skizofrenia

28
MAKALAH FARMAKOTERAPI SKIZOFRENIA DISUSUN OLEH : Kelompok : II (Dua) 1. Andrean Revinaldy (12 01 01 003) 2. Annisa Gustina (12 01 01 005) 3. Deby Apriyanti (12 01 01 010) 4. Desi Trisiah (12 01 01 013) 5. Eka Sri Febriyanti (12 01 01 016) 6. Josafin Immanuel S. (12 01 01 025) 7. Lia Lestari (12 01 01 027) 8. M. May Endi (12 01 01 029) 9. Melsa Novi Daryanti (12 01 01 031) 10. Rena Apri Wulandari (12 01 01 040) 11. Sintya Lara Marista (12 01 01 046) Kelas : S-1 Reg Far A 1

Upload: niza-aditya

Post on 13-Aug-2015

197 views

Category:

Health & Medicine


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: skizofrenia

MAKALAH

FARMAKOTERAPI

SKIZOFRENIA

DISUSUN OLEH :

Kelompok : II (Dua)

1. Andrean Revinaldy (12 01 01 003)

2. Annisa Gustina (12 01 01 005)

3. Deby Apriyanti (12 01 01 010)

4. Desi Trisiah (12 01 01 013)

5. Eka Sri Febriyanti (12 01 01 016)

6. Josafin Immanuel S. (12 01 01 025)

7. Lia Lestari (12 01 01 027)

8. M. May Endi (12 01 01 029)

9. Melsa Novi Daryanti (12 01 01 031)

10. Rena Apri Wulandari (12 01 01 040)

11. Sintya Lara Marista (12 01 01 046)

Kelas : S-1 Reg Far A

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFI)

BHAKTI PERTIWI

PALEMBANG

1

Page 2: skizofrenia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan variasi

penyebab (banyak yang belum diketahui), dan perjalanan penyakit (tak selalu

bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pengaruh

genetik, fisik, dan sosial budaya (Kaplan and Sadock, 2010).

Skizofrenia merupakan gangguan mental yang sangat berat. Penyakit ini

menyerang 4 sampai 7 dari 1000 orang (Saha et al, 2005). Skizofrenia biasanya

menyerang pasien dewasa yang berusia 15- 35 tahun. Diperkirakan terdapat 50

juta penderita di dunia, 50% dari penderita tidak menerima pengobatan yang

sesuai, dan 90% dari penderita yang tidak mendapat pengobatan tepat tersebut

terjadi di negara berkembang (WHO, 2011). Di Indonesia, prevalensi gangguan

jiwa berat (skizofrenia) sebesar 0,46%. Sulawesi Tengah menempati peringkat

pertama dari provinsi lain yang berada di Sulawesi dengan penderita skizofrenia

sebesar 0,53%. (RISKESDAS, 2008).

Skizofrenia biasanya berkembang pada masa remaja akhir atau dewasa

awal, tepat pada saat orang mulai keluar dari keluarga menuju dunia luar (Cowan

& Kandel, 2001; Harrop & Tower, 2001). Orang yang mengidap skizofrenia

semakin lama semakin terlepas dari masyarakat. Mereka gagal untuk  berfungsi

sesuai peran yang diharapkan sebagai pelajar, pekerja, atau pasangan, dan

keluarga serta komunitas mereka menjadi kurang toleran terhadap perilaku

mereka yang menyimpang. Gangguan ini biasanya berkembang pada akhir masa

2

Page 3: skizofrenia

remaja atau awal usia 20 tahun-an, pada masa di mana otak sudah mencapai

kematangan yang penuh. Pada sekitar tiga dari empat kasus, tanda-tanda pertama

dari skizofrenia tampak pada usia 25 tahun (Keith, Reiger & Rae, 1991).

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah pengertian skizofrenia ?

b. Apa saja etiologi, patofisiologi, gejala, klasifikasi, diagnosa dari

skizofrenia ?

c. Bagaimana terapi dan penatalaksanaan pasien skizofrenia ?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian skizofrenia.

b. Untuk mengetahui etiologi, patofisiologi, gejala, klasifikasi, diagnosa

dari skizofrenia

c. Untuk mengetahui bagaimana terapi dan penatalaksanaan pasien

skizofrenia.

