lapsus malunion

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Fraktur ekstremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung, misalnya sering terjadi benturan pada ekstremitas bawah yang menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan decade 2000-2010 menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan. Tekanan yang berulang-ulang dapat menyebabkan keretakan pada tulang. 1

Upload: sandi-bloom

Post on 04-Aug-2015

275 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPSUS Malunion

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Fraktur ekstremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

atau tulang rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah yang umumnya

disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan fraktur dapat berupa

trauma langsung, misalnya sering terjadi benturan pada ekstremitas bawah yang

menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula.

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Saat ini,

penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-

pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan

decade 2000-2010 menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur

terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain

menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta

orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau

dewasa muda. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba

dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,

pemuntiran, atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau

tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan

mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu

benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan. Tekanan yang berulang-ulang

dapat menyebabkan keretakan pada tulang. Keadaan ini paling sering ditemui

pada tibia, fibula, atau metatarsal. Fraktur dapat pula terjadi oleh tekanan yang

normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat

rapuh (misalnya pada penyakit paget).

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu, dari segi ilmu bedah, sangat

penting untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan nafas (airway), proses

pernafasan (breathing), dan sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak.

Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru dilakukan anamnesis dan

pemeriksaaan fisis secara terperinci. Untuk mengetahui tipe dan derajat fraktur

dapat dilakukan pemeriksaan radiologis.  Bila secara klinik ada atau diduga ada

fraktur, maka harus dibuat dua foto tulang yang bersangkutan. Sebaiknya dibuat

1

Page 2: LAPSUS Malunion

foto antero-posterior (AP) dan lateral. Bila kedua proyeksi ini tidak dapat dibuat

karena keadaan pasien yang tidak memungkinkan, maka dibuat 2 proyeksi yang

tegak lurus satu sama lain.

Mengingat golden period dari fraktur adalah 1-6 jam, penting untuk

memikirkan komplikasi fraktur yang mungkin terjadi. Secara umum, komplikasi

fraktur dapat berupa komplikasi dini dan komplikasi lanjut, hal ini berdasarkan

onset terjadinya komplikasi dengan fraktur awalnya. Namun, yang dapat dinilai

dengan pemeriksaan radiologis antara lain, osteomielitis, nekrosis avaskuler,

non-union, delayed union, mal-union, dan atrofi sudeck. Untuk memastikan

komplikasi dari fraktur ini, diperlukan beberapa jenis pemeriksaan radiologis, baik

itu dengan sinar X biasa, CT-scan dan MRI. Tak lupa pula untuk memperhatikan

segi klinis dan aspek radiologis yang baik sehingga intervensi yang diharapkan

dapat diwujudkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan

penatalaksanaan malunion fraktur?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Mengetahui etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan

penatalaksanaan malunion fraktur.

1.4 MANFAAT

1.4.1 Menambah wawasan mengenai penyakit bedah khususnya

tentang malunion fraktur.

1.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang

mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah ortopedi.

2

Page 3: LAPSUS Malunion

BAB II

STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Sdr. A

Umur : 26 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Alamat : Sukodono-Dampit

Status perkawinan : Belum Menikah

Suku : Jawa

Tanggal MRS : Rabu, 8 Juni 2011

Tanggal periksa : Rabu, 8 Juni 2011

No. Reg : 25 63 26

B. ANAMNESA

1. Keluhan utama : tungkai bawah kiri bengkok

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke POLI RSUD Kanjuruhan Kepanjen dengan

keluarga dalam keadaan sadar. Pasien mengeluhkan tungkai bawah

kirinya bengkok kurang lebih 9 tahun yang lalu karena kecelakaan lalu

lintas.

Mekanisme trauma yaitu pasien sedang mengendarai sepeda

motor sendiri (tidak sedang membonceng atau dibonceng) dari arah utara

ke selatan. Pasien tertabrak motor dari arah depan, kemudian jatuh

terpental sejauh kurang lebih 10 m, pada saat jatuh kearah kiri dari motor,

pasien masih dalam keadaan sadar, tidak pusing, mual, ataupun muntah.

Pasien tidak mengalami gangguan BAK ataupun gangguan BAB, Tidak

ada luka terbuka atau tulang yang keluar dari tungkai bawah kiri. tetapi

tungkai bawah kiri terasa sakit dan terluka, kecelakaan tersebut terjadi 9

tahun yang lalu. Pasien kemudian ditolong oleh orang-orang yang melihat

kejadian, kemudian pasien dibawa ke UGD RS Saiful Anwar, di sana

pasien dirawat lukanya (lecet di tungkai kanan kiri serta tangan kiri)

kemudian dilakukan pemasangan gips di tungkai bawah kiri pasien dan

3

Page 4: LAPSUS Malunion

tulang pundak kiri dibebat karena juga patah (pemasangan bebat di

pundak kiri kurang lebih 4 bulan dan dilepas karena sudah sembuh), di

RS Saiful Anwar pasien hanya MRS sehari saja, karena tidak ada biaya.

