penyakit metabolik susunan saraf.docx
TRANSCRIPT
PENYAKIT METABOLIK SUSUNAN SARAF
PENDAHULUAN
Penyakit metabolik yang disebabkan kelainan gen ini mempunyai variasi yang luas pada aspek
klinis dan patogenesisnya, mengakibatkan gangguan pada beberapa enzim dan protein tertentu yang
pada akhirnya terjadi kelainan metabolik tubuh. Pada 25 tahun belakangan ini jumlah penyakit ini
meningkat secara drastis. Sejak tahun 1975 hampir 500 penyakit kelainan saraf dan saraf-otot yang
kelainannya telah jelas karena adanya defek enzim atau protein. Gangguan metabolik bawaan atau
gangguan metabolik kongenital relatif jarang dijumpai, namun tidak jarang menimbulkan gangguan
yang berat pada anak bahkan dapat berakhir dengan kematian. Skrining yang dini dan terapi yang tepat
memberi hasil memuaskan dalam penanganan penyakit metabolik. 1,2
ETIOLOGI
Gangguan metabolik adalah gangguan yang disebabkan oleh adanya masalah dengan proses
kimia di dalam tubuh. Gangguan metabolik pada prinsipnya melibatkan ketidak seimbangan dalam DNA,
protein, lipid atau karbohidrat. Biasanya terkait dengan adanya kekurangan atau kelebihan dari enzim
tertentu yang berperan dalam jalur metabolisme. Hampir semua gangguan metabolik memiliki latar
belakang kelainan genetik, dan sebagian kecil lainnya dapat disebabkan faktor makanan, infeksi, racun
dan sebagainya. Penyakit metabolik genetik disebut juga sebagai gangguan metabolik sejak lahir atau
gangguan metabolik bawaan.
PATOFISIOLOGI
Data terbaru dari pusat peneliti Gen Manusia menyatakan ada sekitar 30.000 gen, dan sebagian
besar mengkode protein yang diproduksi dalam otak. Data ini sangat berguna untuk mengidentifikasi
mutasi pada gen yang mendasari terjadinya gangguan bawaan pada system saraf pusat dan perifer.
Adanya mutasi gen yang mendasari timbulnya gangguan neurologik, membuat para ahli dapat
mengklasifikasikan beberapa penyakit bawaan dalam dua dekade terakhir. Klasifikasi ini dibuat
berdasarkan riwayat penderita dihubungkan dengan gambaran patologis pada autopsy, serta
perubahan-perubahan pada struktur kimia darah, cairan serebro spinal, jaringan, dan beberapa
gambaran abnormalitas pada otak dan organ lain. Metode analisis genetika pertama kali digambarkan
oleh Mendel dan hubungannya dengan penyakit pada manusia pertamakali dikemukakan oleh Garrod
pada abad ke 19 dan 20.
Patogenesis gangguan metabolik bawaan ini terhadap disfungsi otak belum sepenuhnya
dimengerti meskipun penyebab defek enzim ini telah diidentifikasi pada sebagian besar penyakit, dan
tidak semua defek pada enzim dapat berkembang menjadi penyakit. Pengenalan tentang dasar
molecular genetik harus terus diteliti.
Untuk kepentingan praktis, gangguan metabolik dapat dibagi menjadi beberapa grup, meliputi : 2
- Gangguan metabolism asam amino
- Gangguan transport asam amino
- Gangguan metabolisme dan transport karbohidrat
- Asiduria organic
- Gangguan penimbunan lisosom
- Gangguan metabolism lemak dan lipoprotein
- Gangguan peroksisomal
- Sindrom defisiensi protein dan karbohidrat
- Epilepsy mioklonus familial
- Lipidosis yang tidak diketahui asalnya
- Gangguan serum lipoprotein
- Gangguan metabolism logam
- Gangguan metabolism purin dan pirimidin
EVALUASI PASIEN YANG DICURIGAI MEMPUNYAI GANGGUAN METABOLIK
Kemajuan yang spektakuler di bidang biologi molekuler telah memudahkan diagnosis dan
pencegahan penyakit genetik, dan telah membawa kita ke arah terapi gen. Klinikus harus berusaha
untuk mendiagnosis sedini mungkin gangguan metabolik bawaan agar dapat diadakan konseling genetik
yang sesuai dan pada beberapa keadaan tertentu dapat digunakan untuk diagnosis antenatal pada saat
kehamilan. 1
Dua pertanyaan yang harus dipertimbangkan yaitu pasien yang bagaimana yang harus diskrining
dan jenis uji laboratorium apa yang digunakan pada program skrining ini. Berikut adalah beberapa daftar
sindrom klinis yang diatur menurut kemungkinan penyebab gangguan metabolik yang mendasarinya : 2
- Gangguan neurologis tiruan pada saudara kandung atau keluarga dekat
- Berulangnya perubahan kesadaran atau muntah-muntah yang tidak dapat diterangkan pada
bayi
- Berulangnya ataksia atau spastisitas yang tidak dapat diterangkan
- Degenerasi susunan saraf progresif
- Retardasi mental dalam saudara kandung atau keluarga dekat
- Retardasi mental tanpa kelainan kongenital yang jelas
Anamnesa secara hati-hati dan pemeriksaan fisik akan memberi petunjuk penting adanya
gangguan metabolic dan diagnosis etiologinya. Prosedur pemeriksaan metabolik dilakukan secara
urutan dari yang paling sederhana hingga yang kompleks.
