lapres keju - lucia dewinta - 13.70.0133 (b4)

18
1. TOPIK DAN TUJUAN 1.1. TOPIK Praktikum keju dilakukan pada hari sabtu, 21 Mei 2016. Pada praktikum ini didampingi oleh dua asisten, yaitu Rr. Panulu, Tjan’ Ivana Chandra dan Graytta Intania. Praktium ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Pangan pada pukul 09.00 hingga pukul 12.00. Pada praktikum keju ini, susu yang digunakan terdiri dari berbagai macam yaitu susu sapi segar, susu full cream cair, susu skim cair, susu skim:full cream (1:1), dan susu skim:full cream (1:2). Pada praktium keju kali ini akan dibuat 2 jenis keju yaitu Ricotta dan Queso Blanco. Mula-mula susu dipanaskan dan ditambah dengan cuka dan garam lalu didiamkan hingga menggumpal. Setelah menggumpal, dilakukan pengamatan meliputi pH, tekstur, warna, aroma, dan rasa. 1.2. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan praktikum pembuatan keju adalah untuk mengetahui prinsip pembuatan soft cheese yang berdasarkan koagulasi menggunakan kombinasi asam dan panas, serta untuk mengetahui pengaruh variasi jenis susu terhadap kualitas soft cheese yang dihasilkan.

Upload: praktikumsusu

Post on 08-Jul-2016

12 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ricotta cheese dan queso blanco cheese

TRANSCRIPT

Page 1: Lapres Keju - Lucia Dewinta - 13.70.0133 (b4)

1. TOPIK DAN TUJUAN

1.1. TOPIK

Praktikum keju dilakukan pada hari sabtu, 21 Mei 2016. Pada praktikum ini didampingi oleh

dua asisten, yaitu Rr. Panulu, Tjan’ Ivana Chandra dan Graytta Intania. Praktium ini

dilakukan di Laboratorium Rekayasa Pangan pada pukul 09.00 hingga pukul 12.00. Pada

praktikum keju ini, susu yang digunakan terdiri dari berbagai macam yaitu susu sapi segar,

susu full cream cair, susu skim cair, susu skim:full cream (1:1), dan susu skim:full cream

(1:2). Pada praktium keju kali ini akan dibuat 2 jenis keju yaitu Ricotta dan Queso Blanco.

Mula-mula susu dipanaskan dan ditambah dengan cuka dan garam lalu didiamkan hingga

menggumpal. Setelah menggumpal, dilakukan pengamatan meliputi pH, tekstur, warna,

aroma, dan rasa.

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan praktikum pembuatan keju adalah untuk mengetahui prinsip pembuatan soft cheese

yang berdasarkan koagulasi menggunakan kombinasi asam dan panas, serta untuk

mengetahui pengaruh variasi jenis susu terhadap kualitas soft cheese yang dihasilkan.

Page 2: Lapres Keju - Lucia Dewinta - 13.70.0133 (b4)

2. HASIL PENGAMATAN

2.1 Ricotta Cheese

Data hasil pengamtan pada Ricotta Cheese dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Ricotta Cheese

Kel. Bahan pH Tekstur Warna Aroma RasaB1 Susu sapi segar 5 + + + ++++B2 Susu full cream cair 5,5 + + +++ ++B3 Susu skim cair 5,5 ++ +++ + +++B4 Susu skim + full cream (1:1) 4 +++ ++ ++++ ++++B5 Susu skim + full cream (1:2) 5,5 + + + +++

Keterangan:Warna: Rasa:+ : putih + : tidak asin++ : putih kekuningan ++ : kurang asin+++ : kuning +++ : asin++++ : sangat kuning ++++ : sangat asin

Aroma: Tekstur:+ : tidak beraroma + : cair++ : aroma susu ++ : kurang lembut+++ : aroma keju +++ : lembut++++ : sangat beraroma keju ++++ : keras

Dari data hasil pengamatan diatas dapat dilihat bahwa masing-masing kelompok menggunaka bahan

yang berbeda-beda dalam pembuatan ricotta cheese. Nilai pH yang dihasilkan berkisar antara 4 – 5,5.

