lapkas interna fix 2

71
LAPORAN KASUS TERAPI OKUPASI PADA GERIATRI Oleh : MARDHATILLAH FUADY (090100111) SARAH ZORAYA MIRZA (090100321) AMALIA PUSPITA DEWI (090100213) RO RABIAN REIN ROZA T (090100083) IKA DIAMANDA (090100320) DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Upload: dhadi-nata

Post on 20-Jan-2016

56 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas Interna Fix 2

LAPORAN KASUS

TERAPI OKUPASI PADA GERIATRI

Oleh :

MARDHATILLAH FUADY (090100111)

SARAH ZORAYA MIRZA (090100321)

AMALIA PUSPITA DEWI (090100213)

RO RABIAN REIN ROZA T (090100083)

IKA DIAMANDA (090100320)

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

Page 2: Lapkas Interna Fix 2

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat,

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul

“Terapi Okupasi Pada Geriatri”.

Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan

Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Penyakit Dalam,

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang

memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat

menyelesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik

isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari

pembaca sebagai koreksi dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini

bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 1 Desember 2013

Penulis

i

Page 3: Lapkas Interna Fix 2

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................................1

1.2. Tujuan........................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3

2.1. Definisi......................................................................................................3

2.2. Tujuan terapi okupasi bagi pasien geriatri.................................................3

2.3. Peranan terapi okupasi/pekerjaan untuk terapi..........................................4

2.4. Proses terapi okupasi.................................................................................4

2.5. Penatalaksanaan ........................................................................................6

2.6. Jenis aktivitas terapi okupaasi...................................................................8

BAB 3 LAPORAN KASUS.............................................................................22

3.1. Laporan kasus............................................................................................22

3.2. Follow up pasien........................................................................................32

BAB 4 DISKUSI..............................................................................................51

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................53

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: Lapkas Interna Fix 2

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatu untuk

mempertahankan hidup atau survival. Namun juga diketahui sebagai sumber

kesenangan. Dengan bekerja seseorang akan menggunakan otot-otot dan pikirannya,

misalnya dengan melakukan permainan (game), latihan gerak badan , kerajinan

tangan dan lain-lain, dan hal ini akan mempengaruhi kesehatannya juga.

Pada tahun 2600 SM orang-orang di cina berpendapat bahwa penyakit timbul

karena ketidak aktifan organ tubuh. Socrates dan plato (400 SM) mempercayai adanya

hubungan yang erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu menganjurkan

pasiennya untuk melakukan latihan gerak badan sebagai salah satu cara pengobatan

pasiennya. Di mesir dan yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa rekreasi dan permainan

adalah salah suatu media terapi yang ampuh, misalnya menari, bermain music,

bermain boneka untuk anak-anak, bermain bola.1

Pekerjaan diketahui sangat bermanfaat bagi perkembangan jiwa maupun fisik

manusia. Socrates berkata bahwa seseorang harus membiasakan diri dengan selalu

bekerja secara sadar dan jangan bermalas-malasan. Pekerjaan dapat juga digunakan

sebagi pengalihan perhatian atau pikiran sehingga menjadi segar kembali untuk

memikirkan hal-hal yang lain.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka okupasiterapi mulai berkembang dan

diterapkan pada abad 19. Philipina pinel memperkenalkan terapi kerja pada tahun

1786 disuatu rumah sakit jiwa diparis. Dia mengatakan bahwa dengan

okupasi/pekerjaan pasien jiwa akan dikembalikan kearah hidup yang normal dan

dapat meningkatkan minatnya. Juga sekaligus memelihara dan mempraktikan

keahlian yang dimilikinya sebelum sakit sehingga dia akan tetap sebagai seseorang

yang produltif.

Pada tahun 1982 Adolf Meyer dari amerika melaporkan bahwa penggunaan waktu

dengan baik yaitu dengan mengerjakan aktivitas yang berguna ternyata merupakan

suatu dasar terapi pasien neuripsikiatrik. Meyer adalah seorang psikiater. Isterinya

adalah seorang pekerja sosial mulai menyusun suatu dasar yang sistematis tentang

pengguanaan aktivitas sebagai program terapi pasien jiwa.2

Page 5: Lapkas Interna Fix 2

2

Masih banyak lagi ahli-ahli terkenal yang berjasa dalam pengembangan

okupasiterapi sebagai salah satu terapi khususnya untuk pasien mental terutama dari

amerika, eropa dan lain-lain. Risetpun masih tetap dilakukan guna lebih

mengefektifkan penggunaan okupasiterapi untuk terapi pasien mental.

1.2. Tujuan

Makalah ini diselesaikan guna melengkapi tugas dalam menjalani Program

Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Penyakit Dalam, selain itu untuk memberikan

pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai Terapi Okupasi Pada Geriatri.

Page 6: Lapkas Interna Fix 2

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Okupasi terapi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk

melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan maksud untuk

memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan kemampuan, dan mempermudah

belajar keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan

lingkungan. Juga untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi dan atau

memperbaiki ketidak normalan (kecacatan), dan memelihara atau meningkatkan

derajat kesehatan.1

Okupasi terapi lebih dititik beratkan pada pengenalan kemampuan yang masih ada

pada seseorang kemudian memelihara atau meningkatkannya sehingga dia mampu

mengatasi masalah-masalah yang diharapkannya.1

Okupasiterapi menggunakan okupasi (pekerjaan atau kegiatan) sebagai media.

Tugas pekerjaan atau kegiatan yang dipilihkan adalah berdasarkan pemilihan terapis

disesuaikan dengan tujuan terapis itu sendiri. Jadi bukan hanya sekedar kegiatan

untuk membuat seseorang sibuk.2

Sebagai tujuan utama okupasi terapi adalah membentuk seseorang agar mampu

berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri pada pertolongan orang lain.

Rehabilitasi adalah suatu usaha yang terkoordinasi yang terdiri dari usaha medik,

sosial, edukasional dan vokasional, untuk melatih kembali seseorang untuk mencapai

kemampuan fungsional pada taraf setinggi mungkin. Rehabilitasi medik adalah usaha-

usaha yang dilakukan secara medic khususnya untuk mengurangi invaliditas atau

mencegah memburuknya invaliditas yang ada.2

2.2. Tujuan Terapi Okupasi Bagi Pasien Geriatri

Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat mengembangkan

kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain

Membantu melepaskan/menyalurkan dorongan-dorongan emosi secara wajar dan

produktif

Menghidupkan kemauan atau motivasi pasien

Menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya

Mengumpulkan data guna penentuan diagnosa dan penetapan terapi lainnya

Page 7: Lapkas Interna Fix 2

4

2.3. Peranan Terapi Okupasi/Pekerjaan Untuk Terapi

Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui

aktivitas manusia dihubungkan deengan lingkungan, kemudian mempelajarinya,

mencoba keterampilan atau pengetahuan, mengekspresikan perasaan, memenuhi

kebutuhan fisik maupun emosi, mengembangkan kemampuan, dan sebagai alat untuk

mencapai tujuan hidup. Potensi tersebutlah yang digunakan sebagai dasar dalam

pelaksanaan okupasiterapi, baik bagi penderita fisik maupun mental.

Aktivitas dalam okupasiterapi digunakan sebagai media baik untuk evaluasi,

diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mengamati dan mengevaluasi pasien

waktu mengerjakan suatu aktivitas dan dengan menilai hasil pekerjaan dapat

ditentukan arah terapi dan rehabilitasi selanjutnya dari pasien tersebut.

