lp infertil
TRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTIL
A. Konsep Dasar Infertil
1. Pengertian Infertil
Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan
anak hidup dengan suami yang mampu menghamilkannya. Jadi, infertilitas adalah
fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup.
Agar seorang istri dapat hamil dilakukan penyelidikan pada pasangan infertil.
Lamanya waktu penyelidikan yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan
menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam 1 bulan pertama, 57,0% dalam 3 bulan,
72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam 12 bulan dan 93,4% dalam 24 bulan. Waktu
median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah 2,3 bulan sampai 2,8
bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan, makin turun kejadian
kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah
infertilitas kalau pasangan yang ingin punya anak itu telah dihadapkan pada
kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan.
2. Etiologi
Penyebab infertilitas pada perempuan dan laki – laki adalah sebagai berikut :
a. Penyebab infertilitas pada perempuan.
Gangguan yang paling sering dialami perempuan infertil adalah gangguan
ovulasi. Bila ovulasi tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa dibuahi.
Salah satu tanda wanita yang mengalami gangguan ovulasi adalah haid yang tidak
teratur dan haid yang tidak ada sama sekali.
Gangguan lain yang bisa menyebabkan infertilitas pada wanita adalah :
1) Tertutupnya lubang saluran tuba yang disebabkan oleh karena infeksi,
endometriosis dan operasi pengangkatan kehamilan ektopik.
2) Gangguan fisik rahim.
3) Umur.
4) Stress.
1
5) Kurang gizi.
6) Terlalu gemuk dan terlalu kurus.
7) Merokok.
8) Alkohol.
9) Penyakit menular seksual.
10)Gangguan kesehatan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan
hormon.
b. Penyebab Kemandulan pada Laki – Laki
1) Gangguan pada produksi sperma, sehingga sel sperma yang dihasilkan
sedikit atau tidak sama sekali.
2) Gangguan pada sel sperma untuk mencapai sel telur dan membuahinya.
Masalah ini biasanya disebabkan oleh karena bentuk sperma yang tidak
normal sehingga pergerakannyapun tidak normal.
Penyebab risiko infertil pada laki – laki :
a) Suka minum alkohol.
b) Suka menggunakan narkoba.
c) Polusi udara.
d) Merokok.
e) Masalah kesehatan lainnya.
f) Obat – obatan yang tidak jelas.
g) Penggunaan radiasi dan kemoterapi untuk pengobatan kanker.
h) Umur.
3. Pemeriksaan Infertilitas
Pemeriksaan infertilitas dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan, yaitu :
a. Uji Pascasenggama
Walaupun uji Sims – Huhner atau uji pascasenggama telah lama dikenal di
seluruh dunia, tetapi ternyata nilai kliniknya belum diterima secara seragam.
Salah satu penyebabnya adalah karena belum adanya standarisasi cara
melakukannya. Kebanyakan peneliti sepakat untuk melakukannya pada
tengah siklus haid, yang berarti 1 - 2 hari sebelum meningkatnya suhu basal
2
badan yang diperkirakan. Akan tetapi, belum ada kesepakatan berapa hari
abstinensi harus dilakukan sebelumnya, walaupun kebanyakan
menganjurkan 2 hari. Demikian pula belum terdapat kesepakatan kapan
pemeriksaan itu dilakukan setelah senggama. Menurut kepustakaan, ada
yang melakukannya setelah 90 detik sampai setelah 8 hari. Sebagaimana
telah diuraikan, spermatozoa sudah dapat sampai pada lendir serviks segera
setelah senggama, dan dapat hidup di dalamnya sampai 8 hari. Menurut
Denezis uji pascasenggama baru dapat dipercaya kalau dilakukan dalam 8
jam setelah senggama. Perloff melakukan penelitian pada golongan fertil
dan infertil, dan berkesimpulan tidak ada perbedaan hasil yang antara kedua
golongan itu kalau pemeriksaannya dilakukan lebih dari 2 jam setelah
senggama. Jika kesimpulan ini benar, maka uji pascasenggama dilakukan
secepatnya setelah senggama. Davajan menganjurkan 2 jam setelah
senggama, walaupun penilaian secepat itu tidak akan sempat menilai
ketahanan hidup spermatozoa dalam lendir serviks.
b. Histeroskopi
Histeroskopi adalah peneropongan kavum uteri yang sebelumnya telah
digelembungkan dengan media dekstran 32%, glukosa 5%, garam fisiologik,
atau gas CO2.
