pengantar - omp.unsyiahpress.id

27

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id
Page 2: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

PENGANTAR

AKUAKULTUR

Z.A. MUCHLISIN

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

2019

Page 3: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang keras memperbanyak, memfotocopy sebagian atau

seluruh isi buku ini, serta memperjual belikannya tanpa mendapat

izin tertulis dari penerbit.

Diterbitkan oleh Syiah Kuala University Press Darussalam –

Banda Aceh, 23111

Judul Buku : PENGANTAR AKUAKULTURPenulis : Z.A. MUCHLISINPenerbit : Syiah Kuala University Press

Tel

Email

Cetakan

ISBN

: (0651) 801222

: [email protected]

: Pertama, 2019: 978-623-7086-10-9

Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)

Page 4: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

iii

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberi kami kesehatan dan waktu sehingga dapat

menyelesaikan naskah buku ini, Shalawat teriring salam juga kita

sampaikan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW

telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu

pengetahuan sebagaimana yang kita nikmati saat ini.

Buku Pengantar Akuakultur ini adalah buku ke-empat yang

kami tulis dan terbitkan. Buku Pengantar Akuakultur ini merupakan

kumpulan bahan ajar (Buku Ajar) yang berisikan pengetahuan

prinsip-prinsip dasar bagi mahasiswa di Fakultas Perikanan dan

Kelautan atau program studi terkait lainnya, antara lain pengetahuan

tentang perkembangan akuakultur, jenis-jenis teknologi akuakultur,

pengelolaan dan pembuatan pakan buatan, pengelolaan kualitas air,

hama dan penyakit dan analisis usaha yang disarikan dari berbagai

sumber dan hasil-hasil penelitian baik penulis sendiri maupun para

pakar budidaya lainnya. Kami berharap buku ini bermanfaat bagi

pembaca sekalian terutama bagi mahasiswa dan peminat akuakultur,

namun demikian kami menyadari masih banyak kelemahan dan

ketidak lengkapan isi buku ini, oleh karena itu saran dan kritikan yang

bersifat membangun sangat kami harapkan dari pembaca agar buku

ini dapat kami sempurnakan kembali di masa mendatang.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah berkontribusi baik secara langsung maupun tidak

langsung sehingga buku ini dapat terbit. Terima kasih dan semoga

bermanfaat

` Banda Aceh, Mei 2019 Penulis

Zainal A. Muchlisin

KATA PENGANTAR

Page 5: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Ringkas Akuakultur dan Pemuliaan Ikan 1 1.2 Tujuan Pembudidayaan Ikan 2 1.3 Sistem dan Tipe Budidaya Ikan 3 1.4 Profil Perikanan Indonesia 8

BAB II. EKOLOGI IKAN 2.1 Pendahuluan 11 2.2 Kuantitas air 12 2.3 Kualitas air 13

2.3.1 Oksigen 14 2.3.2 Nitrogen 15 2.3.3 Amonia, nitrit, nitrat 16 2.3.4 pH 17 2.3.5 Karbondioksida 17

2.4 Pengelolaan Kualitas Air 18

BAB III. KEBUTUHAN GIZI DAN PENGELOLAAN PAKAN 3.1 Keperluan Energi 21

3.1.1 Spesies 21 3.1.2 Ukuran 22 3.1.3 Umur 22 3.1.4 Aktivitas fisiologis 22

3.2 Sumber Energi 23 3.2.1 Protein 23 3.2.2 Lemak (Lipid) 24 3.2.3 Karbohidrat 26

3.3 Unsur nutrisi lainnya (vitamin dan mineral) 26 3.4 Kualitas Pakan 28

3.4.1 Penyebab kerusakan makanan ikan dan cara penanggulangannya 29 3.4.2 Cara penyimpanan makanan ikan dengan baik 29 3.4.3 Pemberian pakan 30

Page 6: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

v

BAB IV. TEKNIK FORMULASI PAKAN BUATAN 4.1 Pentingnya Pakan Buatan 34 4.2 Pemilihan Bahan Makanan 35 4.3 Meramu Pakan Ikan 38 4.4 Mencetak pellet 47

4.4.1 Peralatan 47 4.4.2 Cara pembuatan 47

BAB V. PEMBESARAN IKAN DALAM KOLAM 5.1 Pendahuluan 52 5.2 Jenis-jenis Kolam 52 5.3 Pemilihan Lokasi 54

5.3.1 Persyaratan ekologis 54 5.3.2 Persyaratan teknis 59 5.3.3 Persyaratan sosiologis dan pendukung 62

5.4 Persiapan Kolam 63 5.4.1 Kolam induk/kolam pemijahan 63 5.4.2 Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan. 63 5.4.3 Kolam pembesaran. 64