3

Page 4: skizofrenia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya terbagi,

terpecah dan phrenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau terpecah.

(Rudyanto, 2007).

Menurut Eugene Bleuler, skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang

terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses pikir, perasaan

dan perbuatan (Maramis, 1998 : 217).

Eugene Bleuler juga mengemukakan bahwa manifestasi primer skizofrenia

ialah gangguan pikiran, emosi menumpul dan terganggu. Ia menganggap bahwa

gangguan pikiran dan menumpulnya emosi sebagai gejala utama daripada

skizofrenia dan adanya halusinasi atau delusi (waham) merupakan gejala sekunder

atau tambahan terhadap ini (Lumbantobing, 2007).

2.2 Etiologi

Penyebab skizofrenia tidak diketahui. Kemungkinan besar, setidaknya ada 2

faktor risiko, yaitu genetik dan perinatal. Selain itu, faktor lingkungan sosial juga

dapat meningkatkan resiko penyakit ini.

a. Faktor genetik

Resiko skizofrenia meningkat pada keluarga biologis penderita

schizophrenia. Resiko schizophrenia di keluarga inti dari penderita skizofrenia

4

Page 5: skizofrenia

adalah 10%. Jika kedua orang tua memiliki skizofrenia, resiko skizofrenia pada

anak mereka adalah 40%. Kesesuaian untuk skizofrenia adalah sekitar 10% untuk

kembar dizigot dan 40-50% untuk kembar monozigot.

b. Faktor perinatal

Wanita yang kekurangan gizi atau yang memiliki penyakit virus tertentu

selama kehamilan mereka mungkin berada pada resiko lebih besar melahirkan

anak yang kemudian mengembangkan skizofrenia.

c. Penggunaan Narkoba

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa penggunaan ganja berat pada remaja

berusia 15-17 tahun dapat mempercepat timbulnya psikosis pada mereka yang

beresiko tinggi untuk pengembangan gangguan psikotik.

d. Epidemiologi

Amerika Serikat dan statistik internasional

Prevalensi seumur hidup skizofrenia secara umum telah diperkirakan sekitar

1% di seluruh dunia. Perkiraan prevalensi dari negara dianggap paling maju

secara signifikan lebih rendah dibandingkan dari negara digolongkan sebagai

negara berkembang atau dikembangkan.

e. Demografi usia

Timbulnya skizofrenia biasanya terjadi antara remaja akhir dan pertengahan

30-an. Untuk laki-laki, usia puncak onset untuk episode psikotik pertama adalah

pada awal dan pertangahan 20-an, untuk wanita, pada 20-an akhir. Pada awal 5-10

tahun penyakit dapat memuncak, tapi periode awal ini biasanya diikuti oleh

5

Page 6: skizofrenia

banyak gejala. Gejala positif berlebihan dapat menimbulkan gejala kognitif dan

gejala negative.

f. Demografi jenis kelamin

Prevalensi skizofrenia sama pada pria dan wanita. Manifestasi klinis pada

wanita lebih rendah dibandingkan pria, ini disebabkan karena adanya pegaruh

antidopaninergik dari esterogen.

2.3 Patofisiologi

Patofisiologi skizofrenia adalah sebagai berikut :

a. Kelainan anatomi

Studi neuroimaging menunjukkan adanya perbedaan antara otak pasien

skizofrenia dan yang tidak mengidap skizofrenia. Misalnya, ventrikel yang agak

lebih besar, ada penurunan volume otak di daerah medial temporal, dan perubahan

terlihat pada hippocampus.

b. Kelainan sistem neurotransmitter

Diperkirakan terjadi pada skizofrenia. Obat antipsikotik yang efektif,

adaalah klorpromazin dan reserpin, yang secara struktural berbeda satu sama lain,

tetapi keduanya bersifat antidopaminergic. Obat-obatan yang mengurangi tingkat

penembakan dopamin mesolimbic D2 neuron yang antipsikotik, dan obat-obatan

yang merangsang neuron ini (misalnya, amfetamin) memperburuk gejala psikotik.

c. Peradangan dan fungsi kekebalan tubuh

Fungsi kekebalan terganggu dalam skizofrenia. Aktivitas berlebih dari

sistem kekebalan tubuh (misalnya, dari infeksi prenatal atau stres setelah

6

Page 7: skizofrenia

melahirkan) dapat mengakibatkan kelebihan sitokin inflamasi dan perubahan

struktur dan fungsi otak.

