laporan biokimia protein
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

Laporan Biokimia Protein
1. Tujuan
a. Kognnitif : Praktikan dapat memahami protein ditinjau dari segi kimia
b. Afektif :Dihadapkan pada gejala-gejala percobaan protein, praktikan menjadi
gizi minded
c. Psikomotor : Praktikan terampil melakukan percobaan-percobaan protein
2. Dasar Teori
Protein adalah sumber-sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan
N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Protein adalah makromolekul
polipeptida yang tersusun dari sejumlah L-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan
peptida, berbobot molekul tinggi dari 5000 sampai berjuta-juta. Protein terdiri dari
bermacam-macam golongan, makro molekul yang heterogen, walaupun demikian
semuanya merupakan turunan dari polipeptida dengan BM yang tinggi.
Unsur yang ada dalam hampir semua protein adalah hidrogen, oksigen, nitrogen,
dan belerang. Beberapa protein berisi unsur lain seperti besi yang terdapat dalam
hemoglobin, iodium terdapat dalam thiroglobin dan fosfor terdapat dalam kasein.
Molekul protein sangat besar, masa molekulnya berkisar antara 10.000-25.000.
oksihemoglobin dengan rumus molekul (C783H 1166O208N203S2Fe(4 mempunyai massa
molekul kurang lebih 65.000.
Asam amino
Penyusun protein adalah asam amino, yaitu asam organik yang mengandung
gugus amimo (-NH2) disamping gugus karboksilat (-COOH). Asam amino yang terdapat
di alam selalu berupa asam amino alpa , artinya gugus - NH2 selalu terikat pada atom C-
alpa, yaitu atom C di dekat gugus –COOH. Asam amino yang dikenal banyak sekali
tetapi hanya 20 jenis yang termasuk penyusun protein alami.

Gugus R disebut gugus samping, gugus inilah yang membedakan sifat-sifat antara
satu adam amino dengan asam amino lainnya, sedangkan gugus lainnya sama untuk
semua asam amino.
Protein secara kimia dapat dibedakan :
1. Protein sedehana : terdiri dari polipeptida
2. Protein kompleks : yang mengandung zat-zat tambahan seperti hem,
karbohidrat, lipid atau asam nukleat.
Struktur Protein terbagi atas 4 struktru dasar yaitu
1. Struktur Primer / Struktur Utama
2. Struktur Sekunder
3. Struktur Tersier
4. Struktur Kwartener
Berdasarkan fungsinya protein dapat dikelompokkan menjadi :
Protein transport (hemoglobin, albumin serum)
Protein enzim (tripsin, pepsin)
Protein struktural (keratin, kolagen)
Protein pertahanan (antibodi, trombin)
Protein nutrien (kasein, ovalbumin)
Protein pengatur (insulin, hormon pertumbuhan)
Menurut daya larut protein dapat dibedakan :

1. Albumin.
Albumin larut dalam air dan mengendap dalam garam berkonsentrasi tinggi
melalui proses yang disebut penggaraman atau salting aut. Contohnya : albumin
telur dan albumin serum.
2. Globulin
Globulin tidak larut dalam air, tidak larut dalam garam encer, juga tidak larut
dalam garam pekat dengan kejenuhan 30-50 %. Pada temperatur rendah,
pengendapan globulin dan albumin dapat dilakukan dengan hati-hati ( mengaduk
sesedikit mungkin) memakai metode salting out. Dengan cara ini protein murni
bahkan dapat dikristalkan. Contoh : globulin serum dan globulin telur.
3. Glutelin
Protein tidak larut dalam larutan netral,tetapi larut dalam asam dan basa encer.
Contoh : protein gandum ( glutenin) dan protein padi ( orizenin).
4. Gliadin ( prolamin)
Gliadin larut dalam 70 – 80 % etanol,tak larut dalam air dan etanol 100%. Contoh
: protein gandum (gliadin) dan protein jagung (zein).
5. Histon
Sangat basa dibandingkan dengan protein lain dan cenderung berikatan dengan
nukleat di dalam sel. Contoh: Histon timus, disebut juga nukleohiston sebab
bergandengan dengan histon. Protein globin bersenyawa dengan heme ( senyawa
asam) membentuk hemoglobin.
6. Protamin
Dibanding dengan protein lain, protamin relatif mempunyai bobot molekul
rendah. Protamin larut dalam air dan bersifat basa. Biasanya didapatkan

