laporan praktikum biokimia total protein (1)

37
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA BLOK DIGESTIVE PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN Metode Biuret Disusun Oleh: Imelda Widyasari S. G1A011002 Nyimas Eva Fitriani G1A011009 Teofilus Kristianto G1A011011 Kelli Julianti G1A011018 Molyna Ulfah G1A011021 Go Ferra Marcheela G. G1A011061 Athifa Muthmainnah G1A011063 Rosellina A.S. G1A011074 Jevan Fritz Pridiabdhy G1A007026 Asisten: Anna Rumaisyah G1A010021 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

Upload: ferra-marcheela

Post on 01-Dec-2015

1.521 views

Category:

Documents


61 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIABLOK DIGESTIVE

PEMERIKSAAN TOTAL PROTEINMetode Biuret

Disusun Oleh:

Imelda Widyasari S. G1A011002

Nyimas Eva Fitriani G1A011009

Teofilus Kristianto G1A011011

Kelli Julianti G1A011018

Molyna Ulfah G1A011021

Go Ferra Marcheela G. G1A011061

Athifa Muthmainnah G1A011063

Rosellina A.S. G1A011074

Jevan Fritz Pridiabdhy G1A007026

Asisten:

Anna Rumaisyah

G1A010021

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2013

Page 2: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIABLOK DIGESTIVE

PEMERIKSAAN TOTAL PROTEINMetode Biuret

Oleh:

Imelda Widyasari S. G1A011002

Nyimas Eva Fitriani G1A011009

Teofilus Kristianto G1A011011

Kelli Julianti G1A011018

Molyna Ulfah G1A011021

Rosellina A.S. G1A011074

Go Ferra Marcheela G. G1A011061

Athifa Muthmainnah G1A011063

Jevan Fritz Pridiabdhy G1A007026

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian praktikum biokimia

Kedokteran Blok Digestive

Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto

Diterma dan Disahkan

Purwokerto, Juni 2013

Asisten

Anna Rumaisyah

G1A010021

Page 3: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

I. PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum

Pemeriksaan Total Protein

B. Tanggal Praktikum

Kamis, 30 Mei 2013

C. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa akan dapat melakukan pemeriksaan total protein dalam darah

dengan metode biuret.

2. Mahasiswa akan dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan total protein

pada saat praktikum setelah membandingkannya dengan nilai normal.

3. Mahasiswa akan dapat mengetahui kondisi/penyakit apa saja yang

berkaitan dengan kadar total protein abnormal dalam darah.

Page 4: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Protein Total

Protein merupakan makromolekul yang secara fisik dan fungsional

kompleks yang melakukan beragam peran penting. Protein biasanya “lahir”

saat translasi, mengalami pematangan melalui pengolahan pascatranslasi

misalnya proteolysis parsial, berada secara berselang-seling dalam bentuk

aktif dan istirahat melalui intervensi faktor-faktor regulasi, mengalami

penuaan melalui oksidasi, deamidasi, dsb, dan mati setelah diuraikan menjadi

asam-asam amino komponennya (Muray et al, 2009). Sepertiga bagian

protein darah terdapat dalam plasma dan dua pertiganya lagi merupakan

protein sel darah merah yaitu haemoglobin. Protein plasma total kira-kira 5-8

gr/dl. Protein plasma merupakan bagian utama zat plasma campuran yang

sanagat kompleks, tidak hanya terdiri dari protein sederhana (polipeptida)

tetapi juga untuk protein campuran, yang mengandung zat-zat tambahan

seperti hem, karbohidrat, lipid atau asam nukleat seperti glikoprotein dan

berbagai jenis lipoprotein (Lintang, 2003).

Sebagian besar protein tubuh berbentuk globular atau elips dan

dinamakan protein globular. Umumnya larut dalam air atau larutan garam.

Dengan electrophoresis dapat dilihat perbedaan banyaknya albumin, alpha,

beta dan gamma globulin serta fibrinogen (Lintang, 2003). Protein total

diukur untuk mengukur jumlah total dua kelas protein yaitu albumin dan

globulin (Dugdale, 2011).

