laporan praktikum biokimia 3.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA“PROTEIN”
Disusun Oleh:
Ade Yuli Budiharti
Rahadian Taufik Akbar
Rendi Prima Nugraha
M. Zaenal Abidin
SEKOLAH TINGGI FARMASI YPIB
CIREBON
2014
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanggal Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Jum’at, 13 September 2014.
B. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan yang dilakukan yaitu untuk mengetahui reaksi-
reaksi pada asam amino.
C. Teori Dasar
Kata protein sebenarnya berasal dari kata Yunani yang berarti
pertama yang paling penting, asal dari kata protos. Protein terdiri dari
bermacam-macam golongan makromolekul heterogen. Walaupun
demikian semuanya merupakan turunan dari polipeptida dengan berat
molekul yang tinggi, secara kimia dapat dibedakan antara protein
sederhana yang terdiri dari polipeptida dengan berat molekkul yang tinggi.
Secara kimia dapat dibedakan antara protein sederhana yang terdiri
dari polipeptida dan protein kompleks yang mengandung zat-zat makanan
tambahan seperti hern, karbohidrat, lipid atau asam nukleat. Untuk protein
kompleks, bagian polipeptida dinamakan aproprotein dan keseluruhannya
dinamakan haloprotein. Secara fungsional protein juga menunjukkan
banyak perbedaan. Dalam sel mereka berfungsi sebagai enzim, bahan
bangunan, pelumas dan molekul pengemban. Tapi sebenarnya protein
merupakan polimer alam yang tersusun dari berbagai asam amino melalui
ikatan peptida (Hart, 1987).
Protein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai berat
molekul besar antara ribuan hingga jutaan satuan(g/mol). Protein tersusun
dari atom-atom C,H,O dan N ditambah beberapa unsur lainnya seperti P
dan S. Atom-atom itu membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam
1
amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu dengan
yang lain, menentukan sifat biologis suatu protein. (Girinda, 1990).
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O
dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein
mengandung gula terpor belerang, dan ada jenis protein yang mengandung
unsur logam seperti besi dan tembaga. (Winarnno, 1997).
Kunci ribuan protein yang berbeda strukturnya adalah gugus pada
molekul unit pembangunan protein yang relatif sederhana dibangun dari
rangkaian dasar yang sama, dari 20 asam amino mempunyai rantai
samping yang khusus, yang berikatan kovalen dalam urutan yang khas.
Karena masing-masing asam amino mempunyai rantai samping yang
khusus yang memberikan sifat kimia masing-masing individu, kelompok
20 unit pembangunan ini dapat dianggap sebagai abjad struktur protein.
(Lehninger, 1996).
FUNGSI PROTEIN
1. Sebagai Enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau di bantu oleh
suatu senyawa makromolekul spesifik yang disebut enzim, dari reaksi
yang sangat sederhana seperti reaksi transportasi karbondioksida yang
sangat rumit seperti replikasi kromosom. Protein besar peranannya
terhadap perubahab-perubahan kimia dalam system biologis.
2. Alat Pengangkut dan Penyimpanan
Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat
diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya
hemoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedangkan mioglobin
mengangkut oksigen dalam otot.
3. Pengatur Pergerakan
Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot
terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.
2
4. Penunjang Mekanik
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebebkan
adanya kolagen, suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah
membentuk serabut
5. Pertahanan Tubuh atau Imunisasi
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibody, yaitu suatu
protein khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat
benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteri,
dan sel-sel asing lain.
6. Media Perambatan Impuls Saraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk
reseptor, misalnya rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai
reseptor penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata
7. Pengendalian Pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat
mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan
karakter bahan. (Lehninger, 1996)
SIFAT-SIFAT FISIKOKIMIA PROTEIN
1. Sifat fisikokimia setiap protein tidak sama, tergantung pada jumlah dan
jenis asam aminonnya
2. Berat molekul protein sangat besar
3. Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air,
tetapi semua protein tidak larut dalam pelarut lemak
4. Bila dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein
akan berkurang, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan.