2.4 Gejala

Gejala-gejala skizofrenia adalah sebagai berikut :

a. Gejala positif

Ialah gejala psikotik, seperti halusinasi, masalah pendengaran, delusi dan

bicara serta berperilaku tidak teratur.

b. Gejala negatif

Ialah penurunan emosi, sedikit berbicara (banyak diam), dan kehilangan

minat dan semangat serta memiliki inersia yang luar biasa.

c. Gejala kognitif

Ialah berkurangnya neurokognitif (misalnya, berkurangnya ingatan

(memori), perhatian dan berkurangnya fungsi eksekutif, seperti kemampuan untuk

mengatur dan menyimpulkan, pasien juga merasa sulit untuk memahami nuansa ,

syarat interpersonal dan hubungan.

d. Gejala mood

Ialah sering tampak ceria atau sedih dengan cara yang sulit dimengerti dan

sering mengalami depresi.

2.5 Klasifikasi

Menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, Edisi Keempat

(DSM-IV) Skizofrenia dapat dibedakan menjadi 5 tipe yaitu sebagai berikut :

7

Page 8: skizofrenia

a. Tipe Disorganisasi (DSM-IV Hal. 288, 295.10)

Pada pasien ditemukan :

- Efek tumpul, ketolol-tololan atau tidak serasi

- Sering inkoheren

- Waham tidak sistematis, menyeringai dan manerisme yang aneh sangat

sering ditemui.

b. Tipe Katatonik (DSM-IV Hal. 289, 295.20)

Pasien mempunyai paling sedikit satu (atau kombinasi) dari beberapa

bentuk karatonia :

- Stupor katatonik atau mutisme : Pasien tidak berespons terhadap lingkungan

atau orang. Walaupun penampilan klinisnya demikian, pasien sering

menyadari hal-hal yang sedang berlangsung di sekitarnya.

- Negativesme katatonik : Pasien melawan semua perintah-perintah atau

usaha-usaha fisik untuk menggerakkan dirinya.

- Rigiditas katatonik : Pasien secara fisik sangat kaku.

- Postur katatonik : Pasien mempertahankan posisi yang tidak biasa atau aneh.

- Kegembiraan katatonik : Pasien sangat aktif dan gembira. Mungkin dapat

mengancam jiwanya (misal, karena kelelahan).

c. Tipe Paranoid (DSM-IV Hal. 287, 295.30)

Tipe ini paling stabil dan paling sering dan biasanya terjadi lebih lambat

dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia lain. Pasien harus menunjukkan

danya waham yang konsisten, sering berupa waham paranoid, bisa atau tidak

bertindak terhadap waham tersebut. Pasien sering tidak kooperatif dan sulit untuk

8

Page 9: skizofrenia

bekerjasama, dan dapat menjadi agresif, marah, atau ketakutan, tetapi pasien

jarang sekali memperlihatkan perilaku inkoheren atau disorganisasi.

d. Tipe yang Tidak Terdiferensiasi (DSM-IV Hal. 289, 295.90)

Pasien mempunyai halusinasi yang menonjol, waham, dan gejala-gejala

psikosis aktif yang menonjol (misal, kebingungan, inkoheren), tetapi tidak

terdapat gambaran spesifik tiga subtype sebelumnya.

e. Tipe Residual (DSM-IV Hal. 290, 295.60)

Pasien dalam keadaan remisi dari psikosis akut tetapi masih memperlihatkan

gejala-gejala residual (misal, penarikan diri secara sosial, afek datar atau tidak

serasi, perilaku eksentrik, asosiasi melonggar, dan pikiran tidak logis).

2.6 Diagnosa

Skizofrenia tidak terkait dengan hasil laboratorium yang khas.