Petunjuk klinis dalam diagnosis penyakit metabolik pada susunan saraf dapat dilihat pada table
berikut :
PETUNJUK DIAGNOSIS
Kelainan kulit
Telangiektasia (conjunctiva, telinga, poplitea)
Erupsi perioral
Nodul Subkutan
Iktiosis
Ataksia-telangiektasia
Defisiensi karboksilase multiple
Penyakit Farber
Sindrom Sjogren-Larsson, sindrom Refsum
Bau badan atau urine yang abnormal
Bau apek
Karamel atau sirup Maple
Kaki keringat
Fenilketonuria
Menyakit Maple Syrup Urine
Asidemia glutarik tipe 2, asidemia isovalerik
Kelainan rambut
Alopesia
Rambut Kinky
Defisiensi karboksilase multiple
Penyakit rambut Kinky, defisiensi karboksilase
multiple, giant axonal neuropathy
Wajah aneh
Kasar
Agak kasar
Mukopolisakaridasis (Sindrom Hunter-Hurler),
Gangliosidosis GM1
Mukosidosis III, Fukosidosis II
Kelainan mata
Katarak
Kornea Keruh
Cherry-red spot
Galaktosemia, Homosistinuria
Sindrom Hurler, Sindrom Hunter
Gangliosidosis GM1-GM2
Penyakit Niemann-Pick
Penyakit gaucher infantile
Pemeriksaan laboratorium yang digunakan dalam skrining penyakit metabolik adalah :
- Pemeriksaan darah lengkap dan differensial
- Analisa gas darah
- Serum elektrolit
- Glukosa darah
- Plasma ammonia
- Laktat dan piruvat
- Urine rutin
- Arganik urin dan asam amino
- Benda keton
- Fungsi hati dan ginjal
Pemeriksaan radiologi pada vertebra dan tulang panjang bermanfaat untuk mendiagnosis
adanya penyakit seperti mucopolisakaridosis, penyakit Gaucher, Penyakit Niemann-Pick dan GM1
Gangliosidosis. Pemeriksaan neuroimaging, seperti MRI dapat bermanfaat untuk melihat adanya
agenesis corpus callosum dan operculum yang besar. Begitu juga dengan penggunaan CT scan dalam
mendiagnosa keterlambatan perkembangan pada anak. 2
Analisa cairan cerebrospinal dapat bermanfaat untuk diagnosis penyakit metabolik bawaan.
Tabel 2 menggambarkan petunjuk diagnosa penyakit metabolic dengan analisa cairan serebrospinal:
Penyakit Analisa Cairan Serebrospinal
Mitokondria encefalopati
Hiperglikemi nonketotik
Defek sintesis serine
Defek jalur biogenic monoamineDefisiensi GTP siklohidrolase
Defisiensi serebral dihidropteridine reduktase
Defisiensi GABA transaminase
Defek transport protein folat
Defisiensi asam amino decarboksilase aromatik
Lactat, Piruvat
Rasio CSF/plasma Glisin
Asam amino
Biogenik amino
Biogenik amin dan pterin
Biogenik amin dan pterin
GABA
5-methytetrahidrofolat
Dopa, 5-HTP, HVA, HIAA
Pada beberapa gangguan metabolik, khususnya lipidosis dan degenerasi massa putih otak,
diagnosisnya memerlukan baik evaluasi klinis maupun kombinasi pemeriksaan mikroskopik
ultrastruktural dan biokimia dari bahan sediaan biopsy. Pemeriksaan spesifik untuk diagnosis penyakit
metabolik dapat meliputi ;
- Biopsi jaringan, biopsi hati
- Biopsi kulit dan fibroplast
- Tes DNA spesifik
PENATALAKSANAAN
Pada pertengahan abad 20, prinsip terapi dari penyakit metabolik meliputi pembatasan diet
protein dan penatalaksanaan komplikasi. Pada dua dekade terakhir terapi terbaru sudah banyak
dilakukan dan bermanfaat pada penyakit-penyakit yang tidak tertangani sebelumnya. Penatalaksanaan
yang dapat dilakukan ;
- Pengaturan diet. Reduksi dari protein diet dapat bermanfaat pada pasien PKU (phenilketonuria)
atau defek asam amino.