Peristiwa pemisahan protein ini disebut salting out
5. Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol maka protein
akan menggumpal
6. Protein dapat bereaksi dengan asam dan basa
3
STRUKTUR PROTEIN
Struktur protein distabilkan oleh 2 macam ikatan yang kuat
(peptida dan sulfida) dan dua macam ikatan yang lemah(hidrogen dan
hidrofobik). Ikatan peptida adalah struktur primer protein yang berasal dari
gabungan asam amino L-alfa oleh ikatan alfa-peptida. Bukti utama untuk
ikatan peptida sebagai ikatan struktur primer dituliskan sebagai berikut:
a. Protease adalah enzim yang menghidrolisis protein, menghaslkan
polipeptida sebagai produknya. Enzim ini juga menghidrolisis ikatan
peptida protein.
b. Spektrum inframerah protein menunjukkan adanya banyak ikatan
peptida
c. Dua protein, insulin dan ribonuklease telah disintesis hanya dengan
menggabungkan asam-asam amino dengan ikatan peptida.
d. rotein mempunyai sedikit gugus karboksil dan gugus amina yang dapat
dititrasi.
e. Protein dan polipeptida sintetik bereaksi dengan pereaksi biuret,
membentuk warna merah lembayung. Reaksi ini spesifik untuk 2
ikatan peptida atau lebih.
f. Penyediaan difraksi sinar X pada tingkat kekuatan pisah 0,2mm telah
menyajikan identifikasi ikatan peptida pada protein mioglobin dan
hemoglobin. (Winarno, 1997)
Uji Biuret
Pada uji biuret, ketika beberapa tetes larutan CuSO4 yang sangat
encer ditambahkan pada alkali kuat dari peptida atau protein dihasilkan
warna ungu, adalah test yang umum untuk protein dan diberikan oleh
peptida yang berisi dua atau lebih rantai peptida. Biuret dibentuk dengan
pemanasan urea dan mempunyai struktur mirip dengan struktur peptida
dari protein.
4
Uji Millon
Uji Millon yang menggunakan pereaksi Milon adalah larutan
merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini
ditambahkan pada larutan protein maka akan menghasilkan endapan putih
yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya rekasi
ini positif untuk fenol karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus
hidroksil yang berwarna. Tetapi khusus untuk proteoso dan pepton secara
langsung akan menghasilkan larutan yang berwarna merah. Endapan yang
terbentuk berupa garam kompleks dari tirosin yang ternitrasi. Jika larutan
protein yang akan dianalisis ada dalam suasana basa, maka terlebih dahulu
harus dinetralisasi dengan asam (bukan HCl). Jika tidak ion merkuri dari
pereaksi akan mengendap sebagai Hg(OH)2. Ion Cl- dapat bereaksi
dengan asam nitrat menghasilkan radikal klor (Cl2). Radikal klor dapat
merusak kompleks berwarna.
Uji Nihidrin
Uji Ninhidrin terjadi apabila ninhidrin dipanaskan bersama asam
amino maka akan terbentuk kompleks berwarna. Asam amino dapat
ditentukan secara kuantitatif dengan jalan menggunakan intensitas warna
yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi asam amino tersebut. Pada
reaksi ini dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga asam amino dapat ditentukan
secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2 dan NH3 yang
dilepaskan. Prolin dan hidroksi prolin menghasilkan warna kompleks yang
berbeda warnanya dengan asam amino lainnya. Kompleks berwarna yang
terbentuk mengandung dua molekul ninhidrin yang bereaksi dengan
ammonia yang dilepaskan pada oksidasi asam amino. Hasil uji positif pada
uji ninhidrin diberikan pada asam amino yang mengandung asam α-amino
dan peptida yang memiliki gugus α-amino yang bebas.
5
Uji Xanthoprotein
Uji xantoprotein dapat digunakan untuk menguji atau
mengidentifikasi adanya senyawa protein karena uji xantoprotein dapat
menunjukan adanya senyawa asam amino yang memiliki cincin benzene
seperti fenilalanin, tirosin, dan tripofan. Langkah pengujianya adalah
larutan yang diduga mengandung senyawa protein ditambahkan larutan
asam nitrat pekat sehingga terbentuk endapan berwarna putih. Apabila
larutan tersebut mengandung protein maka endapat putih tersebut apabila
di[anaskan akan berubah menjadi warna kuning.
Uji Pengendapan dengan Logam
Pada pH di atas titik isoelektrik protein bermuatan negative,
sedangkan di bawah titik isoelektrik protein bermuatan positif. Olehkarena
itu untuk mengendapkan protein dengan ion logam diperlukan pH larutan
di atas titik isoelektrik, sedangkan untuk pengendapan protein dengan ion
negative memerlukan pH larutan di bawah titik isoelektrik. Ion- ion positif
yang dapat mengendapkan protein adalah Ag+, Ca2+, Zn2+,
Hg2+,Pb2+,Cu2+,Fe2+. Sedangkan ion-ion negative yang dapat
mengendapkan protein adalah ion salisilat, trikloroasetat, pikrat, tanat dan
sulfosalisilat(Riawan, 1990)
Uji Pengendapan dengan Garam
Pembentukan senyawa tak larut antara protein dengan ammonium
sulfat. Apabila terdapat garam-garam anorganik dalam konsentrasi tinggi
dalam larutan protein(albumin dan gelatin), maka kelarutan protein akan
berkurang sehingga terjadi pengendapan protein. Teori menyebutkan
bahwa sifat tersebut terjadi karena ion garam mampu mengikat air
(terhidrasi) sehingga berkompetisi dengan molekul protein dalam
mengikat air.