Page 5: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

Kecepatan pembentukan protein plasma oleh hati sangat tinggi sekali,

sebanyak 4 gram perjam atau sebanyak 100 gram perhari. Terdapat

keseimbangan reversible antara protein plasma dan protein jaringan.

Kecepatan sintesis protein plasma oleh hati tergantung pada kadar asam

amino dalam darah, yang berarti kadar protein plasma menjadi kurang bila

suplai asam amino yang sesuai tidak ada. Sebaliknya, bila terdapat protein

berlebihan dalam plasma, tetapi kekurangan protein dalam sel, protein plasma

digunakan untuk membentuk protein jaringan. Jadi, terdapat keseimbangan

yang konstan, antara protein plasma, asam amino dalam darah dan protein

jaringan (Lintang, 2003).

Fungsi protein plasma adalah sebagai berikut (Muray et al, 2009):

No. Fungsi Protein Plasma

1. Antiprotease Antikimotripsin

2. Pembekuan

darah

Berbagai faktor pembekuan, fibrinogen

3. Enzim Berfungsi dalam darah, misalnya faktor

pembekuan, kolinesterase. Kebocoran dari sel

atau jaringan, misalnya aminotransferase

4. Hormon Eritropoietin

5. Pertahanan

Imun

Imunoglobulin, protein komplemen, β2-

mikroblogulin

6. Peran dalam Protein respons fase akut (mis. Protein reaktif-C,

Page 6: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

respons

peradangan

α1-glikoprotein asam (orosomukosoid)

7. Onkofetal Α1-Fetoprotein (AFP)

8. Protein

pengangkut atau

pengikat

- Albumin

(berbagai ligan, termasuk bilirubin, asam

lemak bebas, ion (Ca2+¿ ¿), logam (mis.

Cu2+¿ ¿, Zn2+¿¿), metheme, steroid,

hormone lain, dan berbagai obat)

- Seruloplasmin

Mengandung Cu2+¿ ¿, albumin mungkin

lebih penting dalam pengangkutan Cu2+¿ ¿

secara fisiologis

- Globulin

pengikat-kortikosteroid (transkortin)

mengikat kortisol

- Haptoglobin

Mengikat hemoglobin ekstrakorpuskular

- Lipoprotein

Kilomikron, VLDL, LDL, HDL

- Hemopeksin

Mengikat heme

- Protein pengikat-retinol

Mengikat retinol

Page 7: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

- Protein pengikat-hormon seks

Mengikat testosterone, estradiol

- Globulin pengikat tiroid

Mengkikat T4, T3

- Transferin

Mengangkut besi

- Transtiretin (Dahulu pra-albumin)

Mengikat T4 dan membentuk suatu

kompleks dengan protein pengikat retinol

B. Albumin

Albumin terutama dibuat di hati yang mempunyai fungsi membantu

menjaga darah agar tidak keluar dari pembuluh darah. Selain itu albumin juga

membantu membawa beberapa obat dan zat lain melalui darah serta penting

bagi pertumbuhan jaringan dan penyembuhan (WebMD, 2011). Albumin

membantu mencegah cairan bocor keluar dari pembuluh darah (Dugdale,

2011). Protein hewan efektif dalam membentuk albumin dan globulin

(Lintang, 2003). Kadar albumin di darah manusia direkomendasikan normal

oleh paramedis bila kandungannya antara 3,5-5,5 g/dl (Sumarno, 2012).

C. Globulin

Terdiri dari protein yang berbeda yang disebut apha, beta, tipe-tipe

gamma. Beberapa globulin dibuat oleh hati, sementara yang lainnya dibuat

oleh sistem kekebalan tubuh. Globulin tertentu mengikat hemoglobin sebagai

Page 8: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

transportasinya. Globulin yang lain menggunakan logam seperti besi di dalam

darah dan membantu melawan infeksi (WebMD, 2011). Protein nabati

terutama efektif dalam pembentukan globulin (Lintang, 2003).