bergandengan dengan asam nukleat. Di dalam sperma ikan, disebut
nukleoprotamin contoh: salmin.
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat
ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, juga berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk
jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses
pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran. Pada masa kehamilan proteinlah yang
membentuk jaringan janin dan pertumbuhan emrio.
Protein terbentuk dari unsur-unsur organik yang relatif sama dengan karbohidrat
dan lemak, yaitu sama-sama terjadi dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, tetapi
bagi protein unsur-unsur ini ditambah lagi dengan unsur nitrogen dan ditemukan pula
unsur mineral (fosfor, belerang, besi). Molekul protein tersusun dari asam amino, 12
sampai 18 macam asam amino yang saling berhubungan dalam suatu ikatan peptida.
6. Pembahasan
Sumber protein dapat diperoleh dari bahan hewani maupun nabati. Salah satu
sumber protein dari bahan makanan adalah telur. Telur mengandung protein, lemak,
vitamin dan beberapa mineral. Kandungan penyusun protein dapat dibagi kedalam
protein putih telur dan protein kuning telur.
Salah satu sumber protein dalam bahan makanan adalah telur. Telur merupakan
sumber makanan yang banyak dimanfaatkan manusia. Bahan makanan ini mengandung
protein, lemak, vitamin dan beberapa mineral. Kandungan penyusun protein telu dapat
dibagi kedalam protein putih telur dan protein kuning telur. Disamping itu, susu juga
merupakan salah satu bahan makanan atau larutan yang mengandung protein.
Sehingganya dalam percobaan ini, sampel yang digunakan adalah protein dari susu
berupa kasein dan dari putih telur yaitu albumin. Untuk mendapatkan larutan protein,
maka putih telur diencerkan dengan aquadest ( H2O ) dengan perbandingan (1:10).

Setelah itu larutan protein ini siap diuji. Dalam penentuan uji protei diklasifikasikan
menjadi 2 kategori, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.
A. ANALISIS KUALITATIF ASAM AMINO
Dalam pengujian pembuktian protein pada sampel yang digunakan ada beberapa
cara atau tes yang dilakukan, diantaranya
a. Tes Ninhydrin
Reaksi warna protein dengan ninhydrin menunjukkan positif bila memberikan
warna biru atau ungu. Reaksi ini terjadi pada gugus amino bebas dari asam amino dengan
ninhydrin yang dituliskan di bawah ini :
R O O O
+ RCOH
I OH
H – C – NH2 + 2 - N = C
I OH
CO2H II O O
O
Dalam percobaan ini menambahkan 0,5 ml larutan Ninhydrin 0,1 % dalam 3 ml
larutan protein, kemudian memanaskan hingga mendidih, dan ternyata hasilnya positif

mengandung protein, karena dalam larutan menghasilkan larutan berwarna biru setelah
dipanaskan beberapa menit, yang sebelumnya berwarna bening.
Gugus ninhidrin :
Jawaban pertanyaan :
1. Warna yang terbentuk sebelum dipanaskan adalah bening tapi setelah dipanaskan
berubah menjadi biru.
2. Gugus protein yang memberikan tes positif terhadap tes ini adalah gugus amino
b. Tes Biuret
Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (-CO-
NH-N) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena
terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Senyawa
dengan dipeptida memberikan warna biru, tripeptida ungu dan tetrapeptida warna merah.
Dalam percobaanh ini, dimana 3 ml larutan protein ditambahkan 1 ml NaOH
pekat, dalam penambahan ini warna larutan menjadi bening, hal ini dikarenakan NaOH
bersifat basa, sehingga dapat bereaksi dengan larutan protein. Namun setelah ada
penambahan tembaga sulfat 0,01 M, maka larutan akan menjadi berwarna ungu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan protein tersebut mengandung protein. Seperti
yang dijelaskan diatas, dimana reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk
gugus peptida (-CO-NH-N) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya
warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan

peptida. Secara umum warna positif dari reaksi biuret ini membentuk senyawa kompleks
yang digambarkan dibawah ini :
I I
O=C C=O
I I
NH NH
I I
HCR RCH
I I
C=O Cu2+ C=O
I I
NH NH
I I
HCR RCH
Jawaban pertanyaan :
1. Karena jika kelebihan tembaga sulfat, maka pada saat penambahan amonia, warna
tidak akan berubah.
2. Karena garam ini dapat merubah sifat kelarutan protein dalam air
c. Pengendapan Dengan logam
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik yag bermuatan
negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan terjadi reaksi netralisasi dari