5.5 Teknik Pembesaran 65 5.5.1. Pengeringan kolam dan pengecekan kondisi kolam 65 5.5.2. Pemeriksaan keasaman tanah 65 5.5.3. Pemupukan 65 5.5.4. Pemasukan air 66 5.5.5. Penebaran benih 67 5.5.6. Pemberian pakan 68 5.5.7. Panen dan Pasca Panen 70

5.6. Pengolahan Produk Perikanan 71 5.6.1. Ikan sebagai sumber makanan 71 5.6.2. Pengawetan dan pengolahan 72

BAB VI. PEMBESARAN DALAM KARAMBA JARING APUNG

6.1 Pemilihan Lokasi 76 6.1.1 Tipe perairan 76 6.1.2 Arus 77

6.2 Persiapan 77 6.2.1 Konstruksi Rangka dan geladak serta penempatan karamba 77 6.2.2 Pembuatan dan pemasangan jaring 79

Page 7: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

vi

6.3 Teknik Pemeliharaan 81 6.3.1 Pemilihan dan Penebaran benih 81 6.3.2 Pemberian pakan 81 6.3.3 Panen 83

BAB VI. PEMBESARAN DALAM KOLAM TERPAL 7.1 Pemilihan Lokasi 84 7.2 Pembuatan Rangka dan Kolam Terpal 85 7.3 Sistem Pengairan dan Aerasi 86 7.4 Teknik Pemeliharaan 89 7.5 Panen 90

BAB VIII. PEMBENIHAN 8.1 Pemilihan Induk 91

8.1.1 Induk betina : 91 8.1.2 Induk jantan : 92

8.2 Teknik Produksi Kelamin Tunggal Ikan Nila 93 8.2.1. Persiapan induk 94 8.2.2 Pembuatan pakan dengan campuran hormon 95 8.2.3 Identifikasi jenis kelamin 97

BAB IX. HAMA DAN PENYAKIT 9.1 Penyebab 99 9.2 Penyakit Tidak Menular 99

9.2.1 Stres 99 9.2.2 Keracunan 100 9.2.3 Kurang gizi 100

9.3 Penyakit Menular 101 9.3.1 Penyakit yang disebabkan oleh virus 101 9.3.2 Penyakit yang disebabkan oleh bakteri 102 9.3.3. Penyakit yang disebabkan oleh jamur 102 9.3.4 Penyakit yang disebabkan oleh protozoa 103 9.3.5 Penyakit yang disebabkan oleh metazoa 103 9.3.6 Penyakit yang disebabkan oleh Cestoda dan Nematoda 104 9.3.7 Krustasea dan golongan lintah 104

9.4 Pencegahan Penyakit 105 9.4.1 Uji dan musnahkan 105 9.4.2 Karantina dan isolasi 105

Page 8: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

vii

9.4.3 Pengobatan dan menjaga kebersihan 106 9.4.4 Imunisasi 106 9.4.5 Mengontrol dan membasmi hewan inang perantara 106 9.4.6 Mencegah dan mengontrol bahan-bahan beracun 107

9.5 Pengidentifikasian Penyakit 107 9.6 Pengobatan Penyakit 108

9.6.1 Pengobatan luar 108 9.6.2 Pengobatan dalam 110

9.7 Kasus: penyakit yang sering menyerang ikan lele 111 9.8 Beberapa jenis parasit yang menyerang ikan di perairan Aceh 112

BAB X ANALISIS KELAYAKAN USAHA 10.1 Studi Kelayakan Ekologis 115

10.1.1 Persiapan tabel parameter yang akan diukur 116 10.1.2 Cara penilaian dan pengisian tabel 119

10.2 Kelayakan Ekonomis (Analisis usaha) 120 10.2.1 Budidaya Ikan dalam karamba jaring apung (contoh)

120 10.2.2 Pelet (Mengacu pada Bab 4, meramu pakan dari

lebih 2 bahan) 123

DAFTAR PUSTAKA 124 BIODATA RINGKAS PENULIS 127

Page 9: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Ukuran pelet ikan berdasarkan ukuran ikan (Hashim, 2000) 31

Tabel 3.2. jumlah pemberian makanan ikan lele menurut tahap pertumbuhannya (Hashim, 2000). 32

Tabel 4.1. Kandungan Nutrisi Beberapa Macam Bahan Mentah yang Dapat Digunakan Untuk Membuat Pakan Ikan Nila 37

Tabel 5.1.Jumlah kebutuhan kapur untuk setiap kondisi tanah 66

Tabel 8.1. Beberapa jenis hormon jantan dan aplikasinya pada ikan nila stadium larva (Jairin, 2002). 96

