panduan skrining-pasien terbaru

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuannya adalah menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit. Informasi diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani rumah sakit, pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien, dan transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke palayanan lain. Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat skrining pada kontak pertama. Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik 1

Upload: tettanya-iyu-sama-ariqah

Post on 17-Sep-2015

1.028 views

Category:

Documents


142 download

DESCRIPTION

Panduan Skrining-pasien Terbaru

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangRumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuannya adalah menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit. Informasi diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani rumah sakit, pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien, dan transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke palayanan lain.Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat skrining pada kontak pertama. Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya. Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi emergensi atau apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk mengobati, mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada hasil skrining dan evaluasi. Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan rujukan kepelayanan kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas yang memadai sesuai kebutuhan pasien.

B. Ruang LingkupRuang lingkup pelayanan instalasi gawat darurat meliputi:1. Pasien dengan kasus True EmergencyYaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.2. Pasien dengan kasus False EmergencyYaitu pasien dengan: Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tidak memerlukan tindakan darurat Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992 pelayanan rumah Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi kelas/tipe A,B,C,D dan E (Azwar,1996):1. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan umum dan 2 (dua) pelayanan medik spesialis dasar.2. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) pelayanan penunjang medik.3. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lainnya dan 2 (dua) subspesialis dasar serta dapat menjadi RS pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.4. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lainnya dan 13 (tiga belas) subspesialis serta dapat menjadi RS pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat skrining pada kontak pertama. Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya. Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi emergensi atau apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk mengobati, mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada hasil skrining dan evaluasi.Pelayanan Medik Spesialis Dasar adalah pelayanan medik spesialis Penyakit Dalam, Obstetri dan ginekologi, Bedah dan Kesehatan Anak. Pelayanan Spesialis Penunjang adalah pelayanan medik Radiologi, Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Anaestesi dan Reanimasi, Rehabilitasi Medik. Pelayanan Medik Spesialis lain adalah pelayanan medik spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan, Mata, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Syaraf, Gigi dan Mulut, Jantung, Paru, Bedah Syaraf, Ortopedi. Pelayanan Medik Sub Spesialis adalah satu atau lebih pelayanan yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis. Pelayanan Medik Sub Spesialis dasar adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis 4 dasar. Dan Pelayanan Medik Sub Spesialis lain adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis lainnya.C. Batasan Operasional1. Instalasi gawat daruratAdalah unit pelayanan dirumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.2. TriageAdalah pengelompkan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma/pemnyakit serta kecepatan penanganan/ pemindahannya.3. PrioritasAdalah penetuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul4. Survey primerAdalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi ang mengancam jiwa5. Survey SekunderAdalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.6. Pasien gawat daruratPasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawt atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.7. Pasien gawat tidak daruratPasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut8. Pasien darurat tidak gawatPasien akibat musibah yang dating tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal9. Pasien tidak gawat tidak daruratMisalnya pasien dengan ulcus peptikum, tbc kulit10. Kecelakaan ( Accident)Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang dating secara mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulakan cedera fisik, mental, dan social.Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut:1) Tempat kejadian Kecelakaan lalu lintas Kecelakaan dilingkungan rumah tangga Kecelakaan dilingkungan pekerjaan Kecelakaan di sekolah Kecelakaan di tempat-tempat umum lein seperti halnya : tempat rekreasi, perbelanjaan, diarea olah raga dan lain-lain2) Mekanisme kejadianTertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.3) Waktu kejadian1. Waktu perjalanan (travelling/ transport time)2. Waktu bekerja, sekolah, waktu bermain dan lain-lain

11. BencanaPeristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehiduapan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu system atau organ dibawah ini, yaitu:1. Susunan saraf pusat 2. Pernafasan3. Kardiovaskuler4. Hati5. Ginjal6. PancreasKegagalan system / organ tersebut dapat disebabkan oleh:1. Trauma/ cedera2. Infeksi3. Keracunan4. Degeneresasi (failure)5. Asfiksia6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of water and electrolit)7. Dan lain-lainKegagalan system susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat, sedangkan kegagalan system organ yang lain dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang lama.Dengan demikian keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat2. Kecepatan meminta pertolongan3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikana. Ditempat kejadianb. Dalam perjalanan ke rumah sakitc. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit

BAB IIDEFINISI

Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita memerlukan pemeriksaan medis segera, apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal bagi penderita. Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang harus dapat memberikan pelayanan darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan, sesuai dengan standar. IGD adalah suatu unit integral dalam satu rumah sakit dimana semua pengalaman pasien yang pernah datang ke IGD tersebut akan dapat menjadi pengaruh yang besar bagi masyarakat tentang bagaimana gambaran Rumah Sakit itu sebenarnya. Fungsinya adalah untuk menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang menunjukkan gejala yang bervariasi dan gawat serta juga kondisi-kondisi yang sifatnya tidak gawat. IGD juga menyediakan sarana penerimaan untuk penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana, hal ini merupakan bagian dari perannya di dalam membantu keadaan bencana yang terjadi di tiap daerah.Rumah sakit merupakan terminal terakhir dalam menanggulangi penderita gawat darurat oleh karena itu fasilitas rumah sakit, khususnya instalasi gawat darurat harus dilengkapi sedemikian rupa sehingga dapat menanggulang gawat darurat. Pelayanan keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan gawat darurat berbentuk Bio-Psiko-Sosio-Spiritual yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai masalah aktual atau potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.Skrining (screening) merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25 : 974 ). Menurut Rochjati P (2008), skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan. Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.1. Tujuan SkriningUntuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditentukan. Test skrining dapat dilakukan a) Pertanyaan/ Quesionerb) Pemeriksaan fisikc) Pemeriksaan laboratoriumd) X-raye) Diagnostik imaqina

BAB IIILangkah- Langkah Skrining

Penderita non trauma atau trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Waktu berperan sangat penting, oleh karena itu diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal dengan Initial assessment ( penilaian awal ). Penilaian awal meliputi:1. Persiapan2. Triase3. Primary survey (ABCDE)4. Resusitasi5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi6. Secondary survey 7. Tambahan terhadap secondary survey8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinarnbungan9. Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik

Urutan kejadian diatas diterapkan seolah-seolah berurutan namun dalam praktek sehari-hari dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus.

A. PERSIAPANA. Fase Pra-Rumah Sakit1. Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan2. Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum penderita mulai diangkut dari tempat kejadian.3. Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit seperti waktu kejadian, sebab kejadian, mekanisme kejadian dan riwayat penderita.

B. Fase Rumah Sakit 1. Perencanaan sebelum penderita tiba2. Perlengkapan airway sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan di tempat yang mudah dijangkau3. Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau4. Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.5. Pemakaian alat-alat proteksi diri

B. TRIASETriase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Dua jenis triase :A. Multiple CasualtiesJumlah penderita dan beratnya trauma tidak melampaui kemampuan rumah sakit. Penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu.B. Mass CasualtiesJumlah penderita dan beratnya trauma melampaui kemampuan rumah sakit. Penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga yang paling sedikit akan mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu.

Pemberian label kondisi pasien pada musibah massal :A. Label hijauPenderita tidak luka, Ditempatkan di ruang tunggu untuk dipulangkan.B. Label kuningPenderita hanya luka ringan, Ditempatkan di kamar bedah minor IGD.C. Label merahPenderita dengan cedera berat. Ditempatkan di ruang resusitasi IGD dan disiapkan dipindahkan ke kamar operasi mayor IGD apabila sewaktu-waktu akan dilakukan operasiD. Label biruPenderita dalam keadaan berat terancam jiwanya. Ditempatkan di ruang resusitasi IGD disiapkan untuk masuk intensive care unit atau masuk kamar operasi.E. Label hitamPenderita sudah meninggal. Ditempatkan di kamar jenazah.

C. PRIMARY SURVEY A. Airway dengan kontrol servikal1. Penilaiana. Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)b. Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi2. Pengelolaan airwaya. Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line immobilisasi b. Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat yang rigidc. - Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal Pasang airway definitif sesuai indikasi ( lihat tabel 1 )3. Fiksasi leher4. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau perlukaan diatas klavikula.5. EvaluasiTabel 1- Indikasi Airway DefinitifKebutuhan untuk perlindungan airwayKebutuhan untuk ventilasi

Tidak sadarApneaParalisis neuromuskulerTidak sadar

Fraktur maksilofasialUsaha nafas yang tidak adekuatTakipneaHipoksiaHiperkarbiaSianosis

Bahaya aspirasiPerdarahanMuntah - muntahCedera kepala tertutup berat yangmembutuhkan hiperventilasi singkat,bila terjadi penurunan keadaan neurologis

Bahaya sumbatanHematoma leherCedera laring, trakeaStridor

B. Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi1. Penilaiana. Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan kontrol servikal in-line immobilisasi b. Tentukan laju dan dalamnya pernapasanc. Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.d. Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonore. Auskultasi thoraks bilateral2. Pengelolaan a. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 11-12 liter/menit)b. Ventilasi dengan Bag Valve Maskc. Menghilangkan tension pneumothoraxd. Menutup open pneumothoraxe. Memasang pulse oxymeter 3. Evaluasi

C. Circulation dengan kontrol perdarahan 1. Penilaiana. Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatalb. Mengetahui sumber perdarahan internalc. Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda diperlukannya resusitasi masif segera.d. Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.e. Periksa tekanan darah2. Pengelolaana. Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal b. Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta konsultasi pada ahli bedah.c. Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita usia subur), golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas Darah (BGA).d. Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.e. Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien-pasien fraktur pelvis yang mengancam nyawa.f. Cegah hipotermia 3. Evaluasi4. D. Disability1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-tanda lateralisasi3. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.E. Exposure/Environment1. Buka pakaian penderita2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang cukup hangat.

