lp infertil

21
ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTIL A. Konsep Dasar Infertil 1. Pengertian Infertil Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dengan suami yang mampu menghamilkannya. Jadi, infertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Agar seorang istri dapat hamil dilakukan penyelidikan pada pasangan infertil. Lamanya waktu penyelidikan yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam 1 bulan pertama, 57,0% dalam 3 bulan, 72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam 12 bulan dan 93,4% dalam 24 bulan. Waktu median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah 2,3 bulan sampai 2,8 bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan, makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah infertilitas kalau pasangan yang ingin punya anak itu telah dihadapkan pada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan. 2. Etiologi Penyebab infertilitas pada perempuan dan laki – laki adalah sebagai berikut : 1

Upload: yenny-armayanti

Post on 05-Aug-2015

216 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP Infertil

ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTIL

A. Konsep Dasar Infertil

1. Pengertian Infertil

Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan

anak hidup dengan suami yang mampu menghamilkannya. Jadi, infertilitas adalah

fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup.

Agar seorang istri dapat hamil dilakukan penyelidikan pada pasangan infertil.

Lamanya waktu penyelidikan yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan

menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam 1 bulan pertama, 57,0% dalam 3 bulan,

72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam 12 bulan dan 93,4% dalam 24 bulan. Waktu

median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah 2,3 bulan sampai 2,8

bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan, makin turun kejadian

kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah

infertilitas kalau pasangan yang ingin punya anak itu telah dihadapkan pada

kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan.

2. Etiologi

Penyebab infertilitas pada perempuan dan laki – laki adalah sebagai berikut :

a. Penyebab infertilitas pada perempuan.

Gangguan yang paling sering dialami perempuan infertil adalah gangguan

ovulasi. Bila ovulasi tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa dibuahi.

Salah satu tanda wanita yang mengalami gangguan ovulasi adalah haid yang tidak

teratur dan haid yang tidak ada sama sekali.

Gangguan lain yang bisa menyebabkan infertilitas pada wanita adalah :

1) Tertutupnya lubang saluran tuba yang disebabkan oleh karena infeksi,

endometriosis dan operasi pengangkatan kehamilan ektopik.

2) Gangguan fisik rahim.

3) Umur.

4) Stress.

1

Page 2: LP Infertil

5) Kurang gizi.

6) Terlalu gemuk dan terlalu kurus.

7) Merokok.

8) Alkohol.

9) Penyakit menular seksual.

10)Gangguan kesehatan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan

hormon.

b. Penyebab Kemandulan pada Laki – Laki

1) Gangguan pada produksi sperma, sehingga sel sperma yang dihasilkan

sedikit atau tidak sama sekali.

2) Gangguan pada sel sperma untuk mencapai sel telur dan membuahinya.

Masalah ini biasanya disebabkan oleh karena bentuk sperma yang tidak

normal sehingga pergerakannyapun tidak normal.

Penyebab risiko infertil pada laki – laki :

a) Suka minum alkohol.

b) Suka menggunakan narkoba.

c) Polusi udara.

d) Merokok.

e) Masalah kesehatan lainnya.

f) Obat – obatan yang tidak jelas.

g) Penggunaan radiasi dan kemoterapi untuk pengobatan kanker.

h) Umur.

3. Pemeriksaan Infertilitas

Pemeriksaan infertilitas dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan, yaitu :

a. Uji Pascasenggama

Walaupun uji Sims – Huhner atau uji pascasenggama telah lama dikenal di

seluruh dunia, tetapi ternyata nilai kliniknya belum diterima secara seragam.

Salah satu penyebabnya adalah karena belum adanya standarisasi cara

melakukannya. Kebanyakan peneliti sepakat untuk melakukannya pada

tengah siklus haid, yang berarti 1 - 2 hari sebelum meningkatnya suhu basal

2

Page 3: LP Infertil

badan yang diperkirakan. Akan tetapi, belum ada kesepakatan berapa hari

abstinensi harus dilakukan sebelumnya, walaupun kebanyakan

menganjurkan 2 hari. Demikian pula belum terdapat kesepakatan kapan

pemeriksaan itu dilakukan setelah senggama. Menurut kepustakaan, ada

yang melakukannya setelah 90 detik sampai setelah 8 hari. Sebagaimana

telah diuraikan, spermatozoa sudah dapat sampai pada lendir serviks segera

setelah senggama, dan dapat hidup di dalamnya sampai 8 hari. Menurut

Denezis uji pascasenggama baru dapat dipercaya kalau dilakukan dalam 8

jam setelah senggama. Perloff melakukan penelitian pada golongan fertil

dan infertil, dan berkesimpulan tidak ada perbedaan hasil yang antara kedua

golongan itu kalau pemeriksaannya dilakukan lebih dari 2 jam setelah

senggama. Jika kesimpulan ini benar, maka uji pascasenggama dilakukan

secepatnya setelah senggama. Davajan menganjurkan 2 jam setelah

senggama, walaupun penilaian secepat itu tidak akan sempat menilai

ketahanan hidup spermatozoa dalam lendir serviks.

