lapres fitokimia

Upload: dewi

Post on 08-Mar-2016

55 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lapres

TRANSCRIPT

I. JUDUL PERCOBAAN: UJI FITOKIMIA PADA EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma zanthorrhiza)II. HARI/TANGGAL PERCOBAAN : Mulai: Selasa, 06 Oktober 2015, 10:00 WIB Selesai: Selasa, 06 Oktober 2015, 14:30 WIB

III. TUJUAN PERCOBAAN:Setelah melakukan kkegiatan praktikum, diharapkan mahasiswa :1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan. 2. Memilih bahan-bahan yang dibutuhkan dengan percobaan. 3. Mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan dari kelompok terpenoid, steroid, fenolik (antrakuinon, tannin, dan fenol), flavonoid, dan alkaloid yang terkandung dalam ekstrak rimpang temulawak.

IV. DASAR TEORI:1. Temulawak (curcuma Xanthorrhiza)Temulawak merupakan tanaman asli dan termasuk salah satu jenis temu-temuan yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Temulawak merupakan sumber bahan pangan, pewarna, bahan baku industri (seperti kosmetika), maupun dibuat makanan atau minuman segar. Temulawak telah dibudidayakan dan banyak ditanam di pekarangan atau tegalan, juga sering ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan padang alang-alang. Tanaman ini lebih produktif pada tempat terbuka yang terkena sinar matahari dan dapat tumbuh mulai dari daerah rendah sampai daratan tinggi (dalimartha, 2007)Temulawak merupakan terna tahunan (perennial) yang tumbuh berumpun, berbatang basah yang merupakan batang semu yang terdiri atas gabungan beberapa pangkal daun yang terpadu. Tinggi tumbuhan temulawak sekitar 2 m. Daun berbentuk memanjang sampai lanset, panjang daun 50-55 cm dan lebarnya sekitar 15 cm, warna daun hijau tua dengan garis coklat keunguan. Tiap tumbuhan mempunyai ukuran rimpang yang besar dan bercabang-cabang. Rimpang induk berbentuk bulat atau bulat telur dan disampingnya terbentuk 3-4 rimpang cabang yang memanjang. Warna kulit rimpang coklat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang kuning jingga atau jingga kecokatan. Perbungaan lateral yang keluardari rimpangnya, dalam rangkain bentuk bulir dengan tangkai yang ramping. Bunga mempunyai daun pelindung yang banyak dan berukuran besar, berbentuk bulat telur sungsang yang warnanya beraneka ragam (wijayakusuma,2007)Dalam taksonomi tumbuhan temulawak diklasifikasikan sebagai berikut:DevisiSpermatophyta

Sub devisiAngiospermae

KelasMonocotyledonae

OrdoZingiberales

FamiliZingiberaceae

GenusCyrcuma

SpesiesCurcuma xanthorriza roxb

Kandungan kimia dirimpang temulawak mengandung zat warna kuning (curcumin), desmetoksi kurkumin, glukosa, kalium oksalat, protein, serat, pati, minyak atsiri yang terdiri dari d-kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol falandren, borneol, tumerol, xanthorhizol, sineol, isofuranogermakren, zingiberen, zingeberol, turneron, artmeron, sabinen, germakron, atlantone (wijayakusuma, 2007).

2. Uji fitokimiaFitokimia berasal dari kata phytochemical. Plyto berarti tumbuhan atau tanaman dan chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang terdapat pada tanaman. Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintesis, perubahan dan metabolisme, serta penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organik. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.Senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air. Setiap tumbuhan atau tanaman mengandung sejenis zat yang disebut fitokimia, merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu. Sampai saat ini sudah sekitar 30.000 jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung dalam makanan.Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. karenanya zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.Uji fitokimia dilakukan pada setiap simplisia dan ekstrak. Senyawa alkaloid diuji dengan pereaksi Bouchardat, dibuktikan dengan terbentuknya warna coklat merah. Senyawa flavonoid diuji dengan pereaksi amil alkohol, dibuktikan dengan terbentuknya warna merah. Senyawa tanin dan polifenol diuji dengan larutan 1 % FeCl3 memberikan warna biru lalu hitam. Senyawa tanin diuji dengan larutan gelatin memberikan endapan putih. Senyawa saponin diuji dengan pengocokan dan ditandai dengan bentuknya busa yang stabil pada filtrat simplisia. Senyawa trierpenoid dan steroid diuji dengan pereaksi Liebermann-Bouchardat ditandai dengan warna ungu untuk triterpenoid dan warna hijau biru untuk steroid. Senyawa kuinon diuji dengan larutan NaOH dan ditandai dengan terbentuknya warna kuning (Astuti,2003)1) Alkaloid Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa ang berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini. Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstaksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid. Istilah alkaloid (berarti mirip alkali, karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissne (1819), seorang apoteker dari Helle ( Jerman ) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ektraksi tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya , morfina, striknina, serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya. Alkaloid bersifat basa yang tergantung pada pasangan elektron pada nitrogen. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan dalam waktu lama. Meskipun demikian, alkaloid juga dapat dikelompokkan secara bersama-sama berdasarkan pada kesamaan struktur generiknya.

