laporan biokimia 3
TRANSCRIPT
LAPORAN BIOKIMIA
SALIVA
NAMA : FIRDA REZKI AMALIAH
NIM : 70300111022
KELOMPOK : I (SATU)
HARI/TANGGAL PERCOBAAN : JUMAT/ 15 Juni 2012
ASISTEN : ARKIEMAH HAMDA
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air liur (saliva) disekresi oleh tiga pasang kelenjar parotis,
submaksilaris dan sublingualis. Air liur parotis merupakan cairan hipotonis
yang sangat encer dengan konsentrasi zat padat yang rendah. Air liur
sublakrimalis dapat kental maupun encer tergantung pada rangsang
simpatis atau parasimpatis. Air liur sublingualis mengandung banyak
musin. Air liur disekresi oleh beberapa kelenjar kecil dalam mukosa mulut
seperti labialis, bukal dan palatal. Sekresi air liur dari ke dalam mulut
dapat disebabkan oleh rangsangan lokal dalam mulut atau oleh perangsang
akibat rangsang psikis atau somatik. Air liur dalam rongga mulut berfungsi
untuk membasahi makanan saat dikunyah dan mudah ditelan. Air liur juga
merupakan tempat eksresi obat-obat tertentu seperti alkohol dan morfin
(Tim Dosen, 2012).
Kelenjar saliva dibagi menjadi 2, yaitu kelnjar saliva utama atau
mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor yang merupakan
kelenjar ekstrinsik yang mengeluarkan sekretnya ke dalam rongga mulut
secara intermitten. Kelenjar saliva mayor ini terdiri dari 3 kelenjar besar
meliputi kelenjar parotis, sub mandibularis, dan sub lingualis. Sedangkan
kelenjar saliva minor adalah kelenjar yang letaknya tersebar pada mukosa
dan sub mukosa rongga mulut,merupakan kelenjar kecil-kecil yang
mengeluarkan sekretnya terus-menerus (Putri, 2010).
Air liur mengandung air kira-kira 99,5%. Sekitar dua per tiga dari
bahan yang terlarut dalam air liur merupakan bahan organik dan
sepertiganya adalah bahan anorganik. Komponen anorganik air liur antara
lain adalah natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfat dan bikarbonat.
Sedang kandungan organik air liur terutama terdiri atas musin dan enzim
amilase, bahan organik lain yang juga terdapat dalam jumlah sedikit
adalah urea, kolesterol, hormon-hormon, dll. Saliva juga mengandung
berbagai macam sel epitel mukosa mulut, leukosit dan bakteri (Tim Dosen,
2012).
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud percobaan pada praktikum saliva secara umum yaitu untuk
mempelajari sifat serta susunan dari air liur
1.2.2 Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pH air liur
2. Untuk membuktikan adanya ikatan peptida protein dalam air liur
3. Membuktikan adanya karbohidrat dalam air liur secara kualitatif
4. Membuktikan adanya musin dalam air liur
5. Membuktikan adanya sulfat dalam air liur
1.3 Prinsip Percobaan
Mengetahui sifat dan susunan air liur yang tidak disaring dengan
beberapa uji yaitu penetapan pH air liur, uji Biuret, uji Millon, dan uji
Molisch serta mengetahui sifat dan susunan air liur yang disaring dengan
uji presipitasi, uji sulfat dan uji fosfat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Saliva dihasilkan oleh kelenjer ludah yang terdapat dalam rongga mulut,
yang mengandung air sekitar 99,5%. Zat padat yang terdapat dalam saliva
diantaranya ptyalin (amylase), musin (suatu glikoprotein) dan sejumlah
senyawa-senyawa yang juga terdapat dalam darah dan urin seperti amoniak,
asam-asam amino, urea, asam urat, kolesterol, serta kation (Ca2+, Na+, K+,
Mg2+), dan anion seperti PO43-, Cl-, dan HCO3
-, pH sekitar 6,8 (Trisnadi,
2012 ).
Saliva merupakan cairan dalam mulut, salah satu fungsinya adalah
sebagai buffer yang dapat menahan pH atau meningkatkanya keasaman
mulut. Kondisi ini tergantung dari keadaan saliva sendiri. Saliva merupakan
salah satu factor penting untuk melindungi permukaan gigi terhadap
pengaruh asam (Ilyas, 2005).
