sartika, penggiat ekowisata agusen

4
SARTIKA, PENGGIAT EKOWISATA AGUSEN USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN Oleh: Eha Julaeha Istilah jasa lingkungan (Environmental Services) di- perkenalkan tahun 1970 dalam laporan penelitian masalah-masalah kritis lingkungan yang dilakukan Massachusetts Institute of Technology, USA. Esensi dari jasa lingkungan atau ekosistem adalah bagaima- na lingkungan dikelola untuk memberikan manfaat yang maksimal kepada masyarakat. Ada beberapa jenis jasa lingkungan yang bermanfaat bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat tanpa merusak lingkun- gan itu sendiri, seperti perlindungan air, konservasi keanekaragaman hayati, keindahan alam dan lainn- ya. Dalam kaitan jasa lingkungan untuk melindungi keindahan alam, misalnya dengan mempertahankan dan menjaga kawasan yang memiliki nilai konservasi, nilai historis ataupun membangun kawasan pariwisa- ta yang berwawasan lingkungan Di Aceh, terutama Kabupaten Gayo Lues cukup banyak potensi alam yang memiliki keindahan yang jika dikelola akan bermanfaat bagi kehidupan masya- rakatnya. Salah satunya adalah Agusen suatu gam- pong (kampung/desa) di Kecamatan Blangkejeren. Desa Agusen berjarak 7 km dari lapangan terbang Susi Air dan dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Nilai lebih dari kawasan Agusen adalah hutan yang lebat dengan air sungai yang mengalir deras dan jernih. Sebagian penduduk meyakini bahwa mandi menggunakan air Sungai Agusen dapat menjadi upa- “Berhadapan dengan masyarakat adat tidak bisa dengan sikap otoriter, contohnya jika kita hanya bilang jangan menebang hutan, itu tidak akan berhasil tapi bagaima- na caranya membuat lahan menjadi produktif ” USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

Upload: hadan

Post on 12-Jan-2017

258 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: SARTIKA, PENGGIAT EKOWISATA AGUSEN

SARTIKA, PENGGIAT EKOWISATA AGUSEN

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN

Oleh: Eha Julaeha

Istilah jasa lingkungan (Environmental Services) di- perkenalkan tahun 1970 dalam laporan penelitian masalah-masalah kritis lingkungan yang dilakukan Massachusetts Institute of Technology, USA. Esensi dari jasa lingkungan atau ekosistem adalah bagaima-na lingkungan dikelola untuk memberikan manfaat yang maksimal kepada masyarakat. Ada beberapa jenis jasa lingkungan yang bermanfaat bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat tanpa merusak lingkun-gan itu sendiri, seperti perlindungan air, konservasi keanekaragaman hayati, keindahan alam dan lainn-ya. Dalam kaitan jasa lingkungan untuk melindungi keindahan alam, misalnya dengan mempertahankan dan menjaga kawasan yang memiliki nilai konservasi, nilai historis ataupun membangun kawasan pariwisa-ta yang berwawasan lingkungan

Di Aceh, terutama Kabupaten Gayo Lues cukup banyak potensi alam yang memiliki keindahan yang jika dikelola akan bermanfaat bagi kehidupan masya- rakatnya. Salah satunya adalah Agusen suatu gam-pong (kampung/desa) di Kecamatan Blangkejeren. Desa Agusen berjarak 7 km dari lapangan terbang Susi Air dan dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Nilai lebih dari kawasan Agusen adalah hutan yang lebat dengan air sungai yang mengalir deras dan jernih. Sebagian penduduk meyakini bahwa mandi menggunakan air Sungai Agusen dapat menjadi upa-

“Berhadapan dengan masyarakat adat tidak bisa dengan sikap otoriter, contohnya jika kita hanya bilang jangan menebang hutan, itu tidak akan berhasil tapi bagaima- na caranya membuat lahan menjadi produktif ”

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

Page 2: SARTIKA, PENGGIAT EKOWISATA AGUSEN

ya terapi atas penyakit-penyakit tertentu. Disamping lokasinya cukup bagus untuk berkemah sambil me-nikmati berbagai jenis burung yang ada.

Sehingga tidak salah jika penduduk desa menggam-barkan “Agusen adalah perpaduan antara sungai, lembah hijau, hutan lindung dan aneka satwa liar. Keindahan dan pesona lebatnya hutan berbalut ke-sunyian, bagaikan surga tersembunyi di balik beba- tuan. Walaupun di siang hari matahari menyengat tapi suplai oksigen dari pepohonan di hutan sekitar memberikan kesejukan dan kenyamanan”.

