lapsus neuro
TRANSCRIPT
Laporan Kasus
SUBARACHNOID HEMORAGIC
Oleh
Adha Isdiyanta P I4A011059
Nadia Kurniani K I1A012124
Pembimbing
dr. H. Pagan Pambudi, M.Si, Sp. S
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT SARAF
FKUNLAM-RSUD PENDIDIKAN ULIN
BANJARMASIN
Mei, 2016
STATUS PENDERITA
I. DATA PRIBADI
Nama : Ny. K
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : Banjar
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Alamat : Jl. Irigasi RT/RW 13/05 Kel. Gambut Kab. Banjar
MRS : 27 April 2016
II. ANAMNESIS
Heteroanamnesis dengan kakak pasien (Tn. R) tanggal 29 April 2016 pukul
15.30 WITA.
Keluhan Utama : sakit kepala
Keluhan yang berhubungan dengan keluhan utama : kepala terasa
berputar, perut mual, muntah.
Perjalanan Penyakit : Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala hebat
sejak ± 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri kepala dirasakan terus
menerus dengan skala nyeri (8-9). Pasien menganggap sakit kepala akan
hilang sendiri sehingga tidak mengkonsumsi obat atau pergi ke pelayanan
kesehatan terdekat. Dalam perjalanan menuju RSUD Ulin pasien mengalami
mual dan muntah. Penurunan kesadaran, dan kejang disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi
tapi tidak rutin minum obat anti hipertensi. Pasien tidak memiliki riwayat
diabetes mellitus (-), stroke (-), trauma (-), kejang (-).
Intoksikasi : Tidak ditemukan riwayat keracunan obat, zat kimia, makanan
dan minuman.
Riwayat Penyakit Keluarga : Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi
tidak terkontrol, dan penyakit jantung. Suami pasien sedang menderita
Diabetes Miletus
Keadaan Psikososial : Penderita tinggal bersama dengan suami dan 2
orang anaknya. Rumah permanen, ventilasi rumah baik. Air minum dan
MCK berasal dari air ledeng. Jarak dengan rumah tetangga baik. Hubungan
dengan tetangga baik.
III. STATUS INTERNA SINGKAT
Keadaan Umum : Keadaan sakit : tampak sakit berat
Tensi : 162/100 mmHg
Nadi : 83 kali /menit
Respirasi : 26 kali/menit
Suhu : 37,3oC
Status gizi : normal
Kepala/Leher :
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, ptosis (-/-)
- Mulut : Mukosa bibir basah
- Leher : JVP normal, KGB tidak membesar
Thoraks
- Pulmo : Bentuk dan pergerakan simetris, suara napas vesikuler,
wheezing dan ronki tidak ada.
- Cor : BJ I/II tunggal, tidak ada bising
Abdomen : supel, hepar dan lien tidak teraba, perkusi timpani, bising
usus norma
-Ekstremitas : Edema Parese akral hangatD
-
S
-
D
-
S
-
D
+
S
+
- - - - + +
IV. STATUS PSIKIATRI SINGKAT
Emosi dan Afek : normothym
Proses Berfikir : Realistis
Kecerdasan : Sesuai dengan pendidikan
Penyerapan : Baik
Kemauan : Kurang
Psikomotor : Menurun
V. NEUROLOGIS
A. Kesan Umum:
Kesadaran : composmentis, GCS E4 V5 M6
Pembicaraan : Disartri : (-)
Monoton : (-)
Scanning : (-)
Afasia : Motorik : (-)
Sensorik : (-)
Anomik : (-)
Kepala:
Besar : Normal
Asimetri : (-)
Sikap paksa : (-)
Tortikolis : (-)
Muka:
Mask/topeng : (-)
Miophatik : (-)
Fullmooon : (-)
B. Pemeriksaan Khusus
1. Rangsangan Selaput Otak
Kaku kuduk : (+)
Kernig : (-)/(-)
Laseque : (-)/(-)
Bruzinski I : (-)
Bruzinski II : (-)/(-)
