referat invaginasi

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Invaginasi artinya prolapsus suatu bagian usus ke dalam lumen bagian yang tepat berdekatan. Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang muda dan dewasa. Kebanyakan ditemukan pada kelompok umur 2-12 bulan, dan lebih banyak pada anak lelaki. Berdasarkan penelitian O’Ryan et al, dari kasus intususepsi di RS Santiago tahun 2000-2001 ditemukan bahwa insidens invaginasi pada pasien berusia kurang dari 12 bulan sebanyak 55 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan untuk usia 0-24 bulan sebanyak 35 per 100.000 kelahiran hidup. Insidens bervariasi dari 1-4 per 1.000 kelahiran hidup. Laki-laki berbanding perempuan 4:1. Invaginasi pada anak biasanya idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Paul Barbette dari Amsterdam mengenalkan istilah invaginasi pada tahun 1674. Pada tahun 1899, Treves mendefinisikannya sebagai prolapsus usus ke dalam lumen yang berdampingan dengannya. Seorang ahli bedah asal Inggris, John Hutchinson adalah orang pertama yang berhasil melakukan operasi pada kasus invaginasi pada tahun 1873. Penelitian melaporkan gejala klinis tersering pada invaginasi adalah muntah (89,5%), nyeri perut dan menangis kuat (89,5%), demam (52,6%), bloody stool (26,3%), massa abdomen (15,8%), hematemesis (10,5%). Serangan Rinitis atau infeksi saluran napas sering kali mendahului terjadinya invaginasi. Invaginasi umumnya berupa 1

Upload: dinarmust

Post on 14-Aug-2015

564 views

Category:

Documents


104 download

DESCRIPTION

referat tentang invaginasi

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT INVAGINASI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Invaginasi artinya prolapsus suatu bagian usus ke dalam lumen bagian yang tepat

berdekatan. Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada

orang muda dan dewasa. Kebanyakan ditemukan pada kelompok umur 2-12 bulan, dan

lebih banyak pada anak lelaki. Berdasarkan penelitian O’Ryan et al, dari kasus intususepsi

di RS Santiago tahun 2000-2001 ditemukan bahwa insidens invaginasi pada pasien

berusia kurang dari 12 bulan sebanyak 55 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan untuk

usia 0-24 bulan sebanyak 35 per 100.000 kelahiran hidup. Insidens bervariasi dari 1-4 per

1.000 kelahiran hidup. Laki-laki berbanding perempuan 4:1. Invaginasi pada anak

biasanya idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Paul Barbette dari Amsterdam

mengenalkan istilah invaginasi pada tahun 1674. Pada tahun 1899, Treves

mendefinisikannya sebagai prolapsus usus ke dalam lumen yang berdampingan

dengannya. Seorang ahli bedah asal Inggris, John Hutchinson adalah orang pertama yang

berhasil melakukan operasi pada kasus invaginasi pada tahun 1873. Penelitian melaporkan

gejala klinis tersering pada invaginasi adalah muntah (89,5%), nyeri perut dan menangis

kuat (89,5%), demam (52,6%), bloody stool (26,3%), massa abdomen (15,8%),

hematemesis (10,5%). Serangan Rinitis atau infeksi saluran napas sering kali mendahului

terjadinya invaginasi. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosaekal yang masuk dan

naik ke kolon asendens serta mungkin terus sampai keluar dari rektum. Invaginasi dapat

mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi

perforasi dan peritonitis.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Invaginasi?

1.2.2 Apakah yang menjadi penyebab dari Invaginasi?

1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari Invaginasi?

