praktikum alat ukur listrik.docx edit
TRANSCRIPT
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM ALAT UKUR LISTRIK
Judul Percobaan : Pengukuran Arus dan Tegangan
Asisten : Saiyidah Mahtari, S.Pd
Nama Praktikan :NIM :Kelompok : I
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2012
PERCOBAAN I
Judul : Pengukuran Arus dan Tegangan
Tujuan : 1) Mengukur arus dan tegangan dalam suatu rangkaian
2) Memplot grafik hubungan antara arus dan tegangan
Hari /Tanggal : Jum’at / 2 November 2012
Tempat : Laboratorium FISIKA DASAR FKIP UNLAM.
Banjarmasin.
1. DASAR TEORI
Untuk mengukur kuat aru listrik melalui resistor, amperemeter dipasang
seri dengan resistor. Sedangkan untuk pengukuran tegangan, voltmeter dirangkai
paralel dalam rangkaian, sehingga arus rangkaian akan terbagi menjadi dua yakni
melalui voltmeter dan yang melalui rangkaian yang diukur tegangannya. Untuk
mendapatkan hasil pengukuran akurat, maka idealnya resistansi voltmeter sangat
besar (tak terhingga), sehigga arus yang melewati voltmeter sangat kecil
(mendekati nol). Namun hal ini tidak mungkin hanya perlu diusahakan
resistansi voltmeter jauh lebih besar dan resistansi rangkaian yang diukur
tegangan) (Istiyono, Edi. 2004 : 139).
Untuk mengawasi besaran-besaran yang dijampai dalam operasi,
diperlukan pengukuran-pengukuran. Dalam pengukuran besaran-besaran listrik
misalnya yang kebanyakan menjadi sasaran adalah tegangan, arus, daya dan
energi.
1. Pengukuran Tegangan.
Alat-alat yang digunakan untuk mengukur tegangan dinamai voltmeter.
Karena tegangan adalah perbedaan potensial antara dua titik. maka bila
hendak mengukur tepangan jepit voltmeter harus dihubungkan ketitik-titiK
bersangkutan tersebut. Gambar i.i menunjukkan pengukuran tegangan dalam
voltmeter antara jepitan-jepitan a-b suatu rangkaian yang dihubungkan
dengan suatu sumber tegangan.
Gambar 1.1.
pemutar sistem pengukur. Perbedaan potensial antara titik a dan b adalah
sebanding dengan arus i. Faktor perbandingan ini disebut tahanan alat tersebut
lazimnya dinyatakan dengan R, jadi :
v = I . R
Rumus ini dikenal sebagai Hukum ohm.
Hukum ohm dapat pula ditulis yakni :
1 = V . G
Dengan G= 1R
dan disebut penghantar (konduktansi) bahan tersebut.
2. Pengukuran Arus.
Gambar 1.2
pengukuran tegangan pemasangan amperemeter ini pun mengadakan
perubahan dalam rangkaian. Misalnya rangkaian-rangkaian diluar jepitan
a-b, gambar i.2 diganti dengan sumber tegangan E dengan tahanan dalam ri
yang ekivalen.
Dengan menghubungkan jepitan-
jepitan v ketitik a dan b. maka pada
umumnya mengalirlah arus/melalui
kumparan alat pengukur, yang
diperlukan guna menimbulkan kopel
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
arus disebut amperemeter. Untuk mengukur arus,
haruslah arus yang bersangkutan melalui
amperemeter. Jadi amperemeter haruslah
dipasang seri dengan unsur rangkaian yang dilalui
arus tersebut (gambar 1.2). seperti halnya pada
Maka arus melalui R sebelum amperemeter adalah:
i = E
ri+R
(Tim Dosen Fisika, 2012 ; 1-2)
Berdasarkan Hukum ohm rapat arus sebanding dengan kuat me dan
listrik (E). Secara matematika adalah
J = V. E
Hubungan ini dikenal dengan hukum ohm. Tetapan pembanding J disebut
Konduktivitas listrik. Suatu bahan dengan harga Konduktivitas (J) yang
besar akan mengalirkan arus yang besar pula untuk suatu harga kuat
medan (listrik E). Bahan seperti ini disebut konduktor baliK.