protein dan dihasilkan garam netral proteinat yang mengendap. Endapan protein ini akan
larut kembali pada penambahan alkali (NH3, NaOH,). Untuk pengendapan dengan logam,
salah satu logam berat yang digunakan adalah HgCl2. Jika protein ditambahkan HgCl2
akan terbentuk endapan putih. Ketika larutan protein ditambahkan Pb –asetat terdapat
endapan putih tapi hanya sedikit dan terdapat ruang-ruang larutan berwarna bening. Ada
beberapa ion yang dapat mengendapkan protein yaitu Ag+, Ca+, Zn+, Hg+, Cu+ dan Pb+,.
Jadi peranan HgCl2 adalah untuk menggendapkan protein yang terkandung dalam larutan
sampel, sehingga menghasilkan larutan yang positif.
B. ANALISIS PROTEIN SECARA KUANTITATIF
a. Penentuan Kadar Protein Secara Biuret
Penentuan protein secara biuret didasarkan atas pengukuran serapan cahaya oleh
ikatan kompleks yang berwarna ungu. Hal ini terjadi apabila protein bereaksi dengan
tembaga dalam lingkungan alkali. Adanya penambahan alkali pada protein dapat
menyababkan terjadinya hidrolisis ikatan peptida dari polimer protein. Hidrolisis ini
menghasilkan monomer-monomer asam amino dan ada sebagian gugus asam amino yang
berubah menjadi amonia. Akibat hidrolisis itu jumlah gugus asam amino berkurang.
Sebelum melakukan percobaan ini, awalnya yang dilakukan adalah pembuatan
reagen dan larutan standar yang akan digunakan. Reagen yang akan digunakan adalah
reagen biuret dan larutan satandar protein.
- Reagen biuret dibuat dengan cara : melarutkan 1,5 gram CuSO4. 5H2O dan 6,0
gram NaKC4O6.4H2O kedalam kira-kira 500 ml aquadest dalam labu takar ukuran
1 liter. Kemudian ditambahkan 300 ml NaOH 100 % sambil dikocok. Akhirnya
tambahkan air sampai batas garis.
- Larutan standar protein dibuat dengan cara : melarutkan serum albumin murni
atau kasein dalam air dengan kadar 10 mg per ml. Untuk mudahnya ditambahkan
beberapa tetes NaOH 3 %

- Larutan blanko : campuran 1 ml aquadest dan 4 ml reagen biuret kemudian
didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar..
Pada percobaan ini yang akan dilakukan adalah menentukan kadar protein dengan
menggunakan spektrometer 20.
Percobaan dilakukan dengan mencampurkan 1 ml protein + 4 ml reagen biuret kenudian
dikocok dan diamkan selama 30 menit. Sebelum mengukur dan menggunakan alat,
terlebih dahulu alat ini sudah harus di hidupkan / dipanaskan selama kurang lebih 15
menit. Setelah itu alat dikalibrasi dengan menggunakan blanko atau aquadest. Setelah itu
masukkan dalam kuvet dan baca serapannya pada 450 nm. Mengulangi cara yang sama
pada l yang bervariasi yang dimulai dari l 400 nm, 450 nm, 500 nm dan 550 nm.
Diperoleh data serapan kadar protein dengan beberapa variasi l sebagai berikut :
l T
400
450
500
550
98 T
97,2 T
92 T
89 T
b. Pembuatan Kasein
Susu merupakan larutan yang berisi protein, laktosa mineral dan vitamintertentu
yang mengemulsi lemak dari kasein. Jika lemak dihilangkan dari susu tersebut diperoleh
susu skim sedangkan apabila kaseinnya diendapkan residu yang diperoleh disebut serum.
Kasein dapat diendapkan dengan cara mengasamkan susu sampai pH 4,7. Larutan dibuat
dengan cara mencampurkan 100 ml susu dalam air panas dipanaskan sampai 40o C + 1 ml
as asetat glacial tetes demi tetes sambil diaduk. Setelah diaduk kasein mengendap.
Selanjutnya menyaring endapan dengan menggunakan corong buchner dengan pompa