Tabel 9.1. Jenis dan dosis obat yang dianjurkan untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh parasit (Ali, 1998). 109

Tabel 9.2. Beberapa jenis obat dan dosisnya yang sering digunakan untuk pengobatan dalam/oral (Ali, 1998). 110

Tabel 10.1. Contoh matriks skoring penilaian lokasi 116

Tabel 10.2. Anggaran biaya 121

Page 10: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Ilustrasi layout lahan sawah untuk mina padi (Sumber: Koesoemadinata and Costa-Pierce, 1992) 6

Gambar 1.2. Ilustrasi pemeliharaan ikan bersama padi di sawah (Sumber: Bocek et al. 1998) 7

Gambar 1.3. Penampakan ikan yang dipelihara bersama padi (mina padi) di Yogyakarta (Sumber: http://jogjaportal.com) 7

Gambar 1.4. Beberapa model aquaponic fish farming yang telah dikembangkan (Sumber: https://freebornblog.wordpress.com/2013/11/05/aquaponics-and-vertical-farming/; http://fishfarmstay.com/about-us/aquaponics/; http://livingreen.co.il/125649/Home-Aquaponics) 8

Gambar 4.1. Proses penghancuran bahan mentah menjadi tepung 48

Gambar 4.2. Penjemuran bahan mentah yang telah menjadi tepung 49

Gambar 4.3. Penimbangan bahan 49

Gambar 4.4. Bahan-bahan yang telah ditimbang dan ditempat pada wadah terpisah 49

Gambar 4.5. Pencampuran bahan-bahan dalam mixer 50

Gambar 4.6. Proses mencetak pelet 50

Gambar 4.7. Proses menjemur pelet 50

Gambar 4.8. Pelet yang telah kering siap diberikan untuk ikan 51

Gambar 5.1. Tanah liat berpasir memiliki kekompakan yang tinggi baik untuk pembangunan kolam ikan 61

Page 11: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

x

Gambar 6.1. Ilustrasi karamba tampak atas dan penempatan pelampung 78

Gambar 6.2. Sketsa unit karamba tampak samping 78

Gambar 6.3. Jenis jaring polyethelene yang dapat dipakai untuk jaring apung 80

Gambar 6.4. Karamba ikan tradisional yang terdiri dari lebih dari empat petakan jaring 80

Gambar 6.5. Karamba ikan modern yang terbuat dari bahan HDPE dan serat fiber (Sumber: ttps://acrdock.en.ecplaza.net/products/fish-farm-fishing-netaquatic-farmfishing-cage_1167203) 80

Gambar 6.6. Karamba jaring apung skala intensif 83

Gambar 7.1. Ikan nila yang dipelihara dalam kolam terpal di Universiti Sains Malaysia, Pulau Pinang 86

Gambar 7.2. Ilustrasi bentuk rangka dasar dari pipa aluminium dengan pipa 87

Gambar 7.3. Contoh sketsa tata letak kolam terpal serta instalasi air dan aerasinya 88

Gambar 7.4. Kolam kanvas yang telah berumur lebih dari 10 tahun di USM Penang, Malaysia. 89

Gambar 8.1. Penampakan gonad jantan dan betina 97

Gambar 8.2. Penampakan clasper pada ikan baung Mystus nemurus 98

Gambar 9.1. Morphology of Asian fish tapeworm (Bothriocephalus acheilognathi) 113

Gambar 9.2. Siklus hidup (Sumber: Behrhermann-Godel, 2015) 114

Gambar 9.3. 1-4: 1. Bagian anterior Procamallanus sp. yang memperlihatkan bagian mulut, esophagus dan nerve ring; 2. Bagian ekor dari Procamallanus sp.; 3. Bagian kepala dan badan Anisakis sp.; 4. Bagian ekor Anisakis

sp. yang memperlihatkan bagian mucron 114

Page 12: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

1

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Ringkas Akuakultur dan Pemuliaan Ikan

Akuakultur adalah suatu usaha atau kegiatan pemeliharaan

organisme akuatik secara terkontrol baik tidak hanya terbatas

pada ikan tetapi juga termasuk di dalamnya moluska, krustasea

dan tumbuhan air, misalnya rumput laut. Usaha pemeliharaan

ikan sudah dipraktikkan ribuan tahun yang lalu yaitu lebih dari

4.000 tahun yang lampau, para ahli percaya bahwa akuakultur

pertama-tama dipraktikkan di daratan Cina karena catatan

tentang dokumentasi tentang hal ini ditemukan pertama kalinya

di Cina, yaitu pada masa Dinasti Zhao (1112-221 SM) dan

Dinasti Tang pada (500 SM). Jenis ikan yang pertama

dipelihara oleh masyarakat China pada waktu itu adalah ikan

mas Cyprinus carpio. Sedangkan di Jepang, akuakultur dimulai

lebih kurang 2.000 tahun yang lampau dimana masyarakat di

sana memelihara ikan di saluran-saluran irigasi yang ada.

