kimia analitik

45
ABSTRAK Telah dilakukan percobaan yang berjudul Analisis Kelompok Kation. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi adanya kation-kation dalam larutan dan padatan unknown dengan menggunakan metode pemisahan “kemikalia cair” yang didasarkan pada kelakuan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan dengan reagen-reagen tertentu. Prinsip dari percobaan ini adalan pengendapan dan pengompleksan. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah pengendapan bertingkat. Larutan unknown direaksikan dengan HCl, aquades, NH 3 , H 2 SO 4 , NaOH, KI, Na 2 SO 3 , H 2 O 2 , KSCN. Hasil dari percobaan ini adalah unknown I adalah Ba 2+ , unknown II tidak terdapat kation, unknown III adalah Ni 2+ , unknown IV adalah tidak terdapat kation, unknown V adalah Fe 3+ . Keyword : kemikalia cair, kation, pengendapan, pengompleksan.

Upload: leni-budiastuti

Post on 13-Aug-2015

130 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

belajar bersama

TRANSCRIPT

Page 1: kimia analitik

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul Analisis Kelompok Kation. Tujuan

dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi adanya kation-kation dalam larutan

dan padatan unknown dengan menggunakan metode pemisahan “kemikalia cair” yang

didasarkan pada kelakuan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan dengan reagen-

reagen tertentu. Prinsip dari percobaan ini adalan pengendapan dan pengompleksan.

Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah pengendapan bertingkat. Larutan

unknown direaksikan dengan HCl, aquades, NH3, H2SO4, NaOH, KI, Na2SO3, H2O2,

KSCN. Hasil dari percobaan ini adalah unknown I adalah Ba2+, unknown II tidak

terdapat kation, unknown III adalah Ni2+, unknown IV adalah tidak terdapat kation,

unknown V adalah Fe3+.

Keyword : kemikalia cair, kation, pengendapan, pengompleksan.

Page 2: kimia analitik

PERCOBAAN III

ANALISIS KELOMPOK KATION

I. TUJUAN

Dapat mengidentifikasi kation-kation dalam larutan dan padatan “unknown”

dengan menggunakan metode pemisahan “kemikalia kimia” yang didasarkan pada

kelakuan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan dengan reagen-reagen tertentu.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan

reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi

basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan dapat

digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya modifikasi kecil. Sejumlah

uji yang berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa

melarutkan. Contoh dalam reaksi basah, teknik-teknik yang berbeda dalam

analisis makro, semimikro dan mikro (Svehla, 1990).

2.2 Analisis Kation

2.2.1. Kelompok Kation I (Perak, Ag)

Perak adalah logam yang putih, dapat ditempa dan liat. Rapatan

tinggi (10,5 gml-1) dan melebur pada 9600C, tidak larut dalam asam

klorida, asam sulfat encer (1M) atau asam nitrat encer (2M).

Reaksi-reaksinya

Ag+ + Cl- AgCl

Perak dengan klor menggunakan ion klor dari asam klorida encer akan

membentuk endapan putih perak klorida. Namun, jika memakai ion klor

dari asam klorida pekat, tidak terjadi pengendapan.

Apabila diencerkan dengan air, kesetimbangan akan bergeser

kembali kekiri dan endapan muncul lagi. Dengan menambah larutan

amonia encer akan melarutkan endapan dan membentuk ion kompleks

diaminaargentat.

Page 3: kimia analitik

Reaksinya :

AgCl + 2NH3 [Ag(NH3)2]+ + Cl- (Svehla, 1990).

2.2.2. Kelompok Kation II

a. Alumunium (Al3+)

Alumunium adalah logam putih, yang liat dan dapat ditempa,

bubuknya berwarna abu-abu, melebur pada 6590C. Asam klorida encer

dengan mudah melarutkan logam ini, pelarutan lebih lambat dalam

asam sulfat encer atau asam nitrat encer. Jika ditambah dengan amonia,

maka reaksinya :

Al3+ + 3NH3 + H2O Al(OH3) + 3NH4- (Svehla, 1990).

b. Timbal (Pb2+)

Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan

rapatan yang tinggi (11,48 gml-1 pada suhu kamar), mudah larut dalam

asam nitrat (8M), reaksinya :

3Pb + 8HNO3 3Pb2+ + 6NO3- + 2NO + 4H2O

Namun, jika ditambahkan HCl encer atau H2SO4 encer, mempunyai

pengaruh yang hanya sedikit. Karena terbentuknya timbel klorida atau

timbel sulfat yang tak larut pada permukaan logam itu. Reaksi antara :

Pb2+ + 2HCl- PbCl2

PbCl2 endapan putih yang larut dalam air panas (33,4 gl-1) pada 1000C,

sedang hanya (9,9 gl-1) pada 200C. Namun, jika diendapkan, dicuci

dengan cara dekantasi dan NH3 encer ditambahkan, reaksinya :

PbCl2 + 2NH3 + 2H2O Pb(OH2) + 2NH4+ + 2 Cl- (Svehla, 1990).

c. Besi (Fe3+)

Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak yang

kukuh dan liat, melebur pada 15350C. Asam klorida encer atau pekat

dan asam sulfat encer melarutkan besi dan menghasilkan garam-

garam besi (II) dan gas hidrogen.

Garam-garam besi (III) diturunkan dari oksida besi (III), Fe2O3

dan lebih stabil daripada garam besi (II). Dalam larutannya terdapat

kation-kation Fe3+ yang berwarna kuning muda dan jika larutan

Page 4: kimia analitik

mengandung klorida, warna menjadi semakin kuat. Zat-zat pereduksi

mengubah ion besi (III) menjadi besi (II) (Svehla, 1990).

d. Kromium (Cr3+)

Kromium adalah logam kristalin yang putih, tak begitu liat dan

tak dapat ditempa dengan mudah, melebur pada 17650C. Larut dalam

HCl encer atau pekat. Jika tak terkena udara akan membentuk ion-ion

kromium (II).

Rekasi antara kromium dengan ion hidroksida dari natrium

hidroksida

Cr3+ + 3OH- Cr(OH)3

Reaksi ini reversibel, dengan sedikit penambahan asam, endapan

larut (Svehla, 1990).

