polip nasi print

Upload: fauzi-rahman

Post on 14-Apr-2018

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Polip Nasi Print

    1/15

    Polip Nasi

    POLIP NASI

    PENDAHULUANPolip nasi sudah di kenal sejak 4000 tahun yang lalu, melalui pengetahuan

    dari prasasti yang ditemukan pada makam raja-raja Mesir. Polip nasi digambarkan

    sebagai buah anggur yang turun melalui hidung (grapes coming down from the

    nose).Istilah polip berasal dari kata Yunani poly-pous yang berarti berkaki banyak.

    Pada awal perkernbangannya polip nasi sering dihubungkan dengan neoplasma,

    baru pada tahun 1882 Zuckerkandl menyatakan bahwa polip nasi merupakan suatu

    proses inflamasi. Polip nasi ditemukan 1-4 % dari populasi, 36 % penderita dengan

    intoleransi aspirin, 20% pada penderita fibrosis kistik, 7% pada penderita asma.

    Polip nasi lebih banyak ditemukan pada penderita asma non alergi (13%) dibanding

    penderita asma alergi (5%). Polip nasi terutama ditemukan pada usia dewasa, hanya

    kurang lebih 0.1% ditemukan pada anak-anak, lebih sering ditemukan pada laki-

    laki dibanding dengan wanita dengan rasio 2:1 atau 3:1 dan dapat ditemukan pada

    seluruh kelompok ras.1

    ANATOMI HIDUNG

    Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian

    lebih dari biasanya karena merupakan salah satu organ pelindung tubuh yang

    terpenting terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.

    Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dengan

    perdarahan serta persyarafannya. Hidung bagian luar berbentuk piramid dengan

    bagian-bagiannya dari atas kebawah :

    1. Pangkal Hidung

    2. Dorsum Nasi

    3. Puncak Hidung

    4. Ala Nasi

    5. Kolumela

    6. Lubang Hidung ( Nares Anterior )

    1

  • 7/27/2019 Polip Nasi Print

    2/15

    Polip Nasi

    Hidung luar dibentuk pada kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi

    kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan dan

    menyempitkan hidung.

    Kerangka tulang terdiri dari :

    1. Tulang Hidung ( Os. Nasalis )

    2. Prosesus Frontaris ( Os. Maksila )

    3. Prosesus Nasalis ( Os. Frontalis )

    Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang

    terletak dibagian hidung :

    1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior

    2. Sepsang kartilago nasalis lateralis inferior

    3. Kartilago ala minor

    4. Sepasang kartilago lateralis inferior

    5. Kartilago ala minor

    6. Tepi anterior kartilago septum

    Pada hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke

    belakang. Dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi

    kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi dibagian depan disebut nares

    anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (khoana) yang

    menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.

    Septum nasi di bentuk oleh tulang dan tulang rawan. Septum dilapisi oleh

    perikondrium pada bagian tulang rawan. Bagian luar dilapisi mukosa hidung.

    Bagian depan dinding hidung licin yang disebut alat nasi dan dibelakangnya

    terdapat konka-konka yang mengisi sebagian besar dinding lateral hidung. Padadinding lateral terdapat 4 konka, dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu

    konka inferior, konka media, konka superior dan konka supreme. Diantara konka-

    konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit disebut meatus yang

    terdiri dari meatus inferior, meatus media dan meatus superior. Pada meatus

    inferior terdapat muara (astum) duktus nasolakrimalis, pada meatus medua

    terdapat muara sinus frontalis, sinus maksilaris dan sinus etmoid anterior.

    Sedangkan pada meatus superior bermuara sinus etmoid posterior dan

    2

  • 7/27/2019 Polip Nasi Print

    3/15

    Polip Nasi

    sinus sfenoid. Dinding inferior merupakan dasar hidung yang dibentuk oleh os.

    Maksila dan os. Palatum, dinding superior atau atap hidung dibentuk lamina

    kribriformis.2,3

    VASKULARISASI HIDUNG

    Bagian bawah rongga hidung mendapat perdarahan dari cabang a.maksila

    interna diantaranya adalah ujung a.palatina mayor dan a.sfenopalatina yang

    keluar dari foramen sfenopalatina bersama n.sfenopalatina memasuki rongga

    hidung dibelakang ujung posterior konka media.

    Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang-cabang arteri

    fasialis. Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang

    a.sfenopalatina, a.etmoidalis anterior, a.labialis superior dan a.palatina mayor

    yang disebut pleksus Kiessel bach (little area).