Sesampainya di rumah, keluarga pasien membawa pasien ke tempat

pengobatan alternative (sangkal putung), disana pasien dipijat, tungkai

bawah kiri yang telah di gips di RSSA dilepas dan diganti bambu, bambu

diletakkan di bagian bawah dan kanan kiri sisi tungkai bawah kiri, di

tempat tersebut pasien juga diberi jamu-jamuan untuk diminum, di

sangkal putung tersebut pasien hanya menginap sehari saja dan dibawa

pulang, pasien ke sangkal putung tersebut hanya satu kali saja, selama 7

bulan pasien memakai bambu tersebut, 3 bulan kemudian, keluarga

pasien memanggil dukun sangkal putung yang lain ke rumah pasien,

dukun tersebut hanya memberi jamu-jamuan saja. Setelah pemakaian

bambu selama 7 bulan tersebut, pasien mengeluh tungkai kiri bawahnya

terasa linu, kalau jalan tambah terasa nyeri, dan bentuk tulang tungkai

bawah kiri menonjol kedepan, kalau di buat jalan tidak bisa seluruhnya

meletakkan hentakan kaki sepenuhnya karena terasa nyeri.

Satu bulan yang lalu pasien periksa ke dokter puskesmas dampit,

pasien mengeluhkan tungkai bawah kiri bengkok dan terasa linu, kalau di

buat jalan terasa semakin sakit, dan mengeluh tungkai bawah kirinya

sering terasa kemeng-kemeng, kalau malam linunya tambah terasa linu,

kalau kerja angkat berat juga tambah terasa linu, tetapi kalu di

istirahatkan/tidur rasanya lebih mendingan. Sehari setelahnya dokter

puskesmas tersebut memberi obat 2 macam berwarna coklat bentuknya

panjang dan berwarna putih bentuknya bundar, pemberian obat diminum

selama 15 hari, tetapi keluhan tidak bisa hilang. Kemudian, kemaren

pasien ke puskesmas lagi untuk periksa, dan dokter di puskesmas

tersebut merujuk pasien untuk periksa ke RS KANJURUHAN.

3. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat trauma sebelumnya tidak ditemukan

Pasien tidak pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya

Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya

Pasien mengaku memiliki alergi ayam potong. Telur ayam potong

dan ikan asin

4

Page 5: LAPSUS Malunion

4. Riwayat pengobatan

Mengkonsumsi obat-obatan untuk DM tidak ditemukan

Mengkonsumsi obat-obatan untuk hipertensi tidak ditemukan

Penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama tidak

ditemukan

5. Riwayat Keluarga

Trauma (-)

Operasi (-)

DM (-)

Hipertensi (-)

C. VITAL SIGN

Tekanan darah 130/100 mmHg,

Nadi 88 x/mnt

Pernafasan 20 x/mnt

Suhu 36,8oC

D. STATUS LOKALIS

Status Lokalis : Regio cruris sinistra

• Look : deformitas bengkok (+), terdapat penonjolan abnormal dan

angulasi (+),  oedem (-), tak tampak sianosis pada bagian distal

lesi.

• Feel : Nyeri tekan setempat (-), krepitasi (-), sensibilitas (+), terasa lebih

menonjol dibandingkan dengan cruris dextra, suhu rabaan normal,

NVD (neurovaskuler disturbance) (-), kapiler refil (+) normal, arteri

dorsalis pedis teraba.

Panjang tungkai kanan: 86 cm

Panjang tungkai kiri:89 cm

LLD: 3 cm

Sudut deformitas angulasi anterior-posterior: 30⁰

• Move : Dalam batas normal

5

Page 6: LAPSUS Malunion

E. RESUME

Seorang Laki-Laki umur 26 tahun datang ke POLI RSUD

KANJURUHAN dengan keluhan bengkok dan mengalami penonjolan tulang

pada tungkai bawah kiri setelah jatuh dari motor dan terpental sejauh ± 10

meter saat kecelakaan lalu lintas 9 tahun yang lalu,

Pemeriksaan vital sign: Tekanan darah 130/100 mmHg, Nadi 88 x/mnt,

Pernafasan 20 x/mnt, Suhu 36,8oC. Status Lokalis : Regio cruris sinistra,

Look: deformitas bengkok(+): terdapat penonjolan abnormal dan angulasi

(+),  Feel: sensibilitas (+), terasa lebih menonjol dibandingkan dengan cruris

dextra, suhu rabaan normal, kapiler refil (+) normal, arteri dorsalis pedis

teraba. Panjang tungkai kanan: 86 cm, panjang tungkai kiri:89 cm, LLD: 3 cm,

Sudut deformitas angulasi anterior-posterior: 30⁰, Move: Dalam batas normal

F. DIAGNOSA KERJA

Malunion fraktur tibia-fibula sinistra

G. PLANNING DIAGNOSA

• Planning pemeriksaan

– Foto Rontgen: cruris sinistra AP-lateral

– Lab : DL, CT, BT, HbSAg

• Planning Terapi

Operatif

Reconstruksi dan fiksasi interna: ORIF  dan Bone Graft   

6

Page 7: LAPSUS Malunion

BAB III

PEMBAHASAN PENYAKIT

A. DEFINISI FRAKTUR

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang,

tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang

umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh

kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh

darah, otot dan persarafan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat

berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung

menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah

tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang

lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat

menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak

tetap utuh.

Malunion adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi

terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan

atau union secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna.

Fraktur kruris (L:crus = tungkai) merupakan fraktur yang terjadi pada tibia dan

fibula.. Fraktur kruris merupakan fraktur yang sering terjadi dibandingkan dengan

fraktur pada tulang panjang lainnya. Periosteum yang melapisi tibia agak tipis

terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah

patah dan biasanya fragmen frakturnya bergeser karena berada langsung

dibawah kulit sehingga sering juga ditemukan fraktur terbuka.