1.2.4 Bagaimana manifestasi klinik dari Invaginasi?

1.2.5 Bagaimana cara mendiagnosa Invaginasi?

1.2.6 Bagaimana cara melakukan penatalaksanaan pada Invaginasi?

1.2.7 Bagaimana prognosis pada Invaginasi?

1.2.8 Apa sajakah komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh Invaginasi?

1

Page 2: REFERAT INVAGINASI

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui Definisi dan Etiologi dari Invaginasi

1.3.2 Mengetahui Patofisiologi dari Invaginasi

1.3.3 Mengetahui Manifestasi Klinik dari Invaginasi

1.3.4 Mengetahui Diagnosis pada Invaginasi

1.3.5 Mengetahui Penatalaksanaan pada Invaginasi

1.3.6 Mengetahui Prognosis pada Invaginasi

1.3.7 Mengetahui Komplikasi pada Invaginasi

2

Page 3: REFERAT INVAGINASI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Etiologi Invaginasi

Invaginasi disebut juga intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus masuk

ke dalam segmen lainnya; yang bisa berakibat dengan obstruksi / strangulasi. Umumnya

bagian yang proksimal (intususeptum) masuk ke bagian distal (intususipien). Insidens

penyakit ini tidak diketahui secara pasti, masing – masing penulis mengajukan jumlah

penderita yang berbeda – beda. Kelainan ini umumnya ditemukan pada anak – anak di bawah

1 tahun dan frekuensinya menurun dengan bertambahnya usia anak. Insidens pada bulan

Maret – Juni meninggi dan pada bulan September – Oktober juga meninggi. Hal tersebut

mungkin berhubungan dengan musim kemarau dan musim penghujan dimana pada musim –

musim tersebut insidens infeksi saluran nafas dan gastroenteritis meninggi. Sehingga banyak

ahli yang menganggap bahwa hypermotilitas usus merupakan salah satu faktor penyebab.

Gambar 1 : Invaginasi di usus halus

Sebagian besar etiologi invaginasi pada anak tidak dapat ditentukan atau disebut juga

invaginasi primer. Faktor presipitasi invaginasi pada anak dapat berupa infeksi virus dan

pertumbuhan tumor intestinum. Dahulu, beberapa kasus invaginasi berhubungan dengan

vaksin rotavirus. Rotavirus adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi yang dapat

mengakibatkan terjadinya diare, vomitus, demam, dan dehidrasi. Pada orang dewasa

invaginasi dapat disebabkan oleh tumor jinak maupun ganas saluran cerna, parut (adhesive)

usus, luka operasi pada usus halus dan kolon, IBS (Irritable Bowel Syndrome), dan

3

Page 4: REFERAT INVAGINASI

Hirschsprung. Hipertrofi Payer’s patch di ileum dapat merangsang peristaltik usus sebagai

upaya mengeluarkan massa tersebut sehingga menyebabkan invaginasi. Invaginasi sering

terjadi setelah infeksi saluran napas bagian atas dan serangan episodik gastroenteritis yang

menyebabkan pembesaran jaringan limfoid. Adenovirus ditemukan pada 50% kasus

invaginasi. Invaginasi idiopatik umumnya terjadi pada anak berusia 6 -36 bulan karena tingkat

kerentanannya tinggi terhadap virus. Pada sekitar 5-10% penderita, dapat dikenali hal-hal

pendorong untuk terjadinya intususepsi, seperti appendiks terbalik, divertikulum Meckel,

polip usus, duplikasi atau limfosarkoma. Intususepsi juga dapat terjadi pada penderita kistik

fibrosis yang mengalami dehidrasi.

2.2 Patofisiologi Invaginasi

Invaginasi sekunder biasanya terjadi karena adanya lesi patologis atau iritan pada

dinding usus yang dapat menghambat gerakan peristaltik normal serta menjadi lokus minoris

untuk terjadinya invaginasi. Invaginasi dideskripsikan sebagai prolaps internal usus proksimal

dalam lekukan mesenterika dalam lumen usus distal. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya

obstruksi pada pasase isi usus dan menurunkan aliran darah ke bagian usus yang mengalami

invaginasi tersebut. Akhirnya dapat mengakibatkan obstruksi usus dan peradangan mulai dari

penebalan dinding usus hingga iskemia dinding usus. Mesenterium usus proksimal tertarik ke

dalam usus distal, terjepit, dan menyebabkan obstruksi aliran vena dan edema dinding usus

yang akan menyebabkan keluarnya feses berwarna kemerahan akibat darah bercampur mucus

( red currant stool / strawberry jam ). Jika reposisi intususepsi tidak dilakukan, terjadi

insufisiensi arteri yang akan menyebabkan iskemik dan nekrosis dinding usus yang akan

menyebabkan pendarahan, perforasi, dan peritonitis. Perjalanan penyakit yang terus berlanjut

dapat semakin memburuk hingga menyebabkan sepsis.