Gambar 1.3
Hukum ohm menyatakan bahwa rapat arus
J = V. E
¿ vl
sehingga arus J . A
¿ Al
. v
Bila tetapan ¿V A
l ditulis ¿
1R
v = I . R
Menyatakan arus sebanding dengan beda potensial. Ternyata berlaku
dalam banyaK Keadaan. Hubungan mi dikenal sebagai Hukum ohm.
(Sutrisno, 1979 - 63).
Misalkan beda potensial pada titik p dan q
adalah v. yaitu v(p) + v(q) = V. Bila medan
listrik dalam logam dapat dianggap
serbasama, kuat medan listrik dalam
logam haruslah E= vl
Bilamana ada listrik bergerak, maka peristiwa ini dikatakan orang”arus
listrik”. Listrik itu mengalir dari suatu titik yang mempunyai tegangan yang
tinggi dan menuju kesuatu titik yang tegangannya relatif lebih rendah. Jadi
dengan demikian ternyata untuk menimbulkan arus listrik ini harus dibutuhkan
adanya perbedaan tegangan untuk memelihara antaranya tegangan dibutuhkan
suatu gaya yang disebut Gaya Gerak Listrik (GGL). Tidak sama bila dapat
dilalui arus listrik, yang dapat dilalui arus listrik disebut penghantar,
sedangkan yang tidak dapat dilalui arus listrik itu disebut osilator.
Amperemeter digunakan untuk mengukur arus dan voltmeter untuk
mengukur beda potensial. Komponen utama yang menyusun sebuah
amperemater dan voltmeter analog adalah sebuah magnet. Sebuah kumparan
skala kalibrasi galvonometer bekerja dengan prinsif gaya antara medan magnet
dan kumparan kawat pembawa arus (Giancolli, 2011 : 116).
Untuk memasang amperemeter dalam suatu rangkaian listrik perlu di
perhatikan tanda (+) atau warna merah dan meninggalkan amperemeter
melalui kutub negatif (diberi tanda negatif) atau warna hitam.
Untuk mengukur kuat arus listrik melalui resistor, amperemeter dipasang
seri dengan resistor. Alat untuk mengukur tegangan listrik adalah voltmeter.
Voltmeter harus dipasang paralel pada komponen listrik yang akan diukur
tegangannya. Untuk memasang voltmeter dalam suatu rangkaian perlu
diperhatikan bahwa titik yang potensiometernya lebih tinggi harus
dihubungkan ke kutub positif (+) ditandai warna merah dan titikyang
potensionya lebih rendah dihubungkan dengan kutub kutub negatif ditandai (-)
atau hitam (Kanginan, 2002 :275).
Arus listrik adalah arus yang berlawanan dengan arah aliran elektron
atau arah yang bermuatan positif seandainya muatan positif dapat mengalir.
Titik dalam suatu kawat penghantar, titik A yangberpotensial lebih tinggi
dari titik B, maka akan terjadi dalam kawat penghantar itu arus listrik mengalir
dari A ke B padahal sebenarnya yang mengalir itu adalah elektron-elektron
dari B ke A. Arus yang mengalir dari A ke B tersebut hanya berlangsung
dalam waktu yang sangat singkat. Arus tersebut berhenti jika potensial antara
A dan B telah sama.
Beda potensial arus listrik disebut juga tegangan listrik yang dengan
simbol V. Untuk mengalirkan muatan listrik A ke B pada suatu penghantar
maka sumber tegangan mengeluarkan tergantung pada banyaknya muatan
listrik yang dipindahkan. Makin banyak muatan listrik yang dipindahkan maka
semakin banyak pula energi yang harus dikeluarkan (Wahyudin, 1994 : 1-2).
Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah penghantar
mampu dialiri elektron bebas secara terus-menerus. Aliran yang terus-menerus
ini yang disebut dengan arus dan sering juga disebut dengan aliran, sama
halnya dengan air yang mengalir pada sebuah pipa.
Tenaga (the force) yang mendorong elektron agar bisa mengalirkan
dalam sebuah rangkaian dinamakan tegangan. Tegangan adalah nilai dari
potensial energi antara dua titik. Ketika kita berbicara mengenai jumlah
tegangan pada sebuah rangkaian, maka kita akan ditujukan pada beberapa
besar energi potensial yang ada untuk menggerakkan elektron pada titik
tersebut dengan titik yang lainnya.