Saliva merupakan sistem pertahanan utama mulut dan gigi, berperan
penting untuk melindungi pajanan pada permukaan gigi. Saliva melindungi
gigi dengan menetralisir perubahan asam dalam mulut yang terjadi misalnya
sesaat sesudah mengkonsumsi makanan asam, berperan sebagai lubrikan,
menyebarkan kalsium,fosfat dan fluoride pada permukaan gigi, serta
membersihkan makanan dan bakteri dari mulut setelah makan. Berikut ini
adalah beberapa fungsi dari saliva (Sitorus, 2012)
1. Memudahkan penelanan
2. Mempertahankan mulut tetap lembab
3. Sebagai pelarut molekul2 yang merangsang indra pengecap
4. Membantu proses bicara dengan memudahkan gerakan bibir dan lidah
5. Mempertahankan mulut dan gigi tetap bersih
Air liur atau saliva mengandung dua tipe pengeluaran atau sekresi cairan
yang utama yakni sekresi serus yang mengandung ptyalin ( suatu alfa
amylase) yang merupakan enzim untuk mncernakan karbohidrat dan sekresi
mucus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan atau perlindungan
permukaan yang sebagian besar dihasilkan oleh kelenjar parotis. Cairan tipe
mucus itu disrkresikan atau dikeluarkan setiap detik sepanjang waktu
kecuali saat tidur yang produksinya lebih sedikit (Guyton, 2007).
Saliva mempunyai pH antara 5,75 sampai 7,05. Pada umumnya pH
saliva adalah sedikit di bawah 7. Enzim ptyalin dalam saliva adalah suatu
enzim amylase. Rangsangan yang menyebabkan saliva dari kelenjar saliva
adalah pikiran tentang makanan yang disenangi, adanya bau makanan yang
sedap atau melihat makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan selera
(Poedjiadji, 2006).
1. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Sekresi Saliva
Kelenjar saliva memproduksi saliva hampir setengah liter setiap
hari. Beberapa faktor mempengaruhi sekresi saliva dengan merangsang
kelenjar saliva melalui cara-cara berikut:
a. Faktor mekanis yaitu dengan mengunyah makan yang keras atau
permen karet.
b. Faktor kimiawi yaitu melalui rangsangan seperti asam, manis, asin,
pahit dan pedas.
c. Faktor neuronal yaitu melalui sistem syaraf autonom baik simpatis
maupun parasimpatis.
d. Faktor Psikis yaitu stress yang menghambat sekresi saliva.
e. Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan
pemakaian protesa yang dapat menstimulasi sekresi saliva.
2. Fungsi Fisiologi
Saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan
rongga mulut karena mempunyai hubungan dengan proses biologis yang
terjadi dalam rongga mulut. Secara umumnya saliva berperan dalam
proses perlindungan pada permukaan mulut, pengaturan kandungan air,
pengeluaran virus-virus dan produk metabolisme organisme sendiri dan
mikro-organisme, pencernaan makanan dan pengecapan serta
diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel kulit, epitel dan saraf.
Dari air liur, bisa didapatkan sampel dari DNA. Bahkan,
meskipun air liur tidak mengandung sel DNA, tetapi sel-sel dari lapisan
mulut dapat ditemukan di sampel air liur. Air liur juga merupakan
petunjuk lain untuk menungkapkan identitas seseorang. Air liur dapat
mengungkapkan apa yang sudah dimakan dan obat-obatan yang
mungkin dikonsumsi, seperti kokain, ganja dan barbiturat. Para ilmuwan
juga dapat menggunakan sampel air liur untuk menunjukkan berapa
banyak obat tertentu dalam tubuh. Para ilmuwan juga ingin dapat
menggunakan air liur sebagai alat untuk mendeteksi penyakit, karena
jauh lebih mudah, dan dalam banyak kasus lebih aman. Tes HIV
merupakan salah satu tes yang mana air liur digunakan sebagai sampel,
meskipun tes darah masih merupakan cara standar untuk tes HIV.