vakum, terbentuk endapan dan filtrat. Suspensikan endapan dengan 50 ml etanol 95 %,
kemudian dekantasi, ulangi dengan menggunakan 50 ml campuran etanol eter, diperoleh
endapan yang berbentuk tepung. Cuci endapan dengan 50 ml eter. Hisap endapan
kemudian keringkan dan pindahkan pada kaca arloji. Terbentuk kasein dalam bentuk
tepung kering.
KESIMPULAN
Dari data yang diperoleh dan pembahasan diatas dapat disimpulkan :
1. Ternyata untuk Tes Biuret, Tes Ninhydrin dan penegndapan logam
memberikan hasil positif terhadap protein pada telur yaitu pada putih telur
(albumin) dengan adanya warna yang ditampilkan pada setiap perlakuan.
2. Pada penentuan kadar protein secara kuantitatif secara biuret, diperoleh data
sebagai berikut
l T
400
450
500
550
98 T
97,2 T
92 T
89 T
Dari data diatas dapat dilihat pada panjang gelombang 400 nm, memiliki kadar
sebesar 98 T.
KEMUNGKINAN KESALAHAN
Kemungkinan kesalahan pada mereaksikan larutan

Kesalahan pada saat pemanasan larutan
Kesalahan pada saat pengukuran larutan
Kesalahan pada saat pengamatan warna
Daftar Pustaka
Team Teaching. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Jurusan Pendidikan Kimia
FMIPA UNG : Gorontalo
Chairil Anwar. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Depdikbud Dirjen
Pendidikan Tinggi : Yogyakarta.
Martoharsono, Soeharsono. 1975. Biokimia. Gadjah Mada University Press. :
Yogyakarta
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Pres : Jakarta
Diposkan oleh Musrin Salila,S.Pd. M.Si di 09.20
0 komentar:
Poskan Komentar
PROTEIN
Gugus R disebut gugus samping, gugus inilah yang membedakan sifat-sifat antara
satu adam amino dengan asam amino lainnya, sedangkan gugus lainnya sama untuk
semua asam amino.
Protein secara kimia dapat dibedakan :
Protein sedehana : terdiri dari polipeptida
Protein kompleks : yang mengandung zat-zat tambahan seperti hem, karbohidrat,
lipid atau asam nukleat.
Struktur Protein terbagi atas 4 struktru dasar yaitu
Struktur Primer / Struktur Utama

Struktur Sekunder
Struktur Tersier
Struktur Kwartener
Berdasarkan fungsinya protein dapat dikelompokkan menjadi :
Protein transport (hemoglobin, albumin serum)
Protein enzim (tripsin, pepsin)
Protein struktural (keratin, kolagen)
Protein pertahanan (antibodi, trombin)
Protein nutrien (kasein, ovalbumin)
Protein pengatur (insulin, hormon pertumbuhan)
Menurut daya larut protein dapat dibedakan :
Albumin.
Albumin larut dalam air dan mengendap dalam garam berkonsentrasi tinggi
melalui proses yang disebut penggaraman atau salting aut. Contohnya : albumin
telur dan albumin serum.
2. Globulin
Globulin tidak larut dalam air, tidak larut dalam garam encer, juga tidak larut dalam
garam pekat dengan kejenuhan 30-50 %. Pada temperatur rendah, pengendapan
globulin dan albumin dapat dilakukan dengan hati-hati ( mengaduk sesedikit
mungkin) memakai metode salting out. Dengan cara ini protein murni bahkan
dapat dikristalkan. Contoh : globulin serum dan globulin telur.
3. Glutelin
Protein tidak larut dalam larutan netral,tetapi larut dalam asam dan basa encer.
Contoh : protein gandum ( glutenin) dan protein padi ( orizenin).
4. Gliadin ( prolamin)