Elektron bebas cenderung bergerak melewati konduktor dengan
beberapa derajat pergesekkan, atau bergerak berlawanan gerak, berlawanan ini
yang bisanya disebut dengan hambatan. Besarnya arus dalam rangkaian adalah
jumlah dari energi yang ada untuk mendorong elektron, dan juga jumlah dari
hambatan dalam sebuah rangkaian untuk menghambat lajunya arus. Sama
halnya dengan tegangan hambatan ada jumlah relative antara dua titik. Dalam
hal ini, banyak tegangan dan hambatan sering digunakan untuk menyatakan
antara atau melewati titik pada suatu titik (http://public-
knowledge.blogspot.com).
II. Alat dan Bahan
1. Voltmeter dan Amperemater : 1 buah
2. Resistor : 1 buah
3. Power Supplay : 1 buah
4. Kabel penghubung : 1 buah
5. Papan rangkaian : 1 buah
III. Prosedur Kerja
1. Menyusun rangkaian seperti dibawah ini
2. Setelah yankin tidak ada kesalahan dalam rangkaian menutup saklar
3. Memperhatikan penunjukkan jarum amperemeter, bila sudah berfungsi dengan
baik memulai pengambilan data dengan mengatur tegangan secara perlahan
0-6 volt.
4. Mengulangi percobaan diatas dengan merubah rangkaian diatas seperti
rangkaian dibawah ini.
5. Membandingkan hasil yang diperoleh
6. Membuat grafik hubungan atara I dan V dari data yang diperoleh kemudian
menentukan R dari grafik yang dibuat tersebut.
7. Menganalisis tingkat ketelitian dari hasil percobaan yang telah ditentukan.
IV. Hasil Pengamatan
Voltmeter
NST =BUJS
∆ V =12
x NST
¿10 v50
=12
x0,2 v=0,1V .
Amperemater
NST =BUJS
∆ A=12
x NST
¿ 100 mA50
=2 mA=12
x2 mA=1 mA .
1. Tabel pengamatan Rangkaian 1
No Sumber Tegangan (VG)Pembacaan
Voltmeter Amperemeter
1 0 V (0,2 ± 0,1) v (2 ± 1 ) mA
2 2 V (1,8 ± 0,1)v (8 ± 1 ) mA
3 4 V (3,4 ± 0,1) (16 ± 1 ) mA
4 6 V (5,0 ± 0,1)v (24 ± 1 ) mA
2. Tabel pengamatan Rangkaian II
No Sumber Tegangan (VG)Pembacaan
Voltmeter Amperemeter
1 0 V (0,2 ± 0,1) v (2 ± 1 ) mA
2 2 V (1,8 ± 0,1)v (8 ± 1 ) mA
3 1 V (3,4 ± 0,1) (16 ± 1 ) mA
4 6 V (5,0 ± 0,1)v (24 ± 1 ) mA
V. Analisa Data
A. Perhitungan
- Kegiatan 1 : Amperemeter dipasang sesudah resistor.
Hasil pengukuran (langsung) variabel bebasnya
a. Tegangan sumber : O V
b. Tegangan
V = V ± ΔV
= (0,2 ± 0,1) V
c. I = I ± ΔI
= (2 ± 1) mA
= (0,002 ± 0,001) A.
Hasil pengukuran (tak langsung) variabel terikatnya adalah nilai hambatan:
R=VI= 0,2
0,002=100 ohm
Ketidakpastian hambatan
=
=
=
=
= 47,141 omh
Ketidakpastian (ralat) relatif
KR = SR
Rx100 %
= 47,141
100x 100% = 47,141% (berhak 2 AP).
DK = 100% - 47,141% = 52,9%.
DF = (R ± SR)
= (1,0 ± 0,4) x 102 ohm
Hasil pengukuran (langsung) variabel bebasnya
a. Tegangan sumber : 2V
b. Tegangan
V = V ± ΔV
= (1,8 ± 0,1) V
c. I = I ± ΔI
= (8 ± 1) mA
= (0,008 ± 0,001) A.
Hasil pengukuran (tak langsung) variabel terikatnya adalah nilai hambatan:
R=VI= 1,8
0,008=225 ohm
Ketidakpastian hambatan
=
=
=
= 20,52 ohm
Ketidakpastian (ralat) relatif
KR = SR
Rx100 %
= 20,52225
x100 % = 9,12% (berhak 3 AP).
DK = 100% - 9,12% = 90,88%.