B. ANATOMI

Fraktur kruris merupakan akibat terbanyak dari kecelakaan lalu lintas. Hal

ini diakibatkan susunan anatomi cruris dimana permukaan medial tibia hanya

ditutupi jaringan subkutan, sehingga menyebabkan mudahnya terjadi fraktur

cruris terbuka yang menimbulkan masalah dalam pengobatan.

Secara anatomi terdapat 4 grup otot yang penting di cruris:

1.otot ekstensor

2.otot abductor

3.otot triceps surae

4.otot fleksor

7

Page 8: LAPSUS Malunion

Keempat grup otot tersebut membentuk 3 kompartemen

Grup I :memebentuk kompartemen anterior

Grup II :membentuk kompartemen lateral

Grup III+IV :membentuk kompartemen posterior yang terdiri dari

kompartemen superficial dan kompartemen dalam.

Arteri: 1.arteri tibialis anterior

2.arteri tibialis posterior

3.arteri peroneus

Saraf: 1.n.tibialis anterior dan n.peroneus mempersarafi otot ekstensor dan

abductor

2.n.tibialis posterior dan n.poplitea untuk mempersarafi otot fleksor dan

otot triceps surae.

Tulang tibia terdiri dari tiga bagian yaitu epyphysis proksimalis, diaphysis

dan epiphysis. Epiphysis proksimalis terdiri dari dua bulatan yaitu condilus

medialis dan condilus lateralis. Pada permukaan proksimal terdapat permukaan

sendi untuk bersendi dengan tulang femur disebut facies articularis superior yang

ditengahnya terdapat peninggian disebut eminentia intercondyloidea. Di ujung

proksimal terdapat dataran sendi yagng menghadap ke lateral disebut facies

articularis untuk bersendi dengan tulang fibula. Diaphysis mempunyai tiga tepi

yaitu margo anterior, margo medialis, dan crista interosea disebelah lateral.

Sehingga terdapat tiga dataran yaitu facies medialis, facies posterior dan facies

lateralis. Margo anterior di bagian proksimal menonjol disebut tuberositas tibia.

Pada epiphysis distalis bagian distal terdapat tonjolan yang disebut malleolus

medialis, yang mempunyai dataran sendi menghadap lateral untuk bersendi

dengan talus disebut facies malleolus lateralis. Epiphysis distalis mempunyai

dataran sendi lain yaitu facies articularis inferior untuk dengan tulang talus dan

incisura fibularis untuk bersendi dengan tulang fibula.

Tulang fibula terletak disebelah lateral tibia mempunyai tiga bagian yaitu

epiphysis proksimalis, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proksimalis

membulat disebut capitulum fibula yang kearah proksimal meruncing menjadi

apex kapituli fibula. Kapitulum fibula mempunyai dataran sendi yaitu facies

artycularis capituli fibula untuk bersendi dengan tulang fibula. Diaphysis

mempunyai empat crista yaitu Krista lateralis, Krista meedialis, Krista anterior,

Krista interosea. Mempunyai tiga dataran yaitu facies medialis, facies lateralis,

facies posterior. Epiphysis distalis kebelakang agak membulat dan sedikit keluar

8

Page 9: LAPSUS Malunion

disebut malleolus lateralis. Disebelah dalam mempunyai dataran sendi yang

disebut facies artycularis malleolus lateralis. Disebelah luar terdapat suatu suleus

disebut sulcus tendo musculi tendo perineum dan dilalui tendo otot peroneus

longus dan peroneus brevis.

C. FISIOLOGI TULANG

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :

1). Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.

2). Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-

paru) dan jaringan lunak.

3). Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan

kontraksi dan pergerakan).

4). Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang

belakang (hema topoiesis).

5). Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

9

Page 10: LAPSUS Malunion

D. ETIOLOGI

1)Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan

garis patah melintang atau miring.

2)Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang

jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang

paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

3)Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat

berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari

ketiganya, dan

penarikan.

E.PATOFISIOLOGI

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya

pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar

dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang

mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi

fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan

jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena

kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.

Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan

yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang

ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel

darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan

tulang nantinya

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur :

1) Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung

terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

10

Page 11: LAPSUS Malunion

2) Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan

untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,

kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.

F. KLASIFIKASI FRAKTUR

Klasifikasi fraktur:

a. Berdasarkan komplit atau ketidak klomplitan fraktur.

1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang

atau melalui kedua korteks tulang.

2). Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh

penampang tulang seperti:

a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)

b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks

dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.

c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi

korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang

b. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme

trauma.

1). Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan

merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut

terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga.

3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral

yang disebabkan trauma rotasi.

4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang

mendorong tulang ke arah permukaan lain.

5). Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau

traksi otot pada insersinya pada tulang.

c. Berdasarkan jumlah garis patah.

1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan.

2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak

berhubungan.

11

Page 12: LAPSUS Malunion

3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak

pada tulang yang sama.

d. .Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.

1). Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi

kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.

2). Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang

juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:

a) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran

searah sumbu dan overlapping).

b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling

menjauh).

e. Berdasarkan posisi frakur

Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :

1. 1/3 proksimal

2. 1/3 medial

3. 1/3 distal

f. Fraktur Kelelahan/stres: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

g. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).

1). Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena

kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya

perlukaan kulit.

h. Fraktur Patologis: fraktur yang terjadi pada tulang karena adanya

kelainan/penyakit yang menyebabkan kelemahan pada tulang.

i. Fraktur pada tibia dan fibula:

1. Fraktur proksimal tibia

2. Fraktur diafisis

3. Fraktur dan dislokasi pada  pergelangan kaki 

12

Page 13: LAPSUS Malunion

FRAKTUR PROKSIMAL TIBIA

a) Fraktur Infrakondilus Tibia

Fraktur Infrakondilus tibia terjadi sebagai akibat pukulan pada tungkai pasien

yang mematahkan tibia dan fibula sejauh 5cm di bawah lutut. Walaupun

tungkai bawah dapat membengkak dalam segala arah, namun biasanya

terjadi pergeseran lateral ringan dan tidak ada tumpang tindih atau rotasi.

Fraktur tidak masuk ke dalam lututnya. Dapat dirawat dengan gips tungkai

panjang, sama seperti fraktur pada tibia lebih distal. Jika fragmen tergeser,

dapat dilakukan manipulasi ke dalam posisinya dan gunakan gips tungkai

panjang selama 6 minggu. Kemudian dapat dilepaskan dan diberdirikan

denganmenggunakan tongkat untuk menahan berat badan.

b) Fraktur Berbentuk T

Terjadi karena terjatuh dari tempat yang tinggi, menggerakkan korpus tibia ke

atas diantara kondilus femur, dan mencederai jaringan lunak pada lutut

dengan hebat. Kondilus tibia dapat terpisah, sehingga korpus tibia tergeser

diantaranya. Traksi tibia distal sering dapat mereduksi fraktur ini secara

adekuat.

c) Fraktur Kondilus Tibia(bumper fracture)

Fraktur kondilus lateralis terjadi karena adanya trauma abduksi terhadap

femur dimana kaki terfiksasi pada dasar. Fraktur ini biasanya terjadi akibat

tabrakan pada sisi luar kulit oleh bumper mobil, yang menimbulkan fraktur

pada salah satu kondilus tibia, biasannya sisi lateral.

d) Fraktur Kominutiva Tibia Atas

Pada fraktur kominutiva tibia atas biasanya fragmen dipertahankan oleh

bagian periosteum yang intak. Dapat direduksi dengan traksi yang kuat,

kemudian merawatnya dengan traksi tibia distal.

13

Page 14: LAPSUS Malunion

FRAKTUR DIAFISIS

Fraktur diafisis tibia dan fibula lebih sering ditemukan bersama-sama. Fraktur

dapat juga terjadi hanya pada tibia atau fibula saja. Fraktur diafisis tibia dan fibula

terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe

transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan

trauma tipe spiral. Fraktur jenis ini dapat diklasifikasikan menjadi:

a) Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Orang Dewasa

Dua jenis cedera dapat mematahkan tibia dewasa tanpa mematahkan fibula:

1) Jika tungkai mendapat benturan dari samping, dapat mematahkan secara

transversal atau oblik, meninggalkan fibula dalam keadaan intak, sehingga

dapat membidai fragmen, dan pergeseran akan sangat terbatas.

2) Kombinasi kompresi dan twisting dapat menyebabkan fraktur oblik spiral

hampir tanpa pergeseran dan cedera jaringan lunak yang sangat terbatas.

14

Page 15: LAPSUS Malunion

Fraktur jenis ini biasanya menyembuh dengan cepat. Jika pergeseran

minimal, tinggalkan fragmen sebagaimana adanya. Jika pergeseran signifikan,

lakukan anestesi dan reduksikan.

b) Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Anak-anak 

Pada bayi dan anak-anak yang muda, fraktur besifat spiral pada tibia dengan

fibula yang intak. Pada umur 3-6 tahun, biasanya terjadi stress torsional pada

tibia bagian medial yang akan menimbulkan fraktur green stick pada metafisis

atau diafisis proksimaldengan fibula yang intak. Pada umur 5-10 tahun, fraktur

biasanya bersifat transversaldengan atau tanpa fraktur fibula.

c) Fraktur Tertutup Pada Korpus Fibula

Gaya yang diarahkan pada sisi luar tungkai pasien dapat mematahkan fibula

secara transversal. Tibianya dapat tetap dalam keadaan intak, sehingga tidak

terjadi pergeseran atau hanya sedikit pergeseran ke samping. Biasanya

pasien masih dapat berdiri. Otot-otot tungkai menutupi tempat fraktur,

sehingga memerlukan sinar-X untuk mengkonfirmasikan diagnosis. Tidak

diperlukan reduksi, pembidaian, dan perlindungan, karena itu asalkan

persendian lutut normal, biarkan pasien berjalan segera setelah cedera

jaringan lunak memungkinkan. Penderita cukup diberi analgetika dan istirahat

dengan tungkai tinggi sampai hematom diresorbsi.

d) Fraktur Tertutup pada Tibia dan Fibula

Pada fraktur ini tungkai pasien terpelintir, dan mematahkan kedua tulang pada

tungkai bawah secara oblik, biasanya pada sepertiga bawah. Fragmen

bergeser ke arah lateral, bertumpang tindih, dan berotasi. Jika tibia dan fibula

15

Page 16: LAPSUS Malunion

fraktur, yang diperhatikan adalah reposisi tibia. Angulasi dan rotasi yang

paling ringan sekalipun dapat mudah terlihat dan dikoreksi. Perawatan

tergantung pada apakah terdapat pemendekan. Jika terdapat pemendekan

yang jelas, maka traksi kalkaneus selama seminggu dapat mereduksikannya.

Pemendekan kurang dari satu sentimeter tidak menjadi masalah karena akan

dikompensasi pada waktu pasien sudah mulai berjalan. Sekalipun demikian,

pemendekan sebaiknya dihindari.

