lapres aldehid
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
A. Judul Percobaan : Aldehid dan Keton
B. Tanggal Percobaan : 17 Oktober 2014 pukul 07.30 WIB
C. Selesai Percobaan : 17 Oktober 2014 pukul 11.30 WIB
D. Tujuan Percobaan :
1. Memahami azas-azas reaksi dari senyawa karbonil
2. Memahami reaksi antara aldehid dan keton
3. Memahami jenis pengujian kimia sederhana yang dapt membedakan
aldehid dan keton
E. Dasar Teori :
Pengertian Aldehid
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil yang
terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Aldehid memiliki sifat
lebih reaktif daripada alkohol, dapat mengalami reaksi adisi, reaksi
oksidasi, dapat dioksidasi menjai asam dan dapat mengalami reaksi
polimerisasi. Karakteristik dari aldehid ini adalah berwujud gas pada suhu
kamar dengan bau tidak enak, berwujud cair pada suhu kamar dengan bau
sedap. Senyawa polar sehingga titik didihnya tinggi dan tidak berwarna.
Struktur aldehid yaitu mengandung unsur C, H dan O dengan rumus R-
CHO dimana R = alkil, dan –CHO adalah gugus fungsi aldehid.
Pengertian Keton
Keton adalah suatu senyawa organic yang mempunyai sebuah gugus
karbonil erikat pada dua gugus alkil. Keton ini bersifat polar karena gugus
karbonilnya polar dan keton lebih mudah menguap daripada alcohol dan
asam karboksilat. Karakteristik dari keton ini adalah berupa cairan tak
berwarna, umumnya larut dalam air, mempunyai titik didih yang relatif
lebih tinggi daripada senyawa non polar dan dapat direduksi oleh gas H2
menghasilkan alcohol sekundernya. Struktur dari keton yaitu mengandung
unsur C, H, dan O dengan rumus R –CO-R’, dimana R aalah alkil dan –
CO- adalah gugus fungsi keton (karbonil).
Ada beberapa perbedaan antara aldehida dan keton pada sifat dan struktur
yang mempengaruhinya, yaitu:
a. Aldehid sangat mudah dioksidasi, sedangkan keton sukar untuk beroksidasi.
b. Aldehid biasanya lebih reaktif dari keton, terhadap suatu reagen yang sama. Hal
ini disebabkan karena atom karbonil dari aldehida kurang dilindungi
dibandingkan keton.
c. Aldehida jika teroksidasi akan menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah
atom yang sama tetapi untuk keton tidak, dikarenakan pada keton sering
mengalami pemutusan ikatan yang menghasilkan 2 ikatan asam karboksilat
dengan jumlah atom karbon dari keton mula-mula (akibat putusnya ikatan
karbon). Keton siklik menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom
karbon yang sama banyak. Jadi perbedaan kereaktifan antara aldehid dan keton
dengan oksidator dapat digunakan untuk membedakan kedua senyawa tersebut.
O O
R-C-H R-C-OHoksidator
Ag2O + 4 NH3 + H2O ⃗ 2 Ag(NH3)2+ -OH (Pereaksi Tollens)
O O O
R-C-CH2-R R-C-OH + R-C-R’
Sifat-sifat kimia dari aldehid dan keton dengan menggunakan beberapa tes/uji
yaitu :
A. Tes Tollens
Pereaksi tollens merupakan suatu oksidator/pengoksidasi lemah yang
dapat digunakan untuk mengoksidasi gugus aldehid menjadi asam karboksilat.
Karena sifat pengoksidasinya lemah, maka tollens tidak dapat mengoksidasi
senyawa keton. Pada saat formaldehid di reaksikan dengan pereaksi tollens
menghasilkan larutan bening, dan setelah didiamkan atau dipanaskan pada
dinding tabung terbentuk cermin perak. Pereaksi Tollens, yaitu larutan ion
Perak beramonia, direduksi oleh aldehid menjadi logam perak, sedangkan
aldehid dioksidasi menjadi asam yang bersangkutan. Keton tidak dioksidasi
oleh pereaksi ini.