- Vitamin, misalnya suplementasi thiamin pada keadaan laktat asidosis
- Metabolit intermediet, misalnya obat-obatan yang dapat memfasilitasi jalur metabolik spesifik
- Dialisis
- Penggantian enzim
- Transfer Gen
- Transplantasi organ dan sumsum tulang
- Penanganan gejala dan komplikasi
- Diagnosis prenatal, dan menghindari kehamilan atau abortus yang dapat mengancam jiwa janin
(3)
Di antara sekian banyak penyakit tergolong dalam penyakit metabolic bawaan, hanya
beberapa yang akan diutarakan patogenesisnya, gambaran klinis, laboratorium dan
pengobatannya.
GANGGUAN METABOLISME ASAM AMINO
Phenilketonuria (PKU)
Fenilketonuria adalah penyakit metabolik bawaan yang dapat menimbulkan kelainan
neurologis yang serius. Merupakan kelainan yang disebabkan kurangnya enzim fenilalanin
hidroksilase. Insidens FKU cukup tinggi, 1 : 4500 kelahiran di Irlandia, dan 1 : 10.000 kelahiran di
AmerikaSerikat, sedangkan untuk Indonesia sendiri belum ada data yang jelas.
PATOLOGI BIOKIMIA
FKU merupakan kelainan resesif autosomal yang mengakibatkan ketidakmampuan
tubuh menghidrolisis fenilalanin menjadi tirosin.
FKU merupakan bentuk gangguan metabolik bawaaan yang dapat menimbulkan
kelainan neurologis yang serius. Hal yang penting diperhatikan bahwa kelainan genetik ini
menghalangi tubuh merubah fenilalanin menjadi tirosin. Pada manusia fenilalanin merupakan
unsur pokok untuk sintesis protein. Perubahan fenilalanin menjadi tirosin adalah irreversible
dan tidak dapat digantikan dengan fenil alanin dalam makanan. 2,3
Hidroksilase fenilalanin (HFA) normal didapatkan pada hati, ginjal, dan pancreas, tetapi
tidak pada otak atau kulit. Gen enzim ini telah dilokalisasi pada lengan panjang kromosom 12
sehingga memudahkan melakukan analisis genetik molekular pasien FKU.
Fenilalanin merupakan asam amino esensial. Tubuh mendapatkan asupan fenilalanin
dari asupan makanan yang mengandung protein, misalnya telur, tempe dan tahu. Dalam
keadaan normal tiga perempat darifenilalanin diubah menjadi tirosin dengan bantuan enzim
phenylalanine hidroksilase (PAH) dan koenzim tetrahidrobiopterin. Sedangkan seperempat
bagian fenilalanin lainnya akan membentuk protein di dalam tubuh. Karena adanya defisiensi
enzim phenylalanine hidroksilase (PAH) dalam tubuh, kadar phenylalanin dalam tubuh pun
meningkat. Hal ini disebabkan karena rantai mayor fenilalanin yang berarti proses pengubahan
fenilalanin menjadi tirosin menjadi terhambat bahkan berhenti. Penumpukan fenilalanin dalam
tubuh dalam kadar yang tinggi menyebabkan terhambatnya asam amino ke dalam sel, sehingga
terdapat kekurangan serebrosid dalam otak yang menyolok sehingga menyebabkan retardasi
mental. 5
Manifestasi Klinis
Bayi fenilketonuria tampak normal saat lahir. Selama 2 bulan kehidupannya, bayi sering
memperlihatkan irritable, muntah yang kadang proyektil sifatnya. Pada umur 4-9 bulan
keterlambatan intelektual menjadi lebih jelas. Kasus yang tidak mendapat pengobatan dapat
mempunyai IQ di bawah 50. 1,2
Pada ibu hamil, kandungan berlebih fenilalanin dalam tubuh menyebabkan rusaknya
otak dari bayi, selain itu system urat sarafnya pun tidak sempurna. Akibat defisiensi fenilalanin
hidroksilase dalam tubuh, terjadi krisis tirosin. Bila terjadi krisis tirosin dalam tubuh, epinefrin
dan melanin menjadi sukar terbentuk. Kekurangan melanin menyebabkan hipopigmentasi pada
bagian tubuh, seperti rambut seperti rambut jagung, kulitnya “bule”, dan mata kebiru-biruan.
