lapsus hhnk
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.1
Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup di berbagai
negara berkembang, termasuk di Indonesia, terutama di kota-kota besar,
meningkatkan prevalensi penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner,
hipertensi, hiperlipidemia, diabetes dan lain-lain. Di Indonesia penyandang
diabetes melitus tipe 1 jarang, prevalensinya belum diketahui pasti. Lain halnya
pada DM tipe 2 yang meliputi lebih 90% populasi diabetes.2
Dalam Diabetes Atlas 2000 (International Diabetes Federation) perkiraan
penduduk Indonesia di atas usia 20 tahun sebesar 125 juta, dengan asumsi
prevalensi DM 4,6% diperkirakan ada 5,6 juta penderita DM; pada tahun 2020,
dengan asumsi 178 juta penduduk diperkirakan akan ada 8,2 juta pasien diabetes.3
Angka penyandang penyakit yang populer dengan sebutan kencing manis
itu memang cukup fantastis, menempati urutan keempat terbesar di dunia. Pada
2006 ditemukan 14 juta diabetesi. Dari 50% yang sadar mengidapnya,hanya 30%
yang rutin berobat. WHO memperkirakan, pada 2030 nanti sekitar 21,3 juta orang
Indonesia terkena diabetes.2
Sedemikian besarnya angka kejadian dan kematian akibat penyakit terkait
kadar gula darah itu. Sejak 2007, badan dunia PBB menjadikan 14 November
sebagai Hari PBB untuk Diabetes (UN World Diabetes Day). Di Indonesia, Hari
Diabetes Nasional diperingati 12 Juli.2
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa
secara normal bersikulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin, yaitu suatu
hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah
dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.
1
Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat
menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Hal ini
menimbulkan hiperglikemia dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut
seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketotik
(HHNK). Hiperglikemia jangka panjang menyebabkan komplikasi mikrovaskuler
yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada
saraf).4
Diabetes yang tidak disadari dan tidak diobati dengan tepat atau diputus
akan memicu timbulnya penyakit berbahaya dan memicu terjadinya komplikasi.
Komplikasi yang diakibatkan kadar gula yang terus menerus tinggi dan
merupakan penyulit dalam perjalanan penyakit diabetes mellitus salah satunya
adalah Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik. Hiperglikemia ditemukan 85%
pasien HHNK mengidap penyakit ginjal atau kardiovaskuler, pernah juga
ditemukan pada penyakit akromegali, tirotoksikosis, dan penyakit Chusing. Pasien
HHNK kebanyakan usianya tua dan seringkali mempunyai penyakit lain. Sindrom
koma hiperglikemik hiperosmolar non ketosis penting diketahui karena
kemiripannya dan perbedaannya dari ketoasidosis diabetik berat dan merupakan
diagnosa banding serta perbedaan dalam penatalaksanaan. Pasien yang mengalami
sindrom koma hiperglikemia hiperosmolar non ketosis akan mengalami prognosis
jelek. Komplikasi sangat sering terjadi dan angka kematian mencapai 25%-50%.5
Diabetes tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan. Perubahan gaya
hidup dan pola makan menjadi kunci utama. Penderita diabetes yang kontrol
diabetesnya baik, ternyata lebih sedikit mengalami komplikasi kronik, itu
sebabnya para pakar diabetes menekankan pentingnya pengendalian atau kontrol
diabetes yang ketat (baik).6
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis berkeinginan menyajikan
masalah ini dalam bentuk sebuah laporan kasus Diabetes Melitus dengan
kegawatdaruratan akut berupa Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik agar
dapat menjadi bahan masukan kepada diri penulis dan kita semua dalam
menangani penyakit tersebut.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
No. RM : 05.98.45
Nama lengkap : SHB
Tempat dan tanggal lahir : Tj. Laut, 12 Juli 1969
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu RT
Alamat : Tj. Laut Kecamatan Tanjung Batu Ogan Ilir
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 4 Juni 2012
Diagnosis Masuk : Ketoasidosis
2.2 Anamesis
Keluhan Utama: Penurunan kesadaran sejak 6 jam SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Sejak 1 bulan SMRS ny. SHB, 45 tahun, mengeluh badan terasa lemas, os
mengaku mudah lelah saat beraktivitas. Os mengaku mudah haus setiap harinya
dan sering terbangun saat malam hari untuk BAK, os juga merasa bahwa berat
badannya turun.
Sejak 4 hari SMRS os mengaku nyeri perut, nyeri perut menyebar ke
seluruh bagian perut, nyeri hilang timbul, namun os masih bisa beraktivitas, os
berkeringat dingin, mual, pusing, muntah (-), demam (-), os berobat ke dokter dan
diberi obat untuk meredakan nyeri perut, namun keluhan tidak berkurang.
