strategi komunikasi organisasi pengurus pusat front...

92
STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI PENGURUS PUSAT FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DALAM MEMBENTUK MILITANSI KADER SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh Yuli Patilata NIM 109051000130 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/ 2013 M  

Upload: others

Post on 07-Jan-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI

    PENGURUS PUSAT FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)

    DALAM MEMBENTUK MILITANSI KADER

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

    Oleh

    Yuli Patilata

    NIM 109051000130

    PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1434 H/ 2013 M

     

  • STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI

    PENGURUS PUSAT FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)

    DALAM MEMBENTUK MILITANSI KADER

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

    Gelar Satjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

    Oleh

    Yuli Patilata

    NIM 109051000130

    Pembimbing -

    Dr. Sihabudin Noor, M. Ag

    NIP. 19550101 198302 1001

    JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS DAKWAB DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF BIDAYATULLAB

    JAKARTA

    1434 HI 2013 M

     

  • PENGESAHANPANITIA UJIAN SKRIPSI

    Skripsi yang berjudul Strategi Komunikasi Organisasi Pengurus Pusat Front

    Pembela Islam (FPI) dalam Membentuk Militansi Kader, telah diujikan dalam

    sidang munaqasyah Fakultas TImu Dakwah dan TImu Komunikasi, Universitas

    Islam Negeri (DIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 27 Mei 2013. Skripsi ini telah

    diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh ge1ar Sarjana Komunikasi

    Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

    Jakarta, 27 Mei 2013

    Sidang Munaqasyah

    erangkap Anggota . Sekretaris Merangkap Anggota

    NIP. 19700903 199603 1001,

    Anggota

    Penguji 2

    NIP. 19700903 199603 1001

    Pembimbing

    Dr. Sihabudin Noor, M. Ag

    NIP. 19550101 198302 1001

     

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini hasil karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu

    persyaratan memeperoleh gelar strata 1 (S1) Jurusan Komunikasi dan

    Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini, telah saya

    cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Kemudian hari saya terbukti dalam penulitas skripsi bukan hasil saya sendiri

    atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain (plagiat), maka saya

    bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 17 Mei 2013

    Yuli Patilata

     

  • ABSTRAK

    Yuli Patilata

    Strategi Komunikasi Organisasi Pengurus Pusat Front Pembela Islam (FPI)

    dalam Membentuk Militansi Kader

    Strategi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen

    sehingga mencapai suatu tujuan. Atas dasar itu maka strategi komunikasi

    organisasi perlu mendapat perhatian untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap

    orang yang terlibat dalam dunia organisasi. Di satu sisi, komunikasi efektiflah

    yang dapat menjamin terbentuknya kader yang militan dan tercapai tujuan-tujuan

    organisasi dan kemampuan berkomunikasi secara efektif. Di sisi lain, pada

    dasarnya pengurus pusat FPI yang akan menentukan keberhasilan organisasi,

    bukan hanya komunikasi saja, melainkan butuh strategi yang matang di dalamnya

    untuk membentuk itu.

    Berdasarkan konteks di atas, maka pertanyaannya adalah bagaimana

    strategi komunikasi organisasi pengurus pusat FPI dalam membentuk

    militansikader? Bagaimana bentuk komunikasi organisasi pengurus pusat FPI

    dalam membentuk militansi kader?

    Strategi komunikasi organisasi pengurus pusat FPI adalah dengan adanya

    tahapan pendekatan. Pertama, pendekatan rasional dengan diadakannya majelis

    akbar rutin setiap Rabu malam dan pendidikan serta pelatihan untuk kader FPI.

    Kedua, pendekatan perilaku dengan mempertimbangkan kapabilitas kader sesuai

    dengan keilmuannya dan kemudian diaplikasikan melalui program kerja FPI.

    Ketiga, pendekatan pengalaman yang mempunyai keterikatan antara kader

    dengan FPI. Untuk membentuk militansi kader, kader harus siap dengan segala

    resiko, yaitu dengan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

    Komunikasi organisasi pengurus pusat FPI terletak pada musyawarah.

    Musyawarah sangat dijunjung tinggi oleh FPI untuk strategi dalam membuat

    kebijakan. Alur kordinasi internal dimulai dari yang berotoritas tinggi kepada

    yang otoritas rendah. Semua masalah dibicarakan dengan metode musyawarah.

    Kemudian alur kordinasi eksternal FPI kepada khalayak yaitu, saling melibatkan

    khalayak dengan FPI dan sebaliknya. Dengan tujuan, FPI dapat melangsungkan

    kinerja dakwahnya ke masyarakat. Sedangkan masyarakat dapat merasakan betul

    kinerja yang dilakukan FPI.

    Kata kunci: FPI, Komunikasi, Organisasi, Kader, Strategi, dan Militansi.

     

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmaanirrahiim

    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Puji syukur kepada Allah SWT yang tiada henti atas segala rahmat dan

    ridha-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi

    Komunikasi Organisasi Pengurus Pusat Front Pembela Islam (FPI) dalam

    Membentuk Militansi Kader. Shalawat serta salam selalu penulis haturkan kepada

    junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah memberi kebaikan kepada kita dan

    semoga kelak kita mendapat syafaatnya di akhir zaman.

    Tiada kata yang dapat mewakili luapan hati, baik suka maupun duka

    dalam menyelesaikan skripsi ini. Berkat doa dan dukungan dari keluarga, teman-

    teman, maupun semua pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini. Skripsi

    yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 dapat

    diselesaikan dengan baik.

    Selanjutnya penulis turut mengucapkan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

    penulisan skripsi ini. Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada:

    1. Dr. Arief Subhan, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi, beserta Wakil Dekan Bidang Akademik Drs. Wahidin

    Saputra, M.A., Wakil Dekan Bidang Administrasi Drs. Mahmud Jalal,

    M.A., dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Drs. Study Rizal LK,

    M.A.

    2. Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Kommunikasi dan Penyiaran

    Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta Umi

    Musyarrofah, M.A. selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

    Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selalu siap

    membantu dalam hal akademik dan segala bimbingannya.

     

  • iii

    3. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

    memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, dan bimbingannya kepada

    penulis selama masa kuliah.

    4. Dr. Sihabudin Noor, M.A., selaku dosen pembimbing penulis sehingga

    skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

    5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

    yang telah memberikan pelayanan yang baik untuk menunjang penulisan

    skripsi ini sampai akhir.

    6. Pengurus pusat Front Pembela Islam. Terutama KH. Ahmad Shabri Lubis

    selaku Sekretaris Jendral DPP FPI yang meluangkan waktu, tenaga, dan

    pikiran beliau sehingga dalam perjalanan mengerjakan skripsi dapat

    terlaksana dengan lancar.

    7. Keluarga tercinta penulis, mamah Kadirah yang selalu mendukung penulis

    dalam hal moril dan materil dan bapak Sukirman yang mengajarkan akan

    pentingnya kejujuran dalam berilmu dan berprestasi. Keempat adik

    penulis, Loto, Lono, Dwi, dan Alun yang selalu memotivasi penulis agar

    penulis mampu menjadi tauladan yang baik untuk mereka.

    8. Para sahabat penulis yang mengisi hari-hari selama proses pendidikan

    dalam suka maupun duka, yaitu Julyta Puspa, Kartini, Ririn, Dina, Rina,

    Karina, dan Istiana. Terimakasih atas bantuan dukungan doa dan semangat

    dari kalian.

    9. Seluruh teman-teman kelas KPI-D tahun 2009, berkat kalian penulis

    belajar dalam segala hal. Selama empat tahun kalian selalu kompak dan

    selalu bersemangat saling membantu satu sama lain.

    10. Organisasi beserta teman-teman yang mendukung penulis, sehingga

    penulis belajar banyak tentang kepemimpinan, bertanggungjawab,

    bekerjasama, persahabatan, jaringan, dan menghadapi masalah, di

    antaranya Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia UIN, Lembaga

    Dakwah Kampus, Dewan Perwakilan Mahasiswa UIN 2010, Forum Pena

     

  • iv

    Bergoyang, dan Radio Nurani Islam FM Tangerang, dan Center for

    Information Development Studies (CIDES).

    11. Seluruh elemen kampus UIN Jakarta dan sekitanya yang terlibat langsung

    dan tidak langsung kepada penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

    Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis

    dan orang lain. Meskipun masih ada kekurangan, semoga selanjutnya menjadi

    pembelajaran agar penulis selalu belajar dan tidak pernah puas akan ilmu.

    Sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikannya ke jenjang yang lebih

    tinggi lagi.

    Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Jakarta, 10 Mei 2013

    Yuli Patilata

     

  • v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK.............................................................................................................i

    KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

    DAFTAR ISI.........................................................................................................v

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1

    B. Batasan dan Rumusan Masalah..............................................................5

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..............................................................5

    1. Tujuan Penelitian.............................................................................5

    2. Manfaat Penelitian...........................................................................5

    D. Tinjauan Pustaka....................................................................................6

    E. Metodologi Penelitian............................................................................8

    1. Pendekatan Penelitian......................................................................8

    2. Tahapan Penelitian...........................................................................8

    a. Prosedur Penelitian....................................................................8

    b. Pengolahan Data......................................................................10

    F. Kerangka Konsep................................................................................11

    G. Sistematika Penulisan..........................................................................13

    BAB II KERANGKA TEORI

    A. Pengertian Strategi Komunikasi...........................................................15

    1. Pengertian Strategi.........................................................................15

    2. Pengertian Komunikasi..................................................................16

    3. Strategi Komunikasi.......................................................................17

    4. Pengertian Komunikasi Organisasi................................................19

    5. Strategi dalam Komunikasi Organisasi..........................................24

    B. Bentuk-bentuk Komunikasi Organisasi...............................................27

    1. Komunikasi Internal......................................................................27

    2. Komunikasi Eksternal....................................................................31

    C. Pengertian Militansi Kader..................................................................31

     

  • vi

    1. Pengertian Militansi.......................................................................31

    2. Pengertian Kader............................................................................33

    BAB III PROFIL FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)

    A. Latar Belakang Front Pembela Islam (FPI).........................................35

    1. Sejarah...........................................................................................35

    2. Visi dan Misi.................................................................................36

    3. Struktur Organisasi........................................................................37

    4. Mars FPI........................................................................................38

    5. Munajat FPI...................................................................................38

    6. Hyme FPI......................................................................................39

    B. Perspektif Organisasi FPI.....................................................................40

    C. Landasan Penegakan Amar Ma´ruf Nahi Munkar................................43

    D. Seputar Kegiatan FPI dalam Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar

    dalam Media.........................................................................................44

    BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

    A. Strategi Komunikasi Organisasi Pengurus Pusat Front Pembela Islam

    (FPI) dalam Membentuk Militansi Kader...........................................47

    1. The Rational Approach (Pendekatan Rasional).............................47

    2. The Behavioural Approch (Pendekatan Perilaku)..........................49

    3. The Experiental Approach ( Pendekatan Pengalaman)..................53

    B. Bentuk Komunikasi Organisasi Pengurus Pusat Front Pembela Islam

    (FPI) dalam Membentuk Militansi Kader............................................54

    1. Komunikasi Internal.......................................................................54

    2. Komunikasi Eksternal....................................................................59

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan............................................................................................63

    B. Saran......................................................................................................64

     

  • vii

    DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................65

    LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................................68

     

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Strategi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication

    planning) dan manajemen (management communication) untuk mencapai suatu

    tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat

    menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis dilakukan, dalam arti bahwa

    pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu, tergantung kepada situasi

    dan kondisi.1

    Setiap kegiatan manusia, baik itu aktifitas sehari-hari, organisasi, lembaga

    dan sebagainya tidak akan terlepas dari komunikasi sehingga dapat dipastikan

    dimana manusia hidup baik sebagai individu maupun anggota masyarakat selalu

    berkomunikasi, mengapa demikian? Karena komunikasi merupakan kebutuhan

    hidup manusia. Tidak mungkin seseorang dapat menjalani hidupnya tanpa

    berkomunikasi dan komunikasi itu sendiri merupakan unsur penting yang

    membentuk dan memungkinkan berlangsungnya suatu masyarakat.2

    Front Pembela Islam (FPI) merupakan organisasi yang membantu para

    penegak hukum dan masyarakat secara aktif dan pro-aktif melalui informasi,

    dukungan langsung, tekanan-tekanan (pressure) politis dan tuntutan melalui jalur

    1 Onong Uchyana, Ilmu Komuniksai Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya. 1990), h. 32. 2 Zulkarnain Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka,

    1993), cet ke-1, h.2.

     

  • 2

    hukum, dengan agenda agar hukum di negeri ini dijalankan dengan lebih baik. 3

    Tentunya membutuhkan komunikasi untuk hal demikian dalam merealisasikan

    kegiatannya. Kepopuleran FPI yang kerap kali diisukan sebagai organisasi yang

    anarkis. Namun, kader FPI masih terlihat banyak dan solid. Bahkan jaringannya

    pun luas. Di setiap wilayah, daerah dan cabang.

    Komunikasi sangat berperan dalam suatu kegiatan organisasi. Karena

    organisasi itu sendiri merupakan sekumpulan orang-orang yang selalu

    membutuhkan komunikasi dengan sesama anggota organisasi untuk mencapai

    tujuan yang diinginkan. Apabila ditinjau dari segi proses pencapaian tujuan, akan

    terlihat dengan jelas bahwa komunikasi yang efektif menunjukkan pengaruh yang

    sangat besar dan bahkan bersifat menentukan.4

    Oleh karena itu, organisasi FPI dalam mewujudkan nilai-nilai syariah di

    Indonesia, diterapkannya syariat Islam di Indonesia, baik secara substansial

    maupun formalistis, merupakan visi yang ingin dicapai FPI. Dari berbagai

    alternatif cara untuk mewujudkan visi tersebut, maka strategi yang dipilih FPI

    adalah melalui penegakan amar ma´ruf nahi munkar, yaitu upaya-upaya sistematis

    untuk mengajak umat Islam agar menjalankan perintah agamanya secara

    komprehensif, dan mencegah umat Islam agar tidak terjerumus pada kegiatan-

    kegiatan yang merusak moral dan akidah Islamnya. Solusi ini dipilih karena (saat

    FPI didirikan tahun 1998) belum ada ormas Islam yang berkecimpung dibidang

    amar ma´ruf nahi munkar secara konkret dan tegas. Upaya mengisi kekosongan

    3 http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1. Dikutip pada 23 Februari 2013,

    08.00 WIB. 4 Sondang P. Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Adiministrasi, (Jakarta :

    Gunung Agung, 1985), cet 3, h. 109

     

    http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1

  • 3

    wilayah perjuangan ini merupakan upaya terorganisir dan sistematis untuk

    memenuhi kewajiban kolektif umat Islam dalam memberantas kejahatan

    (kemungkaran).5

    Atas dasar itu maka strategi komunikasi organisasi perlu mendapat

    perhatian untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap orang yang terlibat dalam

    dunia organisasi. Sebab, komunikasi efektiflah yang dapat menjamin tercapi

    tujuan-tujuan organisasi dan kemampuan berkomunikasi secara efektif pada

    dasarnya akan menentukan keberhasilan seseorang, dimanapun ia berada, bukan

    hanya dalam dunia organisasi saja. Tujuan utama dalam dunia organisasi adalah

    memperbaiki organisasi. Memerbaiki organisasi biasanya ditafsirkan sebagai

    “memerbaiki hal-hal untuk mencapai tujuan manajemen”. 6

    Dengan kata lain,

    orang memelajari strategi komunikasi untuk menjadi yang lebih baik. Dengan kata

    lain, penulis memandang sangat penting untuk mengkaji komunikasi organisasi

    sebagai landasan kuat bagi pengembangan sumberdaya manusia melalui

    penkaderan dalam menjalankan roda organisasi.

    Komunikasi organisasi menurut ahli komunikasi Redding dan Sanbora

    seperti dikutip Ari Muhammad mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah

    pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.7

    Sedangkan Zelko dan Dance seperi dikutip Arni Muhamad mengatakan bahwa

    5 http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1. Dikutip pada 23 Februari 2013,

    08.00 WIB. 6 Yudi Latief, Intelegensua Muslim dan Kuasa Generologi Muslim Indonesia Abad Ke

    20,(Mizan Bandung, 2005), h. 305-315 7 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), Cet 8, h. 65

     

    http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1

  • 4

    komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang paling tergantung yang mencakup

    komunikasi internal dan komunikasi eksternal.8

    Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan

    anggota ataupun kader dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada

    dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi

    tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran

    komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat

    kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas

    ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri

    kader/ anggota terhadap organisasi.9

    Hal ini pun berkaitan langsung dalam proses komunikasi yang diterapkan

    antar pengurus FPI untuk menjalankan tujuannya. Adanya militansi dibutuhkan

    anggota dalam hubungan yang intesif dan masif sehingga antar anggota pun dapat

    dengan suka hati menjalankan instruksi atau realisasi kerja. Bentuk komunikasi

    pun yang diatur oleh setiap masing-masing organisasi berbeda-beda.

    Mengulas latar belakang FPI dibentuk dengan landasan, pedoman sesuai

    dengan Islam (amar ma’ruf nahi munkar), dan luar biasanya menggerakkan kader

    yang siap dengan instruksi pimpinan, peneliti merasa tertarik membuat suatu

    penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian bidang sosial dengan

    perspektif dari komunikasi organisasi. Oleh karena itu, peneliti menuangkan tema

    penelitian ini ke dalam sebuah skripsi yang diberi judul “Strategi Komunikasi

    8 Arni Muhammd, h. 66

    9 A Mulyana. Komunikasi Dalam Organisasi (KDO).Jakarta (. 2008)

     

  • 5

    Organisasi Pengurus Pusat Front Pembela Islam (FPI) dalam Membentuk

    Militansi Kader”.

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti membatasi penelitian ini

    yaitu hanya pada pendekatan strategi komunikasi organisasi pada pengurus

    pusat Front Pembela Islam (FPI) dalam membentuk militansi kader periode

    2008-2013.

    2. Perumusan Masalah

    Adapun latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas perumusan

    masalahnya dalam penelitian ini adalah,

    a. Bagaimana strategi komunikasi organisasi yang diterapkan pada

    pengurus pusat Front Pembela Islam (FPI) dalam membentuk

    militansi kader?

    b. Bagaimana bentuk komunikasi organisasi yang diterapkan pada

    pengurus pusat FPI dalam membentuk militansi Kader?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan dengan permusan masalah di atas, maka tujuan penelitian,

    yaitu untuk mengetahui strategi komunikasi organisasi dan bentuk

    komunikasi organisasi yang diterapkan pada pengurus pusat Front Pembela

    Islam (FPI) dalam membentuk militansi kader

     

  • 6

    2. Manfaat Penelitian

    Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat

    baik secara akademis maupun praktis.

    a. Manfaat Akademis

    Keberadaan organisasi FPI mampu menjadikan tauladan yang baik

    untuk masyarakat Indonesia. Dari perspektif komunikasi, manfaat

    penelitian ini yaitu dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi organisasi

    yang kondusif. Sedangkan dari perpektif Dakwah, kita akan mengetahui

    dan memperkaya kajian ilmu dakwah melalui aktifitas dakwah pada

    pengurus pusat FPI.

    b. Manfaat Praktis

    Penelitian ini dapat menjadi masukan dan menambah wawasan

    khususnya bagi kalangan teoritis, prakis, dan aktivis organisasi. Selain itu

    diharapkan pula menjadi sumber rujukan dan inspirasi bagi organisasi

    masyarakat agar mampu fastabiqul khairot. Peneliti mengharapkan

    perhatian yang lebih dari masyarakat dan merupab persepsi mereka

    terhadap tindakan negatif oleh FPI. Sehingga manfaat luas yakni

    menciptakan iklim organisasi dan kinerja positif yang merata.

