prposal nukman

Upload: ikhwanadang

Post on 18-Jul-2015

1.002 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROPOSAL SKRIPSI

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENYIMAK CERITA ANAK MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL (FILM KARTUN) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI WRINGINJENGGOT 02 BALAPULANG

Oleh Moh Numan 1402408119

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Skripsi dengan judul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Menyimak Cerita Anak Menggunakan Media Audio Visual (film kartun) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Wringinjenggot 02 Balapulang telah disahkan oleh dosen pembimbing pada:

Hari Tanggal

: :

Tegal, Pembimbing I

Desember 2011

Pembimbing II

Drs. Suwandi, M. Pd. 19581007 198703 1 003

M. Fathurrahman, S. Pd., M. Pd. 19770725 200801 1 008

Mengetahui, Koordinator UPP Tegal

Drs. Akhmad Junaidi

PROPOSAL SKRIPSI

A.

Judul Penelitian Peningkatan Hasil Belajar Menyimak Cerita Anak Menggunakan Media Audio Visual (film kartun) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Wringinjenggot 02 Balapulang

B.

Bidang Kajian Media Pembelajaran Keterampilan Menyimak Bahasa Indonesia

C.

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah menyatakan bahwa standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi siswa untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, dan global (Depdiknas, 2007 :206 ) Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. melalui bahasa manusia saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan

keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia (GBPP SD, 1994 ) Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal

dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia. Seorang melalui bahasa dapat menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. Keterampilan berbahasa sangat penting dimiliki oleh setiap manusia karena bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang dalam berbahasa, maka semakin jelas pula jalan pikiran orang tersebut. Keterampilan berbahasa meliputi empat keterampilan dasar, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Setiap keterampilan mempunyai hubungan erat dengan keterampilan lainnya. Keterampilan tersebut hanya dapat diperoleh dengan cara berlatih sesering mungkin. Keterampilan menyimak berperan penting dalam usaha mempelajari banyak hal apalagi di dunia pendidikan. Guru menyampaikan pelajaran sebagian besar melalui ujaran. Di sinilah keterampilan menyimak diperlukan oleh siswa. Mengingat keterampilan menyimak sangat penting, maka keterampilan menyimak harus diajarkan sejak dini dalam pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Hal ini perlu dilakukan sebagai landasan untuk menuju ke jenjang pendidikan yang selanjutnya. Berdasarkan pengalaman, pengamatan, dan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri Wringinjenggot 02 Balapulang, ternyata banyak siswa yang belum mampu menyimak dengan maksimal. Keterampilan menyimak siswa masih rendah. Hal itu terbukti setelah guru bercerita dan memberikan pertanyaan pada siswa, hanya sedikit sekali siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar. Siswa beranggapan bahwa keterampilan menyimak itu mudah sehingga mereka meremehkan pembelajaran menyimak khususnya menyimak cerita anak.

Penyebab rendahnya kemampuan tersebut tidak terlepas dari akibat penggunaan strategi dan media yang digunakan guru. Metode mengajar guru yang masih biasa saja dan tanpa menggunakan media membuat siswa kurang aktif dan kreatif. Solusi yang digunakan dalam pembelajaran menyimak adalah dengan meningkatkan kegiatan pembelajaran baik dari guru maupun siswa. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, sangatlah menarik untuk diteliti berkaitan dengan pembelajaran kemampuan menyimak dengan memanfaatkan media audio visual (film kartun). Penelitian ini peneliti tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Menyimak Cerita Anak Menggunakan Media Audio Visual (Film Kartun) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pagerwangi 01 Balapulang.

1. Permasalahan Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri Pagerwangi 01 Balapulang diperoleh keterangan bahwa dari 35 siswa diketahui 19 siswa atau 60% siswa mendapat nilai dibawah 70 dan 16 siswa atau sekitar 40% siswa mendapat nilai diatas 70. Hal ini dikarenakan siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan tokoh, sifat tokoh, menentukan latar cerita, dan tema cerita. Selain itu siswa kesulitan menetukan amanat yang terkandung dalam sebuah cerita. Peneliti menemuklan beberapa permasalahan mendasar yang menyebabkan rendahnya hasil pembelajaran menyimak cerita anak yaitu siswa sering menganggap mudah pembelajaran menyimak dan kurang mendapat manfaat dari belajar menyimak sehingga kurang termotivasi untuk belajar. Selain itu juga dikarenakan guru yang masih membelajarkan keterampilan menyimak cerita anak dengan cara yang seadanya tanpa menggunakan media membuat pembelajaran bahasa Indonesia menjadi sesuatu yang membosankan dan menjemuhkan.

2. Identifikasi Masalah Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat diidentifikasi faktor yang menyebabkan permasalah tersebut yaitu: a. Pemahaman siswa masih kurang dalam keterampilan menyimak b. Siswa kurang mendapatkan manfaat dari belajar menyimak cerita anak sehingga kurang termotivasi untuk belajar. c. Guru kesulitan dalam memberikan materi pembelajaran menyimak cerita anak d. Guru belum atau jarang menggunakan media atau fasilitas yang disediakan oleh sekolah.

