metlit fix
TRANSCRIPT
UJI KEMAMPUAN SERTA OPTIMASI ADSORPSI KADMIUM (II)
DALAM MEDIUM AIR MENGGUNAKAN NANOMATERIAL SERUPA
HIDROTALSIT
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Proposal Skripsi
Oleh
Nina Mu’minah
3325101445
Program Studi Kimia
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta
alam, nikmatnya yang tak terkira yang telah memberikan cahaya dan
manfaat untuk masa depan yang lebih baik bagi umat manusia dan segala
kehidupan yang diciptakanNya. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dengan rasa syukur, penulis
telah menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “ Uji Kemampuan
Serta Optimasi Adsorpsi Kadmium (II) dalam Medium Air Menggunakan
Nanomaterial Serupa Hidrotalsit”.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapatkan
banyak bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik berupa moril
maupun materil yang sangat berarti bagi penyelesaian makalah ini. Untuk
itu ungkapan terima kasih penulis haturkan kepada kedua orang tua, Prof.
Dr. Rukaesih A., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi
Penelitian, dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa kimia angkatan 2010.
Penulis berharap semoga proposal ini dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin dan dapat menjadi pembangkit motivasi bagi para
peneliti-peneliti yang lain untuk mencari dan mengembangkan adsorben
yang efektif. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna
dan tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya dan meminta saran dan kritik yang konstruktif untuk
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan serta informasi.
Jakarta, Juni 2013
Nina Mu’minah
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... I
DAFTAR ISI................................................................................................II
DAFTAR TABEL.......................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR....................................................................................V
BAB I..........................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................1B. IDENTIFIKASI MASALAH.......................................................................2C. PEMBATASAN MASALAH......................................................................3D. PERUMUSAN MASALAH.......................................................................3E. TUJUAN PENELITIAN...........................................................................3F. MANFAAT PENELITIAN.........................................................................3
BAB II.........................................................................................................4
A. KAJIAN TEORI....................................................................................41. Kadmium...............................................................................42. Nano-Hidrotalsit.....................................................................53. Adsorpsi..............................................................................13
B. KERANGKA BERPIKIR........................................................................16C. PENELITIAN SEBELUMNYA.................................................................16D. HIPOTESIS PENELITIAN.....................................................................16
BAB III......................................................................................................17
A. TUJUAN OPERASIONAL.....................................................................17B. WAKTU DAN TEMPAT........................................................................17C. METODE PENELITIAN........................................................................17D. DESAIN EKSPERIMEN........................................................................17E. SAMPEL PENELITIAN.........................................................................18F. VARIABEL.........................................................................................18G. ALAT DAN BAHAN.............................................................................18H. PROSEDUR KERJA............................................................................19
1. Sintesis Media Adsorpsi......................................................192. Karakterisasi nano-hidrotasit...............................................193. Adsorpsi Pb2+ dengan Hidrotalsit.........................................20
iii
I. BAGAN KERJA..................................................................................211. Sintesis Media Adsorpsi......................................................212. Uji Adsorpsi.........................................................................21
J. HIPOTESIS STATISTIK.......................................................................22Hipotesis statistik ini digunakan dalam pengujian kemampuan adsorpsi Cd(II) oleh nano-hidrotasit...............................................22
K. TEKNIK ANALISIS DATA.....................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................23
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Desain Eksperimen................................................................................20
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Struktur kristal hidrotalsit (L van der Ven, dkk. 2000).....................3Gambar 2.Prinsip kerja XRD.................................................................................3Gambar 3.Skema alat FTIR...................................................................................3Gambar 4.Instrumen TEM.....................................................................................3Gambar 5.Proses adsorpsi....................................................................................3
vi
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencemaran air telah lama menjadi masalah serius yang perlu
ditangani. World Health Organization (WHO) melaporkan kasus
pencemaran air mengakibatkan kematian lebih dari 3,5 juta jiwa per tahun
di seluruh dunia. Kasus ini semakin terpuruk dengan adanya pencemaran
air oleh logam berat, karena toksisitas yang cukup tinggi dan non-
biodegradabilitas.
Kadmium digunakan untuk pelapisan logam dan pengerjaan
pelapisan termasuk peralatan transportasi, mesin, fotografi dan lain-lain.
Logam ini juga berpengaruh pada kesehatan dimana beberapa orang
yang minum air yang mengandung kadar kadmium berlebihan akan
beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium berpengaruh
terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi
pada tubuh khususnya hati dan ginjal.
Penelitian tentang penghilangan Cd (II) dari air limbah cukup
meningkat dalam dekade terakhir karena kesadaran akan dampak buruk
bagi kesehatan dan lingkungan. Beberapa metode kimia maupun biologis
telah banyak digunakan untuk menghilangkan Cd (II) dari air limbah, salah
satunya adalah metode adsorpsi. Berbagai adsorben telah digunakan
untuk menghilangkan Cd (II) dari air limbah, dengan beberapa faktor yang
mempengaruhi efektifitas adsorpsi adalah luas permukaan, distribusi
ukuran pori, polaritas, dan gugus fungsional adsorben.