2.2.3. Kelompok Kation III

a. Barium (Ba2+)

Barium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat,

yang stabil dalam udara kering. Barium bereaksi dengan air dalam

udara yang lembab membentuk oksida atau hidroksida, melebur pada

1100C. Reaksi antara barium dengan asam sulfat encer membentuk

endapan putih barium sulfat (BaSO4) yang berbutir halus, berat dan

praktis tak larut dalam air (2,5 mgl-1) Ks = 9,2 x 10-11

Reaksinya :

Ba2+ + SO42- BaSO4

BaSO4 hampir tak larut dalam asam encer dan dalam larutan

amonium sulfat dan larut cukup baik dalam asam sulfat pekat

mendidih (Svehla, 1990).

b. Magnesium (Mg2+)

Magnesium adalah logam putih, dapat ditempa dan liat,

melebur pada 6500C. Mudah terbakar dalam udara atau oksigen

dengan mengeluarkan cahaya putih yang cemerlang, membentuk

oksida MgO dan beberapa nitrat Mg3N2.

Reaksi antara magnesium dan ion hidroksida dari natrium hidroksida:

Mg2+ + 2OH- Mg(OH)2

Page 5: kimia analitik

Endapan putih magnesium hidroksida, tidak larut dalam

reagensia berlebihan tapi mudah larut dalam garam-garam amonium

(Svehla, 1990).

2.2.4. Kelompok Kation IV

a. Tembaga (Cu2+)

Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat

ditempa dan lunak, melebur pada 10380C.

Reaksi antara tembaga dengan ion iodida dari kalium iodida :

2Cu2+ + 3I- 2CuI + I3-

Endapan tembaga iodida yang putih, tapi larutannya berwarna coklat

tua, karena terbentuknya ion-ion tri-iodida-iod.

b. Nikel (Ni2+)

Nikel adalah logam putih perak yang keras, bersifat liat dapat

ditempa dan sangat kukuh, melebur pada 14550C. Reaksi antara nikel

dengan ion hidroksida dari natrium hidroksida :

Ni2+ + 2OH- Ni(OH)2

Endapan nikel (II) hidroksida menghasilkan warna hijau, endapan tak

larut dalam reagen berlebihan (Svehla, 1990).

2.3 Reaksi Pembentukan Kompleks

Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan

reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion (atau

molekul) kompleks terikat dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang

terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini

dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stakiometri yang sangat tertentu,

meskipun ini tak dapat ditafsirkan didalam lingkup konsep velensi yang klasik

(Svehla, 1990).

2.4 Metode Pengendapan

Pengendapan dilakukan sedemikian rupa, sehingga memudahkan proses

pemisahannya. Misal Ag diendapkan sebagai AgCl. Aspek penting yang perlu

diperhatikan pada metode tersebut adalah endapannya mempunyai kelarutan

yang kecil sekali dan dapat dipisahkan secara titrasi.

Page 6: kimia analitik

Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang

bersangkutan. Kelarutan (s) endapan sama dengan konsentrasi molar dari larutan

jenuhnya.

Kelarutan bergantung pada :

a) Suhu

b) Tekanan

c) Konsentrasi bahan-bahan

d) Komposisi pelarut

e) Kelarutan endapan berkurang jika salah satu ion sekutu terdapat

dengan berlebihan (Svehla, 1990).

Umumnya pengendapan dilakukan pada larutan yang panas, sebab

kelarutan bertambah dengan bertambahnya temperatur. Endapan terbentuk jika

larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan dengan

endapan sama dengan konsentrasi molar dari kelarutan jenuhnya (Underwood,

1986).

2.5 Kelarutan Endapan

Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat

keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal (kristalin) atau koloid dan

dapat dikeluarkan dan larutan dengan penyaringan atau pemusingan (centrifuge).

Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang

bersangkutan.

Kelarutan (s) suatu endapan, menurut definisi adalah sama dengan

konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung juga pada sifat

dan konsentrasi zat-zat lain terutama ion-ion dalam campuran itu (Svehla, 1990).

2.6 Pencucian Endapan

Tujuan pencucian endapan adalah menghilangkan kontaminasi pada

permukaan. Untuk pencucian digunakan larutan elektrolit kuat dan harus

mengandung ion sejenis dengan endapan untuk mengurangi kelarutan endapan.

Larutan pencucian dibagi menjadi 3 kelompok :

Page 7: kimia analitik

1) Larutan yang mencegah terbentuknya koloid yang

mengakibatkan dapat lewat kertas saring.

2) Larutan yang mengurangi kelarutan dan endapan .

3) Larutan yang dapat mencegah hidrolisa garam dari asam

lemah atau basa lemah (Svehla,1990).

2.7 Hasil Kali Kelarutan

Larutan jenuh suatu garam yang mengandung garam tersebut yang tak

larut, dengan berlebihan, merupakan suatu sistem kesetimbangan terhadap

dimana hukum kegiatan massa diberlakukan.

Misalnya jika endapan perak klorida ada dalam kesetimbangan dengan larutan

jenuhnya, maka kesetimbangan yang berikut terjadi

AgCl Ag+ + Cl-

Ini merupakan kesetimbangan heterogen, karena AgCl ada dalam fase padat.

Sedang ion-ion Ag+ dan Cl- ada dalam fase terlarut. Tetapan kesetimbangan

dapat ditulis sebagai

Konsentrasi perak klorida dalam fase padat tak berubah dan karenanya

dapat dimasukkan kedalam suatu tetapan baru, ks, yang dinamakan hasil kali

kelarutan.

Ks = [Ag+][Cl-]

(Svehla, 1990)

