neuritis retrobulbar baru

23
LAPORAN KASUS ODS Glaukoma Akut OS Keratopati Bullosa I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.S Umur : 21 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Suku : Makassar Agama : Islam Alamat : Komp.Unhas,Antang,Jl.Budidaya 5, Makassar No. register : 446340 Pekerjaan : Wiraswasta RS : Wahidin Sudirohusodo Tanggal pemeriksaan : 1 November 2010 Dokter : dr.H II. ANAMNESIS Keluhan utama : Penurunan penglihatan pada kedua mata Anamnesis terpimpin : Dialami sejak ± 1 tahun yang lalu, secara perlahan- lahan, dimulai dari mata kiri kemudian yang kanan.Saat 1

Upload: vandi-dwi-putra

Post on 30-Nov-2015

144 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

neuritis

TRANSCRIPT

Page 1: Neuritis Retrobulbar Baru

LAPORAN KASUS

ODS Glaukoma Akut

OS Keratopati Bullosa

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.S

Umur : 21 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku : Makassar

Agama : Islam

Alamat : Komp.Unhas,Antang,Jl.Budidaya 5, Makassar

No. register : 446340

Pekerjaan : Wiraswasta

RS : Wahidin Sudirohusodo

Tanggal pemeriksaan : 1 November 2010

Dokter : dr.H

II. ANAMNESIS

Keluhan utama : Penurunan penglihatan pada kedua mata

Anamnesis terpimpin :

Dialami sejak ± 1 tahun yang lalu, secara perlahan-lahan, dimulai dari mata

kiri kemudian yang kanan.Saat ini pasien mengeluhkan mata kiri tidak dapat melihat

sama sekali. Nyeri (-), mata merah (+),mata kiri lebih dulu merah lalu mata kanan

selang waktu 3 bulan, mata silau (-), air mata berlebihan (+), kotoran mata berlebihan

(-), Rasa berpasir (-). Halo pada kedua mata. Riwayat memakai kacamata(-). Riwayat

trauma pada mata (-). Riwayat DM dan riwayat HT disangkal. Riwayat keluhan yang

1

Page 2: Neuritis Retrobulbar Baru

sama dalam keluarga (-). Riwayat pemakaian obat tetes mata yang tidak diketahui

jenisnya sebanyak 3 macam (+) sebelum konsultasi ke dokter

III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

A. INSPEKSI

PEMERIKSAAN OD OS1. Palpebra Edema (-) Edema (-)

2. Aparatus Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)3. Silia Kesan Normal Kesan Normal4. Konjungtiva Hiperemis (-), Hiperemis (-),

Inj.Perikornea (+)

5. Mekanisme Muskular - ODS - OD - OS

6. Kornea Keruh Keruh

7. BMD Normal Sulit Dinilai8. Iris Coklat,kripte (+) Sulit Dinilai9. Pupil Bulat, sentral,RC(+) Sulit Dinilai10. Lensa Sulit Dinilai Sulit Dinilai

2

Page 3: Neuritis Retrobulbar Baru

Foto pasien

B. PALPASI

PALPASI OD OS

1. Tensi Okuler Tn+2 Tn+2

2. Nyeri tekan (-) (-)

3. Massa tumor (-) (-)

4. Glandula preaurikuler Tidak ada Pembesaran Tidak ada Pembesaran

C. VISUS

VOD : 20/400

VOS : 0

D. TONOMETRI

OD:Tn+2 OS:Tn+2

3

Page 4: Neuritis Retrobulbar Baru

E. CAMPUS VISUAL

Tidak dilakukan pemeriksaan

F. COLOR SENSE

Tidak dilakukan pemeriksaan

G. LIGHT SENSE

Tidak dilakukan pemeriksaan

H.PENYINARAN OBLIK

Pemeriksaan OD OS

Konjungtiva Hiperemis (+) Hiperemis (+)

Kornea Jernih Keruh

Bilik Mata Depan Kesan Normal Kesan Normal

Iris Coklat Sulit dinilai

Pupil Bulat, sentral Sulit dinilai

Lensa Jernih Sulit dinilai

I.DIAFANOSKOPI

Tidak dilakukan pemeriksaan

4

Page 5: Neuritis Retrobulbar Baru

J. FUNDUSKOPI

FOD : Refleks fundus (+), papil N.II batas tegas,kesan fitting warna

sedikit pucat,nasalisasi (+) CDR 0,9, A:V=2:3, makula refleks fovea

suram, retina perifer kesan normal.