    D. Tinjauan Pustaka

    Sebelum melakuakan penelitian ini, penulis melakukan observasi terhadap

    hasil penelitian lain yang mempunyai kemiripan dengan penelitian yang akan

    penulis lakukan. Hal ini penulis temukan perbedaannya dari Siti Durriatul

     

  • 7

    Munawaroh10

    adalah ia meneliti sosialisasi dalam pembinaan mubaligh.

    Perberdaan yang diteliti yaitu strategi mensosialisasikannya kepada mubaligh.

    Dini Noviyanti11

    adalah ia hanya meneliti bagian bidang data saja dan pola

    komunikasinya, bukan organisasi secara menyeluruh. Sedangkan persamaannya

    adalah meneliti komunikasi organisasi.

    Selain itu penulis juga menemukan skripsi lain yang mempunyai

    kemiripan, yaitu skripsi yang dibuat oleh Purnomo12

    , persamaan skripsi tersebut

    diantaranya ia hanya meneliti kinerja dari organisasi tersebut. Pada skripsi ini ia

    menuliskan peran pengurus, dan anggota organisasi. Sedangkan perbedaan dengan

    penelitian ini adalah sudut pandang iklim komunikasi organisasi oleh pengurus

    pusat Fron Pembela Islam (FPI).

    Oleh karena itu pentingnya mengetahui strategi komunikasi organisasi

    yang dilakukan FPI dalam membentuk militansi kader dan belum adanya yang

    menganalisis strategi komunikasi organisasi FPI ini maka penulis sangat tertarik

    untuk meneliti judul tersebut karena organisasi ini merupakan organisasi Islam.

    Dalam organisasi ini pasti ada cara yang di bentuk untuk berkomunikasi dengan

    anggotanya yang terkenal militan tadi. Maka peneliti mengambil judul tentang:

    “Strategi Komunikasi Organisasi Pengurus Pusat Front Pembela Islam (FPI)

    dalam Membentuk Militansi Kader”.

    10

    Siti Durriatul Munawaroh, “ Strategi Komunikasi KORPS Mubaligh Dewan Masjid

    Indonesia Cabang Ciracas Dalam Mensosialisasikan Pembinaan Mubaligh”, (Skripsi S1 Fakultas

    Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi , Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, 2012). 11

    Dini Novianti, “Pola Komunikasi di Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II

    Kampung Utan Tangerang”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi , Jurusan

    Komunikasi Penyiaran Islam, 2009) 12

    Purnomo, “Komunikasi Organisasi Komunitas Suporter Aremania Malang Dalam

    Pembinaan akhlak Anggota”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan

    Komunikasi Penyiaran Islam, 2011)

     

  • 8

    E. Metodologi Penelitian

    1. Pendekatan Penelitian

    Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    deskriptif analisis. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti

    berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di lapangan

    dan kemudian dilakukan analisa untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan

    penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-data penelitian

    yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan wawancara.

    Analisis Isi Kualitatif (Quality Content Analysis (QCA)), mencoba untuk

    menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian komunikasi

    untuk menganalisa secara sitematis sejumlah materi tekstual tapi dengan

    elaborasi langkah-langkah analisa kualitatif. (Mayring, 2000: 6)

    2. Tahapan Penelitian

    a. Prosedur Penelitian

    Adapun tahapan-tahapannya adalah, sebagai berikut:

    1) Kategoris

    Kategoris adalah instrumen utama dalam penelitian strategi

    komunikasi organisasi. Disini peneliti mengkategorisasikan strategi

    komunikasi, dan pembentukan militansi kader dari komunikasi

    organisasi pengurus pusat Front Pembela Islam (FPI).

    2) Observasi

     

  • 9

    Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis

    terhadap gejala-gejala yang diteliti. Peneliti mengawasi dengan cermat

    perkembangan yang berkaitan dalam penelitian ini, peneliti

    mengadakan pengamatan terhadap bentuk, iklim komunikasi organisasi,

    dan pembentukan militansi kader yang terjalin pada organisasi tersebut.

    Observasi yaitu alat pengumpul data yang dilakukan dengan

    cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang

    diselidiki.8 Dalam observasi ini, penulis mengikuti kegiatan rapat

    pengurus pusat FPI secara langsung dan kunjungan kepada kantor pusat

    FPI. Kemudian penulis mencatat secara sistematis mengenai proses

    komunikasi berlangsng.

    3) Wawancara

    Wawancara (interview), yaitu peneliti melakukan tanya jawab

    secara langsung dengan orang-orang yang terlibat adalah KH. Shabri

    selaku sekretaris jendral di pengurus pusat FPI. Dengan tujuan untuk

    mendapatkan keterangan secara jelas tentang bentuk, iklim komunikasi,

    dan kinerja pengurus pusat FPI dalam menciptakan komunikasi

    organisasi yang efektif. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan

    adalah yakni campuran antara wawancara struktur dan tidak berstruktur.

    Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kapada narasumber

    dalam menjawab pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah pada

    masalah yang diangkat.

    8 Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,2004), Cet. Ke-4, h.70

     

  • 10

    4) Dokumentasi

    Dokumentasi, yaitu proses pengumpulan dan pengambilan data

    berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, arsip atau dokumen-

    dokumen milik pengurus pusat FPI. Dokumentasi ini juga berupa data-

    data yang berkaitan dengan kegiatan organisasi FPI.

    b. Pengolahan Data

    1) Analisis Data

    Data yang telah masuk, selanjutnya dianalisa oleh peneliti.

    Dalam hal ini peneliti menganalisa dengan menggunakan analisa

    deskriptif yakni peneliti berusaha menggambarkan objek penelitian apa

    adaya sesuai dengan kenyataan.

    2) Subjek dan Objek Penelitian

    Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitiannya adalah

    pengurus pusat Front Pembela Islam (FPI) peride 2008-2013. Objek

    penelitian adalah pendekatan strategi komunikasi dan bentuk

    komunikasi organisasi dalam membentuk militansi kader.

    3) Lokasi dan Waktu Penelitian

    Adapun lokasi dan waktu penelitian yang peneliti lakukan pada

    bulan Desember-Januari 2012 yang bertempat di kantor Dewan

    Pengurus Pusat Fron Pembela Islam Jakarta Pusat.

    4) Pedoman Penulisan

     

  • 11

    Teknik penulisan dengan berpedoman pada buku Pedoman

    Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) terbitan CeQDA

    (Center for quality Development and Assurance), tahun 2007,

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    F. Kerangka Konsep

    Strategi Komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi

    (communication planning) dan manajemen komunikasi (management

    communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut

    strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara

    taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda

    seaktu-waktu, bergantung kepada situasi dan kondisi.13

    Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar

    pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk

    mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau saling berubah-ubah.14

    a. The Rational Approach (Pendekatan Rasional)

    b. The Behavioural Approch (Pendekatan Perilaku)

    c. Behavior The Experiental Approach ( Pendekatan Pengalaman)

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata 'Militan' ini memiliki arti

    "bersemangat" atau "bergairah". Istilah ini sebenarnya dapat bermakna baik. John

    M. Echols dan Hassan Shadily menerjemahkan kata 'militant' dengan 'agresif'.

    Kamus American Heritage Dictionary mengartikan 'militant' dengan 'fighting or

    13

    Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.5. 14

    Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi. (Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2005), cet7. H.

    67.

     

  • 12

    warring' dan 'aggressive'. Jika kata ini digabung dengan akhiran "i" dalam bahasa

    Indonesia, menjadi 'militansi', dan dalam beberapa hal kata ini menjadi

    berkonotasi baik. Misalnya, seorang pejuang yang memiliki 'militansi' yang tinggi.

    Kader dalam kamus ilmiah populer adalah orang yang dididik untuk

    menjadi pelanjut tongkat estafet suatu partai atau organisasi: tunas muda.15

    Dalam

    kamus induk istilah ilmiah Seri Intelektual disebut bahwa kader adalah generasi

    penerus atau pewaris di masa depan (dalam organisasi, pemerintahan atau partai

    politik).16

    Komunikasi informal tidak tergantung pada struktur organisasi, seperti

    komunikasi antar sejawat, juga termasuk gosip.17

    1. Komunikasi Internal

    Atas penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan yang

    terjadi di dalam suatu ruang lingkup organisasi yang berstruktur.

    a. Komunikasi Vertikal

    Komunikasi Vertikal terdiri dari downward communication

    (komunikasi ke bawah) dan upward communication (komunikasi ke

    atas).

    b. Komunikasi Horizontal

    Komunikasi Horizontal adalah komunikasi yang mengalir melintas

    berbagai fungsi dalam organisasi.18

    15

    Pius A. Partanto, M.Dahlan A-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994).