2.8 Resume Jurnal Intrnasional

Jurnal internasional yang berjudul Identification of a Novel Extracellular

Cation-sensing G-protein-coupled Receptor, menyatakan kelompok C pasangan

protein G penerima (reseptor) mengandung anggota-anggota seperti asam amino

dan kation-kation ekstrakulikuler yang menerima sense kalsium adalah seluler

protolype kalsium yang menerima. Beberapa sel-sel, seperti osteoblast-

osteoblast dalam tulang, pasti menyalurkan kekalsium extracellular dan

kekurangan CASR, sesuai dengan ekstensi yang lain dari penerima sense. Kita

Page 8: kimia analitik

melakukan pengujian pada materi sense kalsium untuk GPRC GA, yang baru

diidentifikasi merupakan anggota dari keluarga ini. Garis untuk GPRCGA

dengan CAGR yang telah dikonservasi antara kalsium dan kalsimemetik ikatan

samping. Dalam penambahan kalsium, magnesium, stransium, aluminium,

gadolinium dan kalsimimetrik MPS 568 disarankan dalam sebuah dosisnya

mengandung rancangan untuk GPRCGA dengan ekspresi berlebih dalam sel-sel

embrio manusia, yaitu 293 sel-sel. Juga asteokalsim adalah ikatan protein dalam

kalsium yang diekspresikan tinggi dlama tulang, dosisnya mengandung stimulasi

aktivitas GPRCGA dalam presensi untuk kalsium, tetapi penghambat kalsium

didalamnya diaktifasikan oleh CASR. Co-ekspresi untuk 3 arrestin 1 dan 2

regulator unutk signal protein GPRS 2 atau RGS 4. sebuah RLC A

mengahambat rangsangan racun C3, dominan negatif Gaq (305-359) dan diobati

kembali dengan racun perfusis penghambataktifitas untuk GPRCGA oleh kation

ekstraselular. Terhadap transkripsi analitis menunjukkan bahwa tikus GPRCA

adalah ekspresi pertengahan dalam tisu tikus, termasuk tulang, kalvaria dan sel

osteoblas garis MC3T3-e1. Data ini mengandung penambahan sense asam-asam

amino, GPRCGA adalah sebuah kation, Kalsium imetic dan sense penerima

osteokalsin dan kandidat unutk meditasi ekstraselularrespon-respon sense

kalsium dalam osteobla-osteoblas dan dimungkinkan dalam tissue yang lain

(Pieter, 2005).

Dalam jurnal yang berjudul The Cation Distribution In Shythetic

(Fe,Mn)3(PO4)2 Graftonite-Type Solid Solutions, menyatakan bahwa sembilan

(Fe1-xMnx)3(PO4)2 dalam pelarut dengan (0,1≤x≤0,9) dengan struktur tipe

graftonit telah dipreparasi dan disetimbangkan pada 1070 K. Struktur terdiri dari

3 kation dengan koordinasi polihedra semuanya dinampakkan; satu oktahedron

dan dua lima-loordinasi dengan polihedra. Dimensi sel unti akurat telah

dikembangkan dari data buiner-Hagg photografic dalam fasanya. Spektra

Massbauer yang dikombinasikan dengan neutron Newton difraksi

(Fe0.50Mn0.50)30(PO)2 telah digunakan untuk menggambarkan distribusi kation

dengan variasi komposisi Mn2+ dimasukkan dalam oktahedral dan Fe2+ pada 5

sisi koordinasi populasi bagian telah disepakati dengan pilihan kation (Anders,

1982).

Page 9: kimia analitik

Dalam jurnal yang berjudul Analysis of Diffusion Mechanism of Cu in

Polycrystalline Bi2Te3-Based Alloy with the Aging of Electrical Conductivity,

menjelaskan tentang dalam panduan berbaris Bi2Te3 doped dengan Cu atau

halide Cu. Cu menunjukkan super difusi atau di posisi interstisial. Sebagai Cu

menunjukkan doner property di Bi2Te3 berbaris paduan, dengan sifat

thermoelektrik. Paduan ini berubah dengan penuaan waktu, mekanisme difusi

polikristalin Bi2Te3 Cu dalam paduan berbaris dipalsukan oleh deformasi plastik

sampel menekan panas diteliti. Akibatnya energi aktivasi 9,44 kJ/mol diperoleh

untuk Cu dalkam sampel. Selain itu, laju perubahan dalam konduktivitas listrik

berkurang dengan penuaan waktu dan berbanding terbalik sebanding dengan

waktu penuaan. Penyebab utama adalah pengendapan Cu-oksidapada permukaan

sampel, yang menekan oksidasi lebih lanjut atom Cu atau Cu+. Dua molekul

oksidasi Cu pada permukaan berbasis Bi2Te3 dianggap sampel dan laju

perubahan konduktivitas listrik sebgai fungsi waktu penuaan dijelaskan

(Fujimoto, 2007).

Dalam jurnal internasional yang berjudul Comparative Quantitative

Analysis of Sodium, Magnesium, Potassium and Calcium in Healthy Cuttlefish

Back bone and Non-Pathological Human Elbow Bone, menjelaskan tentang

energi dispertif dengan teknik penyinaran sinar-X yang digunakan untuk

menganalisis tulang belakang cumi-cumi. Metode penjumlahan standar

digunakan untuk menentukan konsentrasi dari Na, Mg, K dan Ca. Susunan

percobaan terdiri dari Si(Li) sebagai detector dengan resolusi 160 ev pada 5,9

kev dan sumber angular 55Fe . Prinsip yang digunakan adalah jumlah rata-rata

dari konsentrasi yang sudah diketahui digunakan untuk menganalisa sampel

yang ridak diketahui. Dari data yang diperoleh dalam percobaan didapatkan

hasil bahwa sampel tulang belakang cumi-cumi terdapat unsur Na, Mg, K dan

Ca. Besarnya konsentrasi Na, Mg, K dan Ca pada tulangh belakang cumi-cumi

hampir sama dengan konsentrasi tulang belakang manusia. Data yan g diperoleh

ini sudah dibandingkan dengan literature danb sudah didiskusikan pada proses

pembelajaran (Ridvan, 2007).

Dalam jurnal internasional yang berjudul Theorytical Analysis of Cation

Ordering in Binary Rhombohedral Carbonate Systems, menjelaskan bahwa tiga

Page 10: kimia analitik

parameter versi dari aproksimasi tetrahedron pada metode rhombohedral

karbonat. Model yang mencukupi untuk kalkulasi diagram fase teoritical

merupakan persetujuan kualitatif komplit dengan fase kesetimbangan suhu

tinggi dan dengan susunan percobaan dan batas kepercayaan suhu dari panas

yang berlebih yang digabungkan dengan kation yang bergerak. Pada

penambahan, terdapat banyak parameter interaksi badan yang diminta untuk

memperoleh kelayakan topologi diagram fase pada temperatur tinggi untuk

memprediksi perputaran groud state (kondisi standar) dengan stoikiometri

Ca3Mg(CO3)4. perputaran kation pada perbandingan fase 3:1 memberi toleransi

trigonal destorsi yang analog dengan Cu3Au atau struktur Al3Ti (Benjamin,

1987).