FOS : Sulit dievaluasi.

K. SLIT LAMP

SLOD : Konjungtiva hiperemis (+), kornea jernih, BMD kesan normal,

iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, refleks cahaya (+),

lensa jernih

SLOS : Konjungtiva hiperemis (+), kornea keruh seluruh permukaan,

flouresens (+) di parasentralis,bulla (+) BMD kesan

normal,detail lain sulit dinilai.Van herich:1/4 CT

L. BIOMETRI

Tidak dilakukan pemeriksaan

M. LABORATORIUM

Tidak dilakukan pemeriksaan

IV. RESUME

Seorang lelaki berusia 21 tahun datang ke Poliklinik RS Wahidin

Sudirohusodo dengan keluhan penurunan penglihatan pada kedua mata yang dialami

sejak 1 tahun yang lalu, secara perlahan-lahan.Dan sejak ±2 bulan yang lalu mata kiri

pasien tidak dapat melihat sama sekali. Nyeri tidak ada, mata hiperemis ada,awalnya

pada mata kiri kemudian mata kanan dengan selang waktu 3 bulan, fotofobia tidak

5

Page 6: Neuritis Retrobulbar Baru

ada, lakrimasi ada, secret tidak ada, gatal tidak ada. Halo pada kedua mata. Riwayat

trauma tidak ada. Riwayat pemakaian obat tetes mata 3 macam yang tidak diketahui

jenisnya tanpa konsultasi pada dokter (+), Riwayat memakai kaca mata tidak ada.

Riwayat penyakit sistemik tidak ada.. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOD

20/400, VOS 0. TODS Tn+2. SLOD:konjungtiva hiperemis,SLOS: konjungtiva

hiperemis,kornea keruh seluruh permukaan, flouresens di parasentralis,bulla. FOD :

Refleks fundus ada, papil N.II batas tegas,kesan fitting warna sedikit pucat,nasalisasi

ada CDR 0,9, A:V=2:3, makula refleks fovea suram, retina perifer kesan normal,

FOS:Sulit dievaluasi.

V. DIAGNOSIS

ODS Glaucoma akut

OS keratopati bullosa

VI. TERAPI

C.Polygran 4x1 tts

C.Reepitel 4x1 tts

C.Timol 0,5% 2x1 tts

Glaucan 2x250 mg

KSR tab 1x1

VII. DISKUSI

Dari hasil anamnesis pada pasien ini, ditemukan adanya keluhan utama

penurunan penglihatan pada kedua mata, terjadi secara perlahan-lahan. Hingga

akhirnya mata kiri tidak dapat melihat sama sekali. Sementara itu, dari hasil

6

Page 7: Neuritis Retrobulbar Baru

pemeriksaan fisis, pada pemeriksaan slit lamp didapatkan bahwa konjuntiva pada

mata kanan hiperemis, sedangkan pada mata kiri tampak konjungtiva hiperemis,

kornea keruh seluruh permukaan,ada udem, flouresens di parasentralis,ada bulla.

Pada pemeriksaan funduskopi mata kanan didapatkan papil n II garis tegas kesan

fitting,warna sedikit pucat,nasalisasi. Dan pada makula reflex fovea suram,

sedangkan pada mata kiri sulit dievaluasi. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan

visus pada mata kanan 20/400 dan pada mata kiri 0.Pada pemeriksaan juga

didapatkan adanya halo pada kedua mata yang biasanya diakibatkan oleh glaukoma.

Diperoleh juga tensi okuler yang meningkat pada kedua mata yaitu Tn+2. Hal ini

menunjukkan bahwa pada pasien terjadi penurunan penglihatan yang dapat berujung

pada kebutaan seperti yang telah terjadi pada mata kiri pasien. Berdasarkan

anamnesis dan hasil pemeriksaan oftalmologi, dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien

menderita ODS Glaucoma akut ,OS Keratopati bullosa ,dan OS Strabismus

Eksotropia.