Dalam infertilitas, pemeriksaan histeroskopi dilakukan apabila terdapat :
1) Kelainan pada pemeriksaan histerosalpingografi.
2) Riwayat abortus habitualis.
3) Duaan adanya mioma atau polip submukosa.
4) Perdarahan abnormal dari uterus.
5) Sebelum dilakukan bedah plastik tuba, untuk menempatkan kateter
sebagai splint pada bagian proksirnal tuba.
c. Pemeriksaan Hormonal
Hasil pemeriksaan hormonal dengan RIA harus selalu dibandingkan dengan
nilai normal masing – masing laboratorium. Pemeriksaan FSH berturut – turut
untuk memeriksa kenaikan FSH tidak selalu mudah, karena perbedaan
3
kenaikannya tidak sangat nyata, kecuali pada tengah – tengah siklus haid
( walaupun masih kurang nyata dibandingkan dengan puncak LH ). Pada
fungsi ovarium tidak aktif, nilai FSH yang rendah sampai normal
menunjukkan kelainan pada tingkat hipotalamus atau hipofisis. Sedangkan
nilai yang tinggi menunjukkan kelainan primernya pada ovarium.
d. Sitologi Vaginal Hormonal
Sitologi vagina hormonal menyelidiki sel – sel yang terlepas dari selaput
lendir vagina, sebagai pengaruh hormon – hormon ovarium (estrogen dan
progesteron). Pemeriksaan ini sangat sederhana, mudah dan tidak
menimbulkan nyeri, sehingga dapat dilakukan secara berkala pada seluruh
siklus haid.
Tujuan pemeriksaan sitologi vagina hormonal ialah :
1) Memeriksa pengaruh estrogen dengan mengenal perubahan sitologik
yang khas pada fase proliferasi.
2) Memeriksa adanya ovulasi dengan mengenal gambaran sistologik pada
fase luteal lanjut.
3) Menentukan saat ovulasi dengan mengenal gambaran sitologik ovulasi
yang khas.
4) Memeriksa kelainan fungsi ovarium pada siklus haid yang tidak
berovulasi.
4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Infertil
Pada Perempuan
a. Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang
menyebabkan :
1. Kegagalan ovulasi.
2. Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.
3. Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma.
4
:
4. Kegagalan gerakan ( motilitas ) tuba falopii yang menghalangi
spermatozoa mencapai uterus.
b. Sumbatan
Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira– kira
sepertiga dari penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan
1. Kelainan kongenital.
2. Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendisitis dan peritonitis.
3. Infeksi tractus genitalis yang naik, misalnya gonore.
c. Faktor Lokal
Keadaan – keadaan seperti :
1. Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovum.
2. Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak
sperma.
3. Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menhalangi
pertemuan sperma ayau ovum.
Pada Laki – Laki
a. Gangguan Spermatogenesis
Analisis cairan seminal dapat mengungkapkan :
1. Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter cairan seminel.
2. Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa
defek kepala ( caput ) atau ekor ( cauda ) yang spesifik. Keadaan ini
mungkin karena adanya aplasia sel germinal, pengelupasan, atau
suatu defek kongenital, atau beberapa penyebab yang tidak dapat
ditetapkan.
3. Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dr 2 ml.
4. Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar
glukosa, kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH –
nya terlalu tinggi atau terlalu rendah.
b. Obstruksi
1. Sumbatan ( oklusi ) kongenital duktus atau tubulus.
5
2. Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit
peradangan ( inflamasi ) akut atau kronis yang mengenai membran
basalais atau dinding otot tubulus seminiferus, misalnya orkitis,
infeksi prostat, infeksi gognokokus. Penyakit ini merupakan
penyebab yang paling umum pada infertilitas pria.
c. Ketidakmampuan Koitus atau Ejakulasi
1. Faktor – faktor fisik, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi penis
sperti pada priapismus atau penyakit Peyronie.
2. Faktor – faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan
untuk mencapai atau mempertahankan ereksi.