3. Pembatasan Masalah Karena keterbatasan waktu dan keterbatasan dari penulis, maka penulis membatasi permasalahan ini pada proses pembelajarannya saja khususnya penggunaan media audio visual (film kartun).

4. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam proposal ini adalah Apakah melalui media audio visual (film kartun) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar menyimak cerita anak pada siswa SD Negeri Balapulang?. Pagerwangi 01

5. Pemecahan Masalah Untuk mengatasi permasalahan yang dirumuskan di atas, alternatif tindakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam menyimak cerita anak di kelas V SD Negeri Pagerwangi 01 Balapulang adalah dengan memperbaiki proses pembelajaran yang akan dilakukan dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari minimal 2 siklus, serta

penggunaan media audio visual dalam proses pembelajaran menyimak cerita anak. 6. Tujuan Penelitian Tujuan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Pagerwangi 01 Balapulang.

7. Manfaat Penelitian Penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis. a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan teori pembelajaran sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan dan meningkatkan kualitas hasil pembelajaran, khususnya untuk

mengembangkan keterampilan menyimak cerita anak.

b. Manfaat Praktis 1). Bagi siswa Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar keterampilan menyimak.

2). Bagi guru Penelitian ini akan membantu guru dalam memperbaiki

pembelajaran dan menambah wawasan guru serta membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran keterampilan menyimak. 3). Bagi sekolah Sebagai masukan dalam menyusun program peningkatan kualitas pembelajaran di SD Negeri Pagerwangi 01 Balapulang, khususnya kelas V pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang menyimak cerita anak

D.

Kajian Pustaka

1). Kajian Empiris Menyimak merupakan salah satu keterampilan bahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Siswa yang tidak memiliki keterampilan menyimak yang efektif akan salah memahami atau menafsirkan informasi yang diperoleh. Akibatnya siswa akan memperoleh dan memiliki pengetahuan yang salah. Burhan (dalam Ariani, dkk 2009:2) menjelaskan bahwa kemampuan mendengarkan sangat penting dalam kehidupan anak di masyarakat dalam jabatan apapun dia bekerja. Itulah sebabnya keterampilan menyimak yang baik mutlak dimiliki oleh siswa sebagai kemampuan dasar untuk mempelajari berbagai pengetahuan. Mengingat pentingnya keterampilan menyimak ini, banyak peneliti yang melakukan penelitian guna meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Di antaranya Citraningrum (2009) melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Menyimak Menggunakan Media Audio Visual Animasi pada Siswa Kelas VII D SMP 1 Margasari Kabupaten Tegal. Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan media audio visual animasi, ternyata ada peningkatan pada keterampilan menyimak siswa. Peningkatan ini dibuktikan dengan hasil nilai ratarata kelas dari pratindakan ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 10%. Nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 17,23%. Sedangkan nilai rata-rata kelas dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 29,05% Hasil penelitian mempunyai persamaan yaitu penggunaan media audio visual animasi atau kartun. Perbedaannya pada subjek penelitiannya, penelitian Heni subjeknya siswa SMP sedangkan penelitian ini subjeknya siswa SD. Penelitian menyimak lain dilakukan Mukhlishina (2011). Peningkatan Kemampuan Menyimak Isi Cerita Anak Melalui Penerapan Strategi Direct Listening Thinking Activities (DLTA) pada Siswa Kelas V SDN Pisang Candi 3 Kota Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata aktivitas kemampuan menyimak isi cerita anak siswa mencapai 87,3 dengan kriteria A (baik sekali) pada siklus I dan 93,76 dengan kriteria A (baik sekali) pada siklus II.

Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar kemampuan menyimak isi cerita anak siswa mencapai 55,46 dengan kriteria C (cukup) pada pra tindakan menjadi 68 dengan kriteria B (baik) pada siklus I dan 89,07 dengan kriteria A (baik sekali) pada siklus II. Kesimpulan dari penelitian yaitu bahwa penerapan strategi Direct Listening Thinking Activities (DLTA) dapat meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita anak pada siswa kelas V SDN Pisang Candi 3 Kota Malang. Penelitian ini memiliki persamaan yaitu menyimak cerita. perbedaannya penelitian tersebut menggunakan strategi Direct Listening Thinking Activities (DLTA) sedangkan pada penelitian ini menggunakan media audio visual (film kartun). Berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan maka pada kesempatan ini peneliti akan melakukan penelitian tentang keterampilan menyimak cerita anak. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media audio visual (film kartun). Penelitian yang dilakukan adalah apakah melalui media audio visual (film kartun) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar menyimak pada siswa SD Negeri Pagerwangi 01 Balapulang Penelitian ini sebagai tindak lanjut dari penelitian-penelitian yang sudah ada, dengan tujuan, untuk memberikan pemikiran dan tolak ukur kajian pada penelitian-penelitian lebih lanjut sehingga dapat menambah khasanah

pengembangan pengetahuan mengenai pembelajaran keterampilan menyimak cerita anak dengan media audio visual (film kartun). Dengan media audio visual (film kartun) diharapkan siswa semangat, tidak merasa jenuh dalam pembelajaran. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia yaitu menyimak cerita anak.

