skizofrenia

35
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia kata - yang diterjemahkan secara kasar sebagai "membelah pikiran" dan berasal dari akar Yunani schizein (σχίζειν, "untuk split") dan phrēn, phren-(φρήν, φρεν-, "pikiran") - diciptakan oleh Eugen Bleuler pada tahun 1908 dan dimaksudkan untuk menggambarkan pemisahan fungsi antara kepribadian, berpikir, memori, dan persepsi. Bleuler menggambarkan gejala utama sebagai 4 A: rata Mempengaruhi, Autisme, gangguan Asosiasi ide dan Ambivalensi. Bleuler menyadari bahwa penyakit itu bukan demensia karena beberapa pasien membaik daripada memburuk dan karenanya mengusulkan istilah skizofrenia sebagai gantinya.Skizophrenia adalah merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang bergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan social budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul, kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. 1

Upload: nida

Post on 19-Nov-2015

53 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

skizofrenia

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar BelakangSkizofrenia kata - yang diterjemahkan secara kasar sebagai "membelah pikiran" dan berasal dari akar Yunani schizein (, "untuk split") dan phrn, phren-(, -, "pikiran") - diciptakan oleh Eugen Bleuler pada tahun 1908 dan dimaksudkan untuk menggambarkan pemisahan fungsi antara kepribadian, berpikir, memori, dan persepsi. Bleuler menggambarkan gejala utama sebagai 4 A: rata Mempengaruhi, Autisme, gangguan Asosiasi ide dan Ambivalensi. Bleuler menyadari bahwa penyakit itu bukan demensia karena beberapa pasien membaik daripada memburuk dan karenanya mengusulkan istilah skizofrenia sebagai gantinya.Skizophrenia adalah merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang bergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan social budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul, kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.Insidensi terjadinya skizophrenia adalah 20 dari 100,000 kasus per tahun dengan 2 milion kasus baru dijumpai setiap tahun di seluruh dunia. Kasus skizophrenia paling sering dijumpai antara 15 35 tahun dan ratio antar perempuan dan laki laki 1:1, dimana laki laki mempunyai onset lebih awal. Studi menunjukkan bahwa genetika, lingkungan awal, neurobiologi, proses psikologis dan sosial merupakan faktor penyumbang penting; beberapa obat rekreasi dan resep tampak menyebabkan atau memperburuk gejala. Penelitian psikiatri saat ini difokuskan pada peran neurobiologi, tapi tidak ada penyebab organik tunggal telah ditemukan. Sebagai hasil dari kombinasi banyak kemungkinan gejala, ada perdebatan tentang apakah diagnosis merupakan suatu kelainan tunggal atau sejumlah sindrom diskrit. Untuk alasan ini, Eugen Bleuler disebut penyakit schizophrenias (jamak) ketika ia menciptakan nama itu. Meskipun etimologinya, skizofrenia adalah tidak sama dengan gangguan identitas disosiatif, sebelumnya dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda atau kepribadian ganda, yang telah keliru bingung.Skizofrenia ditandai adanya pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan adanya afek yang tidak wajar atau tumpul. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III) membagi simtom skizofrenia dalam kelompok kelompok penting, dan yang sering terdapat secara bersama sama untuk diagnosis. Menurut Kay dan kawan kawan menbagi simtom skizofrenia atas simtom positif, simtom negatif, simtom psikopatologi umum, sedang Stahl membagi simtom skizofrenia atas 5 dimensi yaitu simtom negative, simtom posotif, simtom kognitif , simtom agresif dan ansietas /depresi. Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revised ( DSM-IV-TR) membagi skizofrenia atas subtype secara klinik, berdasarkan kumpulan simtom yang paling menonjol; tipe katatonik, tipe disorganized, tipe paranoid dan tipe tak terinci ( undifferentiated).Skizofrenia tak terinci merupakan suatu tipe yang seringkali dijumpai pada skizofrenia. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam salah satu tipe dimasukkan dalam tipe ini. PPDGJ III mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu4: Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, ataukatatonik. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.Kriteria diagnostic menurut DSM-IV yaitu3:Suatu tipe skizofrenia di mana ditemukan gejala yang memenuhi kriteria A tetapi tidak memenuhi kriteria untuk tipe paranoid, terdisorganisasi atau katatonik. Kriteria Diagnostik A: Gejala karakteristik: dua atau lebih berikut, masing masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil):1) Waham 2) Halusinasi3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoheren)4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas 5) Gejala negative yaitu, pendataran afektif, alogia atau tidak ada kemauan(avolition)Catatan: hanya satu gejala criteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengkomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap satu sama lainnya.