D. Struktur Protein

Tingkatan Struktur protein terdiri dari empat macam struktur yaitu:

1. Struktur primer (struktur utama)

Struktur primer suatu protein semata adalah urutan linear asam

amino yang disatukan oleh ikatan peptida yang mencakup lokasi setiap

ikatan disulfida, tidak terjadi percabanganrantai. Struktur ini terdiri dari

asam-asam amino yang dihubungkan satu sama lain secara kovalen

melalui ikatan peptida. Ujung dari polipeptida yang terbentuk ini memiliki

sifat kimia yang berbeda, yaitu mempunyai gugus amino bebas (ujung N

atau amino, NH2-) dan mempunyai gugus karboksil bebas (ujung C atau

karboksil, COOH-). Oleh karena itu arah polipeptida dan dituliskan baik

N→C (kiri ke kanan) maupun C →N (kanan ke kiri). (Mark et al, 2000)

Gambar 1. Struktur primer protein

2. Struktur sekunder

Protein sudah mengalami interaksi intermolekul, melalui rantai

samping asam amino. Ikatan yang membentuk struktur ini, didominasi

Page 9: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

oleh ikatan hidrogen antar rantai samping yang membentuk pola tertentu

bergantung pada orientasi ikatan hidrogennya. Ada dua jenis struktur

sekunder, yaitu: α-heliks dan β-sheet. Ikatan yang membentuk struktur ini

didominasi oleh ikatan hidrogen antara rantai samping yang membentuk

pola tertentu bergantung pada orientasi ikatan hidrogennya (Muray et al,

2009).

Gambar 2. Struktur sekunder protein

3. Struktur Tersier

Struktur tersier terbentuk karena adanya lipatan yang membentuk

struktur yang kompleks. Lipatan distabilkan oleh ikatan hidrogen, ikatan

disulfida, interaksi ionik, ikatan hidrofobik, dan ikatan hidrofilik. Interaksi

intra molekuler yang terjadi seperti ikatan hidrogan, ikatan ion, van der

waals, dan hidropobik yang turut menentukan orientasi struktur tiga

dimensi dari protein (Muray et al, 2009).

Gambar 3. Struktur tersier protein

Page 10: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

4. Struktur Kuartener

Struktur Kuartener terbentuk dari beberapa bentuk tersier, dengan

kata lain multi subunit. Interaksi intermolekul antar subunit protein ini

membentuk struktur keempat atau kuartener. Interaksi intermolekul antar

subunit protein ini membentuk struktur keempat/ kuarterner. Setiap

subunit protein dapat melakukan komunikasi dan saling mempengaruhi

satu sama lain melalui interaksi intermolekuler. Beberapa struktur protein

terikat dengan jembatan disulfida antara polipeptida yang berbeda, tetapi

banyak protein terdiri dari asosiasi subunit yang lebih lemah yang

dihubungkan dengan ikatan hidrogen dan efek hidrofobik. Protein ini

dapat kembali pada komponen polipeptidanya atau berubah komposisi

subunitnya tergantung pada kebutuhan fungsinya.

Gambar 4. Struktur kuartener protein

Page 11: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

E. Metabolisme Protein

Protein turn-over dan amino acid pool

Protein dalam tubuh bersifat dinamis, selalu ada sintesis dan degradasi. Di

dalam setiap sel, protein secara kontinu dibuat dan diuraikan, proses ini

disebut protein turn-over. Saat protein diuraikan, asam amino dibebaskan.

Asam amino-asam amino ini bercampur dengan asam amino dari dietary

protein membentuk amino acid pool di dalam sel dan peredaran darah.

Nitrogen Balance

Negatif kalau N out > N in

Positif kalau N out < N in

Zero kalau N in = N out

1. ANABOLISME

Sintesis Protein

a. Transkripsi

Sintesis mRNA dari salah satu rantai DNA, yaitu rantai cetakan atau

sense. RNA dihasilkan dari aktivitas enzim RNA polymerase. Enzi

mini membuka pilihan kedua rantai DNA hingga terpisah dan

merangkaikan nukleotida RNA dari arah 5’ ke 3’.

1) Inisiasi

Daerah DNA dimana RNA polymerase melekat dan

mengawali transkripsi disebut promoter.