    Vena-vena di hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan

    berdampingan dengaan arterinya. Vena di vestibulum daan struktur luar hidung

    bermuara ke v.oftalmikus yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena di

    hidung tidak memiliki katub sehingga merupakan faktor predisposisi untuk

    muahnya penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.2

    PERSYARAFAN HIDUNG

    Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persyarafan sensoris dari

    n.ethmoidalis anterior yang merupakan percabangan dari n. Oftalmikus. rongga

    hidung lainnya, sebagian besar mandapat persyarafan sensoris dari n.maksila

    melalui gaanglion sfenopalatinum. Ganglion sfenopalatinum juga memberi

    persyaarafan vasomotor dan atonom untuk mukosa hidung. Nervus olfaktoriusturun melalui lamina kribrosa dan berakir pada sel-sel reseptor penghidu pada

    mukosa olfaktorius di daerah sepertiga hidung.2

    FISIOLOGI HIDUNG

    Hidung adalah organ yaang dipakai untuk menghangatkan, mengatur

    kelembaban udara pernafasan, untuk penciuman, marasakan makanan yang akan

    dimakan, juga menambah resonansi suara, turut membantu proes bicara dan

    3

  • 7/27/2019 Polip Nasi Print

    4/15

    Polip Nasi

    ferleks nasal. Jika fungsi hidung terganggu oleh suatu penyakit dapat berakibat

    gangguan lokal maupun umum.

    Sebagai jalan nafas baik untuk respirasi dan ekspirasi digunakan naras

    anterior, nasofaring, khoana sebagaisaluran nafas yang dilalui. Sebagai pengatur

    kelembaban udara dilakukan oleh selaput lendir, pengatur suhu dimungkinkan

    karena banyaknya pembuluh darah di bawah epirel dan adanya permukaan konka

    dan septum yang luas sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal.

    Sebagai penyaring dilakukan oleh :

    Rambut (vibrissae) dan vestibulunb nasi

    Silia

    Palut lendir

    Enzim penghancur bakteri (lysozime)

    Sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa olfaktorius. Resonansi

    suara penting untuk kualitas suara ketika berbicara da menyanyi. Pada proses

    bicara, kata dibentuk oleh lidah, bibir dan palatum mole pada pembentukan

    konsonan nasal (m, n, ng ) rogga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole

    turun untuk aliran udara. Refleksi nasal, mukosa hidung merupakan reseptor

    reflek yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan.2

    4

  • 7/27/2019 Polip Nasi Print

    5/15

    Polip Nasi

    Gambar 1. Anatomi Hidung

    DEFINISI

    Polip nasi merupakan massa yang lunak, berwarna putih atau keabu-abuan

    yang terdapat dalam rongga hidung. Pollip berasal dari pembengkakan mukosa

    hidung yang berisi banyak cairan interseluler dan kemudian terdorong kedalam

    rongga hidung oleh gaya berat. Polip dapat timbul dari tiap bagian mukosa hidung

    atau sinus paranasal dan seringkali bilateral.1,3,4,5

    EPIDEMIOLOGI

    Sebuah studi epidemiologi menunjukkan bahwa perbandingan antara polip

    yang menyerang pria 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita. Dengan

    prevalensi sekitar 0.2%-4,3%. Tumor jinak ini yang acapkali bisa bersifat multipel

    atau tumbuh lebih dari satu, sejarah pertama kali mengindentifikasi 4.000 tahun

    yang lalu di Mesir Kuno. Multipel polip biasanya berawal dari cellulae

    ethmoidalis yang kemudian akan memenuhi rongga hidung. Dalam frekuensi yang

    5

  • 7/27/2019 Polip Nasi Print

    6/15

    Polip Nasi

    jauh lebih kecil, massa putih yang tidak mengandung pembuluh darah itu juga

    dapat tumbuh tunggal. Biasanya berasal dari sinus maxillaris yang kemudian akan

    masuk ke dalam choane atau choanal polip.6

    KLASIFIKASI

    Dilihat dari bentuknya, polip terbagi menjadi tiga macam yaitu :

    polip bertangkai (biasanya berubah menjadi ganas)

    polip tidak bertangkai

    campuran dari keduanya.

    Sementara ukurannya, bisa mencapai 1-2 cm, atau lebih dari 2 cm. Polip

    yang ukurannya sudah lebih dari 2 cm, dianggap berbahaya apalagi bila terjadi

    displasia, yaitu perubahan ke arah ganas secara histologis.7

    ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

    Polip nasi biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau

    reaksi alergi pada mukosa hidung. Penyebab pasti dan mekanisme perkembangan

    polip nasi masih belum diketahui.

    Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui dengan

    pasti tetapi tidak ada keragu-raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus

    paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip.

    Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak-anak.

    Pada anak-anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis

    (mucoviscidosis).

    Polip nasi terjadi pada orang yang mempunyai riwayat rhinitis alergika

    atau vasomotor yang berulang-ulang, maka terjadilah perubahan pada mukosa

    hidung, perubahan pembuluh darah, dan juga pembuluh limfe. Keadaan ini akan

    berkembang terjadinya hambatan balik cairan interstitial. Cairan yang terkumpul

    selanjutnya akan menimbulkan semacam bendungan yang bersifat pasif. Dari

    keadaan ini, berkembang menjadi pembengkakan di mukosa hidung. Pada tingkat

    permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terdapat di daerah meatus

    medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler, sehingga mukosa

    yang sembab menjadi polipoid. Makin lama proses ini berlangsung, penonjolan

    6

  • 7/27/2019 Polip Nasi Print

    7/15

    Polip Nasi

    mukosa hidung akan bertambah panjang, sampai pada akhirnya terbentuk tangkai,

    Keadaan ini akan berkembang terjadinya hambatan balik cairan interstitial. Cairan

    yang terkumpul selanjutnya akan menimbulkan semacam bendungan yang bersifat

    pasif. Dari keadaan ini, berkembang menjadi pembengkakan di mukosa hidung.

    Gejala utama berhubungan dengan obstruksi saluran pernapasan hidung. Bila

    proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan

    turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terbentuk

    polip.1,3,4,5

    Gambar 1. Beberapa hipotesis terbentuknya edema pada polip nasi

    GEJALA KLINIS

    Gejala utama yang ditimbulkan polip hidung ialah rasa sumbatan di

    hidung. Sumbatan ini menetap, tidak hilang timbul dan makin lama semakin berat

    7

  • 7/27/2019 Polip Nasi Print

    8/15

    Polip Nasi

    keluhannya. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia atau

    anosmia. Bila polip ini menyumbat ostium sinus paranasal, maka sebagai

    komplikasinya akan terjadi sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rinore.1,3,4,5

    MAKROSKOPIS

    Secara makroskopik polip merupakan massa bertangkai dengan

    permukaan licin, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan, agak

    bening, lobular, dapat tunggal atau multipel dan tidak sensitif (bila ditekan atau

    ditususk tidak terasa sakit). Warna polip yang pucat tersebut disebabkan karena

    mengandung banyak cairan dan sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi iritasi

    kronis atau proses peradangan warna polip dapat berubah menjadi kemerah-

    merahan dan polip yang sudah menahun warnanya bisa menjadi kekuning-

    kuningan karena banyak mengandung jaringan ikat.

    Tempat asal tumbuh polip terutama dari kompleks ostio-meatal di meatus

    medius dan sinus etmoid. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan endoskop,

    mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat. Ada polip yang tumbuh ke arah

    belakang dan membesar di nasofaring, disebut polip koana. Polip koana

    kebanyakan berasal dari dalam sinus maksila dan disebut juga polip antro-koana.

    Ada juga sebagian kecil polip koana yang berasal dari sinus etmoid.

    MIKROSKOPIS

    Secara mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa

    hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang

    sembab. Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan

    makrofag. Mukaosa mengandung sel-sel goblet. Pembuluh darah, saraf dankelenjar sangat sedikit. Polip yang sudah lama dapat mengalami metaplasia epitel

    karena sering terkena aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik atau gepeng

    berlapis tanpa keratinisasi. Berdasarkan jenis selperadangannya itu polip

    dikelompokkan menjadi 2, yaitu polip tipe eosinofilik dan tipe neutrofilik.

    8

  • 7/27/2019 Polip Nasi Print

    9/15

    Polip Nasi

    DIAGNOSIS

    Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, penting

    melakukan dekongesti hidung dan juga melihat kedalam nasofaring untuk

    mengobservasi daerah koana dan ujung posterior konka inferior. Polip nasi

    benigna, merupakan massa berwarna kuning sampai abu-abu, transulen, seperti

    anggur di dalam hidung.

    a. Anamnesa

    Pada anamnesa, keluhan utama penderita polip nasi adalah hidung rasa

    tersumbat dari yang ringan sampai berat, rinore mulai jernih sampai purulen,

    hiposmia atau anosmia. Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri pada hidung

    disertai sakit kepala di daerah frontal. Bila disertai infeksi sekunder mungkin

    didapati post nasal drip dan rinore purulen. Gejala sekunder yang dapat timbul

    ailah bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur dan

    penurunan kualitas hidup. Gejala pada SNB berupa batuk kronik dan mengi,

    terutama pada penderita polip nasi dengan asma. Dan harus ditanyakan riwayat

    rhinitis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat lainnya serta

    alergi makanan.