6
Uji Pengendapan dengan Alkohol
Protein dapat diendapkan dengan penambahan alkohol. Pelarut
organic dapat merubah atau mengurangi konstanta dielektrika dari air
sehingga kelarutan protein berkurang, dan karena juga alkohol
berkompetisi dengan protein terhadap air.
Uji Koagulasi
Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi
koagulasi. Pada pH iso-elektrik ( pH pada larutan tertentu biasanya sekitar
4-4,5 dimana protein mempunyai muatan positiof dan muatan negative
sama, sehingga saling menetralkan) kelarutan protein sangat menurun atau
mengendap. Pada temperature diatas 60 kelrutan akan berkurang
(koagulasi) karena pada temperature yang tinggi energy kinetic protein
meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan
atau struktur sekunder, tersier dan kuarterner koagulasi.
Uji Denaturasi Protein
Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi
oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang
memutuskan molekul protein. Akibat dari suatu denaturasi adalah
hilangnya banyak sifat-sifat biologis suatu protein(Fessenden, 1989).
Salah satu penyebab denaturasi protein adalah perubahan
temperatur, dan juga perubahan pH. Faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan denaturasi adalah detergent, radiasi zat pengoksidasi atau
pereduksi, dan perubahan jenis pelarut. Denaturasi dapat bersifat
reversibel, jika suatu protein hanya dikenai kondisi denaturasi yang lembut
seperti perubahan pH. Jika protein dikembangkan kelingkungan alamnya,
hal ini untuk memperoleh kembali struktur lebih tingginya yang alamiah
dalam suatu proses yang disebut denaturasi. Denaturasi umumnya sangat
lambat atau tidak terjadi sama sekali(Fessenden, 1989).
7
Denaturasi protein juga dapat diartikan suatu proses terpecahnya
ikatan hydrogen, ikatan garam atau bila susuna ruang atau rantai
polipeptida suatu molekul protein berubah. Dengan perkataan lain
denaturasi adalah terjadi kerusakan struktur primer, sekunder, tersier dan
struktur kuarterner, tetapi struktur primer (ikatan peptida) masih utuh.
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur
primer (tingkat I), sekunder (tingklat II), tersier (tingkat III), dan
kuarterner (tingkat IV).
STRUKTUR PRIMER PROTEIN
Protein yang dibentuk dengan asama amino tergabung dalam
ikatan polipeptida. Setiap asam amino terhubung dengan asam amino
lainnya dalam ikatan peptida yang terbentuk karena adanya reaksi
kondensasi gugus karboksil pada setiap masing-masing asam amino.
1. Struktur Asam amino primer
Pada ujung dari rangkaian polipeptida yang terbentuk
mempunyai sifat kimia yang berbeda: satu ujung mempunyai gugus
amino bebas (N atau amino, NH2-) disisi satunya, sedangkan
mempunyai gugus karboksil bebas (ujung C atau karboksil, COOH-)
pada ujung satunya. Oleh karena itu, arah polipeptida dan dituliskan
baik N→C (kiri ke kanan) maupun C →N (kanan ke kiri).
2. Struktur Sekunder Protein
Pada struktur sekunder, rangkaian polipeptida memiliki
konformasi yang berbeda. Bersifat reguler dan memiliki pola lipatan
berulang dari rangka protein. Dua tipe umum struktur protein sekunder
yaitu α-heliks dan β-sheet. Keduanya terbentuk karena ikatan hidrogen
yang terjadi antara asam amino yang berbeda pada polipeptida.
3. Struktur Tersier
Struktur polipeptida yang terjadi dari lipatan komponen
struktur sekunder polipeptida yang membentuk konfigurasi tiga
dimensi. Bermacam-macam gaya ikatan hidrogen antar asam amino
8
yang terjadi pada rangkaian polipeptida inilah maka disebur struktur
tersier. Disertai gaya hidrofobik rangkaian ini menempatkannya (asam
amino gugus non-polar) dibagian dalam protein dengan tujuan
melindunginya dari air. Selain ikatan hidrogen, terdapat juga ikatan
kovalen yang disebut juga sebagai jembatan disulfide antara asam
amino sistein di berbagai macam posisi pada rangkaian polipeptida.