Kriteria diagnostik :

Menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, Edisi Kelima,

(DSM-V), memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia, pasien harus

mengalami setidaknya 2 dari gejala berikut :

- Delusi

- Halusinasi

- Bicara tidak teratur

- Perilaku tidak terorganisir atau katatonik

- Gejala Negatif

9

Page 10: skizofrenia

Setidaknya 1 dari gejala harus adanya delusi, halusinasi atau bicara tidak

teratur. Tanda-tanda gangguan tersebut terus menerus harus bertahan selama

minimal 6 bulan, di mana pasien harus mengalami setidaknya 1 bulan gejala aktif

(atau kurang jika berhasil diobati), dengan masalah kerusakan sosial atau

pekerjaan yang terjadi sangat sering. Masalah-masalah ini harus tidak disebabkan

kondisi lain.

2.7 Obat Golongan Antipsikotik

Obat golongan antipsikotik terbagi menjadi 2 generasi adalah sebagai

berikut :

a. Obat Golongan Antipskotik Generasi Pertama

Obat golongan antipskotik generasi pertama adalah sebagai berikut :

1) Klorpromazin Hidroklorida

Indikasi :

Skizofrenia dan psikosis lain, mania, terapi tambahan jangka pendek pada

ansietas berat, agitasi psikomotor, eksitasi dan perilaku kekerasan dan

impulsive yang berbahaya, antiemetik, penggunaan prabedah.

Kontra Indikasi :

Koma karena depresan SSP, depresi sumsum tulang belakang, hindari

feokromositoma, gangguan hepar dan ginjal berat.

Peringatan :

Penyakit kardiovaskular dan serebovaskuler, penyakit pernafasan,

parkinsonisme, epilepsi, infeksi akut, hamil, menyusui, gangguan hepar dan

ginjal, riwayat sakit kuning, leucopenia, hipotiroidisme, miastenia gravis,

10

Page 11: skizofrenia

hipertrovi prostat, glaucoma sudut sempit, hati-hati pda usia lanjut, hindari

pemutusan obat tiba-tiba, setelah injeksi intramuskuler pasien harus tetap

tidur selama 30 menit.

Efek Samping :

Gejala ektrapiramidal, tardive diskinesia, hipertermia (kadang-kadang

panas), mengantuk, apatis, pucat, mimpi buruk, insomnia, depresi, agitasi,

perubahan pola EKG, kejang, gejala antimuskarinik yang terdiri atas : mulut

kering, hidung tersumbat konstipasi, kesulitan buang air kecil, dan

pandangan kabur, gejala kardiovaskuler yang meliputi : hipotensi, takikardia

dan aritmia. Terjadi perubahan EKG, pengaruh endokrin seperti gangguan

menstruasi, galktore, ginekomasti, impotensia, dan perubahan berat badan.

Terjadi reaksi sensitivitas seperti agranulositosis, leucopenia, leukositosis

dan anemia hemolitik, fotosensitisasi, sensitisasi kontak dan ruam, sakit

kuning dan perubahan fungsi hepar, sindrom neuroleptik maligna, sindrom

menyerupai lupus eritematosus juga dilaporkan. Perubahan pada lensa dan

kornea, pigmentasi kulit, korne, konjungtiva dan retina. Pigmentasi

keunguan pada kulit, kornea, konjungtiva dan retina. Injeksi intramuskuler

mungkin nyeri, menyebabkan hipotensi dan takikardia.

Sediaan Beredar :

Klorpromazin (generic) Tablet 25mg, 100mg. Largactik (Rhone Poulene

Indonesia) Tablet 25mg, 100mg, Largazine (Soho) Tablet 25mg,100mg.

Meprosetil ( Meprofarm) Tablet 25mg, 100mg, Promactil ( Combiphar)

Tablet 25mg, 100mg.

11

Page 12: skizofrenia

2) Flufenazin Hidroklorida

Indikasi :

Skizofrenia dan psikosis lain, mania, terapi tambahan jangka pendek pada

ansietas berat, agitasi psikomotor, eksitasi dan perilaku kekerasan dan

impulsive yang berbahaya.

Kontra Indikasi :

Koma, depresi, gejala kardiovaskuler, hipersensitif, diskrasia darah.

Peringatan :

Gejala kardiovaskuler, asma, hipoglikemik, hipertrofi prostat, gejala

parkinson.