Secara fisik, gejala tersebut mirip dengan penderita albino. Namun, pada penderita albino
hipopigmentasi bersifat permanen. 5
Gejala eksema juga sering terjadi pada sepertiga anak dengan fenilketonuria. Beberapa
pasien juga memiliki bau yang khas akibat ekskresi asam fenilacetad. Gejala lain berupa kejang
yang biasanya bersifat tonik klonik atau nioklonik. Pada gambaran EEG sering didapatkan
abnormalitas berupa adanya gelombang spike dan wave. Sering didapatkan penderita
mikrosefalus, dan dari pemeriksaan CT scan dapat diperoleh gambaran atropi kortikal yang
diifus. Beberapa pasien dengan defisiensi enzim fenilalanin ini tidak berkembang menjadi
retardasi mental, namun ada beberapa yang menderita autism. 3
Diagnosis
Diagnosis fenilketonuria dapat diperkirakan dari gambaran klinis dan pemeriksaan urin
pasien dengan tes feri klorida. Bukti awal dapat diperoleh dengan didapatkannnya fenilalanin
plasma atau kurva toleransi fenilalanin yang abnormal. 1 Peningkatan kadar fenilalanin pada bayi
laki-laki yang menderita fenilketonuria biasanya lebih cepat meningkat dibandingkan bayi
perempuan. 3 Kriteria untuk diagnosis fenilketonuria meliputi :
- Peningkatan konsentrasi serum sekitar 20 mg/dl setelah minggu pertama kelahiran dimana
kadarnya lebih rendah dari konsentrasi serum tirosin normal.
- Didapatkan asam fenilpiruvit dan asam hidroksifenilasetic pada konsentrasi fenilalanin serum
yang melebihi 15 mg/dl
- Tidak didapatkan peningkatan konentrasi serum tirosin setelah intake oral fenilalanin (0,1
gram/kg BB). Tes ini sebaiknya ditunda sampai usia bayi beberapa bulan. 3
Pengobatan
Dua cara pengobatan fenilketonuria yang dapat diusahakan yaitu memodifikasi ekspresi
fenotip dari gen yang defek dan secara definitive dengan mengkoreksi gen yang defek tersebut.
Untuk praktek klinik yang digunakan adalah pengobatan pertama. 1,2
Pada skrining pertama seorang bayi dengan konfirmasi hasil positif, tahap pertama
dengan menilai kuantitas serum fenilalanin dan level tirosin. Jika konsentrasi fenilalanin darah
lebih dari 10 mg/dL dan konsentrasi tirosin rendah atau normal (1-4 mg/dL) harus segera
dimulai diet rendah fenilalanin. 2
Terapi untuk FKU yang klasik dengan pengaturan diet rendah fenilalanin dalam formula
makanannya. Kontrol diet dilakukan selama mungkin, dan beberapa center mengatakan
mempertahankan pada kadar 6 mg/dL. Sedangkan untuk FKU yang ringan dapat berhasil
diterapi dengan tetrahydrobiopterin (BH4 10-20 mg/kg per hari) 2
Terapi diet ini sangat efektif untuk mencegah retardasi mental pada anak dengan FKU
berat. Selain itu hasil luarannya tergantung oleh beberapa faktor. Smith dan Coworkers
menemukan bahwa IQ penderita rata-rata berkurang 4 point setiap bulan antara kelahiran dan
mulainya pengobataan. Konsentrasi fenilalanin rata-rata saat awal terapi juga mempengaruhi
luaran. Selain itu, penggunaan diet suplemen dengan tirosin, meskipun beberapa center
melakukannnya, tetapi belum nampak perbaikan pada tes neurofisiologis. Dengan
mempertahankan diet, akan mengurangi kejadian kejang dan gambaran EEG kembali normal.