2) Elongasi

Pilinan heliks ganda DNA terbuka secara berurutan. Setelah

sintesis RNA berlangsung, DNA heliks ganda terbentuk

Page 12: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

kembali dan molekul RNA baru akan lepas dari cetakan DNA-

nya.

3) Terminasi

RNA polymerase mencapai titik akhir.

b. Translasi

Proses mRNA mengarahkan serangkaian asam amino dan sintesis

protein.

1) Inisisasi

Terjadi dengan adanya mRNA, sebuah RNAt yang memuat

asam amino pertama dari polipeptida dan 2 subunit RNAr.

Pertama, subunit ribosom kecil mengikatkan diri pada RNAd

dan RNAt inisiator. Pada mRNA terdapat kodon inisiasi AUG

(start kodon), yang memberi siyal dimulainya proses translasi.

RNAt inisiator yang membawa asam amino metionin, melekat

pada kodon inisiasi AUG.

2) Elongasi

Asam amino-asam amino berikutnya ditambahkan satu persatu

pada asam amino pertama (metionin). Molekul RNAr dari

subunit ribosom besar berfungsi sebagai enzim, yaitu

mengkatalis pembentukan ikatan peptide yang

menggabungkan polipeptida yang memeanjang ke asam amino

yang baru tiba.

3) Terminasi

Page 13: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

Elongasi berlanjut terus hingga ribosom mencapai kodon stop

(UAA, UAG, atau UGA). Kodon stop hanya bertindak sebagai

sinyal untuk menghentikan translasi. Akhirnya, rantai protein

terbentuk.

2. KATABOLISME

a. Transaminasi

Semua asam amino, kecuali lysine, threonine, proline, dan

hidroxyproline, mengalami transaminase. Dalam transaminase, grup

alfa amino dihilangkan.

Enzim alanine aminotransferase;

Pyruvate alfa-amino acid

L-alanine alfa keto acid

Enzim Glutamat aminotransferase

Alfa-ketoglutarat alfa-amino acid

L-glutamate alfa-keto acid

Page 14: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

Deaminasi oksidatif

Menggunakan enzim L—glutamate dehydrogenase;

NH3 NAD+ NADH NH3

Glutamate dehydrogenase alfaketoglutarat

Glutamat NH3 NADP+ NADPH

Page 15: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Spuit 3 cc

b. Tourniquet

c. Eppendorf

d. Sentrifugator

e. Tabung reaksi

f. Rak tabung reaksi

g. Mikropipet (10 µL – 100 µL)

h. Mikropipet (100 µL – 1000 µL)

i. Yellow Tip

j. Blue Tip

k. Kuvet

l. Spektrofotometer

2. Bahan

a. Serum

b. Reagen biuret

B. Cara Kerja

1. Praktikan mengambil darah dari probandus.

2. Persiapan sampel serum:

a. Praktikan mengambil darah sebanyak 3 cc menggunakan spuit.

Page 16: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

b. Praktikan memasukkan darah ke dalam tabung eppendorf tanpa

EDTA dan menginkubasinya selama 10 menit dalam suhu ruangan.

c. Praktikan memasukkan darah ke dalam sentrifugator untuk

disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit

kemudian serumnya dijadikan sampel.

3. Praktikan mencampurkan sampel (serum) sebanyak 20 µL ke dalam

reagen biuret sebanyak 1000 µL.

4. Praktikan menginkubasi campuran selama 5 menit dalam suhu ruangan,

kemudian mengukurnya dengan spektrofotometer dengan panjang

gelombang 546 nm dan nilai faktor 19,0.