DF = (R ± SR)
= (225,0 ± 20,5)
Hasil pengukuran (langsung) variabel bebasnya
a. Tegangan sumber : 4V
b. Tegangan
V = V ± ΔV
= (3,4 ± 0,1) V
c. I = I ± ΔI
= (16 ± 1) mA
= (0,016 ± 0,001) A.
Hasil pengukuran (tak langsung) variabel terikatnya adalah nilai hambatan:
R=VI= 3,4
0,016=212,5 ohm
Ketidakpastian hambatan
Ketidakpastian (ralat) relatif
KR = SR
Rx100 %
= 9,79
212,5x100 % = 4,50% (berhak 3 AP).
DK = 100% - 4,60% = 95,4%.
DF = (R ± SR)
= (21,2 x 101 ± 9,5) ohm
Hasil pengukuran (langsung) variabel bebasnya
a. Tegangan sumber : 6V
b. Tegangan
V = V ± ΔV
= (5,0 ± 0,1) V
c. I = I ± ΔI
= (24 ± 1) mA
= (0,024 ± 0,001) A.
Hasil pengukuran (tak langsung) variabel terikatnya adalah nilai hambatan:
R=VI= 5,0
0,024=208,3 ohm
Ketidakpastian hambatan
= 6,41%
Ketidakpastian (ralat) relatif
KR = SR
Rx100 %
= 6,41
208,3x100 % = 3,08% (berhak 3 AP).
DK = 100% - 3,08% = 96,92%.
DF = (R ± SR)
= (20,8 x 101 ± 6,4) ohm
Hasil pengukuran (langsung) variabel bebasnya
a. Tegangan sumber : 0V
b. Tegangan
V = V ± ΔV
= (0,2 ± 0,1) V
c. I = I ± ΔI
= (2 ± 1) mA
= (0,002 ± 0,001) A.
Hasil pengukuran (tak langsung) variabel terikatnya adalah nilai hambatan:
R=VI= 0,2
0,002=100 ohm
Ketidakpastian hambatan
= 47,141 ohm
Ketidakpastian (ralat) relatif
KR = SR
Rx100 %
= 47,141
100x 100 % = 47,141% (berhak 2 AP).
DK = 100% - 47,141% = 52,9%.
DF = (R ± SR)
= (1,0 ± 0,4) x 102 ohm
Hasil pengukuran (langsung) variabel bebasnya
a. Tegangan sumber : 2V
b. Tegangan
V = V ± ΔV
= (1,8 ± 0,1) V
c. I = I ± ΔI
= (8 ± 1) mA
= (0,008 ± 0,001) A.
Hasil pengukuran (tak langsung) variabel terikatnya adalah nilai hambatan:
R=VI= 1,8
0,008=225 ohm
Ketidakpastian hambatan
= 50,52
Ketidakpastian (ralat) relatif
KR = SR
Rx100 %
= 20,52225
x100 % = 9,12 % (berhak 3 AP).
DK = 100% - 9,12% = 90,88%.
DF = (R ± SR)
= (225,0 ± 20,5) ohm
Hasil pengukuran (langsung) variabel bebasnya
a. Tegangan sumber : 4V
b. Tegangan
V = V ± ΔV
= (3,4 ± 0,1) V
c. I = I ± ΔI
= (16 ± 1) mA
= (0,016 ± 0,001) A.
Hasil pengukuran (tak langsung) variabel terikatnya adalah nilai hambatan:
R=VI= 3,4
0,016=212,5 ohm
Ketidakpastian hambatan
= 9,79 ohm
Ketidakpastian (ralat) relatif
KR = SR
Rx100 %
= 9,79
212,5x100 % = 4,60 % (berhak 3 AP).
DK = 100% - 4,60% = 95,4%.
DF = (R ± SR)
= (21,2 x 101 ± 9,7) ohm
Hasil pengukuran (langsung) variabel bebasnya
a. Tegangan sumber : 6V
b. Tegangan
V = V ± ΔV
= (5,0 ± 0,1) V
d. I = I ± ΔI
= (24 ± 1) mA
= (0,024 ± 0,001) A.
Hasil pengukuran (tak langsung) variabel terikatnya adalah nilai hambatan:
R=VI= 5,0
0,024=208,3 ohm
Ketidakpastian hambatan
Ketidakpastian (ralat) relatif
KR = SR
Rx100 %
= 6,41
208,3x100 % = 3,08 % (berhak 3 AP).