    H. 293-294. 16

    M. Dahlan Al-Barry, L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah; Seri

    Intelektual, (Surabaya: Target Press, 2003), h. 349. 17

    Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2000), h. 75

     

  • 13

    c. Komunikasi Diagonal

    Komunikasi Diagonal adalah komunikasi saling melintasi fungsi

    dan tingkat dalam organisasi. Dimensi komunikasi internal dapat

    diklarifikasikan menjadi dua jenis, yakni:

    1) Komunikasi Interpersonal

    Komunikasi Interpersonal yaitu pertukaran informasi diantara

    seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara

    dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya.19

    2) Komunikasi Kelompok Kecil

    Komunikasi Kelompok Kecil ialah proses komunikasi yang

    berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana

    anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.20

    2. Komunikasi Eksternal

    Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara pemimpin organisasi

    dengan khalayak di luar organisasi.

    a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak

    b. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi

    G. Sistematika Penulisan

    18

    FX Suwarto, Prilaku Keorganisasian (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atmajaya,

    1999), h. 83 19

    Armi Muhammad, h. 159 20

    Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.., h.

    33

     

  • 14

    BAB I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, batasan, dan

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan

    pustaka, dan metodologi penelitian.

    BAB II Landasan Teori, meliputi strategi komunikasi dalam membentuk

    mitansi kader, bentuk komunikasi organisasi.

    BAB III Profil Pengurus Pusat Front Pembela Islam, meliputi: sejarah,

    struktur organisasi FPI, visi misi, program kerja, dan gambaran

    umum kegiatan serta acara.

    BAB IV Temuan dan analisis, memaparkan hasil analisis penulis atas data-

    data di lapangan. Berisi strategi komunikasi organisasi dalam

    membentuk militansi kader pada pengurus pusat FPI.

    BAB V Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.

     

  • 15

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Pengertian Strategi Komunikasi

    1. Pengertian Strategi

    Strategi pada mulanya digunakan dalam istilah dunia militer. Strategi

    berasal dari Bahasa Yunani yaitu „stratogos’ yang berarti „pasukan‟ dan „ageni‟

    yang berarti „memimpin‟, yaitu istilah untuk memenangkan peperangan. Jadi

    strategi adalah memimpin pasukan, ilmu tentang perang. Dalam konteks awalnya

    strategi adalah „generalship‟ atau suatu yang dilakukan oleh para jendral dalam

    membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan peperangan.1

    Strategi adalah cara-cara di mana suatu perusahaan atau kegiatan akan

    berjalan ke arah tujuan yang sudah direncanakan terlebih dahulu. Strategi pada

    hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk

    mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak

    berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus

    mampu menunjukka bagaimana taktik operasionalnya.2

    Menurut William F. Glueck bahwa strategi adalah rencana yang

    dipersatukan, komprehensif, terintegrasi yang menghubungkan keunggulan

    strategi perusahaan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan yang

    1 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep

    Pengantar, (Jakarta: Prehalindo, 2002), cet. Ke-1, h. 8. 2 Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya, 1992), h. 32.

     

  • 16

    dirancang untuk meyakikan bahwa sasaran dasar perusahaan akan dicapai dengan

    pelaksanaan tepat oleh organisasi itu.3

    2. Pengertian Komunikasi

    Setiap kegiatan manusia, baik itu aktifitas sehari-hari, organisasi, lembaga

    dan sebagainya tidak akan terlepas dari komunikasi sehingga dapat dipastikan

    dimana manusia hidup baik sebagai individu maupun anggota masyarakat selalu

    berkomunikasi, mengapa demikian? Karena komunikasi merupakan kebutuhan

    hidup manusia. Tidak mungkin seseorang dapat menjalani hidupnya tanpa

    berkomunikasi dan komunikasi itu sendiri merupakan unsur penting yang

    membentuk dan memungkinkan berlangsungnya suatu masyarakat.4

    Menurut Onong Uchayana Efendy, pengertian komunikasi adalah proses

    penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk

    memberitahukan atau merubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung

    secara lisan maupun melalui media.5

    Komunikasi menurut istilah yaitu proses kegiatan manusia yang

    diungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat, bunyi-

    bunyian dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimenegerti oleh orang

    lain.6

    3 William F. Glueck, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta:

    Erlangga, 1987), edisi ke-2, h. 24. 4 Zulkarnain Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka,

    1993), cet ke-1, h.2. 5 Onong Uchayana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosda Karya,

    2000), Cet 4 h. 4 6 YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta : Grasindo, 1998), h.69

     

  • 17

    3. Pengertian Strategi Komunikasi

    Strategi Komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi

    (communication planning) dan manajemen komunikasi (management

    communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut

    strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara

    taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda

    seaktu-waktu, bergantung kepada situasi dan kondisi.7

    Pendekatan strategi memiliki beberapa ciri yaitu:

    a. Memusatkan perhatian pada kekuatan. Kekuatan adalah bagaikan

    fokus pokok pendekatan strategi.

    b. Memusatkan kepada analisis dinamika, anailisi gerak, analisis aksi.

    c. Strategi memusatkan pada perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai

    serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut.

    d. Strategi memerhatikan faktor-faktor waktu (sejarah: masa lampau.

    Masa kini, dan trauma masa depan) dan faktor lingkunagn.

    e. Strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari

    peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian

    mengadakan analisis kemungkinan-kemungkinan serta

    7 Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.5.

     

  • 18

    memerhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat

    diambil dalam rangka menuju kepada tujuan.8

    Strategi komunikasi antara berbagai tingkat dalam organisasi harus

    konsisten. Seringkali terjadi keputusan strategis yang dibuat pada tingkat-tingkat

    yang berbeda kurang dipahami. Oleh karena itu, peran spesialis public relations

    adalah untuk memastikan bahwa konsistensi diterapkan secara menyeluruh, yang

    oleh politisi Inggris Peter Mandelson disebut sebagai „on message‟. Penerapan

    menyeluruh ini tidak berarti umum atau sama, meskipun persepsi dari frase

    tersebut secara terus-menerus dibuat oleh jurnalis dan politiknya agar frase on

    message memang berarti umum atau sama.9

    Dalam sebuah strategi, diperlukan adanya beberapa tahapan dalam

    menjalankan sebuah strategi, di antaranya yaitu:

    a. Perumusan Strategi

    Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan

    strategi yang dilakukan. Sudah termasuk didalamnya adalah

    pengembangan tujuan, mengenai dan ancaman eksternal, menetapkan

    kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas,

    menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi untuk dilaksanakan.

    Dalam perumusan stratego juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan,

    8 Ali Martopolo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Eisiter For Strategic End International

    Study, 1978), h. 8. 9 Henry Mintzberg, The Rise and Fall of Strategis Planning (Free Press, 1994), h. 108.

     

  • 19

    memperluas, mengindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses

    kegiatan.

    b. Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka

    langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang dtetapkan tersebut.

    Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat

    membutuhkan komitmen dan kerjasama dari unit, tingkat dan anggota

    organisasi. Dalam pelaksaan strategi, maka proses formulasi dan analisis

    strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan.

    Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dari pengorganisasian

    sumber daya yang ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi dan

    mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan

    dan organisasi.

    c. Evaluasi strategi

    Tahap yang terakhir dari menyusun strategi adalah evaluasi

    strategi. Evaluasi strategi sangat diperlukan karena keberhasilan yang

    dicapai dapat diukur kembali menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi

    menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh

    suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran

    yang dinyatakan telah dicapai. 10

    4. Pengertian Komunikasi Oganisasi

    Komunikasi organisasi merupakan serangkaian dari dua kata, yaitu

    komunikasi dan organisasi. Secara etimologi, kata komunikasi berasal dari bahasa

    10

    Fred . David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prehalindo, 2002), h.3.

     

  • 20

    Inggris, yaitu communication dan dalam bahasa latin, communicare yang berarti

    ”partisipasi atau memberitahukan”.11

    Menurut Goldhaber (1986) komunikasi organisasi adalah “organizational

    communications is the process of creating and excanging message within a

    network of independent relationship to cope with environmental uncertainty”

    (komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling tukar menukar

    pesan dalam satu jaringan hubugan saling bergantung satu sama lain untuk

    mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.12

    Sedangkan pengertian organisasi adalah kelompok kerjasama antara

    orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.13

    Organisasi menurut

    Evveret Rogers adalah suatu sistem individu yang stabil yang bekerja bersama-

    sama untuk mencapai tujuan bersama lewat suatu struktur hirarki dan pembagian

    kerja.14

    Pengertian komunikasi organisasi menurut ahli komunikasi Redding dan

    Sanbora seperti dikutip Arni Muhammad mengatakan bahwa komunikasi

    organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam oraganisasi yang

    kompleks.15

    Sedangkan Zelko dan Dance seperi dikutip Arni Muhamad

    mengatakan bahwa komunikasi orgaisasi adalah suatu sistem yang paling

    tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.16

    11

    Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1947),

    h. 67 12

    Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) cet. Ke-7,

    h.67. 13

    Onong Uchjana Efendy, Op.Cit, h.803 14

    Mifta Thoha, Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet ke 13,

    h. 162 15

    Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), Cet 8, h. 65 16

    Arni Muhammad, h. 66

     

  • 21

    Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli komunikasi mengenai

    pengertian dari komunikasi organisasi ini tetapi ada beberapa hal yang dapat

    disimpulkan yakni :

    a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang

    kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal

    maupun eksternal

    b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan

    media.

    c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,

    hubungannya, dan keterampilan/skillnya.

    Dalam setiap organisasi memiliki beberapa fungsi diantaranya, yakni :17

    a. Memenuhi kebutuhan pokok organisasi

    Setiap organisasi memiliki kebutuhan pokok masing-masing

    dalam rangka kelangsungan hidup organisasinya. Terkadang beberapa

    organisasi memerlukan barang-barang yang berharga, tenaga kerja

    yang rajin dan terampil, gedung yang bersih dan lengkap peralatanya.