2). Kajian Teoritis

2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (2007:206) menyebutkan bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa akan diajarkan empat keterampilan berbahasa yang merupakan catur tunggal keterampilan berbahasa yang saling terkait dan berhubungan. Keempat keterampilan berbahasa tersebut yaitu mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis.

2.2 Keterampilan Menyimak Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian, bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya (Tarigan 1991:4). Sedangkan menurut Kamidjan (dalam Solchan 2008:10.9) menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-sungguh penuh perhatian, pemahaman, apresiatif yang dapat disertai dengan pemahaman makna komunikasi yang disampaikan secara nonverbal. Berdasarkan pengertian menyimak di atas dapat disimpulkan menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-sungguh, penuh perhatian, pemahaman, apresiasi

serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara nonverbal.

2.2.1

Tujuan menyimak Menyimak memiliki tujuan. Tujuan tersebut terkait dengan aktivitas

menyimak. Salah satu aktivitas menyimak adalah memahami pesan yang disampaikan pembicara. Pemahaman pesan dan tanggapan pembicara.

Pemahaman yang dilakukan penyimak meliputi dua aspek yaitu (1) pemahaman pesan dan tanggapan pembicara, (2) tanggapan penyimak terhadap pesan sesuai dengan kehendak pembicara. Berdasarkan aspek tersebut tujuan menyimak dapat diperinci lebih jauh antara lain (a) menyiamak untuk mendapatkan fakta, (b) menyimak untuk menganalisa fakta, (c) menyimak untuk mengevaluasi fakta, (d) menyimak untuk mendapatkan inspirasi, (e) menyimak untuk untuk mendapatkan hiburan, (f) menyimak untuk memperbaiki kemampuan berbicara. Universitas Terbuka,(dalam Solchan 2008 : 10.23) Berdasarkan Standar Isi tujuan menyimak bagi siswa Sekolah Dasar yang terimplisit dalam Standar Kompetensi sebagai berikut: a. Menyimak penjelasan tentang petunjuk denah. b. Menyimak pengumuman dan pembacaan pantun c. Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan d. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan e. Memahami teks dan cerita anak yang dibacakan f. Memahami wacana lisan tentang berita dan drama pendek Berdasarkan Standar Kompetensi di atas dapat dijelaskan tujuan pembelajaran mendengarkan bagi siswa Sekolah Dasar. Adapun tujuannya adalah untuk memahami: a. penjelasan tentang petunjuk denah, b. pengumuman, c. pantun, d. penjelasan narasumber,

e. cerita rakyat, f. cerita tentang suatu peristiwa g. cerita pendek anak, h. wacana lisan, i. berita j. drama pendek.

2.2.2

Jenis-jenis Menyimak Tarigan (dalam Solchan 2008:10.10) membagi jenis menyimak dua

macam, yaitu menyimak ekstensif dan menyimak intensif. 2.2.2.1 Menyimak ekstensif Menyimak ekstensif adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di angkot, di pasar, kotbah di masjid dan sebagainya. Ada beberapa jenis kegiatan menyiamak ekstensif antara lain; (1) Menyimak sosial yaitu menyimak yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, di pasar, di kantor, di stasiun, terminal dan sebagainya. (2) Menyimak sekunder terjadi secara kebetulan. Misalnya, ketika kita sedang belajar, kita tiba-tiba mendengarkan beberapa anggota keluarga yang berada pada ruang lainnya di rumah anda, mendengar suara radio, televise bahkan suara-suara yang ada di sekitar rumah kita. (3) Menyimak estetika disebut juga menyimak apresiatif. Menyimak estetika adalah kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati sesuatu. Misalnya menyimak pembacaan puisi. (4) Menyimak pasif adalah menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa sadar. 2.2.2.2 Menyimak intensif Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan untuk memahami makna yang dikehendaki. Beberapa hal yang berkaitan dengan menyimak intensif antara lain (a) menyimak intensif pada dasarnya menyimak pemahaman, (b) menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi pemikiran dan perasaan yang tinggi, (c) menyimak intensif pada dasarnya memahami bahasa formal dan (d) menyimak imtensif memerlukan produksi materi yang disimak.

Menyimak intensif merupakan salah satu kegiatan menyimak yang terdiri atas beberapa jenis. Jenis-jenis menyimak intensif antara lain adalah (1) menyimak kritis, (2) menyimak konsentratif, (3) menyimak eksploratif (4) menyiamak kreatif (5) menyimak introgatif, (6) menyimak selektif.

2.2.3

Tahapan Menyimak Dalam kegiatan menyimak, ada tahapan yang harus dilakukan oleh

penyimak agar benar-benar memahami informasi yang disimaknya. Tariga, (dalam Ariani 2009:9) menjelaskan tahapan-tahapan menyimak yaitu tahap mendengarkan, tahap memahami, tahap menginterpretasi dan tahap mengevaluasi.

