lp sp halusinasi

26
ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA LAPORAN PENDAHULUAN I. Kasus : Perubahan persepsi sensori: halusinasi II. Proses terjadinya masalah A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri. (Budi Anna Keliat, 1999). B. Teori yang menjelaskan halusinasi Teori yang menjelaskan terjadinya halusinaasi (Stuart dan Sundeen, 1995) adalah sebagai berikut: Teori Biokimia Terjadi sebagai respon terhadap stress yang mengakibatkan terlepasnya zat halusinogenik neurotic (buffofenon dan dimethytransferase) Teori Psikoanalisis

Upload: diena-hyukkie-fithriana

Post on 29-Nov-2015

122 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP SP Halusinasi

ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus :

Perubahan persepsi sensori: halusinasi

II. Proses terjadinya masalah

A. Pengertian

Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa

adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di

mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Individu yang mengalami

halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal

dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan

perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan

dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang

diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya

sendiri. (Budi Anna Keliat, 1999).

B. Teori yang menjelaskan halusinasi

Teori yang menjelaskan terjadinya halusinaasi (Stuart dan Sundeen, 1995) adalah

sebagai berikut:

Teori Biokimia

Terjadi sebagai respon terhadap stress yang mengakibatkan terlepasnya zat

halusinogenik neurotic (buffofenon dan dimethytransferase)

Teori Psikoanalisis

Merupakan respon ketahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar yang

mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar

C. Rentang Respon Halusinasi

Respon Adaptif Respon maladaptive

Respon Adaptif Distorsi Pikiran Gejala Pikiran

- Respon Logis - Distorsi pikiran - Delusi Halusinasi

- Respon akurat - Perilaku aneh / - Perilaku diorganisasi

Page 2: LP SP Halusinasi

- Perilaku sesuai tidak sesuai - Sulit berespon

- Emosi sosial - Menarik diri dengan pengalaman

Gambar 1. Rentang Respon Halusinasi (Stuart & Laraia, 2005)

D. Jenis dan Karakteristik Halusinasi

Berikut akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang objektif dan subjektif pada klien

dengan halusinasi

Jenis halusinasi Data objektif Data subjektif

Halusinasi Dengar

(klien mendengar suara/ bunyi

yang tidak ada hubungannya

dengan stimulus yang nyata)

Mendengar suara atau

kebisingan, paling sring suara

kata yang jelas, berbicara

dengan klien bahkan sampai

percakapan lengkap antara

kedua penderita halusinasi.

Pikiran yang terdengar jelas

dimana klien mendengar

perkataan bahwa pasien

disuruh untuk melakukan

sesuatu kadang – kadang dapat

membahayakan.

Bicara/tertawa sendiri

Marah-marah tanpa sebab

Mendekatkaan telinga kearah

tertentu.

Menutup telinga

Mendengar suara atau

kegaduhan

Mendengar suara atau

mengajak bercakap-

cakap

Mendengar suara yang

mengajak melakukan

yang berbahaya.

Halusinasi Pengelihatan

(klien melihat gambaran yang

jelas/samar terhadap adanya

stimulus yang nyata daari

lingkungan dan orang lain tidak

melihatnya)

Stimulus penglihatan dalam

kilatan cahaya, gambar

geometris, gambar karton atau

panorama yang luas dan

kompleks. Penglihatan dapat

Menunjuk-nunjuk kearah

tertentu

Ketakutan pada sesuatau

yang tidak jelas

Melihat bayangan,

sinar, bentuk

geometris, kartun,

melihat hantu atau

monster

Page 3: LP SP Halusinasi

berupa sesuatu yang

menyenangkan / sesuatu yang

menakutkan seperti monster.

Halusinasi Penciuman

(klien mencium suatu bau yang

muncul dari sumber tertentu

tanpastimulus yang nyata)

Membau bau-bau seperti darah,

urine, feses umumnya bau- bau

yang tidak menyenangkan.

Halusinasi penciuman biasanya

akibat stroke, tumor, kejang dan

demensia.