Glaukoma sudut tertutup akut primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang

menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat

aliran humor akueus dan tekanan intraokuler meningkat dengan cepat menimbulkan

nyeri hebat, kemerahan, dan kekaburan penglihatan. Glaukoma sudut tertutup akut

ditandai oleh munculnya kekaburan penglihatan mendadak yang disertai nyeri hebat,

halo,dan mual serta muntah. Temuan-temuan lain adalah peningkatan mencolok

tekanan intraokuler, kamera anterior dangkal, kornea berkabut, pupil terfiksasi

berdilatasi sedang , dan injeksi siliaris.

Sedangkan keratopati bullosa adalah peradangan pada kornea yang ditandai

adanya vesikel dan bulla yang disertai rasa nyeri yang hebat.Dan menurunkan

ketajaman penglihatan.

Pengobatan yang dianjurkan pada pasien glaukoma ini adalah beta adrenergik

antagonis untuk menurunkan tekanan intra okuler dengan cara menekan produksi

humor aquosnya langsung. Sediaannya adalah timolol, karteolol, levobunolol,

metipranolol, dan selektif betaksolol.Digolongkan 7 kelompok untuk pengobatan

7

Page 8: Neuritis Retrobulbar Baru

glaukoma : Prostaglandin analogs, β Adrenergik antagonist, Pharasimpathomimetic

agents, Carbonic anhydrase inhibito, adrenergic agonists, combination medications,

hyperosmotic agents .

VIII. PROGNOSIS

Dubia

8

Page 9: Neuritis Retrobulbar Baru

NEURITIS RETROBULBAR

I.PENDAHULUAN

Neuritis optikus merupakan salah satu penyebab umum kehilangan

penglihatan unilateral pada orang dewasa. Berdasarkan kategori klinik dan

pemeriksaan opthalmoskopis terbagi menjadi papilitis dan neuritis

retrobulbar. Papilitis adalah inflamasi yang mengenai serabut retina nervus

optikus yang masuk pada papil nervus optikus di dalam bola mata, dengan

pemeriksaan opthalmoskopis di diskus optikus akan tampak kelainannya

sedangkan pada neuritis retrobulbar inflamasinya mengenai nervus yang

terletak di belakang bola mata dan terletak jauh dari diskus optikus sehingga

perubahan-perubahan dini di diskus optikus tidak tampak dengan pemeriksaan

opthamoskopis, ketajaman penglihatan dapat menurun. (1)

Kerusakkan saraf terjadi pada bagian saraf optik yang letaknya di be-

lakang bola mata dan disebut juga neuritis retrobulbar serta sering dikaitkan

dengan penyakit sklerosis multipel. Peradangan saraf optik dan edema (pem-

bengkakan) terjadi akibat tekanan intrakranial pada tempat dimana saraf masuk

ke dalam bola mata. Peradangan di tempat tersebut disebut papilitis.(2)

Insidensi neuritis optikus dalam populasi per tahun diperkirakan 5 per

100.000 sedangkan prevalensinya 115 per 100.000. Sebagian besar mengenai

usia 20 sampai dengan 40 tahun. Wanita lebih umum terkena daripada pria.

Berdasarkan data The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) 77% adalah

wanita, 85% kulit putih dan usia rata-rata 32 ± 7 tahun. Sebagian besar kasus

patogenesisnya disebabkan inflamasi demielinisasi dengan atau tanpa sklerosis

9

Page 10: Neuritis Retrobulbar Baru

multipel. Pada sebagian besar kasus neuritis optikus monosimptomatik

merupakan manifestasi awal sklerosis multipel.(1)

II. ANATOMI

Gambar 1: Anatomi mata(3)

Saraf terdiri atas 3 lapisan, yaitu :lapisan neuroepithel retina, lapisan

ganglion retina dan lapisan ganglion pada saraf optik yang merupakan lapisan

saraf multipolar. Akson membentuk saraf optik. Dengan demikian, sel-sel sen-

sorik retina tidak menghadapi cahaya yang masuk dengan reseptor sel sensorik

retina , tetapi terlindungi oleh neuron dan serat saraf. Hal ini dikenal sebagai

inversi retina.(4)

10

Page 11: Neuritis Retrobulbar Baru

Gambar 2: (A) Nervus optik, (B) axon pada potongan frontal(5)

.