Sejak 3 hari SMRS os mengaku nyeri perut bertambah, nyeri perut
menyebar ke seluruh bagian perut, nyeri dirasakan terus menerus, os tidak bisa
beraktivitas, os berkeringat dingin, mual, dan pusing, os pergi untuk diurut dan
keluhan mereda.
3
2 hari SMRS os mengaku sangat lemas, os tidak dapat beraktivitas dan
hanya terbaring di tempat tidur.
1 hari SMRS os berobat ke dokter, kemudian dilakukan cek gula darah (BSS
: 574 mg/dl) dan disarankan untuk dirawat, os menolak, saat di perjalanan pulang
keadaan os memburuk, os mengalami penurunan kesadaran, os berkeringat dingin
dan os sesak nafas.
Os segera di bawa ke IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
2.3 Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit diabetes melitus : os pernah dirawat pada tahun 2011 dengan
diagnosa hipotensi dan DM, namun os
sembuh dan rajin kontrol setiap minggunya,
setelah keadaan membaik os berhenti
kontrol.
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit kuning : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat penyakit magh : disangkal
2.4 Riwayat penyakit keluarga
4
72 63
4745
35
40
37
47
17
712
49
42
Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit diabetes melitus : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit kuning : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat penyakit magh : disangkal
2.5 Pemeriksaan fisik
Keadaan umum:
- Keadaan umum : tampak sakit berat
- Kesadaran : somnolen
- Tekanan darah : 80/60 mmhg
- Nadi : 120x/ menit
- Respiration rate : 38x/ menit
- Temperature : 37,1 C
Keadaan Spesifik:
1. Pemeriksaan Kepala:
- Bentuk kepala : Normocepali
- Rambut : Hitam, tidak rontok
- muka : pucat (-)
2. Pemeriksaan Mata:
- Palpebra : edema (-/-)
- Konjungtiva : pucat (+/+)
- Sklera : ikterik (-/-)
- Pupil : refleks cahaya (+/+)
3. Pemeriksaan Telinga : nyeri tekan (-/-), gangguan pendengaran (-)
4. Pemeriksaan Hidung : Nafas cuping hidung (-/-)
5. Pemeriksaan Mulut + tengorokan:
bibir sianosis (-) , lidah kotor (-), tonsil T1/T1, hiperemis (-), caries gigi (+)
5
6. Pemeriksaan Leher :
Inspeksi : Simetris, tidak terlihat benjolan, retraksi suprasternal (-)
Palpasi : pemebesaran Tiroid (-). Pembesaran KGB (-)
JVP : 5-2 cm ( normal)
7. Kulit: Hipergigmentasi (-), ikterik (-), petikhie (-), sianosis (-), pucat pada
telapak tangan dan kaki (+), turgor > 2 detik
8. Pemeriksaan Torax: simetris (+).
PARU Depan
Inspeksi : statis: kanan sama dengan kiri, dinamis: tidak ada yang
teringgal, sela iga melebar (-), retraksi intercostae (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri .
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru kanan kiri, batas paru hepar ICS
V.
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-/-)
PARU BELAKANG
Inspeksi : statis: kanan sama dengan kiri, dinamis: tidak ada yang
teringgal.
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-/-)
JANTUNG
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba di ICS VI mid clavicula sinistra
Perkusi : atas : ICS II linea sternalis sinistra
Kanan : linea sternalis dextra ICS IV
Kiri : ICS VI Line Mid Clavicula
Auskultasi : HR: 116x/menit S1- S2 reguler S3(-) murmur (-) gallop (-)
6
9. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : datar (+), lemas (+), caput medusa (-), spider naevi (-),
Auskultasi : BU (+) Normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (-), pembesaran lien
(-) , ginjal tidak teraba.
Perkusi : Tympani (+), undulasi (-), pekak berpindah (-),
10. Pemeriksaan Genetalia: tidak dilakukan.
11. Ekstremitas: clubing fingger (-/-), edema (-/-), tonus otot menurun (3/5),
akral dingin (+)
Menilai bagian ekstremitas dan memberi tahanan atau mengangkat serta
menggerakkan bagian otot yg akan dinilai.