Struktur Alkaloid

2) FlavonoidFlavonoid merupakan senyawa polar sehingga flavonoid dapat larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol,aseton, dimetil sulfoksida (DMSO), dimetil fonfamida (DMF), dan air. Flavonoid adalah bagian dari senyawa fenolik yang terdapat pada pigmen tumbuh-tumbuhan. Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa senyawa fenol yang berasal dari kata flavon yaitu nama dari salah satu flavonoid yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan.Flavoloid merupakan senyawa kimia yang bekerja sebagai antioksidan, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C ( meningkatkan efektivitas vitamin C ), antiinflansi, menghambat pertumbuhan tumor, dan mencegah keropos tulang (Herbone, 1987).Pada banyak mikro organisme seperti virus dan bakteri , kehidupan dan fungsi selnya terancam karena keberadaan flavonoid yang bertindak langsung sebagai antibiotik. Kasus ini sering terjadi, bahkan keefektifan flavonoid juga dapat melemahkan keperkasaan virus HIV penyebab penyakit mematikan AIDS. Virus herpes pun bisa lumpuh dengan flavonoid. Bahkan lebih jauh, flavonoid juga dapat berperan dalam pencegahan dan pengobatan penyakit umum lainnya seperti periodontitis, wasir (ambeien), migrain, encok, rematik, diabetes melitus, katarak dan asma.

Flavon

Kerangka flavonoid 3) SaponinSaponin adalah suatu glikosida triterpana dan sterol yang mungkin terdapat pada banyak tanaman. Kata saponin berasal dari bahasa latin sapo yaitu suatu bahan yang akan membentuk busa jika dilarutkan dalam larutan yang encer. Saponin berfungsi sebagai ekspektoran. Saponin juga merupakan senyawa kimia yang dapat menyebabkan sel darah merah terganggu akibat dari kerusakan membran sel, menurunkan kolestrol plasma, dan dapat menjaga keseimbangan flora usus, serta sebagai antibakteri .Sifat-sifat saponin adalah : Mempunyai rasa pahit Dalam larutan air membentuk busa yang stabil Menghemolisa eritrosit Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya Sulit dimurnikan dan diidentifikasi Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang mendekatiBerdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua kelompok : Steroid dengan 27 C atom Triterpenoids, dengan 30 C atomMacam-macam saponin berbeda sekali komposisi kimiawinya, yaitu berbeda pada aglikon (sapogenin) dan juga karbohidratnya, sehingga tumbuha-tumbuhan tertentu dapat mempunyai macam-macam saponin yang berlainan, seperti : Quillage saponin : campuran dari 3 atau 4 saponin Alfalfa saponin : campuran dari paling sedikit 5 saponin Soy bean saponin : terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dalam sapogenin, karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya.

Struktur saponin4) Terpenoid Terpenoid mencakup sejumlah senyawa tumbuhan yang secara biosintesis berasal dari senyawa yang sama, yaitu isoprena. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualen. Triterpenoid merupakan senyawa berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi, optis aktif dan umumnya sukar dicirikan karena tidak memiliki kereaktifan kimia. (Putra, 2007).