4

Page 5: REFERAT INVAGINASI

Gambar 2 : Patofisiologi Invaginasi

Lokasi pada saluran cerna yang sering terjadi invaginasi merupakan lokasi segmen

yang bebas bergerak dalan retroperitoneal atau segemen yang mengalami adhesive. Invaginasi

diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan lokasi terjadinya:

1. Entero-enterika : usus halus masuk ke dalam usus halus

2. Colo-kolika : kolon masuk ke dalam kolon

3. Ileo-colica : ileum terminal yang masuk ke dalam kolon asendens

4. Ileosekal : ileum terminal masuk ke dalam sekum di mana lokus

minorisnya adalah katup ileosekal.

Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon asendens

dan mungkin terus sampai keluar dari rektum.

5

Page 6: REFERAT INVAGINASI

Gambar 3: Laparoskopi pada invaginasi jejuno-jejunal

Pada invaginasi dapat berakibat obstruksi strangulasi. Obstruksi yang terjadi secara

mendadak ini, akan menyebabkan bagian apex invaginasi menjadi oedem dan kaku, jika hal

ini telah terjadi maka tidak mungkin untuk kembali normal secara spontan. Pada sebagian

besar kasus invaginasi keadaan ini terjadi pada daerah ileo – caecal. Apabila terjadi obstruksi

sistem limfatik dan vena mesenterial, akibat penyakit berjalan progresif dimana ileum dan

mesenterium masuk kedalam caecum dan colon, akan dijumpai mukosa intussusseptum

menjadi oedem dan kaku. Mengakibatkan obstruksi yang pada akhirnya akan dijumpai

keadaan strangulasi dan perforasi usus.

2.3 Manifestasi Klinik dari Invaginasi

Secara klasik perjalanan suatu invaginasi memperlihatkan gambaran anak atau bayi

yang semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang baik, tiba – tiba menangis

kesakitan, terlihat kedua kakinya terangkat ke atas, penderita tampak seperti kejang dan pucat

menahan sakit, serangan nyeri perut seperti ini berlangsung dalam beberapa menit. Diluar

serangan, anak / bayi kelihatan seperti normal kembali. Pada waktu itu sudah terjadi proses

invaginasi. Serangan nyeri perut datangnya berulang – ulang dengan jarak waktu 15 – 20

menit, lama serangan 2 – 3 menit. Pada umumnya selama serangan nyeri perut itu diikuti

dengan muntah berisi cairan dan makanan yang ada di lambung, sesudah beberapa kali

serangan dan setiap kalinya memerlukan tenaga, maka di luar serangan si penderita terlihat

lelah dan lesu dan tertidur sampai datang serangan kembali. Proses invaginasi pada mulanya

belum terjadi gangguan pasase isi usus secara total, anak masih dapat defekasi berupa feses

biasa, kemudian feses bercampur darah segar dan lendir, kemudian defekasi hanya berupa

darah segar bercampur lendir tanpa feses.

6

Page 7: REFERAT INVAGINASI

Karena sumbatan belum total, perut belum kembung dan tidak tegang, dengan

demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat invaginasi sebagai suatu massa tumor

berbentuk bujur di dalam perut di bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah atau kiri

bawah. Tumor lebih mudah teraba pada waktu terdapat peristaltik, sedangkan pada perut

bagian kanan bawah teraba kosong yang disebut “Dance’s Sign”. Hal ini diakibatkan caecum

dan kolon naik ke atas, mengikuti proses invaginasi.