2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq) → Ag2O(aq) + 2NaNO3(aq) + H2O(l)
R-CHO + Ag(NH3)2+ -
OH → R-COOH + Ag ↓ Cermin perak + 2NH3 +H2O
B. Tes Fehling
Pengujian Fehling bertujuan untuk mangetahui adanya gugus aldehid.
Reagen yang digunakan dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan
Fehling B (NaOH dan KNa tartarat). Aldehid akan mereduksi tembaga,
biasanya larutan yang berwarna biru akan memudar dan terbentruk endapan
Cu2O, yang berwarna merah bata.
Reaksi yang terjadi adalah :
oksidator
O O || ||R – C – H + 2 Cu2+ + 5 OH- R – C – O` + Cu2O + H2O Biru Merah Bata
Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada
sampel terbongkar ikatannya dan dapat bereaksi membentuk asam karboksilat.
C. Adisi Bisulfit
Pada reaksi ini reagen bisulfit merupakan nukleofil. Aseton tidak
mengandung gugus yang besar artinya rintangan steriknya kecil sehingga
reaksi adisi bisulfit dapat berlangsung. Adisi tersebut dapat di indikasi dari
bereaksiya aseton dengan larutan natrium bisulfit membentuk hablur yaitu 1-
natriumsulfit-2-pentanol yang berwarna putih. Selain itu reaksi-ini dapat
berlangsung karena ikatan-ikatan rangkap karbon-karbon yang menyendiri
bersifat non-polar. Dan nukleofil tersebut menyerang ikatan –pi sehingga
ikatan-pi dapat terputus dan terbentuk ikatan tunggal dengan nukleofil.
Reaksinya sebagai berikut:
a. NaHSO3 + aseton
b. + HCl pekat
Nukleofil mampu mendekati aldehida lebih baik, karena pada karbon
C = O hanya terdapat satu substituent besar yang terikat, sedangkan di keton
ada dua. Keadaan transisi untuk aldehida-rxn kurang sesak, sehingga
mempunyai energy lebih rendah. Aldehida lebih reaktif dari keton karena
polarisasi gugus karbonil aldehida lebih besar dan aldehida lebih elektrofilik
(Ratnaningsih, 2011).
Hal ini diperkirakan bahwa semakin lama reaksi dan semakin besar
konsentrasi metaanol mengakibatkan reaksi tumbukan antarpartikel Na-
bisulfit dengan metal ester akan semakin cepat dan semakin tinggi gugus
sulfonat yang dihasilkan sehingga meningkatkan bilangan asam. Peningkatan
terjadi akibat dekomposisi hidroperoksida yang menghasilkan asam
karboksilat, keton dan epoksida sehingga terjadi peningkatan bilangan asam.
Peningkatan suhu dan lama reaksi akan menyebabkan peningkatan
pembentukan sulfon dan reaksi samping seperti asam-asam berantai pendek
seperti aldehid dan keton, pada degradasi yang lebih lanjut akan menghasilkan
pembentukan asam sulfur yang menyebabkan peningkatan asam. Peningkatan
konsentrasi methanol akan meningkatkan bilangan asam karena metanol
berfungsi sebagai penghantar panas dan membantu reaksi yang mempercepat
pembentukan asam sulfonat (Hidayati, 2007).
D. Pembuatan Oksim
Oksim adalah turunan amonia C=NOH yang dibuat dari hidroksilamin.
NH2OH padat adalah kristal yang digunakan untuk mengenali senyawa
karbonil tertentu. Reaksinya :
Peranan natrium asetat dalam pembuatan oksim adalah mengikat Cl
pada hidroksilamin klorida sebab dalam pembuatan oksim dibutuhkan
hidroksilamin. Natrium asetat berperan sebagai katalis dan untuk
mempercepat terbentuknya kristal.
E. Tes Iodoform
Metil keton menghasilkan endapan kuning iodoform jika direaksikan dengan
larutan iodine dalam larutan NaOH.
R-C-CH3+ 3 I2+ 4NaOH → R-C-ONa + 3 NaI + 3 H2O + CHI3
Metil keton Iodoform kuning
Untuk pembahasan ini, diasumsikan bahwa pereaksi yang kita
gunakan adalah larutan iodin dan natrium hidroksida. Tahap pertama
melibatkan substitusi ketiga atom hidrogen dalam gugus metil dengan atom-
atom iodin. Keberadaan ion-ion hidroksida cukup penting untuk
berlangsungnya reaksi ion-ion ini terlibat dalam mekanisme reaksi.