Gliadin larut dalam 70 – 80 % etanol,tak larut dalam air dan etanol 100%. Contoh :
protein gandum (gliadin) dan protein jagung (zein).
Histon
Sangat basa dibandingkan dengan protein lain dan cenderung berikatan dengan
nukleat di dalam sel. Contoh: Histon timus, disebut juga nukleohiston sebab
bergandengan dengan histon. Protein globin bersenyawa dengan heme ( senyawa
asam) membentuk hemoglobin.
Protamin
Dibanding dengan protein lain, protamin relatif mempunyai bobot molekul
rendah. Protamin larut dalam air dan bersifat basa. Biasanya didapatkan
bergandengan dengan asam nukleat. Di dalam sperma ikan, disebut
nukleoprotamin contoh: salmin.
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat
ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, juga berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk
jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses
pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran. Pada masa kehamilan proteinlah yang
membentuk jaringan janin dan pertumbuhan emrio.
Protein terbentuk dari unsur-unsur organik yang relatif sama dengan karbohidrat
dan lemak, yaitu sama-sama terjadi dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, tetapi
bagi protein unsur-unsur ini ditambah lagi dengan unsur nitrogen dan ditemukan pula
unsur mineral (fosfor, belerang, besi). Molekul protein tersusun dari asam amino, 12
sampai 18 macam asam amino yang saling berhubungan dalam suatu ikatan peptida.
3. Alat Dan Bahan
Bahan :
Pereaksi biuret
Pereaksi ninhidrin
Alat
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi

Pipet tetes
Batang pengaduk
Gelas kimia
Spektrofotometer UV-VIS
Gelas ukur
Susu
Etanol 95%
Campuran : eter 1:1
Larutan HCl 0,1 M
Larutan protein
Larutan HgCl2
Larutan (NH4)2 SO4 jenuh
Larutan NaOH
4. Prosedur Kerja
Uji Biuret
Larutan protein 3 ml
Menambahkan 1 ml larutan NaOH 2,5 NMenambahkan 1 tetes larutan CuSO4 0,01 MMengamati
Uji Ninhidrin
Larutan protein 3 ml
Menambahkan 0,5 ml larutan Ninhydrin 0,1%Memanaskan hingga mendidih
Perubahan warna

Mengamati
Pengendapan dengan logamLarutan protein 3 ml
Menambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 Mmengulangi dengan menggunakan Pb- asetatmengamati
d. Penentuan kadar protein secara biuret
menambahkan 4 ml reagen biuretmengocok dan diamkan selama 30 menitmembaca serapannya pada 450 nmmembuat variasi panjang gelombang
Hasil pengamatanMembuat kurva baku
Dan tetapkan kadar protein
Perubahan warna
Perubahan warna
Larutan protein 1 ml

catatan : untuk blanko dipakai campuram 1 ml aquadest dan 4 ml reagen biurete. Pembuatan kasein
100 ml susu dalam air panas
menambahkan tetes demi tetes asam asetat glasial sebanyak 1 ml sambil diaduk
Kasein mengendap
menyaring menggunakan corong buchner dengan pompa vakumendapan
filtrat
disuspensi dengan 50 ml etanol 95 %dekantaseulangi dengan menggunakan 50 ml campuran etanol eter

Hasil Pengamatan
UJI / TES PROSEDUR PENGAMATAN
Biuret 1 ml larutan NaOH + 3 ml larutan protein
Setelah ditambahkan dengan CuSO4 0,01 M
Protein berubah warna menjadi bening.
Terjadi perubahan warna menjadi warna ungu.
Ninhydrin 0,5 ml larutan ninhydrin 0,1 % + larutan protein 3 ml
Dipanaskan hingga mendidih
Terbentuk 2 lapisan : Lapisan atas ( Berwarna bening ); dan lapisan bawah juga berwarna bening
Terjadi perubahan warna awalnya berwarna merah jambu setelah didiamkan beberapa menit larutan berubah menjadi biru muda.
Pengendapan dengan logam
3 ml larutan protein + 5 tetes larutan HgCl2 0,2 M
3 ml larutan protein + 5 tetes larutan PbCOOH 0,2 M
Terbentuk endapan putih pada seluruh larutan
Terdapat endapan putih tapi dalam jumlah sedikit dan terdapat ruang-ruang yang berwarna bening pada tabung.
Penentuan Kadar Protein Secara Biuret
1 ml protein + 4 ml reagen biuret, dikocok, dan diamkan selama 30 menit. Masukkan dalam kuvet dan baca serapannya pada 450 nm.
Mengulangi cara yang sama pada yang bervariasi yang dimulai dari 400 nm, 450 nm, 500 nm dan 550 nm.
Larutan berwarna biru muda dan setelah diukur pada spektrometer 20 pada 450 nm diperoleh serapan kadar protein sebesar 97,2 T
Diperoleh nilai serapannya berturut-turut : 98 T, 97,2 T, 92 T dan 89 T.
Pembuatan Kasein 100 ml susu dalam air panas dipanaskan sampai 40o C + 1 ml as asetat glacial tetes demi tetes sambil diaduk
Menyaring endapan dengan menggunakan corong buchner dengan pompa vakum
Suspensikan endapan dengan 50 ml etanol 95 %, kemudian
Kaein mengendapTerbentuk endapan dan filtratDiperoleh endapan yang
berbentuk tepungTerbentuk kasein dalam
bentuk tepung kering.
kasein