D. RESUSITASIA. Re-evaluasi ABCDEB. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan 20 mL/kg pada anak dengan tetesan cepat ( lihat tabel 2 )C. Evaluasi resusitasi cairan1. Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal ( lihat gambar 3, tabel 3 dan tabel 4 )2. Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) serta awasi tanda-tanda syokD. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan awal.1. Respon cepat Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau pemberian darah Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkin masih diperlukan2. Respon Sementara Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan pemberian darah Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan operatif Konsultasikan pada ahli bedah ( lihat tabel 5 ).3. Tanpa respon Konsultasikan pada ahli bedah Perlu tindakan operatif sangat segera Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti tamponade jantung atau kontusio miokard Pemasangan CVP dapat membedakan keduanya ( lihat tabel 6 )

Tabel 2- Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah,

Berdasarkan Presentasi Penderita SemulaKELAS IKelas IIKelas IIIKelas IV

Kehilangan Darah (mL)Sampai 750750-15001500-2000>2000

Kehilangan Darah (% volume darah)Sampai 15%15%-30%30%-40%>40%

Denyut Nadi100>120>140

Tekanan DarahNormalNormalMenurunMenurun

Tekanan nadi(mm Hg)Normal atau NaikMenurunMenurunMenurun

Frekuensi Pernafasan14-2020-3030-40>35

Produksi Urin(mL/jam)>3020-305-15Tidak berarti

CNS/ StatusMentalSedikit cemasAgak cemasCemas,bingungBingung,lesu(lethargic)

Penggantian Cairan(Hukum 3:1)KristaloidKristaloidKristaloid dan darahKristaloid dan darah

Table 3-Penilaian Awal dan Pengelolaan SyokKONDISIPENILAIAN (Pemeriksaan Fisik)PENGELOLAAN

TensionPneumothoraxDeviasi TrachealDistensi vena leherHipersonorBising nafas (-)Needle decompressionTube thoracostomy

Massive hemothorax Deviasi TrachealVena leher kolapsPerkusi : dullnessBising nafas (-)Venous accessPerbaikan VolumeKonsultasi bedahTube thoracostomy

Cardiac tamponadeDistensi vena leherBunyi jantung jauhUltrasoundPericardiocentesisVenous accessPerbaikan VolumePericardiotomyThoracotomy

Perdarahan IntraabdominalDistensi abdomenUterine lift, bila hamilDPL/ultrasonographyPemeriksaan VaginalVenous accessPerbaikan VolumeKonsultasi bedahJauhkan uterus dari vena cava

Perdarahan LuarKenali sumber perdarahanKontrol PerdarahanDirect pressureBidai / SplintsLuka Kulit kepala yangberdarah : Jahit

Tabel 4-Penilaian Awal dan Pengelolaan SyokKONDISIIMAGE FINDINGSSIGNIFICANCEINTERVENSI

Fraktur PelvisPelvic x-rayFraktur Ramus Pubic Kehilangan darah kurangdibanding jenis lain MekanismeKompresi LateralPerbaikan VolumeMungkin TransfuseHindari manipulasiberlebih

Open bookPelvic volume Perbaikan VolumeMungkin TransfusiPelvic volumeRotasi Internal PanggulPASG

Vertical shearSumber perdarahan banyakExternal fixatorAngiographyTraksi SkeletalKonsultasi Ortopedi

Cedera Organ DalamCT scanPerdarahan intraabdomimalPotensial kehilangan darah Hanya dilakukan bilahemodinamik stabilPerbaikan VolumeMungkin TransfusiKonsultasi Bedah

Tabel 5-Transient ResponderETIOLOGIPEM.FISIKPEM.DIAGNOSTIKTAMBAHANINTERVENSI

Dugaan Jumlahperdarahan kurang atauPerdarahan BerlanjutDistensi AbdomenFraktur PelvisFraktur PelvisPerdarahan LuarDPL atau ultrasonografiKonsultasi BedahPerbaikan VolumeMungkin TransfusiPasang bidai