Dalam jurnal internasional yang berjudul The Cation Distribution in

Synthetic Mg-Fe-Ni Olivines, menyatakan dalam distribusi pembuatan Mg-Fe-

Ni pada buah zaitun dengan pendinginan pada suhu 10000C. Fe2+, Mg2+, Ni2+

terjadi polulasi diantara M1 dan M2 yang telah ditentukan oleh suatu kombinasi

spektroskopi Moosbauer dan bahan-bahannya teknik didasarkan pada sinar-X,

data yang difraksi. Koefisien distribusi kation Mg2+- Fe2+, KD = [XFe(MI)

XMg(M2)J/[XFe(M2).XMg(Ml)], adalah dekat dengan kesatuan tetapi pengurangan

isi nikel terus meningkat. Ni2+-( Mg2++ Fe2+) distribusi kation itu dekat dengan

Ni2+-Mg2+ yang lebih awal dilaporkan unutk beberapa buatan Ni-Mg pada buah

zaitun (Anders, 1982).

Dalam jurnal internasional yang berjudul Mechasynthesis of

Nanocrystalline Germinate Fe2GeO4 with a Nonequilibrium Cation

Distribution, menjelaskan bahwa langkah pertama sistesis dari besi germanium

nanopartikel dengan rata-rata ukuran kristal 11 nm disntesis dengan proses kimia

mekanik dari campuran α-Fe2O3/Fe/GeO2 disebuah ruangan dengan suhu yang

telah ditentukan. Kemampuan dari Moosbauer struktur spektroskopi benda di

dalam satu lokasikation tidak teratur, pada sintesis dihasilkan Fe2GeO4 dengan

struktur normal (λ=0), sebuah nanokristal disintesis Fe2GeO4 meangadopsi

struktur spin dengan sebuah ketidaksetimbangan distribusi kation, (λ=0,67)

struktur kecil kuantitatif oleh XRD dan Tem menyatakan bahwa skala nano alam

dari sebuah sintesis material (Bergmann, 2008).

Page 11: kimia analitik

Jurnal internasional yang berjudul Analysis of Cation Valences and

Oxygen Vacancies in Magnetoresisteve Oxides by Electron Energy-Loss

Spectroscopy, menyatakan bahwa magnetik oksida memiliki dua macam

karakteristik, yaitu magnetik oksida dari (La,A0MnO3 dan (La,A)CoO3, kedua

karakteristik ini sangat khas strukturnya. Kation valensi campuran dan

kekosongan oksigen sangat dibutuhkan untuk menyeimbangkan muatan. Dengan

diperkenalkan kation doping, konsekuensi yang diperkenalkan juga berbeda,

sehingga memilki sifat yang berbeda pula. Hal ini sangat penting secara

kuantitatif unutkl menentukan pungutan seimbang oleh masing-masing, namun

analisis ini agak sulit, terutama untuk film-film tipis. Hasil yang diperoleh

adalah energi kehilangan elektron spektroskopi (EELS) bisa menjadi teknik

yang efektif untuk menganalisis Mn dan Co magnetic oksida dengan

penggunaan rasio intensitas garis putih, mengarah keteknik baru untuk

kuantifikasi kekosongan oksigen dalam fungsional dan bahan yang baik (Wang,

1998).

Jurnal yang berjudul Identification of Aluminium-Regulated Genes by

cDNA-AFLP in Rice (Oryza sativa L.) : aluminium-regulated genes for the

metabolism of cell wall components, menjelaskan sifat racun Al merupakan

factor yang besar pada produktivitas dalam keasaman tanah. Untuk mengetahui

mekanisme molecular dari sifat racun Al dan batas toleransi padi, cDNA

menerima fragmen polimorfisme yang panjang (cDNA-AFLP) yang digunakan

untuk mengidentifikasi regulasi Al pada gen akar berdasarkan tolerasi Al pada

padi tropical Alucena dan sentifitas Al pada padi dataran rendah IRI552. 19

fungsi yang diketahui dari gen yang didapatkan diantara 34 transkrip derivate

fragmen (TDFs) regulasi oleh regangan Al. Hasil identifikasi menunjukkan

bahwa regangan Al dapat menginduksi biosintesis dari lignin dan sel lain yang

merupakan komponen dari akar (Mao, 2004).

Jurnal yang berjudul Exchangeable Cation Distribution in Nickel and

Magnesium Vermiculites, menjelaskan keanehan yang menyebar pada sinar-X

yang terletak diantara noda-noda Bragg. Itu semua telah di pelajari dalam hidrasi

Mg dan Ni-vermiculites yang terlihat bahwa semuanya telah terlihat dalam

tempat tebalikdalam bentuk garis yang ditentukan, poros Z* terus diperpanjang.

Page 12: kimia analitik

Penyebaran ini di tunjukkan 2 dimensi yang dibentuk pada 2 pengganti kation

dan dari molekul air dalam lapisan. Seperti yang telah dipesan pada bidangnya,

kation disituasisasikan pada noda yang berperiodik ditengah-tengah denga

parameter 3a,b. Pengganti distribusi kation harus sesuai dengan distrubusi

perubahan yang mana telah di netralisasi, oleh karena itu, itu semua dapat

disimpulkan bahwa distribusi itu pada keefektifan perubaha yang negatif

(perbahan negatif tetrahedral sedikit perubahan positif oktahedral) juga dapat

paling tidak dapat dipesan sedikit (Alcover, 1973).

2.9 Analisa Bahan

2.9.1. NaOH

Sifat Fisik :

- titik leleh 380C,

- titik didih 1390C

- densitas 2,1 g/mL

- berisfat higroskpis

- berwarna putih

Sifat Kimia :

- mudah menguap

- bersifat korosif

- digunakan dalam pembuatan kertas, sabun detergen, dll.

- merupakan senyawa basa (Mulyono, 2005).

2.9.2. KI

Sifat Fisik :

- mempunyai massa jenis 4,99 g/mol

- cairan berwarna kuning

- titik leleh 11,60C

- titik didih 84,40C

Sifat Kimia :

- larut dalam eter

- tidak larut dalam air

- pelarut non polar (Basri, 1996).

Page 13: kimia analitik

2.9.3. NH3

Sifat Fisik :

- zat cair bening

- berbau tajam

- titik leleh –780C

- titik didih 33,50C

Sifak Kimia :

- sebagai pelarut pada reaksi-reaksi bebas air

- mudah larut dalam air

- bersifat basa (Mulyono, 2005)

2.9.4. Aquadest

Sifat Fisik :

- zat cair bening tidak berbau

- tidak berwarna

- titik didih 1000C,

- titik leleh 00C

- indeks bias 1,332

Sifat Kimia :

- bersifat polar

- pelarut yang baik untuk berbagai macam zat (Basri, 1996)

2.9.5. K2CrO4

Sifat Fisik :

- zat cair berwarna kuning

- titik leleh 970C

- densitas 2,73 g/mL

Sifat Kimia :

- mudah larut dalam air

- tidak larut dalam alkohol (Mulyono, 2005).