Penting untuk diingat bahwa aktivitas dalam okupasiterapi tidak untuk

menyembuhkan, tetapi hanya sebagai media. Diskusi yang terarah setelah

penyelesaian suatu aktivitas adalah sangat penting karena dalam kesempatan

tersebutlah terapis dapat mengarahkan pasien. Melalui diskusi tersebutlah pasien

belajar mengenal dan mengatasi persoalannya.

Melalui aktivitas pasien diharapkan akan berkomunikasi lebih baik untuk

mengekpresikan dirinya. Melalui aktivitas kemampuan pasien akan dapat diketahui

baik oleh terapi maupun oleh pasien itu sendiri. Dengan menggunakan alat-alat atau

bahan-bahan dalam melakukan suatu aktivitas pasien akan didekatkan dengan

kenyataan terutama dalam hal kemampuan dan kelemahannya. Mengerjakan suatu

aktivitas dalam kelompok akan dapat merangsang terjadinya intraksi diantara anggota

yang berguna dalam meningkatkan sosialisasi, dan menilai kemampuan diri masing-

masing dalam hal keefisiensiannya berhubungan dengan orang lain.

2.4. Proses Terapi Okupasi

Dokter yang mengirimkan pasien untuk okupasaiterapi akan menyertakan juga

data mengenai pasien berupadiagnosa, masalahnya dan juga akan menyatakan apa

yang perlu diperbuat dengan pasien tersebut. Apakah untuk mendapatkan data yang

lebih banyak untuk keperluan diagnose, atau untu terapi, atau untuk rehabilitasi.4

Page 8: Lapkas Interna Fix 2

5

Setelah pasien berada diunit okupasiterapi maka terapis akan bertindak

sebagaiberikut:

1. Koleksi data

Data biasa didapatkan dari kartu rujukan atau status pasien yang disertakan

waktu pertama kali pasien mengujungi unit terapi okupasional.Jika dengan

mengadakan interviu dengan pasien atau keluarganya, atau dengan mengadakan

kunjungan rumah. Data ini diperlukan untuk menyusun rencana terapi bagi pasien.

Proses ini dapat berlangsung beberapa hari sesuai dengan kebutuhan

2. Analisa data dan identifikasi masalah

Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara tentang

masalah dan atau kesulitan pasien. Ini dapat berupa masalah dilingkungan keluarga

atau pasien itu sendiri

3. Penentuan tujuan

Dari masalah dan latar belakang pasien maka dapat disusun daftar tujuan

terapi sesuai dengan prioritas baik jangka pendek maupun jangka panjangnya

4. Penentuan aktivitas

Setelah tujuan terapi ditetapkan maka dipilihlah aktivitas yang dapat mencapai

tujuan terapi tersebut. Dalam proses ini pasien dapat diikut sertakan dalam

menentukan jenis kegiatan yang kan dilaksanakan sehingga pasien merasa ikut

bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaannya. Dalam hal ini harus diingat

bahwa aktivitas itu sendiri tidak akan menyembuhkan penyakit, tetapi hanya sebagai

media untuk dapat mengerti masalahnya dan mencoba mengatasinya dengan

bimbingan terapis. Pasien itu sendiri harus diberitahu alasan-alasan mengenai dia

harus mengerjakan aktivitas tersebut sehingga dia sadar dan diharapkan akan

mengerjakannya dengan aktif.

5. Evaluasi

Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terencana sesuai dengan tujuan

terapi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi selanjutnya sesuai

dengan perkembangan pasien yang ada. Dari hasil evaluasi dapat direncanakan

kemudian mengenai peneyesuain jenis aktivitas yang kan diberikan. Namun dalam hal

tertentu penyesuain aktivitas dapat dilakukan setelah bebrapa waktu setelah melihat

bahwa tidak ada kemajuan atau kurang efektif terhadap pasien.

Page 9: Lapkas Interna Fix 2

6

Hal-hal yang perlu di evalausi antara lain adalah sebagi berikut:

a. Kemampuan membuat keputusan

b. Tingkah laku selama bekerja

c. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang mempunyai

kebutuhan sendiri

d. Kerjasama

e. Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lain)

f. Inisiatif dan tanggung jawab

g. Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding

h. Menyatakan perasaan tanpa agresi

i. Kompetisi tanpa permusuhan

j. Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja

k. Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah bertanggung jawab atas

pendapatnya tersebut

l. Menyadari keadaan dirinya dan menerimanya

m. Wajar dalam penampilan

n. Orientasi, tempat, waktu, situasi, orang lain

o. Kemampuan menrima instruksi dan mengingatnya

p. Kemampuan bekerja tanpa terus menerus diawasi

q. Kerapian bekerja

r. Kemampuan merencanakan suatu pekerjaan

s. Toleransi terhadap frustasi

t. Lambat atau cepat

u. Dan lain sebagainya yang dianggap perlu4

2.5. Penatalaksanaan

1. Metode

Okupasiterapi dapat dilakukan baik secara indivisual, maupun berkelompok,

tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi dan lain-lain:

a. Metode individual dilakukan untuk:

Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan

sekaligus untuk evaluasi pasien

Page 10: Lapkas Interna Fix 2

7

Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup baik

didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan mengganggu kelancaran suatu

kelomppok bila dia dimasukan dalam kelompok tersebut

Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar terapis dapat

mengevaluasi pasien lebih efektif

b. Metode kelompok dilakukan untuk:

·          Pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hamper bersamaan, atau

dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu bagi bebrapa pasien sekaligus.

Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun kelompok maka

terapis harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya yang menyangkut

pelaksanaan kegiatan tersebut.

Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan

menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka lebih

mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok

disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan dilakaukan, dan kemampuan terapis

mengawasi.

2. Waktu

Okupasiterapi dilakukan antara 1 – 2 jam setiap session baik yang individu

maupun kelompok setiap hari,dua kali atau tiga kali seminggu tergantung tujuan

terapi, tersedianya tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Ini dibagi menjadi dua bagian

yaitu ½ - 1 jam untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan dan 1 – 1 ½ jam untuk

diskusi. Dalam diskusi ini dibicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut, antara

lain kesulitan yang dihadapi, kesan mengarahkan diskusi tersebut kearah yang sesuai

dengan tujuan terapi.

3. Terminasi

Keikut sertaan seseorang pasien dalam kegiatan okupasiterapi dapat diakhiri

dengan dasar bahwa pasien :

Dianggap telah mampu mengatsi persolannya

Dianggap tidak akan berkembang lagi

Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasi terapi

Page 11: Lapkas Interna Fix 2

8

2.6. Jenis Aktivitas Terapi Okupasi

1)      Aktivitas latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan jiwa

2)      Aktivitas dengan pendekatan kognitif

3)      Aktivitas yang memacu kreativitas

4)      Training ketrampilan

5)      Terapi bermain

Kegiatan yang diberikan dapat berupa kerajinan tangan,seni

tari,musik,drama,rekreasi,ADL (activities of daily living),kegiatan yang dilakukan

tersebut bersifat terapeutik dan menyiapkan pasien untuk dapat dipulangkan

ketengah-tengah masyarakat atau dicalonkan untuk direhabilitasikan,kegiatan ini

dijalankan secara individu atau kelompok.semua kegiatan tersebut dipandu oleh

seorang okupasi terapis dimana tugas pokok okupasi terapis adalah membangkitkan

aktivitas positif melalui pekerjaan/aktivitas lain yang bersifat terapeutik dan

mengevaluasi perkembangan pasien secara kontinyu dan mengetahui efek terapi yang

diberikan.sedangkan peran okupasi terapis adalah:

1)   Sebagai motivator & sumber reinforces:memberikan motivasi pada pasien dan

meningkatkan motivasi dengan memberikan penjelasan pada pasien tentang

kondisinya,memberikan penjelasan dan menyakinkan tentang fungsi-fungsi dari

aktivitas yang diberikan,memberikan dukungan dan menyakinkan pada pasien akan

sukses

2)   Sebagai guru:terapis memberikan pengalaman learning re-rearning,okupasi

terapis harus mempunyai ketrampilan dan ahli tertentu dan harus dapat menciptakan

dan menerapkan aktivitas mengajarnya pada pasien

3)   Sebagai peran model sosial:seorang terapis harus dapat menampilkan perilaku

yang dapat dipelajari oleh pasien,pasien mengidentifikasikan dan meniru terapis

melalui role playing,terapis mendemonstrasikan tingkah laku yang diinginkan

(verbal/non verbal) yang akan dicontoh pasien

4)  Sebagai konsultan:terapis menentukan program perilaku yang dapat

menghasilkan respon terbaik dari pasien,terapis bekerja sama dengan

pasien,keluarganya dalam merencanakan rencana tersebut5

I. FISIOTERAPI

Page 12: Lapkas Interna Fix 2

9

Fisioterapi merupakan bagian dari ilmu kedokteran yang berupa intervensi fisik non-

farmakologis dengan tujuan utama kuratif dan rehabilitatif gangguan kesehatan.

Fisioterapi atau Terapi Fisik secara bahasa merupakan teknik pengobatan dengan

modalitas fisik (fisika).

II. TEKNIK FISIOTERAPI

II.1 Exercise therapy (Terapi latihan)

Teknik fisioterapi ini merupakan teknik fisioterapi yang paling sering dipergunakan

terutama pada keadaan kronis. Pada penggunaannya, jenis, frekuensi, intensitas dan

durasi latihan ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik. Terapi latihan dapat

dilakukan pada fase rehabilitasi berbagai jenis kelainan seperti stroke, penggantian

sendi maupun penuaan.

II.2 Manipulation/ Manual therapy

Berbagai teknik terapi manipulasi dapat dilakukan untuk menghasilkan gerakan

pasif. Teknik ini meliputi terapi gerak dan massage (pijat). Manipulation therapy

terutama ditujukan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fleksibilitas sendi.

II.3 Thermotherapy (Heat therapy / Terapi Panas)

Thermotherapy merupakan terapi dengan menggunakan suhu panas biasanya

dipergunakan dengan kombinasi dengan modalitas fisioterapi yang lain seperti

exercise dan manual therapy. Terapi ini efektif untuk mengurangi nyeri yang

Page 13: Lapkas Interna Fix 2

10

berhubungan dengan ketegangan otot walaupun dapat juga dipergunakan untuk

mengatasi berbagai jenis nyeri yang lain. Panas pada fisioterapi dipergunakan untuk

meningkatkan aliran darah kulit dengan jalan melebarkan pembuluh darah yang

dapat meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan. Panas juga

meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi kekakuan otot.

Indikasi :

a. Kekakuan Otot.

b. Arthritis, antara lain: Osteoarthritis,Rheumatoid arthritis, Juvenile arthritis,

Ankylosing spondylitis, Gout, Psoriatic arthritis dan Reiter’s syndrome

c. Hernia discus intervertebra. Sebagian besar kasus hernia ini dicetuskan oleh

kekakuan otot, oleh karenanya keadaan ini dapat diperbaiki dengan thermotherapy.

d. Nyeri bahu, antara lain : rotator cuff.

e. Tendinitis (radang tendo)

f. Bursitis (radang bursa)

g. Sprain ( robekan ligamen sendi)

h. Strain ( robekan otot)

i. Nyeri pada mata yang diakibatkan oleh peradangan kelopak mata (blepharitis).

j. Gangguan sendi temporo mandibular.

k. Nyeri dada yang disebabkan oleh nyeri pada tulang rususk (costochondritis).

l. Nyeri perut dan pelvis.

m. Fibromyalgia dengan gejala nyeri otot, kekakuan, kelelahan dan gangguan

tidur.

n. Gangguan nyeri kronis seperti pada lupus dan nyeri myofascial.

o. Asthma

a. Short Wave Diathermy

Short Wave Diathermy (SWD) atau Ultra Korte Golf (UKG) adalah alat terapi yang

menggunakan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik

frekuensi tinggi.

Indikasi :

a. Beberapa jenis patologi seperti traumatologi dan rematologi dapat dipercepat

penyembuhan lukanya dengan pemberian SWD intermittern.

b. Kelainan pada syaraf perifer, neuropathy, neuralgia.

Page 14: Lapkas Interna Fix 2

11

c. Kondisi peradangan sub acut dan chronic menggunakan SWD continued.

d. Nyeri musculosceletal.

e. Ketegangan, perlengketan, pemendekan otot dan jaringan lunak.

f. Persiapan latihan atau senam.

g. Gangguan pada sistem peredaran darah.

Kontra Indikasi :

a. Logam dalam tubuh atau menempel pada kulit.

b. Alat-alat elektronik dalam tubuh seperti peace maker.

c. Gangguan peredaran darah.

d. Nilon dan bahan kain yang tidak menyerap keringat.

e. Jaringan dan organ yang mempunyai banyak cairan seperti

f. Mata, testis, luka dan exim basah.

g. Gangguan sensibilitas. (Dosis harus 30 % lebih rendah).

h. Neuropathy yang diikuti gangguan trofik pada syaraf perifer, Neuropathy

akibat DM, Angiopathy dabetica.

i. Infeksi acut dan demam (panas lebih dari 37,50 C)

j. Setelah X ray.

k. Jaringan yang mitosisnya sangat cepat.

l. Menstrusi atau kehamilan untuk pengobatan daerah pelvic.

m. Faktor kalogenase

.

b. Micro Wave Diathermy

Micro Wave Diathermy (MWD) adalah Alat terapi yang menggunakan gelombang

elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik frekuensi tinggi dengan

frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 cm.

Indikasi :

a. Kelainan pada syaraf perifer, neuropathy, neuralgia.

b. Kondisi peradangan sub acut dan chronic

c. Nyeri musculosceletal.

d. Ketegangan, perlengketan dan pemendekan otot dan jaringan lunak.

e. Persiapan latihan atau senam.

f. Gangguan pada sistem peredaran darah.

Kontra Indikasi :

Page 15: Lapkas Interna Fix 2

12

a. Logam dalam tubuh atau menempel pada kulit.

b. Alat-alat elektronik dalam tubuh seperti peace maker.

c. Gangguan peredaran darah.

d. Nilon dan bahan kain yang tidak menyerap keringat.

e. Jaringan dan organ yang mempunyai banyak cairan seperti

f. mata, testis, luka dan exim basah.

g. Gangguan sensibilitas. (Dosis harus 30 % lebih rendah).

h. Neuropathy yang diikuti gangguan trofik pada syaraf perifer,

i. Neuropathy akibat DM, Angiopathy dabetica.

j. Infeksi acut dan demam (panas lebih dari 37,50 C)

k. Setelah X ray.

l. Jaringan yang mitosisnya sangat cepat.

m. Menstrusi atau kehamilan untuk pengobatan daerah pelvic

n. Faktor kalogenase

c. Terapi Ultrasonic

Terapi Ultrasonic yaitu suatu usaha pengobatan dengan menggunakan mekanisme

getaran dengan frekuensi lebih dari 20 KHz. Didalam praktek klinik frekuensi yang

digunakan antara 0,7 MHz – 3 MHz, dengan intensitas 1 – 3 w / cm2

Indikasi :

a. Kelainan/penyakit pada jaringan tulang, sendi dan otot.

b. Keadaan post traumatik seperti kontusio, distorsi, luxation dan fractur. Kontra

indikasi relatif selama 24-36 jam setelah trauma.

c. Rheumatoid arthritis stadium tak aktif.

d. Arthritis

e. M. Becherev ( Local )

f. Bursitis, capsulitis, tendinitis

g. Kelainan/penyakit pada persyarafan : Neuropathie, Panthoom pain, H N P

h. Kelainan/penyakit pada sirkulasi darah : M. Raynould, M. Buerger, Sudeck

dystrofie, Oedema

i. Penyakit pada organ dalam

j. Kelainan pada kulit

k. Jaringan parut setelah operasi

Page 16: Lapkas Interna Fix 2

13

l. Jaringan parut karena traumatic

m. Dupuytren contracture

Kontra Indikasi :

a. Absolut : Mata, Daerah jantung, Uterus pada wanita hamil, Epiphyseal plate,

Testis

b. Relatif : Hilangnya sensibilitas, Endoprothese, Tumor, Post traumatic,

Tromboplebitis dan varices, Septis – inflammation, Diabetis mellitus

d. Sinar Infra Merah

Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang

gelombang 7.700 – 4 juta A.