3. Alkoholisme kronik.
d. Kadang – kadang faktor – faktor sederhana seperti memakai celana
jeans ketat, mandi dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke
iklim tropis dapat menyebabkan keadaan luar ( panas ) yang tidak
menguntungkan untuk produksi sperma yang sehat.
5. Masalah yang Timbul pada Infertilitas
a. Masalah air mani pada laki – laki
Air mani ditampung dengan jalan masturbasi langsung ke dalam tabung gelas
bersih yang bermulut lebar ( atau gelas minum ), setelah abstinensi 3 – 5 hari.
Sebaiknya penampungan air mani itu dilakukan di rumah pasien sendiri, kemudian
dibawa ke laboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan. Air mani yang dimasukkan
ke dalam kondom dahulu, yang biasanya mengandung zat spermatisid, akan
mengelirukan penilaian motilitas spermatozoa.
Karakteristik air mani :
a. Koagulasi dan likuefaksi.
b. Viskositas.
c. Rupa dan bau.
d. Volume.
e. PH.
6
f. Fruktosa.
b. Masalah Serviks pada Perempuan
Walaupun serviks merupakan sebagian dari uterus, namun artinya dalam
reproduksi manusia harus diakui pada abad kesembilan belas. Sims pada tahun 1868
adalah orang pertama yang menghubungkan serviks dengan infertilitas, melakukan
pemeriksaan lendir serviks pascasenggama, dan melakukan inseminasi buatan. Baru
beberapa lama kemudian Huhrer memperkenalkan uji pasca senggama yang
dilakukan pada pertengahan siklus haid.
Serviks biasanya mengarah ke bawah – belakang, sehingga berhadapan langsung
dengan dinding belakang vagina. Kedudukannya yang demikian itu
memungkinkannya tergenang dalam air mani yang disampaikan pada forniks
posterior.
Kanalis servikaslis yang dilapisi lekukan – lekukan seperti kelenjar yang
mengeluarkan lendir, sebagian dari sel – sel epitelnya mempunyai silia yang
mengalirkan lendir serviks ke vagina. Bentuk servikalis seperti itu memungkinkan
ditimbun dan dipeliharanya spermatozoa motil dari kemungkinan fagositosis, dan
juga erjaminnya penyampaian spermatozoa ke dalam kanalis servikalis secara terus
menerus dalam jangka waktu lama.
7
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTIL
1. Langkah I: Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk pengumpulan data,
pengelompokan data dan menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah dan
keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua data atau informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Data – data
yang di kumpulkan meliputi :
a. Data subjektif
1) Biodata atau identitas klien dan suami
Yang dikaji : nama,umur,agama,suku,pendidikan,pekerjaan dan alamat. Gunanya
adalah untuk mengenal klien dan membedakan antara pasien yang satu dengan
pasien yang lainnya.
2) Keluhan utama
Merupakan alasan kenapa ibu berkunjung ke BPS dan apa-apa saja yang dirasakan
ibu.
3) Riwayat kesehatan reproduksi istri
a) Keluhan utama : alasan kenapa ibu berkunjung ke
rumah sakit dan apa saja yang dirasakan
ibu saat ini
b) Riwayat perkawinan : berapa kali ibu menikah dan sudah
berapa lama menikah dengan suami.
Keharmonisan keluarga. Lamanya
menikah.
c) Riwayat penyakit : apakah ibu pernah menderita infeksi
pada saluran reproduksi, DM, infeksi
endometrium, tuba dan ovarium, riwayat
penanganan infertil sebelumnya.
d) Frekuensi Hubungan seksual : berapa kali ibu melakukan hubungan
seksual dengan suami, karena frekuensi
8
hubungan seksual yang berpotensi
menghasilkan kehamilan adalah 3 kali
seminggu.
e) Gangguan hubungan seksual : vaginismus, disparunea
e) Riwayat menstruasi dan KB : menarche umur berapa, HPHT, haid
teratur atau tidak, siklus berapa hari,
nyeri atau tidak waktu haid, jumlah
darah haid, lamanya haid, adakah
perdarahan diluar siklus haid. Alat
kontrasepsi yang pernah dipakai dan
berapa lama.