Permukaan bagian dalam retina dipisahkan dari korpus vitreus oleh

membran basal internal.Sebuah membran glial, membatasi membran eksternal ,

dan memisahkan bagian reseptor sel sensorik dari epitel saraf. Kedua membran

memanjang dengan bantuan sel Müller.(4)

11

Page 12: Neuritis Retrobulbar Baru

Lapisan neuroepithelial : neural epitelium mempunyai dua jenis sel

fotoreseptor, yaitu sel batang dan sel kerucut.Sel-sel batang adalah untuk terang-

gelap persepsi dalam cahaya redup (night vision), sedangkan sel-sel kerucut yang

berfungsi untuk persepsi warna dalam cahaya terang (visi warna) dan visual keta-

jaman (teori duplicity). Fotoreseptor merupakan neuron pertama pada jalur

penglihatan.(4)

Gambar 3 : Bagian kepala nervus optik(5)

Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa dua

jenis serabut saraf yaitu : saraf penglihatan dan serabut pupilomotor. Kelainan

saraf optik yang menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung

atau tidak langsung terhadap saraf optik perubahan toksik anoksik yang

mempengaruhi penyaluran aliran listrik.(6)

III. PATOFISIOLOGI

Neuritis retrobulbar adalah salah satu bentuk neuritis optikus dimana

inflamasi mengenai nervus yang terletak di belakang mata. Daerah inflamasi

terletak di antara belakang mata dan otak. Nervus optikus mengandung serabut-

12

Page 13: Neuritis Retrobulbar Baru

serabut syaraf yang mengantarkan informasi visual dari sel-sel nervus retina ke

dalam sel-sel nervus di otak. Retina mengandung sel fotoreseptor, merupakan

suatu sel yang diaktivasi oleh cahaya dan menghubungkan ke sel-sel retina lain

disebut sel ganglion. Kemudian mengirimkan sinyal proyeksi yang disebut

akson ke dalam otak. Melalui rute ini, nervus optikus mengirimkan impuls

visual ke otak. Sehingga ketika nervus tersebut inflamasi, sinyal visual yang

dihantarkan ke otak menjadi terganggu dan pandangan menjadi lemah.(1,2,6)

IV. ETIOLOGI

1. Inflamasi lokal

a. Uveitis dan retinitis

b. Oftalmia simpatika

c. Meningitis

d. Penyakit sinus dan infeksi orbita.( 1)

2. Inflamasi umum.

a. Infeksi syaraf pusat

b. Multipel sklerosis

c. Acute disseminated encephalomyelitis

d. Neuromyelitis optic (Devic disease)

e. Encephalitis periaxial diffusa of Schilder

f. Herpes zoster

g. Encephalitis epidemic, poliomyelitis, inokulasi rabies

h. Syphilis

i. Tuberkulosis.(1)

3. Toksin endogen

13

Page 14: Neuritis Retrobulbar Baru

a. Penyakit infeksi akut, seperti influenza, malaria, measles, mumps,

pneumonia

b. Fokus septik pada gigi, tonsil, infeksi fokal

c. Penyakit metabolik: diabetes, anemia, kehamilan, avitaminosis(1)

5. Intoksikasi racun eksogen seperti tobacco,etil alcohol, metil alkohol. .( 1)

Faktor resiko neuritis optikus termasuk:

1.Usia

Neuritis optikus sering mengenai dewasa muda usia 20 sampai 40 tahun; usia

rata-rata terkena sekitar 30 tahun. Usia lebih tua atau anak-anak dapat terkena

juga tetapi frekuensinya lebih sedikit

2.Jenis kelamin

Wanita lebih mudah terkena neuritis optikus dua kali daripada laki-laki5.