Pada tahap kedua, ikatan antara CHI3 dan ikatan lainnya pada molekul
terputus menghasilkan triiodometana (iodoform) dan garam dari sebuah asam.
Jika semua persamaan ini digabungkan, persamaan lengkap diperoleh
sebagai berikut:
Senyawa trihalo yang dihasilkan mudah sekali diuraikan oleh basa
menghasilkan haloform, CHX3. Biasanya reaksi ini digunakan untuk
menunjukkan adanya “metil keton”, CO – CH3 dan juga untuk gugus CH(OH)
– CH3 karena mudah dioksidasi (I2 sebagai oksidator). Pereaksinya adalah I2
dalam basa dihasilkan iodoform yang baunya khas kuning dan berbentuk
kristal.
Uji Iodoform juga dapat digunakan untuk membedakan isopropanol
dai n-butanol dimana uji positif akan ditunjukkan pada pengujian isopropanol
dan uji negatif pada n-butanol. Reaksinya adalah :
F. Tes 2,4-dinitrilfenihidrazin (2,4-DNPH)
Semua senyawa aldehida dan keton menghasilkan endapan dengan pereaksi 2,4-
dinitrofenilhidrazin. Reaksi ini umum digunakan untuk mengetahui adanya
gugus aldehid dan keton. Warna endapan yang terbentuk bervariasi mulai dari kuning
hingga merah. Alkohol tidak memberikan hasil positif dengan tes ini.
Reaksi yang lazim dari senyawa-senyawa karbonil adalah reaksi adisi
kepada ikatan rangkap karbonil. Reagen biasanya adalah suatu nukleofil.
Reaktivitas relatif aldehida dan keton dalam reaksi adisi sebagian dapat
disebabkan oleh banyaknya muatan positif pada karbon karbonilnya, makin
besar muatan itu akan makin reaktif. Bila muatan positif parsial ini tersebar ke
seluruh molekul, maka senyawaan karbonil itu kurang reaktif dan lebih stabil.
Gugus karbonil distabilkan oleh gugus alkil di dekatnya yang bersifat
n-butanol
CH3 O O
| || ||
CH3 – CH – OH OH−
I2
CH3 – C – CH3 OH−
I2
CH3 – C – O- + CHI3
isopropanol ion asetat iodoform
O
||
CH3(CH2)2CH2 – OH OH−
I2
CH3(CH2)2 – C – H (uji negatif)
melepaskan elektron. Suatu keton dengan gugus R lebih stabil dibandingkan
suatu aldehida yang hanya memiliki satu gugus R. Faktor sterik juga
memainkan peranan dalam kereaktifan relatif aldehida dan keton.
Aldehid dan beberapa keton yang tidak mengandung gugus yang besar
disekelilingi atom karbon karbonil bereaksi dengan larutan pekat natrium
bisulfit menghasilkan adisi yang berwujud hablur berwarna putih. Hasil adisi
ini bila bereaksi dengan asam akan membebaskan kembali senyawa karbonil
dari campurannya dengan senyawa-senyawa lain.
+ HSO3Na+
Pasangan elektron bebas pada atom nitrogen amoniak dan senyawa-
senyawa lain yang sejenis menyebabkan senyawa-senyawa ini boleh bereaksi
menghasilkan fenil hidrazon setelah hasil reaksi yang mula-mula terbentuk
membebaskan satu mol air. Hasil ini sering kali berwujud hablur, sehingga ia
dapat digunakan (melalui titik lelehnya) untuk mengenal aldehida dan keton.
Reaksi yang sama dengan 2, 4-dinitro fenilhidrazin menghasilkan 2, 4-dinitro
fenilhidrazon yang biasanya mempunyai titik leleh yang lebih tinggi.
Fenil hidrazon
H2O
C
O
H3C HOH-
C
O
H2C H
G. Kondensasi Aldol
Anion enolat ialah suatu nukleofil, maka ia dapat ditambah kepada gugus
karbonil. Reaksi ini akan menghasilkan suatu ikatan karbon-karbon yang baru,
sehingga sangat berguna di dalam sintesa. Bila aldehida direaksikan dengan
larutan basa yang encer, ia akan berkondensasi sesamanya menghasilkan aldol,
yang bila dipanaskan akan menyingkirkan air menghasilkan aldehida tak jenuh,
yakni krotonaldehida.