BAB 2PEMBAHASAN

A. Definisi A. Skizofrenia adalah kekacauan jiwa yangseriusditandai dengan kehilangan kontak pada kenyataan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran yang abnormal dan menggangu kerja dan fungsi sosial (DSM-IV-TR, 2008)B. Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi dan berperilaku dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial (Duranddan Barlow, 2007)C. Skizofrenia tak terinci merupakan sejenis schizophrenia dimana gejala-gejala yang muncul sulit untuk digolongkan pada tipe schizophrenia tertentu. Schizophrenia tak terinci dikarakteristik dengan perilaku yang disorganisasi dan gejala- gejala psikosis yang mungkin memenuhi lebih dari satu tipe/ kelompok kriteria schizophrenia ( Townsend, 1998). Menurut FKUI ( 2002), klien schizophrenia tak terinci merupakan gangguan jiwa yang memenuhi kriteria umum schizophrenia tetapi tidak memenuhi kriteria untuk memenuhi kriteriaresidualatau depresi pasca schizophrenia.Schizophrenia tak terinci (undifferentiated) didiagnosis dengan memenuhi kriteria umum untuk diagnosa schizophrenia, tidak memenuhi kriteria untukschizophrenia paranoid, hebefrenik, katatonik dan tidak memenuhi kriteria untuk schizophrenia tidak terinci atau depresi pasca schizophrenia ( Liza, 2008).B. Penyebab (FaktorPredisposisi dan Presipitasi)Penyebab schizophrenia tak terinci seperti schizophrenia pada umumnya tidak diketahui, akan tetapi hal-hal yang dapat diketahui sebagai faktor presipitasi dan predisposisi terjadinya schizophreniaantaralain :1. Faktor Predisposisia) HerediterAdanya faktor genetik dapat berisiko terjadinya penyakit schizophrenia, dimana risiko bagi masyarakat umum 1 % pada orang tua risiko schizophrenia 5 % pada saudara kandung 8 % dan anak-anak 10 %. Gambaran terakhir ini menetap walaupun anak telah dipisahkan dengan orang tua kandung sejak lahir, pada kembar monozigote 30 - 40%.b) Pola Asuh KeluargaBanyak penelitian terhadap pengaruh masa kanak-kanak khususnya atas personalitas orang tua tetapi belum ada hasil.2. Faktor Presipitasia. LingkunganFaktor lingkungan cukup berperan dalam menampilkan penyakit pada individu yang memiliki predisposisi. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa schizophrenia bukan suatu penyakit, tetapi suatu respon terhadap tekanan emosi yang dapat ditoleransi dalam keluarga dan masyarakat.b. Ekspresi Emosi Keluarga yang BerlebihanJika keluarga schizophrenia memperlihatkan emosi yang berlebihan seperti pasien dihina atau terlalu banyak dikekang dengan aturan- aturan yang berlebihan, maka kemungkinan kambuh lebih besar. Juga jika pasien tidak mendapatkan obat neuroleptik, angka kekambuhan di rumah dengan ekspresi emosi rendah dan pasien minum obat teratur sebesar 12 % dengan ekspresi emosi rendah dan tanpa obat 42 %, ekspresik emosi tinggi dengan tanpa obat angka kekambuhan 92 %.C. PsikopatologiPrevalensi penderita schizophrenia diIndonesiaadalah 0,3 1 % dan biasanya timbul pada usia sekitar 18 - 45 tahun. Schizophrenia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: faktor genetik, faktor lingkungan dan faktor keluarga. Schizophrenia tidak hanya menimbulkan penderitaanbagi individu penderitanya tetapi juga bagi orang-orang terdekat ( Arif, 2006). Penderita schizophrenia sering kali mengalami gejala positif dan negatif yang memerlukan penangananserius. Penderita schizophrenia juga mengalami penurunan motivasi dalam berhubungan sosial, perilaku ini sering tampak dalam bentuk perilaku autistic dan mutisme.Akibat adanya penurunan motivasi ini sering tampak timbulnya masalahkeperawatanisolasi sosial menarik diri dan jika tidak diatasi dapat menimbulkan perubahan persepsi sensoris halusinasi. Halusinasi yang terjadi pada penderita schizophrenia tidak saja disebabkan oleh perilaku isolasi sosial tetapi juga dapat disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri rendah. Dampak dari halusinasi yang timbul akibat schizophrenia ini sangat tergantung dari isi halusinasi. Jika isi halusinasi mengganggu, maka penderita schizophrenia akan cenderung melakukan perilaku kekeeraan sedangkan halusinasi yang isinya menyenagkan dapat mengganggu dalam berhubungan sosial dan dalam pelaksanaan aktivitas sehari-hari termasuk aktivitas perwatan diri ( Stuart, 2007).Schizophrenia sering dimanifestasikan dalam bentuk waham, perilaku katatonik, adanya penurunan motivasi dalam melakukan hubungan sosial serta penurunan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Waham yang dialami pasien schizophrenia dapat berakibat pada kecemasan yang berlebihan jika isi wahamnya tidak mendapatkan perlakuan dari lingkungan sehingga berisiko menimbulkan perilaku kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Adanya perilaku katatonik, menyebabkan perasaan tidak nyaman pada diri penderita, hal ini karena kondisi katatonik ini berdampak pada hambatan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.Hambatan dalam aktivitas sehari-hari menyebabkan koping individu menjadi tidak efektif yang dapat berlanjut pada gangguan konsep diri harga diri rendah dan bila tidak diatasi berisiko menimbulkan perilaku kekerasan ( Ingram, 1996). Penderita