C. Nilai Normal

Bayi : 4,6 – 7,0 gr/dl

3 tahun sampai dengan dewasa : 6,2 – 8,5 gr/dl

D. Rumus Perhitungan

Kadar total protein= nilai absorbansi sampelnilai absorbansi standar

×kadar standar

Keterangan:

Kadar standar : 8,0 gr/dl

Nilai absorbansi standar : 3,1

Page 17: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Probandus

Nama : Ferra Marcheela

Usia : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

2. Hasil

Absorbansi sampel : 11,7 gr/dl

Absorbansi standar : 3,1 gr/dl

Kadar standar : 8,0 gr/dl

Kadar protein total = Absorbansi sampelabsorbansi standar

×kadar standar

= 11,73,1

×8,0

= 30,19 gr/ dl

B. Pembahasan

Pada paraktikum pemeriksaan kadar total protein digunakan metode

biuret. Untuk mengetahui kadar total protein harus dihitung menggunakan

pembagian antara absorbansi sampel dan absorbansi standar kemudian dikali

kadar standar. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada spektrofotometer dengan

panjang gelombang 546 nm, didapatkan absorbansi sampel 11,7 gr/ dl.

Setelah dihitung menggunakan rumus didapatkan kadar total protein 30,19 gr/

dl. Kadar normal total protein yaitu 6,2-8,5 gr/dl. Hasil pemeriksaan kadar

Page 18: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

protein total probandus bila dibandingkan dengan kadar normalnya, ada

sedikit peningkatan.

Sebagian besar metode untuk mengukur protein yaitu menggunakan zat

warna yang berikatan dengan molekul protein sehingga terjadi perubahan

dalam pola penyerapan (absorbance) molekul zat warna. Protein total

biasanya diukur dengan reagen biuret dan tembaga sulfat basa. Penyerapan

dipantau pada panjang gelombang 546 nm. Sebagian besar protein dapat

diharapkan bereaksi dengan reagen ini (Sacher, 2004).

Tingginya kadar protein tertentu dalam plasma dapat mengindikasikan

adanya kelainan atau gangguan fungsi tempat sintesisnya, misalnya pada

penyakit hepatitis akut dan kronis, dehidrasi (hemokonsentrasi), muntah,

diare, multipel mieloma, dan diet tinggi protein. Sedangkan total protein

dapat menurun pada kondisi penyakit ginjal, malnustrisi, malabsorbsi, dll

(Murray et al, 2009).

Tingginya kadar protein total pada probandus belum dapat menentukan

bahwa probandus mengalami gangguan. Tingginya kadar protein total

dipengaruhi oleh keadaan dehidrasi maupun diet tinggi protein. Selain itu

dapat diperkirakan juga adanya kesalahan-kesalahan dalam pemeriksaan

kadar protein yaitu dari faktor Praktikan seperti adanya kesalahan praktikan

dalam menakar reagen dan serum yang digunakan, cara pencampuran dan

menghomogenkan larutan yang salah, atau bisa saja kesalahan pada alat dan

bahan yang digunakan.

Page 19: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

C. Aplikasi Klinis

1. Multiple myeloma

Multiple myeloma (MM) adalah keganasan yang terjadi pada sel

plasma. Sel plasma ini merupakan salah satu tipe sel darah putih yang

bertugas menghasilkan antibodi. Pada MM, akan terjadi akumulasi sel

plasma yang tidak normal yang mengganggu produksi sel darah normal

yang lain seperti eritrosit dan trombosit, sehingga dapat muncul tanda

seperti anemia dan trombositopenia. MM merupakan 1 % dari penyakit

keganasan dan 10 % dari keganasan sel darah. Angka kejadian MM kira-

kira 4 kasus/100.000 orang/tahun (Hermayanti, 2008).

Ciri khas dari penyakit multiple myeloma (MM) adalah adanya

protein M (komponen M, protein myeloma, atau M spike). Sekitar 97%

pasien MM memiliki immunoglobulin yang utuh atau rantai ringan (light

chain) yang bebas yang dapat dideteksi oleh elektroforesa protein.

Protein M ini menunjukkan terjadinya produksi immunoglobulin

homogen atau fragmennya yang berlebihan. Dari pemeriksaan kimia

darah, dapat dilihat dari kadar total protein, albumin, dan globulin pasien,

dengan adanya peningkatan kadar globulin yang bahkan bisa  melebihi

kadar albumin (Hermayanti, 2008).