2. Saraf Otak
Kanan Kiri
N. Olfaktorius
Hyposmia (-) (-)
Parosmia (-) (-)
Halusinasi (-) (-)
N. Optikus Kanan Kiri
Visus 6/60 6/60
Yojana Penglihatan normal normal
Funduskopi tdl tdl
N. Occulomotorius, N. Trochlearis, N. Abducens
Kanan Kiri
Kedudukan bola mata tengah tengah
Pergerakan bola mata ke
Nasal : Normal Normal
Temporal : Normal Normal
Atas : Normal Normal
Bawah : Normal Normal
Temporal bawah : Normal Normal
Eksopthalmus : - -
Celah mata (Ptosis) : - -
Pupil
Bentuk bulat bulat
Lebar 3 mm 3 mm
Perbedaan lebar isokor isokor
Reaksi cahaya langsung (+) (+)
Reaksi cahaya konsensuil (+) (+)
Reaksi akomodasi (+) (+)
Reaksi konvergensi (+) (+)
N. Trigeminus
Kanan Kiri
Cabang Motorik
Otot Maseter Normal Normal
Otot Temporal Normal Normal
Otot Pterygoideus Int/Ext Normal Normal
Cabang Sensorik
I. N. Oftalmicus Normal Normal
II. N. Maxillaris Normal Normal
III. N. Mandibularis Normal Normal
Refleks kornea langsung Normal Normal
Refleks kornea konsensuil Normal Normal
N. Facialis
Kanan Kiri
Waktu Diam
Kerutan dahi sama tinggi
Tinggi alis sama tinggi
Sudut mata sama tinggi
Lipatan nasolabial kanan lebih tinggi dari kiri
Waktu Gerak
Mengerutkan dahi sama tinggi
Menutup mata (+) (+)
Bersiul sama tinggi
Memperlihatkan gigi kanan lebih tinggi dari kiri
Pengecapan 2/3 depan lidah normal
Sekresi air mata tidak dapat dilakukan
Hyperakusis normal normal
N. Vestibulocochlearis
Vestibuler
Vertigo : (-)
Nystagmus : (-)
Tinitus aureum :Kanan: (-) Kiri : (-)
Cochlearis
Mendengar suara bisikan normal normal
Tes Rinne tdl tdl
Tes Wibber tdl tdl
Tes Swabach tdl tdl
N. Glossopharyngeus dan N. Vagus
Bagian Motorik:
Suara : normal
Menelan : Normal
Kedudukan arcus pharynx : normal/normal
Kedudukan uvula : di tengah
Pergerakan arcus pharynx : Normal
Detak jantung : normal
Bising usus : normal
Bagian Sensorik:
Pengecapan 1/3 belakakang lidah : Normal
Refleks muntah: (+)
Refleks palatum mole: (+)
N. Accesorius
Kanan Kiri
Mengangkat bahu normal normal
Memalingkan kepala normal normal
N. Hypoglossus
Kedudukan lidah waktu istirahat : di tengah
Kedudukan lidah waktu bergerak : di tengah
Atrofi : tidak ada
Kekuatan lidah menekan pada bagian : kuat/kuat
Fasikulasi/Tremor pipi (kanan/kiri) : -/-
3. Sistem Motorik
Kekuatan Otot
Tubuh : Otot perut : normal
Otot pinggang : normal
Kedudukan diafragma : Gerak : normal
Istirahat : normal
Lengan (Kanan/Kiri)
M. Deltoid : 5/5
M. Biceps : 5/5
M. Triceps : 5/5
Fleksi sendi pergelangan tangan : 5/5
Ekstensi sendi pergelangan tangan : 5/5
Membuka jari-jari tangan : 5/5
Menutup jari-jari tangan : 5/5
Tungkai (Kanan/Kiri)
Fleksi artikulasio coxae : 5/5
Ekstensi artikulatio coxae : 5/5
Fleksi sendi lutut : 5/5
Ekstensi sendi lutut : 5/5
Fleksi plantar kaki : 5/5
Ekstensi dorsal kaki : 5/5
Gerakan jari-jari kaki : 5/5
Besar Otot :
Atrofi : -
Pseudohypertrofi : -
Respon terhadap perkusi : normal
Palpasi Otot :
Nyeri : -
Kontraktur : -
Konsistensi : Normal
Tonus Otot :
Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Hipotoni - - - -
Spastik - - - -
Rigid - - - -
Rebound - - - -
phenomen
Gerakan Involunter
Tremor : Waktu Istirahat : -/-
Waktu bergerak : -/-