    b. Pemeriksaan Fisik

    Polip nasi yang massif dapat menyebabkan deformitas hidung luar

    sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada rhinoskopi

    anterior polip hidung seringkali harus dibedakan dari konkha hidung yang

    menyerupai polip (konka polipoid). Perbedaan antara polip dan konka polipoid

    adalah, polip bertangkai mudah digerakkan, konsistensinya lunak, tidak nyeri bila

    ditekan, tidak mudah berdarah dan pada pemakaian vasokonstriktor (kapas

    adrenalin) tidak mengecil. Sebaliknya, konka polipoid tidak bertangkai sehingga

    sukar digerakkan, konsistensinya keras, nyeri bila ditekan dengan pinset, mudah

    berdarah dan dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor.(Gambar 2,3)1,3,4,5,10

    9

  • 7/27/2019 Polip Nasi Print

    10/15

    Polip Nasi

    Gambar 2. Polip hidung tampak pada Rhinoskopi anterior

    Gambar 3. Polip hidung dengan tangkainya

    Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund (1997) :

    Stadium 1 : polip masih terbatas dimeatus medius

    Stadium 2 : polip sudah keluar dari meatus medius, tampak dirongga hidung tapi

    belum memenuhi rongga hidung

    Stadium 3: polip yang massif

    Naso-Endoskopi

    Adanya fasilitas endoskop akan sangat membantu diagnosis kasus polip

    yang baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan

    rhinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi. Pada kasus

    10

  • 7/27/2019 Polip Nasi Print

    11/15

    Polip Nasi

    polip koanal sering dapat dilihat tangkai polip yang bersal dari ostium assesorius

    sinus maksila.

    Pemeriksaan Radiologi

    Poto polos sinus paranasal (posisi waters, AP, Cadwell dan lateral) dapat

    memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan didalam sinus,

    tetapi kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi komputer (TK,

    CT scan). Sangat bermanfaatuntuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan

    sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan

    pada kompleks ostiomeatal. TK terutama diidentifikasikan pada kasus polip yang

    gagal diobatai dengan terapi medikamentosa. Bila terjadi komplikasi dari sinusitis

    dan pada perencanaan tindakan bedah terutama bedah endoskopi.

    DIAGNOSIS BANDING

    1. Rhinitis alergi

    2. Juvenile Tumor nasofaring

    3. Tumor ganas rongga hidung

    4. Disfungsi Turbinate (11)

    5. Konka Polipoid (13)

    KOMPLIKASI

    Intranasal Intranasal

    o Recurrent sinusitis Berulang sinusitis

    o Chronic sinusitis Sinusitis kronis

    o Acquired nasal deformity Acquired deformitas hidung

    Orbital Orbital

    o Proptosis Proptosis

    o Diplopia Diplopia

    Intracranial Intrakranial

    o Meningitis Radang selaput

    o Encephalitis Radang otak(12)

    PROGNOSA

    11

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/834281-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhg2qRpgtgj4TsBB8mZzFca3JwqMKQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/872580-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhc_VNQarjXCch30SNsFn4ByISEMQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/872580-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhc_VNQarjXCch30SNsFn4ByISEMQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/846995-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhivrJx9jpra6Rd4UI474lmeuPztcAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/846995-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhivrJx9jpra6Rd4UI474lmeuPztcAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/877872-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgWObCKGCCJRyIl6u5F4GIh6rH5rwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/872580-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhc_VNQarjXCch30SNsFn4ByISEMQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/846995-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhivrJx9jpra6Rd4UI474lmeuPztcAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/877872-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgWObCKGCCJRyIl6u5F4GIh6rH5rwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/834281-overview&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhg2qRpgtgj4TsBB8mZzFca3JwqMKQ
  • 7/27/2019 Polip Nasi Print

    12/15

    Polip Nasi

    Cenderung berulang (13)

    PENATALAKSANAAN

    Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan

    keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.

    Penatalaksanaan untuk polip yang masih kecil, dapat diobati secara

    konservatif dengan korticosteroid sistemik atau oral, misalnya prednisone 50

    mg/hari atau deksametason selama 10 hari kemudian diturunkan perlahan. Secara

    local dapat disuntikkan kedalam polip, misalnya triamsinolon asetonid atau

    prednisolon 0,5 ml tiap 5-7 hari sekali sampai hilang. Dapat dipakai secara topical

    sebagai semprot hidung, misalnya beklometason dipropionat. Pemberian

    korticosteroid ini disebut juga dengan polipektomi medikamentosa.