Skala MRC (0-5)
No Nilai Kekuatan Otot Keterangan
1 0 (0%) Paralisis, tdk ada kntrksi otot sm skl
2 1 (10%) Terlht atau teraba getaran kontraksi otot ttp
tdk ada gerak sm skl
3 2 (25%) Dpt menggerakkn anggota gerak tanpa
gravitasi
4 3 (50%) Dpt menggerakkn anggota gerak untuk
menahan berat (gravitasi)
5 4 (75%) Dpt menggerakkn sendi dg aktif dan
melawan tahanan
6 5 (100%) Kekuatan normal
2.6 Pemeriksaan Penunjang
7
1. Foto toraks didapatkan cardiomegali dan tanda bendungan (6 Juni 2012)
2. Pemeriksaan EKG : VES
3. Pemeriksaan GDS:
- (4 Juni 2012 – di Klinik dokter) GDS : 574 mg/dl
- (4 Juni 2012 – di IGD) GDS : 600* mg/dl8
- (4 Juni 2012 – di Bangsal) GDS : 505 mg/dl
- (6 Juni 2012) GDS : 387 mg/dl
4. Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap
- Leokosit : 12.300 /cm (meningkat)
- LED : 16 mm/ jam (meningkat)
- Dift count: 1/0/1/80/16/2
- Hematokrit 33 % (menurun)
- Trombosit : 44.000 (menurun)
Urine Lengkap
- Kejernihan : keruh
- Protein : ++
- Reduksi urin : +++
- Urobilin : +
- Leukosit : penuh
- Eritrosit : penuh
- Epitel urine : +
Fungsi Ginjal
- Ureum : 160 ( meningkat)
- Creatinin : 3,6 (meningkat)
2.7 Resume
Sejak 1 bulan SMRS ny. SHB, 45 tahun, mengeluh badan terasa lemas, os
mengaku mudah lelah saat beraktivitas. Os mengaku mudah haus setiap harinya
dan sering terbangun saat malam hari untuk BAK, os juga merasa bahwa berat
badannya turun.
Sejak 4 hari SMRS os mengaku nyeri perut, nyeri perut menyebar ke
seluruh bagian perut, nyeri hilang timbul, namun os masih bisa beraktivitas, os
berkeringat dingin, mual, pusing, muntah (-), demam (-), os berobat ke dokter dan
diberi obat untuk meredakan nyeri perut, namun keluhan tidak berkurang.
9
Sejak 3 hari SMRS os mengaku nyeri perut bertambah, nyeri perut
menyebar ke seluruh bagian perut, nyeri dirasakan terus menerus, os tidak bisa
beraktivitas, os berkeringat dingin, mual, dan pusing, os pergi untuk diurut dan
keluhan mereda.
2 hari SMRS os mengaku sangat lemas, os tidak dapat beraktivitas dan
hanya terbaring di tempat tidur.
1 hari SMRS os berobat ke dokter, kemudian dilakukan cek gula darah (BSS
: 574 mg/dl) dan disarankan untuk dirawat, os menolak, saat di perjalanan pulang
keadaan os memburuk, os mengalami penurunan kesadaran, os berkeringat dingin
dan os sesak nafas. Os segera di bawa ke IGD Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.
RPD : Os pernah dirawat pada tahun 2011 dengan diagnosa hipotensi dan
DM, namun os sembuh dan rajin kontrol setiap minggunya, setelah keadaan
membaik os berhenti kontrol. Os menyangkal keluarga dan lingkungan sekitar
memiliki penyakit yang sama dengan os.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum keadaan umum tampak sakit berat
dan kesadaran somnolen. Tekanan darah 80/60 mmHg, Heart rate: 120 x/menit,
Respiration rate: 38 x/menit dan temperature: 37,1 C.
Keadaan spesifik kepala : konjungtiva pucat , kulit : pucat pada telapak
tangan dan kaki, turgor kulit > 2 detik. Jantung didapatkan iktus cordis teraba di
ICS 6 mid clavicula sinistra, suara jantung HR: 116x/menit S1-S2 reguler S3(-)
murmur (-), gallop (-). Abdomen didapatkan datar (+), lemas (+), dan terdapat
nyeri tekan epigastrium (+).
Pemeriksaan Laboratorium , kimia darah : GDS (4 Juni 2012 – di Klinik
dokter) GDS : 574 mg/dl, (4 Juni 2012 – di IGD) GDS : 600* mg/dl, (4 Juni 2012
– di Bangsal) GDS : 505 mg/dl, (6 Juni 2012) GDS : 387 mg/dl , ureum : 160
( meningkat) dan creatinin : 3,6 (meningkat). Darah Lengkap , Leokosit :
12.300 /cm (meningkat), LED : 16 mm/ jam (meningkat), Dift count:
1/0/1/80/16/2, Hematokrit 33 % (menurun), Trombosit : 44.000 (menurun) . Urin
lengkap, kejernihan : keruh, Protein : ++, Reduksi urin : +++, Urobilin : +,
10
Leukosit : penuh, Eritrosit : penuh, Epitel urine : +. Foto thorax indikasi
cardiomegali dan tanda bendungan.