Sementara itu, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di Jepang
pada tahun 2001 seperti yang dikutip dari cbn.com, air ludah
mengandung 40 sampai 50 protein. Tiap protein punya fungsi yang
berbeda-beda. Satu protein untuk menangkal debu, sinar, dan bahan
kimia. Dari 50 protein itu di dalamnya ada 3 protein yang khusus untuk
mikroorganisme. Atas khasiat itulah, diyakini air liurnya bisa bermanfaat
bagi gangguan mata, seperti katarak, rabun jauh dan dekat, atau
gangguan mata karena cedera seperti terbentur, terkena benda tumpul
maupun benda tajam (Fajri, 2011).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan percobaan yang digunakan secara umum yaitu air liur (yang
tidak disaring dan yang telah disaring), indikator universal, NaOH 10%,
CuSO4 0,5%, pereaksi millon (100 gram merkuri dalam 140 Asam nitrat
pekat dan diencerkan dengan air hingga volume 3 kali), pereaksi molisch
(25 gram α – naftol dalam alkohol 95% sampai 500 ml, dibuat baru tiap
kali), H2SO4 pekat, H2SO4 encer, HCl encer, BaCl2%, larutan urea 10%,
larutan FeSO4 spesial, serta pereaksi molibdat spesial.
3.2 Alat Percobaan
Alat percobaan yang digunakan secara umum yaitu tabung reaksi, pipet
volumetrik, pipet tetes, corong, erlenmeyer 250 ml, gelas kimia 100 ml,
sertapipet volume 5 ml.
3.3 Metode Percobaan
3.3.1 Penetapan pH Air Liur
Dicelupkan sepotong indikatir universal di dalam air liur yang tidak
disaring. Kemudian dicocokkan warna pada indikator dengan standar warna
pH untuk indikator. Kemudian pH iar liur dapat ditentukan.
3.3.2 Uji Biuret
Pada praktikum uji biuret terlebih dahulu dimasukkan 2 ml air liur yang
tidak disaring didalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 ml larutan
NaOH 10% dan dicampur dengan baik, ditambahkan setetes larutan CuSO4
0,5% dicampur dengan baik. Bila belum terbentuk warna lembayung
ditambahkan lagi letetes CuSO4 0,5% hingga maksimum 10 tetes.
3.3.3 Uji Molisch
Pada praktikum uji molisch terlebih dahulu dimasukkan 2 ml air liur
yang tidak disaring di dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi
molisch, kemudian dicampur dengan baik. Setelah itu, tabung reaksi
dimiringkan dengan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat dari buret melalui
dinding tabung sehingga tidak bercampur. Reaksi positif ditandai dengan
pembentukan cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan cairan.
3.3.4 Uji Presipitasi
Pada praktikum uji presipitasi terlebih dahulu dimasukkan 2 ml air liur
yang telah disaring, kemudian ditambahkan 1 tetes asam asetat encer
dicampurkan dengan baik. Setelah itu, dicatat apakah ada presipitasi amorf
terbentuk.
3.3.5 Uji Sulfat
Pada praktikum uji sulfat terlebih dahulu dimasukkan 1 ml air liur yang
telah disaring, kemudian ditambahkan 3-5 tetes HCl, dan ditambahkan 5-10
tetes BaCl2 2% lalu dicampur dengan baik. Perhatikan dan catat apakah ada
endapan putih yang menyatakan adanya sulfat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Air Liur Yang Tidak Disaring
Penetapan pH Air Liur
Adapun hasil percobaan pada praktikum penetapan pH air liur sebagai
berikut:
pH Air Liur 12
Uji Biuret
Adapun hasil percobaan pada praktikum uji biuret sebagai berikut:
Warna yang terbentukBiru
(terdapat endapan)
Uji Molish
Adapun hasil percobaan pada praktikum uji molisch sebagai berikut:
Kedua lapisan cairan Berbentuk cincin yang berwarna ungu
4.1.2 Air Liur Yang Disaring
Uji Presipitasi
Adapun hasil percobaan pada praktikum uji presipitasi sebagai berikut:
Terbentuk presipitat amorf +/- + (air liur menjadi keruh)
Uji Sulfat
Adapun hasil percobaan pada praktikum uji sulfat sebagai berikut:
Apakah ada endapan? (tidak terjadi endapan)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Air Liur Yang Tidak Disaring
Pada praktikum percobaan air liur yang tidak disaring ini dimaksudkan
untuk menguji penetapan pH air liur, Biuret, Millon, dan Molisch.