Indikasi :

a. Kondisi peradangan setelah sub-acut : kontusio, muscle strain, trauma

sinovitis.

b. Arthritis :RA, OA, myalgia, lumbago, neuralgia, neuritis.

c. Gangguan sirkulasi darah : thrombo plebitis, thrombo angitis obliterans,

raynold’s desease.

d. Penyakit kulit : Folliculitis, Furuncolosi.

e. Persiapan exercise dan massage.

Kontra Indikasi :

a. Daerah dengan insufisiensi pada darah.

b. Gangguan sensibelitas kulit.

c. Kecenderungan pendarahan.

II.4 Coldtherapy (Terapi Dingin)

Aplikasi dingin pada area radang dapat mengurangi kepekaan syaraf yang pada

gilirannya akan mengurangi rasa nyeri. Metode ini paling sering dipergunakan pada

keadaan akut sebagai bagian dari sistem RICE (Rest-Ice-Compression-Elevation).

Indikasi :

a. Cedera (sprain, strain dan kontusi)

b. Sakit kepala (migrain, tension headache dan cluster headache).

c. Gangguan temporomandibular (TMJ disorder).

Page 17: Lapkas Interna Fix 2

14

d. Testicular dan scrotal pain.

e. Nyeri post operasi..

f. Fase akut arthritis (peradangan pada sendi).

g. Tendinitis dan bursitis.

h. Carpal tunnel syndrome.

i. Nyeri lutut.

j. Nyeri sendi.

k. Nyeri perut

Kontra Indikasi :

a. Raynaud’s syndrome

b. Vasculitis

c. Neuropathy, contoh akibat diabetes

d. Cyroglobulinemia

e. Paroxysmal cold hemoglobulinuria

II.5 Electrotherapy

Electrotherapy merupakan terapi dengan mempergunakan impuls listrik untuk

menstimulasi saraf motorik ataupun untuk memblok saraf sensorik. Salah satu jenis

electrotherapy yang sering dipergunakan untuk pengobatan adalah transcutaneous

electro nerve stimulation (TENS). Alat ini sering dipergunakan untuk mengatasi

nyeri pada tendonitis dan bursitis. Alat inimempergunakan arus listrik frekuensi

tinggi untuk meningkatkan suhu pada kulit.

II.6 Iontophoresis dan Phonophoresis

Ionthoporesis merupakan usaha memasukkan obat dalam jaringan dengan

mempergunakan bantuan arus listrik sedangkan phonophoresis merupakan usaha

memasukkan obat dalam jaringan dengan mempergunakan bantuan ultrasound.

Metode ini sering digunakan untuk menangani nyeri leher, nyeri punggung dan

radang sendi.

II.7 Traksi

Page 18: Lapkas Interna Fix 2

15

Traksi merupakan prosedur koreksi neuro-muskulo-skeletal seperti patah tulang,

dislokasi dan kekakuan otot dengan mempergunakan alat yang berfngsi sebagai

penarik. Terapi ini juga sering mempergunakan beban.

A. Fisioterapi Musculoskeletal (Orthopaedic)

Fisioterapi musculoskeletal (orthopaedic) bertujuan untuk mendiagnosis dan

menangani gangguan musculoskeletal. Beberapa modalitas yang dipergunakan

meliputi exercise therapy (latihan kekuatan, kontrol,fleksibilitas dan ketahanan,

manual therapy, soft tissue massage, cryotherapy, heattherapy, iontophoresis,

phonophoresiss dan electrotherapy.

Beberapa keadaan yang dapat diatasi dengan fisioterapi

antara lain adalah :

a. Nyeri punggung

Nyeri punggung merupakan gangguan yang sering memerlukan penanganan

fisioterapi. Penyebabnya antara lain: herniasi diskus, scatia, gangguan penurunan

fungsi tulang.

b. Nyeri leher.

Nyeri leher yang terjadi dapat berupa whisplash atau syaraf terjepit di tulang leher

dapat menyebabkan nyeri leher, contoh Hernia Nukleus Pulposus.

c. Nyeri lutut.

Nyeri lutut yang terjadi antara lain berupa cedera pada anterior cruciate ligamen

(ACL) yang merupakan cedera lutut pada olahraga yang paling seringterjadi. Cedera

pada menisci (cartilage pads) juga sering terjadi.

d. Radang Sendi (Arthritis)

Radang sendi (arthritis) yang sering terjadi meliputi osteoarthritis dan rheumatoid

arthritis. Kondisi ini sering terjadi di tangan, jari, lutut, dan pinggang.

e. Nyeri bahu.

Page 19: Lapkas Interna Fix 2

16

Nyeri bahu yang sering terjadi antara lain meliputi bahu membeku (frozen shoulder)

adalah istilah yang digunakan untuk mengambarkan kaku sendi bahuyang berakibat

berkurangnya keleluasaaan gerak dari bahu tersebut.

f. Tendinitis (Radang tendon).

Penyebab yang umum terjadi pada tendinitis adalah penggunaan yang berlebihan.

Daerah yang sering mengalami bursitis adalah tangan, siku, dan lutut.

g. Nyeri siku

Nyeri siku yang sering terjadi disebabkan oleh tendinitis. Bentuk nyeri siku dapat

berupa sebagai tennis elbow (lateral epicondylitis) ketika terjadi cedera pada tendon

bagian luar dan golfer elbow (medial epicondylitis) ketika terdapatcedera pada

tendon bagian dalam.

h. Bursitis (Radang Bursa)

Bursa merupakan cairan antara tendon dan tulang yang memiliki fungsi sebagai

pelapis untuk merngurangi gesekan antara jaringan yang ada di dalam tubuh.

Terdapat 160 bursa di dalam tubuh, letaknya terdapat pada sekitar lengan,siku,

punggung dan lutut. Biasanya bursitis terletak di lengan.

i. Complex regional pain syndrome

Merupakan kondisi kronis yang bisa terjadi setelah cedera pada lengan atau kaki.

Hal ini sering digambarkan sebagai sensasi seperti terbakar yang kadang melebihi

rasa nyeri pada saat pertama kali timbul cedera.

j. Myofascial pain syndrome (MPS).

MPS merupakan sebuah kondisi kronis yang berefek pada fascia (jaringan

penghubung yang melindungi otot), bisa berupa otot atau kumpulan otot. Hal ini bias

disebabkan oleh adanya cedera atau tarikan yang berlebihan pada beberapa daerah di

sekitar tubuh.

k. Gangguan sendi temporomandibular (sendi rahang).