Tekstur yang lembut dihasilkan oleh kelompok B4 yang menggunakan bahan susu skim dan full

cream dengan perbandingan 1:1. Pada parameter warna, warna kuning diperoleh kelompok B3

dengan bahan susu skim cair, sedangkan pada parameter aroma, aroma keju diperoleh kelompok B4

yang menggunakan bahan susu skim dan full cream dengan perbandingan 1:1, aroma susu dan tidak

beraroma dihasilkan oleh kelompok lainnya. Pada parameter rasa, rasa sangat asin diperoleh

kelompok B1 yang menggunakan bahan susu segar dan B4 yang menggunakan bahan susu skim dan

full cream dengan perbandingan 1:1.

Page 3: Lapres Keju - Lucia Dewinta - 13.70.0133 (b4)

2.2 Queso Blanco Cheese

Data hasil pengamatan pada percobaan pembuatan Queso Blanco Cheese dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Queso Blanco Cheese

Kel Bahan pH Tekstur Warna Aroma RasaB1 Susu sapi segar 5,5 +++ + + +++B2 Susu full cream cair 6 +++ ++ ++++ ++++B3 Susu skim cair 6 +++ ++ ++++ +++B4 Susu skim + full cream (1:1) 5,5 ++ ++ +++ ++B5 Susu skim + full cream (1:2) 6 +++ ++ +++ ++

Keterangan:Warna: Rasa:+ : putih + : tidak asin++ : putih kekuningan ++ : kurang asin+++ : kuning +++ : asin++++ : sangat kuning ++++ : sangat asin

Aroma: Tekstur:+ : tidak beraroma + : cair++ : aroma susu ++ : kurang lembut+++ : aroma keju +++ : lembut++++ : sangat beraroma keju ++++ : keras

Dari data hasil pengamatan diatas dapat dilihat bahwa masing-masing kelompok menggunaka bahan

yang berbeda-beda dalam pembuatan Queso Blanco Cheese. Nilai pH yang dihasilkan berkisar antara

5,5 – 6. Tekstur yang kurang lembut dihasilkan oleh kelompok B4 yang menggunakan bahan susu

skim dan full cream dengan perbandingan 1:1, sedangkan tekstur yang lebut dihasilkan oleh

kelompok lainnya. Pada parameter warna, warna putih diperoleh kelompok B1 dengan bahan susu

sapi segar dan warna putih kekuningan dihasilkan oleh kelompok lainnya, sedangkan pada parameter

aroma, sangat beraroma keju diperoleh kelompok B2 dan B3 yang menggunakan bahansusu full

cream cair dan susu skim, aroma keju dan tidak beraroma dihasilkan oleh kelompok lainnya. Pada

parameter rasa, rasa sangat asin diperoleh kelompok B2 yang menggunakan bahan susu full cream

cair, rasa asin dan kurang asin diperoleh kelompok lainnya.

Page 4: Lapres Keju - Lucia Dewinta - 13.70.0133 (b4)

3. PEMBAHASAN

Keju merupakan produk olahan susu yang dibuat dari curd susu sapi maupun hewan lainnya.

Menurut Ramkant (2006) di dalam Dhuol (2013), keju merupakan produk berbasis keju yang

dibuat dengan cara mengkoagulasi kasein dengan bantuan enzim rennet atau dengan bantuk

mikroorganisme asam laktat sehingga terbentuk curd. Pada praktikum dengan topik “Keju”

ini, praktikan membuat dua jenis keju, yaitu keju ricotta dan keju queso blanco. Keju yang

dibuat dalam praktikum kali ini tergolong soft cheese karena menggunakan asam dalam

konsentrasi rendah, kandungan airnya relatif tinggi serta tidak melibatkan fermentasi oleh

bakteri maupun molds (Potter, 1978). Prinsip pembuatan keju adalah dengan menambahkan

koagulan protein kedalam susu sehingga protein akan terkoagulasi dan menangkap lemak,

laktosa, mineral, dan air, membentuk curd (Potter, 1987). Curd yang terbentuk kemudian

ditambahkan garam untuk menguatkan curd tersebut sehingga didapatkan curd yang keras

yang disebut dengan keju (Kosikowski, 1977). Ada beberapa teknik pembuatan keju, salah

satunya adalah dengan teknik direct acidification atau pengasaman langsung. Metode

pembuatan keju dengan teknik tersebut dapat menghasilkan keju yang lunak dan berwarna

putih, yang dapat dikonsumsi secara langsung tnapa proses pematangan atau ripening

(Sumarmono & Suhartati, 2012).