Chorea : -/-
Athetose : -/-
Balismus : -/-
Torsion spasme : -/-
Fasikulasi : -/-
Myokimia : -/-
Koordinasi :
Telunjuk kanan – kiri normal
Telunjuk-hidung normal
Gait dan station : tdl
4. Sistem Sensorik
Kanan/kiri
Rasa Eksteroseptik
Rasa nyeri superfisial : normal/normal
Rasa suhu : normal/normal
Rasa raba ringan : normal/normal
Rasa Proprioseptik
Rasa getar : tdl
Rasa tekan : normal/normal
Rasa nyeri tekan : normal/normal
Rasa gerak posisi : normal/normal
Rasa Enteroseptik
Refered pain : tidak ada
Rasa Kombinasi
Streognosis : Normal
Barognosis : Normal
Grapestesia : Normal
Two point tactil discrimination : normal/ normal
Sensory extimination : normal/ normal
Loose of Body Image : tidak ada
Fungsi luhur
Apraxia : Tidak ada
Alexia : Tidak ada
Agraphia: Tidak ada
Fingerognosis : Tidak ada
Membedakan kanan-kiri : Tidak ada
Acalculia : Tidak ada
5. Refleks-refleks
Reflek kulit
Refleks kulit dinding perut : normal
Refleks cremaster : Tidak dapat dilakukan
Refleks gluteal : Tidak dapat dilakukan
Refleks anal : Tidak dapat dilakukan
Refleks Tendon/Periosteum (Kanan/Kiri):
Refleks Biceps : 2/2
Refleks Triceps : 2/2
Refleks Patella : 2/2
Refleks Achiles : 2/2
Refleks Patologis :
Tungkai
Babinski : -/+ Chaddock : -/-
Oppenheim : -/- Rossolimo : -/-
Gordon : -/- Schaffer : -/-
Lengan
Hoffmann-Tromner : -/-
Reflek Primitif : Grasp (-)
Snout (-)
Sucking (-)
Palmomental (-)
6. Susunan Saraf Otonom
Miksi : inkontinensi (-)
Defekasi : konstipasi (-)
Sekresi keringat : normal
Salivasi : normal
Ggn tropik : Kulit, rambut, kuku : (-)
7. Columna Vertebralis
Kelainan Lokal
Skoliosis : tidak ada
Khypose : tidak ada
Khyposkloliosis : tidak ada
Gibbus : tidak ada
Gerakan Servikal Vertebra
Fleksi : normal
Ekstensi : normal
Lateral deviation : normal
Rotasi : normal
Gerak Tubuh : tidak dapat dilakukan
8. Pemeriksaan Tambahan
Hasil CT-Scan Kepala : -
Skala WFNS sebagai berikut:
Grade 1 – GCS 15, tidak ada defisit motorik
Grade 2 – GCS 13-14, tidak ada defisit motorik
Grade 3 – GCS 13-14, ada defisit motorik
Grade 4 – GCS 7-12, ada/tidak ada defisit motorik
Grade 5 – GCS 3-6, ada/tidak ada defisit motorik
Skala Hunt and Hess sebagai berikut:
Hunt and Hess grade
Temuan klinis
I Nyeri kepala minimal atau asimtomatik, kaku kuduk ringanII Sakit kepala sedang/berat, kaku kuduk, tidak ada defisit
neurologis kecuali arese nervi kranialisIII Somnolen, bingung, disorientasi, defisit neurologis fokal ringan
IV Stupor, hemiparese sedang/berat, mungkin terjadi rigiditas deserebrasi dini
V Koma dalam, rigiditas deserebrasi, munculnya tanda tanda end state
Hasil laboratorium tanggal 27 April 2016 :
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan SatuanHematologiHemoglobin 13.5 12.0 - 15.60 g/dlLeukosit 18.6 4.65 - 10.3 ribu/ulEritrosit 4.77 4.00 – 5.30 juta/ulHematokrit 41.5 37.00 – 47.00 vol %Trombosit 316 150 – 356 ribu/ulRDW-CV 13.8 12.1 - 14.0 %MCV, MCH, MCHCMCV 87.2 75.0 - 96.0 FlMCH 28.3 28.0 - 32.0 PgMCHC 32.5 33.0 - 37.0 %Hitung JenisGran% 88.9 50.0 – 70.0 %Limfosit% 7.8 25.0 – 40.0 %MID % 3.3 4.0 – 11.0 %Gran # 16.50 2.50 - 7.00 ribu/ulLimfosit # 1.5 1.25 – 4.0 ribu/ulMID # 0.6 ribu/ulKIMIAGULA DARAHGlukosa Darah Sewaktu (GDS)
