gerakan dada pada

saat bernafas, auskultasi bunyi nafas dan gangguan pernafasan yang timbul.

Apakah bersih atau ada ronchi, serta frekuensi nafas. hal ini penting karena

imobilisasi berpengaruh pada pengembangan paru dan mobilisasi secret pada jalan

nafas.

Sistem kardiovaskuler

Mulai dikaji warna konjungtiva, warna bibir, ada tidaknya peninggian vena jugularis

dengan auskultasi dapat dikaji bunyi jantung pada dada dan pengukuran tekanan

darah dengan palpasi dapat dihitung frekuensi denyut nadi.

Sistem pencernaan

Page 9: ASKEP STRIKTUR URETRA

Yang dikaji meliputi keadaan gigi, bibir, lidah, nafsu makan, peristaltik usus, dan

BAB. Tujuan pengkajian ini untuk mengetahui secara dini penyimpangan pada

sistem ini. Sistem genitourinaria Dapat dikaji dari ada tidaknya pembengkakan dan

nyeri pada daerah pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen bawah

untuk mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang keadaan alat-alat

genitourinaria bagian luar mengenai bentuknya ada tidaknya nyeri tekan dan

benjolan serta bagaimana pengeluaran urinenya, lancar atau ada nyeri waktu miksi,

serta bagaimana warna urine.

Sistem muskuloskeletal

Yang perlu dikaji pada sistem ini adalah derajat Range of Motion dari pergerakan

sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri

yang dilaporkan klien waktu bergerak, toleransi klien waktu bergerak dan observasi

adanya luka pada otot harus dikaji juga, karena klien imobilitas biasanya tonus dan

kekuatan ototnya menurun.

Sistem integumen

Yang perlu dikaji adalah keadaan kulitnya, rambut dan kuku, pemeriksaan kulit

meliputi : tekstur, kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan.

Sistem neurosensori

Page 10: ASKEP STRIKTUR URETRA

Sisten neurosensori yang dikaji adalah fungsi serebral, fungsi saraf cranial, fungsi

sensori serta fungsi refleks.

Pola aktivitas sehari-hari

Pola aktivitas sehari-hari pada klien yang mengalami post op striktur uretra meliputi

frekuensi makan, jenis makanan, porsi makan, jenis dan kuantitas minum dan

eliminasi yang meliputi BAB (Frekuensi, warna, konsistensi) serta BAK (frekuensi,

banyaknya urine yang keluar setiap hari dan warna urine). Personal hygiene

(frekuensi mandi, mencuci rambut, gosok gigi, ganti pakaian, menyisir rambut dan

menggunting kuku). Olahraga (frekuensi dan jenis) serta rekreasi (frekuensi dan

tempat rekreasi).

Data psikososial

Pengkajian yang dilakukan pada klien imobilisasi pada dasarnya sama dengan

pengkajian psikososial pada gangguan sistem lain yaitu mengenai konsep diri

(gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri, dan identitas diri) dan hubungan

interaksi klien baik dengan anggota keluarganya maupun dengan lingkungan dimana

ia berada. Pada klien dengan post op striktur uretra dan imobilisasi adanya

perubahan pada konsep diri secara perlahan-lahan yang mana dapat dikenali

melalui observasi terhadap adanya perubahan yang kurang wajar dan status

emosional perubahan tingkah laku, menurunnya kemampuan dalam pemecahan

masalah dan perubahan status tidur. Data spiritual Klien dengan post op striktur

uretra perlu dikaji tentang agama dan kepribadiannya, keyakinan : harapan serta

Page 11: ASKEP STRIKTUR URETRA

semangat yang terkandung dalam diri klien yang merupakan aspek penting untuk

kesembuhan penyakitnya.

Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien striktur uretra post op adalah sebagai berikut :

1. Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan post op cystostomi.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan post op cystostomi.

3. Resiko volume cairan berlebih berhubungan dengan larutan irigasi kandung kemih

diabsorbsi.

4. Resiko infeksi, hemoragi berhubungan dengan pembedahan.

5. Inkontinen, stress atau mendesak berhubungan dengan pengangkatan kateter

setelah bedah.

6. Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan penyakitnya (striktur).

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi

informasi.

Page 12: ASKEP STRIKTUR URETRA

Perencanaan

1. Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan post op cystostomi.