2.8 Diagnosis Banding
Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik
Ketoasidosis
2.9 Diagnosis
Hiperglikemik Hiperosmolar non Ketotik
2.10 Penatalaksanaan
Non Farmakologis
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
Farmakologis
Tanggal Terapi
4/6-2012 (IGD) NaCl kocor 4 kolfCek BSS ulangCek urin rutinO2
Jika BSS > 200 Inj. Novorapid 8 uiPasang kateter
5/6-2012 IVFD Ring As GTT XX x/mInj novorapid 3 x 20 uiInj cefotaxim 2 x 1Cek ulang BSS
6/6-2012 IVFD Ring As GTT XX x/mInj novorapid 3 x 20 uiInj cefotaxim 2 x 1BSS : 387 mg/dlR/ Rontgen
11
7/6-2012 IVFD Ring As GTT XX x/mInj novorapid 3 x 20 uiInj cefotaxim 2 x 1Kateter up
8/6-2012 IVFD Ring As GTT XX x/mInj novorapid 3 x 20 uiInj cefotaxim 2 x 1Metformin 3 x 1 tabCek ulang BSS dan Urine rutin
9/6-2012 IVFD Ring As GTT XX x/mInj novorapid 3 x 20 uiInj cefotaxim 2 x 1Metformin 3 x 1 tabBBS : 483 mg/dlReduksi urine : +3R/ Pulang
10/6-2012 Pasien Pulang
2.11 Follow up
5 Juni 2012
S: - penurunan kesadaran (+), sesak (-), bicara ngawur (+), lemas (+)
O: - TD : 100/60 mmhg
- HR: 98x/ menit
- RR: 24x/menit
- T: 36,5 C
- Leher: DBN
- Torax: DBN
- Paru : DBN
- Jantung: Ictus cordis teraba di ICS 6 mid clavicula.
- Abdomen : Nyeri tekan epigastrium (+)
- Ekstremitas : akral dingin
A: Hiperglikemik Hiperosmolar non Ketotik
P: - IVFD Ring As GTT XX x/m
- Inj novorapid 3 x 20 ui
12
- Inj cefotaxim 2 x 1
- Cek ulang BSS
6 Juni 2012
S: - kesadaran mulai membaik, pasien bisa menjawab pertanyaan yang diberikan,
perut terasa penuh, pusing (+)
O: - TD : 110/70 mmhg
- HR: 116x/ menit
- RR: 46x/menit
- T: 37,9 C
- Leher: DBN
- Torax: DBN
- Paru : DBN
- Jantung: Ictus cordis teraba di ICS 6 mid clavicula.
- Abdomen : Nyeri tekan epigastrium (+)
A: Hiperglikemik Hiperosmolar non Ketotik
P: - IVFD Ring As GTT XX x/m
- Inj novorapid 3 x 20 ui
- Inj cefotaxim 2 x 1
- BSS : 387 mg/dl
- Rencana rontgen
7 April 2012
S: - perut masih terasa penuh, sering bersendawa
O: - TD : 110/90 mmhg
- HR: 81x/ menit
- RR: 20x/menit
- T: 36,2 C
- Leher: DBN
- Torax: DBN
- Paru : DBN
13
- Jantung: Ictus cordis teraba di ICS 6 mid clavicula.
- Abdomen : Nyeri tekan epigastrium (+)
A: Hiperglikemik Hiperosmolar non Ketotik
P: - IVFD Ring As GTT XX x/m
- Inj novorapid 3 x 20 ui
- Inj cefotaxim 2 x 1
- Kateter up
8 April 2012
S: - os tidak ada keluhan
O: - TD : 110/70 mmhg
- HR: 78x/ menit
- RR: 18x/menit
- T: 36,6 C
- Leher: DBN
- Torax: DBN
- Paru : DBN
- Jantung: Ictus cordis teraba di ICS 6 mid clavicula.
- Abdomen : Nyeri tekan epigastrium (-)
A: Hiperglikemik Hiperosmolar non Ketotik
P: - IVFD Ring As GTT XX x/m
- Inj novorapid 3 x 20 ui
- Inj cefotaxim 2 x 1
- Metformin 3 x 1 tab
- Cek ulang BSS dan Urine rutin
9 April 2012
S: - os tidak ada keluhan
O: - TD : 110/70 mmhg
- HR: 84x/ menit
- RR: 20x/menit
14
- T: 36,4 C
- Leher: DBN
- Torax: DBN
- Paru : DBN
- Jantung: Ictus cordis teraba di ICS 6 mid clavicula.