Penggunaan metode penetapan pH air liur ini bertujuan untuk
memperlihatkan adanya nilai pH yang terbentuk pada air liur yang tidak
disaring. Langkah pertama yang dilakukan adalah air liur di uji dengan
menggunakan indikator universal dan ternyata air liur (saliva) mempunyai
pH 12, terlihat bahwa air liur tersebut mengandung asam yang banyak. Hal
ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa air liur seharusnya memiliki
pH lebih dari 7 karena bersifat basa. Hal ini karena air liur merupakan
protein. Dalam air liur terkandung enzim amilase yang berfungsi untuk
memecah amilum menjadi maltosa dalam proses hidrolisis dengan pH
optimum 6,6. Penyebab pH saliva lebih tinggi dari pH normal disebabkan
oleh berbagai pengaruh aktivitas maupun makanan dari seseorang yang
memiliki saliva tersebut. Sebab setiap orang memiliki pH saliva yang
berbeda-beda dikarenakan faktor aktivitas, makanan, dll.
Pada praktikum uji Biuret yang berfungsi untuk menyelidiki ada
tidaknya protein dalam air liur (ikatan peptida). Uji positif ditunjukkan
dengan terbentuknya warna ungu. Reaksi biuret adalah reaksi terhadap
adanya paling sedikit ikatan peptide. Pereaksi beuret (larutan CuSO4 alkalis)
terdiri atas larutan NaOH dal larutan CuSO4. Cu pada larutan alkalis bereaksi
dengan protein membentuk sutu kompleks koordinasi antara ion Cu2+
dengan gugus CO dan NH pada ikatan peptide. Dalam percobaan ini
terbentuk larutan ungu (positif) karena memang air liur terdiri atas musin
yang merupakan suatu glikoprotein yaitu protein yang mengandung
karbohidrat yang terikat secara kovalen.
Pada praktikum uji Milon bertujuan untuk mengidentifikasi adanya
asam amino di dalam saliva (air liur). Pada praktikum ini setelah di
tambahkan 2 ml air liur yang tidak disaring dan pereaksi milon kemudian
dipanaskan ternyata terjadi perubahan pada uji tersebut. Uji positif ditandai
dengan terbentuknya endapan putih. Ternyata dalam percobaan setelah
dilakukan tes millon diperoleh larutan keruh dan ada endapan (reaksi
positif). Hal ini berarti bahwa air liur mengandung tirosin. Tirosin adalah
asam amino yang mengandung gugus hidroksifenil (fenol) akan mengalami
nitrasi dengan pereaksi milon yang mengandung ion-ion merkuri/merkuro
dalam asam nitrit/nitrat yang membentuk warna merah.
Pada praktikum uji Molisch bertujuan untuk membuktikan adanya
karbohidrat dalam air liur secara kualitatif. Dari hasil percobaan ternyata
terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas berwarna orange dan lapisan bawah keruh
(reaksi positif). Hal ini berarti air liur terdapat karbohidrat. Reaksi pada uji
molisch disebabkan oleh adanya daya dehidrasi asam organik pekat
terhadap karbohidrat, membentuk furfural atau turunannya, seperti
hidroksimetil fulfural. Pereaksi molisch terdiri atas alfa naftol akan bereaksi
dengan fulfural membentuk senyawa yang berwarna ungu.
4.2.2 Air Liur Yang Disaring
Pada praktikum uji presipitasi dalam saliva ini bertujuan untuk
membuktikan adanya musin pada air liur. Musin merupakan glikoprotein
lisin yaitu kompleks karbohidrat-protein yang berfungsi untuk melindungi
lapisan rongga mulut dari kerusakan dan melumasi makanan supaya mudah
ditelan. Setelah ditambahkan asam asetat kedalam air liur yang disaring
terjadi perubahan pada air liur yang dahulunya bening dan setelah
ditambahkan asam asetat air liur tersebut berwarna keruh, hal ini disebabkan
air liur mengandung protein, dan nampak jelas bahwa protein dapat
dipresipitasi oleh asam asetat. Dan pada saliva tersebut terbentuk presipitasi
amorf dan jelas membuktikan bahwa air liur yang disaring tersebut
mengandung musin.
Pada uji sulfat dimasukkan 1 ml air liur yang telah disaring kedalam
tabung, kemudian ditambahkan 3-5 HCl dan 5-10 tetes BaCl2 2% terlihat
jelas pada pengamatan dengan menggunakan saliva yang berbeda.
Keduanya tidak memiliki endapan (tidak adanya sulfat) pada saliva yang
telah disaring. Hal ini disebabkan pada saliva yang dimiliki oleh tiap orang
berbeda, dan makanan yang di konsumsi kemungkinan kurang mengandung
sulfat. Secara teori apabila saliva tersebut mengandung sulfat makaair liur
akan menunjukkan reaksi positif dengan terbentuknya endapan putih pada
larutan yang diuji. engujian sulfat ini menggunakan BaCl2 yang akan
membentuk BaSO4 yang memiliki kelarutan rendah sehingga akan
mengakibatkan terbentuknya endapan dalam larutan yang diasamkan.