5) Tanin dan polifenol

Tanin adalah polifenol tanaman yang berfungsi mengikat dan mengendapkan protein. Polifenol-polifenol tanaman, juga dikenal sebagai tanin sayuran, merupakan sekelompok senyawa alami yang heterogen yang tersebar secara luas dalam tanaman. Tanin sering terdapat dalam buah yang tidak masak, dan menghilang ketika buah masak. Dipercayai bahwa tanin dapat memberikan perlindingan terhadap serangan mikroba. Tanin mempunyai 2 jenis struktur yang laus yaitu proantosianidin terkondensasi dalam mana satuan struktur fundamental adalah inti fenolik flavan-3-ol (katekin) serta ester galoil dan heksahidroksidi-fenoil dan turunan-turunannya (Satyajit, 2007).Secara garis besar fitokimia diklasifikasikan menurut struktur kimianya sebagai berikut :1. Fitokimia karotenoid2. Fitokimia fitosterol3. Fitokimia saponin4. Fitokimia glukosinolat5. Fitokimia polifenol6. Fitokimia inhibitor protease7. Fitokimia monoterpen8. Fitokimia fitoestrogen9. Fitokimia sulfide10. Fitokimia asam fitatFitokimia karotenoid banyak terdapat pada sayur-sayuran berwarna kuning-jingga seperti wortel, labu kuning, sayuran berwarna hijau seperti brokoli dan buah-buahan berwarna merah dan kuning jingga seperti pepaya, mangga, tomat, nenas semangka arbei dll. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa zat karotenoid dapat mencegah kanker, sebagai anti oksidan dan dapat meningkatkan system imun tubuh. Fitokimia fitosterol banyak ditemukan pada biji-bijian dan hanya sekitar 5% dari fitosterol yang dapat diserap oleh usus dari makanan kiat. Penelitian mengungkapkan fitosterol dapat menurunkan kolesterol dan anti kanker. Fitokimia saponin banyak terdapat pada kacang-kacangan dan daun-daunan. Penelitian mengungkapkan bahwa saponin dapat sebagai anti kanker, anti mikroba, meningkatkan system imunitas, dan dapat menurunkan kolesterol. Fitokimia glukosinolat banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti kol dan brokoli. Jika sayuran dimasak dapat menurunkan kadar glukosinolat sebesar 30-60%. Termasuk dalam glukosinolat ini meliputi fitokimia lain seperti isothiosianat,thiosianat dan indol. Peneliti- an menunjukkan bahwa glukosinolat dapat bersifat anti mikroba, anti kanker dan menurunkan kolesterol. Fitokimia polifenol banyak terdapat pada buah-buahan sayur-sayuran hijau seperti salada dan pada gandum dll. Penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan polifenol dapat mengatur kadar gula darah, sebagai anti kanker, antioksidan, anti mikroba, anti inflamasi. Termasuk polifenol adalah asam fenol dan flavonoidFitokimia inhibitor protease merupakan fitokimia yang banyak terdapat pada biji-bijian dan sereal seperti padi-padian, gandum dsb, yang dapat membantu kerja enzim dalam system pencernaan manusia. Dapat sebagai anti oksidan , mencegah kanker dan mengatur kadar gula darah. Fitokimia monoterpen banyak terdapat pada pada tanaman beraroma seperti mentol (peppermint), biji jintan, seledri, peterseli, rempah-rempah dan sari jeruk. Berkhasiat mencegah kanker dan anti oksidan. Fitokimia fitoestrogen banyak terdapat pada kedelai dan produk kedelei seperti tempe, tahu dan susu kedelei. Memiliki aktifitas seperti hormon estrogen. Senyawa aktif fitoestrogen terdiri dari isoflavonoid dan lignan. Menurut para ahli isoflavonoid akan menempel pada sel tumor sehingga sel kanker tidak mendapatkan zat gizi yang diperlukan. Bersifat sebagai anti kanker, dan menurut penelitian, orang yang banyak mengkonsumsi tempe/kedelei lebih rendah menderita kanker payudara dari pada orang yang mengkonsumsi daging. Tempe banyak mengandung isoflavonoid,, genestein, fitosterol, isoflvonoid, saponin, asam fitat dan inhibitotr protease. Khasiat lain dari isoflavonoid yang menyerupai estrogen ini memperlambat berkurangnya massa tulang yang berakibat terjadinya keropos tulang (osteoporosis) sehingga makanan tempe sangat cocok untuk wanita menopause dan laki-laki berumur karena dapat menurunkan kadar kolesterol total, dan meningkatkan kadar HDL kolesterol (kolesterol baik). Fitokimia sulfida banyak terdapat pada bawang putih, bawang bombai, bawang merah dan bawang daun. Senyawa fitokimia aktif pada bawang putih adalah dialil sulfida (allicin). Menurut peneliti sulfida bekerja sebagai anti kanker, anti oksidan, anti mikroba, meningkatkan daya tahan, anti radang, mengatur tekanan darah dan menurunkan kolesterol. Fitokimia asam fitat terdapat pada kacang polong, gandum. Berfungsi sebagai anti oksidan yang dapat mengikat zat karsinogen dan mengatur kadar gula darah. Prof. Bernhard Watzl dari Institute of Nutritional Physiology (FRCN) Karlshure, Jerman menyatakan bahwa fitokimia terdiri dari karotenoid, fito-sterol, saponin, glucosinlates, polifenol, protease inhibitors, monoterpen, danfito-estrogen sulfid. Fitokimia memberikan aroma khas, rasa dan warna tertentu bagi tanaman dalam berintegrasi dengan lingkungan, dan salah satu yang menyebabkan manusia memilihnya. Sebagai komponen bioaktif, fitokimia memberi dampak faali, metabolisme secara endogen dan eksogen melalui berbagai mekanisme reaksi tubuh. Fitokimia mempunyai efek biologi yang efektif menghambat pertumbuhan kanker, sebagai antioksidan, mempunyai sifat menghambat pertumbuhan mikroba,menurunkan kolesterol darah, menurunkan kadar glukosa darah, bersifat antibiotik, dan menimbulkan efek peningkatan kekebalan. Dari sekitar 30. 000 fito-kimia yang sudah diketahui sekarang, sebanyak 5.000-10.000 terdapat dalam bahan pangan. Dan hampir 400.000 jenis tanaman mengandung fito-kimia. Bagi mereka yang senang atau doyan buah-buahan, sayur-sayuran serta biji-bijian, dalam seharinya sudah mengkonsumsi sekitar 1,5 gram fitokimia. Bagi vegetarian tentu lebih tinggi lagi. Warna yang menarik dari buah-buahan dan sayuran berasal dari senyawa fito-kimia, juga aroma khas dari teh dan kopiberasal dari senyawa fito-kimia.

V. ALAT DAN BAHAN:1. Alat : Blender Pisau Neraca analitik Gelas kimia 100 mL Gelas kimia 500 mL Tabung reaksi Rak tabung reaksi Pipet tetes Pembakar spirtus Spatula Kertas saring Tabung erlenmeyer Kaca arloji

2. Bahan : Rimpang temulawak HCl pekat H2SO4 pekat H2SO4 2N FeCl3 Kloroform Amoniak Logam Mg Metanol 60-80 % Etanol 70% Aquades Reagen Lieberman-Burchard Reagen Mayer Reagen Dragendorff Reagen Wagner

VI. ALUR KERJA1. Penyiapan ekstrak metanol rimpang temulawaka. Rimpang temulawak

Dibersihkan dan dikulitiDikeringkanDigiling/diblender

Serbuk kering temulawak

b. 5,018 gram serbuk temulawak

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mLDirendam dalam 30 mL metanol 60-80 %Dipanaskan secukupnyaDisaring dengan kertas saring

Residu Filtrat

Dipekatkan dengan cara diuapkan dalam penangas air

Sampel

2. Identifikasi Alkaloid dengan metode Culvenor-Filzgerald

1 mL sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksiDitambahkan 2 mL CHCl3Ditambahkan 1 mL NH3Dipanaskan diatas penangas air Dikocok dan disaring

Filtrat

Dibagi menjadi 3 bagian yang samaDitambahkan 3 tetes H2SO4 2 NDikocokDidiamkan sampai terbentuk dua lapisan

Lapisan bawah Lapisan atas

Dibagi kedalam 3 tabung reaksi

Dimasukkan dalam tabung reaksi 3Diuji dengan pereaksi DragendorfDimasukkan tabung reaksi 2Diuji dengan pereaksi WagnerDimasukkan tabung reaksi 1Diuji dengan pereaksi Meyer

EndapanEndapanEndapan

3. Identifikasi Flavonoid

1 mL sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksiDitambahkan 3 mL metanol 70 %DikocokDipanaskan dan dikocok lagidisaring