2.2.4

Unsur-unsur Menyimak Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang kompleks karena sangat

bergantung kepada berbagai unsur dasar dan unsur tambahan. Unsur dasar adalah unsur pokok yang dapat menyebabkan timbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur lain. Unsur dasar menyimak itu adalah pembicara, penyimak, bahan simakan, dan bahasa lisan yang digunakan. (Solchan 2008 : 10.15).

2.2.5

Faktor yang Mempengrauhi Menyimak Tarigan, (dalam Ariani 2009:9) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi keberhasilan menyimak yaitu faktor fisik, psikologis, pengalaman, sikap, motivasi, jenis kelamin, dan yang lainnya. Telinga yang kurang sehat karena penyakit atau karena factor usia, akan mempengaruhi proses mendengarkan. Begitu juga bila kita berprasangka buruk atau tidak senang terhadap pembicara, egois terhadap masalah pribadi, berpandangan sempit terhadap isi pembicaraan, kebosanan atau kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian terhadap pokok pembicaraan, dan sikap tidak senang terhadap pembicara akan mempengaruhi proses mendengarkan. Seseorang yang memiliki pengalaman yang luas terhadap isi pembicaraan dan ditambah dengan penguasaan kosa kata yang lebih akan dapat melakukan

proses mendengarkan dengan baik. Sikap menerima atau sikap menolak akan mempengaruhi proses mendengarkan. Orang akan bersikap menerima pada halhal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi ia akan bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini memberi dampak pada pendengar yaitu dampak positif dan negatif. Apabila seseorang yang memiliki motivasi yang kuat untuk mengerjakan sesuatu, maka dapat diharapkan hasilnya sangat memuaskan. Begitu pula halnya dengan mendengarkan. Dalam proses mendengarkan kita melibatkan sistem penilaian diri. Bila kita menilai bahwa isi pembicaraan itu berharga bagi kita, maka kita akan bersemangat mendengarkannya. Gaya mendengarkan seorang pria berbeda dengan gaya seorang perempuan. Gaya mendengarkan seorang pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, mudah dipengaruhi, mudah mengalah dan emosional. Sedangkan gaya mendengarkan seorang perempuan pada umumnya bersifat pasif, lembut, tidak mudah dipengaruhi , mengalah, dan tidak emosi. Oleh karena itu, jenis kelamin dapat mempengaruhi proses mendengarkan.

2.2.6

Metode Pembelajaran Menyimak Untuk meningkatkan keterampilan menyimak, maka diperlukan metode-

metode yang tepat. Adapun metode-metode pembelajaran menyimak antara lain: a. Simak tulis Dalam teknik ini, guru membacakan atau memperdengarkan sebuah wacana singkat (diperdengarkan cukup satu kali). Siswa mendengarkan dengan baik. b. Simak terka Guru mempersiapkan deskripsi tentang suatu benda tanpa menyebutkan nama benda tersebut. Deskripsi itu dibacakan guru, siswa mendengarkan dengan baik kemudian siswa diminta menerka benda tersebut. c. Simak cerita

Guru mempersiapkan sebuah cerita yang menarik, kemudian membacakan cerita tersebut. Siswa mendengarkan dengan baik cerita yang dibacakan guru, kemudian siswa diminta menceritakan kembali cerita tersebut dengan kata-katanya sendiri. d. Bisik berantai Bisik berantai ini dapat digunakan untuk menguji kemampuan daya simak siswa dan kemampuan untuk menyimpan dan menyampaikan pesan kepada orang lain. Bisik berantai ini dapat dilakukan secara berkelompok. Pertama-tama guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa yang bersangkutan disuruh membisikkan kepada siswa yang kedua dan seterusnya, siswa terakhir yang menerima pesan disuruh menuliskan pesan yang diterima di papan tulis atau mengucapkan pesan tadi dengan nyaring di hadapan teman sekelas. e. Identifikasi kata kunci Dalam menyimak suatu kalimat, paragraf atau wacana yang panjang, kita tidak perlu menangkap semua kata-kata tetapi cukup diingat kata-kata kuncinya saja. Kata kunci merupakan inti dari suatu kalimat, paragraph atau wacana yang panjang. f. Identifikasi kalimat topik Setiap paragraf dalam wacana minimal mengandung dua unsur yaitu kalimat topik dan kalimat pengembang. Kalimat topik bisa terdapat di awal, tengah dan akhir paragraph. Setelah selesai menyimak siswa disuruh mencari kalimat topiknya g. Merangkum Mendengarkan bahan simakan yang agak panjang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah melalui merangkum. Merangkum berarti merangkum bahan yang panjang menjadi sesedikit mungkin. Namun, kalimat yang singkat tersebut dapat mewakili kalimat yang panjang h. Prafase

Suatu cara yang digunakan orang dalam memahami isi puisi yaitu dengan cara mengartikan isi puisi dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa. Siswa mendengarkan puisi yang dibacakan oleh guru. Setelah selesai, siswa mengartikan kembali isi puisi dalam bentuk prosa. i. Menjawab pertanyaan Cara lain untuk mengajarkan menyimak yang efektif ialah dengan menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, dan bilamana yang diajukan sesuai dengan bahan simakan.