Mengendus-endus seperti

membaui bau-bauan tertentu

Menutup hidung

Membaui bau-bauan

seperti darah, urine,

feses, dan kadang-

kadang bau-bauan

tersebut

menyenangkan bagi

klien

Halusinasi Pengecapan

(klien merasakan sesuatu yang

tidak nyata, biasanya

merasakan rasa makanan yang

tidak enak)

Sering meludah

Muntah

Merasakan rasa

seperti darah, urine

atau feses

Halusinasi Kinestetik

(klien merasakan badanya

bergerak disuatu ruangan atau

anggota badanya bergerak)

Memegang kakinya atau

anggoata badan yang lain

yang dianggapnya bergerak

sendiri

Mengatakan

badaantya bergerk

diudara

Halusinasi Perabaan

(klien merasakan sesuatu pada

kulitnya tanpa ada stimulus

yang nyata)

Menggaruk-garuk permukaan

kulit

Mengatakan ada

serangga dipermukaan

kulitnya.

Mengatakan seperti

tersengan listrik

Halusinasi Visceral

(perasaan tertentu yang timbul

dalam tubuhnya)

Memegang badannya yang

dianggapnya berubah bentuk

dan tidak normal seperti

biasanya

Mengatakan perutnya

mengecil setelah

minum softdrink

E. Fase Halusinasi

Page 4: LP SP Halusinasi

Halusinasi yang dialami klien bila berada intensitasnya dan keparahan (Stuart &

Laraia,2001) membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat

halusinasinya. Klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan

oleh halusinasinya.

Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia (2001)

dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:

1. Fase I ( Comforting / ansietas sebagai halusinasi menyenangkan )

Karakteristik :

Pada fase ini klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian,

rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang

menyenangkan untuk meredakan ansietas.

Perilaku klien :

Di sini dapat dilihat perilaku klien tersenyum, tertawa yang tidak sesuai,

menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik

sendiri.

2. Fase II ( Condemning / ansietas berat halusinasi memberatkan )

Karakteristik :

Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali

dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang

dipersepsikan.

Perilaku klien :

Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas

seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan

darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk

membedakan halusinasi dengan realita.

3. Fase III

Karakteristik :

Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah

pada halusinasi tersebut.

Perilaku klien :

Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak

mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang

sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.

4. Fase IV ( Conquering / Panik umumnya menjadi lezat dalam halusinasinya )

Page 5: LP SP Halusinasi

Karakteristik :

Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah

halusinasi.

Perilaku klien :

Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon

terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1

orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

F. Proses Terjadinya Halusinasi

Penilaian terhadap stressor

Faktor predisposisi

biologis psikologis sosiocultural

Abnormalitas perkembangan sistem saraf, lesi daerah frontal, dopamine neurotransmitter, pembesaran ventrikel, gangguan tumbang,, factor biokimia.

Penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien

kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress, tinggal di ibukota.

sifat

Bio:kelelahan,obat-obatan, delirium, intoksikasi alkoholPsiko: cemas yang berlebihanSosial:gangguan interaksi sosial Spiritual: hilangnya aktivitas ibadah, kehampaan hidup

Jumlah

Kuantitas halusinasi

muncul pada klien

asal waktu

Frekuensi halusinasi

muncul pada klien

Faktor presipitasi

Page 6: LP SP Halusinasi

Mekanisme koping

III. a. Pohon Masalah

RegresiProyeksiMenarik diri

kognitif

penurunan fungsi ego

afektif

Ansietas dari ringan sampai berat

fisiologis perilaku

curiga, ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata..

sosial

Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak

Kemampuan personal

ketrampilan yang dimiliki klien

Dukungan sosial

dukungan emosional dan bantuan yang didapatkan untuk penyelesaian tugas, pengetahuan dan kemampuan keluarga memberikan asuhan

Aset material

modal ekonomi yang dimiliki klien dan keluarga

Keyakinan positif

teknik pertahanan dan motivasi

Sumber koping

Page 7: LP SP Halusinasi

akibat

masalah utama

penyebab

b. Data yang perlu dikaji

Data Obyektif Data Subyektif

Klien berbicara dan tertawa

sendiri

Klien bersikap seperti

mendengar/melihat sesuatu

Klien berhenti bicara ditenga

kalimat untuk mendengarkan

sesuatu

Disorientasi

Klien mengatakan mendengar

bunyi yang tidak berhubungan

dengan stimulus nyata

Klien mengatakan melihat

gambaran tanpa ada stimulus

yang nyata

Klien mengatakan mencium bau

tanpa stimulus

Klien merasa makan sesuatu

Klien merasa ada sesuatu pada

kulitnya

Klien takut pada

suara/bunyi/gambar yang dilihat

Faktor predisposisi Faktor presipitasi

Koping individu tidak efektif

Deficit perawatan diri

Harga diri rendah

Menarik diri

Gangguan persepsi sensori:halusinasi

Rangsangan internal meningkat, rangsang eksternal menurun

Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

isolasi

Kerusakan interaksi sosial

Page 8: LP SP Halusinasi

dan didengar

Klien ingin memukul/melempar

barang-barang

IV. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori: halusinasi.

