pancasila sebagai ideologi nasional

29
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Banyak macam ideologi di dunia ini. Hampir masing- masing negara mempunyai ideologi tersendiri yang sesuai dengan negaranya, karena ideologi ini merupakan dasar atau ide atau cita-cita negara tersebut untuk semakin berkembang dan maju. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, ideologi negara tersebut tidak boleh hilang dan tetap menjadi pedoman dan tetap tertanam pada setiap warganya. Begitu juga dengan Negara Indonesia. Ideologi negara Indonesia adalah Ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila ini dijadikan sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan negara Indonesia dalam berbagai aspek. Dengan ideologi inilah bangsa Indonesia bisa mencapai kemerdekaan dan bertambah maju baik dari potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Namun dengan seiring barjalannya waktu, semakin maju zaman, dan semakin maju teknologi seolah-olah ideologi Pancasila hanya sebagai pelengkap negara agar tampak bahwa Indonesia sebuah negara yang merdeka dan mandiri. Banyak tingkah laku baik kalangan penjabat maupun rakyatnya bertindak tidak sesuai dengan ideologi Pancasila. Ada beberapa faktor mengapa bangsa kita sedikit melenceng dari ideologi Pancasila. Selain semakin berkembangnya ideologi-ideologi

Upload: gita-arisukma

Post on 02-Jul-2015

506 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Banyak macam ideologi di dunia ini. Hampir masing-masing negara mempunyai

ideologi tersendiri yang sesuai dengan negaranya, karena ideologi ini merupakan dasar

atau ide atau cita-cita negara tersebut untuk semakin berkembang dan maju. Namun,

dengan semakin berkembangnya zaman, ideologi negara tersebut tidak boleh hilang dan

tetap menjadi pedoman dan tetap tertanam pada setiap warganya. Begitu juga dengan

Negara Indonesia.

Ideologi negara Indonesia adalah Ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila ini

dijadikan sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan negara

Indonesia dalam berbagai aspek. Dengan ideologi inilah bangsa Indonesia bisa mencapai

kemerdekaan dan bertambah maju baik dari potensi sumber daya alam maupun sumber

daya manusianya. Namun dengan seiring barjalannya waktu, semakin maju zaman, dan

semakin maju teknologi seolah-olah ideologi Pancasila hanya sebagai pelengkap negara

agar tampak bahwa Indonesia sebuah negara yang merdeka dan mandiri. Banyak tingkah

laku baik kalangan penjabat maupun rakyatnya bertindak tidak sesuai dengan ideologi

Pancasila. Ada beberapa faktor mengapa bangsa kita sedikit melenceng dari ideologi

Pancasila. Selain semakin berkembangnya ideologi-ideologi luar atau selain Pancasila

tetapi juga bangsa Indonesia kurang mengerti ideologinya dan bahkan tidak tahu sama

sekali. Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini dengan judul Pancasila sebagai

Ideologi nasional agar kita dapat mengenal ideologi kita dan bertindak sesuai dengan

ideologi kita.

RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut

Apa pengertian asal mula Pancasila?

Bagaimana kedudukan dan fungsi Pancasila?

Bagaimana perbandingan ideologi Pancasila dengan paham ideologi besar lainnya di

dunia?

TUJUAN

Page 2: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.

Mengetahui pengertian asal mula Pancasila.

Mengetahui kedudukan dan fungsi Pancasila.

Mengetahui perbandingan ideologi Pancasila dengan paham ideologi besar lainnya di

dunia.

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Asal Mula Pancasila

Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan

terbentuk secara mendadak serta tidak hanya diciptakan oleh seseorang melainkan terbentuknya

melalaui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.

Ditinjau dari kausalitasnya, asal mula Pancasila dibedakan menjadi dua macam yaitu:

asal mula yang langsung dan asal mula yang tidak langsung. Adapun pengertiannya adalah

sebagai berikut:

Asal Mula yang Langsung

Asal mula yang langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya

Pancasila sebagai dasar filsafat Negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang proklamasi

kemerdekaan. Adapun rincian asal mula langsung Pancasila tersebut menurut Notonagoro (1975)

adalah sebagai berikut:

Asal mula bahan (Kausa Materialis)

Asal bahan Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri yang terdapat dalam kepribadian

dan pandangan hidup. Unsure-unsur Pancasila tersebut dapat berupa nilai-nilai adat

istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari

bangsa Indonesia.

Asal mula bentuk (Kausa Formalis)

Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama-sama dengan Drs. Moh. Hatta

serta anggota BPUPKI lainnya merumuskan dan membahas Pancasila terutama dalam hal

bentuk, rumusan serta nama Pancasila.

Asal mula karya (Kausa Effisien)

Page 3: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Asal mula karya yaitu asal mula yang menjadikan Pancasila dari calon dasar negara

menjadi dasar negara yang sah. Adapun asal mula Pancasila adalah PPKI sebagai

pembentuk negara dan atas kuasa pembentuk negara yang mengasahkan Pancasila

menjadi dasar negara yang sah, setelah dilakukan pembahasan baik dalam siding-sidang

BPUPKI maupun oleh Panitia Sembilan.