Page 20: Lapkas Interna Fix 2

17

Sendi temporomandibular menghubungkan rahang bawah dengan tengkorak. Sendi

ini lebih banyak digunakan daripada sendi yang lainnya pada tubuh sehingga sering

mengalami gangguan.

Fisioterapi dada

Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna

bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi

dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam

upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi

paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah

mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membantu

membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret,

memperbaiki pergerakan dan aliran sekret.

Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada

penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan

neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti

fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi

rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi. Kontra indikasi fisioterapi dada

ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan

perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah

tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya

keganasan serta adanya kejang rangsang.

Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi.

1. Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan

sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya

gravitasi.. Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka

PD dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Waktu

yang terbaik untuk melakukan PD yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan

sekitar 1 jam sebelumtidur pada malam hari. PD dapat dilakukan untuk

mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran nafas tetapi juga mempercepat

pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis. Pada penderita dengan

Page 21: Lapkas Interna Fix 2

18

produksi sputum yang banyak PD lebih efektif bila disertai dengan clapping dan

vibrating.

I. Indikasi untuk Postural Drainase

Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :

Pasien yang memakai ventilasi

Pasien yang melakukan tirah baring yang lama

Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau

bronkiektasis

Pasien dengan batuk yang tidak efektif .

Mobilisasi sekret yang tertahan

Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret

Pasien dengan abses paru

Pasien dengan pneumonia

Pasien pre dan post operatif

Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau

batuk

II. Kontra indikasi untuk postural drainase :

• Tension pneumotoraks

• Hemoptisis

• Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard

akutrd infark dan aritmia.

• Edema paru

• Efusi pleura yang luas

2. Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan

tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuan melepaskan sekret yang tertahan atau

melekat pada bronkhus. Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang

diteruskan pada saluran nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk

kedua tangan deperti mangkok.

lndikasi untuk perkusi :

Page 22: Lapkas Interna Fix 2

19

Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi

semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi.

Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :

1. Patah tulang rusuk

2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada

3. Skin graf yang baru

4. Luka bakar, infeksi kulit

5. Emboli paru

6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati

3. Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping. Sesama postural

drainase terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk

mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke

jalan nafas yang besar sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan sekret.

Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien disuruh

bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak

inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara

meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan

bergetar. Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis.

MANFAAT DAN RESIKO FISIOTERAPI

Beberapa manfaat fisioterapi meliputi:

1. Penderita dapat mengerti aspek-aspek gangguan yang dialaminya secara lebih

menyeluruh.

2. Penderita dapat mempelajari dan mengikuti teknik fisioterapi yang dilakukan

untuk kemudian secara mandiri dapat mengikutinya secara mandiri.

3. Rasa nyeri dapat berkurang.

4. Meningkatkan jangkauan gerak, kekuatan, kontrol, fleksibilitas serta

ketahanan otot.

5. Penderita dapat belajar untuk mencegah terjadinya cedera lanjut.

e. TRAKSI CERVICAL

Page 23: Lapkas Interna Fix 2

20

Traksi cervical adalah suatu metode pengobatan fisioterapi dengan menggunakan

suatu tehnik penarikan collumna vertebralis untuk daerah cervical.

Type :

- Static atau konstan : Diterapkan pada kondisi penekanan syaraf akut

- Intermittent : Diterapkan pada kondisi penekanan syaraf kronik

Indikasi :

a. Penekanan pada akar syaraf spinal seperti pada kasus : HNP, spondylosis

b. Hipomobilitas pada sendi atau proses degenerasi

c. Nyeri sendi yang disebabkan adanya gangguan pada vase joint

d. Spasme otot

e. Meniscoid blocking

f. Nyeri disckogenik

Kontra Indikasi :

a. Akut strain, sprain dan kondisi peradangan atau beberapa kondisi apabila

diberikan traksi nyeri meningkat

b. Spinal hipermobility

c. RA

d. Spinal malignancy, osteoporosis, tumor atau infeksi

e. Hipertensi yang tidak terkontrol, aortic aneurysm dan penyakit cardovaskuler

f. Beberapa kondisi spinal atau proses penyakit yang dengan gerakan merupakan

kontra indikasi seperti : fraktur

f. TRAKSI LUMBAL

Traksi Lumbal adalah suatu metode pengobatan fisioterapi dengan menggunakan

suatu tehnik penarikan untuk daerah lumbal

Type :

1. Statik atau konstan : Diterapkan pada kondisi penekanan syaraf akut

2. Intermittent : Diterapkan pada kondisi penekanan syaraf kronik

Indikasi :

1. Penekanan radix nervus spinalis lumbalis

2. Proses degenerasi discus intervertebralis lumbalis.

3. Proses calsificasi tendon, otot, ligamentum dan discus intervertebralis lumbalis

4. Dislokasi ringan vertebrae lumbalis

Page 24: Lapkas Interna Fix 2

21

5. Pembengkokan struktur vertebrae

Kontra Indikasi

1. Proses degeratif aktif yang melibatkan medula spinalis

2. Proses porose vertebrae dan costae, spinabifida occulta, hemi vertebrae

3. Gangguan sistem vascularisasi intervertebrae lumbalis

4. Infeksi akut dan kronik vertebrae, ligamentum, otot dan syaraf.

5. Nyeri akut lokasi vertebrae lumbalis

6. Tanda-tanda keganasan masing-masing lokasi vertebrae.

7. Strain, sprain otot, tendon, ligamentum dan fractur vertebrae lumbalis.

8. Kehamilan melibihi 4 bulan

9. Gangguan sistem traktus urinarius

g. PARAFIN BATH / WAX BATH

Parafin bath/wax bath adalah suatu pengobatan dengan menggunakan farafin.yang

telah dicairkan

Indikasi :

1. Skin contractur

2. Stiff Joint

3. Penyakit degenerasi sendi dengan inflamasi akut dari nodus heberden’s

4. Scleroderma

5. Stadium awal dupuytren contracture

6. Post trauma tangan dengan skin contractur

7. Rheumatoid arthritis jari-jari.

Kontra Indikasi :

1. Luka terbuka

2. Penyakit kulit menular

3. Penyakit kulit tidak menular

4. Trauma tangan yang parah (Multilating injuries)

5. Gangguan sensasi kulit (relatif)

6. Anggota yang menggunakan internal fixasi (relatif)

Page 25: Lapkas Interna Fix 2

22

BAB 3

LAPORAN KASUS

ANAMNESE PRIBADI

Nama : Saut Simanullang

Umur : 55 tahun

Jenis Kelamin : Pria

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku : Batak

Agama : Kristen

Alamat : Desa Pakpahan Kec. Pangaribuan

No RM : 00.58.42.91

ANAMNESE PENYAKIT

Keluhan Utama : Nyeri perut kanan atas

Telaah : Hal ini dialami os ± 2 minggu ini dan memberat dalam 5 hari

ini. Nyeri perut dirasakan os hilang timbul muncul tiba-tiba. Nyeri juga terasa panas dan

seperti ditusuk – tusuk. Nyeri tidak hilang dengan obat penghilang rasa sakit. Nyeri tidak

menyebar. Nyeri saat tidur telentang dijumpai. Nyeri tekan dijumpai. Nyeri ulu hati tidak

dijumpai.

Mual tidak dijumpai. Muntah tidak dijumpai.

Diare dijumpai 1 minggu yg lalu, demam dialami os sejak 2 minggu yg lalu. Demam bersifat

naik – turun dan turun dengan obat penurun panas, os juga merasa menggigil.

Keringat malam tidak dijumpai. Penurunan nafsu makan dan berat badan dijumpai sejak 2

minggu yg lalu ± 5 kg.