dapat mengalami ambivalensi, kondisi ini dapat menimbulkan terjadinya penurunan motivasi dalam melakukan aktivitas perawatan diri dan kemampuan dalam berhubungan sosial dengan orang lain. Adanya ambivalensi membuat penderita menjadi kesulitan dalam pengambilan keputusan sehingga dapat berdampak pada penurunan motivasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penderita schizophrenia yang menunjukkkan adanya gejala negatif ambivalensi ini, sering kali dijumpai cara berpakaian dan berpenampilan yang tidak sesuai dengan realita seperti rambut tidak rapi, kuku panjang, badan kotor dan bau ( Rasmun, 2007).Prognosisuntuk schizophrenia pada umumnya kurang begitu menggembirakan sekitar 25 % pasien dapat pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat sebelum munculnya gangguan tersebut. Sekitar 25% tidak pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk, dan sekitar 50 % berada diantaranya ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali akan waktu singkat ( Arif, 2006).D. EpidemiologiKejadian skizofrenia di negara industri adalah 10-70 kasus baru per 100000 penduduk per tahun, dan risiko seumur hidup adalah 0,5-1%. Distribusi geografis skizofrenia adalah tidak acak: studi terbaru memiliki menunjukkan bahwa ada tingkat pertama onset meningkat padaorang yang lahir atau dibesarkan di pusat kota. Terdapat juga gradien sosial ekonomi yang signifikan, dengan prevalensi meningkat pada penurunan kelas sosial ekonomi. Khususfaktor risiko lingkungan (misalnya kepadatan penduduk, penyalahgunaan narkoba) juga dapat dikaitkan dengan social ekonomi.Timbulnya karakteristik penyakit ini di antara usia 20 dan 39 tahun, tapi mungkin terjadi sebelum pubertas atau ditunda sampai dekade ketujuh atau kedelapan. Usia puncak onset adalah 20-28 tahun untuk pria dan 26-32 tahun untuk perempuan.Insiden seks keseluruhan sama jika kriteria diagnostik yang luas digunakan dan diterapkan. Prevalensi skizofrenia jauh lebih tinggi pada yang belum menikah dari kedua jenis kelamin. Pasien dengan skizofrenia memiliki dua kali lipat peningkatan pada usia-standar tingkat kematian, dan lebih mungkin untuk menderita kesehatan fisik yang buruk. Sebagian besar peningkatan kematian terjadi pada beberapa tahun pertama setelah masuk awal atau diagnosis. Faktor awal kursus yang berkonturbusi termasuk bunuh diri, dengan faktor resiko kemudian, seperti gangguan kardiovaskular, sebagian karena gaya hidup yang buruk dengan banyak pasien merupakan perokok berat dan obese2.E. Manifestasi KlinikMenurut Hawari ( 2006), tanda dan gejala dari schizophrenia antara lain :1.Gejala PositifDelusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional meskipun telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan ( stimulus).Kekacauan Alam Pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraanya.Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.Merasa dirinya orang besar, merasa serbaa mampu, serba hebat dan sejenisnya.Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.Menyimpan rasa permusuhan.2.Gejala NegatifAlam perasaan ( affect) tumpul atau mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang ridak menunjukkan ekspresi.Menarik diri atau mengasingkan diri.Kontak emosianal amat miskin, pendiamPasif dan apatisSulit dalam berpikir abstrakPola pikir stereotipyTidak ada/ kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa.F. Kriteria diagnostikPedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III) mengkelompokkan simptom4: 1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala kurang tajam atau kurang jelas)a) Thought echo, thought insertion, thought withdrawal dan thought broadcasting.b) Waham dikendalikan, waham dipengaruhi, atau passivity yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan khusus dan persepsi delusional.c) Suara halusinasi auditorik yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari satu bagian tubuh.d) Waham waham memnetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar seta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan manusia super (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahkluk asing dari dunia lain).2. Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:a. Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apakah disetai baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan yang menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.b. arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sispan yang berakibat b. inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.a. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, sikap tubuh tertentu, atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme dan stupor.b. gejala negatif seperti sikap apatis, pembicaraan terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.3. Adanya gejala gejala khas tersebut diatas telah selama kurun waktu satu bulan atau lebih.4. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, tak bertujuan, sikap berdiam diri, dan penarikan diri secara social.Subtipe skizofrenia yang umum pada ICD-10 dan DSM-IV: Paranoid Katatonik Hebefrenik(disorganized) Tak terinci(undifferentiated) Residual