Sedangkan di Eropa kegiatan akuakultur dipercaya dimulai oleh

masyarakat Romawi, mereka memelihara oister (tiram) di Teluk

Mediterranean, sedangkan di Amerika kegiatan ini dimulai

sekitar tahun 1859, jenis ikan yang pertama dibudidayakan

adalah brook trout, Salvelinus fontinalis.

Para ahli perikanan percaya bahwa usaha budidaya laut

dimulai di Indonesia yaitu pada kurun waktu 1.400 M dan

Philipina pada kurun 1,700 M, dimana masa itu masyarakat di

sana menangkap dan memelihara ikan bandeng muda di

Page 13: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

11

BAB II.

EKOLOGI IKAN

2.1 Pendahuluan

Air merupakan medium tempat hidup ikan sepanjang hayat,

jika air tidak tersedia maka sudah pasti ikan tidak dapat ditemui

di daerah itu. Pepatah yang mengatakan “dimana ada air disitu

ada ikan” hal ini menunjukkan bahwa ikan dapat hidup dimana

saja sepanjang air tersedia. Ikan dapat hidup di danau-danau

atau genangan air puncak gunung yang tinggi, ikan juga dapat

hidup di palung-palung laut yang gelap dan sangat dalam. Di

laut atau di danau, ikan menghuni semua lapisan air mulai dari

lapisan permukaan, lapisan tengah dan dasar perairan.

Keperluan ikan akan air sebenarnya sangat berkaitan

dengan apa yang terkandung dalam air dan organ pernafasan

ikan. Sebenarnya di dalam air terdapat berbagai bahan kimia

yang diperlukan oleh ikan baik yang terlarut atau dalam bentuk

partikel tersuspensi. Untuk bernafas misalnya ikan

menggunakan insang dan seperti halnya makhluk hidup lainnya

membutuhkan oksigen untuk bernafas. Oksigen yang dapat

dimanfaatkan untuk pernafasan adalah oksigen yang terlarut

dalam air, oksigen tersebut hanya dapat diserap dengan

menggunakan insang, walaupun pada beberapa spesies ikan

ada yang memiliki alat pernafasan tambahan selain insang

(untuk lebih jelas silahkan baca Buku Pengantar Iktiologi yang

telah kami terbitkan sebelumnya), namun insang berfungsi

sebagai alat pernafasan utama pada semua spesies ikan.

Page 14: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

21

BAB III.

KEBUTUHAN GIZI DAN PENGELOLAAN PAKAN

3.1 Keperluan Energi

Ikan memerlukan makanan sebagai sumber energi untuk

keperluan fisiologis dan aktifitasnya. Keperluan fisiologis yaitu

untuk proses-proses yang terjadi di dalam tubuhnya misalnya

untuk reproduksi dan respirasi, sedangkan aktifitas hariannya

misalnya berenang. Berbeda dengan hewan darat, ikan sangat

mengandalkan protein sebagai sumber energinya diikuti oleh

lemak dan karbohidrat. Kebutuhan energi pada ikan sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor-faktor tersebut dalam

dikategorikan mejadi faktor dalaman (internal) dan faktor faktor

luar (eksternal), beberapa faktor dijelaskan berikut ini.

3.1.1 Spesies

Kebutuhan energi pada ikan sangat tergantung pada

spesies ikan, artinya bahwa masing-masing-masing spesies

memerlukan energi yang berbeda dengan spesies yang lain.

Hal ini disebabkan karena perbedaan aktifitas dari setiap jenis

ikan. Ikan-ikan yang bersifat aktif akan memerlukan energi lebih

besar dibandingkan dengan ikan-ikan yang bersifat pasif.

Perbedaan keperluan makanan ini juga akan berdampak pada

perbedaan keperluan atau konsumsi oksigen, karena keperluan

energi yang tinggi akan memerlukan suplai makanan yang

banyak untuk itu diperlukan juga oksigen yang banyak untuk

mengoksidasi makanan tersebut menjadi energi.

Page 15: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

34

BAB IV.