161 <200 mg/dl
SGOT 33 0 – 46 U/lSGPT 32 0 – 45 U/IGinjalUreum 36 10 – 50 mg/dlCreatinin 0.7 0.6 - 1.2 mg/dlELEKTROLITNatrium 137 135-146 mmol/lKalium 3.4 3.4-5.4 mmol/lChlorida 106 95-100 mmol/l
RESUME
1. ANAMNESIS :
Sejak ± 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit pasien mengalami nyeri kepala
hebat dengan skala nyeri (8-9). Pasien tidak mengkonsumsi obat atau pergi
ke pelayanan kesehatan sebelum akhirnya di bawa ke RSUD Ulin. Mual (+),
muntah (+), penurunan kesadaran (-), kejang (-).
2. PEMERIKSAAN
Interna
Kesadaran : Composmentis, GCS E4 V5 M6
Tekanan darah : 162/100 mmHg
Nadi : 83 kali /menit
Respirasi : 26 kali/menit
Suhu : 37,3oC
Kepala/Leher : tidak ada kelainan
Thorax : tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Ekstremitas : tidak ada kelainan
Status psikiatri : tidak ada kelainan
Status Neurologis
Kesadaran : composmentis GCS 4-5-6
Pupil isokor, diameter 3/3 mm refleks cahaya +/+, gerak mata simetris
Rangsang selaput otak: positif, ada kelainan
Saraf kranialis: dalam batas normal
Motorik: lengan 5/5, tungkai 5/5
Tonus: Lengan : normal/normal, Tungkai : normal/normal
Sensorik: Lengan : normal/normal, Tungkai : normal/normal
Reflek fisiologis BPR : 2/2, TPR: 2/2, KPR : 2/2, APR : 2/2
Refleks patologis : babinski +/-
Susunan saraf otonom : tidak ada kelainan
Columna Vertebralis : tidak ada kelainan
3. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : cephaligia
Diagnosis Topis : -
Diagnosis Etiologis : stroke hemoragik (SAH)
Diagnosis Banding : stroke non hemoragik
4. PENATALAKSANAAN
Terapi umum
- Menjaga jalan nafas agar tetap bersih dan pemberian oksigen
- Tekanan darah harus dipertahankan untuk tetap cukup mengalirkan
darah ke otak.
- Pengawasan kesadaran dan tanda-tanda peningkatan TIK.
- Memperhatikan keseimbangan cairan, ginjal dan saluran kemih
- Menjaga agar nutrisi cukup baik
Terapi medikamentosa
- IVFD NaCl 20 tts/menit
- Inj. Citicolin 250 mg 2x1 amp
- Inj. Omeprazole 2x40 mg
- Inj. Ketorolac 3x30 mg
- Program manitol loading 200cc lanjut 6x100cc
- PO. Amlodipin 1x10mg
- Nimotop 6x2 tab
PEMBAHASAN
Stroke merupakan suatu sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresi cepat, dapat defisit neurologis fokal dan atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-
mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.1
Sedangkan berdasarkan definisi yang dikeluarkan oleh WHO, stroke
adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih 24 jam
atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada
gangguan vaskular.1
Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat
disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh
oklusi fokal pembuluh darah otak yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan
glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi. Munculnya tanda dan gejala fokal
atau global pada stroke disebabkan oleh penurunan aliran darah otak. Oklusi dapat
berupa trombus, embolus, atau tromboembolus, menyebabkan hipoksia sampai
anoksia pada salah satu daerah percabangan pembuluh darah di otak tersebut.
Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan intraserebral atau perdarahan
subrakhnoid.1
Tabel 1. Perbedaan Gejala Klinik GPDO1
Gejala Klinik GPDO non hemoragik yang trombotik
GPDO non hemoragik yang embolik
Permulaan Akut/sub akut AkutSaat Kejadian Bangun tidur Tergantung dari asal
emboliPeringatan ++ ++
Kejang - +Nyeri Kepala - +, biasanya unilateral di
tempat penyumbatanKesadaran Baik/sedikit menurun Baik/sedikit menurunBradikadi Terjadi pada hari ke 4 Terjadi
Kaku Kuduk - -Kernik - -
Brudzinski - -Ptosis - -
Lokalisasi Kortikal/subkortikal Kortikal/subkortikalFundus Okuli Nomal Cari adanya emboli di
pembuluh darah retinaGejala organ lain :
Nyeri abdomen mendadak, detik nadi
yang berbeda
(tidak ada penjelasan) +
Oftalmodinamometer Menurun Menurun pada sistem carotis
Eko-ensefalografi Shift dapat terjadi pada hari ke 4
Shift dapat terjadi pada hari ke 4
Dopler Menurun (tidak ada penjelasan)CT Scan Dapat terlihat edema Dapat terlihat edema
Pungsi Lumbal Tekanan normal, warna jernih, jumlah sel eritrosit
sedang, terdapat infark hemoragik
Tekanan normal, warna jernih, jumlah sel eritrosit sedang
MRI (tidak ada penjelasan) Dapat terlihat edema
Gangguan Peredaran Darah Otak dari segi klinis dibagi atas:1
a. Serangan Iskemia Sepintas (Transient Ischaemic Attack/TIA)
b. Stroke Iskemik (Stroke Non Hemoragik)
c. Stroke Hemoragik
d. GPDO lainnya
Melalui anamnesis didapatkan pasien mengalami nyeri kepala dengan
VAS 8. Hasil pemeriksaan fisik. Untuk pemeriksaan reflek patologis tungkai
Babinsky positif untuk tungkai kiri.
Pasien ini juga memiliki riwayat hipertensi dengan pengobatan yang
tidak teratur. Hipertensi merupakan faktor risiko yang paling banyak ditemukan
pada pasien yang mengalami GPDO, selain itu juga aterosklerosis, hiperlipidemia,
merokok, obesitas, diabetes melitus, usia tua, penyakit jantung, penyakit
pembuluh darah tepi, obat-obat tertentu jua menjadi faktor risiko GPDO.2
Intracerebral hemorrhage (ICH) atau perdarahan intraserebral merupakan
salah satu bentuk dari stroke hemoragik. Stroke hemoragik terdiri dari ICH,
perdarahan subarachnoid atau subarachnoid hemorrhage (SAH), dan perdarahan
intraserebral yang disebabkan oleh AVM. Perdarahan intraserebral adalah suatu
sindroma yang ditandai adanya perdarahan spontan ke dalam substansi otak.2,3
Perdarahan subarakhnoid (SAH = subarachnoid hemorrhage) adalah
ekstravasasi darah ke dalam ruang subarakhnoid di antara selaput pia mater dan
selaput arakhnoid. Perdarahan ini biasanya terjadi pada beberapa keadaan klinis,
yang paling umum adalah trauma kepala. Meski begitu, istilah SAH lebih sering
digunakan pada keadaan perdarahan non traumatik (atau spontan), yang umumnya
terjadi pada keadaan ruptur aneurisma serebral atau malformasi arteriovenosa
(MAV).4
SAH paling sering disebabkan oleh ruptur aneurisma di basal otak.
Kondisi ini lazim ditemukan pada 1-2% otopsi rutin. Meski begitu, hanya sedikit
aneurisma yang kemudian ruptur (1:17). Ruptur aneurisma jarang ditemukan pada
anak-anak dan remaja, tetapi lebih sering terjadi pada umur antara 35-65 tahun.