FiltratFiltrat

Ditambahkan Mg 0,1 gram 2 tetes HCl pekat

Lapisan merah pada lapisan etanol

4. Identifikasi Saponin

1 mL sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksiDitambahkan 10 mL airDididihkan dalam penangas air

Larutan kuning keruh

DikocokDidiamkan selama 15 menit

Busa yang stabil

5. Identifikasi Steroid

1 mL sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksiDitambahkan 3 mL etanol 70%Ditambahkan 2 mL H2SO4 pekatDitambahkan 2 mL CH3COOH anhidrat (reagen Lieberman-Burchart)Dikocok Didiamkan 15 menit

Biru/Hijau

6. Identifikasi Triterpenoid

1 mL sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksiDitambah 2 mL kloroformDitambah 3 mL H2SO4 pekat

Merah kecoklatan

7. Identifikasi Tanin

1 mL sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksiDididihkan dalam penangas airDisaring Ditambah 2-3 tetes FeCl3 1%

Coklat kehijauan/biru kehitaman

VII. HASIL PENGAMATANNoAlur KerjaHasil PengamatanDugaan/ReaksiKesimpulan

SebelumSesudah

1.Penyiapan ekstrak metanol rimpang temulawaka. Dibersihkan dan dikulitiDikeringkanDigiling/diblenderRimpang temulawakSerbuk kering temulawak

5,018 gram serbuk temulawakb.

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mLDirendam dalam 30 mL metanol 60-80 %Dipanaskan secukupnyaDisaring dengan kertas saring

Residu Filtrat

Dipekatkan dengan cara diuapkan dalam penangas air

Larutan berwarna kuning pekat (Sampel)

Serbuk temulawak berwarna kuning Metanol tidak berwarna Ekstrak temulawak berwarna kuning dan kentalDidapatkan ekstrak temulawak berwarna kuning

2.Identifikasi Alkaloid dengan metode Culvenor-Filzgerald

1 mL sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksiDitambahkan 2 mL CHCl3Ditambahkan 1 mL NH3Dipanaskan diatas penangas air Dikocok dan disaring

Filtrat

Dibagi menjadi 3 bagian yang samaDitambahkan 3 tetes H2SO4 2 NDikocokDidiamkan sampai terbentuk dua lapisan

Lapisan atas Lapisan bawah

Dibagi kedalam 3 tabung reaksi

Dimasukkan dalam tabung reaksi 3Diuji dengan pereaksi DragendorfDimasukkan tabung reaksi 2Diuji dengan pereaksi WagnerDimasukkan tabung reaksi 1Diuji dengan pereaksi Meyer

Larutan merah kecoklatanLarutan Coklat kekuninganLarutan merah kecoklatan

Sampel larutan berwarna kuning CHCl3 larutan jernih NH3 larutan jernih H2SO4 pekat larutan jernih Reagen meyer larutan jernih Reagen wagner larutan berwarna merah bata Reagen dragendorf larutan berwarna kuning Sampel + 25mL kloroform : larutan kuning jernih Setelah itu ditambahkan 1 mL amonia : larutan berwarna merah kecoklatan Setelah itu dipanaskan larutan terbentuk dua lapisan: lapisan bawah kuning kecoklatan dan lapisan atas merah kehitaman Tabung 1: + R.meyer :merah kecoklatan (++) Tabung 2: + R.wegner :coklat kekuningan Tabung 3: + R. Dragendorf : merah kecoklatan

Reagen Meyer + K2[HgI4]

+ K[HgI4]-

Reagen Wagner + KI + I2 + I3-

Reagen DragendorfK3[BiI4] +

Sampel negatif saat diuji reagen meyer Sampel negatif saat diuji reagen wagner Sampel negatif saat diuji dengan reagen dragendorf

3.Identifikasi Flavonoid

Larutan berwarna kuning kecoklatanDitambahkan Mg 0,1 gram 2 tetes HCl pekatFiltratDimasukkan dalam tabung reaksiDitambahkan 3 mL metanol 70 %DikocokDipanaskan dan dikocok lagidisaring1 mL sampel Filtrat

Sampel larutan berwarna kuning (+++) Mg berupa serbuk putih HCl pekat jernih Sampel +3 mL etanol 70%: larutan berwarna kuning (+) Setelah itu dipanaskan : larutan berwarna kuning (++) Kemudian ditambahkan 0,05 gram + 2 tetes HCl pekat : larutan berwarna kuning kecoklatanC2H5OH + Mg(s) Mg(OH)2(aq) + C2H5Mg(OH)2 + CH3-CH2 + HCl

+ CH3-CH2 + CH3-CH2 + HCl

Sampel positif mengandung flavonoid

4.Identifikasi Saponin

Larutan kuning keruhDimasukkan dalam tabung reaksiDitambahkan 10 mL airDididihkan dalam penangas air1 mL sampel

DikocokDidiamkan selama 15 menit

Busa yang stabil

Sampel larutan berwarna kuning (+++)

Sampel + 10 mL aquades: larutan berwarna kuning (+) Setelah itu dipanaskan : larutan berwarna kuning (++) keruh terdapat endapan Kemudian dikocok menghasilkan larutan berwarna kuning keruh dan terdapat busa didasar larutan

Sampel positif mengandung saponin

5.Identifikasi Steroid

Dimasukkan dalam tabung reaksiDitambahkan 3 mL etanol 70%Ditambahkan 2 mL H2SO4 pekatDitambahkan 2 mL CH3COOH anhidrat (reagen Lieberman-Burchart)Dikocok Didiamkan 15 menit1 mL sampel