4) Riwayat Obstetri
Apakah sudah pernah melahirkan. Apabila sudah, pertanyaan selanjutnya adalah
kelahiran aterm, prematur, imatur, abortus. Jenis persalinan normal, pakai alat,
operasi. Jenis kelamin, berat bayi, keadaan bayi. Menyusui atau tidak.
5) Riwayat kesehatan suami
Apakah mengidap penyakit DM, PMS, trauma testis, infeksi testis.
6) Pola kebiasaan istri dan suami
Merokok, minuman alkohol, minum obat tidak sesuai dengan petunjuk kesehatan
b. Data Objektif
Dikumpulkan dari hasil pemeriksaan.
1) pemeriksaan umum:untuk mengetahui keadaan ibu secara umum.
2) TTV:meliputi pemeriksaan tekanan darah,suhu,nadi,dan pernafasan.
3) pemeriksaaan fisik
9
Langkah II : Interprestasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau
diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atas data- data
yang telah di kumpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan di interprestasikan
menjadi masalah atau diagnosa yang spesifik . rumusan diagnosis dan masalah
keduanya digunakan karena masalah tidak dapat di defenisikan seperti diagnosis
tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang
dialami pasien yang di identifikasi sesuai dengan hasil pengkajian. Beberapa masalah
tidak dapat di selesaikan seperti diagnosis tetapi sebenarnya membutuhkan
penanganan yang di tuangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Dalam
inteprestasi data ada 3 komponem penting yang terdapat di dalamnya,yaitu:
1) Diagnosa
Ny” “umur…. dengan kejadian infertil.
2) Masalah
Kemungkinan masalah yang akan timbul adalah: kehilangan kepercayaan diri, konflik
rumah tangga, trauma dan kecewa terhadap diri sendiri, menimbulkan perasaan
rendah diri.
3) Kebutuhan
a) berikan dukungan psikologis kepada ibu dan keluarga.
b) lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa potensial
Pada langkah ini kita lakukan identifikasi masalah atau diagnose potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang sudah di identifikasi. Langkah ini
membutuhkan identifikasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil
melakukan pengamatan pada klien,dan bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnose atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
10
Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain yang
sesuai dengan kondisi klien.kemungkinan tindakan segera pada kasus infertilitas
antara lain :
a. Konsultasi dengan dokter SpOG untuk pemeriksaan selanjutnya.
Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Suatu rencana asuhan harus di setujui oleh kedua belah pihak baik dan
maupun klien agar perencanaan dapat dilakukan dengan dengan efektif.Semua
keputusan harus bersifat rasional dan valid berdasarkan teori serta asumsi yang
berlaku tentang apa yang akan dan tidak dilakukan.
Perencanaan tindakan yang mungkin dilakukan antara lain:
1. Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami.
2. Informasikan kemungkinan-kemungkinan pemerisaan yang akan dilakukan
3. Informasikan kemungkinan pengobatan
4. Berikan dukungan psikologis pada ibu dan keluarga
5. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan dan terapi selanjutnya
Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan dan sebagian oleh klien,atau anggota tim kesehatan
lainnya.Jika bidan tidak melakukan sendiri,ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya.Bila bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya
rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Beberapa tindakan yang mungkin dapat dilakukan antara lain :
1. Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami.
11
2. Informasikan kemungkinan-kemungkinan pemerisaan yang akan dilakukan
3. Informasikan kemungkinan pengobatan
4. Berikan dukungan psikologis pada ibu dan keluarga
5. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan dan terapi selanjutnya
Langkah VII : EvaluasiProses evaluasi ini untuk menilai apakah rencanasesuai atau tidak, implementasi
sesuai dengan rencana atau tidak, hasil dari implementasi bagaimana. Evaluasi bisa
dilakukan sesaat, atau sesudah implementasi dan bisa diukur. Bila evaluasi setelah
implementasi (1 jam, 2 jam dan seterusnya setelah implementasi) maka cara
penulisan memakai SOAP yang dinamakan catatan perkembangan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Win knjosastro, hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
13
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTIL
Oleh:
LUH YENNY ARMAYANTI
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV KEBIDANAN KLINIK MALANG
TAHUN 2012
14
15