Pada praktikum kali ini, akan dibuat 2 jenis keju yaitu ricotta cheese dan queso blanco

cheese. Menurut Potter (1987), kedua jenis keju tersebut termasuk ke dalam soft cheese

dikarenakan menggunakan asam dalam konsentrasi yang rendah, dan memiliki kandungan air

yang relatif tinggi serta tidak melibatkan fermentasi oleh bakteri maupun molds. Irvine

(1985) menambahkan bahwa ricotta dan queso blanco fresco merupakan keju yang tergolong

ke dalam kelompok keju segar (fresh/unripened), yaitu keju yang tidak mengalami proses

pematangan. Keju jenis ini adalah netral, tidak begitu asin, dan berbentuk seperti krim. Selain

itu, kedua jenis keju tersebut tidak terlalu awet karena mengandung lebih dari 70% air.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jenis dan variasi keju, yaitu:

1. Derajat keasaman susu pada proses pembuatan curd.

2. Jenis mikroorganisme yang digunakan.

3. Komposisi nutrisi susu yang digunakan dalam proses pembuatan keju.

Page 5: Lapres Keju - Lucia Dewinta - 13.70.0133 (b4)

4. Semakin tinggi kadar lemak dalam susu, keju yang dihasilkan akan semakin lembut,

harum, dan menarik. Sebaliknya, bila kadar lemak dalam bahan baku susu rendah, akan

dihasilkan keju yang keras dan berwarna pucat.

5. Temperatur, kandungan lembab dalam proses produksi.

6. Lama proses pematangan keju (Novidia, 2003).

Tahap-tahap pembuatan keju menurut Kosikowski (1982), yaitu :

Pasteurisasi susu

Proses pasteurisasi dilakukan untuk membunuh bakteri patogen dalam susu yang

berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Proses pasteurisasi pada praktikum ini

dilakukan pada suhu 80˚C selama 2 menit. Suhu pasteurisasi yang digunakan tidak boleh

melebihi 80˚C, karena jika suhunya terlalu tinggi dapat menghasilkan curd yang terlalu

lunak pada hasil akhirnya.

Pengasaman susu

Proses pengasaman dilakukan dengan menambahkan jus lemon, asam tartrat, atau asam

cuka seperti yang digunakan dalam praktikum ini. Proses pengasaman juga dapat

dilakukan dengan menambahkan bakteri Streptococcus lactis yang dapat memproduksi

asam laktat dalam susu.

Penggumpalan atau koagulasi susu

Tahap penggumpalan terjadi setelah tahap pengasaman. Asam cuka yang ditambahkan

berfungsi untuk menggumpalkan susu. Proses penggumpalan menghasilkan curd dan

whey.Curd yang terbentuk masih dalam keadaan lunak seperti gel.

Tahap pemisahan curd dengan whey

Curd yang terbentuk dari proses penggumpalan kemudian di pisahkan dengan whey-nya,

dengan cara penyaringan. Pada praktikum ini proses pemisahan dilakukan dengan

penyaringan menggunakan kain saring. Pada proses penyaringan curd akan tertinggal

dalam media saring sehingga dapat dipisahkan dengan whey-nya.

Pengolahan curd

Pengolahan curd meliputi penambahan garam, kapang, atau jamur, serta proses

pengolahan lainnya seperti pengepressan, pemanasan, pengadonan, dan penarikan untuk

menghasilkan bermacam-macam jenis keju.