4. Struktur Kuartener Protein
Asosiasi yang terjadi antara dua atau lebih rangkaian
polipeptida, dimana masing-masing terlipat menjadi struktur tersier,
menjadi protein multisubunit. Tidak semua protein membentuk
struktur kuaternair. Antara rangkian polipeptida yang berbeda struktur
protein terikat dengan jembatan disulfide. Sedangkan pada protein
yang terdiri dari asosiasi subunit yang lebih lemah akan dihubungkan
dengan ikatan hidrogen dan efek hidrofobik. Protein ini dapat kembali
pada komponen polipeptidanya, atau berubah komposisi subunitnya
tergantung pada kebutuhan fungsinya. Singkatnya, struktur kuartener
menggambarkan subunit-subunit yang berbeda dipak bersama-sama
membentuk struktur protein.
9
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat-alat
a. Gelas ukur 10 ml
b. Pipet tetes
c. Tabung reaksi
d. Beker glass
e. Kaki tiga
f. Kassa asbes
g. Pembakar spirtus
2. Bahan
a. Hg
b. Asam nitrat pekat
c. Tepung magnesium
d. Asam oksalat
e. Asam asetat
f. Asam sulfat pekat
g. Na – asetat
h. Ninhidrin
i. Aseton
j. CuSO4
k. NaOH
l. NH4OH
m. Na-nitroprusida
10
B. Cara Kerja
1. Reaksi Millon
a. Masukkan 3 ml larutan protein ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 5 tetes pereaksi Millon, kocok pelan-pelan
c. Panaskan selama 1 menit
d. Amati warna yang terjadi
2. Reaksi Hopkins-Cole
a. Masukkan 3 ml larutan protein ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 3 ml pereaksi Hopkins-Cole
c. Melalui dinding tabung tambahkan 5 ml asam sulfat pekat, jangan
dikocok
d. Amati warna yang terjadi
3. Reaksi Ninhidrin
a. Masukkan 3 ml larutan protein ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 5 tetes larutan Ninhidrin 0,1%
c. Panaskan hingga mendidih
d. Amati warna yang teradi
4. Reaksi Biuret
a. Masukkan 3 ml larutan protein ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 1 ml NaOH 2,5 N, dikocok
c. Tambahkan 2 tetes CuSO4 0,01 N, kocok
d. Jika tidak timbul warna, tambahkan 2 tets CuSO4 lagi
e. Amati warna yang terjadi
5. Reaksi Xantoprotein
a. Masukkan 3 ml larutan protein ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 1 ml asam sulfat pekat, kocok hati-hati dan amati
c. Panaskan selama 30 detik
d. Amati warna yang terjadi
e. Dinginkan larutan di bawah air keran
f. Tambahkan NaOH pekat
g. Amati warna yang terjadi
11
6. Reaksi Nitroprusida
a. Masukkan 3 ml larutan protein ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 1 ml natrium nitroprusida 2%, kocok
c. Tambahkan 1 ml larutan NaOH
d. Amati warna yang terjadi
C. Hasil Pengamatan
1. Reaksi Millon
Setelah diteteskan pereaksi Millon dan dipanaskan terjadi warna coklat
bening dengan endapan di permukaan atas.
2. Reaksi Hopkins-Cole
Terjadi warna putih keruh dengan ada endapan seperti gumpalan di
seluruh permukaan/lapisan.
3. Pereaksi Ninhidrin
Terjadi warna putih kekuningan.
4. Reaksi Biuret
Setelah larutan protein ditambahkan 1 ml NaOH 2,5 N dan 2 tetes
CuSO4 0,01N dan dikocok terjadi warna ungu muda
5. Reaksi Xantoprotein
Setelah ditambahkan asam nitrit pekat dan dipanaskan selama 30 detik
terjadi 2 lapisan yaitu putih di bagian atas dan bening di bagian bawah,
Kemudian ditambahkan NaOH pekat terdapat lapisan warna orange
atau kuning pucat
6. Reaksi Nitroprusida
Terjadi warna coklat susu
12
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Pembahasan
1. Reaksi Millon
Pereaksi millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat
dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan
protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi
merah oleh pemanasan.
Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena
terbentuknya senyawa merkuri gugus hidroksifenil yang berwarna.
Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil positif.
Pada percobaan yang dilakukan untuk reaksi Millon diketahui
bahwa sample protein yang diujikan mempunyai endapan berwarna
merah sehingga positif mempunyai gugus fenol atau tirosin.
Penambahan dengan pereaksi millon membentuk suatu
senyawa kompleks. Adanya ikatan-ikatan peptida dari gugus karboksil
dengan pereaksi membentuk suatu senyawa yang dengan pemanas
dihidrolisa menjadi phenylpeptida atau gugus aromatik.
2. Reaksi Hopkins-Cole
Reaksi yang positif terhadap pereaksi Hopkins-Cole ditandai
dengan larutan yang berwarna ungu, yang bertujuan mengidentifikasi
gugus asam amino yang mengandung cincin indol seperti triptofan.
Hasil reaksi terbentuk kompleks asam 2,3,4,5-tetrahidriß-karbolin-
4karboksilat yang berwarna ungu.
Namun pada percobaan yang dilakukan terhadap sample
protein yang diberikan tidak terdapat warna dan hanya terdapat
gumpalan putih. Hal tersebut menunjukkan bahwa sample protein yang
diberikan tidak mengandung cincin indol.
13
3. Reaksi Ninhidrin
Reaksi ini positif untuk semua asam ɑ-amino. Pada asam amino
primer terjadi warna ungu, pada asam amino sekunder terjadi warna
kuning. Semakin besar konsentrasi asam amino, warna semakin tua.
Pada percobaan yang dilakukan terhadap sample protein warna
tidak mengalami perubahan yang signifikan walaupun sekilas terlihat
seperti warna kekuningan. Hal ini mungkin disebabkan karena
konsentrasi asam amino yang terkandung hanya sedikit atau proses
pengujian yang tidak benar.
Dengan demikian ada kemungkinan bahwa sample protein
yang diujikan mengandung asam amino sekunder dengan jumlah yang
sangat terbatas.
4. Reaksi Biuret
Reaksi biuret digunakan untuk mengidentifikasi asam amino
bebas dan ikatan peptida. Reaksi ini positif untuk histidin, serin dan
tirosin sehingga menimbulkan warna menjadi ungu.
Fungsi pereaksi NaOH dan CuSO4 adalah untuk membuat
suasana larutan menjadi basa sehingga dihasilkan suatu senyawa
kompleks berwarna ungu sebagai deteksi atau penentuan kuantitatif
peptida dalam larutan protein, tetapi tidak untuk asam amino bebas.
Pada percobaan yang dilakukan terhadap protein sample terjadi
warna ungu tegas sehingga menunjukkan bahwa sample positif
mengandung rantai peptida.
5. Reaksi Xantoprotein
Reaksi ini bertujuan untuk mengidentifikasi asam amino
aromatik. Prinsip dari percobaan uji Xantoprotein adalah berdasarkan
adanya reaksi nitrasi intibenzena yang terdapat pada molekul protein
sehingga menghasilkan senyawa kompleks berwarna kuning jingga.
Pada percobaan yang dilakukan terhadap sample protein dapat
diketahui bahwa sample mengandung gugus asam amino aromatik
karena menghasilkan warna kuning.
14
6. Reaksi Nitroprusida
Reaksi ini positif untuk protein sistein ditandai dengan
terjadinya warna merah. Reaksi terjadi dalam amoniak berlebih
Dari percobaan yang dilakukan larutan menghasilkan warna
coklat susu sehingga dapat dapat disimpulkan bahwa sample protein
yang diuji tidak mengandung sistein.
B. Kesimpulan
Dari percobaan dan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Sampel protein yang diuji bereaksi positif terhadap reaksi Millon
sehingga sample tersebut mengandung asam amino fenolik.
2. Sample protein yang diuji tidak menunjukkan perubahan warna pada
reaksi Hopkins-Cole sehingga protein tersebut tidak mengandung cicin
indol.
3. Sample protein yang diujikan menunjukkan warna putih kekuningan
pada reaksi Ninhidrin sehingga protein tersebut mengandung gugus
asam amino sekunder.
4. Pada reaksi Biuret sample protein yang diujikan menghasilkan warna
ungu dengan demikian sample tersebut mempunyai gugus peptida.
5. Pada reaksi Xantoprotein sample berwarna kuning dengan demikian
sample protein mengandung gugus aromatik.
6. Pada reaksi nitroprusida larutan protein tidak menunjukkan warna
merah, sehingga dapat disimpulkan bahwa protein sample bukan
sistein.
15