2.3 Cerita Anak Menurut Titik W.S., dkk (dalam Rosdiana 2008:6.4) bahwa cerita anakanak adalah cerita sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet sehingga komunikatif. Cerita anak-anak harus bercerita tentang kehidupan anak-anak dengan segala aspek yang berada dan mempengaruhi mereka. Cerita anak dikatakan sebagai sesuatu yang kompleks, artinya cerita anakanak dibangun oleh struktur yang tidak berbeda dengan cerita orang dewasa, sebab cerita anak-anak yang sederhana itu tetap harus disusun dengan memperhatikan unsur keindahan atau kemenarikan. Sebuah cerita akan menarik apabila semua elemen kisah atau cerita dibina secara seimbang di dalam struktur yang dapat saling mengisi sehingga tidak terjadi ketimpangan. Rancang bangun cerita anak-anak sangat menentukan menarik tidaknya sebuah cerita anak-anak dan di sinilah letak komplesitas yang tinggi yang terdapat dalam cerita anak-anak dibandingkan dengan cerita orang dewasa.

2.3.1

Ciri-ciri cerita anak Menurut Riris K. Toha Sarumpaet (dalam Rosdiana, 2008:6.5) menuliskan

adanya 3 ciri yang dapat membedakan cerita anak-anak dengan cerita orang dewasa. Ciri-ciri cerita anak tersebut berupa (a) unsur pantangan, (b) penyajian, (c) fungsi terapan a. Unsur pantangan

Unsur pantangan merupakan unsur-unsur yang berhubungan dengan segi isi cerita yang bersifat negatif yang tidak pantas untuk diketahui anak karena unsur-unsur tersebut dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak ke arah yang tidak baik. b. Penyajian Cerita anak-anak harus disajikan secara langsung, tidak berbelitbelit. Dialog dalam cerita anak-anak sangat diperlukan karena dapat membantu pemahaman anak terhadap cerita yang disajikan. Dialog yang diucapkan para tokoh cerita harus wajar dan hidup. c. Fungsi terapan Cerita anak-anak pada umumnya memiliki fungsi terapan. Artinya, cerita anak-anak disusun dengan mengemban misi pendidikan,

pengetahuan, pertumbuhan anak, dan pengalaman tentang hidup.

2.3.2

Jenis-jenis Cerita Anak Jenis-jenis cerita yang cocok untuk anak usia SD dapat dikelompokkan

dalam cerita jenaka, dongeng, fabel, legenda, dan mite atau mitos. a. Cerita jenaka Cerita jenaka merupakan cerita yang mengungkapkan hal ihwal atau tingkah laku seorang tokoh yang lucu. Kelucuan yang diungkapkan dapat berupa karena kebodohan sang tokoh dapat pula karena kecerdikannya. b. Dongeng Dongeng adalah cerita yang didasari atas angan-angan atau khayalan. Di dalam dongeng terkandung cerita yang menggambarkan sesuatu di luar dunia nyata.

c. Fabel Fabel adalah cerita yang menampilkan hewan-hewan sebagai tokoh-tokohnya.

d. Legenda Legenda adalah cerita yang berasal dari zaman dahulu. Cerita legenda bertalian dengan sejarah yang sesuai dengan kenyataan yang ada pada alam atau cerita tentang terjadinya suatu negeri, danau, atau gunung. Contoh Malin Kundang, Batu Menangis, Sangkuriang. e. Mitos Mitos merupakan cerita yang berkaitan dengan kepercayaan kuno, menyangkut kehidupan dewa-dewa atau kehidupan mahluk halus.

2.4 Media Pembelajaran Kata Media berasal dari kata Medium yang berarti perantara atau pengantar dalam menyampaikan pesan komunikasi. Jadi media pembelajaran adalah segala bentuk perantara atau pengantar penyampaian pesan dalam proses komunikasi pembelajaran. (Siddiq, 2008:1-36) Media menurut Soeparno (dalam Djuanda 2006 : 102) adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber kepada penerima. Sedangkan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa agar proses belajar terjadi. Gerlach dan Ely memberikan pengertian media secara luas dan sempit. Adapun media pembelajaran secara luas adalah setiap orang, materi atau peristiwa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Jadi media tidak hanya berupa benda atau alat-alat yang dipakai dalam pembelajaran. Guru yang berlaku sebagai pengajar juga termasuk dalam kategori media. Sedangkan secara sempit Gerlach dan Ely memberikan pengertian media sebagai sarana nonpersonal (bukan manusia) yang digunakan oleh guru yang memegang peranan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2216177pengertianmediapembelajaran/#ixzz1hp3fl5P8) diakses 26/12/2011

Dari beberapa pengertian tentang media di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat atau benda, baik benda hidup atau mati yang dapat digunakan oleh guru dalam menyampaikan pesan yang berupa materi pelajaran kepada siswa dalam pembelajaran Dari berbagai pendapat di atas, jelaslah bahwa pada dasarnya semua pendapat tersebut memposisikan media sebagai suatu alat atau sejenisnya yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran. Keberadaan media dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik. Bila media adalah sumber belajar dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan dapat disebut sebagai media.