Adsorben yang biasa digunakan berasal dari alam. Namun
adsorben jenis ini memiliki kekurangan, yaitu ukuran
permukaannya. Solusi untuk mengatasi kekurangan ini adalah
dengan merekayasa adsorben menjadi berskala nano
(nanomaterial). Nanomaterial dinilai cukup efektif karena luas
vii
permukaannya yang lebih besar, sehingga mampu memperbaiki diri
sendiri, potensi katalitik, dan tidak mempunyai hambatan difusi internal.
Penelitian tentang adsorpsi oleh nanopartikel ini menggunakan
bahan yang berasal dari Hidroksida biner berlapis (LDHs) atau hidrotalsit
(HT) sebagai adsorben logam pada air limbah. Rumus umum dari
hidrotalsit (HT) adalah [ M 1−x2+¿M x
3+¿¿ ¿(OH)2]x+ [Ax/nn−¿ ¿. mH2O ]x- dimana M2+ dan
M3+ adalah ion logam positif divalen dan trivalen. Strukturnya terdiri dari
lapisan menyerupai brucite dengan muatan positif untuk penggantian Mg2+
oleh Al3+, muatan ini menjadi seimbang oleh anion interlayer (An-).
HT memiliki kapasitas pertukaran ion yang lebih besar
dibandingkan dengan kation lempung. Selain itu, HT mempunyai
kemampuan untuk memperbaiki strukturnya pada temperatur tinggi
sampai dengan kisaran 500-800°C, sebagai produk hasil kalsinasi, HT
memiliki efek memori dan karenanya memungkikan HT untuk
merekonstruksi struktur aslinya memberikan peluang untuk digunakan
kembali dan didaur ulang.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki karakter dan potensi nano
HT dalam menyerap ion Cd (II). Variabel kontrol yang digunakan antara
lain: temperatur, pH, dan waktu kontak. Diharapkan beberapa variabel
tersebut dapat menunjukkan situasi dan kondisi efektif untuk adsorpsi ion
Cd (II) oleh nano HT.
B. Identifikasi Masalah
Dari proses sintesis nano-hidrotasit masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Apakah nano-hidrotalsit yang disintesis dapat digunakan sebagai
adsorben Cd(II) dalam medium air?
2. Berapa waktu interaksi optimum adsorpsi Cd(II) oleh nano-
hidrotalsit?
viii
3. Berapa pH optimum adsorpsi Cd(II) oleh nano-hidrotalsit?
4. Berapa temperatur optimum adsorpsi Cd(II) oleh nano-hidrotalsit?
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini masalah yang dikaji dibatasi pada untuk
mengetahui apakah nano-hidrotalsit yang disintesis dapat digunakan
sebagai adsorben Cd(II) dalam medium air, waktu interaksi, pH optimum
dan temperatur optimum pada uji adsorpsi Cd(II) oleh nano-hidrotalsit.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, perumusan masalah
pada penelitian ini adalah:
1. Apakah nano-hidrotalsit yang disintesis dapat digunakan sebagai
adsorben Cd(II) dalam medium air?
2. Berapa waktu interaksi optimum adsorpsi Cd(II) oleh nano-
hidrotalsit?
3. Berapa pH optimum adsorpsi Cd(II) oleh nano-hidrotalsit?
4. Berapa temperatur optimum adsorpsi Cd(II) oleh nano-hidrotalsit?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis nano-hidrotalsit,
mengetahui karakteristik nano-hidrotalsit hasil sintesis, menguji
kemampuan nano-hidrotalsit pada proses adsorpsi Cd(II) dalam medium
air dan optimasi proses adsorpsinya.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi mengenai
karakteristik nano-hidrotalsit hasil sintesis, kapasitas adsorpsi dan
optimasi proses adsorpsi Cd(II) oleh nano-hidrotalsit dalam medium air.
ix
BAB II
Landasan Teori
A. Kajian Teori
1. Kadmium
Kadmium adalah logam berat berwarna kebiruan yang lunak,
termasuk ke dalam golongan II B. Unsur ini mempunyai berat atom 48,
mempunyai bobot atom 112,41 g/mol dan memilikidensitas 8,65 g/cm3.
Titik didih dan titik lelehnya berturut-turut 765°C dan320,9°C. Sifat kimia
Cd antara lain: Logam yang cukup aktif, bereaksi dengan halogen dan
non-logam, tidak larut dalam basa, larut dalam H2SO4 encer dan HCl
encer (Arifin, 2008).
Kadmium digunakan pula dalam pembuatan solder dan digunakan
sebagai pembuat baterai Ni-Cd (Yulianto, 2006).Logam Cadmium sangat
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Logam ini telah
digunakan sejak tahun 1950 dan total prosduksi Dunia sekitar 15000-
18000 pertahun.