Kedua molekul yang berkondensasi di dalam kondensasi aldol tidak
perlu kedua-duanya mempunyai atom hidrogen alfa, mudah berkondensasi
dengan benzaldehid yang tidak mempunyai atom hidrogen alfa karena
benzaldehid sendiri tidak bisa menjalankan reaksi aldol.
F. Rancangan Percobaan :
Alat dan Bahan
1. Alat – alat :
Tabung reaksi (19 buah)
Termometer (1 buah)
Erlenmeyer 50 ml (1 buah)
Corong Hirsch (1 buah)
Spiritus (1 buah)
Mealting point (1 buah)
Kompor listrik (1 buah)
Kertas saring (3 buah)
Gelas kimia (3 buah)
Rak tabung reaksi (1 buah)
Penjepit (1 buah)
Kaca Arloji (2 buah)
Spatula (1buah)
2. Bahan :
Larutan AgNO3 5%
Larutan NaOH 5%
Larutan NH4OH 2%
Benzaldehid
Aseton
Sikloheksanon
Formaldehida
Aquadest
Fehling A dan Fehling B
Larutan jenuh NaHSO3
Air Es
Etanol
HCl 3M
Larutan Fenilhidrasin
Larutan iodium
Diagram Alur
1. Uji Tollens
2. Uji Fehling
3. Adisi Bisulfit
4. Pengujian dengan fenilhidrazin
5. Reaksi Haloform
6. Kondensasi Aldol
- Di didihkan selama 3 menit- Di catat baunya
Bau Tengik (Asetaldehid)
H. ANALISIS DATA
1. Uji Tollens
Pada uji tollens reagen yang digunakan adalah reagen tollens yang
terbuat dari Larutan AgNO3 5% tak berwarna sebanyak 2ml dimasukan ke
dalam tabung reaksi, ditambahkan 2 tetes larutan NaOH 5%, larutan
berubah warna menjadi coklat dan terdapat endapan coklat, selanjutnya
ditambahkan tetes demi tetes larutan NH4OH sampai tepat larut yang
ditandai dengan hilangnya warna dan endapan coklat.
Uji tollens yang pertama adalah benzaldehid. 1ml reagen tollens
ditambah dengan 2 tetes larutan benzaldehid, warna reagen tidak berubah,
lalu dikocok dan didiamkan ± 3 menit belum terjadi reaksi, sehingga harus
dipanaskan dalam penangas air dengan suhu diantara 35ᵒC-50ᵒC kurang
lebih 5 menit sampai terjadi reaksi. Setelah 5 menit larutan berubah sedikit
keruh.
Uji tollens yang kedua adalah aseton. 1ml reagen tollens ditambah
dengan 2 tetes larutan aseton warna reagen tidak berubah, dikocok dan
didiamkan ± 3 menit belum terjadi reaksi, sehingga harus dipanaskan
dalam penangas air dengan suhu diantara 35ᵒC-50ᵒC kurang lebih 5 menit
sampai terjadi reaksi. Setelah 5 menit larutan tetap tak berwarna yang
menunjukkan tidak ada reaksi yang terjadi.
Uji tollens yang ketiga adalah sikloheksanon. 1ml reagen tollens
ditambah dengan larutan 2 tetes sikloheksanon warna reagen tidak berubah,
dikocok dan didiamkan ± 3 menit belum terjadi reaksi, sehingga harus
dipanaskan dalam penangas air dengan suhu diantara 35ᵒC-50ᵒC kurang
lebih 5 menit sampai terjadi reaksi. Setelah 5 menit larutan tetap tak
berwarna yang menunjukkan tidak ada reaksi yang terjadi.
Uji tollens yang keempat adalah formaldehid. 1ml reagen tollens
ditambah dengan 2 tetes larutan aseton warna reagen tidak berubah,
dikocok dan didiamkan ± 3 menit belum terjadi reaksi, sehingga harus
dipanaskan dalam penangas air dengan suhu diantara 35ᵒC-50ᵒC kurang
lebih 5 menit sampai terjadi reaksi. Setelah 5 menit terbentuk cermin perak
pada dinding tabung dan larutan tetap tak berwarna.