TEKNIK FORMULASI PAKAN BUATAN

4.1 Pentingnya Pakan Buatan

Makanan untuk ikan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu

makanan alami dan makanan buatan. Pemberian makanan

buatan adalah salah satu untuk meningkatkan produksi ikan

yang dibudidayakan. Kebutuhan pakan ini sangat tergantung

pada tingkatan usaha yang dijalankan yaitu ekstensif, semi

intensif dan intensif. Ikan nila dapat hidup dengan baik dalam

kolam karena dapat memanfaatkan beragam jenis makanan,

namun demikian pada masa larva ikan nila tidak mau memakan

makanan bukan, oleh karena itu ketersediaan makanan alami

pada tahap ini adalah sangat penting, untuk memastikan

tersedia cukup pakan alami di kolam perlu dilakukan

pemupukan kolam. Setelah mencapai panjang 4-5 cm, ikan nila

mulai mau memakan berbagai makanan termasuk pakan

buatan yang diberikan.

Pada budidaya ikan secara tradisional misalnya makanan

alami merupakan pakan utama dan makanan buatan hanya

digunakan sebagai tambahan saja. Jika makanan buatan

diberikan maka kepadatan ikan yang dipelihara dapat

ditingkatkan. Pilihan pemberian makanan secara rutin (intensif)

atau tidak sebenarnya adalah masalah pertimbangan ekonomi,

hal ini tergantung pada biaya yang tersedia dan

rasionkonversikan pakan.

Page 16: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

52

BAB V.

PEMBESARAN IKAN DALAM KOLAM

5.1 Pendahuluan

Kolam dapat didefinisikan sebagai lahan tergenang yang

mempunyai volume air terbatas dan dangkal yang digunakan

untuk tempat pemeliharaan ikan secara terkontrol dan dibangun

sedemikian rupa sehingga dapat dikeringkan dengan mudah

(Huet, 1995). Artinya bahwa bagian air yang tidak dapat

dikeringkan seperti kolam alami, danau dan parit adalah tidak

dapat dikategorikan sebagai kolam.

Kolam ikan dapat dibangun dimana saja, namun harus

mempertimbangkan beberapa hal diantaranya adalah: topografi

lahan dan sumber air menyangkut volume dan kualitas air. Hal

yang paling penting dipertimbangkan sebelum membangun

kolam adalah pemilihan tanah dan reka bentuk kolam yang

meliputi pematang dan sistem pengairannya yaitu saluran

masuk dan keluar air. Selain itu pula kedalaman kolam juga

perlu diperhatikan, kolam tidak boleh terlalu dalam atau

dangkal. Kedalaman yang baik berkisar antara 0,75 sampai 2

meter. Kolam yang dibangun harus dapat dikeringkan dengan

cepat melalui parit atau saluran air yang terdiri dari saluran

primer atau sekunder. Rangkaian saluran air dalam kolam.

Monk mesti memiliki penghalang untuk mencegah ikan keluar

yang biasanya tersebut dari kepingan papan yang dapat

disesuaikan jumlahnya mengikuti tinggi air yang diinginkan.

Page 17: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

76

BAB VI.

PEMBESARAN DALAM KARAMBA JARING

APUNG

Pembesaran ikan dalam karamba jaring apung di Indonesia

mulai berkembang sejak tahun 1990 an. Istilah karamba jaring

apung identik dengan bahan yang digunakan sebagai karamba,

yaitu jaring polyethelene. Jaring ini didesai sedemikian rupa

sehingga berbentu persegi empat yang diikatkan pada rakit

terapung.

Sistim budidaya ini biasanya dilakukan diperairan terbuka

yang memiliki kedalaman air yang cukup besar, yaitu lebih dari

10 meter. Sistim ini memiliki keunggulan yaitu dapat menekan

biaya investasi untuk pembangunan kolam, efiensi

pemanfaatan lahan dan manajemen produksi.

6.1 Pemilihan Lokasi

Selain harus memenuhi beberapa persyaratan ekologis

(kualitas air) dan teknis (Bab 3), lokasi yang akan dipilih harus

memenuhi beberapa persyaratan diantaranya adalah:

6.1.1 Tipe perairan

Budidaya ikan nila dalam karamba jaring apung dapat

dilakukan diberbagai jenis perairan umum misalnya; sungai,

danau, waduk atau laut. Kedalaman dan luas perairan perlu

diperhatikan untuk menentukan kontruksi karamba dan jumlah

unit karamba yang dapat ditempatkan. Kedalaman air yang baik

Page 18: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

84

BAB VII.

PEMBESARAN DALAM KOLAM TERPAL

Sistem budidaya ikan nila dalam kolam terpal (kanvas)

pertama kali dimulai di Penang, Malaysia. Teknik pemeliharaan

ini dikembangkan oleh Aquaculture Research Group University

Sains Malaysia, pada akhir tahun 1980 an. Saat ini teknik

pemeliharaan ikan dalam tangki kanvas sudah berkembang

pesat di Malaysia dan mulai diperkenalkan di beberapa Afrika

dan Amerika Latin, di Indonesia sendiri teknik pemeliharaan ini

belum begitu dikenal. Selain untuk tujuan bisnis, pemeliharaan

ikan dalam kanvas juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan

rekreasi atau kolam hias yang ditempat di samping atau

pekarangan rumah.