- Abdomen : Nyeri tekan epigastrium (-)
A: Hiperglikemik Hiperosmolar non Ketotik
P: - IVFD Ring As GTT XX x/m
- Inj novorapid 3 x 20 ui
- Inj cefotaxim 2 x 1
- Metformin 3 x 1 tab\
- BBS : 483 mg/dl
- Reduksi urine : +3
- R/ Pulang
10 April 2012
Pasien Pulang
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik adalah suatu komplikasi akut dari
diabetes melitus di mana penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa
menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang
disebut koma. Ini terjadi pada penderita diabetes melitus tipe II .7
Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketogenik adalah sindrom berkaitan
dengan kekurangan insulin secara relatif, paling sering terjadi pada panderita
NIDDM. Secara klinik diperlihatkan dengan hiperglikemia berat yang
mengakibatkan hiperosmolar dan dehidrasi, tidak ada ketosis/ada tapi ringan dan
gangguan neurologis.
15
Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis adalah keadaan koma akibat dari
komplikasi diabetes melitus di mana terjadi gangguan metabolisme yang
menyebabkan: kadar gula darah sangat tinggi, meningkatkan dehidrasi hipertonik
dan tanpa disertai ketosis serum, biasa terjadi pada DM tipe II.
Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik ialah suatu sindrom yang
ditandai dengan hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa
ketoasidosis, disertai penurunan kesadaran.8
Menurut Hudak dan Gallo (edisi VI) koma hiperosmolar adalah komplikasi
dari diabetes yang ditandai dengan :9
1. Hiperosmolaritas dan kehilangan cairan yang hebat.
2. Asidosis ringan.
3. Sering terjadi koma dan kejang lokal.
4. Kejadian terutama pada lansia.
5. Angka kematian yang tinggi.
1.2 Etiologi
1. Insufisiensi insulin.
a. DM, pankreatitis, pankreatektomi
b. Agen pharmakologic (phenitoin, thiazid).
2. Increase exogenous glukose
a. High kalori enteral feeding
3. Increase endogenous glukosa
a. Acute stress (ami, infeksi)
b. Pharmakologic (glukokortikoid, steroid, thiroid)
4. Infeksi: pneumonia, sepsis, gastroenteritis.
5. Penyakit akut: perdarahan gastrointestinal, pankreatitits dan gangguan
kardiovaskular.
6. Pemberian cairan hipertonik.
7. Luka bakar. 10
1.3 Faktor risiko:
16
1. Kelompok usia dewasa tua (>45 tahun)
2. Kegemukan (BB(kg) >120% BB idaman, atau IMT > 27 (kg/m2)
3. Tekanan darah tinggi (TD > 140/90 mmHg)
4. Riwayat keluarga DM
5. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
6. Riwayat DM pada kehamilan
7. Dislipidemia (HDL<35 mg/dl dan/atau trigliserida>250 mg/dl)
8. Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa
Terganggu).10
1.4 Patogenesis
Sindrome Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik mengambarkan
kekurangan hormon insulin dan kelebihan hormon glukagon. Penurunan insulin
menyebabkan hambatan pergerakan glukosa ke dalam sel, sehingga terjadi
akumulasi glukosa di plasma. Peningkatan hormon glukagon menyebabkan
glycogenolisis yang dapat meningkatkan kadar glukosa plasma. Peningkatan
kadar glukosa mengakibatkan hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum akan
menarik cairan intraseluler ke dalam intravaskular, yang dapat menurunkan
volume cairan intraseluler. Bila klien tidak merasakan sensasi haus akan
menyebabkan kekurangan cairan. Tingginya kadar glukosa serum akan
dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul glycosuria yang dapat mengakibatkan
diuresis osmotik secara berlebihan ( poliuria ). Dampak dari poliuria akan
menyebabkan kehilangan cairan berlebihan dan diikuti hilangnya potasium,
sodium dan phospat. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah
menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi.
Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula
darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak
bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan
dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama
urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air
hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi
17
intraselluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan
haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Perfusi ginjal menurun mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat lagi dan
timbul hiperosmolar hiperglikemik. Produksi insulin yang kurang akan
menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel
kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi
menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka
klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut
poliphagia. Kegagalan tubuh mengembalikan ke situasi homestasis akan
mengakibatkan hiperglikemia, hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan
dehidrasi berat. Disfungsi sistem saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke
otak dan cenderung menjadi koma. Hemokonsentrasi akan meningkatkan
viskositas darah dimana dapat mengakibatkan pembentukan bekuan darah,
tromboemboli, infark cerebral, jantung.11
1.5 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala umum pada klien dengan HHNK adalah haus, kulit terasa
hangat dan kering, mual dan muntah, nafsu makan menurun (penurunan berat
badan), nyeri abdomen, pusing, pandangan kabur, banyak kencing, mudah lelah,
polidipsi, poliuria, penurunan kesadaran.11
Gejala-gejala meliputi :