Asal mula tujuan (Kausa Finalis)

Tujuan dirumuskan dan dibahasnya Pancasila adalah untuk dijadikan sebagai dasar

negara. Adapun asal mula tujuannya yaitu para anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan

termasuk Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang menentuka tujuan dirumuskannya

Pancasila sebelum ditetapkan oleh PPKI sebagai dasar negara yang sah.

Asal Mula yang Tidak Langsung

Asal mula tidak langsung Pancasila adalah asal mula sebelum proklamasi kemerdekaan

yang terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup sehari-hari bangsa Indonesia.

Adapun rincian asal mula tidak langsung Pancasila adalah sebagai erikut:

Nilai-nilai yang menjadi unsur-unsur Pancasila sebelum secara langsung dirumuskan menjadi

dasar negara yaitu: nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,

dan nilai keadilan telah ada dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia

sebelum membentuk negara.

Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum

membentuk negara dan dijadikan pedoman dalam memecahkan problema kehidupan

sehari-hari bangsa Indonesia.

Dengan demikian asal mula tidak langsung Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri

sebagai Kausa Materialis yaitu sebagai asal mula tidak langsung nilai-nilai Pancasila.

Berdasarknan tinjauan kausalitas tersebut, pada hakikatnya Pancasila sebagai pandangan hidup

bangsa Indonesia jauh sebelum bangsa Indonesia membentuk Negara, nila-nilai tersebut telah

tercermin dan teramalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu tinjauan tersebut memberikan

bukti bahwa terbentuknya pancasila bukan merupakan hasil perenungan atau pemikiran

seseorang atau kelompok orang dan bukan hasil pengaruh dari paham-paham besar dunia,

melainkan nilai-nilai Pancasila secara tidak langsung telah terkandung dalam pandangan hidup

bangsa Indonesia.

Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam ‘Tri Prakara’

Page 4: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Berdasarkan tinjauan Pancasila secara kausalitas tersebut memberikan pemahaman

bahwa proses terbentuknya Pancasila memerlukan proses yang cukup panjang dalam konsep

kesejarahan bangsa Indonesia. Sebelum disahkan sebagai dasar negara, unsur-unsur Pancasila

telah melekat dalam bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari berupa nilai-nilai adat-

istiadat, kebudayaan, serta nilai-nilai religius. Dengan demikian Pancasila sebagai dasar negara

terwujud dalam tiga asas atau ‘Tri Prakara’ yaitu Pancasila asa kebudayaan, Pancasila asas

religius, dan Pancasila sebagai asas kenegaraan. Ketiga asas tersebut tidak dapat dipertentangkan

karena merupakan unsur-unsur yang membentuk Pancasila (Notonagoro, 1975).

Kedudukan dan Fungsi Pancasila

Kedudukan dan fungsi Pancasila secara pokok ada dua macam yaitu sebagai Dasar Negara

Republik Indonesia dan sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Adapun kedudukan dan

fungsi Pancaila dapat diuraikan sebagai berikut:

Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk

mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang

dijunjungnya sebagai suatu pandangan hidup. Pandangan hidup tersebut berfungsi sebagai

kerangka acuan untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia

dalam masyarakat serta alam sekitarnya.

Sebagai makhluk individu dan sosial manusia akan senantiasa hidup sebagai bagian dari

lingkungan sosial yang lebih luas mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa

dan negara. Dalam kehidupan bersama tersebut, muncul pandangan hidup dalam masyarakat

yang dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa, selanjutnya pandangan

hidup bangsa dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup negara.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi

bangsa untuk berperilaku luhur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sehingga dalam Pancasila terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan

serta dasar pemikiran dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik

(Darmohardjo, 1996).

Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila sebagai dasar negara merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur

penyelenggaraan negara. Akibatnya seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara terutama

Page 5: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

peraturan perundang-undangan harus dijabarkan dan dirumuskan dari nilai-nilai Pancasila. Maka

Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukumyang mempunyai kekuatan mengikat

secara hukum.

Menurut Kaelan (2004) kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai

berikut:

Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib

hukum) Indonesia. Sehingga Pancasila merupakan asas kerokhanian tertib hukum

Indonesia.

Meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar 1945.

Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara baik hukum dasar tertulis maupun

tidak tertulis.

Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi yang

mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara memegang teguh cita-cita moral

rakyat yang luhur.

Pancasila sebagai sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi penyelenggara

Negara, dan para pelaksana pemerintahan.

Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tertuang

dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV, Ketetapan No. XX/MPRS/1966, Ketetapan MPR No.

V/MPR/1973 dan Ketetapan No. IX/MPR/1978.

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia

Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia maka pancasila pada hakikatnya bukan

hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang

sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia, namun pancasila diangkat dari nilai-nilai adat

istiadat, nilai-nilai budaya serta nilai religious yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat

Indonesia sebelum membentuk Negara, dengan kata lain unsur-unsur yang merupakan materi

(bahan) pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri,

sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal bahan) pancasila.