Aneurisma diperkirakan terbentuk akibat kelainan kongenital atau kelemahan
pada dinding arteri ditambah dengan perubahan degeneratif karena penuaan.
Aneurisma terdapat pada keluarga tertentu, dan kemungkinan besar terjadi pada
pasien dengan hipertensi, penyakit ginjal polikistik dan koarktasio aorta.4
Empat lokasi yang paling sering terbentuk aneurisma adalah arteri
komunikans anterior (30%), pangkal arteri komunikans posterior dari arteri
karotis interna (25%), bifurkasio/trifurkasio arteri serebri media (20%), dan
bifurkasio arteri karotis interna supraklinoid menuju arteri serebri media dan
anterior (10%).4
Gejala penyerta SAH yang khas adalah sakit kepala hebat yang terjadi
secara tiba-tiba yang intensitas dan kualitas sakitnya tidak pernah dialami pasien
sebelumnya (disebut juga thunderclap headache). Sakit kepala pada SAH
biasanya terjadi di mana saja, tetapi mungkin berawal di daerah oksipital. Pada
beberapa kasus keluhan didahului oleh gejala-gejala prodormal dalam hitungan
hari atau minggu sebelum terjadi perdarahan, antara lain:4
Sakit kepala (48%)
Pusing (10%)
Nyeri orbital (7%)
Diplopia (4%)
Penurunan visus (4%)
Sakit kepala bisa disertai mual dan/atau muntah yang disebabkan karena
peningkatan intrakranial dan iritasi meningeal. Gejala iritasi meningeal yang
meliputi kaku kuduk dan nyeri leher, nyeri punggung, dan nyeri tungkai bilateral,
terjadi pada 80% pasien SAH tetapi memerlukan waktu beberapa jam untuk
bermanifestasi. Fotofobia dan penurunan visus biasa terjadi. Defisit neurologis
fokal juga bisa terjadi.4
Penurunan kesadaran terjadi pada 45% pasien karena peningkatan tekanan
intrakranial. Penurunan kesadaran bersifat sementara, akan tetapi sekitar 10%
pasien koma beberapa hari, tergantung pada lokasi aneurisma dan volume
perdarahan. Kejang pada SAH terjadi pada 10-25% pasien. Kejang diakibatkan
oleh peningkatan intrakrania yang tiba-tiba atau peradangan korteks langsung oleh
darah. Tidak ada korelasi antara kejang dan lokasi ruptur aneurisma.4
manajemen umum yang pertama adalah identifikasi sumber pendarahan
dengan kemungkinan bisa diintervensi dengan pembedahan atau tindakan
intravaskuler lain. Pasien perdarahan subarakhnoid harus dirawat di Intensive
Care Unit (ICU) untuk pemantauan kondisi hemodinamiknya. Jalan napas harus
dijamin aman dan pemantauan invasif terhadap central venous pressure dan/atau
pulmonary artery pressure, seperti juga terhadap tekanan darah arteri, harus terus
dilakukan. Untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial, manipulasi pasien
harus dilakukan secara hati-hati dan pelan-pelan; dapat diberikan analgesik dan
pasien harus istirahat total.5
Setelah itu, tujuan utama manajemen adalah pencegahan perdarahan ulang,
pencegahan dan pengendalian vasospasme, serta manajemen komplikasi medis
dan neurologis lainnya. Tekanan darah harus dijaga dalam batas normal dan, jika
perlu, diberi obat-obat antihipertensi intravena, seperti labetalol dan nikardipin.5
Pasien Ny. K dari anamnesis didapatkan nyeri kepala. Gejala yang dominan
muncul pada pasien ini adalah didapatkannya nyeri kepala yang muncul secara tiba-
tiba dan terus menerus. Satu-satunya cara yang akurat untuk mendiferensiasi
stroke hemoragik dan non hemoragik ialah dengan bantuan CT Scan dan pungsi
lumbal. Dimana untuk stroke hemoragik ketepatan diagnosis klinik pada CT
Scannya 65% sedangkan pada stroke non hemoragik 57% 6.