Page 14: kimia analitik

2.9.6. HNO3

Sifat Fisik :

- asam anorganik

- tak berwarna, tak berbau

- bersifat korosif

- densitas 1,89 g/mL

- titik leleh -410C

- titik didih 830C

Sifat Kimia :

- bersifat sebagai oksidator (Basri, 1996)

2.9.7. HCl

Sifat Fisik :

- larutan tidak berwarna

- berat jenis 1,15 g/mol

- titik didih 850C

- titik leleh -140C

Sifat Kimia :

- termasuk asam kuat

- dilarutkan dengan mereaksikan NaCl dengan H2SO4 pekat

- larut dalam pelarut air (Mulyono, 2005).

2.9.8. Na2SO3

Sifat Fisik :

- padatan putih

Sifat Kimia :

- larut dalam air

- mudah beroksidasi, maka banyak digunakan sebagai bahan

pereduksi (Mulyono, 2005).

Page 15: kimia analitik

2.9.9. KSCN

Sifat Fisik :

- merupakan kristal berwarna

- titik leleh 1730C

- berat jenis 1,89 g/mol

Sifat Kimia :

- larut dalam aseton dan alkohol

- menyebabkan iritasi pada kulit

- digunakan dalam pencucian tekstil (Basri, 1996 ).

2.9.10. H2SO4

Sifat Fisik :

- berupa cairan jernih

- tidak berwarna, tak berbau, agak kental

- bersifat higroskopis

- titik leleh -100C

- titik didih 315-3380C

- densitas 1,8 g/cm3

Sifat Kimia :

- merupakan asam kuat

- digunakan sebagai katalis

- bersifat korosif (Basri, 1996).

2.9.11. Pb(NO3)2

Sifat Fisik :

- berbentuk kristal putih

- tidak berwarna

- berat molekul 331,23 g/mol

- densitas 4,59 g/mL

Sifat Kimia :

- larut dalam air

- tidak larut dalam alkohol

- digunakan untuk pembuatan deodoran, detergen dan reagen

(Mulyono, 2005).

Page 16: kimia analitik

2.9.12. DMG

Sifat Fisik :

- merupakan besi (III) dimetil glioksin

Sifat Kimia :

- larut dalam larutan amoniakal

- terdiri dari 1% dimetil glioksin dalam alkohol (Svehla,

1990)

III. METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

- Penjepit

- Gelas beker

- Pemanas Spirtus

3.1.2. Bahan

- HCl - Na2SO3 - KI

- NH3 - H2O2 - DMG

- K2CrO4 - KSCN - Aquadest

- HNO3 - NH4NO3 - Reagen Mg

- H2SO4 - Pb(NO3)2 - Sampel Unknown

- NaOH - Na2HPO4

3.2. Gambar alat

Pipet tetes Tabung Reaksi Gelas Beker Penjepit

Page 17: kimia analitik

- Pencucian dengan 0,5 mL H2O- Pembuangan cucian- Penambahan 0,5 mL H2O- Pemanasan hingga mendidih

- Penambahan 3 tetes NH3

- Penambahan 0,5 mL H2O- Pembuangan endapan

- Penambahan 3 tetes HNO3

- Penambahan 1 tetes K2CrO4

Tambah 2 tetes HCl, sentrifus

3.3. Skema kerja

3.3.1. Analisis Kation Known Kelompok I

Pemisahan dan Identifikasi Kelompok Perak

Mulai dengan 1 mL larutan known/unknown

Endapan IA : AgCl (putih) PbCl2 (putih)

Larutan Pb2+, Al3+, Fe3+, Cr3+, Ba2+, Mg2+, Cu2+, Ni2+ disimpan untuk kelompk II

Endapan IB : AgCl

Larutan ID : Ag(NH3)

Larutan IC: Pb2+

Endapan kuning : PbCrO4, berarti Pb2+ ada

Hasil

Endapan putih, berarti Ag2+ ada

Hasil

Page 18: kimia analitik

- Penambahan 1 mL NH4NO3

- Pemanasan 2 menit

- Penambahan 1 tetes lar. Pb(NO3)

- Penambahan 3 tetes HCL

- Penambahan 1 tetes KSCN

- Penambahan 0,5 mL H2O- Pembuangan cucian- Penambahan 2 tetes HCL- Penambahan 2 tetes NH3

- Penambahan 2 tetes H2SO4

- Penambahan ½ mL H2O

- Pengadukan- Pensentrifusan

- Penambahan 4-6 tetes NH3

- Pengadukan- Pensentrifusan

Cuci dengan 1/2 mL H2O, buang cuciannya. Tambah 1/2 mL H2O, 5 tetes NaOH, aduk. Tambah 3 tetes H2O2, aduk, panaskan 2 menit, sentrifus

3.3.2. Analisis Kation Known Kelompok II

Pemisahan dan Identifikasi Kelompok Aluminium

Larutan 2A dari kelompok I : Pb2+, Al3+, Fe3+, Cr3+, Ba2+, Mg2+, Cu2+, Ni2+

Larutan 3A : Ba2+, Mg2+, Cu(NH3+) Endapan 2B : Al(OH)3, Fe(OH)3, Cr(OH)3, Pb(OH)2

Endapan PbSO4 atau BaSO4 dibuang

Larutan 2C : Al3+, Fe3+, Cr3+

Larutan dibuang Endapan 2D : Al(OH)3, Fe(OH)3, Cr(OH)3

Larutan 2E : Al(OH)3, CrO42- Endapan 2E : FeO3

Larutan 2H : CrO42- Endapan 2G : Al(OH)3

Larutan merah, ada Fe3+

Endapan kuning PbCrO4, berarti Cr3+

Endapan merah Al(OH)3, berarti Al3+

Hasil

Hasil

Hasil

Tambah 10 tetes NH3, 1 tetes saat pengadukan, sentrifus

Page 19: kimia analitik

Tambah 1 tetes H2SO4, aduk dan sentrifus

3.3.3. Analisis Kation Known Kelompok III

Pemisahan dan Identifikasi Kelompok Alkali Tanah

Larutan 3A : Ba2+, Cu(NH3)4, Ni(NH3)62+

Endapan 3B : BaSO4, berarti Ba2+ ada Larutan 3C : Cu2+, Ni2+

Larutan 4A : Cu(NH3)42+, Ni(NH)6

2+

Tambah 8 tetes NH3, tambah 6 tetes NaOH dan aduk. Tes pH, jira pH tidak 10 atau lebih besar, tambah NaOH, sentrifusHasil