Pengertian Ideologi

Istilah ideologi berasal dari kata ‘idea’ yang berarti “gagasan, konsep, pengertian dasar,

cita-cita’ dan ‘lagos’ yang berarti ‘ilmu’. Kata ‘idea’ berasal dari kata bahasa Yunani ‘eidos’

yang berarti ‘bentuk’. Di samping itu ada kata ‘idein’ yang artinya ‘melihat’. Maka secara

Page 6: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

harafiah, ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari, ‘idea’

disamakan artinya dengan ‘cita-cita’. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap

itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham. Memang pada hakikatnya, antara dasar

dan cita-cita itu sebenarnya dapat merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena atas suatu

landasan, asas atau dasar yang telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencangkup

pengertian tentang idea-idea, pengertian dasar, gagasan dan cita-cita (Kaelan, 2004).

Apabila ditelusuri secara historisistilah ideologi pertama kali dipakai dan dikemukakan

oleh seorang perancis, Destutt de Tracy, pada tahun 1796. Seperti halnya Leibniz, de Tracy

mempunyai cita-cita untuk membangun suatu sistem pengetahuan. Apabila Leibniz menyebutkan

impiannya sebagai “one great system of truth”, dimana tergabung segala cabang ilmu dan segala

kebenaran ilmiah, maka de Tracy menyebutkan “ideologie”, yaitu”science of ideas”, suatu

program yang diharapkandapat membawa perubahan institusional dalam masyarakat perancis.

Namun Napoleon mencemoohkan-nya sebagai suatu khayalan belaka, yang tidak mempunyai

artipraktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak akan menemukan kenyataan.

(Pranarka, 1987).

Maka ideologi Negara dalam arti cita-cita Negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi

suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada

hakikatnya merupakan asas kerohaniannyayang antara lain memiliki ciri sebagai berikut:

Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.

Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup,

pedoman hidup,pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan,

dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan

kesediaan berkorban (Notonegoro, Pancasila Yuridis Kenegaraan, tanpa tahun, hal

2,3)

3.2 Ideologi terbuka dan ideologi tertutup

Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran (system of thought), maka ideologi terbuka itu

merupakan suatu sistem pemikiran terbuka, sedangkan ideologi tertutup itu merupakan suatu

sistem pemikiran tertutup. Suatu ideologi tertutup dapat dikenali dari berbagai ciri khas. Ideologi

itu bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan merupakan cita-cita suatu

kelompok orang yang mendasari suatu program untuk mengubah dan memperbaharui

Page 7: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

masyarakat. Dengan demikian adalah menjadi cita-cita ideologi tertutup, bahwa atas nama

ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat.

Ideologi partikular dan ideologi komprehensif

Dari segi sosiologis pengetahuan mengenai ideologi dikembangkan oleh Karl Mannhein

yang beraliran Marx. Mannhein membedakan dua macam kategori secara sosiologis, yaitu

ideologi yang bersifat partikular dan ideologi yang bersifat komprehensif. Kategori pertama

diartikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang tersusun secara sistematis yang terkait erat

dengan suatu kelas social tertentu dengan masyarakat (Mahendra, 1999). Kategori kedua

diartikan sebagai suatu system pemikiran menyeluruh mengenai semua aspek kehidupan sosial

ideologi dalam kategori kedua ini bercita-cita melakuakn transformasi sosial secara besar-

besaran.

Hubungan antara filsafat dan ideologi

Filsafat sebagai pandangan hidup dan hakikatnya merupakan system nilai yang secara

epistemologis kebenarannya telah diyakini sehingga dijadikan dasar atau pedoman hidup

manusia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara,

tentag makna hidup serta sebagai dasar pedoman bagi manusia dalam menyelesaikan masalah

yang dihadapi dalam kehidupan (Abdulgani, 1986).

Tiap ideologi sebagai suatu rangkaian kesatuan cita-cita yang mendasar dan menyeluruh

yang saling menjalin menjadi satu sistem pemikiran yang logis dan bersumber kepada filsafat.

Dengan kata lain, ideologi sebagai system of trought mencari nilai, norma dan cita-cita yang

bersumber kepada filsafat.

Jadi filsafat sebagai dasar dan sumber bagi perumusan ideologi yang menyangkut

stategi dan doktrin, telah timbul di dalam kehidupan bangsa dan Negara, termasuk di dalamnya

menentukan sudut pandang atau filsafat hidup yang merupakan norma ideal yang melandasi

ideologi (Kaelan, 2004).