Nonhemorrhagic Cardiac tamponadeDistensi vena leherBunyi jantung jauhUltrasoundBising nafas normalPericardiocentesisReevaluasi toraksDekompresi jarumTube thoracostomy

Recurrent/persistent tensionpneumothoraxDeviasi TrachealDistensi versa leherHipersonorBising nafas (-)

Tabel 6-Non responderETIOLOGIPEM.FISIKPEM.DIAGNOSTIKTAMBAHANINTERVENSI

Massive blood loss(Class III atau IV)Intraabdominal bleedingDistensi AbdomenDPL/USGIntervensi segera (ahli bedah)Perbaikan VolumeResusitasi Operatif

NonhemorrhagicTension pneumothorax

Distensi Vena LeherTrachea tergeserSuara nafas menghilangHipersonorChest Decompresion (Needlethoracocentesis diteruskandengan tube thoracostomy)Mungkin diperlukanpenggunaan monitoringinvasive

NonhemorrhagicCardiac tamponadeDistensi vena leherBunyi jantung jauhUltrasoundBising nafas normalPericardiocentesisNilai ulang ABCDENilai ulang jantungPericardiocentesis

Cedera tumpul jantungNadi # teraturPerfusi jelekEKG : kelainan iskemikTransesophagealechocardiographyUltrasonography(pericardial)Persiapan OKInvasive monitoringInotropic supportPertimbangkan operasi

E. TAMBAHAN PADA PRIMARY SURVEY DAN RESUSITASIA. Pasang EKG1. Bila ditemukan bradikardi, konduksi aberan atau ekstrasistole harus dicurigai adanya hipoksia dan hipoperfusi2. Hipotermia dapat menampakkan gambaran disritmia B. Pasang kateter uretra1. Kecurigaan adanya ruptur uretra merupakan kontra indikasi pemasangan kateter urine2. Bila terdapat kesulitan pemasangan kateter karena striktur uretra atau BPH, jangan dilakukan manipulasi atau instrumentasi, segera konsultasikan pada bagian bedah3. Ambil sampel urine untuk pemeriksaan urine rutine4. Produksi urine merupakan indikator yang peka untuk menilai perfusi ginjal dan hemodinamik penderita5. Output urine normal sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa, 1 ml/kgBB/jam pada anak-anak dan 2 ml/kgBB/jam pada bayiC. Pasang kateter lambung1. Bila terdapat kecurigaan fraktur basis kranii atau trauma maksilofacial yang merupakan kontraindikasi pemasangan nasogastric tube, gunakan orogastric tube.2. Selalu tersedia alat suction selama pemasangan kateter lambung, karena bahaya aspirasi bila pasien muntah.D. Monitoring hasil resusitasi dan laboratoriumMonitoring didasarkan atas penemuan klinis; nadi, laju nafas, tekanan darah, Analisis Gas Darah (BGA), suhu tubuh dan output urine dan pemeriksaan laboratorium darah.E. Pemeriksaan foto rotgen dan atau FAST1. Segera lakukan foto thoraks, pelvis dan servikal lateral, menggunakan mesin x-ray portabel dan atau FAST bila terdapat kecurigaan trauma abdomen.2. Pemeriksaan foto rotgen harus selektif dan jangan sampai menghambat proses resusitasi. Bila belum memungkinkan, dapat dilakukan pada saat secondary survey.3. Pada wanita hamil, foto rotgen yang mutlak diperlukan, tetap harus dilakukan.

F. SECONDARY SURVEYA. Anamnesis (khusus pasien trauma)Anamnesis yang harus diingat : S : SyndromeA : AlergiM : Mekanisme dan sebab traumaM : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)P : Past illnessL : Last meal (makan minum terakhir)E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.B. Pemeriksaan Fisik ( lihat tabel 7 )Tabel 7- Pemeriksaan Fisik pada Secondary SurveyHal yangdinilaiIdentifikasi/TentukanPenilaianPenemuan KlinisKonfirmasi dengan

TingkatKesadaranBeratnya trauma kapitisSkor GCS 8, cedera kepala berat9 -12, cedera kepala sedang13-15, cedera kepala ringanCT ScanUlangi tanpa relaksasi Otot

PupilJenis cedera kepalaLuka pada mataUkuranBentukReaksi"mass effect"Diffuse axional injuryPerlukaan mataCT Scan

KepalaLuka pada kulit kepalaFraktur tulang tengkorakInspeksi adanya luka dan frakturPalpasi adanya frakturLuka kulit kepalaFraktur impresiFraktur basisCT Scan