Endapan 3D : Mg(OH)2 gelatin putih

Cuci dua kali dengan ½ ml H2O. Buang cuciannya. Tambah 1 tetes HCl, 1 tetes NH3 dan 1/2 ml H2O. Larutan harus mendekati pH 7. Jika larutan basa, tambah NH4NO3 tetes demi tetes sampai asam. Tambah 3 tetes larutan Na2HPO4. aduk tunggu 2 menit dan sentrifus

Endapan 3E : Mg NH4PO4(kristal putih). Jika endapan biru (karena adanya Cu2+) tambah 1 tetes HCl dan 2 tetes NH3. Sentrifus dan buang cairan supermatannya

Cuci endapan sekali dengan 1/2 ml H2O. Larutan endapan dalam 3 tetes HCl, kemudian tambah 3 tetes reagen magnesium. Tambah NaOH dengan pengaduk sampai larutan alkalis. aduk

Biru laut (endapan flokulan), berarti Mg2+ ada

Hasil

Page 20: kimia analitik

- Penambahan 8 tetes NH3

- Penambahan bahan 6 tetes NaOH

- Pengujian pH- Penambahan Na OH

hingga pH 10

- Penambahan Na2SO4

- Penambahan 5 tetes NaOH

- Pemanasan hingga mendidih

- Penambahan NaOH hingga pH 10

- Penambahan 0,5 mL H2O

- Penambahan 1 tetes HCl

- Penambahan 2 tetes NH3

- Penambahan 2 tetes H2O2

3.3.4. Analisis Kation Known Kelompok IV

Pemisahan dan Identifikasi Kelompok Tembaga

Larutan 4A : Cu(NH3)42+, Ni(NH3)6

2-

Larutan 4C : Ni2+ Endapan 4B : CuI

Endapan 4D : Ni(OH)2 Larutan biru : Cu(NH3)42+, berarti

Cu2+ ada

Hasil

Hasil

Tambah HCl sampai larutan netral (9-10) tetes tambah satu tetes lagi HClTambah 3 tetes KI, aduk. Warna coklat timbul adanya I3- dan kelihatan (coklat kekuningan) jika endapan Cu2+ ada

Endapan merah jingga dari Ni-dimetilglioksida, bearti Ni2+ ada

Page 21: kimia analitik

IV. DATA PENGAMATAN

No. Sampel Hasil1. Sampel Unknown I

+ HCl Bening+ NH3 Putih keruh+ H2SO4 Ada endapan putih (Ba2+)

2. Sampel Unkonwn II+ HCl Bening+ NH3 Bening+ H2SO4 Bening+ NH3 + NaOH Bening+ HCl Bening+ KI Coklat kekuningan+ pemanasan Coklat kekuningan (tidak ada endapan)

3. Sampel Unknown III+ HCl Putih keruh+ NH3 Bening+ H2SO4 Bening+ NH3 + NaOH Bening+ HCl Bening+ KI Coklat kekuningan+ Na2SO3 Coklat kekuningan+ NaOH Ada endapan hijau (Ni2+)

4. Sampel Unknown IV+ HCl Bening+ NH3 Biru+ H2SO4 Bening+ NH3 + NaOH Bening+ HCl Bening+ KI Kuning+ Na2SO3 Bening kekuningan+ NaOH Bening kekuningan (tetap)+ pemanasan Bening kekuningan (tetap)

5. Sampel Unknown V+ HCl Bening+ NH3 Endapan coklat+ H2SO4 Endapan larut+ ½ mL H2O Larut+ dicuci 1 mL air Sedikit endapan coklat+ NaOH + H2O2 Endapan coklat+ pemanasan Endapan coklat (tetap)+ HCl + KSCN Ada endapan merah bata (Fe3+)

Page 22: kimia analitik

V. HIPOTESIS

Percobaan ini mengidentifikasi kation-kation dalam bentuk endapan

dengan ditandai adanya perubahan warna endapan yang berbeda-beda. Diantara

perubahan warna endapan yang ditimbulkan oleh kation-kation tersebut adalah :

Fe3+ dengan KSCN membentuk endapan coklat kemerah-merahan.

Pb2+ dengan H2SO4 membentuk endapan putih.

Pb2+ dengan K2CrO4 membentuk endapan kuning.

Ag+ dengan HCl membentuk endapan putih.

Cr3+ dengan Pb(NO3)2 membentuk endapan kuning.

Ni2+ dengan NaOH membentuk endapan hijau.

Al3+ dengan NH3 membentuk endapan putih.

Mg2+ dengan NaOH membentuk endapan putih.

Page 23: kimia analitik

VI. PEMBAHASAN

Percobaan ini berjudul “Analisis Kelompok Kation” yang bertujuan untuk

mengidentifikasi kation-kation dalam larutan dan padatan “unknown” dengan

menggunakan metode “kemikalia cair” yang didasarkan pada kelakuan ion-ion

yang berbeda ketika direaksikan dengan reagen-reagen tertentu. Prinsip percobaan

ini adalah pengendapan dan pengompleksan. Metode yang digunakan adalah

pengendapan bertingkat, yaitu metode yang memperlihatkan bahwa bila hasil kali

kelarutan (dari) dua garam yang sangat sedikit larut yang mempunyai satu ion

yang sama, cukup berbeda, maka salah satu garam akan mengendap hampir

sempurna sebelum lainnya memisah.

Percobaan dilakukan dengan cara bertahap dengan mengamati timbulnya

endapan setelah ditambahkan reagen-reagen yang berbeda. Adanya endapan

mengidentifikasi adanya kation yang terkandung. Endapan dapat timbul, karena

penambahan reagen yang sesuai dengan sifat kation.

Pada percobaan ini, dilakukan test pada 5 larutan unknown. Hasil yang

yang diperoleh :

a) Test Larutan Unknown I

Pada percobaan ini, larutan unknown I ditambah dengan HCl, larutan

tidak ada perubahan, fungis HCl disini adalah agar terbentuk garam klorida.

Kemudian ditambahkan NH3, larutan tetap tidak ada perubahan. Fungsi

penambahan NH3 untuk pengujian kation dalam kelompok II. Selanjutnya

ditambahkan H2SO4, dan larutan berubah menjadi endapan putih barium sulfat

dan stronsium sulfat, tetapi barium sulfat sedikit larut. Dalam stronsium sulfat

jenuh, konsentrasi ion sulfat cukup tinggi untuk menimbulkan pengendapan.