Pesona dari keindahan kawasan Agusen inilah yang membuat Sartika jatuh cinta. Bagi Sartika yang ra- mah, wilayah ini bukanlah sesuatu yang baru kare-na beliau adalah Camat perempuan pertama dan satu-satunya di Negeri Seribu Bukit, Gayo Lues. Kecintaannya pada lingkungan tidak lepas dari hobi- nya yang aktif menulis. Dalam blog pribadinya, ba- nyak tulisannya bertutur soal lingkungan. Kiprahnya saat ini dilatarbelakangi oleh pengalaman pribadinya di masa kecil. Ketika itu, hampir setiap akhir pekan dia pergi menikmati keindahan alam di hutan, beru-pa pepohonan dan berbagai satwa seperti mawas (orangutan) dan hewan langka lainnya. Nampaknya beliau dilahirkan untuk melayani kepentingan mas-yarakat dan lingkungannya.

Sebagai Kepala Wilayah Kecamatan “Sartika Maya- sari Awaluddin, SSTP, MA” merupakan lulusan ter-baik STPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri) tahun 2007. Ketika banyak orang ingin ditu-gaskan di Departemen Dalam Negeri, beliau justru izin kembali ke kampung halaman untuk membangun daerahnya Gayo Lues. Alasannya sangat masuk akal. Mengingat biaya sekolah didapat dari bantuan APBD, Sartika merasa berkewajiban berbuat sesuatu untuk masyarakat sebagai imbalannya. “Mencintai negara adalah separuh dari iman, sehingga tidak salah pula

bila kita menyatakan bahwa mencintai Negeri Seribu Bukit ini adalah separuh dari keimanan yang kita mili-ki” ujarnya.

“Ketika pertama kali ke Agusen saya membayangkan suatu saat nanti daerah ini akan ramai dikunjungi orang dan disana akan ada jalur trekking, lahan parkir, area bersepeda, guest house dan semua kelengkapan wisa-ta lainnya”. Itulah mimpi yang ingin diwujudkannya.

Dengan latar belakang pendidikannya sebagai sar-jana kewilayahan, maka dalam setiap langkah kerja- nya, Sartika selalu memulai dengan kajian untuk me-lihat faktor-faktor pendukung dan penghambat, serta mengidentifikasi pihak yang berkepentingan. Kemu- dian bermusyawarah dengan masyarakat dan perang-kat desa. Beliau berkata “masyarakat adalah kunci dari sebuah program berhasil atau tidak. Karena itu, bagi saya wajib mendengar keluhan, kritikan dan hara-pannya”. Ini ditempuh dengan lebih mendekatkan diri ke masyarakat dengan memanfaatkan pengajian ibu-ibu dan pertemuan dengan bapak-bapak.

Demikian juga yang dilakukannya di Agusen untuk mewujudkan program ekowisata yang diidamkan- nya. Setelah kesepakatan dengan masyarakat dan perangkat desa maka dibentuklah kadarwis (kelom-pok sadar wisata).

Kemudian untuk membekali kemampuan bahasa inggris masyarakat, dibuat program kampung ber-bahasa inggris melalui pelatihan bahasa inggris yang diadakan selama 3 bulan, pagi untuk kelompok ibu, siang untuk anak-anak/para pemuda dan malam hari untuk kaum bapak. Ini penting sebagai bekal ke-tika berkomunikasi dengan wisatan dari luar negeri.

Program lain yang dilakukan dalam mempersiapkan Kampung Agusen sebagai daerah wisata adalah soal kebersihan. Sartika menggerakkan kaum perempuan

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 2

Foto: Sartika (keduan dari kanan) berfoto bersama setelah launching program Kampung Wisata dan Kampung Inggris.

(Lokasi: Jembatan gantung di desa Agusen yang merupakan akses utama untuk meng-hubungkan pemukiman dan perkebunan penduduk)

Page 3: SARTIKA, PENGGIAT EKOWISATA AGUSEN

dan para pemuda untuk mengelola sampah dengan membentuk Bank Sampah. Kegiatan ini diujicoba- kan di Desa Bustanussalam dan telah memiliki 280 nasabah. Programnya adalah menukar sampah pla- stik, kertas dan limbah organik yang kering dengan sembako, pulsa, pembayaran listrik atau pengobatan gratis. Sementara di Agusen, bank sampah baru dibentuk dengan qanun (aturan) yang akan disahkan bulan September 2016. Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Gayo Lues memberikan bantuan tekno- logi pengolah sampah.