Larutan berwarna coklat kehijauan

Sampel larutan berwarna kuning (+++) Etanol larutan jernih H2SO4 pekat larutan jernih CH3COOH anhidrat larutan jernih Sampel + 3 mL etanol 70 % :larutan bewarna kuning (++) Setelah itu ditambahkan H2SO4 pekat 2 mL: larutan berwarna coklat kehitaman Kemudian + 2 mL CH3COOH : laruta berwarna coklat kehijauanKBiI4 K+ + BiI4-+ BiI4-

Sampel positif mengandung steroid

6.1 mL sampelIdentifikasi Triterpenoid

Dimasukkan dalam tabung reaksiDitambah 2 mL kloroformDitambah 3 mL H2SO4 pekat

Merah kecoklatan

Sampel larutan berwarna kuning Kloroform larutan tak berwarna H2SO4 pekat larutan tak berwarna Sampel + 2 mL kloroform: larutan berwarna kuning (++) Setelah itu ditambahkan 3 mL H2SO4 :larutan terbentuk dua lapisan-lapisan bawah (tak berwarna)-lapisan atas (berwarna merah kecoklatan)Sampel positif mengandung triterpenoid

7.Identifikasi Tanin

1 mL sampelDimasukkan dalam tabung reaksiDididihkan dalam penangas airDisaring Ditambah 2-3 tetes FeCl3 1% Coklat kehijauan/biru kehitaman

Sampel larutan berwarna kuning FeCl3 larutan berwarna kuning Sampel dipanaskan: larutan berwarna kuning kecoklatan Setelah itu larutan ditambahkan 2 tetes FeCl3 1 % : larutan bewarna coklat kehitamanFeCl3 Fe3+ +3Cl- + Fe3+ + Fe(OH)3Sampel positif mengandung tanin

VIII. PEMBAHASANPada percobaan yang berjudul Uji Fitokimia pada Ekstrak Rimpang Temulawak ini terdapat beberapa pengujian yang dilakukan yaitu uji alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, triterpenoid, dan tanin. Pengujian ini dilakukan terhadap rimpang temulawak.Sebelum melakukan pengujian bahan utama yaitu rimpang temulawak di keringkan dengan cara di angin-anginkan untuk mendapatkan temulawak kering, lalu di giling halus. Setelah itu, serbuk temulawak kering ditimbang dengan neraca analitik dan dipatkan serbuk temulawak seberat 5,018 gram yang kemudian di tambah 27 mL metanol 60-80% lalu dipanaskan dengan penangas air untuk mempercepat proses ekstraksi. Metanol ini berfungsi sebagai pelarut. Selanjutnya disaring dengan menggunakan corong buchner untuk memisahkan filtrate dari residunya sehingga didapatkan ekstrak rimpang temulawak berupa larutan yang kemudian untuk selanjutnya disebut sampel. Identifikasi alkaloidPada identifikasi alkaloid bertujuan untuk mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan yaitu alkaloid pada ekstrak rimpang temulawak. Pertama-tama 1 mL sampel dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2,5 mL kloroform larutan tak berwarna menghasilkan larutan berwarna kuning jernih. Ekstraksi dengan penambahan kloroform bertujuan untuk memutuskan ikatan antara asam tannin dan alkaloid yang terikat secara ionic dimana atom N dari alkaloid berikatan saling stabil dengan gugus hidroksil genolik dari asam tannin. Dengan terputusnya ikatan ini alkaloid akan bebas, sedangkan asam tannin akan terikat oleh kloroform. Kemudian ditambahkan 1 mL ammonia larutan tak berwarna menghasilkan larutan berwarna merah kecoklatan dan terbentuk 2 lapisan. Penambahan ammonia mengakibatkan larutan terbentuk menjadi dua fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aqueous yang polar dan kloroform yang relatif kurang polar. Kemudian larutan dipanaskan dan dikocok sehingga terbentuknya dua lapisan semakin terlihat dimana lapisan atas berwarna merah kehitaman dan lapisan bawah berwarna kuning kecoklatan, pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi sedangkan pengocokan bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara tepat dan sempurna.. Setelah itu, ditambahkan 3 tetes larutan H2SO4 2 N tidak berwarna dan didiamkan beberapa menit menghasilkan larutan dengan 2 lapisan dimana lapisan atas berwarna merah kehitaman (+) dan lapisan bawah berwarna kuning kecoklatan. Penambahan asam sulfat 2N ini berfungsi untuk mengikat kembali alkaloid menjadi garam alkaloid agar dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi logam berat yaitu spesifik untuk alkaloid yang menghasilkan kompleks garam anorganik yang tidak larut sehingga terpisah dengan metabolic sekundernya.Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas, sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan paling bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar.Lapisan atas berwarna merah kehitaman dari larutan dipisahkan secara hati-hati mrnggunakan pipet tetes dan dimaukkan kedalam 3 tabung reaksi yang berbeda. Pada tabung pertama ditambahkan 8 tetes Reagen Meyer larutan tak berwarna menghasilkan larutan berwarna merah kecoklatan yang menunjukkan bahwa larutan negatif mengandung alkaloid. Reagen Meyer berisi K2[HgI4] bertujuan untuk mendeteksi alkaloid, dimana Reagen ini akan berikatan dengan alkaloid membentuk ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dan Hg dalam Reagen Meyer sehingga menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang nonpolar membentuk endapan berwarna jingga dengan reaksi sebagai berikut :

+ + K[HgI4]-Atom N menyumbangkan pasangan electron bebas dan atom Hg sehingga membentuk senyawa kompleks yang mengandung atom N sebagai ligannya.