Sedangkan pada barium, hasil kali konsentrasi-konsentrasi ion melampaui hasil

kali kelarutan.

Reaksi yang terjadi :

Ba2+ + SO42- BaSO4 putih

(Svehla, 1990).

b) Test Larutan Unknown II

Uji identifikasi pada larutan unknown II tidak menunjukkan perubahan,

ini berarti tidak ada kation didalam larutan. Setelah larutan ditambah HCl dan

Page 24: kimia analitik

NH3, larutan tidak menghasilkan suatu endapan (tidak menunjukkan perubahan).

Setelah ditetesi H2SO4, larutan agak panas, kemudian larutan ditambah NH3 dan

NaOH larutan tetap tidak ada perubahan. Lalu ditambah HCl, larutan tidak

menunnjukkan perubahan, setelah itu ditambah KI. Larutan berwarna coklat,

warna coklat itu sendiri berasal dari warna dasar dari larutan KI. Setelah semua

perlakuan dilakukan,tidak menunjukkan hasil yang spesifik dan tidak

menunjukkan adanya kation dalam larutan unknown II. Kemungkinan yang ada

dalam larutan unknown II adalah air mineral. Kemungkinan pada air mineral ada

kation, tetapi dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga tidak terdeteksi atau jika

terdeteksi, sudah terendapkan bersama kation yang lain.

c) Test Larutan Unknown III

Pada larutan unknown III, ditambahkan larutan HCl, larutan tidak ada

perubahan. Fungsi HCl sebagai untuk mengendapkan golongan perak.

Kemudian ditambah NH3, tapi larutan tidak ada perubahan, selanjutnya

ditambah H2SO4, larutan tetap tidak menunjukkan perubahan. Kemudian

ditambahkan NH3 dan NaOH, larutan tetap tidak berubah. Kemungkinan larutan

tidak mengendap, karena Ni2+ masih dalam berada dalam senyawa kompleks

[Ni(NH3)6]2+.

Reaksi yang terjadi :

Ni2+ + 2NH3 + 2H2O Ni(OH)2 + 2NH4+

Ni(OH)2 + 6NH3 [Ni(NH3)6]2+ + 2OH-

(Svehla, 1990)

Kemudian ditambahkan HCl, fungsinya untuk menetralkan larutan. Selanjutnya

ditambahkan larutan KI kedalam larutan, dan larutan berubah menjadi warna

coklat kekuningan. Larutan KI berfungsi untuk mengendapkan Cu2+. Warna

coklat yang timbul dikarenakan adanya I3-, I3- ini yang berikatan dengan Cu2+

membentuk CuI (putih). Kemudian ditambahkan Na2SO3, larutan menjadi keruh,

setelah itu ditambahkan NaOH, dan larutan berubah menjadi endapan berwarna

hijau Ni(OH)2. Fungsi NaOH untuk mengendapkan Ni2+.

Reaksi yang terjadi :

Ni2+ + 2OH- Ni(OH)2 hijau

(Svehla, 1990).

Page 25: kimia analitik

d) Test Larutan Unknown IV

Uji identifikasi pada pada larutan unknown IV menunjukkan kation

kelompok IV, larutan ini berwarna agak biru muda, kation yang berada dalam

larutan unknown IV adalah Cu2+.

Setelah ditambah dengan larutan HCl, hasilnya larutan tetap bening,

tidak mengalami perubahan. Dikarenakan, kation Cu2+ tidak larut dalam HCl

encer. Ketidaklarutan ini disebabkan karena potensial elektrodanya positif.

(+0,34V untuk pasangan Cu atau Cu2+). Logam dengan potensial standar yang

positif dapat melarut hanya dalam asam yang bersifat mengoksida (HNO3),

sedangkan HCl bukanlah asam yang bersifat mengoksida (Svehla, 1990).

Semakin positif potensial suatu logam, makin kecil kecenderungannya

untuk menjadi keadaan ion (Svehla, 1990).

Selanjutnya ditambahkan dengan NH3 dan disentrifus, hasilnya larutan

berubah menjadi berwarna biru jernih. Warna biru ini dihasilkan karena

terbentuk larutan kompleks yang mengandung ion kompleks tetra amino kuprat

(II) dengan reaksi :

Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3 2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2OH-

(Svehla, 1990).

Reaksi ini khas untuk ion Cu2+ dengan tidak adanya Ni2+.

Setelah itu ditambah dengan H2SO4, larutan menjadi bening, kemudian

ditambah HCl dan hasilnya larutan tetap bening. Setelah itu ditambahkan dengan

larutan KI, hasilnya larutan berwarna kuning. Selanjutnya ditambah dengan

Na2SO3, larutan menjadi kuning bening, kemudian ditambah dengan NaOH,

hasilnya tetap tidak ada perubahan, kemudian dipanaskan dan hasilnya tetap

tidak ada perubahan pada larutan unknown IV, yaitu berupa larutan kuning

bening. Pada percobaan ini ujinya negatif, dikarenakan konsentrasi kation yang

terkandung terlalu sedikit, sehingga tidak bisa melampaui harga Ksp, dengan

demikian tidak bisa terendapkan. Seharusnya, setelah ditambah KI, akan

terbentuk endapan coklat kuning. Kemudian ditambah dengan NH3, hasilnya

endapan larut. Fungsi penambahan H2SO4, HCl dan NH3 adalah untuk

menghancurkan ion kompleks dari [Cu(NH3)4]2+ dan larut membentuk ion Cu2+.

Page 26: kimia analitik

Reaksi yang terjadi :

2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O Cu(OH)2.CuSO4 + 2NH4

+

Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3 2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2OH-

(Svehla, 1990).

Kemudian yang terakhir ditambah dengan H2O2, dan hasilnya larutan tadi

berwarna biru. Fungsi penambahan H2O2 adalah sebagai oksidator.

Reaksi yang terjadi :

2Cu2+ + 5I- 2CuI + I3-

(Svehla, 1990).

Dari tes yang dilakukan, terbukti adanya kation Cu2+, karena sesuai dengan ciri-

ciri kation Cu2+.

e) Test Larutan Unknown V (larutan berwarna kuning)

Uji identifikasi pada larutan unknown V menunjukkan kation Fe3+.

Kation ini terdapat dalam kelompok II yang mengendap sebagai hidroksida dari

larutan amoniakal. Kation Fe3+ membentuk endapan coklat.