3.Ras

Neuritis optikus lebih sering terjadi pada orang kulit putih daripada ras yang

lain.(1,2)

V. DIAGNOSIS BANDING

a. Papilitis

Papilitis adalah inflamasi yang mengenai nervus optikus di dalam bola

mata, merupakan salah satu tipe neuritis optikus yang sering terjadi pada

14

Page 15: Neuritis Retrobulbar Baru

anak-anak, memiliki gejala yang sama dengan neuritis retrobulbar tetapi pada

pemeriksaan dengan opthalmoskopis dapat ditemukan pembengkakan pada

diskus optikus, hiperemi, tepi kabur dan semua pembuluh darah dilatasi.(6)

b. Compressive optic neuropathy

Terdapat kehilangan penglihatan akut. Pola kehilangan lapang pandang

menunjukkan penyebabnya non inflamasi, misalnya ditemukan kehilangan

penglihatan pada mata lainnya. CT Scan atau MRI dapat mengidentifikasi lesi

kompresif pada orbita dan khiasma. Pada Compressive optic neuropathy tidak

terdapat pemulihan penglihatan.(1)

c. Nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy

Terdapatnya nyeri terutama pada pergerakan mata (meskipun tidak

mutlak) secara klinis dapat membedakan neuritis optikus dengan nonarteritic

anterior ischemic optic neuropathy.( 1)

V. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan tergantung dari gangguan yang ditimbulkan, neuritis

optik retrobulbar yang mengakbatkan penurunan visus bisa diterapi dengan

steroid dosis tinggi 1000 mg prednisolone oral selama 3 hari. Dan 1 mg/kgbb

untuk oral prednisolone untuk hari ke 4-14.(1)

Pada keadaan akut, apabila visus sama atau lebih baik dari 20/40

dilakukan pengamatan saja. Dan apabila visus sama atau kurang dari 20/50

dilakukan pengamatan dan metilprednison 250 mg intravena, disusul dengan

prednison tablet. (6)

15

Page 16: Neuritis Retrobulbar Baru

VI. KOMPILKASI

1) penglihatan kabur

2) bintik/bercak buta, terutama pertengahan lapang pandang

3) nyeri saat pergerakkan bola mata

4) sakit kepala

5) buta warna mendadak

6) gangguan penglihatan pada malam hari

7) gangguan ketajaman penglihatan(2)

VII. PROGNOSIS

Gangguan penglihatan yang disebabkan karena neuritis optik biasanya

bersifat sementara. Remisi (penyembuhan) spontan terjadi dalam dua hingga

lima minggu. Saat masa pemulihan, 65% - 80% ketajaman penglihatan pen-

derita menjadi lebih baik. Prognosis jangka panjang tergantung pada penyebab

yang mendasarinya. Jika serangan ini ditimbulkan oleh infeksi virus maka akan

mengalami penyembuhan sendiri tanpa meninggalkan efek samping. Jika neuri-

tis optik dipicu oleh sklerosis multipel, maka serangan berikutnya harus dihin-

dari. Tigapuluh tiga persen penderita neuritis optik akan kambuh dalam lima

tahun. Tiap kekambuhan menyebabkan pemulihannya tidak sempurna bahkan

memperburuk penglihatan seseorang. Ada hubungan yang kuat antara neuritis

optik dengan sklerosis multipel. Pada orang yang tidak mengalami sklerosis

multipel maka separuh dari mereka yang mengalami gangguan penglihatan aki-

bat neuritis optik akan menderita penyakit ini dalam 15 tahun(2)

16

Page 17: Neuritis Retrobulbar Baru

DAFTAR PUSTAKA

1. Lang G. “Optic Nerve”, in Ophtalmology A Pocket Textbook Atlas

Second Edition, p.386-8, Stuttgart, New York, 2006.

2. Anonim. Neuritis Optik. Maret, 2010 [cited 2010 Nov 13].Available:

http://www. dokter/neuritisoptik.com

3. Anonim. The Online Atlas of Ophtalmologic. Feb 14, 2005 [cited 2010

Nov 13].Available: http://www. eyeatlas.com

4. Kahle W. “The Eye”, in Color Atlas And Textbook of Human Anatomy ,

p.348, Stuttgart, Germany, 2003.

5. Dunitz, M. Anatomy, Physiology, and Patophysiology : Handbook of

Glaucoma. Second Edition. Taylor and Francis: London; 2003.p.11-13

6. Sidarta I. Glaukoma. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI; 2007.p.10;181-2

17

Page 18: Neuritis Retrobulbar Baru

18