1. Agak mengantuk, insiden stupor atau sering koma.
2. Poliuria selama 1 -3 hari sebelum gejala klinis timbul
3. Tidak ada hiperventilasi dan tidak ada bau napas
4. Penipisan volume sangat berlebihan (dehidrasi, hipovolemi).
5. Glukosa serum mencapai 600 mg/dl sampai 2400 mg/dl.
6. Kadang-kadang terdapat gejala-gejala gastrointestinal.
7. Hipernatremia.
8. Kegagalan mekanisme haus yang mengakibatkan pencernaan air tidak
adekuat.
18
9. Osmolaritas serum tinggi dengan gejala SSP minimal (disorientasi, kejang
setempat).
10. Kerusakan fungsi ginjal.
11. Kadar HCO3 kurang dari 10 mEq/L.
12. Kadar CO2 normal.
13. Celah anion kurang dari 7 mEq/L.
14. Kalium serum biasanya normal.
15. Tidak ada ketonemia.
16. Asidosis ringan.11
1.6. Diagnosis
Kriteria diagnosis HHNK adalah :
Hiperglikemia > 600 mg%
Osmolalitas serum > 350 mOsm/ kg· pH > 7,3
Bikarbonat serum > 15 mEq/L
Anioan gap normal. 11
1.7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium sangat membantu untuk membedakan dengan
ketoasidosis diabetic. Kadar glukosa darah > 600 mg%, aseton negative, dan
beberapa tambahan yang perlu diperhatikan : adanya hipertermia, hiperkalemia,
azotemia, kadar blood urea nitrogen (BUN): kreatinin = 30 : 1 (normal 10:1),
bikarbonat serum > 17,4 mEq/l.11
1.8 Pengobatan
1. Pengobatan utama adalah rehidrasi dengan menggunkan cairan NaCl
bisa diberikan cairan isotonik atau hipotonik ½ normal diguyur 1000
ml/jam sampai keadaan cairan intravaskular dan perfusi jaringan
mulai membaik, baru diperhitungkan kekurangan dan diberikan dalam
19
12 - 48 jam. Pemberian cairan isotonik harus
mendapatkan pertimbangan untuk pasien dengan kegagalan jantung,
penyakit ginjal atau hipernatremia. Gklukosa 5% diberikan pada
waktu kadar glukosa dalam sekitar 200-250 mg%. Infus glukosa 5%
harus disesuaikan untuk mempertahankan kadar glukosa darah 250-
300 mg% agar resiko edema serebri berkurang.
2. Insulin pada saat ini para ahli menganggap bahwa pasien hipersemolar
hiperglikemik non ketotik sensitif terhadap insulin dan diketahui pula
bahwa pengobatan dengan insulin dosis rendah pada ketoasidosis
diabetik sangat bermanfaat. Karena itu pelaksanaan pengobatan dapat
menggunakan skema mirip proprotokol ketoasidosis diabetik.
3. Kalium darah harus dipantau dengan baik. Dengan ditiadakan
asidosis, hiperglikemia pada mulanya mungkin tidak ada kecuali bila
terdapat gagal ginjal. Kekurangan kalium total dan terapi kalium
pengganti lebih sedikit dibandingkan KAD. Bila terdapat tanda fungsi
ginjal membaik, perhitungan kekurangan kalium harus segera
diberikan.
4. Hindari infeksi sekunder . Hati-hati dengan suntikan, permasalahan
infus set, kateter.11
1.9 Prognosis
Prognosis biasanya buruk, tetapi sebenarnya kematian pada pasien ini
bukan disebabkan oleh sindrom hiperosmolarnya sendiri tetapi oleh penyakit yang
mendasari atau menyertainya.6
20
BAB IV
Analisa Kasus
Sejak 1 bulan SMRS ny. SHB, 45 tahun, mengeluh badan terasa lemas, os
mengaku mudah lelah saat beraktivitas. Os mengaku mudah haus setiap harinya
dan sering terbangun saat malam hari untuk BAK, os juga merasa bahwa berat
badannya turun. Usia 45 tahun menunjukkan faktor risiko terjadinya penyakit
HHNK, dan keluhan yang dialami Ny.SHB merupakan manifestasi dari
perjalanan penyakit dimana Sindrome HHNK mengambarkan kekurangan
hormon insulin dan kelebihan hormon glukagon. Penurunan insulin menyebabkan
hambatan pergerakan glukosa ke dalam sel, sehingga terjadi akumulasi glukosa di
plasma. Peningkatan hormon glukagon menyebabkan glikogenolisis yang dapat
meningkatkan kadar glukosa plasma. Peningkatan kadar glukosa mengakibatkan
21
hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum akan menarik cairan intraseluler ke
dalam intravaskular, yang dapat menurunkan volume cairan intraseluler.