Kadmium adalah logam yang ditemukan dalam endapan alam
seperti bijih dan berikatan dengan unsur-unsur lainnya. Logam ini
digunakan untuk pelapisan logam dan pengerjaan pelapisan termasuk
peralatan transportasi, mesin, fotografi dan lain-lain. Logam ini juga
berpengaruh pada kesehatan dimana beberapa orang yang minum air
yang mengandung kadar kadmium berlebihan dari maximum contaminant
level (MCL) dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Sumber utama
kadmium dalam air minum adalah korosi pada pipa galvanis, erosi
endapan alam, debit dari kilang logam, limpasan dari sampah baterai dan
cat. Metode perlakuan berikut telah terbukti efektif untuk menghilangkan
kadmium hingga di bawah 0,005 mg/L atau 5 ppb yaitu dengan koagulasi /
filtrasi, pertukaran ion, lime softening dan reverse osmosis.
x
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum,
kadmium termasuk parameter yang berhubungan langsung dengan
kesehatan. Kadar maksimun kadmium yang diperbolehkan adalah 0,003
mg/l.
2. Nano-Hidrotalsit
Senyawa hidrotalsit merupakan hidroksida ganda berlapis, yang di
dalam strukturnya terjadi substitusi parsial logam trivalen untuk logam
divalen. Substitusi ini menciptakan muatan positif di dalam lapisan-lapisan
hidroksidanya, yang kemudian muatan positif ini akan dinetralkan oleh
anion dan molekul air yang berada di dalam interlayer struktur senyawa
hidrotalsit tersebut. Salah satu aplikasi dari senyawa hidrotalsit adalah
sebagai adsorben (Gunawan, 2005, 4).
Gambar 1.Struktur kristal hidrotalsit (L van der Ven, dkk. 2000)
Rumus umum dari hidrotalsit adalah [ M 1−x2+¿M x
3+¿¿ ¿ (OH)2]x+ [Ax/nn−¿ ¿
.mH2O]x- dimana M2+ dan M3+ adalah ion logam positif divalen dan trivalen.
Salah satu aturan dari sintesis hidrotalsit adalah jari-jari kation logam yang
digunakan tidak jauh berbeda dari kation logam Mg2+ (Cavani, 2010, 173-
301).
xi
Senyawa hidrotalsit yang ditemukan dialam masih dalam ukuran
yang cukup besar. Hidrotalsit tersebut kurang efektif untuk dijadikan
adsorben karena kurang luasnya permukaan adsorben. Maka perlu
disintesis adsorben yang memiliki luas permukaan yang besar sehingga
memiliki situs aktif yang lebih banyak pula. Hal ini dapat diatasi dengan
merekayasa hidrotalsit menjadi berukuran nano yaitu antar 1-100nm.
a) Aplikasi Nano-hidrotasit
Hidrotalsit memiliki banyak aplikasi, di antaranya adalah sebagai
katalis, padatan pendukung katalis, penukar anion, adsorben, stabilizer,
dan penangkap. Mengingat kemampuan hidrotalsit yang dapat menukar
anion-anion negatif yang dimilikinya, maka hidrotalsit dapat diaplikasikan
sebagai agen penukar anion.
HT akan menyerap anion tersebut dan akan menggantikan posisi –
OH pada lembar bidang lapisnya ataupun anion pada bidang antar
lapisnya. Hal ini, akan bermanfaat untuk pengolahan limbah cair yang
mengandung banyak kontaminan yang berbentuk anion. Setiap anion
mempunyai kapasitas pertukaran yang berbeda-beda. Kapasitas
pertukaran anion dalam hidrotalsit bergantung pada perbandingan mol
M3+/(M2+/M3+) (Ookubo, 1994).
b) Sintesis Nano-Hidrotasit
Keberadaan hidrotalsit di alam cukup sulit untuk ditemukan.
Namun, hidrotalsit dapat disintesis dalam skala laboratorium. Terdapat
beberapa metode untuk sintesis hidrotalsit antara lain adalah metode
penukaran ion, metode kopresipitasi, metode rekonstruksi yang
didasarkan pada sifat khas memory effect dari HT dan metode sintesis
sol-gel menggunakan larutan etanol dan aseton. Setiap metode
dikembangkan sesuai dengan aplikasinya kemudian.
xii
Metode yang paling umum digunakan adalah metode kopresipitasi
yaitu dengan mencampurkan larutan mengandung kation divalen dan
trivalen kation. Kemudian anion dapat ditambahkan secara langsung ke
dalam campuran tersebut, yang digunakan sebagai prekursor. Metode
kopresipitasi dilakukan dengan mengendapkan dua logam atau lebih dan
proses pemisahan endapan dalam kondisi jenuh (Trifiro dan Vaccari,
1996). Kondisi jenuh dapat dicapai dengan mengendalikan pH larutan
Kopresipitasi pada kondisi jenuh dengan konsentrasi rendah yang
dibuat dengan mencampurkan logam divalen dan trivalen perlahan ke
dalam larutan basa yang mengandung anion. Dalam metode ini garam
logam dan larutan basa yang digunakan memiliki konsentrasi rendah dan
pada pH konstan dengan temperatur antara 60 - 80oC. Pada pH konstan,
hal ini karena laju pertumbuhan kristal lebih tinggi (Trifiro dan Vaccari,
1996).