V. RencanaTindakan Keperawatan

Diagnosa : gangguan persepsi/sensori: halusinasi

Tujuan :

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi

Klien dpat membina hubungan saling percaya

Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Manfaat hubungaan dengan orang lain dan tidak berhubungan dengan orang lain

Klien melaksanakan hubungan secara bertahap

Klien dapat mengungkapkan perasaan dengan orang lain

Klien dapat berdayakan system pendukung atau keluarga

Kriteria evaluasi :

Wajah klien cerah, tersenyum, klien mau berkenalan, ada kontak mata, klien

bersedia menceritakan masalahnya.

Klien dapat menyebutkan menarik disi berasal dari diri sendiri, orang lain dan

lingkungan.

Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

Klien dapat mendemonstrasikan hubungan social secara bertahap antara kien-

perawat-perawat lain, klien-perawat-perawat lain-klien-lain, klien-perawat-

keluarga/ kelompok masyarakat.

Klien dapat mengungkapkan perasaanberhubungan dengan orang lain untuk diri

sendiri.

Klien dapat menjelaskan perasaannya, menjelaskan cara perawat klien menarik

diri dan berpartisipasi dalam oerawatan klien menarik diri

SP Tindakan Keperawatan Tindakan Keluarga

1 1. Mengidentifikasi jenis 1. Mendiskusikan masalah yang

Page 9: LP SP Halusinasi

halusinasi pasien

2. Mengidentifikasi isi halusinasi

pasien

3. Mengidentifikasi waktu

halusinasi pasien

4. Mengidentifikasi frekuensi

halusinasi pasien

5. Mengidentifikasi situasi yang

menimbulkan halusinasi

6. Mengidentifikasi respons

pasien terhadap halusinasi.

7. Mengajarkan pasien

menghardik halusinasi

8. Menganjurkan pasien

memasukkan cara menghardik

halusinasi dalam jadwal

kegiatan harian

dirasakan keluarga dalam

merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda

dan gejala halusinasi, dan jenis

halusinasi yang dialami pasien

beserta proses terjadinya

3. Menjelaskan cara-cara merawat

pasien halusinasi

2 1. Evaluasi SP 1

2. Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian pasien

3. Melatih pasien mengendalikan

halusinasi dengan cara

bercakap-cakap dengan orang

lain

4. Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

1. Evaluasi SP 1

2. Melatih keluarga

mempraktekkan cara merawat

pasien dengan halusinasi

3. Melatih keluarga melakukan

cara merawat langsung kepada

pasien halusinasi

3 1. Evaluasi SP 2

2. Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian pasien

3. Melatih pasien mengendalikan

halusinasi dengan melakukan

kegiatan (kegiatan yang biasa

dilakukan pasien di rumah)

4. Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal

1. Evaluasi SP 2

2. Membantu keluarga membuat

jadual aktivitas di rumah

termasuk minum obat

(discharge planning)

3. Menjelaskan follow up pasien

setelah pulang

Page 10: LP SP Halusinasi

kegiatan harian

1. Evaluasi SP 3

2. Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian pasien

3. Memberikan pendidikan

kesehatan tentang penggunaan

obat secara teratur

4. Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

VI. Daftar Pustaka

Stuart GW Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi I. Jakarta: EGC.

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosa

Keperawatan Jiwa Bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika

ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Page 11: LP SP Halusinasi

LAPORAN PENDAHULUAN

STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi

Ny. Istiqomah, 53 tahun. Klien terlihat bicara sendiri. Klien terlihat nyaman

dengan suara-suara yang dia dengarkan dan mengatakan sedang berbicara

dengan anaknya yang berjumlah 22 orang.

2. Diagnosa Keperawatan

Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

3. Tujuan Khusus/SP II

Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai

berikut.

a. Ekspresi wajah bersahabat

b. Menunjukkan rasa senang

c. Klien bersedia diajak berjabat tangan

d. Klien bersedia menyebutkan nama

e. Ada kontak mata

f. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat

g. Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapi.