7.1 Pemilihan Lokasi

Pemeliharaan ikan dalam kolam kanvas tidak memerlukan

lokasi dengan persyaratan khusus, karena pada dasarnya

dapat diterapkan pada semua lokasi asal memiliki ke landaian

atau kemiringan lahan yang baik untuk memudahkan

penempatan unit-unit tangki.

Teknik pemeliharaan seperti ini cocok dikembangkan di

kawasan dengan keterbatasan lahan misalnya di kota-kota,

selain itu memiliki keunggulan lain yaitu tidak merusak

lahan/tanah, mudah dialih pindahkan, mudah dalam

manajemen pakan dan kualitas air dan pengontrolan hama

penyakit serta panen. Dari segi investasi pula sangat rendah

Page 19: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

91

BAB VIII.

PEMBENIHAN

Salah satu spesies ikan yang mudah dipijahkan adalah ikan

nila (Oreochromis niloticus) oleh karena itu untuk Bab tentang

Pembenihan ini kita ambil contoh kasus untuk ikan nila agar

mudah dipahami dan diterapkan.

8.1 Pemilihan Induk

Induk ikan nila yang unggul memiliki ciri-ciri antara lain;

memiliki fekunditas (kemampuan untuk menghasilkan telur)

yang tinggi sehingga akan dapat dihasilkan

benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang

tinggi; pertumbuhannya cepat, biasanya merupakan hasil

seleksi bertingkat pada sejumlah calon induk; responsif

terhadap makanan buatan yang diberikan (mafsu makannya

baik); resisten terhadap penyakit; mudah menyesuaikan diri

atau beradaptasi lingkungan perairan yang relatif buruk.

Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-

180 gram/ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan. Untuk

membedakan antara induk jantan dan betina dapat digunakan

petunjuk atau tanda-tanda sebagai berikut:

8.1.1 Induk betina :

Terdapat tiga buah lubang pada urogenetial

yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine; ujung

sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas; warna perut

Page 20: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

99

BAB IX.

HAMA DAN PENYAKIT

9.1 Penyebab

Timbulnya penyakit merupakan interaksi antara tiga faktor

penting yaitu lingkungan, patogen dan kondisi ikan sendiri.

Patogen berupa virus bakteri dan lain-lain senantiasa ada

didalam air. Ikan memiliki ketahanan secara alami terhadap

serangan penyakit atau patogen. Patogen akan menyerangkan

ikan bila ketahanan tubuh menurun akibat faktor lingkungan

melampaui nilai kritis.

Penyakit pada ikan dapat kita golongan menjadi penyakit

yang bersifat menular dan penyakit yang tidak menular.

Penyakit yang menular biasanya disebabkan oleh

mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, protozoa dan

metazoan. Sedangkan penyakit yang tidak menular disebabkan

oleh stress, keracunan dan kekurangan zat gizi. Kebayakan

infeksi oleh virus dan keracunan terjadi secara mendadak dan

menyebabkan kematian ikan secara masal, pada kasus

keracunan misalnya ikan dapat mati dalam beberapa jam,

sedangkan pada kasus infeksi oleh virus ikan dapat mati

setelah beberapa hari terinfeksi.

9.2 Penyakit Tidak Menular

9.2.1 Stres

Biasanya stress pada ikan disebabkan oleh perubahan

lingkungan, misalnya meningkatnya suhu air yang dapat

menyebabkan meningkatnya laju metabolisme ikan, faktor

Page 21: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

115

BAB X.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

Sebelum sebuah usaha budidaya ikan dijalankan seorang

pengusaha atau petani ikan harus terlebih dahulu melakukan

suatu kegiatan penilaian kelayakan usaha. Kelayakan usaha

secara umum dapat dibagi atas kelayakan ekologis dan

kelayakan ekonomis. Artinya bahwa secara ekologis lokasi

yang pilih sesuai untuk pemeliharaan ikan dan secara

ekonomis menguntungkan untuk dijalan.

Dalam studi kelayakan ekologis parameter yang digunakan

mengacu kepada persyaratan ekologis dan teknik (Bab 5),

serta beberapa parameter tambahan jika diperlukan. Di sini

kami memberi contoh untuk rencana budidaya ikan nila

Oreochromis niloticus.