c) Karakterisasi nano-hidrotasit
Untuk mengetahui sifat-sifat nano-hidrotasit hasil sintesis perlu
dilakukan karakterisasi. Pada penelitian ini karakterisasi dilakukan dengan
menggunakan XRD, TEM, FTIR, dan TGA. XRD digunakan untuk
komposisi dari nanopartikel. TEM digunakan untuk mengetahui morfologi
dari nano-hidrotasit. FTIR digunakan untuk mengetahui gugus fungsi yang
terdapat pada polifenol. Untuk mengetahui stabilitas termal dari
nanopartikel digunakan TGA.
1) Penentuan Komposisi Kristal dengan X-Ray Diffractometer
(XRD)
XRD (X-Ray Diffractometer) merupakan instrumen yang digunakan
untuk mengkarakterisasi struktur kristal. Semua bahan yang mengandung
kristal tertentu ketika dianalisa menggunakan XRD akan memunculkan
puncak-puncak yang spesifik. Sehingga kelemahan alat ini tidak dapat
xiii
untuk mengkarakterisasi bahan yang bersifat amorf. Prinsip dasar dari
difraksi adalah hasil dari hamburan monokromatis sinar-X memberikan
interferensi yang konstruktif.
Gambar 2.Prinsip kerja XRD
Prinsip kerja XRD secara umum adalah sebagai berikut : XRD
terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-X, tempat objek yang
diteliti, dan detektor sinar-X. Berkas sinar-X dijatuhkan pada sampel
kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki
panjang gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut.
Sinar yang dibiaskan akan ditangkap oleh detektor kemudian
diterjemahkan sebagai sebuah puncak difraksi. Makin banyak bidang
kristal yang terdapat dalam sampel, makin kuat intensitas pembiasan yang
dihasilkannya. Objek dan detektor berputar untuk menangkap dan
merekam intensitas refleksi sinar X. Detektor merekam dan memproses
sinyal sinar X dan mengolahnya dalam bentuk grafik.
xiv
Grafik pola XRD mempunyai puncak-puncak yang akan dianalisis.
Tiap puncak yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal
yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Puncak-
puncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan
dengan standar JCPDS difraksi sinar-X untuk hampir semua jenis
material.
2) Penentuan Komposisi Organik dengan FTIR
Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) adalah sebuah
teknik analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi material organik
dan beberapa material anorganik. Teknik pengukuran FTIR adalah
berdasarkan penyerapan pada panjang gelombang pada daerah infra
merah (IR) tertentu oleh suatu material. Pita serapan IR pada FTIR
secara khusus mengidentifikasi komponen molekul dan struktur.
Sistem optik FTIR menggunakan radiasi LASER yang berfungsi
sebagai radiasi yang diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar
sinyal radiasi IR diterima utuh dan lebih baik oleh detektor. Detektor yang
digunakan dalam FTIR adalah Tetra Glycerine Sulphate (disingkat TGS)
atau Mercury Cadmium Telluride (disingkat MCT). Detektor MCT lebih
banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
detektor TGS, yaitu memberikan respon yang lebih baik pada frekwensi
modulasi tinggi, lebih sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh
temperatur, sangat selektif terhadap energi vibrasi yang diterima dari
radiasi IR.
xv
Gambar 3.Skema alat FTIR
Bagian dalam FTIR adalah cermin yang bergerak tegak lurus dan
cermin yang diam. Radiasi IR akan menimbulkan perbedaan jarak yang
ditempuh menuju cermin yang bergerak (M) dan jarak cermin yang diam
(F). Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut adalah 2 yang selanjutnya
disebut sebagai retardasi (δ). Hubungan antara intensitas radiasi IR yang
diterima detektor terhadap retardasi disebut sebagai interferogram.
Cara kerja spektrometer IR adalah sebagai berikut: Mula mula
sampel yang diidentifikasi berupa atom atau molekul. Sinar IR berperan
sebagai sumber sinar dibagi menjadi dua berkas, satu dilewatkan melalui
sampel dan yang lain melalui pembanding. Kemudian secara berturut-
turut melewati chopper. Setelah melalui prisma atau grating, berkas akan
jatuh pada detektor dan diubah menjadi sinyal listrik yang kemudian
direkam oleh rekorder dan memberikan gambaran spektrum. Struktur
kimia dan bentuk ikatan molekul serta gugus fungsional tertentu sampel
yang diuji menjadi dasar bentuk spektrum yang akan diperoleh dari hasil
analisa.
xvi
3) Penentuan Morfologi dan Ukuran dengan TEM
TEM bekerja pada prinsip-prinsip dasar yang sama dengan
mikroskop cahaya. Perbedaanya adalah pada sumber cahayanya, TEM
menggunakan elektron. Pada mikroskop cahaya, objek penglihatan
dibatasi oleh panjang gelombang cahaya, dengan menggunakan TEM,
terdapat panjang gelombang yang lebih rendah memungkinkan untuk
mendapatkan resolusi seribu kali lebih baik dibandingkan dengan
mikroskop cahaya. Objek yang teramati dalam rentang dari beberapa
angstrom (10-10 m).
