lapkas peb

Upload: astrie-hananda-febriancy

Post on 16-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

preeklampsia berat

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    1/22

    LAPORAN KASUS

    PREEKLAMSIA BERAT DENGAN IMPENDING EKLAMSIA

    SUPERVISOR : dr. M. Rizki Yaznil, M.Ked (OG), Sp.OG

    OLEH:

    Astrie Hananda Febriancy

    090100299

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

    RS HAJI ADAM MALIK

    MEDAN

    2014

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    2/22

    i

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi ............................................................................................. i

    BAB 1 Pendahuluan...................................................................... 1

    BAB 2 Tinjauan Pustaka.............................................................. 2

    2.1 Definisi......................................................................... 2

    2.2Epidemiologi dan Faktor Risiko Preeklamsia.......... 3

    2.3 Etiologi......................................................................... 5

    2.4 Patogenesis dan Patofisiologi Preeklamsia............... 7

    2.5 Gejala Klinis Preeklamsia.......................................... 9

    2.6 Pemeriksaan Fisik....................................................... 10

    2.7 Pemeriksaan Penunjang............................................. 10

    2.8 Penatalaksanaan......................................................... 10

    BAB 3 Laporan Kasus..................................................................

    Daftar Pustaka

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    3/22

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Sampai saat ini angka kematian ibu (AKI) tidak dapat turun seperti yang

    diharapkan. Menurut laporan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

    (BKKBN), tahun 2003 AKI di Indonesia yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup,

    tahun 2004 yaitu 270 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per

    100.000 kelahiran hidup, tahun 2006 yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, dan

    tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target Millenium

    Development Goals (MDGs), AKI di Indonesia tahun 2015 harus mencapai 125

    per 100.000 kelahiran hidup. Penyumbang angka kematian yang tinggi ini

    meliputi perdarahan, preeclampsia/eklampsia dan infeksi 1.

    Angka kejadian preeklampsia sekitar 5-10% dari seluruh kehamilan dan

    masing-masing negara mempunyai angka yang berbeda. Di Amerika Serikat,

    hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab kematian maternal kedua

    setelah perdarahan dan 15% dari kematian ibu hamil disebabkan oleh

    preeklampsia. Menurut Simanjuntak 2(4), pada penelitian retrospektif selama lima

    tahun (1993-1997) dijumpai 5-10% kematian ibu pada kasus preeklampsia berat,

    sedangkan penelitian dari Cochrane Review 3,4(5,6) menyebutkan prevalensi

    penderita preeklampsia berat dengan usia kehamilan di bawah 34 minggu adalah

    50% dari jumlah kehamilan dengan preeklampsia berat. Dari pasien dengan

    preeklampsia berat tersebut, 50% memerlukan terminasi kehamilan dalam 24 jam

    setelah masuk rumah sakit berdasarkan indikasi ibu.

    Meskipun beberapa penelitian telah dilakukan, sampai saat ini penyebab

    preeklampsia belum diketahui secara pasti dan oleh Zweifel penyakit ini disebut

    dengan the disease of theories. Dan saat ini masih banyak penelitian yang

    berlangsung untuk mengetahui pathogenesis dari preeklampsia. Hanya saja, para

    peneliti sepaham dan telah membuktikan bahwa plasenta pasien preeklampsia

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    4/22

    2

    ternyata mengalami iskemik oleh karena menurunnya aliran darah ke plasenta

    yang disebabkan tidak terjadinya dilatasi arteri spiralis 2,3,5 (7).

    Oleh karena etiologi dan patogenesisnya belum diketahui dengan jelas

    sampai sekarang, akibatnya penanganan yang definitif belum dijumpai. Hanya

    pemikiran karena penyakit ini disebabkan oleh plasenta, maka untuk

    menghentikan proses perjalanan penyakit adalah dengan melahirkan plasenta yang

    tentu saja akan juga melahirkan bayinya walaupun belum cukup bulan. Sebagai

    konsekuensi dari hal-hal tersebut akan banyak dilahirkan bayi-bayi yang prematur

    6.