b. Histeroskopi

Histeroskopi adalah peneropongan kavum uteri yang sebelumnya telah

digelembungkan dengan media dekstran 32%, glukosa 5%, garam fisiologik,

atau gas CO2.

Dalam infertilitas, pemeriksaan histeroskopi dilakukan apabila terdapat :

1) Kelainan pada pemeriksaan histerosalpingografi.

2) Riwayat abortus habitualis.

3) Duaan adanya mioma atau polip submukosa.

4) Perdarahan abnormal dari uterus.

5) Sebelum dilakukan bedah plastik tuba, untuk menempatkan kateter

sebagai splint pada bagian proksirnal tuba.

c. Pemeriksaan Hormonal

Hasil pemeriksaan hormonal dengan RIA harus selalu dibandingkan dengan

nilai normal masing – masing laboratorium. Pemeriksaan FSH berturut – turut

untuk memeriksa kenaikan FSH tidak selalu mudah, karena perbedaan

3

Page 4: LP Infertil

kenaikannya tidak sangat nyata, kecuali pada tengah – tengah siklus haid

( walaupun masih kurang nyata dibandingkan dengan puncak LH ). Pada

fungsi ovarium tidak aktif, nilai FSH yang rendah sampai normal

menunjukkan kelainan pada tingkat hipotalamus atau hipofisis. Sedangkan

nilai yang tinggi menunjukkan kelainan primernya pada ovarium.

d. Sitologi Vaginal Hormonal

Sitologi vagina hormonal menyelidiki sel – sel yang terlepas dari selaput

lendir vagina, sebagai pengaruh hormon – hormon ovarium (estrogen dan

progesteron). Pemeriksaan ini sangat sederhana, mudah dan tidak

menimbulkan nyeri, sehingga dapat dilakukan secara berkala pada seluruh

siklus haid.

Tujuan pemeriksaan sitologi vagina hormonal ialah :

1) Memeriksa pengaruh estrogen dengan mengenal perubahan sitologik

yang khas pada fase proliferasi.

2) Memeriksa adanya ovulasi dengan mengenal gambaran sistologik pada

fase luteal lanjut.

3) Menentukan saat ovulasi dengan mengenal gambaran sitologik ovulasi

yang khas.

4) Memeriksa kelainan fungsi ovarium pada siklus haid yang tidak

berovulasi.

4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Infertil

Pada Perempuan

a. Hormonal

Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang

menyebabkan :

1. Kegagalan ovulasi.

2. Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.

3. Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma.

4

Page 5: LP Infertil

:

4. Kegagalan gerakan ( motilitas ) tuba falopii yang menghalangi

spermatozoa mencapai uterus.

b. Sumbatan

Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira– kira

sepertiga dari penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan

1. Kelainan kongenital.

2. Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendisitis dan peritonitis.

3. Infeksi tractus genitalis yang naik, misalnya gonore.

c. Faktor Lokal

Keadaan – keadaan seperti :

1. Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovum.

2. Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak

sperma.

3. Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menhalangi

pertemuan sperma ayau ovum.

Pada Laki – Laki

a. Gangguan Spermatogenesis

Analisis cairan seminal dapat mengungkapkan :

1. Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter cairan seminel.

2. Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa

defek kepala ( caput ) atau ekor ( cauda ) yang spesifik. Keadaan ini

mungkin karena adanya aplasia sel germinal, pengelupasan, atau

suatu defek kongenital, atau beberapa penyebab yang tidak dapat

ditetapkan.

3. Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dr 2 ml.

4. Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar

glukosa, kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH –

nya terlalu tinggi atau terlalu rendah.

b. Obstruksi

1. Sumbatan ( oklusi ) kongenital duktus atau tubulus.

5

Page 6: LP Infertil

2. Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit

peradangan ( inflamasi ) akut atau kronis yang mengenai membran

basalais atau dinding otot tubulus seminiferus, misalnya orkitis,

infeksi prostat, infeksi gognokokus. Penyakit ini merupakan

penyebab yang paling umum pada infertilitas pria.

c. Ketidakmampuan Koitus atau Ejakulasi

1. Faktor – faktor fisik, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi penis

sperti pada priapismus atau penyakit Peyronie.