Gambar 4.Instrumen TEM
Prinsip kerja dari TEM secara singkat adalah sinar elektron
mengiluminasi spesimen dan menghasilkan sebuah gambar diatas layar
pospor. Aplikasi utama TEM adalah sebagai berikut: analisis
mikrostruktur, identifikasi defek, analisis interfasa, struktur kristal, tatanan
atom pada kristal, serta analisa elemental skala nanometer.
xvii
4) Penentuan Stabilitas Termal Menggunakan TGA
Analisis Termogravimetri (TGA) adalah salah satu teknik analisis
termal yang digunakan untuk menggambarkan berbagai bahan. TGA
menyediakan informasi karakterisasi bebas dan tambahan untuk teknik
termal. TGA mengukur jumlah dan laju (kecepatan) perubahan massa
sebuah sampel sebagai fungsi temperatur atau waktu dalam suasana
yang dikendalikan. Teknik ini dapat menganalisis bahan yang
menunjukkan massa baik kekurangan atau kelebihan karena
dekompositus, oksidasi atau hilangnya bahan mudah menguap (seperti
kelembaban).
Prinsip penggunaan TGA ialah mengukur kecepatan rata-rata
perubahan massa suatu bahan/cuplikan sebagai fungsi dari temperatur
atau waktu pada tekanan terkontrol. Pengukuran digunakan khususnya
untuk menentukan kompositus dari suatu bahan atau cuplikan dan untuk
memperkirakan stabilitas termal pada temperatur diatas 1000oC.
Perubahan massa sampel pada TGA, bahan akan mengalami
kehilangan maupun kenaikan massa. Proses kehilangan massa terjadi
karena adanya proses dekomposi yaitu pemutusan ikatan kimia,
evaporasi yaitu kehilangan atsiri pada peningkatan temperatur, reduksi
yaitu interaksi bahan dengan pereduksi, dan adsorpsi. Sedangkan
kenaikan massa disebabkan oleh proses oksidasi yaitu interaksi bahan
dengan suasana pengoksidasi, dan absorpsi.
5) Penentuan kadar Cd (II) Menggunakan AAS
Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang
digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam
berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et al., 2000). AAS
berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya
xviii
tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya Spektrometri Serapan Atom (SSA) meliputi absorpsi sinar oleh
atom-atom netral unsur logam yang masih berada dalam keadaan
dasarnya (Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah sinar ultra
violet dan sinar tampak. Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA) pada
dasarnya sama seperti absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa
dalam larutan.
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan
pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan
maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan
akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada
pada sel.
3. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan suatu proses yang pengikatan fluida (cairan
atau gas) pada duatu permukaan padatan da akhirnya membentuk suatu
lapisan tipis (Saputra, 2008). Dapat pula didefinisikan dengan pengikatan
ion-ion bebas dalam medium air oleh adsorben.
Gambar 5.Proses adsorpsi
Terdapat istilah adsorbat dan adsorben pada proses adsorpsi,
dimana adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan
dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorben adalah merupakan suatu
media penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon. Adsorben
xix
yang biasa digunakan adalah zeolit dan resin hasil polimerisasi dari
polihidrik fenol dan formaldeid.
Proses adsorpsi terjadi karena adanya gaya tarik-menarik antara
permukaan adsorben dan energi kinetik molekul adsorbat, dapat berupa
adsorpsi fisika, adsorpsi kimia dan adsorpsi isoterm. Pada adsorpsi fisika
terjadi gaya van der waals antara molekul adsorbat dan adsorben. Hal ini
terjadi terjadi akibat perbedaan energi gaya tarik elektrostatik, sehingga
adsorpsi fisika merupakan reversibel. Berbeda dengan adsorpsi kimia
yang terjadi akibat interaksi antara elektron-elektron pada permukaan
adsorben dengan molekul-molekul adsorbat membentuk ikatan yang lebih
kuat dibandingkan dengan adsorpsi fisika dimana prosesnya berlangsung
secara irreversibel (Saputra, 2008).
a) Isoterm Adsorpsi
Isoterm adsorpsi digunakan untuk karakterisasi dari persamaan
antara jumlah adsorbat yang terakumulasi dalam adsorben dan
konsentrasi larutan adsorbat. Isotermis adsorpsi Langmuir dan Isotermis
adsorpsi Freundlich adalah dua persamaan isotermis yang sering
digunakan.