Tujuan

Tidak terjadi gangguan pola eliminasi BAK

Intervensi keperawatan

1) Pemantauan output urine dan karateristik.

Rasional : Mendeteksi gangguan pola eliminasi BAK secara dini.

2) Mempertahankan irigasi kemih yang konstan selama 24 jam.

Rasional : Mencegah bekuan darah menyumbat aliran urine.

3) Mempertahankan kepatenan dauer kateter dengan irigasi.

Rasional : Mencegah bekuan darah menyumbat kateter.

Page 13: ASKEP STRIKTUR URETRA

4) Mengusahakan intake cairan (2500 – 3000).

Rasional : Melancarkan aliran urine.

5) Setelah kateter diangkat, terus memantau gejala-gejala gangguan pola eliminasi

BAK Rasional : Mendeteksi dini gangguan pola eliminasi BAK.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan post op cystostomi.

Tujuan

Pasien mengatakan perasaannya lebih nyaman.

Intervensi keperawatan

1) Penyuluhan kepada pasien agar tidak berkemih ke seputar kateter.

Rasional : Mengurangi kemungkinan spasmus.

2) Pemantauan pasien pada interval yang teratur selama 24 jam, untuk mengenal

gejala-gejala dini spasmus kandung kemih.

Page 14: ASKEP STRIKTUR URETRA

Rasional : Menentukan terdapatnya spasmus kandung kemih sehingga obat-obatan

bisa diberikan.

3) Memberikan obat-obatan yang dipesankan (analgetik, antispasmodik).

Rasional : Gejala menghilang.

4) Katakan pada pasien bahwa intensitas dan frekuensi akan berkurang dalam 24

jam sampai 28 jam.

Rasional : Memberitahu pasien bahwa ketidaknyamanan hanya temporer.

3. Resiko volume cairan berlebihan berhubungan dengan larutan irigasi kandung

kemih diabsorbsi.

Tujuan

Gejala – gejala dini intoksikasi air secara dini dikenal.

Intervensi keperawatan

1) Pemantauan pasien mengenai gejala-gejala keracunan air dalam 24 jam

pertama : bingung, agitasi, kulit hangat, lembab, anoreksia, mual dan muntah.

Page 15: ASKEP STRIKTUR URETRA

Rasional : Deteksi dini kemungkinan pengobatan dini.

4. Resiko infeksi, hemoragi dengan pembedahan.

Tujuan

Tidak terjadi infeksi, perdarahan minim.

Intervensi keperawatan

1) Pemantauan tanda-tanda vital, melaporkan gejala-gejala shock dan demam.

Rasional : Mencegah sebelum terjadi shock.

2) Pemantauan warna urine darah merah segar bukan merah tua beberapa jam

setelah bedah baru.

Rasional : Warna urine berubah dari merah segar menjadi merah tua pada hari ke 2

dan ke 3 setelah operasi.

3) Penyuluhan kepada pasien agar mencegah manuver valsava.

Page 16: ASKEP STRIKTUR URETRA

Rasional : Dapat mengiritasi, perdarahan prostat pada periode dini pasca bedah

akibat tekanan.

4) Mencegah pemakaian termometer rectal, pemeriksaan rectal atau huknah

sekurang-kurangnya 1 minggu.

Rasional : Dapat menimbulkan perdarahan.

5) Mempertahankan teknik aseptik dari sistem drainase urine, irigasi bila perlu saja.

Rasional : Meminimalkan resiko masuknya kuman yang bisa menyebabkan infeksi.

6) Mengusahakan intake yang banyak.

Rasional : Dapat menurunkan resiko infeksi.

5. Inkontinen, stress atau mendesak berhubungan dengan pengangkatan kateter

setelah bedah.

Tujuan

Pasien dapat mengendalikan berkemih.

Intervensi keperawatan

Page 17: ASKEP STRIKTUR URETRA

1) Pengkajian terjadi tetesan urine setelah kateter diangkat.

Rasional : Mendeteksi kontinen.

2) Katakan kepada pasien bahwa itu biasa dan kontinen akan pulih.

Rasional : Pasien harus dibesarkan harapannya bahwa ia itu normal.

3) Penyuluhan latihan-latihan perineal.