2. Uji Fehling.
Pada uji fehling di gunakan reagen fehling yang di buat dari 10ml
fehling A berwarna biru jernih ditambah 10ml fehling B tak berwarna.
Reagen fehling berwarna biru tua dan zat yang akan di uji adalah
formaldehid, aseton, dan sikloheksanon.
Uji yang pertama adalah formaldehid. 5ml reagen fehling ditambah
dengan 2 tetes larutan formaldehid tak berwarna, warna campuran tetap
berwarna biru tua. Selanjutnya dipanaskan dalam penangas air yang
mendidih kurang lebih 10-15 menit sampai terjadi reaksi. Setelah
dipanaskan terbentuk endapan merah bata pada dasar tabung dan larutan
berubah warna menjadi biru pudar.
Uji yang kedua adalah aseton. 5ml reagen fehling ditambah dengan 2
tetes larutan aseton tak berwarna, warna campuran tetap berwarna biru tua.
Selanjutnya dipanaskan dalam penangas air yang mendidih kurang lebih
10-15 menit sampai terjadi reaksi. Setelah dipanaskan warna larutan tidak
berubah yang menandakan tidak ada reaksi yang terjadi.
Uji yang ketiga adalah sikloheksanon. 5ml reagen fehling ditambah
dengan 2 tetes larutan sikloheksanon tak berwarna, warna campuran tetap
berwarna biru tua. Selanjutnya dipanaskan dalam penangas air yang
mendidih kurang lebih 10-15 menit sampai terjadi reaksi. Setelah
dipanaskan warna larutan tidak berubah yang menandakan tidak ada reaksi
yang terjadi.
3. Adisi bisulfit
Pada reaksi adisi bisulfit, 5ml larutan jenuh NaHSO3 tak berwarna
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu di dinginkan dalam air es,
ditambahkan 2,5ml larutan aseton tak berwarna, selanjutnya didiamkan 5
menit dan ditambah 10ml larutan etanol tak berwarna, terbentuk hablur
putih keruh kemudian disaring. Hablur putih tersebut di tetesi dengan
dengan larutan HCl 3M pekat tak berwarna, endapan larut kembali.
4. Pengujian dengan fenilhidrasin
Pengujian ini untuk menentukan titik leleh aldehid dan keton.
Pengujian pertama adalah senyawa aldehid yaitu benzaldehid. 2,5 ml
fenilhidrasin berwarna kuning dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambah 10 tetes benzaldehid diguncang dengan kuat hingga menghablur
kemudian disaring. Endapan berupa gel jingga lalu dicuci dengan air,
selanjutnya endapan ditambah sedikit etanol dan dihablurkan kembali.
Kemudian hablur yang ada pada kertas saring dipindahkan ke kaca arloji
dan dikeringkan ke dalam desikator selama 3 hari. Setelah itu, di uji titik
leleh hablur dengan melting box dan didapatkan titik leleh 129ᵒC.
Pengujian kedua pada senyawa keton yaitu sikloheksanon. 2,5ml
fenilhidrasin berwarna kuning dimasukkan kedalam tabung reaksi,
ditambah 10 tetes sikloheksanon warna larutan berubah menjadi jingga
lalu diguncang dengan kuat hingga menghablur kemudian disaring.
Endapan dicuci dengan air dingin selanjutnya endapan ditambah sedikit
etanol dan dihablurkan kembali sampai hablur kering.
5. Haloform (reaksi haloform)
Reaksi haloform menggunakan 3ml larutan NaOH 5% tak berwarna
ditambahkan 5 tetes larutan aseton tak berwarna. Setelah penambahan
tersebut tidak terjadi perubahan atau larutan tetap tak berwarna, kemudian
ditambahkan larutan iodium ml per ml sampai 10 ml sambil dikocok
sampai warna iodium yang ditambahkan tidak pudar kembali. Terbentuk
endapan berwarna kuning dan berbau obat.