Pada tabung kedua ditambahkan 8 tetes Reagen Wegner larutan berwarna coklat menghasilkan larutan berwarna coklat kekuningan yang menunjukkan bahwa larutan negatif mengandung alkaloid. Reagen Wegner mengandung KI dan I2 dengan reaksi :

+ KI + I2+ I3-

Pada tabung ketiga ditambahkan 8 tetes Reagen Dragendorf larutan berwarna kuning menghasilkan larutan berwarna merah kecoklatan (++) yang menunjukkan bahwa larutan negatif mengandung alkaloid. Reagen Dragendorf berisi larutan K[BiI4]. Reaksi pada uji alkaloid ini dengan reagen Dragendorf adalah :

+ K[BiI4]+ K[BiI4]-

Pengujian dengan Reagen Wegner dan Dragendorf memiliki tujuan yang sama dengan Reagen Meyer yaitu untuk mendeteksi alkaloid dalam ekstrak rimpang dengan cara yang sama dengan pengujian dengan Reagen Meyer membentuk kompleks. Pengujian positif jika terbentuk endapan coklat saat direaksikan dengan Reagen Wegner dan terbentuk endapanm putih jika direaksikan dengan Reagen Dragendorf. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak rimpang temulawak tidak mengandung alkaloid atau pengujian negatif. Identifikasi flavanoidPada identifikasi flavonoid ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan yaitu flavonoid pada ekstrak rimpang temulawak dengan cara 1 mL sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 mL larutan etanol 70 % tak berwarna menghasilkan larutan berwarna kuning (++). Penambahan etanol 70% ini berfungsi untuk mengekstraksi. Kemudian larutan dipanaskan dan disaring untuk memisahkan filtrat dan residunya. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang menghasilkan larutan berwarna kuning (+++). Filtratnya ditambahkan 0,05 gram serbuk logam Mg berwarna abu-abu dan ditambahkan 2 tetes larutan HCl pekat tak berwarna maka larutan berubah menjadi kuning kecoklatan. Penambahan logam Mg dan HCl berfungsi untuk mendeteksi adanya senyawa flavanoid dimana flavanoid akan bereaksi dengan logam Mg, kemudian penambahan HCl pekat ini ditandai dengan terjadinya perubahan warna kuning kecoklatan sebab flavanoid mengalami perubahan serapan cahaya ke arah panjang gelombang yang lebih besar akibat adanya reaksi reduksi oleh HCl. Reaksinya sebagai berikut :

C2H5OH + Mg (s) Mg(OH)2 (aq) + C2H5Mg(OH)2 + + HCl (aq)

+

+ + HCl (AQ_(aq)Hal ini menunjukkan bahwa larutan positif mengandung flavonoid yang ditandai dengan perubahan warna pada larutan ketika ditambahkan logam Mg dan HCl pekat. Identifikasi SaponinPada identifikasi flavonoid ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan yaitu saponin pada ekstrak rimpang temulawak. Pertama 1 mL sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 mL aquades tak berwarna menghasilkan larutan berwarna kuning (++). Kemudian dipanaskan dalam penangas air, warna larutan berubah menjadi kuning keruh dan terdapat endapan. Setelah itu, larutan disaring untuk memisahkan filtrat dari residunya. Filtrat yang terbentuk kemudian di kocok dan menghasilkan busa yang stabil pada dasar larutan yang menunjukkan adanya saponin dalam ekstrak rimpang temulawak, karena saponin memiliki sifat sejenis glikosid yang mempunyai ciri-ciri kebolehan berbuih apabila larutan akuos digoncang. Saponin merupakan komponen lipida polar yang bersifat ampifilik (memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik). Di dalam sistem cair, lipida cair secara spontan terdispersi membentuk misel dengan ekor filik yang bersinggungan dengan medium cair. Misel tersebut dapat mengandung ribuan molekul lipida. Lipida cair membentuk suatu lapisan dengan ketebalan satu molekul yaitu lapisan tunggal. Pada sistem tersebut, ekor hidrokarbon terbuka sehingga terhindar dari air dan lapisan hidrofilik memanjang ke air yang bersifat polar, sistem inilah yang disebut denga busa. Identifikasi SteroidPada identifikasi flavonoid ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan yaitu steroid pada ekstrak rimpang temulawak dengan cara 1 mL sampel dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 mL larutan etanol 70 % tak berwarna lalu ditambah 2 mL larutan H2SO4 pekat tak berwarna menghasilkan larutan berwarna coklat kehitaman, kemudian ditambahkan 2 mL larutan CH3COOH anhidrat tak berwarna lalu dikocok menghasilkan larutan berwarna coklat kehijauan. Fungsi penambahan CH3COOH adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid. Sedangkan fungsi H2SO4 adalah untuk mereduksi asetil yang terbentuk. Perubahan warna larutan menjadi coklat kehijauan menunjukkan bahwa larutan positif mengandung steroid. Identifikasi TriterpenoidPada identifikasi flavonoid ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan yaitu steroid pada ekstrak rimpang temulawak. Pertama 1 mL sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL kloroform tak berwarna menghasilkan larutan berwarna kuning (++) kemudian ditambahkan 3 mL larutan H2SO4 pekat tak berwarna terbentuk 2 lapisan dimana lapisan atas berwarna merah kecoklatan dan lapisan bawah tak berwarna. Fungsi penambahan kloroform adalah untuk melarutkan triterpenoid yang mudah larut dalam pelarut organik. Sedangkan fungsi penambahan H2SO4 pekat adalah untuk mereduksi tripenoid yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi merah kecoklatan. Hal Ini menunjukkan bahwa ekstrak rimpang temulawak positif mengandung triterpenoid. Identifikasi taninPada identifikasi flavonoid ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan yaitu tanin pada ekstrak rimpang temulawak dengan cara 1 mL sampel dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian di didihkan dalam penangas air menghasilakan larutan berwarna kuning kecoklatan. Pemanasan ini berguna untuk mempercepat terjadinya reaksi. Setelah itu ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 1% berwarna kuning (+) menghasilkan larutan berwarna coklat kehitaman yang menunjukkan bahwa ekstrak rimpang temulawak positif mengandung tanin.