    Menurut Advanced in Labour and Risk Management (ALARM)

    Internasional tahun 2007, persalinan pada pasien preeklampsia berat pada saat

    yang optimal mengurangi morbiditas dan mortalitas ibu serta neonatal. Penundaan

    persalinan dilakukan hanya untuk mendapatkan maturitas paru janin. Hipertensi

    gestasional merupakan penyakit progresif, manajemen konservatif potensial

    berbahaya bila ada penyakit yang berat atau dugaan gawat janin 7(10).

    1.2. Tujuan

    Tujuan penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:

    1. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang preeklampsia berat,klasifikasinya, penatalaksanaannya baik pada ibu hamil.

    2. Sebagai salah satu tugas dalam bagian Ilmu Obstetri dan GinekologiRSUP HAM.

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    5/22

    3

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    6/22

    4

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Defenisi

    Preeklampsia ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan / atau

    edema akibat dari kehamilan setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera

    setelah persalinan, bahkan setelah 24 jam post partum.2

    Sebelumnya, edema termasuk ke dalam salah satu kriteria diagnosis

    preeklampsia, namun sekarang tidak lagi dimasukkan ke dalam kriteria diagnosis,

    karena pada wanita hamil umum ditemukan adanya edema, terutama di tungkai,

    karena adanya stasis pembuluh darah.3

    Hipertensi umumnya timbul terlebih dahulu daripada tanda-tanda lain.

    Kenaikan tekanan sistolik > 30 mmHg dari nilai normal atau mencapai 140

    mmHg, atau kenaikan tekanan diastolik > 15 mmHg atau mencapai 90 mmHg

    dapat membantu ditegakkannya diagnosis hipertensi. Penentuan tekanan darah

    dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.3

    Proteinuria ditandai dengan ditemukannya protein dalam urin 24 jam yang

    kadarnya melebihi 0.3 gram/liter atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+

    atau 2+ atau 1 gram/liter atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter

    atau midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Umumnya

    proteinuria timbul lebih lambat, sehingga harus dianggap sebagai tanda yang

    serius.4

    Walaupun edema tidak lagi menjadi bagian kriteria diagnosis pre-

    eklampsia, namun adanya penumpukan cairan secara umum dan berlebihan di

    jaringan tubuh harus teteap diwaspadai. Edema dapat menyebabkan kenaikan

    berat badan tubuh. Normalnya, wanita hamil mengalami kenaikan berat badan

    sekitar 0.5 kg per minggu. Apabila kenaikan berat badannya lebih dari normal,

    perlu dicurigai timbulnya pre-eklampsia.3

    Preeklampsia pada perkembangannya dapat berkembang menjadi

    eklampsia, yang ditandai dengan timbulnya kejang atau konvulsi. Eklampsia

    dapat menyebabkan terjadinya DIC (Disseminated intravascular coagulation)

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    7/22

    5

    yang menyebabkan jejas iskemi pada berbagai organ, sehingga eklampsia dapat

    berakibat fatal.4

    Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai

    dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai

    proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.5-7

    2.2. Epidemiologi dan Faktor Risiko Preeklamsia

    Preeklampsia dapat ditemui pada sekitar 5-10% kehamilan, terutama

    kehamilan pertama pada wanita berusia di atas 35 tahun.Frekuensi pre-eklampsia

    pada primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama

    pada primigravida muda. Diabetes mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda,

    hidrops fetalis, usia> 35 tahun, dan obesitas merupakan faktor predisposisi

    terjadinya pre-eklampsia.4

    Penelitian berbagai faktor risiko terhadap hipertensi pada kehamilan /

    preeklampsia /eklampsia.4

    UsiaInsidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada

    primigravida tua.Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun

    insidens > 3 kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35

    tahun, dapat terjadi hipertensi laten.

    ParitasAngka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun

    tua, primigravida tua risiko lebih tinggi untuk pre-eklampsia berat.