Pembuluh darah mesenterium dari bagian yang terjepit mengakibatkan gangguan

venous return sehingga terjadi kongesti, oedem, hiperfungsi goblet sel serta laserasi mukosa

usus, ini memperlihatkan gejala berak darah dan lendir, tanda ini baru dijumpai sesudah 6 – 8

jam serangan sakit yang pertama kali, kadang – kadang sesudah 12 jam. Berak darah lendir ini

bervariasi jumlahnya dari kasus ke kasus, ada juga yang dijumpai hanya pada saat melakukan

colok dubur. Sesudah 18 – 24 jam serangan sakit yang pertama, usus yang tadinya tersumbat

partial berubah menjadi sumbatan total, diikuti proses oedem yang semakin bertambah,

sehingga pasien dijumpai dengan tanda – tanda obstruksi, seperti perut kembung dengan

gambaran peristaltik usus yang jelas, muntah warna hijau dan dehidrasi. Oleh karena perut

kembung maka massa tumor tidak dapat diraba lagi dan defekasi hanya berupa darah dan

lendir. Apabila keadaan ini berlanjut terus akan dijumpai muntah feses, dengan demam tinggi,

asidosis, toksis dan terganggunya aliran pembuluh darah arteri, pada segmen yang terlibat

menyebabkan nekrosis usus, ganggren, perforasi, peritonitis umum, shock dan kematian.

Pemeriksaan colok dubur didapatkan tonus sphincter melemah, mungkin invaginat

dapat diraba berupa massa seperti portio. Bila jari ditarik, keluar darah bercampur lendir.

Perlu diperhatikan bahwa untuk penderita malnutrisi gejala – gejala invaginasi tidak khas,

tanda - tanda obstruksi usus berhari – hari baru timbul, pada penderita ini tidak jelas tanda

adanya sakit berat, defekasi tidak ada darah, invaginasi dapat mengalami prolaps melewati

anus, hal ini mungkin disebabkan pada pasien malnutrisi tonus yang melemah, sehingga

obstruksi tidak cepat timbul. Suatu keadaan disebut dengan invaginasi atipikal, bila kasus itu

gagal dibuat diagnosa yang tepat oleh seorang ahli bedah, meskipun keadaan ini kebanyakan

terjadi karena ketidaktahuan dokter dibandingkan dengan gejala tidak lazim pada penderita.

2.4 Diagnosis Pada Invaginasi

Untuk menegakkan diagnosa invaginasi didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik,

laboratorium dan radiologi. Gejala klinis yang menonjol dari invaginasi adalah suatu trias

gejala yang terdiri dari :

7

Page 8: REFERAT INVAGINASI

1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba – tiba, nyeri bersifat serangan –serangan.,

nyeri menghilang selama 10 – 20 menit, kemudian timbul lagi serangan baru.

2. Teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan bawah, atas

tengah, kiri bawah atau kiri atas.

3. Buang air besar campur darah dan lendir.

Serangan klasik terdiri atas nyeri perut, gelisah waktu serangan kolik, biasanya keluar

lendir campur darah ( red currant jelly / strawberry stool ) per anum yang berasal dari

intususeptum yang tertekan, terbendung, atau mungkin sudah mengalami strangulasi. Anak

biasanya muntah sewaktu serangan, dan pada pemeriksaan perut dapat teraba massa yang

biasanya memanjang dengan batas jelas seperti sosis.

Pada inspeksi, sukar sekali membedakan antara prolapsus rektum dan invaginasi.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan jari di sekitar penonjolan untuk menentukan

ada tidaknya celah terbuka. Selain itu, kadang dapat dilihat gambaran usus / peristaltis usus

pada dinding perut dan didapatkan distensi bila sudah terjadi ileus. Pada Auskultasi

didapatkan bising usus yang meningkat sehingga dapat terdengar metallic sound.

Invaginatum yang masuk jauh dapat ditemukan pada pemeriksaan colok dubur. Ujung

invaginatum teraba seperti portio uterus pada pemeriksaan vaginal sehingga dinamakan

pseudoportio. Jarang ditemukan invaginatum yang sampai keluar dari rektum. Keadaan

tersebut harus dibedakan dari prolapsus mukosa rektum. Pada invaginasi, didapatkan

invaginatum bebas dari dinding anus, sedangkan prolapsus berhubungan secara sirkuler

dengan dinding anus.

Invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan

rontgen dengan pemberian enema barium. Pemeriksaan foto polos abdomen, dijumpai tanda

obstruksi dan massa di kuadran tertentu dari abdomen menunjukkan dugaan kuat suatu

invaginasi. Selain itu, pada foto polos abdomen didapatkan distribusi udara didalam usus

tidak merata, usus terdesak ke kiri atas, bila telah lanjut terlihat tanda – tanda obstruksi usus

dengan gambaran ―air fluid level‖. Dapat terlihat ― free air ― bilah terjadi perforasi. USG

membantu menegakkan diagnosis invaginasi dengan gambaran target sign pada potongan

melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada potongan longitudinal invaginasi. Foto

dengan pemberian barium enema dilakukan jika pasien ditemukan dalam kondisi stabil,

digunakan sebagai diagnostik ataupun terapeutik. Sumbatan oleh invaginatum biasanya

tampak jelas pada foto.

8

Page 9: REFERAT INVAGINASI

Gambar : Air-Contrast enema menunjukkan adanya invaginasi dalam caecum

Kriteria diagnosis invaginasi akut:

1. Invaginasi definitif (pasti invaginasi)

a. Kriteria bedah: ditemukannya invaginasi pada pembedahan

b. Kriteria radiologi: adanya baik gas maupun cairan kontras pada enema pada usus

halus yang berinvaginasi, adanya massa intraabdominal yang dideteksi dengan

USG

c. Kriteria autopsi: ditemukan invaginasi pada otopsi.

2. Mungkin invaginasi (probable)

Memenuhi 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 3 kriteria minor 3.

Possible invaginasi Memenuhi paling sedikit 4 kriteria minor

a. Kriteria mayor pada invaginasi yakni:

- Bukti adanya obstruksi saluran cerna :

a) Riwayat muntah kehijauan

b) Distensi abdomen dan tidak adanya bising usus atau bising usus abnormal

9

Page 10: REFERAT INVAGINASI

c) Foto polos abdomen menunjukkan adanya level cairan dan dilatasi usus halus

- Inspeksi:

a) Massa di abdomen

b) Massa di rectal

c) Prolapsus intestinal

d) Foto polos abdomen, USG, CT menunjukkan invaginasi atau massa dari

jaringan lunak

- Gangguan vaskuler intestinal dan kongesti vena

a) Keluarnya darah per rectal

b) Keluarnya feses yang berwarna red currant jelly

c) Adanya darah ketika pemeriksaan rectum

Adapun kriteria minor untuk invaginasi adalah usia < 1 tahun, laki-laki, nyeri perut,

muntah, letargi, hangat, syok hipovolemik, foto polos abdomen menunjukkan pola gas usus

yang abnormal. Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah leukosit

(leukositosis > 10.000/mm3).

Bila penderita terlambat memeriksakan diri, maka sukar untuk meraba adanya tumor, oleh

karena itu untuk kepentingan diagnosis harus berpegang kepada gejala trias invaginasi.

Mengingat invaginasi sering terjadi pada anak berumur di bawah satu tahun, sedangkan

penyakit disentri umumnya terjadi pada anak – anak yang mulai berjalan dan mulai bermain

sendiri maka apabila ada pasien datang berumur di bawah satu tahun, sakit perut yang bersifat

kolik sehingga anak menjadi rewel sepanjang hari / malam, ada muntah, buang air besar

campur darah dan lendir maka pikirkanlah kemungkinan invaginasi.

2.6 Penatalaksanaan Pada Invaginasi

Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya pertolongan

diberikan, jika pertolongan sudah diberikan kurang dari 24 jam dari serangan pertama maka

akan memberikan prognosis yang lebih baik. Tatalaksana invaginasi secara umum mencakup

beberapa hal penting sebagai berikut:

1. Memperbaiki keadaan umum dengan resusitasi cairan dan elektrolit

10

Page 11: REFERAT INVAGINASI

2. Dekompresi, maksudnya menghilangkan peregangan usus dan muntah dengan selang

nasogastrik / Nasogastric Tube ( NGT) dan pemberian antibiotik berspektrum luas

3. Reposisi, bisa dilakukan dengan konservatif / non operatif dan operatif. Pengelolaan

reposisi hidrostatik dapat sekaligus dikerjakan sewaktu diagnosis rontgen tersebut

ditegakkan. Metode ini dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan

kateter dengan tekanan tertentu. Syaratnya ialah keadaan umum mengizinkan, tidak

ada gejala dan tanda rangsangan peritoneum, anak tidak toksik, dan tidak terdapat

okbtruktif tinggi. Kontraindikasi untuk melakukan reposisi dengan barium enema

adalah adanya tanda obstruksi usus yang jelas baik secara klinis maupun pada foto

abdomen, dijumpai tanda – tanda peritonitis, gejala invaginasi sudah lewat dari 24

jam, dijumpai tanda – tanda dehidrasi berat dan usia penderita diatas 2 tahun. Tekanan

hidrostatik tidak boleh melewati satu meter air dan tidak boleh dilakukan pengurutan

atau penekanan manual di perut sewaktu dilakukan reposisi hidrostatik. Pengelolaan

berhasil jika barium kelihatan masuk ileum.

Hasil reposisi ini akan memuaskan jika dalam keadaan tenang tidak menangis

atau gelisah karena kesakitan oleh karena itu pemberian sedatif sangat membantu.

Kateter yang telah diolesi pelicin dimasukkan ke rektum dan difiksasi dengan plester,

melalui kateter bubur barium dialirkan dari kontainer yang terletak 3 kaki di atas meja

penderita dan aliran bubur barium dideteksi dengan alat floroskopi sampai meniskus

intussusepsi dapat diidentifikasi dan dibuat foto. Meniskus sering dijumpai pada kolon

transversum dan bagian proksimal kolon descendens. Bila kolom bubur barium

bergerak maju menandai proses reposisi sedang berlanjut, tetapi bila kolom bubur

barium berhenti dapat diulangi 2 – 3 kali dengan jarak waktu 3 – 5 menit. Reposisi

dinyatakan gagal bila tekanan barium dipertahankan selama 10 – 15 menit tetapi tidak

dijumpai kemajuan. Antara percobaan reposisi pertama, kedua dan ketiga, bubur

barium dievakuasi terlebih dahulu.

Reposisi barium enema dinyatakan berhasil apabila :

a. Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai

massa feses dan udara.

b. Pada floroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan sebagian

usus halus, jadi adanya refluks ke dalam ileum.

c. Hilangnya massa tumor di abdomen.

11

Page 12: REFERAT INVAGINASI

d. Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta

norit test positif.

Penderita perlu dirawat inap selama 2 – 3 hari karena sering dijumpai

kekambuhan selama 36 jam pertama. Keberhasilan tindakan ini tergantung kepada

beberapa hal antara lain, waktu sejak timbulnya gejala pertama, penyebab invaginasi,

jenis invaginasi dan teknis pelaksanaannya. Sebelum dilakukan tindakan reposisi,

maka terhadap penderita : dipuasakan, resusitasi cairan, dekompressi dengan

pemasangan pipa lambung. Bila sudah dijumpai tanda gangguan pasase usus dan

hasil pemeriksaan laboratorium dijumpai peninggian dari jumlah leukosit maka saat

ini antibiotika berspektrum luas dapat diberikan. Narkotik seperti Demerol dapat

diberikan (1mg/ kg BB) untuk menghilangkan rasa sakit.

Reposisi pneumostatik dengan tekanan udara semakin sering digunakan

karena lebih aman dan hasilnya lebih baik daripada reposisi dengan enema barium.

Jika reposisi konservatif ini tidak berhasil, terpaksa diadakan reposisi operatif.

Pasien dengan keadaan tidak stabil, didapatkan peningkatan suhu, angka

leukosit, mengalami gejala berkepanjangan atau ditemukan sudah lanjut yang ditandai

dengan distensi abdomen, feses berdarah, gangguan sisterna usus yang berat sampai

timbul syok atau peritonitis, pasien segera dipersiapkan untuk suatu operasi. Tindakan

selama operasi tergantung dari penemuan keadaan usus, reposisi manual harus

dilakukan dengan halus dan sabar, juga bergantung kepada keterampilan operator dan

pengalaman operator. Sewaktu operasi akan dicoba reposisi manual dengan

mendorong invaginasi dari oral kearah sudut ileosekal, dorongan dilakukan dengan

hati-hati tanpa tarikan dari bagian proksimal.