G. KomplikasiMenurut Keliat (1996), dampak gangguan jiwa skizofrenia antara lain :1. Aktifitas hidup sehari-hari Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri, misalnya kebersihan diri, penampila dan sosialisasi.2. Hubungan interpersonal Klien digambarkan sebagai individu yang apatis, menarik diri, terisolasi dari teman-teman dan keluarga. Keadaan ini merupakan proses adaptasi klien terhadap lingkungan kehidupan yang kaku dan stimulus yang kurang.3. Sumber koping Isolasi social, kurangnya system pendukung dan adanya gangguan fungsi pada klien, menyebabkan kurangnya kesempatan menggunakan koping untuk menghadapi stress.4. Harga diri rendah Klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi kekurangannya, tidak ingin melakukan sesuatu untuk menghindari kegagalan (takut gagal) dan tidak berani mencapai sukses.5. Kekuatan Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan aatau interes yang dimiliki dan pernah digunakan klien pada waktu yang lalu.6. Motivasi Klien mempunyai pengalaman gagal yang berulang.7. Kebutuhan terapi yang lama Klien disebut gangguan jiwa kronis jika ia dirawat di rumah sakit satu periode selama 6 bulan terus menerus dalam 5 tahun tau 2 kali lebih dirawat di rumah sakit dalam 1 tahun.