10.1 Studi Kelayakan Ekologis

Pada Bab 5 telah dijelaskan beberapa persyaratan ekologis

dan teknik untuk ikan nila. Berdasarkan persyaratan tersebut

kita selanjutnya dapat menilai suatu lokasi layak atau tidak

untuk dijadikan suatu lokasi budidaya ikan. Parameter yang

digunakan di sini bervariasi tergantung kepada tipe budidaya

yang akan dikembangkan misalnya budidaya karamba atau

kolam.

Dalam Bab ini kami akan memberi contoh cara menyiapkan

table untuk penilaian lokasi untuk budidaya ikan nila dalam

karamba jaring apung. Teknik yang dipakai adalah memberikan

Page 22: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

124

DAFTAR PUSTAKA

Ackefor, H. J.V. Huner, M. Konikoff. 1994. Introduction to the

general principles of aquaculture. Food Production Press.

Norwood, Australia.

Ali, A. 1998. Pengawalan penyakit dan parasit ikan air tawar.

Pusar Sain kajihayat, USM Penang. Malaysia.

Ahmad, M. 1989. Budidaya air. Yayasan Obor Indonesia,

Jakarta.

Anonimous, 2006. IPB Kembangkan nila nirwana. Komunitas

Sekolah Sumatera, Pustaka On Line.

Anonimous, 2007b. Budidaya tambak udang. Bappeda

Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.

Behrmann-Godel, J. 2015. Diseases agents and parasites of

carp, in Pietsch, C., P. Hirsch. Biology and ecology of

carp. Taylor and Francis Group LLC, CRS Press., Enland.

Bocek, A., S. Hall, S. Gray. 1998. Introduction to fish culture in

rice paddies. International Center for Aquaculture and

Aquatic Environment, Auburn University, Auburn.

DKP Aceh. 2016. Statistik Budidaya 2016. Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Aceh, Banda Aceh.

Firdus., Z.. Muchlisin Z.A. 2005. Pemanfaatan keong mas

sebagai pakan alternatif dalam budidaya ikan kerapu

(Epinephelus tauvina). Enviro, 5(1) : 64 – 66.

Hasyim, R. 2000. Azas-Azas ternakan ikan dalam kolam

(petunjuk teknis). USM Penang, Malaysia.

Heut, M. 1986. Text Book of fish culture: breeding and

cultivation, Second Edition. Blackwell Sciencetific Pub. Ltd.

Oxford, England.

Koesoemadinata, S., B.A. Costa-Pierce. 1992. Development of

rice-fi sh farming in Indonesia: past, present and future,

p. 45-62. In C.R. De la Cruz, C. Lightfoot, B.A. Costa-

Pierce, V.R. Carangal and M.P. Bimbao (eds.) Rice-fi sh

research and development in Asia. ICLARM Conf. Proc.

24, 457 p.

Page 23: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

125

Kottelat, M., I. Rahmawati, Sutikno. 1999. Freshwater fishes in

Sumatera and Borneo. Gramedia, Jakarta.

Lall, S.P. 1991. Concept in the formulation and preparation of a

complete fish diet. In Proceeding of the Fourth Asian Fish

Nutrition Workshop, India September 1990. De Silva (ed.).

Fish Nutrition in Asia.1-12 pp.

Moosa, M.K., I. Aswandy, A. Kasry. 1985. Kepiting bakau,

Scylla serrata (Forskal) dari Perairan Indonesia. LON-LIPI,

Jakarta. 18p.

Muchlisin, Z.A., Munazir, A.M., Fuadi, Z., Winaruddin, W., Adlim,

M., Hendri, A. 2014. Prevalence of ectoparasites on

keureling fish the Acehnese mahseer, Tor tambra (Pisces:

Cyprinidae) from aquaculture ponds and wild population of

Nagan Raya District, Indonesia. Human and Veterinary

Medicine, 6(3):148-152.

Muchlisin, Z.A., Z. Fuadi, N. Fadli, S. Sugianto. 2015. The first

and preliminary report on the Asian fish tapeworm infection

on the local mahseer fish (Tor tambra) in Nagan Raya

District, Aceh Province, Indonesia. Bulgarian Journal of

Veterinary Medicine, 18(4): 361-366.

Muchlisin, Z.A., B. Lubis, A. S. Batubara, I. Dewiyanti, M. Affan,

M. Sidqi. 2018. Nemathelminthes Worms Infestation of the

Indonesian Shortfin Eel (Anguilla bicolor) Harvested from

Aceh Waters, Indonesia. Philippine Journal of Veterinary

Medicine, 55(1): 59-64.

Mudjiman, A. Makanan ikan. Penerbar Swadaya. Jakarta.

Mundayana, M. 2004. Teknologi mempersiapkan pakan ikan.

Balai Budidaya Air Tawar, Sukabumi, Jawa Barat.