    Semua ini merupakan tanggung jawab anggotalah yang membantu

    organisasi dalam menentukan barang-barang yang diperlukan.

    b. Mengembangkan tugas dan tanggung jawab

    Organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar etis

    tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hisup sesuai dengan

    standar yang telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar

    17

    Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 32-35

     

  • 22

    masyarakat di antara organisasi itu berada. Standar ini memberikan

    organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh para

    anggota, baik itu ada hbungannya dengan produk yang mereka buat

    maupun tidak. Yang harus ditaati juga tanggung jawab yang diberikan

    oleh pemerintah yaitu berupa undang-undang.

    c. Memproduksi barang atau orang

    Fungsi utama dari organisasi adalah memproduksi barang atau

    orang sesuai dengan jenis oraganisasinya. Semua organisasi

    mempunyai produknya masing-masing. Efektifitas proses produksi

    banyak tergantung kepada ketepatan informasi.

    Orang-orang dalam organisasi harus mendapatkan dan

    mengirimkan informasi kepada bagian-bagian yang memerlukannya

    sehingga aktivitas organisasi berjalan dengan lancar. Penyampaian

    dan pemeliharaan informasi memerlukan proses komunikasi. Oleh

    karena itu, informasi juga tergantung kepada keterampilan

    berkomunikasi.

    d. Mempengaruhi atau dipengaruhi orang

    Sebenarnya suatu organisasi digerakkan oleh orang yang

    membimbing, mengelola, mengarahkan, dan menyebabkan

    pertumbuhan organisasi. Orang-orang yang memberikan ide-ide baru

    dan arah yang baru.

    Orang sebagai anggota organisasi meupun sebagai pemakai jasa

    organisasi, dipengaruhi oleh organisasi. Sebaliknya organisasi juga dipengaruhi

     

  • 23

    oleh orang. Suksesnya suatu organisasi tergantung kepada kemampuan kualitas

    anggotanya dalam melakukan aktifitas organisasi.

    Agar suatu organisasi dapat terus berkembang organisasi hendaknya

    memilih anggota organisasi yang diperlukannya yang mempunyai kemampuan

    yang baik dalam bidangnya dan juga memberikan kesempatan kepada seluruh

    anggota untuk mengembangkan diri mereka masing-masing.18

    Komunikasi sangat berperan dalam suatu kegiatan organisasi. Karena

    organisasi itu sendiri merupakan sekumpulan orang-orang yang selalu

    membutuhkan komunikasi dengan sesama anggota organisasi untuk mencapai

    tujuan yang diinginkan. Apabila ditinjau dari segi proses pencapaian tujuan, akan

    terlihat dengan jelas bahwa komunikasi yang efektif menunjukkan pengaruh yang

    sangat besar dan bahkan bersifat menentukan.19

    Untuk membedakan komunikasi organisasi dengan komunikasi yang ada

    di luar komunikasi adalah struktur hirarki yang merupakan karakteristik dari

    setiap organisasi. Kalau dalam organisasi dikenal dengan adanya susunan

    organisasi formal dan informal, maka komunikasinya pun dikenal dengan

    komunikasi formal dan informal. Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur

    hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau struktur organisasi. Adapun

    komunikasi informal, arus informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak

    masing-masing pribadi yang ada dalam organsasi tersebut.20

    18

    Arni Muhammad, Komunikasi organisasi, h. 32-35 19

    Sondang P. Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Adiministrasi, (Jakarta :

    Gunung Agung, 1985), cet 3, h. 109 20

    Mifta Thoha, h. 163

     

  • 24

    5. Strategi dalam Komunikasi Organisasi

    Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar

    pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk

    mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau saling berubah-ubah.21

    a. The Rational Approach (Pendekatan Rasional)

    Pendekatan rasional didasarkan pada asumsi bahwa apa yang kita

    yakini menentukan bagaimana kita jalani. Beliefs (percaya) adalah pernyataan

    yang kita buat untuk kita sendiri seperti yang kita percayai atau menerimanya

    sebagai suatu kebenaran tentang suatu kebenaran suatu strategi yang

    menentukan situsi yang kita pilih dan gunakan dalam performance tugas dan

    transaksi dengan yang lainnya. Hal itu jika kita percaya bahwa anda dapat

    mengawasi orang lain dan memiliki kepercayaan tentang siapa anda sebagai

    orang yang mengawasi. Anda akan menjalankannya sebagai supervisor yang

    efektif.

    b. The Behavioural Approch (Pendekatan Perilaku)

    Pendekatan perilaku berasal dari asumsi bahwa perubahan dalam

    human being (kemanusiaan) dapat dihasilkan secara lebih efisien oleh

    penajaman pada pengamatan perilaku daripada cara-cara berpikir. Dalam

    kenyataannya, sikap dan proses berpikir (internal) adalah dimengeri oleh

    pengamatan dan pengukuran perilaku yang negatif. Hal ini tidak

    menyebutkan bahwa perilaku tidak dipengaruhi oleh proses dan pemikiran

    internal. Secara sederhana dimaksudkan bahwa observable behavior

    21

    Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi. (Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2005), cet7. H.

    67.

     

  • 25

    (pengamatan perilaku) adalah fokus terhadap perhatian. Filosofi perilaku juga

    mengasumsikan bahwa perubahan yang sesuai pada pemikiran dan sikap.

    Tiga strategi umum yang menggambarkan aplikasi perilaku dalam

    pelatihan dan pengembangan.22

    1) Structuring Contingencies adalah konsekuensi yang secara positif

    memeperkuat perilaku yang diinginkan atau perilaku hukuman yang

    tidak diinginkan.

    2) Simulations adalah terminologi simulasi mengacu berbagai bentuk

    pengalaman. Perilaku yang mana seseorang berpartisipasi memiliki

    karakteristik atau mirip dengan apa yang terjadi dalam pekerjaannya

    sehari-hari.

    3) Behavior Modelling adalah untuk pengembangan sumber daya

    manusia. Strategi ini mengasumsikan bahwa keahlian khusus dapat

    dipelajari dengan berlatih, setiap aktifitas sebagai pengelolaan,

    kepemimpinan dan pemecahan masalah yang melibatkan perilaku

    nyata yang dapat dibuat model, diamati, dilatih, diperkuat dan

    dipadukan kedalam keseluruhan perilaku yang dilakukan seorang

    manajer.

    c. The Experiental Approach ( Pendekatan Pengalaman)

    Manfaat utama penggunaan pendekataan belajar berdasarkan

    pengalaman ini adalah,

    1) Belajar lebih efektif suatu bertindak aktif daripada pasif.

    22

    Yenny Ratna Suminar, dkk, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Universitas Tebuka,

    2007). Cet. Ke-6. H. 9.3-9.9.

     

  • 26

    2) Belajar yang memusat kepada masalah akan lebih tahan lama

    dibanding belajar hanya berdasarkan teori saja.

    3) Komunikasi dua arah membuat belajar lebih baik dibanding

    komunikasi satu arah.

    4) Peserta lebih banyak belajar ketika mereka saling kontrol dan proses

    belajar yang bertanggungjawab.

    5) Belajar lebih efektif suatu pemikiran dan tindakan dipadukan.

    d. Strategi Manajemen

    Strategi manajemen juga mengandung konotasi “strategi”. Kata strategi

    sendiri mempunyai pengertian yang terkait dengan hal-hal seperti

    kemenangan, kehidupan, atau daya juang. Artinya menyangkut hal yang

    berkaitan dengan mampu atau tidaknya perusahaan atau organisasi

    menghadapi tekanan yang muncul dari dalam maupun dari luar.

    Pearce dan Robinson, seperti dikutip Kasali (1994), mengembangkan

    langkah-langkah strategi manajemen sebagai berikut:

    1) Penilaian terhadap lingkungan eksternal perusahaan, baik dari segi

    semangat kompetitif ataupun secara utuh.

    2) Analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang

    melahirkan pilihan-pilihan).

    3) Mengkaji dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap

    periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan

    kontrol dan sebagai masukan bagi pengambil keputusan di masa

    depan.

     

  • 27

    B. Bentuk-Bentuk Komunikasi Organisasi

    Komunikasi dalam organisasi tidak terlepas dari bentuk komunikasi internal

    dan komunikasi eksternal. Betapa pentingnya komunikasi internal dalam

    membina manusia dalam suatu organisasi, dimana masing-masing individu

    anggota organisasi memiliki berbagai kepentingan, namun menjadi suatu kesatuan

    dengan adanya kepentingan bersama.

    Deddy Mulyana, menawarkan lingkup kajian berkomunikasi organisasi

    sebagai berikut: komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat

    formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar

    dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering kali melibatkan

    juga komunikasi diadik, komunikasi antar pribadi, dan ada kalanya juga

    komunikasi public. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur

    organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi

    horizontal. Sedangkan komunikasi informal tidak tergantung pada struktur

    organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gosip.23

    1. Komunikasi Internal

    Komunikasi Internal adalah pertukaran gagasan diantara para

    administrator dan karyawan mereka dalam suatu perusahaan atau jawatan

    tersebut, lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi), dan pertukaran

    gagasan secara horizontal dan vertical di dalam suatu perusahaan atau

    jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).

    23

    Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2000), h. 75

     

  • 28

    Atas penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan yang

    terjadi di dalam suatu ruang lingkup organisasi yang berstruktur.

    a. Komunikasi Vertikal

    Komunikasi Vertikal terdiri dari downward communication

    (komunikasi ke bawah) dan upward communication (komunikasi ke

    atas).

    Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa

    informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka

    yang berotoritas lebih rendah. Komunikasi ke bawah digunakan untuk

    menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas daan

    pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan,

    tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan, dan kebijaksanaan umum.

    Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan

    kepada bawahan: 1. Informasi mengenai bagaimana melakukan

    pekerjaan, 2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan

    pekerjaan, 3. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik

    organisasi, 4. Informasi mengenai kerja pegawai, dan 5. Informasi untuk

    mengembangkan rasa memiliki tugas.

    Komunikasi ke atas adalah komunikasi yang mengalir dari tingkat

    yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia).

    Semua pegawai dalam sebuah organisasi, kecuali mungkin mereka yang

    menduduki posisi puncak, mungkin berkomuniasi ke bawahan dapat

    mempunyai alasan yang baik atau otoritasnya lebih tinggi. Suatu

     

  • 29

    permohonan atas komentar yang diarah kepada individu yang otoritasnya

    lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas, merupakan esensi komunikasi ke

    atas.24

    b. Komunikasi Horizontal

    Komunikasi Horizontal adalah komunikasi yang mengalir melintas

    berbagai fungsi dalam organisasi.25

    Bentuk komunikasi ini diperlukan

    untuk mengkoordinasi berbagai fungsi organisasi. Komunikasi horizontal

    terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan-rekan sejawat dalam

    unit pekerjaan yang sama. Unti kerja meliputi individu-individu yang

    ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan

    mmpunyai atasan yang sama.

    c. Komunikasi Diagonal

    Komunikasi Diagonal adalah komunikasi saling melintasi fungsi

    dan tingkat dalam organisasi. Hal ini penting dalam situasi dimana

    anggota tidak dapat berkomunikasi lewat saluran ke atas, ke bawah,

    ataupun horizontal.

    Dimensi komunikasi internal dapat diklarifikasikan menjadi dua

    jenis, yakni:

    1) Komunikasi Interpersonal

    Komunikasi Interpersonal yaitu pertukaran informasi diantara

    seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara

    24

    R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan

    Kinerja Perusahaan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) 25

    FX Suwarto, Perilaku Keorganisasian (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atmajaya,

    1999), h. 83

     

  • 30

    dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Redding

    mengembangkan klarifikasi kommunikasi interpersonal menjadi reaksi

    intim, percakapan sosial, introgasi atau pemeriksaan dan wawancara.26

    Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara orang-orang

    secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menagkap

    reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal.27

    2) Komunikasi Kelompok Kecil

    Komunikasi Kelompok Kecil ialah proses komunikasi yang

    berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana

    anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.28

    Menurut Shaw (1976) ada enam cara untuk mengidentifikasi suatu

    kelompok. Berdasarkan hal itu kita bisa mengatakan bahwa komunikasi

    kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat

    mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama

    lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu

    sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Jika salah satu dari komponen

    ini hilang individu yang terlibat tidaklah berkomunikasi dalam kelompok

    kecil.29

    2. Komunikasi Eksternal

    26

    Armi Muhammad, Komunikasi Organisasi¸h. 159 27

    Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, h. 81 28

    Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007..,

    h. 33 29

    Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 182

     

  • 31

    Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara pemimpin organisasi

    dengan khalayak di luar organisasi. Komunikasi eksternal terdiri dari dua

    jalur secara timbale balik, yakni komunikasi dari organisasi kepada

    khalayak dan dari khalayak dengan organisasi.

    1) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak

    Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat

    informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa

    ada keterlibatan, setidaktidaknya ada hubungan batin. Kegiatan ini sangat

    penting dalam usaha memecahkan masalah jika terjadi tanpa diduga.

    2) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi

    Komunikasi dari khalayak dari oraganisasi merupakan umpan balik

    sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.

    Jika informasi yang disebarkan kepada khalayak itu menimbulkan eek

    yang sifatnya kontroversial (menyebabkan adanya pro dan kontra

    dikalangan khalayak), maka disebut opini publik. Opini publik sering kali

    merugikan organisasi, karena harus diusahakan agar segera dapat diatasi,

    dalam arti kata tidak menimbulkan permasalahan.

    C. Pengertian Militansi Kader

    1. Pengertian Militansi

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata 'Militan' ini memiliki arti

    bersemangat tinggi atau penuh gairah. Sedangkan militansi sendiri bermakna

     

  • 32

    ketangguhan dalam berjuang dan dapat mengatasi kesulitan dalam berperang.30

    Istilah ini sebenarnya dapat bermakna baik. John M. Echols dan Hassan Shadily

    menerjemahkan kata militant dengan agresif. Kamus American Heritage

    Dictionary mengartikan 'militant' dengan 'fighting or warring' dan 'aggressive'.

    Jika kata ini digabung dengan akhiran "i" dalam bahasa Indonesia, menjadi

    'militansi', dan dalam beberapa hal kata ini menjadi berkonotasi baik. Misalnya,

    seorang pejuang yang memiliki 'militansi' yang tinggi.31

    Dalam Miriam Webster Dictionary tertulis, bahwa istilah ini termasuk kata

    sifat dan kosakata ini dimasukkan ke dalam kamus pertama kali pada abad ke-15.

    Dalam kamus ini, militan didefinisikan sebagai, "engaged in warfare or combat"

    (disibukkan dalam peperangan atau pertempuran). Dalam kamus ini juga

    disebutkan militan adalah menunjukkan sikap yang agresif dan sangat aktif. Kata

    militan merujuk kepada orang atau kelompok orang-orang yang ikut serta dalam

    suatu pertempuran fisik/verbal yang agresif, biasanya dikarenakan suatu

    penyebab. Jurnalis seringkali mempergunakan kata militant sebagai istilah netral

    untuk prajurit yang tidak termasuk di dalam suatu organisasi militer. Secara

    khusus, seorang yang militan turut serta dalam tindak kekerasan sebagai bagian

    dari alasan memperjuangkan suatu tujuan politis. Istilah "negara militan" dalam

    bahasa sehari-hari merujuk kepada suatu negara yang memiliki sikap agresif

    30

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

    Balai Pustaka), h. 583. 31

    John M. Echols dan Hasan Shadily. Kamus Bahasa Inggris- Indonesia (Jakarta: PT

    Gramedia, 2006), h. 580.

     

    http://id.wikipedia.org/wiki/Militer

  • 33

    dalam mendukung sebuah ideologi atau perkara. Dalam bahasa Perancis, istilah

    "militan" memiliki makna yang lebih lunak yang berarti "aktivis".32

    Hal serupa dijelaskan pula dalam Cambrige International Dictionary,

    istilah militan sebagai kata sifat didefinisikan sebagai, "active, determined and

    often willing to use force" (aktif, tekun, dan acapkali sudi untuk menggunakan

    kekuatannya).33

    2. Pengertian Kader

    Kader dalam kamus ilmiah populer adalah orang yang dididik untuk

    menjadi pelanjut tongkat estafet suatu partai atau organisasi: tunas muda.34

    Dalam

    kamus induk istilah ilmiah Seri Intelektual disebut bahwa kader adalah generasi

    penerus atau pewaris di masa depan (dalam organisasi, pemerintahan atau partai

    politik).35

    Dalam kata lain kader adalah orang yang akan diharapkan akan memegang

    pekerjaan penting dalam organisasi. Dalam perjuangan agama Islam diperlukan

    kader inti, kader inti adalah kader yang setia pada cita-citanya dan tidak mau

    tergoda dunia apapun.36

    32

    http://id.wikipedia.org/wiki/Militan. Dikutip pada 3 Maret 2013, pukul 21.00 WIB. 33

    http://id.wikipedia.org/wiki/Militan. Dikutip pada 3 Maret 2013, pukul 21.00 WIB. 34

    Pius A. Partanto, M.Dahlan A-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994).

    H. 293-294. 35

    M. Dahlan Al-Barry, L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah; Seri

    Intelektual, (Surabaya: Target Press, 2003), h. 349. 36

    M. Dahlan Al-Barry, L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah; Seri

    Intelektual, h. 33.

     

    http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Aktivishttp://id.wikipedia.org/wiki/Militanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Militan

  • 34

    Kader pada mulanya adalah suatu istilah militer atau perjuangan yang

    berasal dari kata carde yang definisinya adalah pembinaan yang tetap sebuah

    pasukan inti (yang terpercaya) yang sewaktu-waktu diperlukan.37

    37

    Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

    2000), h. 54-56.

     

  • 35

    BAB III

    PROFIL FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)

    A. Latar belakang FPI

    1. Sejarah Didirikannya Front Pembela Islam (FPI)

    FPI dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 (atau 24 Rabiuts Tsani 1419 H)

    di halaman Pondok Pesantren Al Um, Kampung Utan, Ciputat, di Selatan Jakarta

    oleh sejumlah Habaib, Ulama, Mubaligh dan Aktivis Muslim dan disaksikan

    ratusan santri yang berasal dari daerah Jabotabek. Pendirian organisasi ini hanya

    empat bulan setelah Presiden Soeharto mundur dari jabatannya, karena pada saat

    pemerintahan orde baru, presiden tidak mentoleransi tindakan ekstrimis dalam

    bentuk apapun. FPI pun berdiri dengan tujuan untuk menegakkan hukum Islam di

    negara sekuler.

    Organisasi ini dibentuk dengan tujuan menjadi wadah kerja sama antara

    ulama dan umat dalam menegakkan Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar di setiap

    aspek kehidupan.

    Latar belakang pendirian FPI sebagaimana diklaim oleh organisasi

    tersebut antara lain:Adanya penderitaan panjang ummat Islam di Indonesia karena

    lemahnya kontrol sosial penguasa sipil maupun militer akibat banyaknya

    pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum penguasa.

     

    http://id.wikipedia.org/wiki/17_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/1998http://id.wikipedia.org/wiki/Pesantrenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ciputathttp://id.wikipedia.org/wiki/Jakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jabotabekhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia

  • 36

    a. Adanya kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin merajalela di

    seluruh sektor kehidupan.

    b. Adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan

    martabat Islam serta ummat Islam.