Reseksi usus dilakukan pada kasus yang tidak berhasil direposisi dengan cara

manual, bila viabilitas usus diragukan atau ditemukan kelainan patologis sebagai

penyebab invaginasi. Terapi intususepsi pada orang dewasa adalah pembedahan. Pada

intususepsi yang mengenai kolon sangat besar kemungkinan penyebabnya adalah

suatu keganasan. Oleh karena itu, ahli bedah dianjurkan untuk segera melakukan

reseksi, dengan tidak melakukan usaha reposisi. Pada intususepsi dari usus halus harus

dilakukan usaha reposisi dengan hati-hati, tetapi jika ditemukan nekrosis, perforasi,

dan edema, reposisi tidak perlu dilakukan dan reseksi segera dikerjakan. Pada kasus-

kasus yang idiopatik, tidak ada yang perlu dilakukan selain reposisi

12

Page 13: REFERAT INVAGINASI

2.7 Prognosis Pada Invaginasi

Intususepsi pada bayi yang tidak ditangani akan selalu berakibat fatal. Angka

rekurensi pasca reposisi intususepsi dengan enema barium adalah sekitar 10% dan dengan

reposisi bedah sekitar 2-5%; tidak pernah terjadi setelah dilakukan reseksi bedah.

Mortalitas sangat rendah jika penanganan dilakukan dalam 24 jam pertama dan

meningkat dengan cepat setelah waktu tersebut, terutama setelah hari kedua.

2.8 Komplikasi Pada Invaginasi

Invaginasi dapat memutus suplai darah ke daerah usus yang terkena. Jika tifak segera

ditangani, kekurangan suplai darah dapat menyebabkan jaringan dinding usus mati dan

terjadi perforasi. Perforasi adalah salah satu komplikasi serius yang diakibatkan adanya

infeksi dan dapat terjadi peritonitis.

13

Page 14: REFERAT INVAGINASI

BAB III

KESIMPULAN

1. Invaginasi disebut juga intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus masuk ke

dalam segmen lainnya; yang bisa berakibat dengan obstruksi / strangulasi. Umumnya

bagian yang proksimal (intususeptum) masuk ke bagian distal (intususipien).

2. Sebagian besar etiologi invaginasi pada anak tidak dapat ditentukan atau disebut juga

invaginasi primer.

3. Invaginasi dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi pada pasase isi usus dan

menurunkan aliran darah ke bagian usus yang mengalami invaginasi tersebut. Akhirnya

dapat mengakibatkan obstruksi usus dan peradangan mulai dari penebalan dinding usus

hingga iskemia dinding usus. Jika reposisi invaginasi tidak dilakukan, terjadi insufisiensi

arteri yang akan menyebabkan iskemik dan nekrosis dinding usus yang akan

menyebabkan pendarahan, perforasi, dan peritonitis. Perjalanan penyakit yang terus

berlanjut dapat semakin memburuk hingga menyebabkan sepsis.

4. Secara klasik perjalanan suatu invaginasi memperlihatkan gambaran anak atau bayi yang

semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang baik, tiba – tiba menangis kesakitan,

terlihat kedua kakinya terangkat ke atas, penderita tampak seperti kejang dan pucat

menahan sakit, serangan nyeri perut seperti ini berlangsung dalam beberapa menit. Diluar

serangan, anak / bayi kelihatan seperti normal kembali. Pada waktu itu sudah terjadi

proses invaginasi

5. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Beberapa yang khas ditemukan pada invaginasi diantaranya Dance’s Sign, Strawberry

Stool, dan Pseudoportio

6. Tatalaksana invaginasi secara umum mencakup memperbaiki keadaan umum dengan

resusitasi cairan dan elektrolit, dekompresi, dan reposisi

7. Intususepsi pada bayi yang tidak ditangani akan selalu berakibat fatal dan bila tidak

segera ditangani akan menimbulkan perforasi dan peritonitis

14