Jika ada mikrosefal, dapat terkoreksi sendiri dan warna rambut yang abnormal dapat berubah ke
warna alami. Sedangkan jika diet distop, dalam penelitian Waisbren dan Coworkers sepertiga
anak-anak akan menurun tingkat IQ nya 10 point dalam 5 tahun. 2,3
Jika terapi diet tidak adekuat, diperlukan pendekatan definitive dalam penanganan FKU.
Transplantasi sumsum tulang allogenic dan autologeus dapat digunakan untuk terapi variasi
genetik. Pendekatan lain dengan pengenalan gen PAH pada sel hepar, yang diharapkan dapat
menerima dan meneruskan ekspesi enzim, sehingga dapat menurunkan level fenilalanin. 2,3
GANGGUAN METABOLISME DAN TRANSPORT KARBOHIDRAT
GALAKTOSEMIA
Hepatomegali, splenomegali, dan gangguan tumbuh kembang yang diakibatkan oleh
eksresi dari galaktose, pertama kali dilaporkan oleh von Reus pada tahun 1908. Galaktosemia
merupa gangguan transmisi autosomal resesif. Di Amerika Serikat dilaporkan insidensnya 1 dari
62.000, di Austria 1 dari 40.000-46.000 dan di inggris 1 dari 72.000. 2 Untuk pertama kalinya,
galaktosemia ditemukan oleh Goppert pada tahun 1975. Pada tahun 1935, mason dan Turner
memberikan gambaran mengenai defisiensi galactose 1-fosfat uridyltransferase (GALT) sebagai
defisiensi enzim terbanyak yang menyebabkan galaktosemia.
Galaktosemia merupakan kelainan metabolisme galaktosa herediter oleh transmisi
suatu gen resesif autosomal, yang menyebabkan terjadinya hambatan pada transformasi
galaktosa menjadi glukosa, sebagai akibat dari defisiensi salah satu dari tiga enzim yang
berperan dalam metabolisme galaktosa menjadi glukosa, sehingga kadar galaktosa meningkat
dalam tubuh sapai level toksik. Tiga enzim yang berperan adalah Galaktokinase (GALK),
galactose-1- phosphatase uridyl transferase (GALT) dan uridine-diphosphate galactose-4
epimerase (GALE) 6
Patologi Anatomi
Lesi patologi utama pada penderita galaktosemia dapat ditemukan di hati dan otak. Di
hati dapat terlihat beberapa stadium. Awalnya membesar, difus, dan terjadi metamorphosis
lemak. Sel hati tampak membesar, pucat, dan vakuola berisi lemak. Jika penyakit ini tidak
ditangani, sel hati akan bertransformasi menjadi struktur pseudoglandular, dan tahap akhir akan
menjadi sirosis pseudolobular. Di otak akan nampak altelerasi serebral nonspesifik. Gambaran
edema, gliosis fibrous, dan berkurangnya neuron kortikal dan sel purkinye juga akan tampak. 2,3
Manifestasi Klinis
Saat kelahiran, bayi dengan galaktosemia terlihat normal, meskipun dalam darah
umbilikalnya mengandung konsentrasi tinggi galaktose-1- fosfat yang abnormal. Dalam waktu
singkat ada beberapa yang langsung menderita katarak dan sirosis hepatis, kemungkinan adalah
dampak dari galaktosemia intrauterine. Pada beberapa kasus yang berat, manifestasi klinis
dapat terlihat dalam minggu pertama kelahiran, meliputi muntah, diare, gangguan
pendengaran, ikterus, dan gagal tumbuh. Dapat terlihat juga peningkatan tekanan intracranial
akibat edema serebral citotoksik. Pada usia 2 minggu kelahiran, sudah dapat terdeteksi adanya
hepatosplenomegali dan opafikasi lenticuler. Katarak dapat bersifat kortikal atau nuclear. Bayi-
bayi Nampak hipotoni dan kehilangan reflex moro. Sepsis akibat paparan tinggi dari Escherichia
Coli merupakan penyebab penting kematian pada usia neonatus. Selain itu efek sekunder dari
gangguan metabolisme galaktos adalah kegagagalan tumbuh ovarium dan atrofi testis. Pada
pemeriksaan MRI biasanya didapatkan multiple area dengan peningkatan signal pada massa
putih otak, predominan di region periventrikular. 2,3