G. DIAGNOSIS

Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis

lengkap danmelakukan pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk

dikonfirmasikan denganmelakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen

untuk membantu mengarahkan danmenilai secara objektif keadaan yang

sebenarnya.

A. Anamnesa

Anamnesa : ada trauma

Bila tidak ada riwayat trauma berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci

jenisnya, besar-ringannya trauma, arah trauma dan posisi penderita atau

ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Dari anamnesa saja

dapat diduga :

o Kemungkinan politrauma.

o Kemungkinan fraktur multipel.

o Kemungkinan fraktur-fraktur tertentu, misalnya : fraktur colles, fraktur

supracondylair humerus, fraktur collum femur.

o Pada anamnesa ada nyeri tetapi tidak jelas pada fraktur inkomplit

o Ada gangguan fungsi, misalnya : fraktur femur, penderita tidak dapat

berjalan. Kadang-kadang fungsi masih dapat bertahan pada fraktur

inkomplit dan fraktur impacted ( impaksi tulang kortikal ke dalam

tulang spongiosa).

Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian

atau jatuh dikamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda

berat, kecelakaan pada pekerja oleh karena mesin atau karena trauma olah

raga. Penderita biasanya datang karena nyeri, pembengkakan, gangguan

fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau datang

dengan gejala-gejala lain.

16

Page 17: LAPSUS Malunion

B. Pemeriksaan Fisik 

1. Pemeriksaan umum

Dicari kemungkinan kompikasi umum, misalnya : shock pada fraktur multipel,

fraktur pelvis atau fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka

terinfeksi.

Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

Syok, anemia atau perdarahan.

Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang

belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan

abdomen.

Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis (penyakit Paget). 

2. Pemeriksaan status lokalis

Tanda-tanda fraktur yang klasik adalah untuk tulang panjang. Fraktur tulang-

tulang kecil misalnya: naviculare manus, fraktur avulsi, fraktur intraartikuler,

fraktur epifisis. Fraktur tulang-tulang yang dalam misalnya odontoid-cervical,

cervical, dan acetabulum mempunyai tanda-tanda tersendiri.

Pada pemeriksaan fisik dilakukan:

Look (Inspeksi)

Deformitas: angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior),

diskrepensi (rotasi,perpendekan atau perpanjangan). 

Bengkak atau kebiruan.

Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak). 

Pembengkakan, memar dan deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi

hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh. Kalau kulit robek dan

luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera itu terbuka

(compound).

Feel (palpasi)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya

mengeluh sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan: 

Temperatur setempat yang meningkat

Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal biasanya disebabkan oleh

kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.

Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan

secara hati-hati.

17

Page 18: LAPSUS Malunion

Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri

radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan

anggota gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku.

Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan

pembedahan.

Move (pergerakan)

Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.

Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada

sendinya.

Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan

nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara

kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada

jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.

3. Pemeriksaan Penunjang

Sinar -X

Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya

fraktur. Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk

menentukan keadaan, lokasi serta eksistensi fraktur. Untuk

menghindari nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka

sebaiknya kita mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk

imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.

Tujuan pemeriksaan radiologis:

Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi.

Untuk konfirmasi adanya fraktur.

Untuk mengetahui sejauh mana pergerakan dan konfigurasi

fragmen serta pergerakannya.

Untuk mengetahui teknik pengobatan.

Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak.

Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-

artikuler.

Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang.

Untuk melihat adanya benda asing.

 Pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan dengan ketentuan

´Rules of Two´:

Dua pandangan

18

Page 19: LAPSUS Malunion

Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X

tunggal dan sekurang-kurangnya harus dilakukan 2 sudut

pandang (AP & Lateral/Oblique).

Dua sendi

Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami

fraktur atau angulasi. Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi

kecuali kalau tulang yang lain juga patah, atau suatu sendi

mengalami dislokasi. Sendi-sendi diatas dan di bawah fraktur

keduanya harus disertakan dalam foto sinar-X.

Dua tungkai

Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan

diagnosis fraktur. Foto pada tungkai yang tidak cedera akan

bermanfaat.

Dua cedera

Kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih

dari 1 tingkat. Karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau

femur perlu juga diambil foto sinar-X pada pelvis dan tulang

belakang.

Dua kesempatan

Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat,

kalau ragu-ragu, sebagai akibatresorbsi tulang, pemeriksaan

lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat memudahkan diagnosis.

Pencitraan Khusus

Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi

perlu dinyatakan apakah fraktur terbuka atau tertutup, tulang mana

yang terkena dan lokalisasinya, apakah sendi juga mengalami fraktur

serta bentuk fraktur itu sendiri. Konfigurasi fraktur dapat menentukan

prognosis serta waktu penyembuhan fraktur, misalnya penyembuhan

fraktur transversal lebihlambat dari fraktur oblik karena kontak yang

kurang. Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata

pada sinar-X biasa.Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau

fraktur kondilus tibia. CT atau MRI mungkin merupakan satu-satunya

cara yang dapat membantu, sesungguhnya potret transeksional

sangat penting untuk visualisasi fraktur secara tepat pada tempat

19

Page 20: LAPSUS Malunion

yang sukar. Radioisotop scanning berguna untuk mendiagnosis

fraktur-tekanan yang dicurigai atau fraktur tak bergeser yang lain.

G. TEKNIK PENANGANAN

Penatalaksanaan Fraktur :

Secara umum prinsip pengobatan fraktur ada 4:

1. Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur Prinsip pertama adalah

mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksan

klinis dan radiologis.