    Ras/golongan etnikMungkin ada perbedaan perlakuan/akses terhadap berbagai

    etnik di banyak negara.

    Faktor keturunanJika ada riwayat pre-eklampsia/eklampsia pada ibu/nenek

    penderita, faktor risiko meningkat sampai 25%.

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    8/22

    6

    Faktor genDiduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang ditentukan genotip

    ibu dan janin.

    Diet/giziTidak ada hubungan bermakna antara menu/pola diet tertentu (WHO).

    Penelitian lain : kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian yang

    tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang obese/overweight.

    Iklim / musimDi daerah tropis insidens lebih tinggi.

    Tingkah laku/sosioekonomiKebiasaan merokok : insidens pada ibu perokok lebih rendah, namun

    merokok selama hamil memiliki risiko kematian janin dan pertumbuhan janin

    terhambat yang jauh lebih tinggi.

    Aktifitas fisik selama hamil : istirahat baring yang cukup selama hamil

    mengurangi kemungkinan/insidens hipertensi dalam kehamilan.

    HiperplasentosisProteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar,

    dizigotik lebih tinggi daripada monozigotik.

    Hidrops fetalis berhubungan mencapai sekitar 50% kasus Diabetes mellitus

    Angka kejadian yang ada kemungkinan patofisiologinya bukan pre-

    eklampsia murni, melainkan disertai kelainan ginjal/vaskular primer akibat

    diabetesnya.

    Mola hidatidosaDiduga degenerasi trofoblas berlebihan berperan menyebabkan pre-

    eklampsia. Pada kasus mola, hipertensi dan proteinuria terjadi lebih dini/pada usia

    kehamilan muda, dan ternyata hasil pemeriksaan patologi ginjal juga sesuai

    dengan pada pre-eklampsia.

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    9/22

    7

    Riwayat pre-eklampsia.

    Kehamilan pertama Usia lebih dari 40 tahun dan remaja Obesitas Kehamilan multiple Diabetes gestasional Riwayat diabetes, penyakit ginjal, lupus, atau rheumatoid arthritis. 4

    2.3. EtiologiPenyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum diketahui secara

    pasti, sehingga penyakit ini disebut dengan The Diseases of Theories.

    Beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya preeklampsia adalah :

    1. Faktor TrofoblastSemakin banyak jumlah trofoblast semakin besar

    kemungkinan terjadinya preeklampsia. Ini terlihat pada kehamilan

    Gemelli dan Mola Hidatidosa. Teori ini didukung pula dengan

    adanya kenyataan bahwa keadaan preeklampsia membaik setelah

    plasenta lahir.1

    2. Faktor Imunologik

    Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan

    jarang timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Secara Imunologik

    dan diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan

    Blocking Antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna,

    sehingga timbul respons imun yang tidak menguntungkan terhadap

    histokompatibilitas plasenta. Pada kehamilan berikutnya,

    pembentukan Blocking Antibodies akan lebih banyak akibat

    respon imunitas pada kehamilan sebelumnya, seperti respons

    imunisasi.1 Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang

    mendukung adanya sistem imun pada penderita Preeklampsia-

    Eklampsia :

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    10/22

    8

    a. Beberapa wanita dengan Preeklampsia-Eklampsia mempunyai kompleks imundalam serum.

    b. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen padaPreeklampsia-Eklampsia diikuti dengan proteinuria.

    Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa pendapat

    menyebutkan bahwa sistem imun humoral dan aktivasi komplemen terjadi pada

    Preeklampsia-Eklampsia, tetapi tidak ada bukti bahwa sistem imunologi bisa

    menyebabkan Preeklampsia-Eklampsia.2

    3. Faktor Hormonal

    Penurunan hormon Progesteron menyebabkan penurunan Aldosteron

    antagonis, sehingga menimbulkan kenaikan relatif Aldoteron yang menyebabkan

    retensi air dan natrium, sehingga terjadi Hipertensi dan Edema.1

    4. Faktor Genetik

    Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia / Eklampsia

    bersifat diturunkan melalui gen resesif tunggal2. Beberapa bukti yang

    menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian Preeklampsia-Eklampsia antara

    lain:

    a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia

    pada anak-anak dari ibu yang menderita Preeklampsia-Eklampsia.

    c. Kecenderungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia pada anakdan cucu ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia-Eklampsia dan bukan pada

    ipar mereka.8

    5. Faktor Gizi

    Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi yang kurang mengandung

    asam lemak essensial terutama Asam Arakidonat sebagai prekursor sintesis

    Prostaglandin akan menyebabkan Loss Angiotensin Refractoriness yang

    memicu terjadinya preeklampsia.1

    6. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    11/22

    9

    Pada Preeklampsia-Eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel

    vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI2) yang

    pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan

    fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin

    akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin.

    Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan

    serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.8

    2.4. Klasifikasi

    Preeklampsia berat dibagi dalam beberapa kategori, yaitu: (2,4)

    1. PEB tanpa impending eclampsia2. PEB dengan impending eclampsia dengan gejala-gejala impending di

    antaranya nyeri kepala, mata kabur, mual dan muntah, nyeri

    epigastrium, dan nyeri abdomen kuadran kanan atas.

    2.5. Patogenesis dan patofisiologi preeklamsia

    Belum diketahui dengan pasti, secara umum pada Preeklampsia terjadi

    perubahan dan gangguan vaskuler dan hemostasis. Sperof menyatakan bahwa

    dasar terjadinya Preeklampsia adalah iskemik uteroplasenta, sehingga terjadi

    ketidakseimbangan antara massa plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi

    sirkulasi darah plasenta yang berkurang.9

    Disfungsi plasenta juga ditemukan pada Preeklampsia, sehingga terjadi

    penurunan kadar 1 -25 (OH)2dan Human Placental Lagtogen (HPL), akibatnya

    terjadi penurunan absorpsi kalsium dari saluran cerna. Untuk mempertahankan

    penyediaan kalsium pada janin, terjadi perangsangan kelenjar paratiroid yang

    mengekskresi paratiroid hormon (PTH) disertai penurunan kadar kalsitonin yang

    mengakibatkan peningkatan absorpsi kalsium tulang yang dibawa melalui

    sirkulasi ke dalam intra sel. Peningkatan kadar kalsium intra sel mengakibatkan

    peningkatan kontraksi pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan tekanan

    darah.9

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    12/22

    10

    Gambar 2.1. Etiologi preeklampsia menurut teori iskemik plasenta (14)

    Teori vasospasme dan respons vasopresor yang meningkat menyatakan

    prostaglandin berperan sebagai mediator poten reaktivitas vaskuler. Penurunan

    sintesis prostaglandin dan peningkatan pemecahannya akan meningkatkan

    kepekaan vaskuler terhadap Angiotensin II. Angiotensin II mempengaruhi

    langsung sel endotel yang resistensinya terhadap efek vasopresor berkurang,

    sehingga terjadi vasospasme. Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan

    aliran darah yang menyebabkan hambatan aliran darah yang menyebabkan

    tejadinya hipertensi arterial yang membahayakan pembuluh darah karena

    gangguan aliran darah vasa vasorum, sehingga terjadi hipoksia dan kerusakan

    endotel pembuluh darah yang menyebabkan dilepasnya Endothelin 1 yang

    merupakan vasokonstriktor kuat. Semua ini menyebabkan kebocoran antar sel

    endotel, sehingga unsur-unsur pembentukan darah seperti trombosit dan

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    13/22

    11

    fibrinogen tertimbun pada lapisan subendotel yang menyebabkan

    gangguan ke berbagai sistem organ.9 Efek pada fungsi organ-organ lain:

    a. OtakPada hamil normal, perfusi serebral tidak berubah, namun pada pre-

    eklampsia terjadi spasme pembuluh darah otak, penurunan perfusi dan suplai

    oksigen otak sampai 20%. Spasme menyebabkan hipertensi serebral, faktor

    penting terjadinya perdarahan otak dan kejang / eklampsia.4

    b. HatiTerjadi peningkatan aktifitas enzim-enzim hati pada pre-eklampsia, yang

    berhubungan dengan beratnya penyakit.4

    c. GinjalPada pre-eklampsia, arus darah efektif ginjal berkurang 20%, filtrasi

    glomerulus berkurang 30%. Pada kasus berat terjadi oligouria, uremia, sampai

    nekrosis tubular akut dan nekrosis korteks renalis. Ureum-kreatinin meningkat

    jauh di atas normal. Terjadi juga peningkatan pengeluaran protein (Sindroma

    Nefrotik pada kehamilan).4

    d. Sirkulasi uterus dan koriodesiduaPerubahan arus darah di uterus, koriodesidua dan plasenta adalah

    patofisiologi yang terpenting pada pre-eklampsia, dan merupakan faktor yang

    menentukan hasil akhir kehamilan.

    1. Terjadi iskemia uteroplasenta, menyebabkan ketidakseimbanganantara massa plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi darah

    sirkulasi yang berkurang.

    2. Hipoperfusi uterus menjadi rangsangan produksi renin diuteroplasenta, yang mengakibatkan vasokonstriksi vaskular daerah

    itu. Renin juga meningkatkan kepekaan vaskular terhadap zat-zat

    vasokonstriktor lain (angiotensin, aldosteron) sehingga terjadi tonus

    pembuluh darah yang lebih tinggi.

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    14/22

    12

    3. Karena gangguan sirkulasi uteroplasenter ini, terjadi penurunan suplaioksigen dan nutrisi ke janin. Akibatnya bervariasi dari gangguan

    pertumbuhan janin sampai hipoksia dan kematian janin.4

    2.6. Gejala Klinis Preeklampsia

    Gejala preeklampsia adalah :

    1. Hipertensi

    2. Edema

    3. Proteinuria

    4. Gejala subjektif : sakit kepala, nyeri ulu hati, gangguan penglihatan.5

    Dikatakan preeklampsia berat bila dijumpai satu atau lebih tanda/gejala

    berikut :

    1. TD 160 / 110 mmHg2. Proteinuria > 5 gr / 24 jamatau kualitatif 3+ / 4+3. Oliguria 500 ml / 24 jam4.

    Peningkatan kadar enzim hati dan / atau ikterus

    5. Nyeri kepala frontal atau gangguan penglihatan6. Nyeri epigastrium7. Edema paru atau sianosis8. Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat (IUFGR)9. HELLP Syndrome10. Koma2,9

    Diagnosis preeklampsia bisa ditegakkan jika terdapat minimal gejalahipertensi dan proteinuria.5

    2.7.Pemeriksaan Fisik

    Tekanan darah harus diukur dalam setiap ANC Tinggi fundus harus diukur dalam setiap ANC untuk mengetahui adanya

    retardasi pertumbuhan intrauterin atau oligohidramnion.

    Edema pada muka yang memberat

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    15/22

    13

    Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg per minggu ataupeningkatan berat badan secara tiba-tiba dalam 1-2 hari.

    4

    2.8. Pemeriksaan Penunjang

    Saat ini belum ada pemeriksaan penyaring yang terpercaya dan efektif

    untuk preeklampsia. Dulu, kadar asam urat digunakan sebagai indikator

    preeklampsia, namun ternyata tidak sensitif dan spesifik sebagai alat diagnostik.

    Namun, peningkatan kadar asam urat serum pada wanita yang menderita

    hipertensi kronik menandakan peningkatan resiko terjadinya preeklampsia

    superimpose.

    Pemeriksaan laboratorium dasar harus dilakukan di awal kehamilan pada

    wanita dengan faktor resiko menderita preeklampsia, yang terdiri dari

    pemeriksaan kadar enzim hati, hitung trombosit, kadar kreatinin serum, dan

    protein total pada urin 24 jam.