Semua penderita yang dirawat dengan ICH harus mendapat pengobatan
untuk:3,7
1. ”Normalisasi” tekanan darah
Hipertensi dapat dikontrol dengan obat, sebaiknya tidak berlebihan karena
adanya beberapa pasien yang tidak menderita hipertensi; hipertensi terjadi
karena cathecholaminergic discharge pada fase permulaan. Lebih lanjut
autoregulasi dari aliran darah otak akan terganggu baik karena hipertensi
kronik maupun oleh tekanan intrakranial yang meninggi. Kontrol yang
berlebihan terhadap tekanan darah akan menyebabkan iskemia pada miokard,
ginjal dan otak.
Obat-obat anti hipertensi yang dianjurkan adalah dari golongan:
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors
Angiotensin Receptor Blockers
Calcium Channel Blockers
Normalisasi tekanan darah telah dilakukan dengan pemberian Amlodipin
10 mg.
2. Pengurangan tekanan intrakranial
Pemberian agen untuk mengurangi peningkatan TIK dan edema cerebral
seperti manitol diberikan pada kasus ini.
3. Pengontrolan terhadap edema serebral
4. Pencegahan kejang
Menurut rekomendasi American Heart Association tahun 2007 pemberian
obat anti kejang seperti Obat Anti Epilepsi pada pasien-pasien dengan
perdarahan di otak, dapat mencegah terjadinya kejang awal. Tetapi pada pasien
ini tidak diberikan.
5. Neuroprotektan
Pada kasus ini neuroprotektan yang digunakan adalah citiccolin. Inj.
Brainact (Citicolin) berfungsi sebagai neuroprotektan. Terdapat 3 mekanisme
bagaimana citicolin dapat bekerja sebagai neuroprotektan:8
Memperbaiki membran neuron dengan cara meningkatan sintesis
phosphatidylcholine
Memperbaiki kerusakan pada neuron kolinergik dengan cara potensiasi
produksi asetilkolin.
Mereduksi jumlah asam lemak bebas yang dapat menginduksi kerusakan
neuron
Pada pasien ini diharuskan bed rest total sampai perbaikan keadaan
umum dapat dicapai. Untuk fase pasca akut, penderita disarankan untuk menjalani
Rehabilitasi Medik sebagai upaya membatasi sejauh mungkin kecacatan penderita
baik fisik maupun mental dengan fisioterapi, terapi wicara dan psikoterapi.2
Tujuan rehabilitasi pada penderita Stroke adalah :6
1. Memperbaiki fungsi motoris, pembicaraan dan fungsi lain yang terganggu.
2. Adaptasi mental sosial dari penderita stroke.
3. Sedapat mungkin penderita harus dapat melakukan activities of daily living
(ADL).
DAFTAR PUSTAKA
1. Aliah A, Kuswara F.F, Limoa R.A, Wuysang G. Gambaran Umum tentang GPDO. Dalam : Harsono ed. Kapita Selekta Neurologi. Yogjakarta: UGM Press, 2000; 84-89.
2. Gilroy J. Basic neurology. 3rd ed. New York: Mc.Graw-Hill, 2000.
3. Mansjoer A, Suprahaita, Wardhani WI, Setiowulan W eds. Strok. Dalam : Kapita selekta kedokteran jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius, 2002; 17-26.
4. Mumenthaler M, Mattle H. Neurology. New York: Thieme New York.
2004
5. Setyopranoto I. Penatalaksanaan Perdarahan Subaraknoid. CDK-199/vol.
39 no. 11. 2012
6. Sastrodiningrat AG. Perdarahan intraserebral hipertensif. Majalah Kedokteran Nusantara 2006; 39:331-338.
7. Rost NS, Smith EE, Chang Y, et al. Prediction of functional outcome in patients with primary intracerebral hemorrhage. The FUNC Score. Stroke 2008; 39:2304-2309.
8. Sastrodiningrat AG. Perdarahan intraserebral hipertensif. Majalah Kedokteran Nusantara 2006; 39:331-338.