Efek Samping :

Gejala ektrapiramidal terutama distonia dan akatisia lebih sering.

Sediaan Beredar :

Anatensol (squibb Indonesia ) Tablet 2,5mg, 5mg.

3) Metotrimeprazin / Levomepromazin

Indikasi :

Psikosis, neurisis, melankolia, konndisi depresi, skizofrenia, halusinasi

kronik, agitasi psikomotor, binggung, nyeri berat yang sulit diobati,

premedikasi anestesi, sedasi paska operassi.

Kontra Indikasi :

Koma, depresi SSP, diskrasia darah, gangguan hepar berat.

Peringatan :

Kelainan Kardiovaskuler, glaukoma, hipertrofi prostat, dapat meggangu

mekanisme regulasi teperatur.

12

Page 13: skizofrenia

Efek Samping :

Mengantuk, gejala ektrapiramidal, agranulositosis, sakit kuning kolestatik,

fotosensitisasi, reaksi alergi.

Sediaan Beredar :

Nozinan (Rhone Indonesia) Cairan injeksi 25mg/ml, Tablet 25mg, 100mg.

b. Obat Golongan Antipskotik Generasi Kedua

Obat golongan antipskotik generasi kedua adalah sebagai berikut :

1) Klozapina

Indikasi :

Skizofrenia pada pasien yang tidak bereaksi, atau intoleran, terhadap obat-

obat antipsikotika konvensional.

Kontra Indikasi :

Penyakit jantung berat, riwayat netropenia atau agranulositosis yang

diinduksi oleh obat, gangguan sumsum tulang, alkoholik dan psikosis toksik

intoksikasi obat, koma atau depresi SSP berat, epilepsi yang tidak

terkontrol, kehamilan dan menyusui.

Peringatan :

Pemberian awal harus diberikan kepada pasien rawat inap di rumah sakit.

Jumlah leukosit dan darah difensial harus normal sebelum pengobatan dan

harus dipantau setiap minggu selama 18minggu pertama, kemudian

setidaknya 2minggu sekali. Pasien yang telah menggunakan klozapin

selama 1tahun atau lebih dan hitung darahnya stabil, pemantauan darah bias

dikurangi menjadi 4minggu sekali, hindari obat-obat yang menekan

leukopoesis seperti kotrimoksazol dan karbamazepin (secara berangsur

13

Page 14: skizofrenia

kurangi neuroleptika konvensional sebelum memulai pengobatan dengan

klozapin). Hentikan pengobatan jika jika jumlah leukosit dibawah

3000/mm3 atau jumlah netrofil mutlak dibawah 1500/ mm3, pasien harus

melaporkan adanya infeksi apapun.

Efek Samping :

Dengan efek sedasi yang lebih rendah dan sering timbul gejala

antimuskarinik, gejala ekstrapiramidal mungkin jarang terjadi, neutropenia

dan agranulositosis yang bias berakibat fatal, demam, sakit kepala, pusing,

hipersalivasi, tidak bias menaan buang air kecil, priapismus, perikarditis,

miokarditis, delirium, hipotensi jarang terjadi, jantung dan pernapasan

(tetapi dilaporkan terjadinya hipertensi).

Sediaan Beredar :

Clozaril (Novartis Indonesia) Tablet 100 mg.

2) Risperidon

Indikasi :

Skizofrenia akut dan kronik.

Peringatan :

Penyakit kardiovaskuler, bila terjadi hipotensi, dosis diturunkan, infusiensi

ginjal dan hepar, usia lanjut, parkinsonisme, epilepsy, mengemudi atau

menjalankan mesin, hamil, menyusui.

Efek Samping :

Insomnia, agitasi, asietas, nyeri kepala, pusing somnelens, lesu, dispesia,

mual, nyeri abdomen, gejal ekstrapiramidal.

14

Page 15: skizofrenia

Sediaan Beredar :

Risperdal (Johnson & Johnson Indonesia) Tablet 1 mg, 2 mg, 3 mg.

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien skizofrenia dapat dilakukan dengan terapi sebagai

berikut :

a. Terapi Awal

Tujuan terapi selama 7 hari pertama adalah menurunkan agitasi, rasa

curiga, kecemasan dan agresi serta mengembalikan pola makan dan

tidur.