Badan kuning dan mata kuning dijumpai 1 bulan ini

BAB pucat dialami os 2 minggu yang lalu, BAK berwarna seperti the sekitar 2 minggu ini.

Riwayat minum alcohol dijumpai sejak 20 tahun yang lalu.

Riwayat merokok dijumpai sejak 20 tahun yang lalu.

Riwayat sakit kuning (-). Riwayat kontak dengan penderita hepatitis(-).

Riwayat transfuse (-). Riwayat penggunaan jarum suntik(-)

Page 26: Lapkas Interna Fix 2

23

RPT : -

RPO: -

ANAMNESE ORGAN

Jantung Sesak nafas : -

Angina pektoris : -

Edema : -

Palpitasi : -

Lain-lain : -

Sal. Pernafasan Batuk-batuk : -

Dahak : -

Asma, bronkitis : -

Lain-lain : -

Sal. Pencernaan Nafsu makan : menurun

Keluhan menelan : -

Keluhan perut : -

Penurunan BB : (+)

Keluhan defekasi : pucat

Lain-lain : -

Sal. Urogenital Sakit BAK : -

Mengandung batu : -

BAK tersendat : -

Keadaan urin : pekat

Lain-lain : -

Sendi dan tulang Sakit pinggang : -

Kel. Persendiaan : -

Keterbatasan gerak : -

Lain-lain : -

Endokrin Haus/polidipsi : -

Poliuri : -

Polifagi : -

Gugup : -

Perubahan suara : -

Lain-lain : -

Syaraf Pusat Sakit kepala : - Hoyong : -

Lain-lain : -

Darah dan P. darah Pucat : -

Petechie : -

Perdarahan : -

Purpura : -

Lain-lain : -

Sirkulasi Claudicatio intermitten : - Lain-lain :

Jaundice

ANAMNESE FAMILI : Tidak ada riwayat keluarga

PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK

STATUS PRESENS :

Keadaan Umum Keadaan Penyakit

Page 27: Lapkas Interna Fix 2

24

Sensorium : compos mentis

Tekanan darah: 100/60 mmHg

Nadi : 82 x/i reg t/v : cukup

Pernafasan : 26 x/i

Temperatur : 37 oC

Pancaran Wajah : Lemah

Sikap paksa : -

Refleks fisiologis : +

Refleks patologis : -

Keadaan Gizi :

TB : 160cm kesan : Normoweight

BB : 60kg

Anemia (-). Ikterus (+). Dispnoe (+).

Sianosis (-). Udem (-). Purpura (-).

Turgor kulit : baik

KEPALA

Mata : konjungtiva palpebra pucat (-), ikterus (+), pupil : isokor, ukuran Ø 3mm.

Refleks cahaya direk (+) / indirek (+), kesan : dalam batas normal

Lain-lain : -

Telinga : dalam batas normal

Hidung : dalam batas normal

Mulut : Lidah : dalam batas normal

Gigi/geligi : dalam batas normal

Tonsil/faring : dalam batas normal

LEHER

Struma: tidak membesar, tingkat : -

Pembesaran kelenjar limfe (-)

Posisi trakea : Medial. TVJ : R-2 cmH2O

Kaku kuduk : (-), lain-lain : -

TORAKS DEPAN

Inspeksi : spider nevi(-), venektasi(-),vena kolateral (-), ikterik(-)

Bentuk : simetris fusiformis

Pergerakan : simetris

Palpasi

Nyeri tekan : -

Fremitus suara : SF kanan = kiri, kesan : normal

Page 28: Lapkas Interna Fix 2

25

Iktus : tidak teraba

Perkusi

Paru

Batas Paru – Hati R/A : R : ICS V ; A : ICS VI

Peranjakan : 1 cm

Jantung

Batas atas jantung : ICR III sinistra

Batas kiri jantung : 2 cm lateral LMCS sinistra

Batas kanan jantung : LSD

Auskultasi

Paru

Suara pernafasan : Vesikuler pada kedua paru

Suara tambahan : -

Jantung

M1 > M2, P2 > P1, A2 > A1, T2 > T1, desah sistolik (-), tingkat : (-) desah diastolik

(-), lain-lain : -

HR : 84 x/i, reguler, intensitas : cukup.

TORAKS BELAKANG

Inspeksi : simetris

Palpasi : SF kanan = kiri, kesan normal

Perkusi : sonor pada kedua paru

Auskultasi : Suara pernafasan= vesikuler

Suara tambahan = -

ABDOMEN

Inspeksi

Bentuk : asimetris, membesar

Gerakan lambung/usus : tidak tampak

Vena kolateral : -

Caput medusae : -

Palpasi

Dinding abdomen : soepel, Hepar teraba membesar ± 5 cm bac, ± 6 cm bpx

Page 29: Lapkas Interna Fix 2

26

Hati

Pembesaran : (+)

Permukaan : Licin / rata

Pinggir : tajam

Nyeri tekan : (+)

Limpa

Pembesaran : -

Ginjal

Ballotement : - Lain-lain : -

Tumor : -

Perkusi

Pekak Hati : (+)

Pekak beralih : -

Auskultasi

Peristaltik usus : peristaltik (+), kesan : normal

Lain-lain : -

Pinggang

Nyeri ketok sudut kostovertebra : -

INGUINAL : tidak dilakukan pemeriksaan

GENITALIA LUAR : tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN COLOK DUBUR (RT) : tidak dilakukan pemeriksaan

ANGGOTA GERAK ATAS ANGGOTA GERAK BAWAH

Deformitas sendi : -

Lokasi : -

Jari tabuh : -

Tremor ujung jari : -

Telapak tangan sembab : -

Sianosis : -

Eritema palmaris : -

Udem

A. femoralis

A. tibialis posterior

A. dorsalis pedis

Refleks APR

Refleks KPR

Refleks fisiologis

Kiri

-

+

+

+

+

+

+

Kanan

-

+

+

+

+

+

+

Page 30: Lapkas Interna Fix 2

27

Lain-lain : - Refleks patologis

Lain-lain

-

-

-

-

PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN

Darah Kemih Tinja

Hb : 11,5 g%

Lekosit : 18,41x103

/mm3

LED : tidak diperiksa

Eritrosit : 3,63x106/ mm3

Ht : 30,3%

Hitung Jenis: N/L/M/E/B

80,10/11,1/8,60/0,00/0,00

Trombosit : 329.000/ mm3

Warna : kuning pekat

Reduksi : +1

Protein : +1

Bilirubin : -

Urobilinogen : +

Sedimen

Eritrosit : 0-1/lpb

Lekosit : 2-3/lpb

Silinder : -

Epitel :0-1/lpb

Warna : -

Konsistensi : -

Eritrosit :-

Lekosit : -

Amuba/kista : -

Telur cacing:

Askaris : -

Ankilostoma : -

Trichuris : -

Kremi : -

RESUME

ANAMNESE

KU : Nyeri perut kanan atas

Telaah : Hal ini dialami os ± 2 minggu ini dan memberat dalam 5 hari

ini. Nyeri perut dirasakan os hilang timbul muncul tiba-tiba. Nyeri juga

terasa panas dan seperti ditusuk – tusuk. Nyeri saat tidur telentang

dijumpai. Nyeri tekan dijumpai. Diare dijumpai 1 minggu yg lalu,

demam dialami os sejak 2 minggu yg lalu. Demam bersifat naik – turun

dan turun dengan obat penurun panas, os juga merasa menggigil.

Penurunan nafsu makan dan berat badan dijumpai sejak 2 minggu yg

lalu ± 5 kg. Badan kuning dan mata kuning dijumpai 1 bulan ini

BAB pucat dialami os 2 minggu yang lalu, BAK berwarna seperti the

sekitar 2 minggu ini.