Tingginya kadar glukosa serum akan dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul
glukosuria yang dapat mengakibatkan diuresis osmotik secara berlebihan
( poliuria ). Dampak dari poliuria akan menyebabkan kehilangan cairan
berlebihan dan diikuti hilangnya potasium, sodium dan phospat. Akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga
kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan
hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga
apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi
sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air
maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria.
Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang
disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intraselluler, hal ini akan
merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut ( polidipsi ). Perfusi ginjal
menurun mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat lagi dan timbul
hiperosmolar hiperglikemik. Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan
menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan
dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis, hal ini bisa
membuat sesorang merasa lemas dan lelah. Karena lemak dan protein digunakan
untuk melakukan pembakaran dalam tubuh bisa menyebabkan penurunan berat
badan tubuh.
Sejak 4 hari SMRS os mengaku nyeri perut, nyeri perut menyebar ke
seluruh bagian perut, nyeri hilang timbul, namun os masih bisa beraktivitas, os
berkeringat dingin, mual, pusing, muntah (-), demam (-), os berobat ke dokter dan
diberi obat untuk meredakan nyeri perut, namun keluhan tidak berkurang.
Sejak 3 hari SMRS os mengaku nyeri perut bertambah, nyeri perut
menyebar ke seluruh bagian perut, nyeri dirasakan terus menerus, os tidak bisa
beraktivitas, os berkeringat dingin, mual, dan pusing, os pergi untuk diurut dan
keluhan mereda. Gejala yang dialami juga merupakan manifestasi dari perjalanan
22
penyakit HHNK, muntah dan demam menyingkirkan bahwa penyebab gejala yang
dialami pasien bukan berasal dari proses inflamasi abdomen misalnya ulkus
gaster, ulkus duodenum, perforasi usus,pankreatitis, peritonitis, dll.
2 hari SMRS os mengaku sangat lemas, os tidak dapat beraktivitas dan
hanya terbaring di tempat tidur. Kondisi ini menunjukkan bahwa sudah mulai
terjadi penurunan kesehatan pasien yang disebabkan kurangnya kalori yang
tersimpan untuk proses pembentukan energi ditambah berat badan dan nafsu
makan yang menurun.
1 hari SMRS os berobat ke dokter, kemudian dilakukan cek gula darah (BSS
: 574 mg/dl) dan disarankan untuk dirawat, os menolak, saat di perjalanan pulang
keadaan os memburuk, os mengalami penurunan kesadaran, os berkeringat dingin
dan os sesak nafas. Os segera di bawa ke IGD Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang. Peningkatan gula darah disebabkan oleh karena sel beta pancreas
gagal atau terhambat oleh beberapa keadaan stress yang menyebabkan sekresi
insulin tidak adekuat. Pada keadaan stress tersebut terjadi peningkatan hormone
glucagon sehingga pembentukan glukosa akan meningkat dan menghambat
pemakaian glukosa perifer, yang akhirnya menimbulkan hiperglikemia. Dimana
dalam keadaan normal kadar BSS adalah 90 – 199 mg/dl. Kegagalan tubuh
mengembalikan ke situasi homeostasis akan mengakibatkan hiperglikemia,
hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan dehidrasi berat. Disfungsi sistem
saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke sistem organ vital seperti paru,
jantung dan otak cenderung terjadi sesak, bahkan penurunan kesadaran.
Os pernah dirawat pada tahun 2011 dengan diagnosa hipotensi dan DM,
namun os sembuh dan rajin kontrol setiap minggunya, setelah keadaan membaik
os berhenti kontrol. Os menyangkal keluarga dan lingkungan sekitar memiliki
penyakit yang sama dengan os. Keadaan pasien yang sudah terdiagnosa DM
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya HHNK, ditambah dengan pasien
berhenti kontrol, sehingga pasien tidak pernah mengetahui kadar gula darah dan
pasien tidak minum obat secara teratur untuk mencegah terjadinya
kegawatdaruratan akut pada DM yang pasien alami, salah satunya HHNK.
23
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum os dapat dilihat, os dengan keadaan
umum tampak sakit berat dan kesadaran somnolen. Tekanan darah 80/60 mmHg,
Heart rate: 120x/menit, Respiration rate: 38x/menit dan temperature: 37,1 C.