Pematangan keju (ripening)

Page 6: Lapres Keju - Lucia Dewinta - 13.70.0133 (b4)

Proses pematangan dilakukan dengan menyimpan keju dalam waktu dan kondisi tertentu.

Proses pematangan dapat merubah komposisi curd sehingga dihasilkan keju dengan rasa,

aroma, dan tekstur yang spesifik.

Perbedaan proses produksi keju Queso Blanco dan keju Ricotta sendiri terdapat pada proses

pembuatannya. Keju Queso Blanco dibuat dengan cara memanaskan susu terlebih dahulu,

lalu ditambahkan dengan garam, dan ditambahkan cuka yang sebelumnya telah diencerkan 2x

volumenya. Sedangkan pada pembuatan keju Ricotta, susu dipanaskan terlebih dahulu,

kemudian cuka yang tidak diencerkan ditambahkan ke dalam susu terlebih dahulu, kemudian

diberi penambahan garam. Pada prose pembuatan keju Ricotta juga ditunggu 2 jam terlebih

dahulu setelah curd terbentuk. Selain pada proses dan lama pengendapan curd, perbedaan

lain terdapat pada pH keju yang dihasilkan. Untuk pH queso blanco biasanya lebih rendah

daripada pH ricotta. pH keju ricotta berkisar 5,6-5,8 sedangkan pH keju queso blanco

berkisar antara 5,2-5,5 (Fox et, al., 2004).

Pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini meliputi parameter pH, tekstur, warna,

aroma, dan rasa. Hal ini sesuai dengan teori Purnawarman, dkk (2012) yang menyatakan

bahwa keju yang baik ditentukan oleh kualitas organoleptiknya yaitu kualitas yang dinilai

dengan menggunakan indera seperti tekstur, warna, aroma dan rasa. Hal ini akan berpengaruh

terhadap kesukaan masyarakat terhadap keju. Oleh karena itu, penelitian tentang kualitas keju

yang dihasilkan dengan menggunakan ekstrak rennet abomasum domba lokal yang telah

mengalami penyimpanan perlu dilakukan.

Pada hasil pengamatan pH, pada ricotta memiliki pH yang lebih rendah dibandingkan dengan

pH queso blanco. pH yang dihasilkan ricotta cheese berkisar antara 4-5,5, sedangkan pH

queso blanco berkisar antara 5,5-6, hal ini sesuai karena pH queso blanco lebih tinggi

dibandingkan dengan ricotta, karena pada queso blanco menggunakan asam cuka dengan

pengenceran sedangkan ricotta menggunakan asam cuka tanpa adanya pengenceran.Pada

proses pembentukan curd selain asam dan garam, suhu juga berperan dalam proses

pembentukan curd, sehingga proses penambahan asam cuka dan garam yang berlebih tidak

perlu dilakukan karena akan merusak karakteristik keju terutama rasa. Proses pembentukan

curd dapat terbentuk dengan mengkombinasikan penambahan asam dan suhu yang tidak

terlalu tinggi (Kosikowski, 1992). Namun hal tersebut tidak sesuai dengan teori dari Fox et al

(2004), bahwa seharusnya pH keju ricotta berkisar 5,6-5,8. Pada praktikum ini, dihasilkan pH

Page 7: Lapres Keju - Lucia Dewinta - 13.70.0133 (b4)

keju ricotta yang cenderung terlalu rendah. Menurut Kosikowski (1982) di dalam El-Sheikh

(2010) ricotta cheese memiliki pH berkisar 5 karena jenis keju ini memiliki kandungan air

yang cukup banyak. Selain itu, ricotta cheese merupakan salah satu produk keju yang

memiliki flavor yang tingan dan sering digunakna untuk meningkatkan flavor pada salad.