2.4.1

Macam-Macam Media Pembelajaran Media secara umum bercirikan tiga unsur pokok, yaitu: suara, visual, dan

gerak. Menurut Rudy Brets, (dalam Asra 2007:5-7) ada 7 (tujuh) klasifikasi media, yaitu: a. Media audio visual gerak, seperti: film bersuara, pita video, film pada televisi, Televisi, dan animasi b. Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara, dan sound slide. c. Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara. d. Media visual bergerak, seperti: film bisu. e. Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu. f. Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio. g. Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri. Klasek, (dalam Asra, 2007:5-5) membagi media pembelajaran sebagai berikut: 1) media visual, 2) media audio, 3) media display, 4) pengalaman nyata dan simulasi, 5) media cetak, 6) belajar terprogram, 7) pembelajaran melalui komputer atau sering dikenal Program Computer Aided Instruction (CAI).

2.4.2

Media Audio Visual Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara

juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media audio dan visual. Media audio visual dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu : 1). Slide Suara Slide suara adalah pengembangan dari slide biasa yang belum menggunakan suara kemudian digabungkan dengan audio yang

berhubungan dengan temanya. Slide suara biasanya berupa power point yang berisi materi pembelajaran disertai dengan suara. 2) Film Nyata Film nyata menggambarkan kejadian tertentu secara lebih hidup, karena diperagakan langsung oleh manusia atau makhluk hidup lainnya dan ditampilkan apa adanya sesuai dengan alur cerita. Film nyata dapat berupa film dokumenter, sinetron, radio vision dan sebagainya. 3) Film Tidak Nyata Secara umum, film tidak nyata juga menggambarkan kejadian tertentu dengan disertai alur cerita. Namun, film tidak nyata termasuk film ringan dan cenderung menghibur. Film kartun dan animasi merupakan film tidak nyata, karena dalam penggambaran cerita tidak diperagakan langsung oleh makhluk hidup.

2.4.3

Film kartun Menurut Sibero (dalam Herdiannanda 2010:16) film kartun dapat disebut juga sebagai film animasi. Film kartun adalah bentuk dari gambar animasi 2 dimensi (2D). Istilah animasi berasal dari bahasa Yunani anima, artinya jiwa atau hidup. Kata animasi dapat juga berarti memberikan hidup sebuah objek dengan cara menggerakkan objek gambar dengan waktu

tertentu. Animasi adalah sebuah rangkaian gambar atau obyek yang bergerak dan seolah-olah hidup Chandra (dalam herdiannanda 2010:16) Animasi tidak hanya digunakan untuk hiburan saja, animasi dapat juga digunakan untuk media-media pendidikan, informasi, dan media pengetahuan lainnya. Film kartun dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Dalam pembelajaran tidak semua film kartun layak dijadikan sebagai media pembelajaran, maka guru sudah seharusnya melakukan proses seleksi terlebih dahulu mana film yang relevan dan layak dijadikan media.

3

Kerangka Berfikir Tujuan pembelajaran bahasa adalah membantu siswa

mengembangkan keterampilan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis. Salah satu keterampilan siswa yang mendasar adalah keterampilan menyimak. Keterampilan tersebut berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, baik di masyarakat maupun di sekolah. Hal ini dikarenakan keterampilan menyimak memiliki pengaruh terhadap keterampilan bahasa lainnya seperti berbicara, menulis dan membaca. Burhan (dalam Ariani 2009:2) menjelaskan bahwa Pelajar atau mahasiswa yang tidak pandai mendengarkan pelajaran/kuliah yang diberikan guru/dosennya akan mendapat kesukaran dalam mengikuti pelajarannya itu, bahkan besar sekali kemungkinannya gagal bagi mereka. Dengan demikian

keterampilan menyimak di sekolah dasar perlu ditingkatkan karena dengan keterampilan menyimak yang baik, siswa akan memiliki dan akan mengaplikasikan keterampilan-keterampilan berbahasa yang baik pula. Selain itu siswa diharapkan akan mencapai hasil belajar yang lebih maksimal. Keterampilan menyimak cerita anak pada siswa kelas IV SDN Wringinjenggot 02 Balapulang belum maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dari siswa maupun dari guru. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah penggunaan media pembelajaran. Selama ini media

pembelajaran menyimak belum digunakan secara maksimal. Dalam proses pembelajaran siswa hanya menyimak pembacaan teks yang dilakukan oleh guru. Hal ini menyebabkan siswa bosan dan kurang semangat dalam mengikuti belajar menyimak dan akhirnya berpengaruh pada penguasaan keterampilan menyimak menjadi rendah dan hasil belajar yang kurang memuaskan. Sehingga akan dilakukan perbaikan pembelajaran pada saat siswa kelas V , yaitu dengan penggunaan media audio visual (film kartun). Dengan penggunaan media audio visual (film kartun) ini diharapkan mampu membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan sehingga siswa dapat berkonsentrasi dalam belajar. Dengan demikian siswa mudah memahami isi yang terkandung dalam cerita anak dan hasil belajar siswa pun dapat meningkat. Selain memberikan perbaikan pada prestasi siswa, penggunaan media audio visual (film kartun) dalam keterampilan menyimak cerita anak juga dapat meningkatkan keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