Pada awal pengobatan perlu diperhatikan:

# Lokalisasi fraktur

# Bentuk fraktur

# Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan

# Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan

2. Reduction; reduksi fraktur apabila perlu Restorasi fragmen fraktur

dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima. Pada fraktur

intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin

mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti

kekakuan, deformitas, serta perubahan osteoartritis di kemudian hari.

Posisi yang baik adalah :

-alignment yang sempurna

-aposisi yang sempurna

3. Retention; imobilisasi fraktur

4. Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

Non Operatif

1. Reduksi

Reduksi adalah terapi fraktur dengan cara mengantungkan kaki dengan

tarikan atau traksi.

2. Imobilisasi

Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai dapat dirubah dengan gips

dalam 7-10 hari, atau dibiarkan selama 3-4 minggu.

3. Pemeriksaan dalam masa penyembuhan

Dalam penyembuhan, pasien harus di evaluasi dengan pemeriksaan rontgen

tiap 6 atau 8 minggu. Program penyembuhan dengan latihan berjalan,

20

Page 21: LAPSUS Malunion

rehabilitasi ankle, memperkuat otot kuadrisef yang nantinya diharapkan dapat

mengembalikan ke fungsi normal

Operatif

Penatalaksanaan Fraktur dengan operasi, memiliki 2 indikasi, yaitu:

a. Absolut

- Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga memerlukan

operasi dalam penyembuhan dan perawatan lukanya.

- Cidera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk memperbaiki jalannya

darah di tungkai.

- Fraktur dengan sindroma kompartemen.

- Cidera multipel, yang diindikasikan untuk memperbaiki mobilitas pasien,

juga mengurangi nyeri.

b. Relatif, jika adanya:

- Pemendekan

- Fraktur tibia dengan fibula intak

- Fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama

Adapun jenis-jenis operasi yang dilakukan pada fraktur tibia diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Standar

Fiksasi eksternal standar dilakukan pada pasien dengan cidera multipel

yang hemodinamiknya tidak stabil, dan dapat juga digunakan pada fraktur

terbuka dengan luka terkontaminasi. Dengan cara ini, luka operasi yang

dibuat bisa lebih kecil, sehingga menghindari kemungkinan trauma

tambahan yang dapat memperlambat kemungkinan penyembuhan. Di

bawah ini merupakan gambar dari fiksasi eksternal tipe standar.

21

Page 22: LAPSUS Malunion

b. Ring Fixators

Ring fixators dilengkapi dengan fiksator ilizarov yang menggunakan sejenis

cincin dan kawat yang dipasang pada tulang. Keuntungannya adalah dapat

digunakan untuk fraktur ke arah proksimal atau distal. Cara ini baik

digunakan pada fraktur tertutup tipe kompleks. Di bawah ini merupakan

gambar pemasangan ring fixators pada fraktur diafisis tibia.

c. Open reduction with internal fixation (ORIF)

Cara ini biasanya digunakan pada fraktur diafisis tibia yang mencapai ke

metafisis. Keuntungan penatalaksanaan fraktur dengan cara ini yaitu

gerakan sendinya menjadi lebih stabil. Kerugian cara ini adalah mudahnya

terjadi komplikasi pada penyembuhan luka operasi. Berikut ini merupakan

gambar penatalaksanaan fraktur dengan ORIF.

d. Intramedullary nailing

Cara ini baik digunakan pada fraktur displased, baik pada fraktur terbuka

atau tertutup. Keuntungan cara ini adalah mudah untuk meluruskan tulang

yang cidera dan menghindarkan trauma pada jaringan lunak. Di bawah ini

adalah gambar dari penggunaan intramedullary nailing.

22

Page 23: LAPSUS Malunion

e. OSTEOTOMI

Membuka Wedge Osteotomy

Dalam pembukaan baji osteotomy, sebuah insisi dibuat di sisi medial lutut.

Sekali lagi, perawatan diambil untuk melindungi saraf dan pembuluh darah yang

berjalan di sendi lutut.

Setelah tulang tibia terkena, satu potongan yang dilakukan melalui atas tibia.

Sebuah fluoroskop atau sinar-X digunakan untuk memastikan bahwa

pemotongan di tempat yang tepat.

Setelah tulang dipotong, kedua sisi tibia dipisahkan untuk membentuk

pembukaan berbentuk baji. Pembukaan ini kemudian diisi dengan graft tulang.

Cangkok tulang biasanya diambil dari tulang panggul, melalui sayatan di sisi

pinggul. Cangkok tulang diadakan pada posisi dengan pelat logam atau pin.

Setelah memperbaiki dua sisi tulang dengan sepiring atau pin, kulit dijahit, dan

kaki ditempatkan dalam belat empuk untuk melindungi sendi lutut.

Penutup Wedge Osteotomy

Dalam penutupan baji osteotomy, sebuah insisi dibuat di sisi lateral lutut

untuk mengizinkan ahli bedah untuk melihat ujung atas tibia. Perawatan diambil

untuk melindungi saraf dan pembuluh darah yang berjalan di sendi lutut.

Setelah tulang tibia terkena, dua pemotongan dilakukan melalui atas tulang

kering dalam bentuk irisan. Dokter bedah baik menggunakan sinar X atau

fluoroskop, jenis khusus dari mesin sinar-X yang cetakan foto pada layar

fluorescent, untuk memastikan bahwa irisan ukuran yang tepat dan ditempatkan

dengan benar.