Primavera, J.H. 2000. Integrated mangrove-aquaculture in Asia.

Southeast Asian Fisheries Development Center.

Philippine. Integrated Coastal Zone Management. 121-130

pp.

Pustawka, C. M.A McNiven, G.F. Richardson., S.P. Lall. 2000.

Source of dietary lipid affect sperm plasma membrane

integrity and fertility in rainbow trout Oncorhynchus mykiss

Page 24: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

126

(Walbaun) after cryopreservation. Aquaculture Research,

31:297-305.

Ricker, M.W.E. 1975. Computation and Interpretation of

Biological Statstics of Fish Populations. Bull. Fish. Rcs.

Board Can. No. 119. 382 p.

Sucipto, A., R.E. Prihartono. 2005. Pemebesaran ikan nila

merah bangkok. Penebar Swadaya, Jakarta.

Thodesen, J., R. Ponzoni. 2004. GIFT technology manual: an

aid to tilapia selective breeding. The World Fish Center,

Penang. Malaysia.

Tokuda, M., T. Yamaguchi, L. Wakui, T. Sato, M. Takeuchi.

2000. Tocopherol affinity for serum lipoprotein of Japanese

flounder Paralichthys olivaceus during the reproduction

period. Fisheries Science, 66:619-624.

Yahya, M.A. 2001. Perikanan tangkap indonesia (Suatu

Pendekatan Filosofid dan Analisis kebijakan). Program

PPs IPB Bogor, Bogor.

Zairin, M. 2002. Memproduksi benih ikan jantan atau betina,

Sex reversal. Penebar Swadaya, Jakarta.

Zonneveld, N., E.A. Huisman, J.H. Boon. 1993. Prinsip-prinsip

budidaya ikan. PT. Gramedia, Jakarta.

Page 25: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

127

BIODATA RINGKAS PENULIS

Muchlisin lahir di Banda Aceh

pada 11 September 1971, anak dari H.

Zainal Abidin (Alm) dan Hj. Cut Nursiah,

S.Pd. Menikah dengan Nelly Feryanti,

S.Pd dan memiliki 2 orang putra

Muhammad Fayyaz Almizan dan

Muhammad Farel Alazizia.

Menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1 Sinabang, SMPN 4

Banda Aceh dan SMAN 3 Banda Aceh pada tahun 1991.

Kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru pada tahun yang

sama dan lulus pada tahun 1997 dalam bidang Budidaya

Perairan. Muchlisin diangkat sebagai calon dosen Universitas

Syiah Kuala pada tahun 1999 dan menjadi dosen tetap dengan

jabatan Akademik Asisten Ahli pada tahun 2000.

Pada tahun 2001 yang bersangkutan mendapat tugas

belajar ke Universiti Sains Malaysia dengan beasiswa OECF

JBIC lulus tahun 2003 dalam bidang Aquatic Biology dengan

kajian tentang teknik penyimpanan sperma ikan baung.

Selanjutnya pada tahun 2009 kembali mendapat tugas belajar

ke universitas yang sama dengan beasiswa DIKTI LN dalam

bidang Iktiologi dan lulus tahun 2011 dengan kajian tentang

biodiversitas ikan air tawar di Provinsi Aceh dengan fokus pada

bioekologi dan genetika ikan Depik di danau Laut Tawar. Pada

tahun 2014 Muchlisin dianugerahi Jabatan Akademik Guru

Page 26: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id

128

Besar (Professor) pada Fakultas Kelautan dan Perikanan

Universitas syiah Kuala dalam Bidang Iktiologi dan pada tahun

yang sama juga terpilih sebagai Dosen Berprestasi I Universitas

Syiah Kuala.

Selain aktif menulis artikel di berbagai jurnal

internasional dan tercatat sebagai penulis paling produktif di

Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang terekod di Scopus, dan

menduduki peringkat 1 Score Sinta di Unsyiah, Muchlisin juga

aktif sebagai reviewer dan editor di berbagai jurnal internasional

dan nasional. Selain itu juga tercatat sebagai reviewer

penelitian bersertifikasi pada Universitas Syiah Kuala dan

Kemenristek Dikti. Pada tahun 2018 mendapatkan

penghargaan Sinta Awards sebagai penulis terproduktif

peringkat 3 nasional kategori PTN Satker. Buku ini adalah Buku

ketiga yang ditulis oleh penulis setelah sebelum menerbitkan

buku „Pengantar Iktiologi” tahun 2017 dan “Kiat Penulisan

Artikel Ilmiah untuk Jurnal Nasional dan Internasional, pada

tahun 2018.

Page 27: PENGANTAR - omp.unsyiahpress.id