4

Hipotesis tindakan Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti beranggapan bahwa dengan menggunakan media audio visual (film kartun) dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar menyimak cerita anak pada siswa kelas V SDN Pagerwangi 01 Balapulang.

E. Metode Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek yang diteliti adalah siswa kelas V SD Negeri Pagerwangi 01 Balapulang 2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Pagerwangi 01 Balapulang yang terletak di Desa Pagerwangi Kecamatan

Balapulang Kabupaten Tegal. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 bulan yaitu dari bulan Februari sampai Juni. 3. Faktor yang Diselidiki Dalam penelitian ini, faktor yang diselidiki dan dikaji yaitu Penerapan Media Audio Visual (Film Kartun) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Menyimak Cerita Anak pada Siswa Kelas V SD Negeri Pagerwangi 01 Balapulang. 4. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan minimal 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Yaitu 1 pertemuan pembelajaran dan 1 pertemuan untuk evaluasi. Dalam pelaksanaan setiap siklus melalui empat tahapan yaitu: a. Perencanaan meliputi pengembangan rencana kritis untuk

memperbaiki kesulitan/masalah yang ada. Dalam langkah ini dilakukan analisis masalah dan penyusunan rencana yang sterategis b. Pelaksanaan Tindakan yaitu melakukan tindakan untuk

mengimplementasikan rencana yang telah dibuat. Dalam tahap ini rencana strategis yang telah disusun diimplementasikan pada kelas sesunguhnya. c. Observasi/Pengamatan dilakukan bertujuan mengevaluasi tindakan yang dilakukan dengan metode dan teknik yang sesuai. d. Refleksi yaitu melakukan refleksi terhadap evaluasi terhadap akibat tindakan yang telah dilakukan sebagai dasar pembuatan

perencanaan lebih lanjut. Dalam refleksi dibahas evaluasi terhadap keseluruhan proses dan dampak tindakan, yang dapat mengarahkan pada identifikasi masalah-masalah baru untuk merancang siklus selanjutnya.

5. Siklus Penelitian Secara rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas untuk tiap-tiap siklus adalah:

a. Siklus I 1) Prencanaan 1.1 Mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan

mengembangkan pemecahan masalah. 1.2 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai materi pada saat pelaksanaan siklus I. 1.3 Merancang alat peraga, bahan pembelajaran, dan lembar kegiatan siswa. 1.4 Menyusun lembar aktivitas belajar siswa dan performansi guru 1.5 Menyusun tes formatif

2) Pelaksanaan 2.1 Melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2.2 Mengadakan presensi kehadiran siswa 2.3 Mengadakan apersepsi dengan mengadakan tanya jawab yang mengarah pada materi. 2.4 Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan memberi motivasi. 2.5 Guru memberi penjelasan tentang menyimak cerita anak dengan media audio visual (film kartun). 2.6 Guru memutar film kartun, siswa menyimak dan mencatat hal-hal yang penting. 2.7 Setelah menyimak siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. 3) Observasi/Pengamatan Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pengamatan difokuskan pada: a. Aktivitas siswa: (1) Kehadiran siswa (2) Perhatian dan sungguh-sungguh saat belajar di kelas (3) Keberanian siswa mengajukan pertanyaan (4) Keberanian siswa mengungkapkan hasil kerja/tugas

b. Performansi guru dalam proses pembelajaran (1) Kemampuan guru dalam merancang RPP melalui APKG I (2) Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui APKG II

4) Refleksi Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis semua kegiatan yang dilakukan pada siklus I. analisis dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan aspek-aspek yang diamati pada siklus I. kemudian peneliti merefleksikan hasil analisis tersebut untuk perbaikan pelaksanaan tindakan pada siklus II.

b. Siklus II 1) Prencanaan 1.1) Mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan

mengembangkan pemecahan masalah. 1.2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai materi pada saat pelaksanaan siklus I. 1.3) Merancang alat peraga, bahan pembelajaran, dan lembar kegiatan siswa. 1.4) Menyusun lembar aktivitas belajar siswa dan performansi guru 1.5) Menyusun tes formatif

2) Pelaksanaan Tindakan Tindakan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I dengan memperhatikan saran-saran dari observer tentang kekurangan yang terjadi pada siklus I, guru berusaha memperbaiki kegiatan

pembelajaran pada siklus II.