1) Isoterm Langmuir
Isotermis Langmuir diasumsikan sebagai proses adsorpsi yang
terjadi dengan permukaan dan energi yang sama. Persamaan isoterm
Langmuir dapat menentukan kapasitas adsorpsi maksimum pada seluruh
permukaan satu lapis permukaan adsorben, berikut persamaan isoterm
adsorpsi Langmuir (Adamson, 1990, 421-426):
qe = q0bC e1+bCe
xx
dimana,
qe = Banyaknya zat yang terserap per satuan berat adsorben
(mol/g)
Ce = Konsentrasi adsorbat pada saat kesetimbangan (mol/L)
qo = Kapasitas adsorpsi maksimum (mol/g)
b = Konstanta Langmuir (L/mol)
Persamaan di atas dapat disusun secara linear menjadi:
Ceqe
= 1qob
+Ceq0
2) Isoterm Freundlich
Isotermis Freundlich dapat digunakan untuk menghitung adsorpsi
permukaan yang beragam (adsorpsi multilayer). Persamaan ini
merupakan perbandingan zat yang teradsorpsi per berat adsorben dalam
konsentrasi larutan. Persamaan isotermis Freundlich memperkirakan
intensitas adsorbsi yang terserap dalam biomassa (Adamson, 1990, 421-
426). Persamaan Freundlich adalah:
qe=K f C e1 /n
dimana:
qe = Banyaknya zat yang terserap (mol/g)
Ce = Konsentrasi adsorbat pada saat kesetimbangan (mol/L)
n = Kapasitas adsorpsi maksimum (mol/g)
Kf = Konstanta freundlich (L/mol)
Persamaan di atas dapat diubah kedalam bentuk linier dengan
mengambil bentuk logaritmanya:
ln ¿¿¿) = ln K f + 1n
lnC e
Bentuk linear dapat digunakan untuk menentukan kelinearan data
percobaan dengan cara mengeplotkan Ce /qe vs Ce. Konstanta Langmuir K
xxi
dan konstanta Freundlich Kf dapat diperoleh dari kemiringan garis
lurusnya, sedangkan harga 1/qo dan 1/n merupakan harga slop. Bila qo
dan n diketahui maka K dan Kf dapat dicari, semakin besar harga K dank
Kf maka daya adsorpsi akan semakin baik dan dari harga K dan Kf.
B. Kerangka Berpikir
Hidrotalsit yang akan disintesis menggunakan campuran dari logam
Cr dan Mn. Penggunaan campuran dari dua ogam tersebut karena
divalent dan trivalent. Sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
hidrotalsit adalah hidroksida lapis ganda, yang di dalam strukturnya
terdapat logam trivalen untuk logam divalen. Kedua muatan positif ini akan
dinetralkan oleh anion dan molekul air yang berada di dalam interlayer
struktur senyawa hidrotalsit tersebut.
Nano-hidrotasit mempunyai muatan negatif pada daerah interlayer
yang berisi anion, sehingga diperkirakan bahwa anion-anion tersebut
mampu mengadsorpsi Cd(II) pada medium air.
C. Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Katlego (2011). Penelitian yang dilakukan
oleh Katlego adalah sintesis nano-hidrotalsit menggunakan campuran
logam Cr dan Mg untuk mengadsorpsi logam Pb (II) dari medium air.
Kelebihan dari metode sintesis yang dlakukan oleh Katlego adalah luas
permukaan nano-hidrotalsit yang besar, sehingga kapasitas adsorpsi HT
terhadap Pb (II) juga semakin besar. Pada penelitian ini, nano-
hidrotalsithasil sintesis memiliki kapasitas adsorpsi sebesar
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah nano-hidrotalsit hasil sintesis
berpotensi untuk mengurangi kadar Cd(II) dari medium air.
xxii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Operasional
Tujuan operasional dari penelitian ini adalah untuk menyintesis
nano-hidrotalsit dan menguji kemampuan adsorpsinya terhadap Cd(II)
dalam medium air.
B. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 hingga November 2013
di Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Jakarta.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan
tahapan:
1. Sistesis nano-hidrotalsit dari campuran logam polivalen.
2. Karakterisasi nano-hidrotalsit hasil sintesis menggunakan TGA,
XRD, FTIR, TEM
3. Pengujian kemampuan adsorpsi nano-hidrotalsit terhadap Cd2+
dalam medium air.
D. Desain Eksperimen
Desain eksperimen yang digunakan adalah Posttest Only Control
Design yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih secara random (R),
kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak.
xxiii
Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan
kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh
adanya perlakuan (treatment) adalah (O1:O2).
Tabel 1.Desain Eksperimen
R X O1
R O2
Keterangan :
- O1 : Hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi perlakuan
- O2 : Hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak diberi perlakuan
- X : Treatment yang diberikan (Variabel independent)
E. Sampel Penelitian
Sampel larutan yang diadsorpsi adalah larutan Cd(CH3COO)2.