    Pada wanita yang telah didiagnosis preeklampsia, harus dilakukan juga

    pemeriksaan kadar albumin serum, LDH, apus darah tepi, serta waktu perdarahan

    dan pembekuan. Semua pemeriksaan ini harus dilakukan sesering mungkin untuk

    memantau progresifitas penyakit.4

    2.9. Penatalaksanaan

    Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya dilakukan

    pengelolaan dasar sebagai berikut :

    a. Terapi pada penyulit yaitu terapi medikamentosa dengan pemberian obatobatan untuk penyulitnya.

    b. Menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya yang tergantung usia

    kehamilan. Sikap terhadap kehamilannya dibagi 2, yaitu :

    1. Ekspektatif; konservatif : bila umur kehamilan

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    16/22

    14

    Penanganan awal pada pasien pre-eklampsia :

    a. Segera masuk Rumah Sakit.b. Tirah baring miring ke kiri secara intermitten.c. Infus RL atau Dextrose 5%.d. Pemberian anti kejang MgSO4sebagai pencegahan dan terapikejang.

    Pemberian MgSO4dibagi :

    Loading dose (initial dose) : dosis awal.

    Maintenance dose : dosis lanjutan.

    Pemberian MgSO4dapat dipilih regimen yang antara lain :

    Regimen Loading Dose Maintenance

    Dose

    Dihentikan

    1. Zuspan,1996

    Continous

    intravenous

    injection

    Preeklamsia

    berat

    Tidak ada 1 gr/jam IV

    Eklamsia 46 gr IV/510

    menit

    1 gr/jam IV

    2. Sibai, 1984 Continousintravenous

    injection

    46 gr 20%

    dilarutkan dalam

    100 ml D5/15

    20 menit

    Dimulai 2 gr/jam

    IV dalam 10 gr

    1000 cc D5; 100

    cc/jam. Tetesan

    disesuaikan dosis

    46 mEq/l

    24 jam paska

    persalinan

    3. MagpizTrial

    Colaborative

    Group, 2002

    1. 4 gr 50%dilarutkan

    dalam saline

    IV/1015

    1. 1 gr/jamIV dalam 24

    jam atau

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    17/22

    15

    menit

    2.

    10 gr50% IM : 5

    gr IM

    bokong

    kanan, 5 gr

    IM bokong

    kiri

    2.

    5 mg IM /4 jam dalam

    24 jam.

    Buku Williams menuliskan jadwal pemberian MgSO4:

    - 4 gr MgSO420% IV dengan kecepatan 1 gr / menit- diikuti 10 gr MgSO4 50% IM dibagi 5 gr masing-masing gluteus- tiap 4 jam berikan 5 gr MgSO4 IM pada gluteus secara bergantian- pemberian MgSO4dihentikan 24jam setelah bayi lahir.

    Syarat pemberian MgSO4:

    1. Reflek patella normal.

    2. Respirasi >16 menit.

    3. Produksi urine dalam 4 jam sebelumnya > 100 cc : 0,5cc /

    kgBB/jam.

    4. Siapkan ampul Kalsium Glukonat 10% dalam 10 cc.

    Bila timbul gejala dan tanda intoksikasi MgSO4 maka diberikan injeksi

    Kalsium Glukonat 10%/10 cc dalam 3 menit.

    e. Anti hipertensiDiberikan bila tensi 180/110 atau MAP 126.

    Jenis obat :

    Nifedipine : 10 20 mg oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum

    120 mg dalam 24 jam.Nifedipin diberikan per oral tidak sub lingual karena

    absorbsi per oral jauh lebih baik.