Apabila terdapat endapan pada air liur yang telah diujikan maka hal ini
membuktikan adanya ion sulfat yang terdapat di dalam air liur tersebut.
Secara teori pada uji fosfat untuk membuktikan adanya fosfat yang
terdapat pada air liur. Tes fosfat pada air liur yaitu dengan menambahkan
urea 10% sehingga larutan berwarna jernih kemudian ditambah dengan
reagen molibdat dan didapat larutan menjadi kuning keruh. Langkah
selanjutnya menambah FeSO4. Penambahan FeSO4 ini bertujuan untuk
membentuk kompleks. Warna larutan yang kuning keruh tersebut
menunjukkan bahwa air liur mengandung fosfat dalam bentuk ortofosfat.
Akan tetapi hasil uji fosfat bereaksi negatif akan membentuk warna hijau
kekuningan. Sehingga dalam saliva tidak mengandung ion fosfat.
4.3 Reaksi
4.3.1 Air Liur Yang Tidak Disaring
Reaksi Biuret
HC NH2
COOH
H2C+ NaOH + CuSO4 Na2SO4 + H2O +
HC NH2
C
H2C
HC NH2
C
H2C
OH OH
OOOO
Cu
Reaksi Molisch
4.3.2 Air Liur Yang Disaring
Reaksi Presipitasi
Reaksi positif pada uji ini ditandai dengan terbentuknya endapan
putih. Adapun reaksinya, yaitu:
Saliva + CH3COOH Mengendap ( koagulasi )
Reaksi Sulfat
Saliva + HClencer + BaCl2 Mengendap
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan pada percobaan ini yaitu:
1. Pada air liur yang tidak disaring, saliva memiliki pH 12 pada
penetapan pH air liur.
2. Uji biuret membuktikan adanya ikatan peptida protein yang terdapat
pada air liur secara kualitatif. Hal ini disebabkan adanya endapan yang
berwarna biru pada hasil praktikum tersebut.
3. Uji molisch membuktikan air liur yang diuji negatif mengandung
karbohidrat.
4. Uji presipitasi membuktikan adanya musin pada air liur dengan
terjadinya perubahan pada air liur yang menjadi keruh.
5. Pada uji sulfat membuktikan tidak terjadi endapan (negatif adanya
sulfat pada air liur).
5.2 Saran
Untuk laboratorium kiranya fasilitas maupun alat-alat pada laboratorium
harus lebih di lengkapkan dikarenakan banyaknya percobaan yang akan
dilakukan.Untuk asisten kiranya lebih memperhatikan para praktikan dan
memberikan penjelasan yang lebih lengkap agar para praktikan dapat
mengerti dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Juyston, S., 1992, Dasar-dasar Karies Penyakit Dan Penanggulangannya, Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Mutmainnah, S., 2012, Biokimia Umum, (Online), (http://stationofwords.blogspot.com/2012/01/enzim.html 2012, diakses 16 Juni 2012)
Wahyudi, R., 2011, Saliva, (Online), (http://udin-reskiwahyudi.blogspot.com/2011/06/saliva.html 2011,diakses 16 Juni 2012)
Naruti, N., 2011, Percobaan Saliva, (Online), (http://nugiluph24.blogspot.com/2011/05/saliva.html 2011, diakses 16 Juni 2012)
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 2012
Asisten Praktikan
(Arkiemah Hamda) (Firda Rezki Amaliah)
LAMPIRAN GAMBAR
A. Air Liur Yang Tidak Disaring
Penetapan pH air liur
Terlihat pada gambar bahwa pH air
liur adalah 12
Uji Biuret
Terlihat adanya warna lembayung
yang terjadi setelah penambahan
CuSO4 0,5%
Uji Molisch
Terlihat adanya pembentukan cincin
berwarna ungu pada batas antara
kedua lapisan cairan
B. Air Liur Yang Disaring
Uji presipitasi
Terlihat adanya musin yang
terbentuk setelah di tambahkan 1
tetes asam asetat
Uji Sulfat
Tidak adanya endapan pada air liur
setelah ditambahkan HCl encer dan
BaCl 2%