Sedangkan menurut (Fox et al, 2004) pH queso blanco berkisar 5,2-5,5. Bainanu (1992)

menambahkan, ketika pHnya lebih dari 5,3 maka mutu keju sudah mulai menurun. Selain itu,

pH curd yang terlalu rendah akan menghasilkan tekstur keju yang mudah hancur, sedangkan

pH curd yang terlalu tinggi akan menjadikan keju lebih elastis. Hal ini terjadi karena pada

bahan yang digunakan memiliki pH yang berbeda-beda sehingga ketikan ditambahkan asam

cuka, pH yang dicapai akan bervariasi, sedangkan jika asam cuka yang ditambahkan

berdasarkan kisaran pH yang ditentukan maka pH keju akan seragam, dan curd keju dapat

terbentuk sempurna karena pH atau jumlah asam yang ditambahkan sesuai dengan

standarnya.Menurut Sumarmono & Suhartati (2012).

Pada hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa queso blanco memiliki tekstur yang lebih

keras dibandingkan dengan tekstur keju ricotta. Komposisi susu berkaitan dengan rasio

lemak dan protein dalam susu yang digunakan, yaitu semakin banyak protein maka semakin

keras, sedangkan semakin banyak kandungan lemak maka semakin lembut (Rehm et.al.,

1995). Tekstur queso blanco yang dihasilkan dalam praktikum ini memiliki tekstur yang

keras karena dalam pembuatannya ditambahkan garam dalam jumlah yang banyak, lebih

banyak dari pada penambahan garam pada pembuatan keju ricotta.

Salah satu tujuan penambahan garam dalam pembuatan keju menurut Kosikowski (1977),

adalah agar terjadi dehidrasi lebih lanjut (sineresis) pada keju dari whey yang masih tersisa,

sehingga penambahan garam akan menyebabkan pengerasan pada curd. Pernyataan tersebut

menjelaskan bahwa penambahan garam berlebih pada proses pembuatan keju queso blanco

pada praktikum ini menjadi penyebab dihasilkannya keju yang keras. Sedangkan menurut

Carr (1992), tekstur keju dipengaruhi oleh kelembapan atau kadar air dalam bahan pembuat

keju. Carr mengungkapkan bahwa semakin rendah kadar air dalam bahan, maka keju yang

dihasilkan akan semakin keras begitupula sebaliknya. Dapat dilihat keju yang memiliki

tekstur keras berbahan dasar susu sapi segar dan skim cair yang memiliki kadar air tinggi.

Namun sebelum susu diasamkan, terlebih dahulu dilakukan proses pemanasan/pasteurisasi

susu sehingga kadar air dalam susu banyak yang teruapkan. Teruapkannya sebagian besar

kadar air akan membuat keju yang dihasilkan bertekstur keras.

Page 8: Lapres Keju - Lucia Dewinta - 13.70.0133 (b4)

Pada parameter warna, warna yang dihasilkan queso blanco rata-rata adalah warna putih

kekuningan dan ricotta cheese berkisar dari warna putih hingga kuning. Menurut Novidia

(2003) warna keju alami adalah dari putih hingga kekuningan. Warna ini bergantung pada

lama proses pemasakan yang dikombinasi dengan lemak yang terkandung dalam susu.

Semakin lama waktu pemeraman dan semakin kaya kandungan susunya, maka warna kejunya

akan semakin keemasan atau kekuningan dari hasil pengamatan warna yang dihasilkan.

Sedangkan menurut USDA (2008), warna keju queso blanco seharusnya berwarna putih

hingga putih kekuningan. Hal ini dapat terjadi karena proses pembentukan curd yang kurang

sempurna sehingga saat proses pemisahaan curd dengan whey tidak berjalan sempurna. Whey

memiliki warna kuning sehingga dapat menjadi penyebab dihasilkannya keju queso blanco

yang berwarna kuning (Kosikowski, 1992).

Warna kuning juga dapat terbentuk akibat proses pengasaman yang menggunakan asam

terlalu banyak, sehingga banyak kalsium yang keluar dari curd dan ikut terbuang bersama

dengan whey. Banyaknya kalsium yang hilang menyebabkan warna putih dalam keju menjadi

berkurang sehingga warna kuning dari lemak dalam keju menjadi dominan dan menghasilkan

keju dengan warna kuning (Geantaresa & Supriyanti, 2010). Menurut teori Bennion &

Hughes (1975), perbedaan warna pada keju yang dihasilkan ini berasal dari susu yang

digunakan. Warna putih gading pada susu disebabkan karena koloid terdispersi kasein dan

kalsium fosfat. Sedangkan adanya warna kekuningan pada susu disebabkan karena

keberadaan dua pigmen penghasil warna kuning, yaitu riboflavin dan karoten.