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    18/22

    16

    Tekanan darah diturunkan secara bertahap :

    1. Penurunan awal 25% dari tekanan sistolik.2. Tekanan darah diturunkan mencapai

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    19/22

    17

    - Terapi medikamentosa

    1. Bila penderita sudah kembali menjadi preeklamsia ringan maka masihdirawat 23 hari lagi, baru diizinkan pulang.

    2. Pemberian MgSO4sama seperti pemberian MgSO4pada tabel tetapi tidakdiberikan loading dose intravena, tetapi cukup intramuskular.

    3. Penderita boleh dipulangkan bila penderita telah bebas dari gejala-gejalapreeklamsia berat dirawat 3 hari lagi baru diizinkan pulang.

    - Cara persalinan

    1. Bila penderita tidak inpartu, kehamilan dipertahankan sampai aterm.2. Bila penderita inpartu, perjalanan persalinan diikuti seperti lazimnya.3. Bila penderita inpartu, maka persalinan diutamakan pervaginam kecuali ada

    indikasi untuk pembedahan cesar.

    B. Perawatan aktif, agresif- Tujuan : Terminasi kehamilan

    - Indikasi :

    Indikasi ibua. Kegagalan terapi medikamentosa

    1. Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi kenaikantekanan darah yang persisten.

    2. Setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medikamentosa terjadikenaikan tekanan darah yang persisten.

    b.

    Tanda dan gejala impending eklamsia.c. Gangguan fungsi hepard. Gangguan fungsi ginjale. Dicurigai terjadi solutio plasentaf. Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, perdarahan.Indikasi janina. Umur kehamilan 37 minggu

    b. IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    20/22

    18

    c. Non-Stress Testnonaktif dan profil biofisik abnormald. Timbulnya oligohidramnion. Indikasi laboratorium

    Trombositopenia progresif yang menjurus ke sindroma HELLP.

    - Cara persalinanSedapat mungkin persalinan diarahkan pervaginam

    1. Penderita belum inpartu

    a. Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop 8.Bila perlu dilakukan pematangan serviks dengan misoprostol.

    Induksi persalinan harus sudah sudah mencapai kala II dalam waktu 24

    jam. Bila tidak, induksi persalinan dianggap gagal, dan harus disusul

    dengan pembedahan caesar.

    b. Indikasi pembedahan caesar :- Tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam.- Induksi persalinan gagal.- Terjadi maternal distress.- Bila umur kehamilan

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    21/22

    19

    Gambar 2.2. Penanganan preeklampsia berat (22)

  • 5/26/2018 Lapkas PEB

    22/22

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    1.Pangemanan Wim T. Komplikasi Akut Pada Preeklampsia.Palembang.UniversitasSriwijaya. 2002

    2.Cunningham FG, Gant F.G, et all, William Manual of Obstetrics, 23rd EditionBoston, McGraw Hill, 2010 :706.

    3.Angsar,D,M,H,dr,Prof,dkk. Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kahamilandi Indonsesia. Edisi kedua. Semarang. 2005. hal 1318

    4.Pregnancy Induced Hypertension ; ALARM International. 2nd edition. TheSociety Of Obstetricians and Gynaecologist Of Canada. 2001.8591

    5.Nyeri Kepala, Gangguan penglihatan, Kejang atau koma, Tekanan darah tinggi.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Saifuddin,

    B. A, dr. Ketua editor. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo. Jakarta.

    2002. M38M42

    6.Parulekar, S, V, et al. Pregnancy Induced Hypertension. Pregnancy At Risk.CurrentConcept.Krisna Usha et al editors. 4 thed. Jaypee Brothers. India.

    2004.257259

    7.James, M,et al. Raised Blood Pressure In Pregnancy. Pregnancy At Risk.Current Concept. Krisna U, et al, editors. 4 thed. Jaypee Brothers. India. 2004.

    204209

    8.Bilano, Ver Luanni et al., Risk Factors of Pre-Eclampsia/Eclampsia and ItsAdverseOutcomes in Low- and Middle-Income Countries: A WHOSecondary

    Analysis.PLoS ONE.2014. 9(3): e91198. doi:10.1371/journal.pone.00911

    9. Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, Jakarta, EGC, 2004 : 198