DK = 100% - 3,08% = 96,92%.
DF = (R ± SR)
= (20,8 x 101 ± 6,4) ohm
B. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengukur arus dan tegangan serta
memplot grafik hubungan arus dan tegangan. Berdasarkan prosedur kerja
praktikan melakukan 2 kegiatan yaitu pada rangkaian amperemeter dipasang
sesudah resistor dan amperemeter dipasang sebelum resistor. Untuk kedua
kegiatan tersebut menggunakan tegangan sumber sebesar 0-6 volt, dan resistor
yang tetap sebesar 220 ohm.
Hasil pengamatan dan perhitungan yang didapatkan untuk rangkaian 1
1) V0 = (0,2 ± 0,1) V , I0 = (0,002 ± 0,001) A , R0 = (1,0 ± 0,4) x 102 Ω
2) V2 = (1,8 ± 0,1) V , I2 = (0,008 ± 0,001) A , R2 = (225,0 ± 20,5) Ω
3) V4 = (3,4 ± 0,1) V , I4 = (0,016 ± 0,001) A , R4 = (21,2 x 101 ± 9,7) Ω
4) V6 = (5,0 ± 0,1) V , I6 = (0,024 ± 0,001) A , R6 = (20,8 x 101 ± 6,4) Ω
Sedangkan untuk rangkaian II
1) V0 = (0,2 ± 0,1) V , I0 = (0,002 ± 0,001) A , R0 = (1,0 ± 0,4) x 102 Ω
2) V2 = (1,8 ± 0,1) V , I2 = (0,008 ± 0,001) A , R2 = (225,0 ± 20,5) Ω
3) V4 = (3,4 ± 0,1) V , I4 = (0,016 ± 0,001) A , R4 = (21,2 x 101 ± 9,7) Ω
4) V6 = (5,0 ± 0,1) V , I6 = (0,024 ± 0,001) A , R6 = (20,8 x 101 ± 6,4) Ω
Dari kedua kegiatan diatas tegangan sumber diubah-ubah dari 0-6 V
untuk mendapatkan nilai tegangan dan kuat arus listrik yang mengalir dalam
rangkaian. Sedangkan untuk mendapatkan nilai R diperoleh melalui
persamaan :
Ketika tegangan sumber ditambah maka besar tegangan yang diperoleh juga
besar dan arus yang mengalirpun besar. Artinya tegangan sumber sebanding
dengan arus dan tegangan
dan
dan berdasarkan Hukum ohm : V = I . R, artinya tegangan berbanding lurus
dengan arus.
R=VI
Vs ∼ I Vs ∼ V
V ∼ I
Akan tetapi dalam hal ini saat dilakukan perhitungan untuk sebuah tesistor,
nilainya tidak tetap padahal seharusnya nilai tersebut tetap karena pada
percobaan ini hanya menggunakan satu resistor sebesar 220 ohm.
Banyak faktor yang menyebabkan niali dari R berubah-rubah yaitu
kesalahan pada praktikan dimana saat membaca penunjukkan jarum pada alat
ukur posisinya tidak tegak lurus, dapat pula diakibatkan oleh tegangannya
yakni voltage tegangan dan kabel yang digunakan ada yang longgar.
Untuk grafik hubungan antara arus dan tegangan yang didapat pada
percobaan dapat digambar sebagai berikut, dimana kemiringan grafik
menunjukkan besarnya nilai R.
Kegiatan I:
Kegiatan II :
Dari grafik kedua kegiatan diatas dapat dilihat tegangan sebanding
dengan kuat arusnya walaupun kemiringan grafiknya tidak linier.
Dari kegiatan yang dilakukan, pertama amperemeter dalam rangkaian
dipasang sesudah resistor dan kedua amperemeter dipasang sebelum resistor
untuk hasil pengamatan yang didapatkan baik kuat arus dan tegangan sama
karena tidak berpengaruh posisi amperemeter dipasang asalkan dirangkai
secara seri dan voltmeter dirangkai secara paralel.