Dari hasil pengamatan parameter aroma keju, pada praktikum ini aroma keju queso blanco

relatif lebih kuat dibanding aroma keju ricotta. Namun pada bahan susu sapi segar, baik

ricotta maupun queso blanco memiliki aroma yang sama yaitu aroma susu. Menurut Irvine &

Hill (1985), apabila dalam pembuatan keju tidak dilakukan penambahan flavor, maka flavor

keju akan tetap sama dengan bahan awalnya yaitu susu.Hal ini tidak sesuai dengan hasil

praktikum dimana dihasilkan aroma keju. Pembentukan aroma dan rasa pada keju merupakan

fenomena yang kompleks. Komponen volatile penting dalam aroma keju yaitu asam asam

lemak, aldehid, keton, alkohol, amine, ester, hidrogen sulfida, dan sulfida-sulfida

(Purnawarman dkk., 2012). Aroma dan rasa dari keju dipengaruhi oleh tingkat kematangan

keju itu sendiri. Semakin lama pematangan keju, maka aroma yang dihasilkan akan semakin

beraroma keju dan rasa yang dihasilkan juga akan semakin berasa keju (Carr,1992).

Page 9: Lapres Keju - Lucia Dewinta - 13.70.0133 (b4)

Pada parameter rasa, rasa yang dihasilkan pada praktikum ini relatif asin baik pada keju

ricotta maupun queso blanco. Rasa asin dapat dihasilkan karena adanya penambahan garam

yang digunakan untuk membentu curd. Menurut Potter (1987), rasa asin yang disebabkan

oleh penambahan garam dapat menurun karena kandungan garam sebagian akan terlarut

dalam whey agar dapat mudah dipisahkan dengan curd. Oleh karena itu kandungan garam

dalam keju menurun karena ikut mengalir keluar bersama whey ketika proses pemisahan.

Rasa asin yang dihasilkan merupakan dampak dari pemberian garam karena menurut Sukotjo

(2003) garam berfungsi dalam pembentukan cita rasa keju. Ditambahkan pula oleh Carr

(1992) bahwa semakin lama pemeraman maka rasa yang ditimbulkan akan semakin asin dan

semakin berasa keju.

Page 10: Lapres Keju - Lucia Dewinta - 13.70.0133 (b4)

4. KESIMPULAN

Keju adalah produk olahan susu yang dibuat dari curd susu sapi maupun hewan lainnya.

Ricotta cheese dan queso blanco cheesetermasuk ke dalam soft cheese.

Pembuatan soft cheese menggunakan asam konsentrasi rendah, kandungan air tinggi, dan

tidak melibatkan fermentasi.

Perbedaan keju ricotta dan queso blanco adalah pada proses pembuatannya dan pH keju.

Kualitas dan jenis susu akan mempengaruhi karakteristik keju akhir yang dihasilkan.

Susu full cream memiliki kandungan lemak yang tinggi.

Prinsip pembuatan keju adalah pasteurisasi susu, pengasaman susu, penggumpalan,

pemisahan whey, pengolahan curd dan pematangan keju.

Pasteurisasi merupakan metode pemanasan yang bertujuan untuk membunuh

mikroorganisme pathogen.

Penambahan cuka bertujuan untuk menggumpalkan kasein susu.

Garam berfungsi dalam membantu pengeluaran protein (whey) dari koagulan, mengatur

kadar air dan keasaman keju, pematangan dan pembentukan cita rasa keju.

Susu full creammengandung lemak yang cukup tinggi sehinggaakan membuat tekstur keju

semakin lembut.

Semakin rendah kandungan air dalam bahan baku maka tekstur keju akan semakin keras.

Kadar garam yang tinggi dan pH keju yang rendah akan menghasilkan warna yang lebih

pucat (putih).