Jika galaktosemia tidak teratasi, gagal tumbuh akan memberat dan terjadi sirosis
hepatis yang progresif. Tetapi pada beberapa bayi dengan kasus yang lebih ringan, gejala ini
tidak bermanifestasi sampai usia 3 – 6 bulan, dengan gejala awal dapat berupa gangguan
perkembangan fisik dan mental. Kejadian sirosis akan terjadi lebih lanjut. Sedangkan pada
beberapa grup lainnya, diagnosis hanya ditegakkan setelah usia beberapa tahun dengan evaluasi
adanya retardasi mental. 2,3
Diagnosis
Defek enzim dapat dinilai dengan mengukur aktifitas GALT eritrosit. Beberapa metode
dapat digunakan untuk skrining. Di Austria pada program skrining oleh Item dan Coworkers,
hanya 1 dari 190 anak yang positif pada awal skrining yang menderita galaktosemia. Beberapa
diantaranya galaktosemia karier atau Duarte galaktosemia. 2
Galaktosuria, biasanya dikombinasi oleh glukosuria atau fruktosuria dapat terlihat pada
gangguan hati yang berat. Diagnosis antenatal galaktosemia dapat dilakukan dengan menilai
aktifitas GALT pada kultur amnion atau villi chorion. 2,3
Terapi
Pada penderita galaktosemia, defek kognitif biasanya terlihat. 70% galaktosemia yang
diterapi saat kelahiran, memiliki IQ 90 atau lebih, namun rata-rata 50% diantaranya memiliki
defisit persepsi dan visual, dan 33% dengan gambaran EEG abnormal. Diperkirakan, defisit
kognitif dan bahasa ini dihasilkan dari formasi in utero dan potensial akibat neurotoksik
galaktose 1-fosfat. 2,3
Penderita galaktosemia ditangani dengan eliminasi galaktosa dari diet. Sumber
galaktosa yaitu susu dan produk susu harus dihindari. Susu soya, formula dengan dasar daging
(meat-based formula), formula bebas laktosa lain dan formula dengan dasar hidrolisat casein
dapat direkomendasikan. Intervensi bedah diperlukan untuk penanganan katarak, sedangkan
pemberian obat-obatan bukan merupakan komponen standar dalam penanganan
galaktosemia.6
GANGGUAN PENIMBUNAN LISOSOM
PENYAKIT POMPE
Penyakit Pompe atau disebut juga Glikogenosis tipe 2 diambil dari nama J.C Pompe pada
tahun 1932, merupakan penyakit autosomal resesif yang jarang yang ditandai dengan akumulasi
glikogen pada lisosom sel-sel jaringan tertentu terutama pada otot rangka, jantung, hati dan
CNS. Mutasi gen menyebabkan berkurangnya atau tereliminasinya enzim yang esensial ini.
Diperkirakan kasusnya 1 : 40.000 kelahiran.
Patologi Biokimia
Hers (1963) pertama kali melaporkan adanya defisiensi dari aktifitas enzim lisosom acid
maltase (alpha-1,4- glucosidase). Kode genetik telah dipetakan dan terdapat pada kromosom
17q25,2-q25,3. Normalnya enzim ini memecah glikogen menjadi glukosa yang merupakan
sumber energi utama sel. Mutasi utama pada gen membuat gen mengurangi bahkan sama sekali
tidak mampu menghidrolisis glikogen, sehingga glikogen tidak dapat dipecah dan tertimbun di
dalam sel. 3
Mutasi genetik pada gen acid alfa-glukosidase bisa menghasilkan beberapa efek :
produksi enzim normal tetapi fungsinya menurun, atau penurunan jumlah produksi enzim tanpa
kerusakan fungsi, atau mutasi spesifik yang mengakibatkan tidak ditranskripsinya urutan asam
amino yang dibutuhkan untuk memproduksiprotein acid alfa-glukosidase. Karena jalur utama
degradasi glikogen tidak mengalami kelainan, maka produksi energi tidak mengalami gangguan
dan tidak terjadi hipoglikemia. Namun defisiensi enzim ini mengakibatkan akumulasi glikogen.
Penumpukan glikogen yang berlebihan dalam lisosom akan mengganggu fungsi normal organel-
organel sel mengakibatkan cedera sel. Sebagai akibatnya, terjadi pembesaran dan disfungsi
organ yang terlibat.