2. Faktor – faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan

untuk mencapai atau mempertahankan ereksi.

3. Alkoholisme kronik.

d. Kadang – kadang faktor – faktor sederhana seperti memakai celana

jeans ketat, mandi dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke

iklim tropis dapat menyebabkan keadaan luar ( panas ) yang tidak

menguntungkan untuk produksi sperma yang sehat.

5. Masalah yang Timbul pada Infertilitas

a. Masalah air mani pada laki – laki

Air mani ditampung dengan jalan masturbasi langsung ke dalam tabung gelas

bersih yang bermulut lebar ( atau gelas minum ), setelah abstinensi 3 – 5 hari.

Sebaiknya penampungan air mani itu dilakukan di rumah pasien sendiri, kemudian

dibawa ke laboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan. Air mani yang dimasukkan

ke dalam kondom dahulu, yang biasanya mengandung zat spermatisid, akan

mengelirukan penilaian motilitas spermatozoa.

Karakteristik air mani :

a. Koagulasi dan likuefaksi.

b. Viskositas.

c. Rupa dan bau.

d. Volume.

e. PH.

6

Page 7: LP Infertil

f. Fruktosa.

b. Masalah Serviks pada Perempuan

Walaupun serviks merupakan sebagian dari uterus, namun artinya dalam

reproduksi manusia harus diakui pada abad kesembilan belas. Sims pada tahun 1868

adalah orang pertama yang menghubungkan serviks dengan infertilitas, melakukan

pemeriksaan lendir serviks pascasenggama, dan melakukan inseminasi buatan. Baru

beberapa lama kemudian Huhrer memperkenalkan uji pasca senggama yang

dilakukan pada pertengahan siklus haid.

Serviks biasanya mengarah ke bawah – belakang, sehingga berhadapan langsung

dengan dinding belakang vagina. Kedudukannya yang demikian itu

memungkinkannya tergenang dalam air mani yang disampaikan pada forniks

posterior.

Kanalis servikaslis yang dilapisi lekukan – lekukan seperti kelenjar yang

mengeluarkan lendir, sebagian dari sel – sel epitelnya mempunyai silia yang

mengalirkan lendir serviks ke vagina. Bentuk servikalis seperti itu memungkinkan

ditimbun dan dipeliharanya spermatozoa motil dari kemungkinan fagositosis, dan

juga erjaminnya penyampaian spermatozoa ke dalam kanalis servikalis secara terus

menerus dalam jangka waktu lama.

7

Page 8: LP Infertil

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTIL

1. Langkah I: Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk pengumpulan data,

pengelompokan data dan menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah dan

keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua data atau informasi

yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Data – data

yang di kumpulkan meliputi :

a. Data subjektif

1) Biodata atau identitas klien dan suami

Yang dikaji : nama,umur,agama,suku,pendidikan,pekerjaan dan alamat. Gunanya

adalah untuk mengenal klien dan membedakan antara pasien yang satu dengan

pasien yang lainnya.

2) Keluhan utama

Merupakan alasan kenapa ibu berkunjung ke BPS dan apa-apa saja yang dirasakan

ibu.

3) Riwayat kesehatan reproduksi istri

a) Keluhan utama : alasan kenapa ibu berkunjung ke

rumah sakit dan apa saja yang dirasakan

ibu saat ini

b) Riwayat perkawinan : berapa kali ibu menikah dan sudah

berapa lama menikah dengan suami.

Keharmonisan keluarga. Lamanya

menikah.

c) Riwayat penyakit : apakah ibu pernah menderita infeksi

pada saluran reproduksi, DM, infeksi

endometrium, tuba dan ovarium, riwayat

penanganan infertil sebelumnya.

d) Frekuensi Hubungan seksual : berapa kali ibu melakukan hubungan

seksual dengan suami, karena frekuensi

8

Page 9: LP Infertil

hubungan seksual yang berpotensi

menghasilkan kehamilan adalah 3 kali

seminggu.

e) Gangguan hubungan seksual : vaginismus, disparunea

e) Riwayat menstruasi dan KB : menarche umur berapa, HPHT, haid

teratur atau tidak, siklus berapa hari,

nyeri atau tidak waktu haid, jumlah

darah haid, lamanya haid, adakah

perdarahan diluar siklus haid. Alat

kontrasepsi yang pernah dipakai dan

berapa lama.