G. Penatalaksanaan1. MedisObat antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala psikotik (misalnya perubahan perilaku, agitasi, agresif, sulit tidur, halusinasi, waham, proses piker kacau). Obat-obatan untuk pasien skizophrenia yang umum diunakan adalah sebaga berikut :a.Pengobatan pada fase akut1)Dalam keadaan akut yang disertai agitasi dan hiperaktif diberikan injeksi :a)Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intra muscular.b)Clorpromazin 25-50 mg diberikan intra muscular setiap 6-8 jam sampai keadaan akut teratasi.c)Kombinsi haloperidol 5 mg intra muscular kemudian diazepam 10 mg intra muscular dengan interval waktu 1-2 menit.2)Dalam keadaan agitasi dan hiperaktif diberikan tablet :a)Haloperidol 2x1,5 2,5 mg per hari.b)Klorpromazin 2x100 mg per haric)Triheksifenidil 2x2 mg per harib.Pengobaan fase kronisDiberikan dalam bentuk tablet :1)Haloperidol 2x 0,5 1 mg perhari2)Klorpromazin 1 x 50 mg sehari (malam)3)Triheksifenidil 1- 2x 2 mg seharia)Tingkatkan perlahan-lahan, beri kesempatan obat untuk bekerja, disamping itu melakukan tindakan perawatan dan pendidikan kesehatan.b)Dosis maksimalHaloperidol : 40 mg sehari (tablet) dan klorpromazin 600 mg sehari (tablet).c.Efek dan efek samping terapi1)KlorpromazineEfek : mengurangi hiperaktif, agresif, agitasiEfek samping : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, sedasi, hipotensi ortostatik.2)HaloperidolEfek : mengurangi halusinasiEfek samping : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, sedasi, hipotensi ortostatik.2. Tindakan keperawatan efek samping obata. Klorpromazine1) Mulut kering : berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit dan membersihkan mulut secara teratur.2) Pandangan kabur : berikan bantuan untuk tugas yang membutuhkan ketajaman penglihatan.3) Konstipasi : makan makanan tinggi serat4) Sedasi : tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan ang berbahaya.5) Hipoensi ortostatik : perlahan-lahan bangkit dari posisi baring atau duduk.b. Haloperidol1) Mulut kering : berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit dan membersihkan mulut secara teratur.2) Pandangan kabur : berikan bantuan untuk tugas yang membutuhkan ketajaman penglihatan.3) Konstipasi : makan makanan tinggi serat4) Sedasi : tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan ang berbahaya.5) Hipotensi ortostatik : perlahan-lahan bangkit dari posisi baring atau dudukH. Diagnosa Keperawatan1.Perilaku Kekerasana.DefinisiSuatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang merupakan respon dari kecemasan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.(Yoseph,2007)b.Faktoryang berhubungan :1)Kurang rasa percaya : kecurigaan terhadap orang lain2)Panik3)Rangsangan katatonik4)Reaksi kemarahan/amok5)Instruksi dari halusinaasi6)Pikiran delusional7)Berjalan bolak balik8)Rahang kaku; mengepalkan tangan, postur tubuh yang kaku2.Perubahan Persepsi Sensoris : Halusinasia.DefinisiPencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera dimana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik, atau histerik. (Maramis,2004)b.Faktor yang berhubungan :1)berbicara dan tertawa sendiri2)bersikap seperti mendengarkaan sesuatu ( memiringkan kepala kesatu sisi seperti jika seseorang sedang mendengarkan sesuatu ).3)Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat unutk mendengarkaan sesuatu4)Disorientasi5)Konsentrasi rendah6)Pikiran cepat berubah-ubah3.Isolasi Sosial : Menarik Diria.DefinisiKeadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. (Carpenito, 1998)b.Faktor yang Berhubungan1)Menyendiri dalam ruangan.2)Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontakmata( mutisme, autism).3)Sedih, afek datar .4)Adanya perhatian daan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya.5)Berfikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri, tindakan yang berulang-ulang dan bermakna.6)Mendekati perawat untuk berinteraksi namun kemudian menmolak untuk berespons terhadap penerimaan perawat terhadap dirinya.7)Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian kepada orang lain.4.Gangguan Proses Pikir : Wahama.DefinisiMenurut Townsend (1998) perubahan proses pikir waham merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami kelainan dalam mengoperasionalkan kognitif dan aktivitas.b.Faktor yang Berhubungan1)Waham (ide-ide yang salah)2)Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi3)Kewaspadaan yang berlebihan4)Kelainan rentang perhatian-distrakbilitas5)Ketidaktepatan interpretasi lingkungan6)Kelainan kemampuan mengambil / membuat keputusan , menyelesaikan masalah , alasan , pemikiran abstrak atau konseputulisasi , berhitung7)Perilaku sosial yang tidak sesuai ( merefleksikan ketidaktepatan pemikiran ).5.Defisit Perawatan Diria.DefinisiSuatu keadaan dimana seseorang mengalami kerusakan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan kegiatan hidup sendiri. (Townsend, 1998)b.Faktor yang Berhubungan1)mengalami kesukaraan daaalam mengambil atau ketidakmampuan untuk membawa makanan dari piring kedaalam mulut.2)ketidakmampuan / menolak untuk membersihkan tubuh atau bagian-bagian tubuh.3)kelainan kemampuan atau kurangnya minat dalam memilih pakaiaan yang sesuai untuk dikenakan, berpakaian, merawat atau mempertahankan penampilan pada tahap yang emuaskan.4)Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi dan berkemih tanpa bantuan.