Karakteristik klinik
Spektrum klinis penyakit Pompe sangat bervariasi, tetapi berdasarkan onset usia
terjadinya dan progresivitasnya, penyakit Pompe dibagi atas 3 bentuk : tipe infantile, tipe
Juvenil, dan tipe dewasa, namun belakang ada kecenderungan untuk membagi penyakit ini
hanya dalam dua kelompok yaitu infantile onset dan onset lambat.(3glikogen)
Pada bayi biasanya perkembangannnya normal untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan dan bermanifestasi sebagai hipotoni dan kelemahan. Pergerakan spontan
berkurang dan terdengar tangisan lemah, dan didapatkan sekresi berlebihan di orofaring
posterior.) Akibat kelemahan dan gangguan pada otot bantu napas, menyebabkan gangguan
bernapas. Selain itu berkembang kardiomegali massif dengan bising sistolis. Sianosis intermitten
terjadi akibat gangguan respirasi dan kardiovaskulker. 3
Laboratorium
Kuantitas glikogen dan aktifitas enzimyang mempengaruhi metabolisme glikogen dapat
dimonitor menggunakan teknik vakum kulit (skin-blistering) atau pertumbuhan fibroblast dari
biopsy material kulit. Baik antara fibroblast dan cairan sel amnion baik untuk menilaiaktivitas
acid maltase. Hug dan kawan-kawan (1984) telah melaporkan diagnosis prenatal dengan
menggunakan cairan sel amnion dan studi biokimia biopsy villi corion dengan menggunakan
maltose sebagai substrat. 3
Foto thorax digunakan untuk menilai kardiomegali massif. Dari ECG didapatkan depresi
segmen ST, gelombang T inverted, dan pemendekan interval PR. Keadaan ini bisa mirip dengan
miokarditis. Pada elektromiografi didapatkan adanya miopati, potensial polifasik, dan gambaran
low voltage. Pada pemeriksaan nervus perifer juga didapatkan adanya perubahan. 3
Penatalaksanaan
Karena penyakit Pompe menyebabkan degenerasi muscular yang progresif dan
kematian premature, penatalaksanaan penyakit Pompe masih difokuskan untuk
mempertahankan fungsi sebisa mungkin dan bukan untuk pemulihan. Penanganan sebaiknya
dilakukan oleh sekelompok tim yang berpengalaman sehingga bisa member perawatan suportif
dan simptomatik. Komplikasi jantung dan pernapasan yang terjadi masih ditangani secara
simptomatis. Kebanyakan penderita mendapatkan terapi suportif untuk menangani gejala yang
dialami.
Pengobatan dengan recombinant human acid a-glukosidase (rhAGLU) masih dalam
evaluasi. Terapi sulih enzim (enzyme replacement therapy) dalam uji klinis dengan pasien-pasien
onset infantile menunjukkan perubahan signifikan pada jantung yaitu ukuran LVMI (Left
Ventricular Mass Index) jantung mengecil, fungsi jantung membaik. Demikian juga untuk fungsi
otot, berkurangnya akumulasi glikogen memperbaiki tonus dan kekuatan otot.
DAFTAR PUSTAKA
1. Widodo, Dwi Putro. Penyakit Metabolik Susunan saraf. Buku Ajar neurologi Anak. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta, 1999 : 175-89.
2. Menkes,JH, Sarnat,HB, Maria,BL. Inherited Metabolic Disease of the Nervous System. Child
Neurology. Seventh Edition. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelpia, USA.2006: 29-120..
3. Swaiman, KF, Ashwai Stephen. Aminoacidopathies and Organic AcidemiaResulting from
Deficiency of Enzyme Activity and Transport Abnormalities. Pediatric Neurology. Principles
and Practise. Third Edition. Mosby.1999: 377-409.
4. Swaiman, KF, Ashwai Stephen. Disease Associated with Primary Abnormalities in
Carbohydrate Metabolism. Pediatric Neurology. Principles and Practise. Third Edition.
Mosby.1999: 419-34.
5. Glycogen Storage Disease Type II. Htpp://en.Wikipedia.org/wiki/Glycogen_
Storage_Disease_ Type II. 2008
6. Behrman,RE, Kliegman,RM, Jenson HB.Metabolic Disease. Nelson Textbook of pediatrics.
16th Edition.WB. saunders Company. Philadelphia.2000; 343-418.
7. Kark,PR, Ramachandran TS. Inherited Metabolic Disorders. www.eMedicine.specialties.
2006