Reaksi haloform yang kedua menggunakan 3ml larutan NaOH 5% tak
berwarna ditambahkan 5 tetes larutan isopropil alkohol tak berwarna dan
NaOH ditambah dengan isopropil alkohol tetap tak berwarna, kemudian
ditambahkan larutan iodium ml per ml sampai 10 ml sambil dikocok
sampai warna iodium yang ditambahkan tidak pudar kembali. Terbentuk
endapan berwarna kuning (++) dan berbau obat.
6. Kondensasi aldol
Kondensasi aldol menggunakan 4 ml larutan NaOH 1% tak berwarna
ditambahkan 0,5ml larutan asetaldehid tak berwarna, campuran berubah
warna menjadi kuning kemudian diguncang, timbul bau menyengat
selanjutnya didihkan 3 menit terbentuk endapan berwarna merah seperti
koloid dan larutan berwarna jingga keruh yang mempunyai bau tengik
asetaldehid.
I. PEMBAHASAN
1. Uji Tollens
Pengujian dengan reagen tollens bertujuan untuk mengidentifikasi adanya
senyawa aldehid yang ditandai dengan adanya reaksi menghasilkan
endapan perak. Reagen tollens terbuat dari larutan AgNO3 5% ,larutan
NaOH 5% dan larutan NH4OH. Larutan AgNO3 5% ditambahkan dengan
larutan NaOH 5% menghasilkan endapan berwarna coklat dengan reaksi
sebagai berikut :
2 AgN O3 (aq )+2NaOH (aq )→A g2O ( s )↓+2NaN O3 (aq )+H 2 (g )↑
Kemudian ditambahkan larutan NH4OH sampai endapan tepat larut,
dengan reaksi sebagai berikut :
A g2O ( s) ↓+2N H4OH ( aq )→2 Ag ¿
Reagen tollens ini bersifat mudah rusak sehingga harus langsung
digunakan untuk menguji senyawa aldehid. Selain itu, pada proses
pembuatan dan pengujian yang akan dilakukan semua alat yang akan
digunakan harus kering dan tidak terkontaminasi.
Pengujian pertama adalah benzaldehid, setelah reagen tollens ditambahkan
dengan benzaldehid dan di diamkan selama 3 menit tidak ada perubahan
yang terjadi sehingga harus dipanaskan pada penangas air dengan suhu
diantara 35ᵒC-50ᵒC karena jika suhu lebih dari 50ᵒC dapat merusak reagen
tollens. Pemanasan dilakukan kurang lebih selama 5 menit dan larutan
berubah menjadi sedikit keruh. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
+2 Ag ¿
+2 Ag↓+2NH 3−¿+H 2O ¿
Seharusnya uji tollens pada benzaldehid menghasilkan endapan cermin
perak karena benzaldehid merupakan senyawa aldehid. benzaldehid
memiliki strukur molekul berbentuk benzene yang ikatannya dapat
beresonansi. Resonansi pada senyawa ini mengakibatkan ikatan pada
molekul tersebut sulit terputus sehingga pada uji tollens benzaldehid sulit
bereaksi.
Pengujian kedua adalah aseton, setelah reagen tollens ditambahkan dengan
aseton dan di diamkan selama 3 menit tidak ada perubahan yang terjadi
sehingga harus dipanaskan pada penangas air dengan suhu diantara 35ᵒC-
50ᵒC karena jika suhu lebih dari 50ᵒC dapat merusak reagen tollens.
Pemanasan dilakukan kurang lebih selama 5 menit dan tidak terjadi
perubahan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
C H3COCH 3 (aq )+2 Ag¿
Aseton termasuk senyawa keton sehingga tidak bereaksi pada uji tollens.
Pengujian ketiga adalah sikloheksanon, setelah reagen tollens ditambahkan
dengan sikloheksanon dan di diamkan selama 3 menit tidak ada perubahan
yang terjadi sehingga harus dipanaskan pada penangas air dengan suhu
diantara 35ᵒC-50ᵒC karena jika suhu lebih dari 50ᵒC dapat merusak reagen
tollens. Pemanasan dilakukan kurang lebih selama 5 menit dan tidak terjadi
perubahan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
+2 Ag ¿
Sikloheksanon termasuk senyawa keton sehingga tidak bereaksi pada uji
tollens.