Baji dikeluarkan, dan kedua sisi tibia dibawa lebih dekat bersama-sama dan

diselenggarakan di posisi dengan pelat logam atau pin. Hal ini akan mengubah

sudut tibia dan membantu meluruskan jajaran dari lutut. Setelah memperbaiki

23

Page 24: LAPSUS Malunion

dua sisi tulang dengan sepiring atau pin, kulit di jahit, dan kaki ditempatkan

dalam belat empuk untuk melindungi sendi lutut.

H. KOMPLIKASI PENYEMBUHAN FRAKTUR

1) Mal union

Malunion adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi

terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan

atau union secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna.

Etiologi :

Fraktur tanpa pengobatan, pengobatan yang tidak adekuat, reduksi dan

imobilisasi yang tidak baik, pengambilan keputusan serta teknik yang salah pada

awal pengobatan, osifikasi premature pada lempeng epifisis karena adanya

trauma.

Gambaran Klinis :

Deformitas dengan bentuk yang bervariasi, gangguan fungsi anggota

gerak, nyeri dan keterbatasan pergerakan sendi, ditemukan komplikasi seperti

paralysis tardi nervus ulnaris, Osteoartritis apabila terjadi pada daerah sendi,

bursitis atau nekrosis kulit pada tulang yang mengalami deformitas.

Radiologis :

Pada foto roentgen terdapat penyambungan fraktur tetapi dalam posisi

yang tidak sesuai dengan keadaan yang normal.

Pengobatan :

Konservatif dilakukan refrakturisasi dengan pembiusan umum dan

diimobilisasi sesuai dengan fraktur yang baru,pada pasien malunion yang masih

terbentuk fase subkalus. Apabila ada kependekan anggota gerak dapat

dipergunakan sepatu ortopedi. Operatif dilakukan osteotomi koreksi (osteotomi Z)

dan bone graft disertai dengan fiksasi interna, atau dengan osteotomi dengan

pemanjangan bertahap misalnya pada anak-anak, atau dengan osteotomi yang

bersifat baji.

2) Delayed union

Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi penyambungan tulang

tetapi terhambat yang disebabkan oleh adanya infeksi dan tidak tercukupinya

peredaran darah ke fragmen. Fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-

5 bulan (3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak

bawah).

24

Page 25: LAPSUS Malunion

Etiologi :

Sama dengan nonunion.

Gambaran Klinis :

Nyeri anggota gerak dan pergerakan pada waktu berjalan, terdapat

pembengkakan, nyeri tekan, terdapat gerakan yang abnormal pada daerah

fraktur, pertambahan deformitas.

Radiologis :

Tidak ada gambaran tulang baru pada ujung daerah fraktur, gambaran

kista pada ujung-ujung tulang karena adanya dekalsifikasi tulang, gambaran

kalus yang kurang disekitar fraktur.

Pengobatan :

Konservatif dilakukan pemasangan plester untuk imobilisasi tambahan

selama 2-3 bulan. Operatif dilakukan bila union diperkirakan tidak akan terjadi

maka segera dilakukan fiksasi interna dan pemberian bone graft.

3) Non union

Fraktur yang tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan

konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartrosis dapat

terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi disebut

infected pseudoartrosis

. Beberapa jenis nonunion terjadi menurut keadaan ujung-ujung fragmen

tulang yaitu : hipertrofik ujung-ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar

dari normal yang disebut gambaran elephant’s foot, garis fraktur tampak dengan

jelas, ruangan antar tulang diisi dengan tulang rawan dan jaringan ikat fibrosa,

pada jenis ini vaskularisasi baik sehingga biasanya hanya diperlukan fiksasi yang

rigid tanpa pemasangan bone graft.

Atrofik/oligotrofik tidak ada tanda-tanda aktivitas seluler pada ujung fraktur,

ujung tulang lebih kecil dan bulat serta osteoporotik dan avaskuler, pada jenis ini

disamping dilakukan fiksasi rigid juga diperlukan pemasangan bone graft

Etiologi :

Vaskularisasi yang kurang pada ujung-ujung fragmen, reduksi yang tidak

adekuat, imobilisasi yang tidak adekut sehingga terjadi pada kedua fragmen,

waktu imobilisasi yang tidak cukup, infeksi, distraksi pada kedua ujung karena

adanya traksi yang berlebihan, interposisi jaringan lunak di antara kedua

fragmen, terdapat jarak yang cukup besar antara kedua fragmen, destruksi

25

Page 26: LAPSUS Malunion

tulang misalnya oleh karena tumor atau osteomielitis (fraktur patologis), disolusi

hematoma fraktur oleh jaringan sinovia (fraktur intrakapsuler), kerusakan

periosteum yang hebat sewaktu terjadi fraktur atau operasi, fiksasi interna yang

tidak sempurna, delayed union yang tidak diobati, pengobatan yang salah atau

sama sekali tidak dilakukan pengobatan, terdapat benda asing diantara kedua

fraktur misalnya pemasangan screw diantara kedua fragmen.

Gambaran Klinis :

Nyeri ringan atau sama sekali tidak ada, gerakan abnormal pada daerah

fraktur yang membentuk sendi palsu yang disebut pseudoartrosis, nyeri tekan

sedikit atau sama sekali tidak ada, pembengkakan bisa ditemukan dan bisa juga

tidak terdapat pembengkakan sama sekali, pada perabaan ditemukan rongga

diantara kedua fragmen

Radiologis :

Terdapat gambaran sklerotik pada ujung-ujung tulang, ujung-ujung tulang

berbentuk bulat dan halus, hilangnya ruangan meduler pada ujung-ujung tulang,

salah satu ujung tulang dapat berbentuk cembung dan sisi lainnya cekung

(pseudoartrosis).