3.4.1 Makna ideologi bagi bangsa dan Negara

Manusia dalam mewujudkan tujuannya untuk meningkatkan harta dan martabatnya, dan

kenyataannya senantiasa membutuhkan orang lain. Oleh karena itu manusia membutuhkan suatu

lembaga bersama untuk melindungi haknya, dalam pengertian inilah manusia membentuk suatu

negara. Negara sebagai lembaga kemasyarakatan, sebagai organisasi hidup manusia senantiasa

memiliki cita-cita dan harapan, ide-ide serta pemikiran-pemikiran yang secara bersama

Page 8: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

merupakan suatu yang orientasi yang bersifat dasariah bagi semua tindakan dalam hidup

kenegaraan.

3.4.2 Pancasila sebagai Ideologi yang Reformasi, Dinamis, dan Terbuka

Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat

reformatif, dinamis, dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat

aktual, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi pancasila adalah bersifat

aktual, dinamis, aspiratif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman,

ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan

ideologi pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasaryang terkandung di dalamnya, naun

mengeksplisitkan wawasannya secara lebih komplit, sehingga memiliki kemampuan reformatif

untuk memecahkan masalah-masalah actual yang seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan

iptek serta zaman.

Menurut Kaelan berdasarkan pengertian tentang ideologi terbuka, nilai-nilai yang terkandung

dalam ideologi pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut :

Nilai dasar yaitu : hakikat kelima sila pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,

kesatuan, kerakyatan dan keadilan.

Nilai instrumental yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga

pelaksanaanya.

Nilai praksis yaitu merupakan realisassi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi

perkembangan yang bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara (BP-7 Pusat, 1994).

Oleh karena itu pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga dimensi yaitu:

Dimensi idealis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam pancasilayang bersifat

sistematis, rasional dan menyeluruh, yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam

sila-sila pancasila yaitu Ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

Dimensi normatif yaitu nilai yang terkandung dalam pancasila perlu dijabarkan dalam

suatu sistem norma, sebagaimna terkandung dalam norma-norma kenegaraan.

Dimensi realistis, yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan

berkembang di dalam masyarakat.

Page 9: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Paham Ideologi Besar Lainnya Di Dunia

Ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berkembang melalui

proses yang cukup panjang. Pada awalnya bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa

Indonesia yaitu dalam adat istiadat, serta dalam agama-agama yang bangsa Indonesia sebagai

pandangan hidup bangsa. Oleh karena itu ideologi Pancasila, ada pada kehidupan bangsa terlekat

pada kelangsungan hidup bangsa Indonesia.

Ideologi Pancasila mendasarkan sifat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk

sosial, yaitu dalam ideologi Pancasila mengakui kebebasan individu. Namun dalam hidup

bersama juga harus mengakui hak dan kebebasan orang lain. Selain itu bahwa manusia menurut

Pancasila berkedudukan sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan yang Maha Esa. Dalam

hal ini nilai-nilai ketuhanan senantisa menjiwai kehidupan manusia dalam hidup bermasyarakat.

Hakikat serta pengertiannya sebagai berikut.

Paham Negara Persatuan

Hakikat negara kesatuan adalah negara yang merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur

yang membentuknya, yaitu rakyat yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, golongan

kebudayaan, dan agama; wilayah yang terdiri beribu-ribu pulau. Pengertian Persatuan Indonesia

dalam Pembukaan UUD 1945 negara yang mengatasi segala paham golongan dan paham

perseorangan. Jadi, negara persatuan bukanlah negara yang berdasarkan pada individualisme dan

golongan. Oleh karena itu, negara persatuan adalah negara yang memiliki sifat persatuan

bersama, bedasarkan kekeluargaan serta tolong menolong atas dasar keadilan sosial (Kaelan,

2004).

Paham Negara Kebangsaan

Bangsa merupakan suatu persekutuan hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki

tujuan tertentu (Kaelan, 2004). Sedangkan bangsa yang yang hidup dalam suatu wilayah tertentu

serta memiliki tujuan tertentu maka disebut negara. Menurut M. Yamin, bangsa Indonesia dalam

merintis terbentuknya suatu negara dalam panggung politik internasional melalui tiga fase, yaitu

zaman Sriwijaya, zaman Majapahit, dan Nasionale Staat yaitu negara kebangsaan Indonesia

Modern menurut susunan kekeluargaan dan berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa serta

kemanusiaan.

Hakikat Bangsa

Page 10: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Pada hakikatnya bangsa merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia dalam

merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya. Oleh karena itu deklarasi bangsa Indonesia

dalam pembuikaan UUD 1945 dinyatakan bahwa “... kemerdekaan adalah hak segala bangsa”.

Pernyataan tesebut merupakan suatu pernyataan universal hak kodrat manusia sebagai bangsa.

Teori Kebangsaan

Teori-teori kebangsaan tersebut adalah sebagai berikut.

Teori Hans Kohn

Yang dikatakan bangsa yaitu terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban,

wilayah, negara, dan kewarganegaraan.

Teori Ernest Renan

Menurut Renan pokok-pokok pikiran tentang bangsa sebagai berikut:

Bangsa adalah satu jiwa, suatu asas kerohanian

Bangsa adalah suatu solidaritas yang besar

Bangsa adalah suatu hasil sejarah

Bangsa bukan suatu yang abadi

Wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa.