Pertama, larutan sampel ditambah dengan HCl, dan tidak mengalami

perubahan. Setelah itu, ditambah dengan NH3 membentuk endapan coklat.

Reaksi yang terjadi :

Fe3+ + 3NH3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3NH4+

(Svehla, 1990).

Hasil kali kelarutan besi (III) hidrosida begitu kecil (3,8 x 10-38), sehingga terjadi

pengendapan sempurna, bahkan dengan adanya garam-garam ammonium

perbedaan dari besi (III), nikel, kobalt, mangan, zink dan magnesium (Svehla,

1990).

Setelah itu ditambah H2SO4 dan ½ mL air, endapan larut. Fungsi dari

H2SO4 adalah untuk melarutkan hidroksida yang terbentuk dalam endapan.

Fungis H2O adalah untuk melarutkan zat pengotor yang ada didalam larutan,

sehingga larutan lebih bersih. Kemudian ditambah NH3 dan terbentuk endapan.

Fungsi penambahan NH3 adalah untuk uji definitif Fe3+.

Kemudian dicuci dengan H2O hasilnya ada sedikit endapan coklat, lalu

ditambahkan dengan NaOH dan H2O2 dan terbentuk banyak endapan coklat.

Fungsi penambahan Untuk mengendapkan Fe3+, sehingga diperoleh endapan

Page 27: kimia analitik

Fe(OH)3 yang berwarna coklat. Fungsi H2O2 digunakan sebagai oksidator,

kemudian dipanaskan dan endapan tetap. Setelah itu ditambah HCl dan KSCN

dan hasilnya terbentuk endapan coklat yang merupakan senyawa kompleks

Fe(SCN)3. Fungsi penambahan HCL dan KSCN adalah digunakan untuk uji

positif Fe3+. Penambahan KSCN untuk uji positif Fe3+ harus dilakukan dalam

suasana sedikit asam.

Reaksi yang terjadi :

Fe3+ + 3SCN- Fe(SCN)3

(Svehla, 1990).

Dalam larutan yang sedikit asam, dihasilkan pewarnaan merah tua

(perbedaan dari ion besi (II), yang di sebabkan karena pembentukan suatu

kompleks besi (III) tiosianat yang tak berdisosiasi.

Page 28: kimia analitik

VII. KESIMPULAN7.1 Uji positif pada Ba2+, ditandai dengan terbentuknya endapan putih setelah

penambahan H2SO4.

7.2 Uji positif pada Ni2+, ditandai dengan terbentuknya endapan hijau setelah

penambahan NaOH.

7.3 Uji positif pada Fe3+, ditandai dengan terbentuknya endapan coklat setelah

penambahan KSCN.

7.4 Uji negatif pada sampel 2, karena tidak terbentuk endapan.

7.5 Uji negatif pada sampel 4, karena tidak terbentuk endapan.

Page 29: kimia analitik

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Alcover, J.V, dkk, 1973, Exchangeable Cation Distribution in Nickel and Magnesium Vermiculites, Clays and Clay Minerals, 1973, vol.21, pp.131-136. Pergamon Press

Anders, G.N, 1982, The Cation Distribution In Shythetic (Fe,Mn)3(PO4)2

Graftonite-Type Solid Solutions, American Mineralogist, volume 67, pages 826-832. 1982

Anders, G.N, 1982, The Cation Distribution in Synthetic Mg-Fe-Ni Olivines, American Mineralogist, volume 67, pages 1206-1211. 1982Basri, S, 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta

Bergmann, I, 2008, Mechasynthesis of Nanocrystalline Germinate Fe2GeO4 with a Nonequilibrium Cation Distribution, Rev.adv.Mater.Sci. 18(2008) 349-352

Benjamin, P.B, 1987, Theoretical Analysis of Cation Ordering in Binary

Rhombohedral Carbonate Systems, American Mineralogist, volume 72,

pages 329-336, 1987

Fujimoto, S, dkk, 2007, Analysis of Diffusion Mechanism of Cu in Polycrystalline Bi2Te3-Based Alloy with the Aging of Electrical Conductivity, Japanese Journal of Applied Physics Vol.46, No.8A,2007, pp.5033-5039

Mao, C, dkk, 2004, Identification of Aluminium-Regulated Genes by cDNA-AFLP in Rice (Oryza sativa L.) : Aluminium-Regulated Genes for the Metabolism of Cell Wall Components, Journal of Experimental Botany, vol 55, No.349, pp. 137-143, January 2004

Mulyono, 2005, Kamus Kimia, PT. Genesindo, Bandung

Pieter, F, dkk, 2005, Identification of a Novel Extracellular Cation-sensing G-protein-coupled Receptor, The Journal of Biological Chemistry Vol.280,No.48,pp.40201-40209, December 2,2005

Ridvan, D, dkk, 2007, Comparative Quantitative Analysis of Sodium, Magnesium, Potassium and Calcium in Healthy Cuttlefish Backbone and non-Pathological Human Elbow Bone, volume 52,No.5,2007

Page 30: kimia analitik

Svehla, G, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, PT.Kalman Media Pustaka, Jakarta

Underwood, 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta

Wang, Z.L, dkk, 1998, Analysis of Cation Valences and Oxygen Vacancies in Magnetoresisteve Oxides by Electron Energy-Loss Spectroscopy, Mat.Res. Soc. Symp. Proc.Vol.494.1998 Materials Research Sociaty

Page 31: kimia analitik

HALAMAN PENGESAHAN

Mengetahui, Semarang, Desember 2009

Praktikan,

Dian Amalia Dian Nurvika Dwi Jayanti J2C008010 J2C008011 J2C008012

Dwi Surya Atmaja Dyah Arum A Dyah L N Sari J2C008013 J2C008014 J2C00802015

Eka Hariyanto S Eko Setyo Budi Akustika Gemati J2C008016 J2C008017 J2C008082

AlfiansyahJ2C008083

Asisten,

Nur Fitriana Dewi

J2C006040

Page 32: kimia analitik

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR III

JUDUL PERCOBAAN :

ANALISIS KELOMPOK KATION

Disusun oleh :

1. Dian Amalia J2C008010

2. Dian Nurvika J2C008011

3. Dwi Jayanti J2C008012

4. Dwi Surya Atmaja J2C008013

5. Dyah Arum A J2C008014

6. Dyah L N Sari J2C008015

7. Eka Hariyanto S J2C008016

8. Eko Setyo Budi J2C008017

9. Akustika Gemati J2C008082

10. Alfiansyah J2C008083

ASISTEN : Nur Fitriana Dewi

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2009