F. Variabel
Variabel bebas : waktu interaksi, pH, dan temperatur
Variabel terikat : konsentrasi Cd(II) yang teradsorpsi
G. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat analisis
instrumen seperti: fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), X-ray
diffraction (XRD), transmission electron microscope (TEM)
dan themogravimetric
Bahan-bahan yang digunakan antara lain: Reagen kimia seperti
NaOH, HNO3 (Sigma Aldrich) dan beberapa garam logam
polivalen. Sampel air limbah yang terkontaminan logam berat dengan
menggunakan garam ion logam.
xxiv
H. Prosedur Kerja
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan dalam
penelitian ini adalah sintesis media adsorpsi, karakterisasi media adsorpsi,
dan adsorpsi dengan nano-hidrotalsit.
1. Sintesis Media Adsorpsi
Langkah pertama adalah sintesis nanopartikel serupa-hidrotalsit.
Sintesis ini menggunakan metode presipitasi standar Reichle dkk. (1986)
dengan mengalirkan gas nitrogen secara konstan lalu diaduk. Campuran
antara 100 ml larutan Mg(NO3)2.6H2O (0,75 mol) / Cr(NO3)3.9H2O (0,25
mol) ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 0,5 M dan Na2CO3
hingga pH-nya konstan yaitu pada pH 10,5. Campuran ini kemudian
didiamkan selama 14 jam dalam temperatur 65oC. Padatan yang
dihasilkan dicuci dengan air deionisasi sebanyak tiga kali lalu dikeringkan
pada temperatur 110°C selama satu malam.
2. Karakterisasi nano-hidrotasit
Struktur dari nano-hidrotasit menggunakan mikroskop elektron
(JEOL JEM-100S). Pertama, suspensi nano-hidrotasit diteteskan dalam 2-
propanol di atas grid tembaga. Dilakukan pula karakterisasi terhadap
gugus fungsi menggunakan FTIR dengan pelet KBr. Karakterisasi FTIR
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kesetimbangan muatan anion
pada interlayer, jenis ikatan yang terbentuk anion dan
kecenderungannya.
Karakterisasi struktur kristal dan ukuran kristal sebelum dan setelah
adsorpsi menggunakan XRD Panalytical X'Pert PRO PW 3040/60 dengan
Cu Kα (λ=0,154 nm), sumber radiasi monokromatik dioperasikan
pada 45,0 kV dan 40,0 mA. Data XRD diperoleh pada 2θ mulai 5-160°
dengan rentang tiap 0,02°. Stabilitas termal dari Nanopartikel HT dicapai
xxv
melalui analisis oleh themogravimetric analysis (TGA) pada temperatur
berkisar dari 0-900°C.
3. Adsorpsi Pb2+ dengan Hidrotalsit
a) Kinetika Adsorpsi
Percobaan dilakukan dalam reaktor batch 1 L dengan konsentrasi
awal Pb (II) sebesar 90,75 mg/L dan massa adsorben sebanyak 0,1
g. Reaktor diaduk dengan perputaran 200 rpm. Pada interval waktu yang
telah ditentukan, 10 ml sampel diambil dari reaktor, kemudian disaring
melalui jarum suntik filter dan konsentrasi residu Pb (II) diukur oleh
AAS. Setelah diketahui konsentrasi bahan ketika mencapai
kesetimbangan, maka dapat dilakukan analisis kinetik untuk mengetahui
jumlah Ion Pb (II) yang teradsorpsi
b) Pengaruh Temperatur
Data isoterm adsorpsi diteliti dengan mereaksi antara 0,05
g adsorben dan larutan yang Pb (II). Sebanyak 50 ml sampel Pb (II)
dengan variasi konsentrasi antara 100 - 400 mg/L dimasukkan ke dalam
100 ml botol plastik. Botol-botol itu kemudian ditempatkan dalam
pengaduk termostatik dan diaduk selama 24 jam pada temperatur 298,
308 dan 318K dengan laju putaran 200 rpm. Selanjutnya sampel
diambil dari botol uji kemudian disaring menggunakan jarum suntik filter
dan konsentrasi residu Pb (II) diukur oleh AAS.
c) Pengaruh pH
Pengaruh pH dilakukan dengan memvariasikan pH awal larutan Pb
(II) dengan rentang 1 sampai 8, baik menggunakan NaOH atau HCl. Oleh
karena itu, adsorpsi dilakukan dalam botol plastik dengan menambahkan
0,05 g nanoHT ke dalam 50 ml sampel yang mengandung Pb (II) 400
mg/L. Botol tersebut diletakkan dalam pengaduk termostatik dan diaduk
xxvi
selama 24 jam. Kemudian sampel disaring dan residu Pb (II) diukur
konsentrasinya menggunakan AAS.