Faktor-faktor yang membentuk jiwa bangsa sebagai berikut:

Kejayaan dan kemuliaan di masa lampau

Keinginan hidup yang lebih baik

Penderitaan bersama

Modal sosial.

Teori Gepolitik oleh Frederick Ratzel

Teori geopolitik merupakan teori yang mengungkapkan hubungan antara wilayah

geografi dengan bangsa. Teori tersebut menyatakan bahwa negara adalah merupakan

suatu organisme hidup.

Negara kebangsaan Pancasila

Sintesa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dituangkan dalam suatu asas kerohanian

yang merupakan suatu kepribadian serta jiwa bersama yaitu Pancasila. Unsur-unsur

pembentuk nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut:

Kesatuan sejarah

Kesatuan nasib

Page 11: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Kesatuan kebudayaan

Kesatuan wilayah

Kesatuan asas kerohanian

Paham Negara Integralistik

Bangsa Indonesia yang membentuk suatu persekutuan hidup dengan mempersatukan

keanekaragaman yang dimilikinya dalam suatu kesatuan integral yang disebut negara Indonesia.

Paham integralistik pertama kali diusulkan oleh Soepomo pada sidang BPUPKI yang berakar

pada budaya bangsa.

Bangsa Indonesia terdiri atas manusia-manusia sebagai individu, keluarga-keluarga,

kelompok-kelompok, golongan-golongan, suku bangsa-suku bangsa, kelompok-kelompok yang

hidup dalam suatu wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau yang memiliki kekayaan budaya

yang beraneka ragam. Keseluruhannya itu merupakan suatu kesatuan integral baik lahir maupun

batin (Kaelan, 1996: 132).

Paham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan asas kebersamaan

hidup, mendambakan keselarasan dalam hubungan antarindividu maupun masyarakat. Hal ini

menyatakan paham negara integralistik tidak memihak yang kuat, tidak mengenal dominasi

mayoritas dan tidak juga mengenal tirani minoritas (Aziz, 1997).

Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang Berketuhanan Yang Maha EsaSesuai dengan makna negara kebangsaan Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah

kesatuan integral dalam kehidupan bangsa dan negara. Dalam pengertian ini negara Pancasila

pada hakikatnya adalah negara Kebangsaan yang Ber-Ketuhanan yang Maha Esa. Landasan

pokok sebagai pangkal tolak paham tersebut adalah sebagai Sang Pencipta segala sesuatu.

Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah makhluk Tuhan maka bangsa dan

negara sebagai totalitas yang integral adalah Berketuhanan, demikian pula warganya juga

Berketuhanan Yang Maha Esa.

Rumusan Ketuhanan yang Maha Esa sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD

1945 telah memberikan sifat khas kepada negara Kebangsaan Indonesia, yaitu bukan merupakan

negara sekuler yang memisahkan antara agama dengan negara demikian juga bukan merupakan

negara agama yaitu negara yang mendasarkan atas agama tertentu. Negara kebangsaan Indonesia

adalah negara yang mengakui Tuhan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab, yaitu negara Kebangsaan yang Berketuhanan yang Maha Esa.Negara tidak memaksakan

Page 12: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

agama seseorang karena agama merupakan suatu keyakinan batin yang tercermin dalam hati

sanubari dan tidak dipaksakan. Dalam hal ini, negara menjamin kemerdekaan setiap penduduk

untuk memeluk agama dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

Setiap umat beragama memiliki kebebasan untuk menggali dan meningkatkan kehidupan

spiritualnya dalam masing-masing agama. Negara wajib memelihara budi pekerti yang luhur dari

setiap warga Negara pada umumnya dan para penyelenggara negara khususnya, berdasarkan

nilai-nilai Pancasila.

Hakikat Ketuhanan Yang Maha EsaSila pertama Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah “Ketuhanan Yang Maha

Esa”. Oleh karena sebagai dasar negara maka sila tersebut merupakan sumber nilai, dan sumber

norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik yang bersifat material dan spiritual.

Masalah-masalah yang menyangkut penyelenggaraan negara dalam arti material antara lain,

bentuk negara tujuan negara, tertib hukum, dan sistem negara. Adapun yang bersifat spiritual

antara lain moral agama dan moral penyelenggaraan negara.

Sila “ Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan dasar yang memimpin cita-cita

kenegaraan kita untuk menyelenggarakan yang baik bagi masyarakat dan penyelenggara negara.

Dengan dasar sila ini, maka politik negara mendapat dasar moral yang kuat, menjadi dasar yang

memimpin kerohanian arah jalan kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran dan persaudaraan

(Kaelan dalam Hatta, 2004: 134).

Hakikat “Ketuhana Yang Maha Esa” secara ilmiah filosofis mengandung makna

terdapat kesesuaian hubungan sebab akibat antara Tuhan, manusia dengan Negara. Kedudukan

kodrat manusia adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu terdapat

hubungan sebab akibat yang langsung antara Tuhan dengan manusia karena manusia sebagai

makhluk Tuhan. Adapun hakikat Tuhan adalah “causa prima” (sebab pertama) (dalam

Notonagoro, 1975).