Membantu klien mengenali halusinasi

Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan mengobrol bersama

keluarganya.

4. Rencana Tindakan Keperawatan

Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tujukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebtuhan dasar klien.

Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi

halusinasi, frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi

hal-hal berikut.

Page 12: LP SP Halusinasi

Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara mengobrol bersama

keluarganya apabila ada hal yang ingin diceritakan.

B. STRATEGI KOMUNIKASI

1. Orientasi

Salam Terapeutik

“Selamat pagi, assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya Diena

Fithriana boleh panggil saya Diena, saya dari Keperawatan Brawijaya dan

mahasiswanya Pak Bagio. Ibu, namanya siapa? senang dipanggil dengan

apa?”

Evaluasi/validasi

“Bagaimana kabarnya Ibu hari ini ? Bagaimana tidurnya tadi malam?”

Kontrak

a. Topik: “Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya?

Menurut Ibu sebaiknya kita ngobrol apa ya? Apakah kita bisa

ngobrol tentang kegiatan ibu sehari-hari bu?”

b. Waktu: “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya

berapa menit? Apa 20 menit saja? Bagaimana Bu?”

c. Tempat: ‘Kita ngobrol dimana bu?”

2. Kerja

“ Baiklah, kalau begitu hari ini saya akan mengobrol dengan ibu selama 20 menit

ya.”

“Ibu tinggal di sini sama siapa saja bu?”

“Apakah ibu sering mengobrol dengan keluarga ibu yang berada di rumah?”

“Apakah ibu bisa menyebutkan nama saudara ibu satu persatu bu?” (sampai

bisa menyebutkan beberapa nama saudaranya)

“Apa kegiatan Ibu sehari-hari?”

“Apakah ibu membantu pekerjaan rumah sehari-hari?”

“Kalau memang membantu dan ada di rumah, saya boleh bertemu dengan

saudaranya bu?” Maaf ya bu, tetapi menurut ibunya bu isti, bu isti hanya

mempunyai ank 1 orang saja bernama mbak Ulfa.

“Apakah benar namanya mbk Ulfa ya bu isti?”

“Biasanya kalau ibu pengen cerita sesuatu seperti masakan atau masalah lain,

bercerita sama siapa?”

Page 13: LP SP Halusinasi

“Begini bu, Bu isti mengerti keuntungan mengobrol dengan ibu atau adik dari bu

isti?” Jadi keuntungannya adalah ibu bisa mendapat pemecahan masalah karena

ibu atau adik bu isti sudah dewasa, daripada bu isti memikirkannya sendiri.”

“Kalau dengan anaknya bu isti kan katanya jarang di rumah, suka main, dan

mbak ulfa juga sedang kuliah di malang, jadi apakah bu isti mau untuk mencoba

mengobrol dengan ibunya bu isti?”

“Kalau saya kesini lagi, saya ingin ngobrol dengan bu isti dan ibunya juga ya?”

3. Terminasi

Evaluasi subjektif

“Sekarang bagaimana perasaan Ibu setelah kita mengobrol tadi? Merasa

senang atau tidak dengan cara yang kita bicarakan tadi?”

Evaluasi Objektif

“Sekarang bu isti bisa menyimpulkan apa yang kita bicarakan tadi?”

“Apa saja keuntungan mengobrol dengan ibunya atau adiknya bu isti?”

Rencana Tindak Lanjut

“Kalau begitu, ibu harus mempraktekkan mengobrol tiap kali ada hal yang

mengganjal ya bu?” tidak boleh disimpan sendiri karena mengobrol dengan

keluarga itu banyak keuntungannya”.

Kontrak yang akan datang

“Bu, bagaimana kalau minggu depan ketika saya kesini lagi, kita ngobrol

lagi tentang pengobatan yang dulu sempat berhenti ya bu?”

“Apakah satu minggu lagi saya boleh kesini lagi bu?”

“Saya permisi dulu ya bu istiqomah, terima kasih sudah mau mengobrol

dengan saya.”

ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Page 14: LP SP Halusinasi

LAPORAN PENDAHULUAN

STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 2

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi

Ny. Istiqomah, 53 tahun. Klien terlihat sedang sibuk menulis. Klien

tampak nyaman dengan kesibukannya. Ny.Istiqomah sudah tidak mau

melanjutkan pengobatan karena merasa sehat dan tidak menderita penyakit

apapun.