Setelah 1 minggu diberi dosis yang stabil, dapat dipertimbangkan

untuk dilakukan peningkatan dosis. Jika tidak ada perbaikan terapi

pada rentang dosis terapeutik selama 3-4minggu maka harus

dipertimbangkan pemberian alternatif antipsikotik lainnya.

Pemberian antipsikotik secara intramuskuler, IM (missal : ziprasidone

10-20mg, olanzapine 2,5-10mg atau haloperidol 2-5mg) dapat

digunakan untuk menurunkan agitasi pada penderita. Namun

pendekatan ini tidak memperbaiki respon terapi, waktu penyembuhan

atau lamanya tinggal di rumah sakit.

Lorazepam intramuskuler 2mg, jika diperlukan dikombinasi dengan

antipsikotik penjagaan dapat lebih efektif dalam mengendalikan

agitasi daripada dilakukan peningkatan dosis antipsikotik.

15

Page 16: skizofrenia

b. Terapi Stabilisasi

Selama minggu ke 2 dan ke 3, tujuan terapi adalah untuk

meningkatankan sosialisasi, kebiasaan untuk merawat diri sendiri dan

kestabilan suasana hati. Perbaikan dalam hal gangguan pemikiran

formal dapat memerlukan tambahan waktu 6 hingga 8 minggu

Kebanyakan penderita memerlukan dosis harian 300 – 1000 mg

ekuivalen klorpromazine (AGP) atau AGK yang biasanya digunakan

pada dosis yang tertera.

Jika gejala tidak menunjukan perbaikan yang memuaskan setelah 8

hingga 12 minggu, maka perlu dicoba strategi yang berbeda.

c. Terapi Penjagaan

Pengobatan harus tetap dilanjutkan setidaknya untuk 12 bulan setelah

membaiknya episode pertama psikotik.

Antipsikotik (khususnya AGP dan klozapin ) harus dikurangi secara

perlahan-lahan sebelum terapi dihentikan untuk menghindari gejala

putus obat yang menyebabkan munculnya efek kolinergik.

Secara umum, ketika hendak mengganti suatu antipsikotik yang satu

ke antipsikotik yang lainnya, antipsikotik yang pertama harus

dikurangi secara bertahap dan dihentikan 1 hingga 2 miggu setelah

antipsikotik yang kedua mulai digunakan sebagai terapi.

Obat antipsikotik mengurangi gejala positif skizofrenia dan mencegah

kambuh. Tidak ada obat antipsikotik yang jelas pilihan untuk skizofrenia.

Clozapine adalah obat yang paling efektif tetapi tidak dianjurkan sebagai terapi

pertama.

16

Page 17: skizofrenia

Pengobatan psikososial sangat penting. Perawatan psikososial terbaik-

dipelajari adalah pelatihan keterampilan sosial, terapi kognitif-perilaku, remediasi

kognitif, dan pelatihan kognisi sosial.

Perawatan psikososial saat ini berorientasi sesuai dengan model pemulihan.

Menurut model ini, tujuan pengobatan untuk orang dengan skizofrenia adalah

sebagai berikut :

• Untuk memiliki sedikit atau stabil gejala

• Tidak dirawat di rumah sakit

• Untuk mengelola dana dan obat-obatan sendiri

• Untuk bekerja atau di sekolah setidaknya setengah-waktu

17

Page 18: skizofrenia

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: skizofrenia

1. Medscape ( http://emedicine.medscape.com/article/288259-overview#aw2aab6b2b4 ) diakses tanggal 24 mei 2015 pukul 14:00

2. Iso Farmakoterapi buku 1 tentang skizofrenia (hal.266-276)3. First M.B, Tasman A. Schizophrenia. In: DSM-IV-TR Classification.

London : Wiley, 2004.

4. Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9., Surabaya:

Airlangga University Press.

5. Lumbantobing. (2007). Skizofrenia. Jakarta : FKUI

6. - Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2.

Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.

- Wagner KD, Brent DA. Depressive Disorders and Suicide. In : Sadock BJ,

Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry

7. RISKESDAS belum dapat

8. Rudyanto, 2007 belum dapat

19