4.2 Hubungan Negara dengan Agama

4.2.1 Hubungan Negara dengan Agama Menurut Pancasila

Menurut Pancasila, negara berdasar atas Tuhan Yang Maha Esa atas dasar Kemanusiaan

yang adil dan beradab. Rumusan yang demikian ini, menunjukkan pada kita bahwa Negara

Indonesia yang berdasarkan pancasila adalah bukan Negara sekuer yang memisahkan Negara

dengan agama, karena hal ini tercantum dalam pasal 29 ayat (1), bahwa negara berdasar atas

Page 13: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini berarti bahwa Negara sebagai persekutuan hidup adalah

berketuhanan yang Maha Esa.

Konsekuensinya segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus

sesuai dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan. Nilai-nilai yang berasal dari Tuhan

yang pada hakekatnya adalah Hukum Tuhan adalah merupakan sumber material bagi segala

norma, terutama bagi hukum positif di Indonesia.

Negara pancasila pada hakikatnya mengatasi segala agama dan menjamin kehidupan

agama dan umat beragama, karena beragama merupakan hak asasi yang bersifat mutlak.

Pada pasal 29 ayat (2) memberikan kebebasan kepada seluruh warga Negara untuk

memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan ketaqwaan masing-

masing. Negara kebangsaan yang berketuhanan yang Maha Esa adalah Negara yang merupakan

pemjelmaan dari hakikat kodrat manusia sebagai individu makhluk, sosial dan manusia adalah

sebagai pribadi dan makhluk Tuhan yang Maha Esa.

Hubungan Negara dengan Tuhan menurut agaman pancasila adalah sebagai berikut:

Negara adalah berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa

Tidak tempat bagi bagi atheisme dan sekulerisme karena hakikatnya manusia berkedudukan

kodrat sebagai makhluk Tuhan

Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan antar-pemeluk

agama serta antarpemeluk agama.

Negara pada hakekatnya adalah merupakan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Theokrasi

Hubungan negara dengan agama menurut paham Theokrasi bahwa antara Negara dan

agama tidak dapat dipisahkan. Negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan

berdasarkan firman-firman Tuhan, segala tata kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara

didasrkan atas firman-firman Tuhan. Dalam praktik kenegaraan terdapat dua macam pengertian

Negara Theokrasi, yaitu Negara Theokrasi langsung dan Negara Theokrasi tidak langsung.

Negara Theokrasi Langsung

Dalam sistem Negara Theokrasi langsung, kekuasaan adalah langsung merupakan

otoritas Tuhan. Adanya Negara di dunia ini adalah atas kehendak Tuhan, dan yang memerintah

adalah Tuhan.

Page 14: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Doktrin-doktrin dan ajaran-ajaran berkembang dalam Negara Theokrasi langsung,

sebagai upaya untuk memperkuat dan meyakinkan rakyatterhadap kekuasaan Tuhan dalam

Negara (Kusnadi, 1995:60).

Dalam sistem Negara yang demikian maka agama menyatu dengan Negara, dalam arti

seluruh sistem negara, norma-norma Negara adalah merupakan otoritas langsung dari Tuhan

melalui wahyu.

Negara Theokrasi Tidak Langsung

Berbeda dengan sistem Negara Theokrasi yang langsung, Negara Theokrasi tidak

langsung bukan Tuhan sendiri yang memerintahkan dalam Negara, melainkan Kepala Negara

atau Raja, yang memiliki otoritas atas nama Tuhan, Kepala Negara atau Raja memerintah Negara

atas kehendak Tuhan, sehingga kekuasaan dalam Negara merupakan suatu karunia dari Tuhan.

Dalam sejarah kenegaraan Kerajaan Belanda, raja mengemban tugas suci yaitu kekuasaan yang

merupakan amanat dari Tuhan (mission sacre). Raja mengemban tugas suci dari Tuhan untuk

memakmurkan rakyat. Politik yang demikian inilah yang diterapkan Belanda terhadap wilayah

jajahannya sehingga dikenal dengan Ethische Politik (politik etis). Kerajaan Belanda mendapat

aman dari Tuhan untuk bertindak sebagai wali dari wilayah jajahan Indonesia (Kusnadi,

1995:63).

Negara merupakan penjelmaan dari Tuhan, dan oleh karena kekuasaan raja dalam

Negara adalah merupakan kekuasaan yang berasal dari Tuhan maka sistem dan norma-norma

dalam Negara dirumuskan berdasarkan firman-firman Tuhan. Demikianlah kedudukan agama

dalam Negara Theokrasi dimana firman Tuhan, norma agama serta otoritas Tuhan menyatu

dengan Negara.