4) Riwayat Obstetri

Apakah sudah pernah melahirkan. Apabila sudah, pertanyaan selanjutnya adalah

kelahiran aterm, prematur, imatur, abortus. Jenis persalinan normal, pakai alat,

operasi. Jenis kelamin, berat bayi, keadaan bayi. Menyusui atau tidak.

5) Riwayat kesehatan suami

Apakah mengidap penyakit DM, PMS, trauma testis, infeksi testis.

6) Pola kebiasaan istri dan suami

Merokok, minuman alkohol, minum obat tidak sesuai dengan petunjuk kesehatan

b. Data Objektif

Dikumpulkan dari hasil pemeriksaan.

1) pemeriksaan umum:untuk mengetahui keadaan ibu secara umum.

2) TTV:meliputi pemeriksaan tekanan darah,suhu,nadi,dan pernafasan.

3) pemeriksaaan fisik

9

Page 10: LP Infertil

Langkah II : Interprestasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau

diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atas data- data

yang telah di kumpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan di interprestasikan

menjadi masalah atau diagnosa yang spesifik . rumusan diagnosis dan masalah

keduanya digunakan karena masalah tidak dapat di defenisikan seperti diagnosis

tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang

dialami pasien yang di identifikasi sesuai dengan hasil pengkajian. Beberapa masalah

tidak dapat di selesaikan seperti diagnosis tetapi sebenarnya membutuhkan

penanganan yang di tuangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Dalam

inteprestasi data ada 3 komponem penting yang terdapat di dalamnya,yaitu:

1) Diagnosa

Ny” “umur…. dengan kejadian infertil.

2) Masalah

Kemungkinan masalah yang akan timbul adalah: kehilangan kepercayaan diri, konflik

rumah tangga, trauma dan kecewa terhadap diri sendiri, menimbulkan perasaan

rendah diri.

3) Kebutuhan

a) berikan dukungan psikologis kepada ibu dan keluarga.

b) lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG

Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa potensial

Pada langkah ini kita lakukan identifikasi masalah atau diagnose potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang sudah di identifikasi. Langkah ini

membutuhkan identifikasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil

melakukan pengamatan pada klien,dan bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila

diagnose atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.

10

Page 11: LP Infertil

Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau

untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain yang

sesuai dengan kondisi klien.kemungkinan tindakan segera pada kasus infertilitas

antara lain :

a. Konsultasi dengan dokter SpOG untuk pemeriksaan selanjutnya.

Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Suatu rencana asuhan harus di setujui oleh kedua belah pihak baik dan

maupun klien agar perencanaan dapat dilakukan dengan dengan efektif.Semua

keputusan harus bersifat rasional dan valid berdasarkan teori serta asumsi yang

berlaku tentang apa yang akan dan tidak dilakukan.

Perencanaan tindakan yang mungkin dilakukan antara lain:

1.    Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami.

2. Informasikan kemungkinan-kemungkinan pemerisaan yang akan dilakukan

3. Informasikan kemungkinan pengobatan

4. Berikan dukungan psikologis pada ibu dan keluarga

5.     Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan dan terapi selanjutnya

Langkah VI : Melaksanakan perencanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada

langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.perencanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan dan sebagian oleh klien,atau anggota tim kesehatan

lainnya.Jika bidan tidak melakukan sendiri,ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya.Bila bidan berkolaborasi dengan dokter untuk

menangani klien yang mengalami komplikasi maka keterlibatan bidan dalam

manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya

rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.Manajemen yang efisien akan

menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

Beberapa tindakan yang mungkin dapat dilakukan antara lain :

1. Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami.

11

Page 12: LP Infertil

2. Informasikan kemungkinan-kemungkinan pemerisaan yang akan dilakukan

3. Informasikan kemungkinan pengobatan

4. Berikan dukungan psikologis pada ibu dan keluarga

5.     Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan dan terapi selanjutnya

   

Langkah VII : EvaluasiProses evaluasi ini untuk menilai apakah rencanasesuai atau tidak, implementasi

sesuai dengan rencana atau tidak, hasil dari implementasi bagaimana. Evaluasi bisa

dilakukan sesaat, atau sesudah implementasi dan bisa diukur. Bila evaluasi setelah

implementasi (1 jam, 2 jam dan seterusnya setelah implementasi) maka cara

penulisan memakai SOAP yang dinamakan catatan perkembangan.

12

Page 13: LP Infertil

DAFTAR PUSTAKA

Win knjosastro, hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

13

Page 14: LP Infertil

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTIL

Oleh:

LUH YENNY ARMAYANTI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN

PRODI DIV KEBIDANAN KLINIK MALANG

TAHUN 2012

14

Page 15: LP Infertil

15