    Pada tahun 2002 pada tablig akbar ulang tahun FPI yang juga dihadiri oleh

    mantan Menteri Agama dan Said Agil Husin Al Munawar. FPI menuntut agar

    syariat Islam dimasukkan pada pasal 29 UUD 45 yang berbunyi, "Negara

    berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" dengan menambahkan "kewajiban

    menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" seperti yang tertera pada

    butir pertama dari Piagam Jakarta yang dirumuskan pada tanggal 22 Juni 1945 ke

    dalam amandemen UUD 1945 yang sedang di bahas di MPR sambil membawa

    spanduk bertuliskan "Syariat Islam atau Disintegrasi Bangsa".

    Namun Anggota Dewan Penasihat Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI)

    Dr. J. Soedjati Djiwandono berpendapat bahwa dimasukkannya tujuh kata Piagam

    Jakarta ke dalam UUD 1945 yang diamandemen, justru dikhawatirkan akan

    memecah belah kesatuan bangsa dan negara, mengingat karekteristik bangsa yang

    majemuk.1

    2. Visi & Misi

    Sesuai dengan latar belakang pendiriannya, maka FPI mempunyai sudut

    pandang yang menjadi kerangka berfikir organisasi (visi), bahwa penegakan amar

    1 Latar Belakang FPI, http://id.wikipedia.org/wiki/Front_Pembela_Islam. Dikutip pada 3

    Maret 2013, pukul 20.00 WIB.

     

    http://id.wikipedia.org/wiki/2002http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Menteri_Agamahttp://id.wikipedia.org/wiki/Said_Agil_Husin_Al_Munawarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_Jakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/1945http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=AIPI&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Front_Pembela_Islam

  • 37

    ma´ruf nahi munkar adalah satu-satunya solusi untuk menjauh-kan kezholiman

    dan kemunkaran. Tanpa penegakan amar ma´ruf nahi munkar, mustahil

    kezholiman dan kemunkaran akan sirna dari kehidupan umat manusia di dunia.

    FPI bermaksud menegakkan amar ma´ruf nahi munkar secara káffah di

    segenap sektor kehidupan, dengan tujuan menciptakan umat sholihat yang hidup

    dalam baldah thoyyibah dengan limpahan keberkahan dan keridhoan Allah ´Azza

    wa Jalla. Insya Allah. Inilah misi FPI.

    Jadi, Visi Misi FPI adalah penegakan amar ma´ruf nahi munkar untuk

    penerapan Syari´at Islam secara káffah.2

    3. Struktur Organisasi

    Struktur Organisasi FPI sebagai berikut:

    a. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) di tingkat Pusat.

    b. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) di tingkat Provinsi.

    c. Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) di tingkat kabupaten dan

    Kotamadya.

    d. Dewan Pimpinan Cabang (DPC) di tingkat Kecamatan

    e. Pos Komando (Posko) di tingkat Kelurahan.

    f. Dewan Perwakilan Front (DPF) di luar negeri.

    FPI berkedudukan dan berkantor pusat di Ibukota Jakarta Indonesia dengan

    wilayah-wilayah dan cabang di provinsi, kabupaten/ kotamadya, dan kecamatan

    diseluruh Indonesia, serta perwakilan di seluruh dunia. Sedangkan struktur

    2 Visi Misi, http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2. Dikutip pada 3 Maret 2013, pukul 20.00

    WIB

     

    http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2

  • 38

    kepemimpinan FPI tersusun dalam dua komponen pimpinan: Majelis Syura dan

    Majelis Tanfidzi.3

    4. Mars FPI4

    Mari Kita Jihad

    Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar 2 X

    Allah Tuhan kami, Dia tujuan kami

    Muhammad Sang Rasulullah, Dia Teladan kami

    Al-Qur´an pedoman kami

    Jihad jalan juang kami

    Mati Syahid harapan kami

    Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar 2 X

    Ayo kita jihad Ayo kita jihad

    Membela Islam dan muslimin

    Hidup mulia atau mati syahid 4 X

    Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar 2 X

    5. Munajat FPI5

    Pelindung kami Pelindung kami Wahai Tuhan Pelindung kami

    Di pintu ( rahmat ) Mu kami berdiri

    Wahai Pelindung kami, jika Engkau tidak memaafkan kami

    Niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi

    Pelindung kami Wahai Tuhan pemilik langit

    Siapakah yang lebih kasih daripada-Mu terhadap tangisanku

    Wahai kiblat / tujuan segala do´a

    Wahai Pelindung kami janganlah Engkau pupus harapan kami

    Betapa pedang para pengganggu

    Dan muslihat para pendengki

    Telah mengoyak pertahanan kaum mu´minin

    Tolonglah kami dan menangkan para mujahidin

    3 Habib Mundzir. Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Jakarta: 2008), h. 194.

    4 Mars FPI, http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2. Dikutip pada 3 Maret 2013, pukul 20.00

    WIB 5 Munajat FPI, http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2. Dikutip pada 3 Maret 2013, pukul

    20.00 WIB

     

    http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2

  • 39

    Wahai Pejuang Front Pembela ( Islam )

    Sang Pembuka tabir kedok ( musuh )

    Tebaslah leher ular-ular berbisa

    Hentikanlah gerakan kaum kafirin

    Wahai Pejuang Front Engkau adalah pahlawan

    Di ( pundak ) mu digantungkan berbagai harapan

    Denganmu akan menjadi baik generasi

    Pujilah Tuhan semesta alam

    6. Hymne FPI6

    Kami Pejuang Front

    Laa ilaaha illallah 3 X

    Muhammadur Rasulullah

    Kami pejuang FPI

    Yang ma´ruf kami jalani

    Yang munkar kami perangi

    Mencari Ridho´ Illahi

    Laa ilaaha illallah 3 X

    Muhammadur Rasulullah

    Allah Dia Tuhan kami

    Dan Islam agama kami

    Muhammad Nabi kami

    Muslimin saudara kami

    Laa ilaaha illallah 3 X

    Muhammadur Rasulullah

    6 http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2. Dikutip pada 3 Maret 2013, pukul 20.00 WIB

     

    http://fpi.or.id/?p=visimisi&mid=2

  • 40

    B. Perspektif Organisasi FPI

    Posisi FPI menjadi semacam Pressure Group di Indonesia, untuk

    mendorong berbagai unsur pengelola negara agar berperan aktif dalam

    memperbaiki dan mencegah kerusakan moral dan akidah umat Islam, serta

    berinisiatif membangun suatu tatanan sosial, politik & hukum yang sejalan

    dengan nilai-nilai syariat Islam.

    Posisi dan potensi Islam perlu dilihat dalam perspektif yang benar dan adil.

    Memahami ajaran Islam dalam perspektif yang benar adalah prasyarat untuk

    memahami motif aksi dan reaksi umat Islam terhadap berbagai persoalan sosial

    dan politik. Islam bukanlah agama yang mengajarkan nilai-nilai permusuhan dan

    kebencian apalagi anarkisme dan terorisme. Sebaliknya Islam mengajarkan nilai-

    nilai akhlak yang universal, nilai-nilai baku moral yang kompatibel diaplikasikan

    bagi seluruh umat manusia. Dalam kitab suci umat Islam, Al-Quran, dinyatakan

    bahwa keberadaan Islam di muka bumi ini merupakan rahmat (kebaikan) yang

    bisa dinikmati semua makhluk yang ada di alam semesta ini (rahmatan lil alamin).

    Nilai-nilai ajaran Islam juga mencakup wilayah kebaikan yang sangat luas, mulai

    dari petunjuk cara bersosialisasi yang lebih baik, nilai-nilai akhlak yang

    memuliakan esensi hidup manusia, sistim politik dan hukum yang adil, pola

    perdagangan yang adil hingga konsep pengelolaan energi dan lingkungan hidup

    yang berkesinambungan.

    Kehadiran gerakan Islam terjadi karena adanya ketidakadilan yang dialami

    umat Islam dan adanya gerakan-gerakan lokal dan global yang mengancam nilai-

     

  • 41

    nilai akidah (keimanan) umat Islam. Upaya pembelaan umat Islam secara

    terorganisasi merupakan hal mendesak yang dilakukan karena globalisasi yang

    ada saat ini sudah menjelma menjadi penjajahan gaya baru, melalui upaya-upaya

    pemaksaan sistim politik, budaya dan sosial ke bangsa Indonesia yang mayoritas

    beragama Islam. Upaya-upaya pengrusakan dari dalam umat Islam sendiri perlu

    dihadapi dengan tegas, misalnya upaya pembiasan makna pluralitas atau upaya

    liberalisasi ajaran Islam.

    Islam sangat menghargai adanya pluralitas dalam hubungan sosial antar

    berbagai bangsa termasuk hubungan sosial antar umat beragama, namun menolak

    tegas pluralitas agama yaitu upaya-upaya mencari kesamaan prinsip diantara

    berbagai agama yang ada. Toleransi antar umat beragama hendaknya difokuskan

    pada upaya-upaya mencari pola untuk saling menghormati atas perbedaan yang

    ada tanpa rasa permusuhan, dan ini jelas terkandung dalam kitab suci umat Islam,

    Al-Qur´an, dalam surat Al-Kafirun: 6,

    ﴾ َلُكْم ِديُنُكْم َوِلَى ِديِه ٦:﴿الكبفرون

    Artinya: untukmu agamamu, dan untukku agamaku.

    Posisi tawar umat Islam Indonesia harus diperhitungkan, dan ini harus

    diwujudkan dalam bentuk perhatian yang lebih besar terhadap hak kolektif umat

    Islam.