H.Fokus Intervensi1.Resiko tinggi perilaku kekerasana.Tujuan :Setelah dilakuakn tindakan keperawatan, penderita dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan kriteria hasil :1)Bersedia mengungkapkan perasaan2)Mengungkapkan perasaan kesal dan marah3)Dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan4)Dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan5)Ansietas dipertahankan pada tingkat dimana pasien tidak menjadi agresif6)Pasien memperlihatkan rasa percaya kepada oraang lain disekitarnya7)Pasien mempertahankan orientasi realitanya.b.Intervensi1)Pertahankan agar lingkungan pasien pada tingkat stimulus yang rendah (penyinaran rendah dan tingkat kebisingan rendah ).Rasional :Tingkat ansietas akan meningkat dalam lingkungan yang penuh stimulus. Individu-individu yang ada mungkin dirasakan sebagai suatu ancaman karena mencurigakan, sehingga akhirnya membuat pasien agitasi2)Observasi secara ketat perilaku pasien (setiap 15 menit). Kerjakaan hal ini sebagai suatu kegiatan yang rutin untuk pasien untuk menghindari timbulnya kecurigaan dalam diri pasienRasional :Dengan demikian intervensi yang tepat dapat diberikan segera dan untuik selalu memastikan bahwa pasien beerada dalam keadaan aman.3)Singkirkan semua benda-benda yang dapat membahayakan dari lingkungan sekitar pasienRasional:Jika pasien berada dalam keadaan gelisah, bingung, pasien tidak akan menggunakan benda-benda tersebut untuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain.4)Coba salurkan perilaku merusak diri ke kegiatn fisik untuk menurunkan ansietas pasien (mis,memukuli karung pasir).Rasional :Latihan fisik adalah suatu cara yang aman dan efektf untuk menghilaangkan ketegangan yang terpendam.5)Staf harus mempertahankan daan menampilkan perilaku yang tenang terhadap pasien.Rasional :Ansietas menular dan dapat ditransfer dari perawat kepada pasien.6)Miliki cukup staf yang kuat secara fisik yang dapat membantu mengamankan pasien jika dibutuhkan.Rasional :Hal ini dibutuhkan untuk mengontrol situasi dan juga memberikan keamanan fisik kepada staf.7)Berikan obat-obatan stranquliser sesuai program terapi pengobatan. Pantau keefektifan obat-obatan dan efek sampingnya.Rasional :Cara mencapai batasaan alternatif yang paling sedikit harus diseleksi ketika merencanakan intervensi untuk psikiatri.8)Jika pasien tidak menjadi tenang dengan cara mengatakan sesuatu yang lebih penting daripada yang dikatakan oleh pasien atau dengan obat-obatan, gunakan alat-alat pembatasan gerak ( fiksasi ). Pastikan bahwa anda memiliki cukup banyak staf untuk membantu. Jika pasien mempunyai riwayat menolak obat-obatan, berikan obat setelah fiksasi dilakukan.9)Observasi pasien yang dalam keadaan fiksasi setiap 15 menit ( sesuai kebijakan institusi ). Pastikan bahwa sirkulasi pasien tidak terganggu ( periksa TTV dan ekstremitas ). Bantu pasien untuk memenuhi , kebutuhannya untuk nutrisi, hidrasi dan eliminasi. Berikan posisi yang memberikan rasa nyaman untuk pasien dan dapat mencegah aspirasi.Rasional :Keamanan klien merupakn prioritas keperawatan. Begitu kegelisahan menurun, kaji kesiapan pasien untuk dilepaskan dari fiksasi.Lepaskan satu persatu fiksasi pasien atau dikurangi secara bertahap, jangan sekaligus, sambil terus mengkaji respons pasien.2.Perubahan Persepsi Sensoris : Halusinasia.Tujuan1)Jangka Panjang :Pasien dapat mendefinisikan dan memeriksa realitas, mengurangi terjadinya halusinasi.2)Jangka Pendek :Pasien dapat mendiskusikan isi halusinasinya dengan perawat dalaam waaktu 1 minggu.b.Kriteria hasil1)Pasien dapat mengakui bahwa halusinasi terjadi pada saat ansietas meningkat secara ekstrem.2)Pasien dapat mengatakan tanda-tanda peningkatan ansietas dan menggunakan tehnik-tehnik tertentu untuk memutus ansietas tersebutc.Intervensi dan rasional :1)Observasi pasien dari tanda-tanda halusinasi (sikap seperti mendengarkan sesuatu, bicara atau tertawa sendiri, terdiam ditengah pembicaraan ).Rasional :Intervensi awal akan mencegah respons agresif yang diperintah dari halusinasinyaa.2)Hindari menyentuh pasien sebelum mengisyaratkan kepadanya bahwa kita juga tidak apa-apa diperlakukan seperti ituRasional :Pasien dapat saja mengartikan sentuhan sebagaai suatu ancaman dan berespons dengan cara yang agresif.3)Sikap menerima akan mendorong pasien untuk menceritakan isi halusinaasinya dengan perawat.Rasional:Penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera terhadap pasien atau orang lain karena adanya perintah dari halusinasi.4)Jangan dukung halusinasi. Gunakan kata-kata suara tersebut daripada kata-kata mereka yang secara tidak langsung akan memvalidasi hal tersebut. Biarkan pasien tahu bahwa perawat tidak sedang membagikaan persepsi. Katakan meskipun saya menyadari bahwa suara-suara tersebut nyata untuk anda, saya sendiri tidak mendengarkan suara-suara yang berbicara apapun.Rasional :Perawat harus jujur kepada pasien sehingga pasien menyadari bahwa halusinasi tersebut adalah tidak nyata.