2. Diagnosa Keperawatan

Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

3. Tujuan Khusus/SP 4

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur

Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

4. Rencana Tindakan Keperawatan

Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

klien

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebtuhan dasar klien.

Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum obat yang

teratur.

B. STRATEGI KOMUNIKASI

1. Orientasi

Salam Terapeutik

Page 15: LP SP Halusinasi

“Selamat pagi, assalamualaikum bu, Bu istiqomah masih ingat sama saya

bu?”

”Saya Riza bu, yang kemarin kesini.”

“Nah bu, sesuai kesepakatan kita kemarin, hari ini saya akan bertanya

tentang kegiatan mengobrol kemarin ya bu?”

“Kita juga akan membicarakan tentang pengobatan ibu yang berhenti”

“Bagaimana bu? tidak keberatan kan bu isti?”

Evaluasi/validasi

“Bagaimana kabarnya Ibu hari ini ?”

Kontrak

d. Topik: “Bu isti, seperti yang saya bilang tadi, hari ini kita kan kita

akan mengobrol tentang pengobatan ibu yang berhenti”.

e. Waktu: “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya

berapa menit? Apa 20 menit seperti di pertemuan pertama?

Bagaimana Bu?”

f. Tempat: ‘Kita ngobrol disini saja ya bu istiqomah”.

2. Kerja

“Baiklah, kalau begitu hari ini kita akan mengobrol selama 20 menit seperti

kemarin ya bu?”.

“Bagaimana bu dengan kegiatan mengobrol yang kemarin kita bicarakan?”

“Apakah sudah dilakukan dengan ibunya bu isti?”

“Baiklah kalau begitu, kalau boleh saya tau, mengapa bu isti berhenti melakukan

pengobatan?”.

“Apakah bu isti sebelumnya melakukan pengobatan?”.

“Apakah Bu isti mengetahui tentang manfaat obat yang dulu diberikan pada ibu?”

(menunggu sampai bu isti menjawab semampunya)

“Sebelumnya pernah minum obat apa saja bu?”.

“Nah bu isti,obat itu sebenarnya bukan hanya untuk orang sakit, tetapi orang

sehat saja juga banyak yang mengonsumsi obat seperti vitamin”.

“Begini bu, manfaat penggunaan obat secara teratur ada banyak. Yang pertama

adalah ibu dapat menjadi lebih tenang, tidak gampang marah dan ibu juga akan

merasa lebih sehat”.

“Apakah bu istiqomah sudah mengerti dengan penjelasan saya bu?”bagaimana

menurut bu istiqomah?”

“Kalau bu istiqomah tidak mau untuk disuntik, bagaimana kalau di ganti dengan

pil saja bu?”.

Page 16: LP SP Halusinasi

“Bu istiqomah tidak apa-apa kalau mau memikirkan dulu untuk pengobatannya

ya bu”.

h. Terminasi

Evaluasi subjektif

“Sekarang bagaimana perasaan Ibu setelah kita mengobrol tadi? Ibu

merasa senang atau bosan dengan apa yang kita bicarakan tadi?”

Evaluasi Objektif

“Bu istiqomah bisa menyimpulkan bu yang telah kita bicarakan tadi?”

“Apa saja keuntungan dengan minum obat tadi bu?”

Rencana Tindak Lanjut

“Kalau begitu, ibu pikirkan dulu bagaimana perubahan ibu dulu ketika sudah

mengonsumsi obat pertama kali dan jangan lupa untuk tetap menerapkan

cara yang mengobrol dengan keluarga ya bu”.

Kontrak yang akan datang

“Bu, berarti minggu depan ketika saya kesini lagi, ibu istiqomah sudah

bisa menetukan mau menggunakan obat dengan suntik atau pil ya bu?”.

“Minggu depan juga kita akan membahas tentang kegiatan yang bisa

dilakukan sehari-hari ya bu?”.

“Saya permisi dulu ya bu istiqomah, terima kasih sudah mau mengobrol

dengan saya.”

ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PENDAHULUAN

STRATEGI PELAKSANAAN

Page 17: LP SP Halusinasi

TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 3

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi

Ny. Istiqomah, 53 tahun. Klien terlihat sedang membersihkan rumahnya.

Klien tampak murung dan sesekali tampak mengobrol dengan ibunya.