MaksilofasialLuka jaringan lunakFrakturKerusakan syarafLuka dalam mulut/gigiInspeksi : deformitasMaloklusiPalpasi : krepitusFraktur tulang wajah

Cedera jaringan lunakFoto tulang wajah

CT Scan tulang wajah

LeherCedera pada faringFraktur servikalKerusakan vaskularCedera esofagusGangguan neurologisInspeksiPalpasiAuskultasiDeformitas faringEmfisema subkutanHematomaMurmurTembusnya platismaNyeri, nyeri tekan C spineFoto servikalAngiografi/ DopplerEsofagoskopiLaringoskopi

ToraksPerlukaan dinding toraksEmfisema subkutanPneumo/ hematotorakCedera bronchusKontusio paruKerusakan aorta torakalisInspeksiPalpasiAuskultasiJejas, deformitas, gerakanParadoksalNyeri tekan dada, krepitusBising nafas berkurangBunyi jantung jauhKrepitasi mediastinumNyeri punggung hebatFoto toraksCT ScanAngiografiBronchoskopiTube torakostomi Perikardio sintesisUSG Trans-Esofagus

Tabel 7- Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey ( lanjutan )Hal yangDinilaiIdentifikasi/ tentukanPenilaianPenemuan klinisKonfirmasi dengan

Abdomen/ pinggangPerlukaan dd. AbdomenCedera intra-peritonealCedera retroperitonealInspeksiPalpasiAuskultasiTentukan arah penetrasiNyeri, nyeri tekan abd.Iritasi peritonealCedera organ viseralCedera retroperitonealDPLFASTCT ScanLaparotomiFoto dengan kontrasAngiografi

PelvisCedera Genito-urinariusFraktur pelvisPalpasi simfisis pubis untuk pelebaranNyeri tekan tulang elvisTentukan instabilitas pelvis (hanya satu kali)Inspeksi perineumPem. Rektum/vaginaCedera Genito- rinarius (hematuria)Fraktur pelvisPerlukaan perineum, rektum, vaginaFoto pelvisUrogramUretrogramSistogramIVPCT Scan dengan kontras

MedulaspinalisTrauma kapitisTrauma medulla spinalisTrauma syaraf periferPemeriksaan motorikPemeriksaan sensorik"mass effect" unilateralTetraparesisParaparesisCedera radiks syarafFoto polosMRI

KolumnavertebralisFrakturlnstabilitas kolumna VertebralisKerusakan syarafRespon verbal terhadap nyeri, tanda lateralisasiNyeri tekanDeformitasFraktur atau dislokasiFoto polosCT Scan

EkstremitasCedera jaringan lunakFrakturKerusakan sendiDefisit neuro- vascularInspeksiPalpasiJejas, pembengkakan, pucatMal-alignmentNyeri, nyeri tekan, KrepitasiPulsasi hilang/ berkurangKompartemenDefisit neurologisFoto ronsenDopplerPengukuran tekanan kompartemenAngiografi

G. TAMBAHAN PADA SECONDARY SURVEYA. Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita dengan teliti dan pastikan hemodinamik stabilB. Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena pemeriksaan tambahan biasanya dilakukan di ruangan lainC. Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan :1. CT scan kepala, abdomen2. USG abdomen, transoesofagus3. Foto ekstremitas4. Foto vertebra tambahan5. Urografi dengan kontras

H. RE-EVALUASI PENDERITAA. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan melaporkan setiap perubahan pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi.B. Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin C. Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan

IX. TRANSFER KE PUSAT RUJUKAN YANG LEBIH BAIKA. Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih memungkinkan untuk dirujuk.B. Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan dan kebutuhan penderita selama perjalanan serta komunikasikan dengan dokter pada pusat rujukan yang dituju.

BAB IVDOKUMENTASISemua hasil skrining dicatat dalam Rekam Medis IGD dan poliklinik

BAB VPENUTUP

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwasanya telah tersusun Panduan skrining di Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera, karena Panduan skrining Pasien merupakan acuan atau panduan bagi unit pelayanan Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera dalam menetapkan kegawatdaruratan pasien secara cepat, tepat, dan efektif sehingga dengan demikian dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera harus mampu menyediakan pelayanan yang yang sesuai dengan sumber daya rumah sakit dengan konsisten. Dan Rumah Sakit melayani kebutuhan pasien yang sesuai dengan sumber daya rumah sakit tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya melalui skrining pada kontak pertama.Semoga dengan telah tersusunnya Panduan skrining Pasien di Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera, maka unit layanan Instalasi Gawat Darurat dapat memiliki acuan untuk menetapkan kegawatdaruratan pasien pada kontak pertama, yang hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit.

4