5)Coba untuk mengalihkan pasien dari halusinasinya.Rasional :Keterlibatan pasien dalam kegiatan-kegiataan interpersonal dan jelaskan tentang situasi kegiatan tersebut, hal ini akan menolong pasien untuk kembaliu kepada realita.

3.Gangguan Proses Pikir : Wahama.Tujuan1)Jangka panjangPasien dapat menyatakan berkurangnya pikiran-pikiran waham.Pasien mampu membedaka antara pikiran waham dengan realita skizofrenik , delusi , dan kelainan-kelainan psikosis2)Jangka pendekPasien dapat mengakui dan mengatakan bahwa idi-ide yang salah itu terjadi khususnya pada saat ansietas meningkat dalam 2 minggub.Kriteria hasil1)Mengungkapkan secara verbal refleksi dan proses pikir yangberorientasi pada realita2)Pasien dapat mempertahankaan aktivitas sehari-hari yang mampu dilakukan3)Pasien mampu menahan diri dari berespons terhadaap pikiran-pikiraan delusi, bila pikiran-pikiran tersebut muncul.c.Intervensi dan Rasional1)Tunjukkan bahwa anda menerima keyakinan pasien yang mendukung keyakinan tersebut.Rasional :Penting untuk dikomunikasikan kepada pasien bahwa anda tidak menerima delusi sebagai suatu realita.2)Jangan menambah atau menyangkal keyaakinan pasien. Gunakan tehnik keraguan yang beralasan sebagai tehnik terapiutik : saya merasa sukar untuk mempercayai hal tersebutRasional :Membantah pasien atau menyangkal akan menghlangi perkembangan hubungan saling percaya.3)Bantu paasien untuk mencoba menghubungkan keyakinan-keyakinan yang salah tersebut dengan peningkataan ansietas yang dirasakan oleh pasien. Diskusikan tehnik-tehnik yang dapat digunakan untuk mengontrol ansietas (misalnya latihan-latihan relaksasi)Rasional :Jika pasien dapat belajar untuk menghentikan ansietas yangt meningkat, pikiran wahamnya mungkin dapat dicegah4)Fokus dan kuatkan pada realita. Kurangi lamanya ingatan tentang pikiran irasional. Bicara tentang kejadian-kejadian dan orang yang nyataRasional :Diskusi yang berfokus pada ide-ide yang salah tidak akan berguna dan mencapai tujuan, dan mungkin membuat psikosisnya menjadi lebih buruk.5)Bantu dan dukung pasien dalam usahanya untuk mengungkapkan secara verbal perasaan ansietas, takut atau tidak amanRasional :Ungkapan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang mungkin sudah dipendam cukup lama.

3.Isolasi Sosial : Menarik Diria.Tujuan1)Jangka panjang Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama paaaasien lain dan perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap.2)Jangka pendek:Pasien siap masuk dalam terapi aktifitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayanya dalamn satu minggu.b.Kriteria hasil1)Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain2)Pasien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh3)Pasien melakukan pendekatan interaaaaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai / dapat diterima.

b.Intervensi dan Rasional1)Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi singkat.Rasional :Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri pasien dan memfasilitasi rasa percaya kepaada oraang lain.2)Perlihatkan penguatan positif kepada pasienRasional :Membuat pasien merasa menjadi seseorang yang akan berguna3)Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar untuk pasienRasional :Kehadiran seseorang yang dipercayai akan memberikan rasa amankepada pasien4)Jujur dan menepati semua janjiRasional :Kejujuran dan rasa membutuhkan menimbulkan suatu hubungan saling percaya.5)Orientasikan pasien pada waktu, orang, tempat, sesuai kebutuhan.6)Berhati-hatilah dengan sentuhan. Biarkan pasien mendapat ruangan extra dan kesempatan untuk keluar ruangan jika pasien menjadi begitu ansietas.Rasional :Pasien yang curiga dapat saja menerima sentuhan sebagai suatu bahasa tubuh yang mengisyaratkan ancaman.7)Berikan obat-obat penenang sesuai program pengobatan pasien. Pantau keefektifandan efek samping obat.Rasional :Obat-obatan anti psikosis menolong untuk menurunkan gejala-gejala psikosis8)Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan ansietas dan tehnik untuk memutus respon ( misalnya latihan relaksasi)Rasional :Perilaku maladaptif seperti menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama terjadi peningkatan ansietas.9)Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.Rasional :Penguatan akan meningkatkan harga diri pasien dan mendoirong terjadinya pengulangan perilaku tersebut.