Sementara, para pemuda yang menganggur dibina menjadi pelaku usaha ekonomi kreatif. Usaha awal yang dirintis adalah memproduksi serta memasarkan kopi dalam kemasan bermerk Kopi Agusen. Selain sebagai komoditi oleh-oleh, produksi kopi ini juga dipasarkan oleh supermarket terdekat hingga ke Medan dan wilayah Sumatera lainnya. Para pemuda ini tidak terbatas mengolah kopi melainkan pula ak-tif menjadi pemandu (guide) ketika ada wisatawan mancanegara berkunjung.

Impian dan komitmen Sartika untuk menjadikan ka-wasan Agusen sebagai daerah tujuan wisata sudah mulai Nampak, meski jumlah pengunjungnya terba-tas. Misal saja, Program Wisata homebird dengan tarif Rp 300.000/orang, tahun 2015 tercatat ada sekitar 600 wisatawan asing yang berkunjung dan bermalam di hutan selama 1 malam 2 hari.

Kedepan, Sartika berencana membangun wisata kopi dimana turis yang datang akan diminta untuk menanam kopi jenis unggul Longberry dan namanya diabadikan sebagai penanam. Saat ini ada satu hek-tar lahan milik adat yang rencananya akan ditanami dan dijadikan pendapatan bagi masyarakat yang mer-awat, serta sebagai sumber pemasukan bagi PAD (Pendapatan Asli Daerah).

Untuk menunjang kebutuhan para turis, saat ini telah ada fasilitas 4 buah warung makan sederhana. Selain itu, ada lahan wakaf seluas 0.5 hektar untuk mushola

dan MCK. Turis yang ingin tinggal lebih lama dapat menginap di rumah penduduk dengan biaya sewa Rp 100.000 per malam termasuk sarapan. Sudah ada 25 rumah penduduk yang siap menerima tamu (homestay). Sistem homestay mempunyai nilai ting-gi sebagai produk ekowisata dimana seorang turis mendapatkan kesempatan untuk belajar mengenai alam, budaya masyarakat dan kehidupan sehari-hari di lokasi tersebut. Turis dan tuan rumah bisa saling mengenal dan belajar satu sama lain, dan dengan itu dapat menumbuhkan toleransi dan pemahaman yang lebih baik. Homestay juga sesuai dengan tradisi keramahtamahan orang Indonesia.

Foto: Sartika bersama para pemuda dalam pelatihan kiat-kiat promosi ekowisata

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 3

Foto: Sartika dalam ekspedisi akhir pekan

Page 4: SARTIKA, PENGGIAT EKOWISATA AGUSEN

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 4

Keberhasilan program ekowisata ini tak lepas dari dukungan dari masyarakat. Jika masyarakat menen-tang, maka ekowisata Agusen tidak akan pernah ter-wujud “Berhadapan dengan masyarakat adat tidak bisa dengan sikap otoriter, contohnya jika kita hanya bilang jangan menebang hutan, itu tidak akan berha-sil tapi bagaimana caranya membuat lahan menjadi produktif ”.

Jalan perjuangan Sartika tidak selalu mulus. Berbagai kendala dihadapi diantaranya dukungan dan respon yang lambat dari dinas terkait. Termasuk kendala bu-daya, dimana masyarakat masih sulit untuk menerima orang luar dan ide-ide baru. Namun kendala-kendala ini lambat laun bisa diatasi seiring dengan kemajuan ekowisata.

Kini, Desa Agusen dan hutan sekitarnya telah men- jadi tujuan wisata baik bagi turis domestik maupun asing dan sedang terus dibenahi baik dalam segi fasi- litas, jenis produk yang ditawarkan maupun kapasi- tas masyarakatnya. Keberhasilannya telah membuat Sartika didaulat menjadi coach duta wisata yang tentunya dalam setiap kesempatan dapat melaku- kan kampanye wisata Agusen. Putri sulung dari pa- sangan Bapak H.Awaluddin dan Ibu Hj. Umi Selamah ini juga meraih nominasi kedua Citra Kartini Bidang Pemerintahan tingkat Nasional.