I. Bagan Kerja
1. Sintesis Media Adsorpsi
2. Uji Adsorpsi
100 mL campuran Mg(NO3)2.6H2O (0,75 mol) dan Cr(NO3)3.9H2O (0,25 mol)
+ NaOH 0,5 M dan Na2CCO3
pH konstan 10,5
Didiamkan selama 14 jam pada 65C
Padatan
Adsorben
Dicuci dengan air deionisasi
Dikeringkan selama satu malam pada 110C
Larutan Pb 90,75 mg/L
+ 0,1 g adsorben
Residu Cd dalam filtrat
Diukur dengan AAS
Diputar 200 rpm
Disaring
xxvii
J. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik ini digunakan dalam pengujian kemampuan
adsorpsi Cd(II) oleh nano-hidrotasit
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 ≠ µ2
Keterangan :
µ1 : rerata kadar Cd tanpa perlakuan
µ2 : rerata kadar Cd dengan penambahan adsorben
K. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis variansi (ANAVA),
kemudian dilakukan uji T untuk mengetahui adanya perbedaan nyata
pada tiap perlakuan dengan taraf signifikansi (α) sebesar 1%.Hipotesis nol
(H0) ditolak jika nilai t hitung dari analisis data lebih besar disbanding nilai t
tabel, dengan kata lain hipotesis penelitian (H1) diterima. Sebaliknya
hipotesisnol (H0) diterima jika nilai t hitung dari analisis data lebih kecil
dibanding nilai t tabel, dengan kata lain hipotesis penelitian (H1) ditolak.
xxviii
DAFTAR PUSTAKA
Adamson. W. A., 1990, Physical Chemistry of Surfaces, fifth edition. John
Wiley and Sons. Inc, America, pp 421-426
Cavani, F., Trifiro, F., and Vaccari, A. 1991. “Hydrotalcite-Type Anlonlc
Clays:Preparation, Properties And Applications.” Catal. Today,
Vol.11, p.173-301.
Chalid Al Ayubi, Mochamad. 2007. Studi Keseimbangan Adsorpsi
Merkuri(Ii) Pada Biomassa Daun Enceng Gondok (Eichhornia
Crassipes). Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Malang
Fan T, Liu Y, Feng B, Zeng G, Yang C, Zhou M, Zhou H, Tan Z, Wang X.
2008. “Biosorption of cadmium (II), zinc(II), and lead(II) by
Penicillium simplicissimum: Isotherm, kinetics and
thermodynamics.” Journal of Hazardous Materials 160: 655-661.
Ghassabzadeh H, Torab-Mostaedi M, Mohaddespour A, Maragheh MG,
Ahmadi SJ, Zaheri P. 2010. “Characterizations Of Co (II) And Pb (II)
Removal From Aqueous Solution Using Expanded Perlite.”
Desalination, 262: 73-79.
Gunawan, Anita. 2005. Pengaruh Variasi Komposisi Bahan Pada
Pembuatan Hidrotalsit Cu/Al Dan Aplikasinya Sebagai Adsorben
Asam Oksalat. In: Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Kimia FMIPA
UNDIP
Gupta SS, Bhattacharyya KG. 2008. “Immobilization of Pb (II), Cd(II) and
Ni(II) ion on kaolinite and montmorillonite surface from aqueous
medium.” Journal of Environmental Management, 87: 46-58.
Hickey, L., Kloprogge, J.T. and Frost, R.L. 2000. “The Effects Of Various
Hydrothermal Treatments On Magnesium-Aluminium Hydrotalcites.”
Journal of Materials Science, 35, 4347-4355
xxix
L van der Ven, M.L.M van Gemert, L.F Batenburg, J.J Keern, L.H
Gielgens, T.P.M Koster, H.R Fischer. 2000. “On The Action Of
Hydrotalcite-Like Clay Materials As Stabilizers In Polyvinylchloride.”
Applied Clay Science, Volume 17, Issues 1–2, Pages 25–34
Mohan D, Pittman Jr CU, Steele PH. 2006. “Single, binary and multi-
component adsorption of copper and cadmium from aqueous
solutions on Kraft ligninabiosorbent”. Journal of Colloid and
Interface Science, 297: 489-504.
Ookubo, A. Ooi, K. Tani, F. Hayashi, H. 1994. “Phase Transition of Cl--
Intercalated Hydrotalcite-like Compound during Ion Exchange with
Phosphates.” Langmuir, 10 (2), pp 407–411.
Rahman, R., (2008), “Pengaruh Proses Pengeringan, Anil, Dan
Hidrotermal Terhadap Kristalinitas Nanopartikel TiO2 Hasil Proses
Solgel.” Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok
Saputra, Bobi Wahyu. 2008. “Desain Sistem Adsorpsi dengan Dua
Adsorber. Skripsi”. Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok
Setshedi, Katlego. dkk.. 2012. “Removal Of Pb(II) From Aqueous Solution
Using Hydrotalcite-Like Nanostructured Material”. International
Journal of the Physical Sciences Vol. 7(1), pp. 63 - 72
Trifiro, Vaccari. 1996. :Comprehensive Supramolecular Chemistry.”
Pergamon Press, Vol. 7, Ch. 10 pp. 97-152
Zhang, S., dkk. 2006. “Removal Of Nickel Ions From Wastewater By
Mg(OH)2/MgO Nanostructures Embedded in Al2O3 Membranes.”
Journal of Alloys and Compounds, 426: p. 281-285.