Pemeriksaan didapatkan dari status IGD saat pasien pertama kali datang, keadaan
ini menunjukkan gambaran klinis kegawatdaruratan akut hiperglikemik
hiperosmolar non ketotik. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan 1 hari setelah os
dirawat, namun os masih terihat bingung dan belum bisa menjawab dengan jelas
apa yang ditanyakan.
Keadaan spesifik didapatkan pucat pada telapak tangan dan kaki, turgor
kulit > 2 detik, konjungtiva pucat. Pada pemeriksaan jantung didapatkan iktus
cordis teraba di ICS 6 mid clavicula sinistra, suara jantung HR: 116x/menit S1-S2
reguler S3(-) murmur(-). Pada pemeriksaan abdomen didapatkan datar (+), lemas
(+), dan terdapat nyeri tekan epigastrium (+).
Pemeriksaan Laboratorium didapatkan pada pemeriksaan GDS: (4 Juni
2012 – di Klinik dokter) GDS : 574 mg/dl, (4 Juni 2012 – di IGD) GDS : 600*
mg/dl, (4 Juni 2012 – di Bangsal) GDS : 505 mg/dl, (6 Juni 2012) GDS : 387
mg/dl . Pada pemeriksaan Darah Lengkap didapatkan Leokosit : 12.300 /cm
(meningkat), LED : 16 mm/ jam (meningkat), Dift count: 1/0/1/80/16/2,
Hematokrit 33 % (menurun), Trombosit : 44.000 (menurun) . Pemeriksan Urin
lengkap didapatkan, kejernihan : keruh, Protein : ++, Reduksi urin : +++, Urobilin
: +, Leukosit : penuh, Eritrosit : penuh, Epitel urine : +. Pada pemeriksaan Fungsi
ginjal didapatkan Ureum : 160 ( meningkat) dan Creatinin : 3,6 (meningkat).
Pemeriksaan foto thorax didapatkan indikasi cardiomegali dan tanda bendungan.
Gula darah sewaktu yang tinggi yaitu mencapai 600 mg/dl merupakan salah satu
diagnosa pasti HHNK. Pemeriksaan urin lengkap dan fungsi ginjal menunjukkan
telah terjadi proses kerusakan pada ginjal yang mengarah pada kerusakan ginjal.
Dan hasil pemeriksaan foto thorax menunjukkan cardiomegali dan tanda
bendungan, dimana telah terjadi komplikasi yang telah mempengaruhi sistem
organ jantung. Namun hal ini belum pasti masih membutuhkan pemeriksaan
penunjang yang lebih pasti misalnya echocardiografi.
Untuk pengobatan yang diberikan sudah sesuai indikasi.
24
BAB V
Daftar Pustaka
1. The American Diabetes Association, 2012. Diabetes Mellitus. (http://www.diabetes.org/diabetes-basics/diabetes-statistics/, diakses 8 Juni 2012)
2. Cermin Dunia Kedokteran, 2012 (http.//www.kalbe.co.id/cdk, diakses 8 Juni 2012)
3. Diabetes Atlas, 2000 (International Diabetes Federation) (http://www.idf.org/diabetesatlas/downloads, diakses 8 Juni 2012)
4. Anonim. Hiperglikemik Hiperosmolar non ketotik. Di unduh dari (http://www.docstoc.com/docs/106084444/kad-kel-ai/ diakses 8 Juni 2012)
25
5. Anonim . Hiperglikemik Hiperosmolar non ketotik. Diunduh dari : (Koma-Hip-Erg-Like-Mia-Hiperosmolar-Non-Ketotik.htm/ diakses 8 Juni 2012)
6. Fkumycase. Hiperglikemik Hiperosmolar non ketotik. Diunduh dari : (http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=KOMA+HIPEROSMOLAR+HIPERGLIKEMIK+NON+KETOTIK++PADA+WANITA+USIA+24+TAHUN/ Diakses 9 Juni 2012)
7. Wikipedia. Diabetes Mellitus. (http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus diakses 9 Juni 2012)
8. Arif, Mansjoer, dkk., ( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, Hiperglikemik Hiperosmolar non ketotik ,Edisi 3, Medica Aesculpalus, FKUI, Jakarta.
9. Hudak, Gallo, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Edisi IV, Jakarta, EGC: 1997.
10. Endokrinologi. Hiperglikemik Hiperosmolar non Ketotik (http://endokrinologi.freeservers.com, diakses 8 Juni 2012).
11. Anonim. Hiperglikemik Hiperosmolar non ketotik . Diunduh dari : (http://yuflihul.blogspot.com/2011/10/koma-hiperglikemia-hiperosmolar-non.html, diakses 9 Juni 2012).
26