Riwayat minum alcohol dijumpai sejak 20 tahun yang lalu.

Riwayat merokok dijumpai sejak 20 tahun yang lalu.

STATUS Keadaan Umum : Baik / Sedang / Buruk

Page 31: Lapkas Interna Fix 2

28

PRESENSKeadaan Penyakit : Ringan / Sedang / Berat

Keadaan Gizi : Kurang / Normal / Berlebih

PEMERIKSAAN

FISIK

Kepala : dbn

T/H : Dalam batas normal

mulut : dbn

Leher : Dalam batas normal

Thoraks : perkusi : Sonor pada kedua paru

Auskultasi: SP: vesikuler

ST: -

Abdomen : I : Membesar, Asimetris

P : Hati teraba membesar 5 cm bac, 6 cm bpx

Permukaan licin, pinggir tajam, nyeri tekan

dijumpai

P : Pekak hati (+)

A: dbn

Ekstremitas : dalam batas normal

Laboratorium

Rutin

Darah : Leukositosis

Kemih: Dalam batas normal

Tinja: tdp

Diagnosa Banding 1. Liver absess + Hiponatremia + Hipoglikemia2. Hepatoma + Hiponatremia + Hipoglikemia3. Kolesistitis + Hiponatremia + Hipoglikemia

4.

Diagnosa

sementara

Liver absess + Hiponatremia + Hipoglikemia

Penatalaksanaan

Aktivitas: Tirah Baring

Diet : Diet MB

Tindakan supportif : IVFD D5% 20 gtt/I makro

Medicamentosa : Inj. Metronidazole drips 500 mg/8 jam Inj. Ciprofloxacin 200 mg/12 jam Paracetamol 3x500mg Subs. Natrium

Page 32: Lapkas Interna Fix 2

29

RencanaDarah lengkap, Urinalisis, LFT, RFT, Elektrolit, AGDA, HST, Anemia profile, Foto Thorax, USG Hepar, CT Scan Abdomen, EKG, Konsul PTI dan GEH

Page 33: Lapkas Interna Fix 2

30

Foto Thoraks pada tanggal 06-11-2013

Page 34: Lapkas Interna Fix 2

31

Foto thoraks pada tanggal 16-11-2013

Kesan :

Page 35: Lapkas Interna Fix 2

32

Foto Thoraks pada tanggal 26-11-13

Kesan :

Page 36: Lapkas Interna Fix 2

33

FOLLOW UP

Tanggal S O A P

Terapi Diagnostik

13/12/2013 Nyeri perut

kanan atas

Sens : CM

TD : 100/60 HR : 80 x/i

RR : 20 x/i T : 37,0

Kepala : dbn

T/H : Dalam batas normal

mulut : dbn

Leher : Dalam batas normal

Thoraks : perkusi : Sonor pada

kedua paru

Auskultasi: SP:

vesikuler

ST: -

Abdomen : I : Membesar,

Asimetris

P : Hati teraba

membesar 5 cm bac, 6

cm bpx

Permukaan licin,

Liver absess + Hiponatremia + Hipoglikemia

Tirah baring

Diet MB

IVFD D 5% 20 gtt/i makroInj. Metronidazole drips 500 mg/8 jamInj. Ciprofloxacin 200 mg/12 jamParacetamol 3x500mgSubs. Natrium :(135-123) x 60 x 0,6 = 432Tetesan : (135-123)/0,6 = 120 jamNaCl 3 % = 500/20 = 25 gtt/i mikroNaCl 0,9 % = 25 gtt/i mikro

Urinalisis, LFT,

Albumin, USG

Abdomen,

Konsul PTI,

Konsul GEH,

Prcalcitonin

33

Page 37: Lapkas Interna Fix 2

34

pinggir tajam, nyeri

tekan dijumpai

P : Pekak hati (+)

A: dbn

Ekstremitas : dalam batas normal

Hasil Laboratorium (13/12/2013):

Darah Lengkap:

Hb: 11.50 g/dl (11,7 – 15,5),

Eri: 3.63 106/mm3 (4.20 -4.87),

Leu: 18.41 103/mm3 (4.500-11.000),

Ht: 30.30 % (43-49),

Trombosit: 400x 103/mm3 (150.000-

450.000),

MCV:82.70 fL (85-95),

MCH: 31.70 ρg (28-32),

MCHC: 38.80 g/dl, (33-35)

Neutrofil 80.20 %,

Limfosit 11.70%,

Monosit 8.50 %,

Eosinofil 0.10 %,

34

Page 38: Lapkas Interna Fix 2

35

Basofil 0.200%.

Elektrolit

Natrium : 123 (135-155)

Kalium : 4,2 (3,6-5,5)

Klorida : 92 (96-106)

Glukosa Darah Sewaktu : 79,2 mg/dL

FOLLOW UP

Tanggal S O A P

Terapi Diagnostik

14/12/2013 Nyeri perut

kanan atas

berkurang

Sens : CM

TD : 100/60 HR : 80 x/i

RR : 20 x/i T : 37,0

Kepala : dbn

T/H : Dalam batas normal

mulut : dbn

Leher : Dalam batas normal

Thoraks : perkusi : Sonor pada

kedua paru

Liver absess + Hiponatremia + Hipoglikemia

Tirah baring

Diet MB

IVFD D 5% 20 gtt/i makroInj. Metronidazole drips 500 mg/8 jamInj. Ciprofloxacin 200 mg/12 jamParacetamol 3x500mgSubs. Natrium :(135-123) x 60 x 0,6 = 432Tetesan : (135-123)/0,6 = 120 jamNaCl 3 % = 500/20 = 25 gtt/i mikroNaCl 0,9 % = 25 gtt/i mikro

35

Page 39: Lapkas Interna Fix 2

36

Auskultasi: SP:

vesikuler

ST: -

Abdomen : I : Membesar,

Asimetris

P : Hati teraba

membesar 5 cm bac, 6

cm bpx

Permukaan licin,

pinggir tajam, nyeri

tekan dijumpai

P : Pekak hati (+)

A: dbn

Ekstremitas : dalam batas normal

FOLLOW UP

Tanggal S O A P

15-

17/12/2013

Nyeri perut

kanan atas

Sens : CM

TD : 100/60 HR : 80 x/i

Liver absess + Hiponatremia

Tirah baring

Diet MB

Diagnostik

USG Abdomen

36

Page 40: Lapkas Interna Fix 2

37

berkurang RR : 20 x/i T : 37,0

Kepala : dbn

T/H : Dalam batas normal

mulut : dbn

Leher : Dalam batas normal

Thoraks : perkusi : Sonor pada

kedua paru

Auskultasi: SP:

vesikuler

ST: -

Abdomen : I : Membesar,

Asimetris

P : Hati teraba

membesar 5 cm bac, 6

cm bpx

Permukaan licin,

pinggir tajam, nyeri

tekan dijumpai

P : Pekak hati (+)

A: dbn

+ Hipoglikemia

IVFD D 5% 20 gtt/i makroInj. Metronidazole drips 500 mg/8 jamInj. Ciprofloxacin 200 mg/12 jamParacetamol 3x500mgSubs. Natrium :(135-123) x 60 x 0,6 = 432Tetesan : (135-123)/0,6 = 120 jamNaCl 3 % = 500/20 = 25 gtt/i mikroNaCl 0,9 % = 25 gtt/i mikro

Punksi Cairan

Liver Abses

37

Page 41: Lapkas Interna Fix 2

38

Ekstremitas : dalam batas normal

Hasil Laboratorium (17/12/2013):

Darah Lengkap:

Hb: 9,3 g/dl (11,7 – 15,5),

Eri: 3.03 106/mm3 (4.20 -4.87),

Leu: 13.25 103/mm3 (4.500-11.000),

Ht: 26.40 % (43-49),

Trombosit: 625x 103/mm3 (150.000-

450.000),

MCV:87.70 fL (85-95),

MCH: 31.70 ρg (28-32),

MCHC: 35.80 g/dl, (33-35)

Neutrofil 80.20 %,

Limfosit 12.70%,

Monosit 7.50 %,

Eosinofil 0.10 %,

Basofil 0.200%.