VI. KOMENTAR
Secara umum praktikum berjalan dengan lancar dini dibuktikan dengan
sikap anggota kelompok dalam menjalankan prosedur kerja sudah sesuai. Dalam
melakukan percobaan praktikan tidak mengalami kesulitan dalam merangkai atau
menyusun rangkaian karena sudah memahami konsep untuk pemasangan
amperemeter dan voltmeter pada rangakain, dan konsep tersebut telah dijelaskan
pada kuliah teori alat ukur listrik. Namun percobaan yang praktikan lakukan tidak
mendapatkan hasil yang maksimal dan terlihat grafik hubungan arus dan
tegangan. Hal ini disebabkan karena kesalahan pada praktikan dimana saat
membaca penunjukkan jarum pada alat ukur posisinya tidak tegak lurus, alat-alat
yang digunakan kurang bekerja dengan baik karena terlalu sering digunakan, dan
kabel-kabel penghubung yang longgar.
Asisten dosen yang membimbing kami cukup jelas dalam menjelaskan
materi pengukuran arus dan tegangan sehingga praktikan dapat menjalankan
prosedur kerja dengan baik.
Alat yang digunakan lengkap, namun ada yang tidak maksimal sehingga
percobaan yang dilakukan kurang maksimal pula. Dalam penggunaan alat
diperlukan adanya ketelitian, faktor konsentrasi juga berpengaruh dalam sebuah
percobaan sehingga dalam percobaan tersebut dapat terarah dan teratur agar
tujuan percobaan dapat dicapai.
VII. KESIMPULAN
1. Pengukuran arus dan tegangan :
a. Pada rangkaian I :
V0 = (0,2 ± 0,1) V , I0 = (0,002 ± 0,001) A , R0 = (1,0 ± 0,4) x 102 Ω
V2 = (1,8 ± 0,1) V , I2 = (0,008 ± 0,001) A , R2 = (225,0 ± 20,5) Ω
V4 = (3,4 ± 0,1) V , I4 = (0,016 ± 0,001) A , R4 = (21,2 x 101 ± 9,7) Ω
V6 = (5,0 ± 0,1) V , I6 = (0,024 ± 0,001) A , R6 = (20,8 x 101 ± 6,4) Ω
b. Pada rangkaian II :
V0 = (0,2 ± 0,1) V , I0 = (0,002 ± 0,001) A , R0 = (1,0 ± 0,4) x 102 Ω
V2 = (1,8 ± 0,1) V , I2 = (0,008 ± 0,001) A , R2 = (225,0 ± 20,5) Ω
V4 = (3,4 ± 0,1) V , I4 = (0,016 ± 0,001) A , R4 = (21,2 x 101 ± 9,7) Ω
V6 = (5,0 ± 0,1) V , I6 = (0,024 ± 0,001) A , R6 = (20,8 x 101 ± 6,4) Ω
2. Grafik hubungan antara arus dan tegangan
a. Pada rangkaian I
b. Pada rangkaian II
DAFTAR PUSTAKA
Gioncolli, Donglas. C. 2001. Fisika Edisi Ke-Lima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Istiyono, Edi. 2006. Sains Fisika Untuk Kelas X. Klaten : Intan Pariwara.
Kanginan, Marthen. 2002. Fisika IB Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
Sutrisno. 1979. Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Tim Dosen Fisika. 2012. Penuntun Praktikum Alat Ukur Listrik. Banjarmasin : UNLAM (tidak dipublikasikan).
Wahyudin, dkk. 1994. Penuntun Belajar Fisika. Bandung : Lubuk Agung.
http://public-knowledge.blogspot.com.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
LABORATORIUM FISIKA
Nama : Kode Percobaan :No. Registrasi : Tanggal Percobaan : Program Studi : Kelompok :
Judul Praktikum
Pengukuran Arus dan Tegangan
LAPORAN SEMENTARA
V- Power Supply Voltmeter Amperemeter0V 10V
50 x 1 = 0,2 V
(0,2 ± 0,1) V.
100 mA50
x 1 = 2 mA
(2 ± 1)mA
2V 10V50
x 9 = 1,8 V
(1,8 ± 0,1) V.
100 mA50
x 4 = 8 mA
(8 ± 1)mA
4V 10V50
x 17 = 3,4 V
(3,4 ± 0,1) V.
100 mA50
x 8 = 16 mA
(16 ± 1) mA
6V 10V50
x 25 = 5 V
(5,0 ± 0,1) V
100 mA50
x 12 = 24 mA
(24 ± 1)mA
Resistor yang digunakan : 220 ohm
Banjarmasin, Asisten Praktikan