Aroma dan rasa dari keju dipengaruhi oleh tingkat kematangan keju dan lama pemeraman.

Semarang, 30 Mei 2016

Praktikan, Asisten Dosen,

Lusia Dewinta MP Rr. Panulu

13.70.0133

Page 11: Lapres Keju - Lucia Dewinta - 13.70.0133 (b4)

5. DAFTAR PUSTAKA

Baianu, I. C. 1992. Physical Chemistry of Food Processes Volume 1 – Fundamental Aspects. Chapman & Hall Inc. New York.

Bennion, M. & O. Hughes. (1975). Introductory Foods Sixth edition. Macmillan Publishing Co., Inc. USA.

Carr, Sandy. (1992). Pocket Cheese Book. Mitchell Beazley Publishers. New York

Dhuol, K., Hamid, O. (2013). Physicochemical and sensory characteristics of white soft cheese made from different levels of Cassava powder (Manihot esculenta). International Journal of Curent Research and Academic Review.

El-Sheikh., Farrag, A. Ahmed, Z. (2010). Ricotta Cheese from Whey Protein Concentrate. Journal of American Science

Fox, Patrick F; Paul L.H; McSweeney; Timothy M Cogan; and Timothy P Guine. (2004). Cheese, Chemistry, Physics, and Microbiology. Third edition. Volume 2 Major cheese group. Elsevier Academic Press.

Geantaresa, E. dan Supriyanti, F.M.T. 2010. Pemanfaatan Ekstrak Kasar Papain sebagai Koagulan pada Pembuatan Keju Cottage Menggunakan Bakteri Streptococcus thermophillus, Lactococcus lactis, dan Leuconostoc mesentroides. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. 1(1): 38-43.

Irvine, D.M. & A.R. Hill. (1985). Cheese Technology. Pergamon. Oxford.

Kosikowski, F. 1982. Cheese and Fermented Milk Foods 2nd Edition.Edwards Brothers Inc. Michigan.

Kosikowski, F.V., & V.V. Mistry. (1997). Cheese and Fermented Milk Foods. Volume 1:Origins and Principles . 3rd ed. Westport, Conn.: F.V. Kosikowski.

Novidia, E. (2003). Keju, Produk Olahan Susu yang Kaya Nutrisi. Harian Pikiran Rakyat Minggu. Jakarta.

Potter, N. (1978). Food Science 3rd Edition. CBS Publisher & Distributors. New Delhi.

Purnawarman, Trioso, Chairun Nisa, dan Karunia Maghfiroh. Pengaruh Waktu Penyimpanan Ekstrak Rennet Abomasum Domba Lokal terhadap Kualitas Keju. Jurnal Sains Terapan II Vol.2 (1): 50-67.

Rehm, H. J. & G. Reed. 1995. Biotechnology Second, Completely Revised Edition. VCH Publisherrs Inc. New York, USA.

Sukotjo, Setiarti. 2003. Proses Pembuatan Keju Lunak. Institut Teknologi Indonesia. Fakultas Teknologi Pertanian.

Sumarmono, J. dan Suhartati, M. 2012. Yield dan Komposisi Keju Lunak (Soft Cheese) dari Susu Sapi yang Dibuat dengan Teknik Derect Acidification Menggunakan Ekstrak Buah Lokal. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 1(3).

Page 12: Lapres Keju - Lucia Dewinta - 13.70.0133 (b4)

USDA. 2008. Commercial Item Description Cheese, Queso Blanco. http://www.ams.usda.gov/AMSv1.0/getfile?dDocName=STELDEV3006741. Diakses pada tanggal 26 Mei 2016 pukul 17:12.

Page 13: Lapres Keju - Lucia Dewinta - 13.70.0133 (b4)

6. LAMPIRAN

6.1 Foto

6.1.1.Queso Blanco Cheese

Queso Blanco B1 Queso Blanco B2 Queso Blanco B3

Queso Blanco B4 Queso Blanco B5

6.1.2.Ricotta Cheese

Ricotta B1 Ricotta B2 Ricotta B3

6.2. Laporan Sementara

6.3. Jurnal