Multiple myeloma harus dicurigai pada orang dewasa tua dengan

nyeri punggung, gejala konstitusi (berkeringat, penurunan berat badan),

dan tingkat protein total meningkat. Pemeriksaan laboratorium yang biasa

dikerjakan adalah darah lengkap, protein total, albumin, globulin beserta

elektroforesis protein, kalsium darah, dan protein Bence-Jones pada urine.

Page 20: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

Pada darah lengkap bisa ditemukan anemia normokrom normositik dan

trombositopenia. Terjadi peningkatan kadar globulin dan penurunan

albumin, dengan hasil elektroforesis protein menunjukkan grafik yang

tinggi dengan puncak yang lancip pada gamma globulin. Selain itu terjadi

peningkatan kadar kalsium darah dan pemeriksaan protein Bence Jones

pada urin menunjukkan hasil positif (Haematol, 2003).

2. Malabsorpsi

Malabsorpsi adalah suatu keadaan terdapatnya gangguan pada

proses absorpsi dan digesti secara normal pada satu atau lebih zat gizi.

Berbagai hal dan keadaan dapat menyebabkan malabsorpsi, diantaranya

defisiensi enzim, gangguan pada mukosa usus tempat absorbsi zat nutrisi,

dan penyakit pencernaan seperti insufisiensi eksokrin pankreas,

insufisiensi asam empedu, kelainan mukosa, kelainan absorpsi spesifik,

penyakit limfatik, serta kelainan absorpsi campuran seperti pada sindrom

Zollinger-Ellison dan gangguan paska gastrektomi (Syam, 2009).

Umumnya pasien datang dengan diare, sehingga sulit membedakan

diare yang disebabkan malabsorpsi atau sebab lain. Diare dapat terjadi

sebagai akibat dari malabsorpsi karbohidrat (glukosa, laktosa, galaktosa),

asam amino, lemak dan vitamin B12. Pada malabsorpsi karbohidrat

gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah

perut. Laktosa yang tak tercerna dapat menyebabkan diare osmotik,

produk dari digesti bakteri yang mencerna laktosa dapat menyebabkan

diare sekretorik dan distensi usus halus (Misselwitz et al, 2013).

Page 21: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya (Syam,

2009):

a. Pemeriksaan darah perifer lengkap, dilakukan untuk mengetahui nilai

hemoglobin dan mean cell volume (MCV) dan memperkirakan adanya

defisiensi Fe, asam folat, atau vitamin B12

b. Pemeriksaan radiologi, pemeriksaan USG abdomen dapat

mengidentifikasi adanya pankreas pada pasien dengan pankreatitis

kronis

c. Pemeriksaan histopatologi usus halus

d. Pemeriksaan lemak feses, untuk melihat adanya lemak pada feses

dengan pewarnaan Sudan sebagai manifestasi dari malabsorpsi lema

e. Pemeriksaan laboratorium lain, dilakukan untuk menentukan adanya

malabsorpsi. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan

fungsi pankreas, pemeriksaan absorpsi pankreas, pemeriksaan

absorpsi vitamin B12, pemeriksaan protein total, albumin, dan lain-

lain. Pada pemeriksaan tes albumin, akan didapatkan jumlah albumin

yang menurun atau hipoalbuminemia.

3. End-stage of Renal Failure (ESRF)

End-stage of renal failure (ESRF) atau disebut juga end-stage of

renal disease (ESRD) merupakan penurunan fungsi ginjal yang

ireversibel yang dapat berakibat fatal jika tidak dilakukan dialisis atau

transplantasi. Biasanya ESRD terjadi ketika fungsi ginjal telah berkurang

hingga kurang dari 10% dari fungsi ginjal normal (Medifocus, 2011).

Page 22: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

Malnutrisi dan hipoalbuminemia yang terjadi pada pasien ESRD

merupakan prediktor kuat yang meningkatkan mortalitas (Shanta et al,

2011). Pada pasien ESRD terjadi penurunan kadar albumin

(hipoalbuminemia) yang kadarnya dipertahankan dengan cara dialisis

peritoneal atau hemodialisis. Konsentrasi albumin pada serum ditentukan

oleh laju sintesis albumin dan pada pasien ESRD sintesis albumin

menurun sebagai respon terhadap peradangan meskipun ada kemungkinan

bahwa nutrisi yang tidak adekuat juga dapat berkontribusi (Kaysen,

2011).