dekantasi, ulangi dengan menggunakan 50 ml campuran etanol eter
Cuci endapan dengan 50 ml eter
Hisap endapan kemudian keringkan dan pindahkan pada kaca arloji
Pembahasan
Sumber protein dapat diperoleh dari bahan hewani maupun nabati. Salah satu
sumber protein dari bahan makanan adalah telur. Telur mengandung protein, lemak,
vitamin dan beberapa mineral. Kandungan penyusun protein dapat dibagi kedalam
protein putih telur dan protein kuning telur.
Salah satu sumber protein dalam bahan makanan adalah telur. Telur merupakan
sumber makanan yang banyak dimanfaatkan manusia. Bahan makanan ini mengandung
protein, lemak, vitamin dan beberapa mineral. Kandungan penyusun protein telu dapat
dibagi kedalam protein putih telur dan protein kuning telur. Disamping itu, susu juga
merupakan salah satu bahan makanan atau larutan yang mengandung protein.
Sehingganya dalam percobaan ini, sampel yang digunakan adalah protein dari susu
berupa kasein dan dari putih telur yaitu albumin. Untuk mendapatkan larutan protein,
maka putih telur diencerkan dengan aquadest ( H2O ) dengan perbandingan (1:10).
Setelah itu larutan protein ini siap diuji. Dalam penentuan uji protei diklasifikasikan
menjadi 2 kategori, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.
A. ANALISIS KUALITATIF ASAM AMINO
Dalam pengujian pembuktian protein pada sampel yang digunakan ada beberapa
cara atau tes yang dilakukan, diantaranya
Tes Ninhydrin
Reaksi warna protein dengan ninhydrin menunjukkan positif bila memberikan
warna biru atau ungu. Reaksi ini terjadi pada gugus amino bebas dari asam amino dengan
ninhydrin yang dituliskan di bawah ini :
R O O O+ RCOH

I OH
H – C – NH2 + 2 - N = CI OH
CO2H II O OO
Dalam percobaan ini menambahkan 0,5 ml larutan Ninhydrin 0,1 % dalam 3 ml
larutan protein, kemudian memanaskan hingga mendidih, dan ternyata hasilnya positif
mengandung protein, karena dalam larutan menghasilkan larutan berwarna biru setelah
dipanaskan beberapa menit, yang sebelumnya berwarna bening.
OII
OHOHIIO O
Gugus ninhidrin :Jawaban pertanyaan :
Warna yang terbentuk sebelum dipanaskan adalah bening tapi setelah dipanaskan
berubah menjadi biru.
Gugus protein yang memberikan tes positif terhadap tes ini adalah gugus amino
Tes Biuret
Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (-CO-
NH-N) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena
terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Senyawa
dengan dipeptida memberikan warna biru, tripeptida ungu dan tetrapeptida warna merah.
Dalam percobaanh ini, dimana 3 ml larutan protein ditambahkan 1 ml NaOH
pekat, dalam penambahan ini warna larutan menjadi bening, hal ini dikarenakan NaOH
bersifat basa, sehingga dapat bereaksi dengan larutan protein. Namun setelah ada

penambahan tembaga sulfat 0,01 M, maka larutan akan menjadi berwarna ungu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan protein tersebut mengandung protein. Seperti
yang dijelaskan diatas, dimana reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk
gugus peptida (-CO-NH-N) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya
warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan
peptida. Secara umum warna positif dari reaksi biuret ini membentuk senyawa kompleks
yang digambarkan dibawah ini :
I IO=C C=OI I
NH NHI IHCR RCHI I
C=O Cu2+ C=OI INH NHI IHCR RCH
Jawaban pertanyaan :
Karena jika kelebihan tembaga sulfat, maka pada saat penambahan amonia, warna tidak
akan berubah.
Karena garam ini dapat merubah sifat kelarutan protein dalam air
.
Pengendapan Dengan logam
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik yag bermuatan
negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan terjadi reaksi netralisasi dari
protein dan dihasilkan garam netral proteinat yang mengendap. Endapan protein ini akan
larut kembali pada penambahan alkali (NH3, NaOH,). Untuk pengendapan dengan logam,
salah satu logam berat yang digunakan adalah HgCl2. Jika protein ditambahkan HgCl2
akan terbentuk endapan putih. Ketika larutan protein ditambahkan Pb –asetat terdapat
endapan putih tapi hanya sedikit dan terdapat ruang-ruang larutan berwarna bening. Ada