4.Defisit perawatan diria.Tujuan1)Jangka panjangPasien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemonstrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.2)Jangka PendekPasien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1 minggu.b.Kriteria hasil :1)pasien makan sendiri tanpa bantuan2)pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian merawat dirinya taaanpa bantuan3)pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi setiap hari dan melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa bantuan.c.Intervensi dan Rasional:1)Dukung pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai tingkat kemampuan pasien.Rasional :Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam melakukan suatu aktivitas akan meningkatkanharga diri.2)Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak mampu melakukan beberapa kegiatan.Rasional :Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas dalam keperawatan3)Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya yang mandiriRasional :Penguatan positif akan meningkatkan harga diri daan mendukung terjadinya pengulanganperilaku yang diharaapkan.4)Perlihatkan pasien secara kongkrit, bagaimana melakukan kegiatan yangf menurut pasien sulit untuk dilakukannya.Rasional :Dengan berlakunya pikiran kongkrit, penjelasan harus diberikan sesuai dengan tingkat pengertian yang nyata5)Buat catatan secara terinci tentang masukan makanan dan cairanRasional :Informasi penting untuk mendapatkan suatu pengkajian nutrisi yang adekuat.6)Berikan makaanan kudapan dari cairan diantara waktu makan.Rasional :Pasien mungkin tidak mampu mentoleransi makanan dalam jumlah yang besar pada saat makan dan mungkin untuk itu membutuhkan penambahan makanan diluar waktu makan.7)Jika pasien tidak makan karena curiga dan takut diracuni, jika memungkinkan sarankan untuk makanan tersebut dimakan secara bersama-sama. Rasional :Pasien akan melihat setiap orang makan dari hidangan yang sama sehingga kecurigaan berkurang/hilang8)Jika pasien mengotori dirinya, tetapkan jadwal rutin untuk kebutuhan BAB dab BAK. Bantu pasien kekamar mandi sesuai jadwal yang telah ditetapkan sesuai kebutuhan, sampai pasien mampu memenuhi kebutuhan tanpa bantuan.

DAFTAR PUSTAKA

Arif L.S. , 2006,skizofrenia, memahami dinamika keluarga pasien, Jakarta,Penerbit Refika Aditama

Carpenito L.J. , 1998,Diagnosa keperawatan (terjemahan), 6th edition,Jakarta, EGC

FKUI dan WHO, 2006,model-model praktik keperawatan profesional jiwa(MPKP jiwa),Jakarta FKUI

Hawari D. ,2006,pendekatanholistik pada gangguan jiwa skizofrenia,Jakarta, balai penerbit FKUI

Ingram I.M. ,1995,catatan kuliah psikiatri (terjemahan), 6th, Jakarta, EGC

Isaac A. , 2005,panduan belajar keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik(terjemahan), 3th edition, Jakarta, EGC

Keliat B.A., 1994,gangguan konsep diri, Jakarta, EGC

Rasmun, 2001,keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengankeluarga untuk perawat dan mahasiswa keperawatan, Jakarta, penerbit CVSagung Seto

DAFTAR PUSTAKA

1. Buchanan R.A., Carpenter W.T. Schizophrenia. In: Saddock B.J., Saddock V.A. Kaplan & Saddocks Comprehensive Textbook of Psychiatry. 7th ed. Lippincott Williams & Wilkins Publishers, 2000. p.2282.2. Stefan M., Travis M., Murray R.M. Epidemiology and Risk Factors. In: An Atlas of Schizophrenia.USA: The Parthenon Publishing Group, 2002. p.28-30.3. Saddock B.J., Saddock V.A. Schizophrenia. In: Kaplan & Saddocks Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins Publishers, 2007.4. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. 2001. p.46-50.5. Loebis B. Skizofrenia: Penanggulan Memakai Antipsikotik. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/687/1/08E00132.pdf [Accessed on: 22 August 2012]6. Wardana P.A.K.Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga tentang Skizofrenia dengan Kekambuhan pasien Skizofrenia di Unit Rawat Jalan RS.Jiwa Pusat Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2009 . Available from: http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/205312031/bab2.pdf [Accessed on: 22 August 2012]

1