Hubungan Negara dengan Agama menurut Sekulerisme

Paham Sekulerisme membedakan dan memisahkan antara agama dan bentuk, sistem,

segala aspek kenegaraan tidak ada hubungannya dengan agama. Sekulerisme berpandangan

bahwa negara adalah masalah-masalah keduniawian hubungan manusia dengan manusia, adapun

agama adalah urusan akherat yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan. Negara adalah

urusan hubungan horizontal antarmanusia dalam mencapai tujuannya, sedangkan agama adalah

menjadi urusan umat masing-masing agama. Walaupun dalam Negara sekuler yang membedakan

antara Negara dengan agama, namun lazimnya warga negara diberikakan kebebasan dalam

memeluk agama masing-masing.

Page 15: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang Berkemanusiaan yang Adil dan

Beradab

Negara adalah lembaga kemanusiaan, lembaga kemasyarakatan yang bertujuan demi

tercapainya harkat dan martabat manusia serta kesejahteraan lahir maupun batin. Sehingga tidak

mengherankan apabila manusia adalah merupakan subjek pendukung pokok negara. Oleh karena

itu negara adalah suatu negara Kebangsaan yang Berketuhanan yang Maha Esa, dan

Berkemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan

Beradab, mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasarkan hakikat kodrat manusia.

Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan, bukan suatu kebangsaan yang

Chauvinistie (Kaelan, 2004: 139).

Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan

Negara kebangsaan yang berkedaulatan rakyat berarti bahwa kekuasaan tertinggi adalah

di tangan rakyat yang dilaksanakan oleh MPR. Oleh karena itu negara kebangsaan yang

berkedaulatan rakyat adalah suatu negara demokrasi. Penggunaan hak-hak demokrasi dalam

negara kebangsaan, diantaranya hak-hak demokrasi yang disertai tanggung jawab kepada Tuhan

yang Maha Esa, menjunjung dan memperkokoh persatuan dan keatuan bangsa, serta disertai

dengan tujuan untuk mewujudkan sutu keadilan sosial, yaitu suatu keadilan sosial berupa

kesejahteraan dalam hidup bersama.

Demokrasi kerakyatan mengembangkan demokrasi bersama, berdasarkan asas

kekeluargaan, dan kebebasan individu diletakkan dalam rangka tujuan atas kesejahteraan

bersama-sama. Pokok-pokok kerakyatan yang terkandung dalam sila keempat dalam

penyelenggaraan negara mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. Manusia Indonesia sebagai warga

negara dan warga masyarakat mempunyai kedudukan dan hak yang sama.

Dalam menggunakan hak-haknya selalu memperhatikan dan mempertimbangkan

kepentingan negara dan masyarakat.

Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sma maka pada dasarnya

tidak dibenarkan memaksakan kehendak pada pihak lain.

Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu diadakan musyawarah.

Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah.

Page 16: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Musyawarah untuk mencapai mufakat, diliputi oleh suasana dan semangat

kebersamaan.

Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan Sosial

Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial, yang berarti bahwa

negara sebagai penjelmaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, sifat kodrat

individu dan makhluk sosial bertujuan untuk mewujudkan suatu keadilan dalam hidup bersama

(keadilan sosial).

Sebagai suatu negara berkeadilan sosial maka negara Indonesia bertujuan untuk

melindungi warga negaranya dan seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum,

serta mencerdaskan warganya. Dalam pergaulan internasional, Indonesia bertujuan untuk ikut

menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan

sosial.

Negara yang berkeadilan sosial harus merupakan negara yang berdasarkan hukum yang

memiliki 3 persyaratan, yaitu pengakuan dan perlindungan atas hak alam asasi manusia,

peradilan yang bebas, dan legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.

Konsekuensi Indonesia sebagi negara berkeadilan sosial yang berdasarkan hukum

adalah harus melindungi hak-hak asasi manusia yang tercantum dalam UUD 1945 diantaranya

pasal 27, 28A-J, pasal 29, dan Pasal 31.

Ideologi liberal

Paham liberalisme berkembang dari akar-akar rasionalisme, materialisme, dan

empirisme. Rasionalisme adalah paham yang meletakkan rasio sebagai sumber kebenaran

tertinggi. Materialisme adalah paham yang meletakkan materi sebgai nilai tertinggi. Sedangkan

empirisme mendasarkan atas kebenaran fakta empiris yang meletakkan kebebasan individu

sebagai nilai teringgi dalam kehidupan masyarakat dan negara.

Liberalisme memiliki prinsip bahwa rakyat adalah ikatan individu-individu yang bebas

dan ikatan hukumlah yang mendasari kehidupan bersama dalam negara. Kebebasan manusia

dalam realisasi demokrasi senanstiasa berdasarkan atas kebebasan individu di atas segala-

galanya. Rasio merupakan hakikat tingkatan tertinggi dalam negara sehingga dimungkinkan

kedudukannya masih lebih tinggi dari nilai religius. Hal ini harus dipahami karena demokrasi

mencakup seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Atas dasar inilah perbedaan

sifat serta karakter bangsa yang sering menimbulkan gejolak dalam menerapkan demokrasi yang

Page 17: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

hanya berdasarkan liberalisme. Indonesia sendiri pada era reformasi ini yang tidak semua orang

memahami makna demokrasi sehingga penerapannya tidak sesuai dengan kondisi bangsa

sehingga menimbulkan berbagai konflik (Kaelan, 2004).