IX. DISKUSIPada percobaan kedua identifikasi alkaloid hasil yang diperoleh negatif, hal ini disebabkan saat penggilingin kemungkinan tercampur dengan bahan-bahan lain selain. Sehingga menyebabkan hasil dalam percobaan ini kurang valid. Untuk kemungkinan yang kedua yakni masih terdapat kandungan air yang berlebih, karena penjemuran dilakukan tanpa sinar matahari langsung.

X. KESIMPULANDari Hasil Percobaan uji fitokimia ekstrak rimpang temulawak dapat disimpulkan bahwa :1. Identifikasi komponen kimia tumbuhan alkaloid yang terkandung dalam ekstrak rimpang temulawak negatif.2. Identifikasi komponen kimia tumbuhan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak rimpang temulawak positif.3. Identifikasi komponen kimia tumbuhan saponin yang terkandung dalam ekstrak rimpang temulawak positif.4. Identifikasi komponen kimia tumbuhan steroid yang terkandung dalam ekstrak rimpang temulawak positif.5. Identifikasi komponen kimia tumbuhan triterpenoid yang terkandung dalam ekstrak rimpang temulawak positif.6. Identifikasi komponen kimia tumbuhan tanin yang terkandung dalam ekstrak rimpang temulawak positiXI.JAWABAN PERTANYAAN1. Tulis secara lengkap reaksi setiap uji fitokimia dari percobaan di atas !Jawab: Identifikasi Alkaloid dengan Metode Culvenor-FilzgeraldMayer :+ + K[HgI4]-Wagner :+ KI + I2+ I3-

Dragendorf :+ K[BiI4]+ K[BiI4]-

Identifikasi FlavonoidC2H5OH + Mg(s) Mg(OH)2(aq) + C2H5Mg(OH)2 +CH3-CH2 + HCl

+

+ + HCl (AQ_(aq)

Identifikasi SteroidKBiI4 K+ + BiI4-

Identifikasi Tanin

2. Tulis struktur dasar dari masing-masing kelompok senyawa steroid, triterpenoid, tannin, saponin, flavonoid, dan alkaloid !Jawab:

Struktur TaninStruktur Saponin

Struktur FlavonoidStruktur Alkaloid

3. Sebutkan senyawa-senyawa flavonoid apa saja yang terdapat pada rimpang temulawak berdasarkan literature yang ada !Jawab:Dalam rimpang temulawak terdapat Alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, glikosida, dan fenolik.

4. Sebutkan fungsi dan manfaat rimpang temulawak bagi kehidupan manusia !Jawab:untuk mengatasi gangguan lever, rematik dan lelah, sebagai penghilang rasa sakit,anti bakteri/jamur, anti diabetic, anti diare,anti oksidan, anti tumor, diuretic, depresi. Beberapa khasiat temulawak berdasarkan Kemenkes (2008), antara lain mengobati bau badan yang tidak sedap, penurunan kolesterol, liver, sakit kuning, hepatitis, perut kembung, tidak nafsu makan akibat kekurangan cairan empedu, demam, pegal linu, rematik, memulihkan kesehatan setelah melahirkan, sembelit, darah tinggi, batu empedu, haid tidak lancar, wasir, produksi ASI sedikit, dan menjaga stamina.

DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, et. all. , 1995. Teknologi Kimia 2. Terjemahan Lienda Handojo. PT. Pradya Pramita. Jakarta. Fessenden, Ralf J.and Joan S Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi ketiga jilid 1 dan 2. Jakarta : Erlangga. Harborne, J. B. , 1984. Phitochemical Method. Chapman and Hall ltd. London. Hayani, Eni. 2006. Analisis Kandungan Kimia Rimpang Temulawak. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan ObatMarkham, K. R. , 1982. Cara Mengidentifikasi Falvanoid. Alih Bahasa : Kosasih Padmawinata, (1988). ITB. Bandung. Moelyono, M. W. , 1996. Panduan Praktikum Analisis Fitokimia. Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi FMIPA. Universitas Padjadjaran. Bandung. Putri,Luthpita.2013.Temulawak.(online)(http://luthpitaputri.blogspot.corld/2013/10/temulawak.html?=1) diakses pada 4 oktober 2015Syarief, Sri Hidayati, dkk. 2015.Penuntun Praktikum Kimia Organik 2. Surabaya: Jurusan Kimia, FMIPA, UNESA.

LAMPIRAN FOTONoPerlakuanLampiranFoto

1MenyiapkanalatdanbahanNoAlat-alatBahan-bahan

1234567891011TabungreaksiGelaskimiaPembakarspiritusPenjepitkayuGelasukurRaktabungreaksiKasaPipettetesSpatulaLabu ErlenmeyerKacaarloji

Penyiapan Ekstrak Metanol Rimpang Temulawak

2Rimpangtemulawaksebelumdikupas

3Rimpangtemulawaksetelahdikupasdandibersihkandarikotoran (dicuci) dankemudiandiiris tipis-tipis

4Rimpangtemulawaksetelahdikeringkan

5Serbuktemulawaksetelahdigiling

6Menimbangserbuktemulawak

7Beratserbuktemulawak yang digunakansebanyak=5,017gram

8Serbuktemulawakdimasukkankedalamgelaskimia

9Mengambil27 mL methanol (larutantakberwarna)

10Menambahkan27 mL methanol kedalamserbuktemulawak

11Serbuktemulawakditambahkan 27 mL larutan methanol: larutanberwarnajinggadanterdapatendapanberwarnakuning(++++)