Page 23: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

V. KESIMPULAN

1. Protein total adalah kadar semua jenis protein yang terdapat dalam serum

atau plasma yang terdiri dari albumin, globulin, dan fraksi protein lain.

2. Kadar protein total didapat dari nilai absorbansi sampel dibagi dengan

nilai absorbansi standar yaitu 3,1 kemudian dikalikan dengan kadar

standar yaitu 8,0 gr/dl.

3. Nilai normal total protein pada bayi adalah 4,6 – 7,0 gr/dl, sedangkan pada

anak usia tiga tahun ke atas dan dewasa nilai normalnya adalah 6,2 – 8,5

gr/dl.

4. Kadar protein total akan menurun pada kondisi malnutrisi, malabsorpsi,

penyakit ginjal, serta stadium akhir gagal ginjal (ESRD) dan akan

meningkat pada kondisi dehidrasi, multiple myeloma, serta penyakit hati

menahun.

Page 24: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

DAFTAR PUSTAKA

Baron, Murray, Marie Hudson, Russel Steele, dan Canadian Scleroderma

Research Group. 2010. Is Serum Albumin a Marker of Malnutrition in

Chronic Disease? The Scleroderma Paradigm. Journal of American College

of Nutrition. 29 (2): 144 – 151.

Dugdale, D.C. 2011. MedlinePlus: Total Protein. Wahington: University of

Washington School of Medicine. Available at:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003483.htm

Haematol, Br J. 2003. Criteria for the classification of monoclonal gammopathies,

multiple myeloma and related disorders: A report of the International

Myeloma Working Group. British Journal of Haematology. 121: 749-757.

Hermayanti, Diah. 2009. Non-Secretory Multiple Myeloma. Jurnal Saintika

Medika Universitas Muhamadiyah Malang. 5 (10): 1 – 9.

Lintang, L.S. 2003. Gambaran Fraksi Protein Darah Pada Preeklampsia dan

Hamil Normotensif. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Mark, Dawn B., Marks Alan., Smith Collen M. 2000. Biokimia Kedokteran

Dasar, Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta: EGC

Medifocus. 2011. Medifocus Guidebook on: End-Stage Renal Disease. Available

at: http://books.google.co.id/books?

id=Fq3oJJwj2qcC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false.

Misselwitz, Benjamin, Daniel Pohl, Heiko Fruhauf, Michael Fried, Stephan R

Vavricka, dan Mark Fox. 2013. Lactose Malabsorption and Intolerance:

Pathogenesis, Diagnosis, and Treatment. United European

Gastroenterology Journal. 0(0): 1 – 9.

Murray, R.K., Granner, D.K., Rodwell, V.W. 2009. Biokimia Harper. Jakarta:

EGC

Prevalence of Subclinical Hypothyroidism in Patient with End-Stage Renal

Disease and the Role of Serum Albumin: A Cross-Sectional Study from

South India. Cardio Renal Medicine. 1: 255 – 260.

Kaysen, G A. 2011. Biological Basis of Hypoalbuminemia in ESRD. Journal of

the American Society of Nephrology. 9 (12): 2368 – 2376.

Page 25: Laporan Praktikum Biokimia Total Protein (1)

Rodwell, V.W. 2009. Metabolisme Protein. Jakarta: EGC.

Sacher, Ronald A., Richard A. McPherson. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan

Laboratorium. Jakarta: EGC hal 311.

Shantha, Ghanshyam Palamaner Subash, Anita Ashok Kumar, Viraj Bhise, Rohit

Khanna, Kamesh Sivagnanam, dan Kuyilan Karai Subramanian. 2011.

Syam, Ari Fahrial. 2009. Malabsorpsi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jakarta: Interna Publishing.

Sumarno. 2012. Albumin Ikan Gabus (Snakeheads fish) dan Kesehatan. Jurnal

Ilmiah Agri Bios. 10 (1): 60 – 63.

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.