Pengujian keempat adalah formaldehyde, setelah reagen tollens
ditambahkan dengan formaldehyde dan di diamkan selama 3 menit tidak
ada perubahan yang terjadi sehingga harus dipanaskan pada penangas air
dengan suhu diantara 35ᵒC-50ᵒC karena jika suhu lebih dari 50ᵒC dapat
merusak reagen tollens. Pemanasan dilakukan kurang lebih selama 5 menit
dan terbentuk endapan cermin perak pada dinding tabung. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
+2 Ag ¿ → 2 Ag↓+3N H 3+2H2O
Formaldehid termasuk senyawa aldehid sehingga dapat bereaksi
menghasilkan endapan cermin perak. Dibandingkan dengan benzaldehid,
struktur molekul formaldehid lebih sederhana yang memiliki rantai terbuka
sehingga mudah bereaksi dengan reagen tollens.
2. Uji Fehling
Pengujian dengan reagen fehling bertujuan untuk mengidentifikasi
senyawa aldehid ditandai dengan adanya endapan merah bata. Reagen
fehling terbuat dari campuran Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH
dan KNa tartarat).
Pengujian pertama adalah formaldehid. Reagen fehling yang ditambahkan
dengan larutan formaldehid dan dipanaskan kurang lebih 3 – 5 menit
menghasilkan endapan merah bata, dengan reaksi sebagai berikut :
+ 2Cu2+ + 5OH- + Cu2O + 3H2O
Biru Endapan Merah Bata
Reagen fehling dapat mengoksidasi formaldehid.
Pengujian kedua adalah aseton. Reagen fehling yang ditambahkan dengan
larutan aseton dan dipanaskan kurang lebih 3 – 5 menit tidak mengalami
perubahan, dengan reaksi sebagai berikut :
C H3COCH 3 (aq )+2Cu2+¿+5OH−¿→tidakbereaksi ¿ ¿
Reagen fehling tidak dapat mengoksidasi keton dikarenakan gugus karbonil
pada keton terletak di tengah sehingga sulit teroksidasi (bereaksi).
Pengujian ketiga adalah sikloheksanon. Reagen fehling yang ditambahkan
dengan larutan sikloheksanon dan dipanaskan kurang lebih 3 – 5 menit
tidak mengalami perubahan, dengan reaksi sebagai berikut :
+2Cu2+¿+5OH−¿→ tidakbereaksi ¿ ¿
Reagen fehling tidak dapat mengoksidasi keton dikarenakan gugus karbonil
pada keton terletak di tengah sehingga sulit teroksidasi (bereaksi).
3. Adisi Bisulfit
Reaksi adisi bisulfit bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa keton.
Reagen bisulfit merupakan nukleofil. Aseton tidak mengandung gugus
yang besar artinya rintangan steriknya kecil sehingga reaksi adisi bisulfit
dapat berlangsung. Adisi tersebut dapat di indikasi dari bereaksiya aseton
dengan larutan natrium bisulfit membentuk hablur yaitu 1-natriumsulfit-2-
pentanol yang berwarna putih. Selain itu reaksi-ini dapat berlangsung
karena ikatan-ikatan rangkap karbon-karbon yang menyendiri bersifat non-
polar. Dan nukleofil tersebut menyerang ikatan –pi sehingga ikatan-pi
dapat terputus dan terbentuk ikatan tunggal dengan nukleofil. Persamaan
reaksinya adalah sebagai berikut :
4. Pengujian Fenilhidrasin
Pengujian dengan fenilhidrasin bertujuan untuk menentukan titik leleh dari
senyawa benzaldehid dan sikloheksanon.