    Bila polip sudah besar atau kasus polip tidak membaik dengan terapi

    medikamentosa serta polip yang sangat massif dipertimbangkan untuk terapi

    bedah,dapat dilakukan ekstraksi polip ( polipektomi ) dengan senar polip atau

    cunam dengan anestesi lokal. Bila berulang-ulang dapat dirujuk untuk operasi

    etmoidektomi intranasal atau ekstranasal untuk polip etmoid, operasi Caldwell-luc

    untuk sinus maksila. Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop maka

    dapat dilakukan tindakan BSEF ( Bedah Sinus Endoskopi Fungsional ) (Gambar

    4). Semua polipus nasalis harus dikirim untuk pemeriksaan patologi mikroskopik

    guna menilai tingkat keganasannya. 2,3,4,5,8,9,10

    Pasien harus diberitahukan bahwa kelainan ini dapat kambuh dan bahwamungkin diperlukan selanjutnya pada periode yang lebih lama, oleh karena itu

    pada pengobatan perlu pula ditujukan pada penyebabnya, misalnya alergi.

    12

  • 7/27/2019 Polip Nasi Print

    13/15

    Polip Nasi

    Gambar 4. endoscopic polipectomi

    KESIMPULAN

    Polip hidung merupakan tumor jinak yang dapat rekuren. Sehingga, setelah

    tindakan operasi pengangkatan polip menjadi kewajiban kita untuk mencari

    faktor predisposisi yang mendasarinya.

    Polip akan tampak sebagai benjolan lunak berwarna putih atau keabu-abuan

    yang tidak disertai nyeri. Benjolan berasal dari pembengkakan selaput lendir

    (mukosa) yang berisi cairan interseluler (antarsel) yang terdorong ke dalam

    hidung. Biasanya terbentuk akibat reaksi hipersensitif (alergi). Sering terjadi

    pada masa dewasa.

    Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, penting

    melakukan dekongesti hidung dan juga melihat kedalam nasofaring untuk

    mengobservasi daerah koana dan ujung posterior konka inferior.

    Bila polip masih kecil akan diberikan obat-obatan kortikosteroid yang

    diminum atau topikal (semprot). Bila ukuran polip besar maka dilakukan

    pengangkatan polip.

    13

  • 7/27/2019 Polip Nasi Print

    14/15

    Polip Nasi

    DAFTAR REFERENSI

    1. Punagi Abdul Qadar, Peranan Sitokin Pada Polip Nasi, available from

    http://www.j_med_nus.com

    2. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sumbatan Hidung. Dalam: Soepardi EA,

    Iskadar N, Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok. Edisi

    ke-4. Jakarta. Gaya Baru-FKUI. 2001; 89-96.

    3. Adams GL, Boies LR, Hilger PA. Alih bahasa Wijaya, Caroline. Buku Ajar

    Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6. Jakarta. EGC. 1994; 95-116.

    4. Nizar NW, Mangunkusumo E. Polip Hidung. Dalam: Soepardi EA, Iskadar N,

    Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok. Edisi ke-4.

    Jakarta. Gaya Baru-FKUI. 2001; 97-99.

    5. Cody DTR, Kern EB, Pearson BW. Alih Bahasa Andrianto P, Samsudin S.

    Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan. Jakarta. EGC. 1993; 204-05.

    6. Polip Hidung, http://www.bali_post.com

    7. Polip, http:// www_republika_co_id.htm

    8. Polip, http://www_proctolog_ru-images-polip_01 jpg.htm

    9. Seputar Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, http:// Nakita - Panduan

    Tumbuh Kembang Balita.htm10. Polip Hidung, http:// medicastore.com

    11. http://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-

    rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEw

    AQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client

    %3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official

    12. http://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-

    rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEw

    14

    http://www.j_med_nus.com/http://www.bali_post.com/http://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://www.j_med_nus.com/http://www.bali_post.com/http://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official
  • 7/27/2019 Polip Nasi Print

    15/15

    Polip Nasi

    AQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client

    %3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official

    13. Mansjoer A, Triyanti K, Safitri R. kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3.

    Jakarta. Media aesculapius-FKUI. 2001.

    15

    http://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:officialhttp://emedicine.medscape.com/article/994274overview&ei=ASXQS_KqLcS-rAe0vbifDw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dpolyp%2Bnasal%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DzaZ%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official