    Di Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas muslim, maka sudah

    sewajarnya posisi tawar umat Islam lebih besar. Posisi tawar yang besar ini

    diterjemahkan dalam bentuk hak kolektif umat Islam yang lebih signifikan, antara

     

    javascript:play(7)javascript:play(7)javascript:play(7)

  • 42

    lain hak umat Islam untuk memiliki lingkungan sosial yang bersih dari berbagai

    ´penyakit masyarakat´, seperti bersih dari pornografi, bersih dari perjudian, bersih

    dari narkoba dan lain-lain. Adalah wajar pula sebagai mayoritas bila umat Islam

    mewujudkan hak kolektifnya dengan menuntut pemerintah setempat untuk

    mengadopsi sebagian dari nilai-nilai ajaran Islam (Syariat), tentunya nilai-nilai

    moral yang bersifat universal dan tidak bertentangan dengan keyakinan umat

    beragama lainnya.

    Merupakan pressure group (kelompok penekan) bagi para pengelola

    negara agar berinisiatif menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial dan

    bernegara. Harus dipahami bahwa sistem hukum dan politik di Indonesia yang

    cenderung sekuler secara nyata telah membuat sebagian dari nilai-nilai ajaran

    Islam tidak terakomodasi dalam perangkat hukum negara. Bahwa seorang pencuri

    harus dihukum memang telah sejalan dengan sebagian nilai-nilai ajaran Islam,

    tapi bahwa pelacuran harus dilarang dapat terhadang oleh pasal-pasal hukum yang

    multi-persepsi. Dalam ruang yang kurang tersentuh pasal-pasal hukum inilah FPI

    melakukan berbagai pendekatan solusi agar nilai-nilai ajaran Islam dapat

    diterapkan secara lebih komprehensif.

    Penyakit masyarakat yang bersifat struktural, misalnya industri pornografi

    atau perjudian, harus dihadapi secara tegas baik dengan pendekatan hukum

    maupun tekanan-tekanan politis. Pembiaran terhadap kejahatan sosial semacam

    ini berpotensi membuahkan berbagai bentuk penyakit masyarakat yang pada

    akhirnya akan merusak berbagai sendi nilai-nilai moral dan bahkan akidah umat

     

  • 43

    Islam. Segala bentuk kejahatan sosial yang bersifat struktural adalah ruang gerak

    yang menjadi prioritas FPI untuk dihadapi secara struktural pula.

    Posisi FPI lebih bersifat sebagai anggota masyarakat yang membantu para

    penegak hukum secara aktif dan pro-aktif melalui informasi, dukungan langsung,

    tekanan-tekanan (pressure) politis dan tuntutan melalui jalur hukum, dengan

    agenda agar hukum di negeri ini dijalankan dengan lebih baik.

    Semakin baik kualitas hukum dan komitmen penegakan hukum dilakukan

    di Indonesia, maka semakin berkurang beban FPI dalam memperjuangkan visi-

    misinya, dan semakin kurang pula keterlibatan FPI dalam mengawasi berbagai

    pelanggaran hukum.7

    C. Landasan Penegakan Amar Ma´ruf Nahi Munkar

    Diterapkannya syariat Islam di Indonesia, baik secara substansial maupun

    formalistis, merupakan visi yang ingin dicapai FPI. Dari berbagai alternatif cara

    untuk mewujudkan visi tersebut, maka strategi yang dipilih FPI adalah melalui

    penegakan amar ma´ruf nahi munkar, yaitu upaya-upaya sistematis untuk

    mengajak umat Islam agar menjalankan perintah agamanya secara komprehensif,

    dan mencegah umat Islam agar tidak terjerumus pada kegiatan-kegiatan yang

    merusak moral dan akidah Islamnya. Pendekatan solusi ini dipilih karena (saat

    FPI didirikan tahun 1998) belum ada ormas Islam yang berkecimpung dibidang

    amar ma´ruf nahi munkar secara konkrit dan tegas. Upaya mengisi kekosongan

    wilayah perjuangan ini merupakan upaya terorganisir dan sistematis untuk

    7 Perspektif FPI, http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1. Dikutip pada 23

    Februari 2013, pukul 08.00 WIB.

     

    http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1

  • 44

    memenuhi kewajiban kolektif umat Islam dalam memberantas kejahatan

    (kemungkaran). Hal ini berpedoman pada firman Allah Subhanahu Wa Ta´ala

    dalam kitab suci Al-Qur´an, surat Ali Imran (3):104 :

    َوْلَتُكه مِّنُكْم ُأَمٌة َيْذُعىَن ِإَلى اْلَخْيِر َوَيْأُمُروَن ِببْلَمْعُروِف َوَيْنَهْىَن َعِه اْلُمنَكر َوُأو۟لِٰٓئَك ُهُم اْلُمْفِلُحىَن

    Artinya: Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang

    menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari

    yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

    Untuk menjaga kemurnian perjuangan FPI, maka FPI tidak terlibat dalam

    politik praktis atau berpihak secara politik terhadap kekuasaan yang ada di

    Indonesia. FPI juga tidak berafiliasi atau bekerjasama secara struktural dengan

    organisasi manapun baik lokal maupun internasional. Motif untuk

    memperjuangkan syariat Islam adalah langkah yang sah, sedangkan aksi-aksi

    untuk memperjuangkannya diupayakan untuk tetap tunduk pada hukum yang

    berlaku di Indonesia.8

    D. Seputar Kegiatan FPI dalam Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar

    dalam Media

    1. FPI Geruduk Kontes Waria di Jakarta Selatan9

    Senin, 03 Desember 2012, 22:46 WIB

    REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Front Pembela Islam

    (FPI) membubarkan kegiatan kontes wanita pria (Waria) di daerah Nyi

    8 Landasan, http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1. Dikutip pada 23

    Februari 2013, pukul 08.00 WIB. 9http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/12/03/megp5s-fpi-

    geruduk-kontes-waria-di-jakarta-selatan. Dikutip pada 3 Maret 2013, pukul 21.00 WIB.

     

    http://www.fpi.or.id/index.php?p=tentangfpi&mid=1http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/12/03/megp5s-fpi-geruduk-kontes-waria-di-jakarta-selatanhttp://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/12/03/megp5s-fpi-geruduk-kontes-waria-di-jakarta-selatan

  • 45

    Ageng Tirtayasa, Kuningan, Jakarta Selatan, karena tidak mengantongi

    izin penyelenggaraan.

    "Kita datangi lokasi kegiatannya, ternyata tidak ada izin dan

    dibubarkan," kata Ketua DPP FPI DKI Jakarta, Habib Salim Alatas di

    Jakarta, Senin.

    Alatas mengatakan, anggota dan simpatisan FPI bersama petugas

    kepolisian setempat mendatangi lokasi penyelenggaraan, guna memeriksa

    izin kegiatan.

    Namun, pihak penyelenggara tidak dapat menunjukkan izin

    kegiatan dari kepolisian dan pemerintah kota setempat, bahkan pengelola

    gedung juga tidak mengetahui kegiatan kontes waria.

    Alatas menyebutkan pihaknya bersama petugas kepolisian sempat

    berkomunikasi dengan perwakilan penyelenggara yang menyampaikan

    kegiatan kumpul untuk acara makan.

    Namun, pihak FPI maupun petugas kepolisian menerima informasi

    adanya kegiatan pemilihan "Miss Waria" 2012, sehingga terjadi

    pembubaran.

    Sementara itu, Kepala Bagian Operasi Polres Metro Jakarta

    Selatan, Ajun Komisaris Besar Polisi Yossi Prihambodo menyatakan

    kegiatan kontes waria tidak mengantongi izin.

    "Pemda tidak merekomendasikan dan acaranya juga tidak jadi

    digelar," ujar Yossi.

    2. FPI Tuntut Janji Walikota Depok atas Pembongkaran Kafe Remang di Pondok

    Rangon10

    Lama tidak ada tanggapan atas desakan penutupan lokalisasi di

    Pondok Rangon, belasan laskar Front Pembela Islam (FPI), Rabu siang

    (17/4/2013) mendatangi ruang kerja Walikota Depok. Secara tegas, FPI

    meminta kejelasan soal pembongkaran terhadap kafe dan warung remang-

    remang yang setahun lalu dijanjikan Walikota Depok.

    Sebelumnya Nurmahmudi memang berjanji akan merespon

    tuntutan Umat Islam. Namun hingga saat ini, FPI menilai tidak ada

    tindakan serius dari Nurmahmudi untuk memberangus kemaksiatan di

    komplek pelacuran Harjamukti, Pondok Rangon.

    10

    http://www.eramuslim.com/berita/nasional/fpi-tuntut-janji-walikota-depok-atas-

    pembongkaran-kafe-remang-di-pondok-rangon.htm#.UZJELsqrV0M. Dikutip pada 3 Maret 2013,

    pukul 21.05 WIB

     

    http://www.eramuslim.com/berita/nasional/fpi-tuntut-janji-walikota-depok-atas-pembongkaran-kafe-remang-di-pondok-rangon.htm#.UZJELsqrV0Mhttp://www.eramuslim.com/berita/nasional/fpi-tuntut-janji-walikota-depok-atas-pembongkaran-kafe-remang-di-pondok-rangon.htm#.UZJELsqrV0M

  • 46

    Namun mengetahui kedatangan pimpinan FPI Depok, staf Walikota

    Depok langsung mengunci ruangan tersebut dari dalam. Ketiadaan

    Nurmahmudi di kantor itu membuat beberapa anggota FPI kesal. Jika

    pemerintah kota Depok tidak segera membongkar bangunan kafe dan

    warung remang – remang di Kelurahan Harjamukti, Tapos, Depok, Jawa

    Barat, FPI akan membongkar paksa lokasi yang dijadikan tempat maksiat

    itu.

    “Kami memberi bata