beberapa ion yang dapat mengendapkan protein yaitu Ag+, Ca+, Zn+, Hg+, Cu+ dan Pb+,.
Jadi peranan HgCl2 adalah untuk menggendapkan protein yang terkandung dalam larutan
sampel, sehingga menghasilkan larutan yang positif.
B. ANALISIS PROTEIN SECARA KUANTITATIF
Penentuan Kadar Protein Secara Biuret
Penentuan protein secara biuret didasarkan atas pengukuran serapan cahaya oleh
ikatan kompleks yang berwarna ungu. Hal ini terjadi apabila protein bereaksi dengan
tembaga dalam lingkungan alkali. Adanya penambahan alkali pada protein dapat
menyababkan terjadinya hidrolisis ikatan peptida dari polimer protein. Hidrolisis ini
menghasilkan monomer-monomer asam amino dan ada sebagian gugus asam amino yang
berubah menjadi amonia. Akibat hidrolisis itu jumlah gugus asam amino berkurang.
Sebelum melakukan percobaan ini, awalnya yang dilakukan adalah pembuatan
reagen dan larutan standar yang akan digunakan. Reagen yang akan digunakan adalah
reagen biuret dan larutan satandar protein.
Reagen biuret dibuat dengan cara : melarutkan 1,5 gram CuSO4. 5H2O dan 6,0 gram
NaKC4O6.4H2O kedalam kira-kira 500 ml aquadest dalam labu takar ukuran 1
liter. Kemudian ditambahkan 300 ml NaOH 100 % sambil dikocok. Akhirnya
tambahkan air sampai batas garis.
Larutan standar protein dibuat dengan cara : melarutkan serum albumin murni atau
kasein dalam air dengan kadar 10 mg per ml. Untuk mudahnya ditambahkan
beberapa tetes NaOH 3 %
Larutan blanko : campuran 1 ml aquadest dan 4 ml reagen biuret kemudian
didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar..
Pada percobaan ini yang akan dilakukan adalah menentukan kadar protein dengan
menggunakan spektrometer 20.
Percobaan dilakukan dengan mencampurkan 1 ml protein + 4 ml reagen biuret kenudian
dikocok dan diamkan selama 30 menit. Sebelum mengukur dan menggunakan alat,
terlebih dahulu alat ini sudah harus di hidupkan / dipanaskan selama kurang lebih 15
menit. Setelah itu alat dikalibrasi dengan menggunakan blanko atau aquadest. Setiap
masukkan dalam kuvet dan baca serapannya pada 450 nm.

Mengulangi cara yang sama pada yang bervariasi yang dimulai dari 400 nm, 450 nm,
500 nm dan 550 nm
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan :
Ternyata untuk Tes Biuret, Tes Ninhydrin, Tes Xanthoprotein, Tes Milon, Tes
Hopkins Cole, dan Tes Pb-asetat memberiukan hasil positif terhadap protein pada
telur yaitu pada putih telur (albumin).
Selain itu pada tes sifat-sifat protein, yaitu tes pengendapan dengan logam-logam, Tes
Helier dan Tes Koagulasi juga memberikan hasil positif terhadap protein pada
putih telur (albumin).
Kemungkinan Kesalahan
Kemungkinan kesalahan pada mereaksikan larutan
Kemungkinan kesalahan pada saat pemanasan larutan
Kemungkinan kesalahan pada saat pengukuran larutan
Kemungkinan kesalahan pada saat pengamatan warna
Daftar Pustaka
Team Teaching. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Jurusan Pendidikan Kimia
FMIPA UNG : Gorontalo
Chairil Anwar. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Depdikbud Dirjen
Pendidikan Tinggi : Yogyakarta.
Martoharsono, Soeharsono. 1975. Biokimia. Gadjah Mada University Press. :
Yogyakarta
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Pres : Jakarta