Pengobatan :

Fiksasi interna rigid dengan atau tanpa bone graft, eksisi fragmen kecil

dekat sendi misalnya kepala radius dan prossesus styloideus ulna, pemasangan

protesis misalnya pada fraktur leher femur, stimulasi elektrik untuk mempercepat

osteogenesis..

4) Avaskuler nekrosis

Avaskuler nekrosis adalah kerusakan tulang yang diakibatkan adanya

defisiensi suplay darah.

5) Trauma saraf terutama pada nervus peroneal komunis.

6) Gangguan pergerakan sendi pergelangan kaki.

Gangguan ini biasanya disebakan karena adanya adhesi pada otot-otot

tungkai bawah.

7) Infeksi

Infeksi dapat terjadi karena penolakan tubuh terhadap implant berupa

internal fiksasi yang dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat terjadi

karena luka yang tidak steril.

26

Page 27: LAPSUS Malunion

I. PROGNOSIS

Prognosis dikatakan baik jika penderita secepat mungkin dibawa ke rumah

sakit sesaat setelah terjadi trauma, kemudian jenis fraktur yang diderita ringan,

bentuk dan jenis perpatahan simple, kondisis umum pasien baik, usia pasien

relative muda, tidak terdapat infeksi pada fraktur dan peredaran darah lancar.

Penanganan yang diberikan seperti operasi dan pemberian internal fiksasi juga

sangat mempengaruhi terutama dalam memperbaiki struktur tulang yang patah.

Setelah operasi dengan pemberian internal fiksasi berupa plate and screw,

diperlukan terapi latihan untuk mengembalikan aktivitas fungsionalnya.

Pemberian terapi latihan yang tepat akan memberikan prognosis yang baik

bilamana (1) quo ad vitam baik jika pada kasus ini tidak mengancam jiwa pasien,

(2) quo ad sanam baik jika jenis perpatahan ringan, usia pasien relative muda

dan tidak ada infeksi pada fraktur, (3) quo ad fungsionam baik jika pasien dapat

melakukan aktivitas fungsional, (4) quo ad cosmeticam yang disebut juga dengan

proses remodeling baik jika tidak terjadi deformitas tulang. Dalam proses

rehabilitasi, peran fisioterapi sangat penting terutama dalam mencegah

komplikasi dan melatih aktivitas fungsionalnya.

Prognosis dari fraktur tibia fibula untuk kehidupan adalah bonam. Pada

sisi fungsi dari kaki yang cedera, kebanyakan pasien kembali ke performa

semula, namun hal ini sangat tergantung dari gambaran frakturnya, macam

terapi yang dipilih, dan bagaimana respon tubuh terhadap pengobatan.

Komplikasi infeksi yang menyebabkan osteomielitis biasanya merupakan akibat

dari fraktur terbuka meskipun tidak jarang terjadi setelah reposisi terbuka.

27

Page 28: LAPSUS Malunion

BAB IV

KESIMPULAN

Seorang Laki-Laki umur 26 tahun datang ke POLI RSUD

KANJURUHAN dengan keluhan bengkok dan mengalami penonjolan tulang

pada tungkai bawah kiri setelah jatuh dari motor dan terpental sejauh ± 10

meter saat kecelakaan lalu lintas 9 tahun yang lalu,

Pemeriksaan vital sign: Tekanan darah 130/100 mmHg, Nadi 88

x/mnt, Pernafasan 20 x/mnt, Suhu 36,8oC. Status Lokalis : Regio cruris

sinistra, Look: deformitas (+): terdapat penonjolan abnormal dan angulasi

(+),  Feel: sensibilitas (+), terasa lebih menonjol dibandingkan dengan cruris

dextra, suhu rabaan normal, kapiler refil (+) normal, arteri dorsalis pedis

teraba. LLD dextra: 86 cm, LLD sinistra:89 cm, Sudut deformitas angulasi

anterior-posterior: 127⁰, Move: Dalam batas normal.

Diagnosa kerja: Malunion fraktur tibia-fibula sinistra. Planing terapi:

Operatif: Reconstruksi dan fiksasi interna: ORIF  dan Bone Graft   

28

Page 29: LAPSUS Malunion

DAFTAR PUSTAKA

Mahyudin, Lestari. 2010. Fraktur Diafisis Tibia. (http://www.Belibis17.tk. Diakses

pada tanggal 7 Mei 2011.

Skinner, Harry B. 2006. Current Diagnosis & Treatment In Orthopedics. USA:

The McGraw-Hill Companies.

Anonymous. Fraktur Tibia Fibula. http://www.docstoc.com/docs/54980966/Case-

Bedah-Fraktur-Tibia-Fibula-FK-UNSRI. Diakses pada tanggal 7 Mei 2011.

Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fakultas Kedoktran

Universitas Indonesia. Jakarta: Binarupa Aksara. 1995

Snell, Anatomi Klinik. Bagian 2. Edisi ketiga. Jakarta: EGC. 1998

Doherty M. Gerard. Current Diagnosis and Treatment Surgery.13th Edition. New

York: Mc Grow Hill. 2009

Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ketiga. Jakarta: Media

Aesculapius. 2000.

Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang

Lamumpatue. 2003.

Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 2004.

Keany E. James. Femur Fracture. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/824856-treatment

Bergman, Ronald, Ph.D. Anatomy of First Aid: A Case Study Approach.

Available from: http://www.anatomyatlases.org/firstaid/ThighInjury.shtml

Apley AG, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta:

Widya Medika. 1995

29