2. Diagnosa Keperawatan

Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

3. Tujuan Khusus

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan

(kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah)

Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

5. Rencana Tindakan Keperawatan

Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan yang

biasa dilakukan klien di rumah

B. STRATEGI KOMUNIKASI

1. Orientasi

Salam Terapeutik

“Selamat pagi, assalamualaikum bu, Bu istiqomah masih ingat sama saya

bu?”

”Saya Riza bu, ini pertemuan kita yang ketiga ya bu?.”

Page 18: LP SP Halusinasi

“Nah bu, sesuai kesepakatan kita kemarin, hari ini kita akan membahas

tentang kegiatan yang dilakukan sehari-hari ya bu?”.

Evaluasi/validasi

“Bagaimana kabarnya Ibu hari ini ?”. Apakah tidurnya nyenyak tadi malam

bu?”.

Kontrak

a. Topik: “Bu isti, seperti yang saya bilang tadi, hari ini kita kan kita

akan mengobrol tentang pengobatan ibu yang berhenti”.

b. Waktu: “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol untuk hari ini?

Apa 20 menit seperti di pertemuan sebelumnya? Bagaimana

Bu?”

c. Tempat: ‘Kita ngobrol disini saja ya bu istiqomah”.

2. Kerja

“Bagaimana bu dengan obrolan kita pada pertemuan selanjutnya?”.

“Apakah ibu sudah memikirkan tentang penggunaan obat yang akan dipakai?”.

“Sekarang saya ingin bertanya lagi, apakah manfaat obat menurut ibu?”.

“Saya juga minum obat bu isti”. (sambil menunjukkan obat antasida yang sedang

saya bawa).

“Kalau memang mau, saya sudah bawakan ibu untuk obat suntiknya, tetapi kalau

tidak mau, saya akan merekomendasikan ke puskesmas untuk memberikan obat

berupa pil”.

“Ngomong-ngomong, anaknya ibu yang kata ibu ada di rumah sekarang berada

dimana ya bu?”

“Kalau misalnya tidak ada, mungkin saja memang tidak ada bu, soalnya anaknya

bu istiqomah itu cuma satu yaitu mbak Ulfa yang sekarang berada di Malang”.

“ibu juga susah kan mengingat nama anak-anaknya, ya karena memang tidak

ada bu.”

“Sekarang begini saja bu, sesuai dengan kesepakatan kemarin, kita akan

membahas kegiatan apa saja yang ibu lakukan di rumah ya bu?”.

“Kalau pagi,apa saja yang ibu lakukan bu isti?”.

“Berarti setelah memasak, ibu isti menyapu rumah, dan membersihkan halaman

ya?”.

“Bagus bu, kalau siang apa saja yang ibu lakukan bu?”.

“Bagaimana dengan sholat 5 waktunya bu? Atau kegiatan mengaji Al-quran?.”

“Apa yang bu istiqomah lakukan ketika ada waktu kosong atau nganggur seperti

di siang hari?”.

Page 19: LP SP Halusinasi

“Begini bu, bagaimana kalau ibu mengisi waktu luang dengan mengaji atau

menonton TV, bersih-bersih rumah.

“Kalau dengan kesibukan ibu seperti ini, masih merasa mendengar suara

anaknya atau merasa banyak orang di rumah, berarti kita akan mempelajari cara

yang lain untuk mengalihkan perhatiannya ibu ya?”

“Apakah ibu bersedia?”.

i. Terminasi

Evaluasi subjektif

“Sekarang bagaimana perasaan Ibu setelah kita mengobrol tadi?”.

“Kira-kira bisa ibu praktekkan kan ya bu?”. Ibu merasa senang atau bosan

dengan apa yang kita bicarakan tadi?”

Evaluasi Objektif

“Bu istiqomah bisa menyimpulkan bu yang telah kita bicarakan tadi?”

“Apa saja yang harus ibu lakukan ketika waktu kosong bu?”

Rencana Tindak Lanjut

“Kalau begitu, bu istiqomah harus mempraktekkan beberapa kegiatan yang

telah kita pelajari ya bu dan pertemuan berikutnya akan kitalihat apa saja

yang sudah ibu lakukan”.

Kontrak yang akan datang

“Bu, berarti minggu depan ketika saya kesini lagi, saya akan bertanya

kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dan bagaimana dengan

rencana pengobatan yang berhenti?”.

“Saya permisi dulu ya bu istiqomah, terima kasih sudah mau mengobrol

dengan saya.”