Elektrolit

Natrium : 123 (135-155)

38

Page 42: Lapkas Interna Fix 2

39

Kalium : 4,2 (3,6-5,5)

Klorida : 92 (96-106)

Glukosa Darah Sewaktu : 79,2 mg/dL

FOLLOW UP

Tanggal S O A P

Diagnostik

FOLLOW UP

Tanggal S O A P

Terapi Diagnostik

FOLLOW UP

39

Page 43: Lapkas Interna Fix 2

40

Tanggal S O A P

Terapi Diagnostik

FOLLOW UP

Tanggal S O A P

Terapi Diagnostik

FOLLOW UP

Tanggal S O A P

Terapi Diagnostik

FOLLOW UP

Tanggal S O A P

Terapi Diagnostik

40

Page 44: Lapkas Interna Fix 2

41

FOLLOW UP

Tanggal S O A P

Terapi Diagnostik

41

Page 45: Lapkas Interna Fix 2

42

BAB 4

DISKUSI

Abses hepar merupakan infeksi pada hati yang disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit

dan jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem GI. Hal ini ditandai dengan

proses supurasi dengan pembentukan pus, terdiri dari jaringan hepar nekrotik, sel inflamasi,

dan sel darah dalam parenkim hepar.

Manifestasi sistemik abses hepar berupa nyeri tekan pada regio perut kanan dan

pembesaran hepar 3 – 6 jari. Gejala lain dapat berupa mual, muntah, anoreksia, BB turun,

malaise, demam yang tidak terlalu tinggi dan nyeri tumpul pada abdomen yang hebat bila

ditekan. Pada pasien ini didapati nyeri perut kanan atas yang dialami os ± 2 minggu ini dan

memberat dalam 5 hari ini. Nyeri perut dirasakan os hilang timbul muncul tiba-tiba. Nyeri

juga terasa panas dan seperti ditusuk – tusuk. Nyeri tidak hilang dengan obat penghilang rasa

sakit. Pasien ini juga didapati penurunan nafsu makan dan berat badan dijumpai sejak 2

minggu yg lalu ± 5 kg. Badan kuning dan mata kuning dijumpai 1 bulan ini. BAB pucat

dialami os 2 minggu yang lalu, BAK berwarna seperti the sekitar 2 minggu ini. Riwayat

minum alcohol dijumpai sejak 20 tahun yang lalu.

Pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis, LED, alkali fosfatase, transaminase,

dan bilirubin meningkat. Albumin menurun dan PT memanjang. Pada pasien ini dijumpai

leukositosis (18.410/mm3), anemia (9,3 gr/dL), bilirubin meningkat (Total = 4,49; Direk =

3,95), serta serum albumin yang menurun (2,3gr/dL).

Untuk menegakkan diagnosis abses hepar, digunakan kriteria Sherlock, yaitu

hepatomegali dengan nyeri tekan, leukositosis, peninggian diafragma kanan, aspirasi didapati

pus, hemaglutinin test positif dan USG dijumpai rongga pada hepar. Pada hasil USG didapati

abses hati sebesar 9 x 12 cm2 dengan permukaan tidak rata, ukuran membesar, pinggir tumpul

dan parenkim heterogen.

Terapi medikamentosa dapat diberikan metronidazol atau tinidazol yaitu obat

amoebisidal. Selain itu dapat dilakukan aspirasi untuk mengurangi gejala dan menyingkirkan

infeksi sekunder. Pada pasien ini telah dilakukan punksi liver abses dan didapati hasil berupa

keluarnya cairan pekat kecoklatan 5 cc.

Page 46: Lapkas Interna Fix 2

43

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Abses hepar merupakan infeksi pada hepar yang disebabkan oleh infeksi

bakteri, prasit, jamur maupun nekrosis paru. Gejala yang paling sering muncul dapat

berupa nyeri tekan pada perut kanan, mual, muntah , anoreksia, BAB seperti kapur, dan

urin berwarna gelap. Pada hasil laboratorium didapati leukositosis, anemia, dan

menurunnya serum albumin.

Terapi pada pasien abses hati dapat berupa drainase perkutan , pembedahan ,

aspirasi, dan medikamentosa.

Prognosis akan buruk apabila terjadi keterlambatan diagnosis dan pengobatan.

5.2. Saran

Seorang klinisi harus mengetahui pola manajemen yang benar dalam

mendiagnosis agar dapat memberikan pengobatan yang tepat pada pasien abses hati.

Page 47: Lapkas Interna Fix 2

44

Page 48: Lapkas Interna Fix 2

45

DAFTAR PUSTAKA

1. http//okipasi/terapi-okupasi-dan-rehabilitasi-wnes.html

2. http//okipasi/okupasi.php.htm

3. Setyonegoro Koesumanto,1983.Pedoman Rehabilitasi Pasien mental di

Indonesia,Jakarta.Direktorat Kesehatan Jiwa Dep.Kes.RI

4. Punwar,A.J.Occupational Therapy Principle & Practise.Wilians & Wilkins:London

5. Creek,J (1997),Occupational Therapy & Mental Heal.Churchil Livis Stone:London

Page 49: Lapkas Interna Fix 2

46

DAFTAR PERTANYAAN LAPORAN KASUS

1. Indikasi fisioterapi exercise therapy pada kasus ini?

Teknik fisioterapi ini dipergunakan terutama pada keadaan kronis seperti pada pasien

ini. Terapi latihan dapat dilakukan pada fase rehabilitasi berbagai jenis kelainan

seperti stroke, penggantian sendi maupun penuaan seperti pada pasien ini. Sebelum

dilakukan exercise therapy diberikan terapi infra red terlebih dahulu.

2. Apakah indikasi fisioterapi infra merah pada pasien ini ?

Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang

gelombang 7.700 – 4 juta A. Indikasi :

a. Kondisi peradangan setelah sub-acut : kontusio, muscle strain, trauma sinovitis.

b. Arthritis :RA, OA, myalgia, lumbago, neuralgia, neuritis.

c. Gangguan sirkulasi darah : thrombo plebitis, thrombo angitis obliterans, raynold’s

desease.

d. Penyakit kulit : Folliculitis, Furuncolosi.

e. Persiapan exercise dan massage.

3. Bagaimana cara terapi panas dapat mengurangi kekuan otot?

Panas pada fisioterapi dipergunakan untuk meningkatkan aliran darah kulit dengan

jalan melebarkan pembuluh darah yang dapat meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi

pada jaringan. Panas juga meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi

kekakuan otot.

4. Pada pasien apa sajakah terapi okupasi panas dapat diberikan?

Terapi panas dapat diberikan pada pasien yang mengalami kekakuan otot, Arthritis,

Hernia discus intervertebra, rotator cuff, Tendinitis (radang tendon), Bursitis (radang

bursa), Fibromyalgia, dan banyak lagi diagnose dengan keluhan nyeri otot maupun

nyeri tulang lainnya.

5. Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi

penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Apakah

kontraindikasi fisioterapi dada?

Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung,

status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif

seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru

dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.