Pengujian pertama adalah senyawa benzaldehid. Penambahan 10 tetes
benzaldehid pada fenilhidrasin yang kemudian diguncangkan dengan kuat
selama 2 menit menghasilkan endapan berwarna jingga. Tujuan tabung
diguncangkan dengan kuat adalah agar cepat bereaksi menghasilkan
endapan, semakin lama tabung di guncang endapan yang dihasilkan akan
semakin banyak. Penambahan etanol pada reaksi tersebut adalah untuk
mengendapkan kembali endapan yang dihasilkan. Setelah itu endapan
dikeringkan dalam desikator selama 3 hari yang diperoleh endapan
berwarna coklat dan di uji titik lelehnya menggunakan melting box. Titik
leleh yang didapat adalah 129◦C. Secara teori, titik leleh benzaldehid
adalah 130⁰C – 150⁰C. Ketidaksesuaian tersebut kemungkinan terjadi
kesalahan pada waktu pengukuran suhu. Persamaan reaksinya adalah
sebagai berikut :
+ + H2O
Pengujian kedua adalah senyawa sikloheksanon. Penambahan 10 tetes
sikloheksanon pada fenilhidrasin yang kemudian diguncangkan dengan
kuat selama 2 menit menghasilkan larutan berwarna jingga dan tidak ada
endapan. Karena kurangnya mengguncang tabung dengan kuat. Tujuan
tabung diguncangkan dengan kuat adalah agar cepat bereaksi menghasilkan
endapan, semakin lama tabung di guncang endapan yang dihasilkan akan
semakin banyak. Penambahan etanol pada reaksi tersebut adalah untuk
mengendapkan kembali endapan yang dihasilkan. Setelah itu endapan
dikeringkan dalam desikator selama 3 hari, tetapi endapan belum kering
sehingga tidak dapat di tentukan titik lelehnya. Secara teori, titik leleh
sikloheksanon adalah 70 – 80C. Persamaan reaksinya adalah sebagai
berikut :
+ + H2O
5. Reaksi Haloform
Reaksi haloform bertujuan untuk menunjukkan adanya reaksi antara metil
keton dengan iodium dan basa menghasilkan iodoform.
Pengujian pertama adalah dengan senyawa aseton. Penambahan 10 ml
larutan iodium secara bertahap pada larutan NaOH dan aseton
menghasilkan endapan berwarna kuning dan berbau obat yang menandakan
terbentuknya iodoform.
C H3COCH3 (aq )+3 I 2+3NaOH→CH 3COC I3+3H2O+3NaI
Pengujian kedua adalah dengan senyawa isopropil alkohol. Penambahan 10
ml larutan iodium secara bertahap pada larutan NaOH dan isopropil
alkohol menghasilkan endapan berwarna kuning (++) dan berbau obat yang
menandakan terbentuknya iodoform. Pada isopropil alkohol dihasilkan
endapan dengan jumlah lebih banyak dan bau obat yang lebih menyengat.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
C H3COHC H 3 ( aq )+3 I2+3NaOH→CH 3COCH 3 I+3H 2O+3NaI
6. Kondensasi Aldol
Reaksi kondensasi aldol bertujuan untuk mengetahui reaksi antara senyawa
aldehid dengan alkohol yang menghasilkan aldehid tak jenuh yaitu
krotonaldehid.
Kondensasi aldol menggunakan 4ml larutan NaOH 1% dan 0,5ml larutan
asetaldehid larutan berubah warna menjadi kuning-jingga dan timbul bau
menyengat. selanjutnya didihkan 3 menit terbentuk endapan berwarna
C
O
H3C HOH-
C
O
H2C H
merah seperti koloid dan larutan berwarna jingga keruh mempunyai bau
tengik asetaldehid. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
J. Kesimpulan
Untuk membedakan antara aldehid dan keton dapat dilakukan pengujian
denan perakasi tollen dan pengujian dengan pereaksi fehling.
Perbedaan reaksi antara aldehid dan keton:
Aldehid lebih cepat bereaksi dibandingkan keton terhadap pereaksi yang
sama
Aldehid sangat mudah dioksidasi, sedangkan keton tidak mengalami
oksidasi.
Uji cermin perak tollens merupakan reaksi identifikasi aldehid dalam
suatu senyawa karbon.
Uji fehling digunakan untuk membedakan golongan aldehid dan keton,
dimana aldehid terjadi reaksi positif(membentuk endapan CuO2, merah
bata), sedangkan keton tidak terjadi rekasi.
Pada reaksi haloform terbentuk haloform yang baunya khas.
Reaksi ini dihunakan untuk menunjukkan adanya metil keton(CO-CH3)
dan juga gugus CH(OH)-CH3 karena mudah dioksidasi.
Uji ini pasti positif apabila terdapat endapan kuning(CHI3) jika
direaksikan dengan I2.
Adisi bisulfit, fenil hidrasin dan kondensasi aldol adalah reaksi yang
digunakan untuk mengidentifikasi senyawa keton.