3) Observasi/Pengamatan Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pengamatan difokuskan pada:

a. Aktivitas siswa (1) Kehadiran siswa (2) Perhatian dan sungguh-sungguh saat belajar di kelas (3) Keberanian siswa mengajukan pertanyaan (4) Keberanian siswa mengungkapkan hasil kerja/tugas

b. Performansi guru dalam proses pembelajaran (1) Kemampuan guru dalam merancang RPP melalui APKG I (2) Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui APKG II

4) Refleksi Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis semua kegiatan yang dilakukan pada siklus II. Analisis dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan aspek-aspek yang diamati pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis ataupun refleksi pada siklus I dan II terhadap hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa, dan performansi guru, maka peneliti akan menyimpulkan apakah hipotesis tindakan tercapai atau tidak. Jika hasil belajar, aktivitas siswa, dan performansi guru sesui indikator (meningkat), maka media audio visual (film kartun) yang diterapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak cerita anak. 6. Data dan Cara Pengumpulan Data a. Sumber data 1. Hasil tes awal sebelum menggunakan media audio visual (film kartun) 2. Hasil tes pada siklus I dan II 3. Hasil pengamatan. Sumber data yang yang dikumpulkan dalam ini berupa data utama dan data pendukung. Sumber utama data adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri

Pagerwangi 01 Balapulang. Sedangkan data pendukung berasal dari teman sejawat yang ikut menjadi observer.

b. Jenis data Jenis data dalam penelitian ini meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari hasil belajar siswa. Data kuantitatif ini berupa hasil tes awal siswa dan hasil pada setiap akhir siklus tindakan. Data kualitatif adalah data yang diperoleh dari pengamatan pada saat proses pembelajaran. Data kualitatif ini berupa hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru.

c.

Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyimak cerita anak. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan siklus II. Teknik non tes digunakan untuk mengetahui respon terhadap pembelajaran menyimak cerita anak melalui audio visual (film kartun). Non tes dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

d.

Instrumen Penelitian 1. Instrumen Tes Instrumen yang berupa tes digunakan untuk mengukur tingkat

kemampuan siswa menyimak cerita anak. Instrumen yang berupa tes berisi soal pilihan ganda yang harus dikerjakan oleh siswa setelah mereka menyimak cerita anak.

Skor penilaian pada soal pilihan ganda menggunakan penskoran tanpa koreksi, yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab benar mendapatkan nilai satu. Sehingga jumlah skor yang diperoleh siswa adalah dengan menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar. Rumusnya sebagai berikut. Skor = Keterangan : B= banyaknya butir yang dijawab benar N= adalah banyaknya butir soal (Poerwanti, 2008:6-3) 2. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Lembar pengamatan akt5ivitas siswa digunakan untuk mengamati dan memperoleh data tentang perilaku siswa saat pembelajaran berlansung. Lembar pengamatan aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel. 1 (skala 0-100)

Tabel lembar pengamatan aktivitas siswa No Nama siswa Kategori perilaku siswa Keterangan

A 1 2 3 4 5 6 7 8

B

c

d

e a. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menyimak cerita anakanak b. Kesungguhan siswa dalam mendengarkan penjelasan dari guru tentang cerita anak c. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung d. Respon siswa ketika diputarkan cerita anakanak (film kartun) e. Siswa bersemangat dalam mengerjakan tes

e.

Alat penilaian kompetensi guru (APKG) Alat penilaian kompetensi guru digunakan untuk mengamati dan

memperoleh data tentang performansi guru dalam pembelajaran. f. Teknik analisi data Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik analisis data secara kuantitatif dan kualitatif. Pengkajian data dilakukan dengan metode kuantitatif untuk pengamatan kinerja siswa dan penilaian hasil kerja siswa. Sedangkan observasi dan hasil wawancara menggunakan metode kualitatif. 1. Data kuantitatif a. Untuk menentukan nilai akhir siswa: NA= keterangan : SP = Skor Prolehan SM = skor maksimal

100 = bobot soal b. Untuk menentukan rata-rata kelas: NR= Keterangan : NR = Nilai rata-rata NA = Nilai Akhir SN = Jumlah siswa c. Menentukan persentase tuntas belajar siswa terhadap materi Persentase Tuntas Belajar = 2. Data Kualitatif Data kualitatif ini diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data observasi dianalisis untuk mengetahui kesulitan siswa selama proses pembelajaran menyimak cerita anak. Data tersebut juga

digunakan untuk merekam kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Analisis dilakukan dengan cara memadukan data secara keseluruhan. Analisis dan pendeskripsian data nontes ini bertujuan untuk mengungkapkan seberapa jauh perkembangan siswa selama proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II g. Indikator keberhasilan Penelitian tindakan kelas ini direncanakan pelaksanaanya minimal dalam 2 siklus tindakan. Namun bila pada hasil evaluasi suatu siklus paling sedikit 75% siswa telah mendapat nilai 7 , maka siklus selanjutnya tidak akan dilaksanakan karena indikator keberhasilan telah tercapai.