Rasional : Bantuan untuk mengendalikan kandung kemih.

6. Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan penyakitnya (striktur).

Tujuan

Fungsi seksual dapat dipertahankan.

Intervensi keperawatan

Page 18: ASKEP STRIKTUR URETRA

1) Memberi intervensi kepada pasien bahwa dalam berhubungan seksual,

pengeluaran sperma akan melalui lumen buatan..

Rasional : Klien mengatakan perubahan fungsi seksual.

2) Memberikan informasi menurut kebutuhan. Kemungkinan kembali tingkat fungsi

seperti semula. Kejadian ejakulasi retrograde (air kemih seperti susu). Mencegah

hubungan seksual 3 sampai 4 minggu setelah operasi. Rasional : Kurang

pengetahuan dapat membangkitkan cemas, dan berdampak disfungsi seksual.

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi

informasi : Tujuan

Pasien menguraikan pantangan kegiatan serta kebutuhan berobat jalan.

Intervensi keperawatan

1) Penyuluhan kepada pasien. Mencegah aktivitas berat 3 sampai 4 minggu setelah

operasi.

Rasional : Dapat menimbulkan perdarahan.

2) Mencegah mengedan waktu BAB selama 4 sampai 6 minggu, memakai pelunak

tinja laksatif sesuai kebutuhan.

Page 19: ASKEP STRIKTUR URETRA

3) Rasional : Mengedan bisa menimbulkan perdarahan, pelunak tinja bisa

mengurangi kebutuhan untuk mengedan waktu BAB

4) Anjurkan minum sekurang-kurangnya 2500 sampai 3000 ml/hari.

5) Rasional : Dengan pemberian minum yang banyak maka klien akan BAK dan

tidak terjadi penyumbatan.

Pelaksanaan keperawatan

Pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan-

tindakan yang direncanakan oleh perawat. Dalam melaksanakan proses

keperawatan harus kerjasama dengan tim kesehatan-kesehatan yang lain keluarga

klien dan dengan klien sendiri, yang meliputi 3 hal : Melaksanakan tindakan

keperawatan dengan memperhatikan kode etik dengan standar praktek dan sumber-

sumber yang ada. Mengidentifikasi respon klien. Mendokumentasikan/mengevaluasi

pelaksanaan tindakan keperawatan dan respon pasien. Faktor-faktor yang perlu

diperhatikan : Kebutuhan klien. Dasar dari tindakan. Kemampuan perseorangan dan

keahlian/keterampilan dari perawat. Sumber-sumber dari keluarga dan klien sendiri.

Sumber-sumber dari instansi.

Evaluasi keperawatan

Page 20: ASKEP STRIKTUR URETRA

Evaluasi adalah merupakan pengukuran dari keberhasilan rencana keperawatan

dalam memenuhi kebutuhan klien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan

dalam menggunakan proses keperawatan. Adapun evaluasi klien dengan post op

striktur uretra yang dipasangi kateter tetap dilakukan berdasarkan kriteria tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya dan asuhan keperawatan dikatakan berhasil

apabila dalam evaluasi terlihat pencapaian kriteria tujuan perawatan yang diberikan

DAFTAR PUATAKA

Doenges, Marilynn E,(2000), Rencana Asuhan Keperawatan, penerbit EGC. Jakarta.

Gallo,(1996) Keperawatan Kritis, edisi VI, volume II, penerbit buku kedokteran,

Jakarta.

Long Barbara C,(1996),Perawatan Medikal Bedah Volume 3, Yayasan Alumni

Pendidikan Keperawatan Padjajaran Bandung.

Mansjoer Arief., dkk, (1999), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Penerbit Media

Aeusculapius FKUI.

Media Aesculaipius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,(2000) Kapita

Selekta Kedokteran, edisi ke 3, jilid 2, Jakarta.

Nedia Sylvia, dan Wilson, Lorraine M,(1995) Patofisiologi, buku 2, edisi 4, penerbit

EGC, Jakarta.

Page 21: ASKEP STRIKTUR URETRA

R. Syamsuidajat, Wim de Jong,(1998) Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, penerbit

EGC, Jakarta.

Suddarth & Brunner,(2001) Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, penerbit

EGC.

Susanto H. Fitri, (2000),Keperawatan Medikal Bedah, Widya Medika, Jakarta.