12Proses pemanasanserbuktemulawak yang telahditambahkan 27 mL methanol

13Proses penyaringanlarutansetelahdipanaskan.filtrat : larutansampelberwarnakuning (+++)residu : endapanberwarnakuning

ResiduFiltrat (sampel)

Identifikasi Alkaloid denganMetodeCulvenor-Fitzgerald (Harborne, 1987)

14Mengambil1mL larutansampel.Dimasukkanpadatabungreaksipercobaan 2.Larutanberwarnakuning (+++)

15Larutansampelpadatabungpercobaan 2 ditambahkandengan 1mL larutankloroform (larutantakberwarna)

16Setelahditambahkanlarutankloroformlarutanberwarnakuning (++)

17Setelahituditambahkandenganlarutanammoniak(takberwarna)

18Setelahditambahkanlarutanammoniak. Larutanmenjadi 2 lapisan.lapisanatas: larutanberwarnamerah (+)lapisanbawah: larutanberwarnamerah (++)

19Larutandipanaskandiataspenangas air

20Setelahdipanaskanlarutanterdapat 2 lapisan.lapisanatas :larutanberwarnamerahkecoklatanlapisanbawah : endapanjingga

21Lapisanpadabagianatas yang berwarnamerahkecoklatan (++)ditambahkandengan H2SO4 2N (larutantakberwarna)

22Setelahditambahkan H2SO4 2N larutanterdapatdualapisanlapisanatas (filtrat) : larutanberwarnamerahkecoklatan(+++)lapisanbawah : endapanjingga

23Lapisanatas (filtrat) yang berupalarutanberwarnamerahkecolatan(+++)didapatkandibagikedaamtigatabung.

24Filtratpadatabung yang pertamaditambahkandengan 3tetes reagen Meyer (larutantakberwarna)

25Filtratpadatabung yang keduaditambahkandengan 3tetes reagen Wagner (larutanberwarnamerahkecoklatan)

26Filtratpadatabung yang ketigaditambahkandengan 3tetes reagenDragendorf(larutanberwarnakuningjernih)

27Perbandinganwarnaketigatabungsetelahditambahkanbeberapareagen.padatabung 1 (R. Meyer) : larutanberwarnamerahkecoklatan (++)padatabung 2 (R. Wagner) : larutanberwarnamerahkecoklatan (+)padatabung 3 (R. Dragendorf) : larutanberwarnamerahlebihjernih

Identifikasi Flavonoid (Harborne, 1987)

28Mengambil1mL larutansampeluntukpercobaanketiga yang berupalarutanberwarnakuning (+++)

29Mengambil3mL larutanetanol70 % (takberwarna)

30Larutansampelditambahkandengan 3mL larutanetanol.

31Setelahditambahkan 3mL larutanetanol 70% larutanmenjadiberwarnakuningjernih (++)

32Setelahitularutandipanaskandiataspenangas air.

33Menimbangserbuk Mg (berwarnaputih)sebanyak 0,111 gram.

34Memasukkanserbuk Mg kedalamlarutan yang telahdipanaskandanterbentukendapanberwarnaputih

35SetelahituditambahkanHClpekat (larutantakberwarna)tetes demi tetessebanyak 5 tetes

36Padasaatditambahkan HCL pekattetes demi tetes, terbentukgelembungdanlarutanberwarnakuningkecoklatan, danendapan Mg larut.

IdentifikasiSaponin (Harborne, 1987)

37Mengambil1mL larutansampeluntukpercobaankeempat yang berupalarutanberwarnakuning (+++)

38Ditambahkandengan 10mL air larutanmenjadiberwarnakuning (++) keruh

39Dididihkandalampenangas air

40Setelahdikocokdanditungguselama 15menit terbentukbusa yang stabil (bertahan lama)

Identifikasi Steroid (Harborne, 1987)

41Mengambil1mL larutansampeluntukpercobaankelima yang berupalarutanberwarnakuning (+++)

42Mengambil3mL larutanetanol 70%(takberwarna)

43Larutansampelditambahkandengan 3mL larutanetanol 70%

44Setelahditambahkandenganlarutanetanol 70% larutanmenjadiberwarnakuning (++)

45Pengambilan2mL larutan H2SO4pekat (larutantakberwarna)

46Setelahditambahkan H2SO4pekatlarutanmenjadiberwarnamerahkehitaman

47Ditambahkandengan 2mL larutan CH3COOH anhidrat(larutantakberwarna)

48Setelahditambahkandenganlarutan CH3COOH anhidratlarutanberubahmenjadiberwarnacoklatkehijauan

IdentifikasiTriterpenoid (Harborne, 1987)

49Mengambil1mL larutansampel yang berwarnakuning (+++)untukpercobaankeenam

50Ditambahkandengan 2mL larutankloroform(larutantakberwarna)

51Setelahditambahkandengan 2mL kloroformlarutanmenjadiberwarnakuning (++) jernih

52Mengambil3mL H2SO4pekat (larutantakberwarna)

53Setelahditambahkanlarutan H2SO4pekatterbentuk 2 lapisan.lapisanatas : larutanberwarnamerahkecoklatanlarutanbawah : larutanjernihtakberwarna

IdentifikasiTanin (Eeoga et al, 2005)

54Mengambil1mL larutansampel yang berwarnakuningn (+++)untukpercobaanketujuh

55Dipanaskandiataspenangas air

56Setelahdipanaskanlarutanberwarnakuningkecoklatan

57LarutanFeCl3 1% (larutanberwarnakuning (+)jernih)

58Setelahditambahkanlarutan FeCl3 1% larutanmenjadiberwarnacoklatkehitaman