7.1.1Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Liberalisme

Negara memberi kebebasan kepada warga negara untuk memeluk agama dan

menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing. Namun dalam negara liberal juga

diberi kebebasan untuk tidak percaya kepada Tuhan (atheis) bahkan negara liberal memberi

kebebasan warganya untuk menilai dan mengkritik Tuhannya. Karena menurut liberal bahwa

kebenaran individu adalah sumber kebenaran tertinggi.

Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara, keputusan,

dan ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan walaupun ketentuan tersebut

bertentangan dengan norma-norma agama. Misalnya UU Aborsi di Irlandia tetap diberlakukan

walaupun ditentang oleh Gereja dan agama lain (Kaelan, 2004).

Berdasarkan pandangan filosofis tersebut hampir dapat dipastikan bahwa dalam sistem

negara liberal membedakan dan memisahkan antara negara dengan agama atau yang bersifat

sekuler.

Ideologi Sosialisme Komunis

Paham ini adalah sebagai bentuk reaksi atas perkembangan masyarakat kapitalis hasil

leberalisme. Berkembangnya paham liberalisme memunculkan masyarakat kapitalis yang

mengakibatkan penderitaan sehinggi komunisme muncul sebagai reaksi atas penindasan rakyat

kecil oleh kalangan kapitalis yang didukung pemerintah.

Ideologi komunisme mendasarkan pada suatu keyakinan bahwa manusia pada

hakikatnya adalah hanya makhluk sosial saja. Hak milik pribadi tidak ada karena hal ini

menimbulkan kapitalisme yang akan menimbulkan penindasan terhadap rakyat kecil. Etika

idiologi komunisme mendasarkan suatu kebaikan hanya pada kepentingan demi keuntungan

kelas masyarakrat secara totalitas. Atas dasar inilah inilah komunisme mendasarkan moralnya

pada kebaikan yang relatif demi keuntungan kelasnya. Oleh karena itu, segala cara dihalalkan.

Hak asasi manusia dalam negara hanya berpusat pada hak kolektif sehingga hak individu pada

hakikatnya tidak ada. Atas dasar inilah komunisme adalah anti demokrasi dan hak asasi manusia

(Kaelan, 2004).

Page 18: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

7.2.1 Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Komunisme

Komunisme berpaham atheis karena manusia ditentukan oleh diri sendiri. Agama

menurut komunis adalah suatu kesadaran diri bagi manusia yang kemudian menghasilkan.

Agama menurut komunisme adalah realisasi fanatis makhluk manusia, agama adalah keluhan

makhluk tertindas. Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan melarang

dan menekan kehidupan agama. Nilai tertinggi dalam negara adalah materi sehingga manusia

ditentukan materi (Kaelan, 2004).

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Ditinjau dari kausalitasnya, asal mula Pancasila dibedakan menjadi dua macam

yaitu: asal mula yang langsung dan asal mula yang tidak langsung. Asal mula yang

langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya Pancasila

sebagai dasar filsafat Negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang proklamasi

kemerdekaan, sedangkan asal mula tidak langsung Pancasila adalah asal mula

sebelum proklamasi kemerdekaan yang terdapat pada kepribadian serta dalam

pandangan hidup sehari-hari bangsa Indonesia.

Kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

dan sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, serta sebagai ideology bangsa dan

negara Indonesia.

Perbandingan ideologi Pancasila dengan paham ideologi besar lainnya di dunia

adalah ideologi Pancasila berketuhanan yang maha esa, berkemanusiaan yang adil

dan beradab, menjunjung persatuan dan kesatuan serta berkebangsaan yang

kerakyatan dan berkeadilan sosial.

SARAN

Sebaiknya warga Indonesia memahami Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.

Menerapkan atau bertindak sesuai dengan ideologi Pancasila dalam kehidupan sehari-

hari.

DAFTAR RUJUKAN

Abdulgani, Ruslan. 1998. Pancasila dan Reformasi. Yogyakarta.

Page 19: Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Aziz, M. Tobiyin. 1997. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Rineka Cipta.

BP-7 pusat.1994. BAhan Penataran P-4, UUD 1945. Jakarta.

Darmodihardjo, Darji. dkk.1996. Penjabaran Nilai-Nilai Pancasila dalam Sistem Hukum Indonesia. Jakarta: Rajawali.

Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Kusnadi. 1995. Ilmu Negara. Jakarta: Gya Media Pratama.

Mahendra, Y.I. 1999. Ideologi dan Negara. Jakarta: Rajawali.

Notonagoro. 1975. Pancasila secara Ilmiah Populer. Jakarta: Pantjuran Tujuh.

Notonagoro. ----. Pancasila Yuridis Kenegaraan. ------

Pranarka, A.W.N. 1985. Sejarah tentang Pemikiran Pancasila. Jakarta: CSIS